Upload
trinhphuc
View
230
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran PHKI -I
LAPORAN KEGIATAN
PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN MAHASISWA AKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
DAN MODAL SOSIAL
Oleh:
Drs. Ikram, M. Si
JURUSAN SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNGTAHUN 2011
1
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : Pelaksanaan Metode Pembelajaran Mahasiswa Aktif melalui Pendekatan Kontekstual pada Mata Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial
IDENTITAS PENGUSUL
Nama Ketua : Drs. Ikram, M.SiJenis Kelamin : Laki-lakiPangkat/Golongan : Pembina, IV/aNIP : 19611208 198902 1 001Jabatan : Lektor KepalaFakultas/Jurusan : FISIP/SosiologiPerdosenan Tinggi : Universitas LampungJangka Waktu Pembelajaran : September-Desember 2011Mata Kuliah yang diajukan : Pengembangan Kelembagaan dan Modal
SosialSemester/PS/Jurusan : VII (tujuh)/Sosiologi Jumlah mahasiswa : 128 OrangKelas paralel : TidakJumlah anggota : 1 (satu) Orang (Dr. Hartoyo, M.Si)Sumber biaya : Program Peningkatan Mutu Proses
Pembelajaran PHKI-I
Bandar Lampung, 20 Desember 2011
Menyetujui, Ketua Tim Penyusuna.n. Ketua Jurusan Sosiologi
Drs.Susetyo, M.Si Drs. Ikram, M.SiNIP 195810041989021001 NIP 19611208 198902 1 001
Mengetahui,Direktur Eksekutif PHK-I
Universitas Lampung
Prof. Dr. Ir. R.A. Bustami Rosadi, M.S.NIP 19490706 197903 1 004
2
RINGKASAN
Proses perkuliahan Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial menggunakan pendekatan CTL secara umum bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang berbagai fenomena kelembagaan dan modal sosial. Secara khusus bertujuan: 1) meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam pembelajaran; 2) meningkatkan kreativitas dan kemandirian belajar; dan 3) menghasilkan media pembelajaran berbasis elektronika yang lebih menunjang proses pembelajaran.
Dalam proses perencanaan pembelajaran dikembangkan GBPP, RPP dan bahan ajar yang sesuai dengan disiplin sosiologi. Strategi pembelajaran dilakukan dengan pendekatan CTL. Untuk kegiatan kelompok di luar kelas disediakan waktu konsultasi agar mahasiswa dapat memanfaatkan untuk lebih memahami materi yang ditugaskan. Setiap hasil kerja kelompok harus disajikan di kelas ketika kuliah berlangsung dengan menggunakan program Power Point yang didukung dengan Laptop dan LCD. Selain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas sosial sehari-hari.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa, pertama, proses pembelajaran mampu meningkatkan pretasi belajar mahasiswa. Ini dilakukan melalui pengembangan bahan ajar (terumuskan dalam GBPP), pembimbingan kelompok di luar kelas, pengembangan strategi diskusi interaktif di kelas dan berbasis media elektronik. Kedua, keberhasilan tersebut dilihat dari prosesnya sangat berhubungan dengan konsistensi dalam menggunakan pendekatan mahasiswa aktif. Sejauh kendala-kendala eksternal dapat diatasi dengan baik dan cepat, maka efektifitas penggunaan pendekatan mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran akan tetap dapat dipertahankan.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rakhmat dan karunia-Nya, laporan kegiatan tentang Peningkatan
Mutu Proses Pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial ini
dapat diselesaikan. Proses pembelajaran ini menggunakan pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning), dilaksanakan pada semester Ganjil
2011/2012 yang didanai oleh Program PHKI-1 Universitas Lampung Tahun
Anggaran 2011.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang
tinggi kami sampaikan kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung
ikut mendukung kegiatan ini. Semoga amal kebaikan semuanya diterima oleh
Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan imbalan yang setimpal.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan yang sudah terlaksana dan
yang dilaporkan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
saran, kritik konstruktif dan masukan-masukan yang berarti sangat kami
harapkan. Atas segala doa, dukungan dan perhatian semua pihak, kami
mengucapkan terima kasih dan menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan semua pihak yang
terlibat.
Bandar Lampung, Desember 2011
Ketua Tim
4
DAFTAR ISI
HalamanJUDUL…………………………………………………………………………..... i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. ii
RINGKASAN…………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR……………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORETIK..... 7
BAB III METODE PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI.............. 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 17
BAB V KEBERLANJUTAN.................................................................... 26
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 30
5
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
HalamanTabel 1 Struktur Nilai 21
Tabel 2 Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial
21
Tabel 3 Penilian Kinerja Dosen Dalam Proses Pembelajaran 23
Tabel 4 Kemampuan Mahasiswa 24
Gambar 1 Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial
22
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan
mahasiswa untuk berbagi dan mengolah berbagai informasi dengan tujuan agar
pengetahuan yang diperoleh terpatri di dalam diri mahasiswa. Proses tersebut
diharapkan menjadi landasan belajar mahasiswa secara mandiri dan berkelanjutan.
Salah satu ciri utama keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa adalah
meningkatnya pemahaman (penguasaan) meteri kuliah dan kemampuan belajar
secara mandiri dan berkelanjutan.
Mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial merupakan
mata kuliah di Jurusan Sosiologi yang diajarkan pada semester VII (Tujuh)
dengan bobot 3 SKS (3-0). Mata kuliah tersebut mempelajari berbagai konsep dan
keterkaitan antar berbagai konsep dasar teori-teori sosiologi dalam mengkaji
kelambagaan dan modal sosial. Selama ini, kegiatan pembelajaran mata kuliah
tersebut adalah lebih banyak dilakukan menggunakan metode klasik (ceramah dan
tanya jawab) dan dikonsentrasikan di dalam ruang kelas. Metode pembelajaran
tersebut disadari termasuk pada pendekatan konventional dan memang hasilnya
kurang efektif dalam meningkatkan minat, gairah dan prestasi belajar mahasiswa.
Dalam proses perkuliahan, dosen mempersiapkan beberapa bendel print-
out bahan ajar dalam bentuk hand-out dalam program power-point. Bahan ajar
yang disiapkan terbatas berisikan uraian-uraian tentang pokok-pokok bahasan
yang menjadi topik pembelajaran terutama dalam setiap kali perkuliahan. Setiap
perkuliahan berlangsung mahasiswa memperhatikan penjelasan dari dosen dan
kemudian dilakukan tanya-jawab untuk memperjelas apa saja yang kurang
dimengerti. Proses belajar tersebut masih nampak adanya unsur sikap dan perilaku
pasif dari mahasiswa dan juga kurang adanya kontrol dan pengelolaan aktif,
kreatif dan inovatif dari dosen di dalam menciptakan suasana dan gairah belajar
baik di dalam maupun di luar kelas . Mahasiswa berada pada posisi tergantung
atau ibaratnya seperti sebuah gelas yang tidak akan terisi jika tidak diisi.
7
Metode yang didominasi oleh pendekatan top-dawn mengesampingkan
proses pembelajaran bersifat horizontal, dan meskipun terjadi peningkatan
pengetahuan mahasiswa tetapi dirasa masih kurang memuaskan. Asumsinya dapat
dianalogkan sebagai berikut, bahwa: “putihnya beras itu tidak hanya karena
ditumbuk (proses top-dawn) tetapi juga karena terjadi gesekan antar beras itu
sendiri (proses horizontal)”. Jika prinsip tersebut diterapkan kepada manusia
belajar justru lebih dari itu, bahwa peningkatan pemahaman pengetahuan
mahasiswa juga dapat dilakukan secara mandiri, di mana mahasiswa memiliki
kapasitas bertindak (belajar) secara aktif, kratif dan inovatif. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan pembelajaran baru yang lebih efektif (dengan tidak
mengurangi aspek efisiensi) di dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa
dalam mempelajari mata kuliah tersebut.
Metode konvensional tersebut memang berhubungan erat dengan prestasi
belajar mahasiswa peserta kuliah, tetapi masih kurang memuaskan jika dilihat dari
hasil belajar secara murni. Dari hasil evaluasi tengah dan akhir semester pada
semerter ganjil periode tahun 2010/2011 ternyata hasil yang diperoleh masih
kurang optimal, terutama yang berhubungan dengan derajat pemahaman
mahasiswa terhadap konsep-konsep dasar kelembagaan sosial dan modal sosial
dan dalam menganalisis contoh-contoh praktis di dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya, mahasiswa masih kurang cepat mengerti dan memahaminya.
Dari hasil evaluasi pembelajaran “secara murni” yang dilakukan melalui
beberapa test terdapat 8 % peserta dengan nilai A, 20 % nilai B, 58 % nilai C, dan
sisanya sebanyak 14% mendapat nilai D dan E. Setelah dilakukan umpan-balik
berupa saran dan kritik dari mahasiswa peserta kuliah diketahui bahwa terdapat
beberapa persoalan utama yang menyebabkan perkuliahan tersebut cenderung
kurang efektif, yakni: (a) motivasi belajar masih rendah; (b) menggunakan metode
pembelajaran konvensional cenderung menyebabkan mahasiswa pasif, tidak
terjadi proses dialogis yang hangat di antara mahasiswa dan antara mahasiswa
dengan dosen; (c) kurang terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa di luar
kelas dalam meningkatkan pemahaman materi; (d) orientasi partisipasi mahasiswa
dalam perkuliahan cenderung lebih memperhatikan hasil belajar (nilai) daripada
prosesnya (by-pass); dan (e) sebagai konsekuensi dari semua persoalan tersebut
8
adalah mahasiswa kurang cepat dalam memahami materi perkuliahan ketika
dikaitkan dengan fenomena praktis yang terjadi di lingkungan sekitar.
Materi Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial termasuk salah
satu mata kuliah yang tidak cukup mudah dicerna atau difahami oleh mahasiswa,
karena syarat dengan konsepsi-konsepsi sosiologis tentang kelembagaan sosial
dan modal sosial yang kompleks dan abstrak, meskipun wujud dari konsepsi
tersebut dapat dirujuk pada realitas kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu,
persoalan tersebut akan menjadi lebih mudah diatasi ketika teori-teori yang dikaji
selalu dapat dijabarkan secara sederhana dan diberikan contoh-contoh nyata yang
dapat dirujuk, melekat dan hadir di dalam dinamika kehidupan sosial sehari-hari,
baik yang dialami oleh mahasiswa sendiri maupun yang dialami oleh orang lain.
Disadari banyak faktor pengaruh di dalam melaksanakan pembelajaran aktif,
efektif, mandiri dan cepat. Akan tetapi, bukan berarti bahwa sudah tidak ada lagi
pendekatan pembelajaran lain yang lebih efektif jika dibandingkan dengan
menggunakan metode konvensional. Untuk mengatasi persoalan pembelajaran
tersebut, harus dilakukan pembaharuan dengan menggunakan pendekatan baru
yang secara teoritis dan prosesual dapat memecahkan beberapa persoalan
pembelajaran yang mendasar. Menjawab tantangan tersebut, maka usulan proses
pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial
melalui program PHKI-I ini dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis mahasiswa aktif (active learning process) dengan
menggunakan pendekatan pembalajaran kontekstual.
1.2. Perumusan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan umum, yakni: Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman atau
penguasaan materi pembelajaran mahasiswa dalam Mata Kuliah Pengembangan
Kelembagaan dan Modal Sosial ? Secara rinci permasalahan umum tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
9
1. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses
pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial, sehingga
mampu meningkatkan daya kreasi dan inovasi mereka ?
2. Adakah metode pendekatan pembelajaran tertentu yang secara efektif dapat
digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa
peserta mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial ?
3. Media pembelajaran apa saja yang lebih efektif digunakan dalam menunjang
proses pembelajaran mahasiswa aktif dengan pendekatan tertentu yang
digunakan ?
1.2.2. Strategi Pemecahan Masalah
Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa secara mandiri melalui
metode pembelajaran dengan pendekatan non konvensional yang berpengaruh
pada peningkatan prestasi belajar mahasiswa masih sangat terbuka. Caranya
dengan melakukan perubahan metode pembelajaran dari pendekatan konvensional
ke pendekatan lain yang lebih sesuai dengan esensi materi perkuliahan. Metode
pembelajaran yang dimaksud adalah metode yang mampu mendekatkan secara
sederhana antara dunia ide yang abstrak (teoritis) dengan dunia nyata (praksis)
yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan menghubungkan antara dunia ide yang abstrak (teoritis)
dengan dunia nyata (praksis) melalui berbagai pemahaman terhadap fenomena
sosial yang sering hadir di dalam kehidupan sehari-hari, mudah ditemukan, dan
berada di lingkungan sekitar, merupakan titik masuk bagaimana motivasi belajar,
susana dan iklim belajar, dan interaksi dialogis dalam proses pembelajaran di
antara subyek-subyek belajar dapat ditingkatkan. Semua itu pada akhirnya
diharapkan berkonsekuensi pada prestasi belajar mahasiswa yang meningkat
secara signifikan, baik dalam aspek substantif (meningkatan pengetahuan dan
pemahaman) dan hasil tersebut berjalan seiring dengan meningkatnya prestasi
belajar secara substantif dan administrarif murni.
Untuk mengatasi persoalan tersebut dalam pembelajaran Pengembangan
Kelembagaan dan Modal Sosial digunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) yang disingkat dengan pendekatan CTL.
10
Pertama, pendekatan CTL dipercaya lebih membantu upaya dosen dan mahasiswa
dalam mengaitkan antara materi (teori) yang diajarkan dengan dunia nyata dan
dapat mendorong untuk dapat menghubungkan antara pengetahuan teoritis dengan
selalu merujuk pada contoh-contoh kehidupan sosial sehari-hari yang terjadi di
lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan CTL, mahasiswa dapat lebih
mudah menangkap dan mencerna materi pembelajaran sampai pada derajat
pemahaman atau penguasaan tertentu lebih tinggi secara substantif yang sejalan
dengan nilai administratif dibandingkan dengan menggunakan pendekatan
konvensional, sebagaimana yang sudah dilakukan sebelumnya. Kedua, dalam
melaksanakan pendekatan CTL tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga
di luar kelas. Dalam hal ini dosen akan memberikan waktu dengan membuka
ruang konsultasi dan bimbingan teknis terhadap mahasiswa dalam mengatasi
berbagai persoalan pembelajaran yang tidak bisa dipecahkan di kelas. Ketiga,
mahasiswa diarahkan untuk dapat melakukan akses informasi melalui berbagai
media cetak, elektronik dalam mencari tambahan bahan teori dan contoh-contoh
praktis, serta pengamatan langsung untuk menemukan berbagai fenomena sosial
dan ekonomi sehari-hari.
1.3. Tujuan dan Luaran
Metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mahasiswa aktif
TL, kreatif dan inovatif melalui pendekatan kontekstual ini secara umum
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman mahasiswa peserta
kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial tentang konsep-konsep
kelembagaan dan modal sosial serta hubungan antar konsep yang dapat dirujuk
secara praktis dan sederhana melalui berbagai fenomena realitas sosial sehari-hari
dalam kerangka analisis sosiologis. Secara khusus digunakan metode
pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa peserta dalam proses pembelajaran
Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial.
2. Meningkatkan daya kreativitas, inovasi dan kemandirian belajar mahasiswa
peserta kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial.
11
3. Menghasilkan media pembelajaran berbasis elektronika yang lebih menunjang
proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Kemudian, luaran yang diharapkan dapat dihasilkan dari pengembangan
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah
meningkatnya penguasaan dan pemahaman mahasiswa tentang berbagai konsep
dasar yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan dan modal sosial dan
hubungan antar konsep dengan mampu mengkaitkan antara dunia teori (ide) dan
dunia praksis yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Secara kuantitatif,
peningkatan pemahaman mahasiswa dalam penguasaan materi mata kuliah
Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial dapat diwujudkan dengan
meningkatnya prestasi (nilai mutu murni) mahasiswa dari hasil evaluasi kinerja
baik secara individual maupun kelompok yang dapat dilihat mulai dari tahap awal,
proses hingga tahap akhir evaluasi.
12
BAB II
KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK
2.1. Metode Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL
Metode pembelajaran mahasiswa aktif melalui pemdekatan kontekstual
dapat disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pendekatan ini yang diharapkan bisa membantu dosen menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata dan mendorong mahasiswa
melakukan interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam realitas kehidupan di berbagai ruang sosial (Depdiknas, 2003: 5). Dalam
kaitan ini mahasiswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar,
manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa
yang mereka pelajari bermanfaat bagi kehidupan sosial sehari-hari. Dalam hal ini
tugas dosen adalah membantu mahasiswa dalam meraih tujuannya, yakni lebih
fokus pada urusan metode pembelajaran dengan pendekatan yang digunakan
daripada memberi informasi. Dosen lebih fokus pada pengelolaan kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi mahasiswa.
Proses pembelajaran tersebut lebih diwarnai student centered learning daripada
teacher centered learning.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pendekatan CTL dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan landasan “kontruktivisme” yaitu suatu perspektif yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal teks dan mengingat
gambar. Mahasiswa harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengkonstruksi
pengetahuan di dalam alam pikiran mereka sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Argumen ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya pengetahuan itu tidak
dapat difahami sebagai fakta-fakta terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan dalam dunia nyata yang selalu hadir di dalam lingkungan
sosial sekitar (Sugandi, 2004: 41).
Menurut Depdiknas (2003), dalam pendekatan CTL pihak dosen harus
melakukan beberapa hal berikut: (a) mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh mahasiswa; (b) memahami latar belakang dan pengalaman hidup
13
mahasiswa melalui proses pengkajian psikologis dan sosiologis; (c) mempelajari
lingkungan belajar (kampus) dan tempat tinggal mahasiswa yang selanjutnya
memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual; (d) merancang pembelajaran dengan mengkaitkan
konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang
dimiliki dan lingkungan hidup mereka; (e) melaksanakan evaluasi terhadap
pemahaman mahasiswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap
rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
2.2. Karakteristik Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL
Metode pembelajaran dengan pendekatan CTL pada dasarnya memiliki
tujuh komponen utama, yaitu: contructivism, inquiry, questioning, learning
community, modeling, reflection, dan authentic assesment (Depdiknas, 2003).
Contructivism merupakan perspektif utama pendekatan CTL. Asumsi
dasarnya manusia secara aktif, kreatif dan inovatif membangun pengetahuan
secara bertahap menuju pada kesempurnaan. Melalui konteks yang terbatas itu
hasilnya dapat diperluas melalui proses terus menerus. Paradigma ini menolak
anggapan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta, konsep, dan kaidah-
kaidah yang bersifat taken for granted, sehingga siap untuk dipergunakan.
Manusia tidak dilihat secara pasif sebagai obyek pengetahuan, tetapi sebagai
subyek yang mampu mengontruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran
harus dimaknai sebagai proses “mengkonstruksi” secara aktif, kreatif dan inovatif,
bukan hanya sekedar “menerima”. Artinya, mahasiswa dalam proses
pembelajaran harus berkembang kemampuan dalam membangun sendiri
pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dan dalam prosesnya mahasiswa
menjadi pusat penggiatnya, bukan dosen.
Dalam pandangan kontruktivisme “metode memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak mahasiswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas dosen adalah memfasilitasi proses pembelajaran
dengan: (1) menjadikan pengetahuan itu bermakna dan relevan bagi mahasiswa;
(2) memberikan kesempatan mahasiswa menemukan dan menerapkan idenya
14
sendiri secara aktif, kreatif, bebas dan bertanggung jawab berorientasi kebenaran;
(3) menyadarkan mahasiswa agar dapat menerapkan metodenya sendiri.
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa diharapkan
bukan hasil dari tindakan mengingat terhadap seperangkat fakta-fakta, tetapi dari
menemukan sendiri. Dosen harus merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Di dalam proses tersebut
berhubungan dengan siklus inquiry dan langkah kegiatan. Pertama, siklus inquiry
dapat digambarkan dalam tahapan sebagai berikut: Observation, Questioning,
Hipotesis, Data ghatering, Conclution. Kedua, langkah-langkah kegiatan inquiry
adalah: (a) merumuskan masalah; (b) mengamati atau melakukan observasi; (c)
menganalisis dan menyajikan hasil proses belajar dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya; dan (d) mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman sekelas, dosen atau audien yang lain.
Questioning merupakan metode pembejaran utama dalam pendekatan
CTL. Bertanya dipandang sebagai kegiatan dosen untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir mahasiswa. Bagi mahasiswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inkuiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya
adalah suatu metode yang digunakan secara aktif oleh mahasiswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan
spontan yang diajukan mahasiswa dapat digunakan untuk merangsang berfikir,
berdiskusi, dan berspekulasi. Dosen dapat menggunakan teknik bertanya dengan
cara memodelkan keingintahuan mahasiswa dan mendorongnya agar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi
(sharing) antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka
yang belum tahu. Dalam metode pembelajaran dengan pendekatan CTL, dosen
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
15
Mereka yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum
tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat.
Modeling artinya, dalam sebuah pembelajaran tentang ketrampilan atau
pengetahuan tertentu ada model yang biasa ditiru. Model itu bisa cara
pengoperasian sesuatu, cara memperbesar dan memperkecil skala peta sosial, cara
menggunakan teori, cara mengukur suku atau iklim sosial dan sebagainya. Dalam
pendekatan CTL, dosen bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan
melibatkan mahasiswa, model juga dapat didatangkan dari luar. Contoh praktek
pemodelan di dalam kelas adalah dosen menunjukan gambar peristiwa-peristiwa
sosial tertentu, jadi yang dapat digunakan sebagai contoh mahasiswa dalam
menemukan suatu instrumen untuk dengan mudah menangkap peristiwa sosial di
lingkungan sekitarnya.
Reflection adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu.
Disini mahasiswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur
pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. Realisasi refleksi dapat berupa: (1) pernyataan langsung
tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu; (2) catatan atau jurnal di buku
mahasiswa; (3) kesan dan saran mahasiswa mengenai pembelajaran hari itu; (4)
proses diskusi; dan (5) hasil karya.
Authentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran tentang perkembangan belajar mahasiswa. Gambaran
perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa
memastikan bahwa mahasiswa mengalami proses pembelajaran. Apabila data
yang dikumpulkan oleh dosen mengidentifikasi bahwa mahasiswa mengalami
kemacetan dalam belajar, maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat
agar mahasiswa terbatas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment
tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada
kegiatan evaluasi hasil belajar (UAS), tetapi dilakukan bersama dengan secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Data yang
dikumpulkan dalam assessment bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar
16
mahasiswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya
membantu mahasiswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada
perolehan sebanyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Karena assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus di peroleh
dari kegiatan nyata yang dikerjakan oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip yang dipakai adalah: (1) mengukur semua aspek
pembelajaran meliputi proses, kinerja, dan produk; (2) dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung; (3) menggunakan berbagai cara dan
berbagai sumber; (4) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian;
(5) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
perkuliahan bukan keluasannya; dan (6) tugas-tugas yang diberikan harus
mencerminkan bagian dari kehidupan nyata sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik dari authentic assessment tersebut maka dapat
dikemukaan enam butir, yaitu: (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk tes formatif maupun sumatif;
(3) yang diukur adalah ketrampilan performance, bukan mengingat fakta; (4)
berkesinambungan; (5) terintegrasi; dan (6) dapat digunakan untuk feed back
2.3. Proses Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL
a. Perencanaan Pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Mudiastuti, 2005: 2).
Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh dosen meliputi penyusunan perangkat
pembelajaran antara lain: Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Ajar serta Instrumen Evaluasi, yang semuanya
mengacu pada format pembelajaran kontekstual.
b. Proses Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan konteksutal, di mana
proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas mahasiswa sedangkan dosen
hanya berperan sebagi fasilitator bagi mahasiswa dalam menemukan suatu konsep
atau memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak hanya
17
dilaksanakan di dalam kelas tetapi juga dilaksanakan di luar kelas atau lingkungan
sekitar dengan menggunakan berbagai sarana dan media pembelajaran yang
efektif dan menggunakan metode pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan
kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual tersebut sumber belajar tidak hanya
berasal dari dosen tetapi dari berbagai sumber, seperti hand-out, buku ajar, media
masa cetak dan media elektronik, lingkungan dan lain-lain. Asumsi yang
mendasarinya bukan hanya top-dawn dan proses horizontal, tetapi juga proses
belajar mandiri secara berkelanjutan yang dilandasi oleh motivasi internal.
c. Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip
penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran befrlangsung, dengan menggunakan
berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran,
yaitu proses, kinerja dan produk.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka penerapan pendekatan CTL d
mana pihak dosen harus memegang beberapa prinsip, yaitu: a) merencanakan
pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental; b) membentuk kelomok
belajar yang saling bergantung; c) menyediakan lingkungan yang mendukung
belajar mandiri; d) mempertimbangkan keragaman mahasiswa (diversity of
student); e) memperhatikan multi-intelegensi (multiple inteligences) mahasiswa;
f) melakukan teknik bertanya (questioning); dan g) menerapkan penilaian autentik
(authentic assessment).
Oleh karena itu, pendekatan CTL secara langsung bersinggungan dengan
proses pembelajaran dalam empat hal. Pertama, pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning), yakni suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang
cara berfikir kritis dan ketrampilan dalam memecahkan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Kedua,
pengajaran kooperatif, yakni pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama mahasiswa.
Ketiga, pengajaran berbasis inquiry, yakni pembelajaran yang mendorong
mahasiswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
18
konsep atau prinsip-prinsip, sedangkan dosen mendorongnya untuk melakukan
percobaan yang memungkinkan mahasiswa menemukan sendiri prinsip-psinsip
atau konsep-konsep. Keempat, pengajaran berbasis tugas, yakni merupakan
metode pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar mahasiswa di
desain agar mereka dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
authentik (Nurhadi dkk, 2003: 55-78)
19
BAB III
METODE PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI
3.1. Metode Pengembangan
Metode pengembangan yang digunakan dalam pembelajaran dalam mata
kuliah ini termasuk dalam rumpun metode student centered learning (SCL) atau
yang sudah lama dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif (CBSA), yakni
Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengembangan metode pembelajaran
dengan pendekatan CTL didasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun dalam
perspektif konstruktivisme. Melalui pendekatan ini maka di dalam pelaksanaanya
memposisikan mahasiswa sebagai subyek belajar yang aktif, kreatif dan inovatif.
Semua mahasiswa peserta mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal
Sosial semester ganjil 2010/2011 yang pada awalnya diperkirakan jumlahnya
sebanyak 30 orang, tetapi dalam pelaksanaannya berjumlah 128 orang. Proses
perkuliahan mulai dari perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi tahap
akhir dilakukan selama satu semester.
Dalam rangka menunjang proses pembelajaan dengan pendekatan CTL
tersebut perlu dipersiapkan dan dikembangkan perangkat pembelajaran, yaitu (1)
mengembangkan Silabus, RPP, Bahan Ajar, dan mengembangkan media
pembelajaran berbasis elektronik yang mengacu pada prinsip dan format
pembelajaran kontekstual; (2) mengumpulkan dan menyusun materi perkuliahan
berbasis kontekstual untuk lembar kerja yang akan didiskusikan pada tahap awal
dan tengah semester; (3) merumuskan model pembelajaran sesuai dengan
pendekatan CTL dan tujuan pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan
Modal Sosial.
3.2. Prosedur Kerja
Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan konteksutal,
proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas siswa sedangkan dosen hanya
berperan sebagi fasilitator bagi mahasiswa dalam menemukan suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di
dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas (jika tidak memungkinkan
20
dapat diganti dengan video-film) atau observasi terhadap lembaga sosial yang ada
di lingkungan sekitar dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang
efektif dan menggunakan metode pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan
kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidak hanya berasal
dari dosen tetapi juga dari berbagai sumber lain, seperti buku, media cetak dan
elektronik, lingkungan sekitar dan lain-lain.
Langkah-langkah yang digunakan dalam setiap proses perkuliahan dapat
diringkas sebagai berikut:
a. Menyampaikan sub pokok bahasan yang akan di pelajari dan melakukan
pengingatan kembali materi yang sudah dibahas sebelumnya.
b. Dosen menyampaikan materi dengan program komputer dan LCD. Penjelasan
dimulai dari konsep-konsep dasar yang selalu dapat dilihat (dirujuk) dalam
realitas sehari-hari.
c. Mengamati beberapa kasus bekerjaanya kelembagaan sosial, terutama melalui
media elektronik (VCD). Mahasiswa secara kelompok diminta mendiskusikan
dan menganalisisnya sesuai dengan teori yang telah disampaikan.
d. Dosen mendampingi, memonitor dan mengevaluasi hasil kerja mahasiswa.
Umpan balik dari mahasiswa dilakukan untuk melihat intensitas penguasaan
materi yang didiskusikan.
e. Pada akhir perkuliahan dilakukan proses evaluasi dan refleksi (replanning)
terhadap materi perkuliahan yang baru saja dipelajari.
f. Dosen menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari pada kuliah
berikutnya.
g. Dosen memberi tugas kelompok kepada para mahasiswa untuk dijadikan tugas
terstruktur. Ini dilakukan guna meningkatkan kepekaan dan kemampuan
mahasiswa dalam pemecahan berbagai kasus secara bersama (kelompok).
h. Dosen membuka waktu konsultasi di luar jam perkuliahan dan melakukan
evaluasi hasil kerja kelompok untuk dipresentasikan di kelas.
3.3. Indikator Kinerja
Keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk
memperoleh hasil belajar secara murni dapat diukur secara kuantitatif maupun
21
kualitatif. Secara kuantitatif, keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa
tersebut dapat dilihat melalui:
1. Apakah nilai angka dan huruf mutu yang dicapai mahasiswa lebih baik jika
diperbandingkan dengan nilai mahasiswa periode sebelumnya dengan bobot
penilaian yang sama yaitu kehadiran (bobot 5%), Quis sebanyak 4 kali (bobot
20%), Ujian Tengah Semester (bobot 20%), Ujian Akhir Semester (bobot
25%) dan keaktifan kerja mahasiswa baik secara individual maupun kelompok
di dalam dan di luar kelas (bobot 30%). Proses pengamatan secara langsung
terhadap kegiatan belajar mahasiswa, terutama di kelas, menjadi instrumen
yang sangat penting dan melekat di dalamnya.
2. Jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan yang dapat dilihat dari daftar
hadir kuliah pada buku pantauan kuliah.
3. Skor penilaian mahasiswa terhadap dosen dalam proses pembelajaran sebagai
umpan balik mahasiswa kepada dosen.
Sedangkan, secara kualitatif dapat ditinjau dari perubahan yang terjadi
pada motivasi belajar mahasiswa yang dapat dilihat dari aktivitas, kreativitas dan
inovasinya selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan bagi dosen dapat
dilihat perkembangan materi dan bahan ajar dalam silabus dan RPP, metode
penguasaan kelas, metode pembelajaran yang digunakan, suasana kelas dalam
setiap proses pembelajaran, dan frekuensi dan intensitas konsultasi mahasiswa
dalam membuat tugas individual dan kelompok. Disini, proses pengamatan secara
langsung terhadap kegiatan belajar mahasiswa, terutama di kelas, menjadi
instrumen yang sangat penting dan melekat di dalamnya.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
Setiap awal perkuliahan dijelaskan ruang lingkup materi kuliah yang akan di
bahas saat itu. Sebelum masuk pada materi kuliah baru, dilakukan refleksi selama
10 menit. Disini mahasiswa diberi satu sampai tiga pertanyaan terpilih dan pendek
yang dapat menggambarkan materi kuliah yang telah disampaikan pada minggu
sebelumnya. Proses ini dilakukan untuk dijawab dengan benar oleh mahasiswa,
baik secara tertulis maupun lisan. Proses ini penting dilakukan untuk mengingat
kembali (retention) makna konsep-konsep utama dalam materi kuliah yang sudah
disampaikan pada minggu sebelumnya.
Pada tahap refleksi ini, jika dijawab secara tertulis maka semua mahasiswa
memiliki peluang sama. Jika dijawab secara lisan meskipun semua mahasiswa
memiliki peluang yang sama dalam memberikan jawaban, tetapi mereka tidak
dituntut untuk harus menjawabnya. Bagi mahasiswa yang aktif menjawab,
terutama yang mampu menjawab dengan baik dan benar tetap diperhitungkan
sebagai tambahan penilaian atas kinerja individual mereka.
Tahap selanjutnya adalah penjelasan atas materi perkuliahan menurut Pokok
Bahasan dan Sub Pokok Bahasan sesuai dengan materi bahan ajar yang sudah
diberikan kepada mahasiswa. Ada dua strategi pembelajaran yang digunakan,
yakni strategi diskusi langsung dan tidak langsung. Pertama, para mahasiswa
secara langsung diminta untuk mendiskusikan materi pelajaran sesuai dengan
kelompoknya masing-masing yang baru dibentuk (formasinya selalu berganti) dan
merangkumnya dalam lembar kerja yang telah disediakan. Waktu yang disediakan
adalah 30-45 menit, kemudian masing-masing kelompok menyajikannya di depan
kelas untuk mendapatkan tanggapan. Kedua, para mahasiswa dalam kelompoknya
masing-masing ditugasi untuk mendiskusikan materi bahan ajar pada minggu
sebelumnya dan diminta untuk diserahkan ketika kuliah berikutnya berlangsung.
Untuk tugas kelompok di luar kelas ini harus dibuat dalam bentuk Power Point.
23
Kemudian masing-masing kelompok diminta menyajikan di depan kelas untuk
dibahas dan mendapatkan tanggapan.
Kedua strategi pembelajaran tersebut pada prinsipnya adalah sama dilihat
dari substansi materi perkuliahan dan hasil pembahasan kelompok. Akan tetapi,
terdapat perbedaan yang cukup penting dilihat dari kualitas rumusan materi
pelajaran yang dihasilkan dari diskusi kelompok dan derajat kesiapan masing-
masing kelompok dalam mempresentasikan. Tugas kelompok yang dikerjakan di
luar kelas maka hasilnya sudah dapat ditargetkan untuk dapat ditampilkan dalam
bentuk Power Point, sedangkan hasil diskusi kelompok yang dikerjakan di dalam
proses perkuliahan sebagian besar (ada yang membawa Laptop dan ada yang
tidak) hanya dapat dituangkan di dalam kertas lembar kerja. Tampilan hasil kerja
kelompok dengan menggunakan Power Point ternyata lebih menguntungkan
dibanding hanya menggunakan lembar kerja dilihat dari beberapa aspek, antara
lain seperti kualitas tayangan, suasana belajar di kelas, derajat konsentrasi, dan
proses interaksi di kelas dalam mencapai pemahaman makna bersama.
Selama proses kerja kelompok (baik di dalam kelas maupun di luar kelas),
pihak dosen menyediakan waktu untuk melakukan fasilitasi, bimbingan atau
konsultasi dan monitoring. Terdapat perbedaan yang cukup mendasar di antara
keduanya, dilihat dari peluang dosen untuk melakukan monitoring atas kinerja
kelompok belajar tersebut, terutama apabila dilihat dari kinerja individual.
Pertama, pada proses kerja kelompok di dalam kelas, pihak dosen dapat
melakukan bimbingan dan monitoring terhadap aktivitas kerja mahasiswa secara
langsung, intensif dan bersifat individual. Proses ini tidak dapat dilakukan dalam
kerja kelompok di luar kelas. Dosen tidak dapat memantau aktivitas kerja
kelompok di luar kelas secara individual, intensif dan langsung, tetapi hanya
mampu memantau hasil kerja kelompok yang dipresentasikan di dalam proses
pembelajaran di kelas.
Kedua, dilihat dari perilaku anggota kelompok dapat diketahui siapa yang
aktif dan yang kurang atau tidak aktif. Pada pekerjaan di dalam kelas, dengan jelas
dapat diketahui dan secara langsung dapat dilakukan penilaian. Tetapi dalam kerja
kelompok tidak langsung di luar kelas (di bawa pulang), pihak dosen dapat
melakukan pemantauan dan penilaian dengan memberikan pertanyaan atau
24
menyuruh menjelaskan materi hasil diskusi kelompoknya kepada para peserta
ketika mereka menyajikan hasil kerja dalam kelompoknya. Derajat penguasaan
mahasiswa terhadap materi hasil diskusi kelompoknya biasanya mencerminkan
derajat keaktifannya di dalam kerja kelompok tersebut.
Akan tetapi, harus diakui bahwa strategi pembelajaran tersebut tidak dapat
diimplementasikan secara optimal. Terdapat beberapa kendala yang sulit diatasi
untuk mencapai tujuan pembalajaran secara optimal. Pertama, jumlah peserta
kuliah sangat banyak, yaitu 128 orang. Jumlah peserta kuliah yang sangat banyak
itu semula diharapkan dapat diatasi dengan dibagi menjadi dua kelas, tetapi tidak
berhasil karena ketersediaan ruang kelas yang terbatas.
Kedua, dengan jumlah peserta kuliah sebanyak itu proses perkuliahan
ditempatkan di ruang aula (B.31) yang cukup luas. Ketika dalam proses
perkuliahan cukup dapat diatasi, artinya tersedia tempat duduk yang memadai.
Kesulitan yang dihadapi adalah dalam pelaksanaan evaluasi tertulis melalui ujian
(quis, tengah dan akhir semester). Tempat duduk tidak dapat diatur sedemikian
rupa sehingga di antara peserta tidak dapat saling melihat, mencontek, bertanya,
dan sebagainya. Artinya, upaya untuk mengatasi agar peserta kuliah dapat bekerja
secara obyektif dan jujur sesuai dengan tingkat kemampuannya sendiri melalui
pengaturan jarak tempat duduk tidak dapat dilakukan. Persoalan tersebut dapat
diatasi dengan membuat soal dalam lima jenis yang berbeda, dan ternyata cara
tersebut lebih efektif dalam membuat penilaian tentang derajat prestasi belajar
mahasiswa. Hanya saja, cara tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan
pikiran dalam mengoreksi hasil jawaban peserta kuliah, karena jumlah soalnya
lebih banyak meskipun diikuti dengan jumlah peserta kuliah yang lebih sedikit
(dibagi lima jenis soal yang dibagikan).
Ketiga, terjadinya tawuran antar mahasiswa (FISIP dan Teknik) sangat
mengganggu konsentrasi belajar, dan terjadi sekali penundaan kuliah. Persoalan
ini dapat diatasi dengan mengganti kuliah pada hari lain. Tidak dapat dihindari
bahwa persoalan-persoalan tersebut dapat menurunkan derajat hubungan sosial-
psikologis dosen dan mahasiswa. Seperti penundaan kuliah yang diganti dengan
hari lain tidak meningkatkan kualitas hasil kerja kelompok mahasiswa. Kondisi
ini selain membuat dosen menjadi lebih toleran juga tidak ada mahasiswa yang
25
mau memanfaatkan peluang untuk konsultasi terkait dengan materi kuliah dan
tugas-tugas yang diberikan.
Terjadinya tawuran antar mahasiswa tersebut juga memiliki pengaruh yang
besar terhadap turunnya semangat dosen dalam proses perkuliahan. Peristiwa
tersebut sangat mengganggu derajat psikologis dosen dan juga mahasiswa yang
sempat mengurangi motivasi dalam pembelajaran. Kedua staf pengajar yang
menjadi tim kerja pada perkuliahan ini juga menjadi korban akibat tawuran
tersebut, yaitu terjadi kerusakan kendaraan yang cukup berat. Waktu itu belum
ada kejelasan bagaimana bentuk dan kepastian penyelesaiannya baik dari fakultas
maupun dari universitas. Siuasi ini juga menjadi kendala, terutama menurunkan
semangat dosen dalam melakukan pembimbingan dan pemantauan aktivitas kerja
kelompok mahasiswa peserta baik di dalam maupun di luar kelas. Strategi diskusi
kelompok dan presentasi di kelas tetap dilaksanakan sebagaimana biasanya
dengan menciptakan mahasiswa aktif dan suasana yang menyenangkan. Kondisi
ini dapat berlangsung sampai dilakukannya ujian akhir semester.
4.2. Hasil Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan mahasiswa aktif ini dapat
diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, keberhasilan
tersebut dapat dilihat melalui:
1. Apakah nilai angka dan huruf mutu yang dicapai mahasiswa lebih baik jika
diperbandingkan dengan nilai mahasiswa periode sebelumnya dengan bobot
penilaian yang sama yaitu Kehadiran (bobot 5%), Quis sedikitnya 2 kali
(bobot 15%) tiap tengah semester, Ujian Tengah Semester (bobot 25%), Ujian
Akhir Semester (bobot 25%) dan keaktifan kerja mahasiswa di dalam dan di
luar kelas (bobot 30%).
Berdasarkan Buku Peraturan Akademik dan Tata Pergaulan Warga
Universitas Lampung Tahun 2010 halaman 21 tentang sistem penilaian pasal
19, maka struktur penilaian yang diacu sebagai berikut:
Tabel.1. Struktur Nilai
NILAI AKHIR HURUF MUTU ANGKA MUTU STSTUS≥ 76 A 4,0 Lulus
71 – < 76 B+ 3,5 Lulus
26
66- < 70 B 3,0 Lulus61 - < 66 C+ 2,5 Lulus56 - < 61 C 2,0 Lulus50 - < 56 D 1,0 Lulus Bersyarat
< 50 E 0,0 Tidak lulus2. Jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan yang dapat dilihat dari daftar
hadir kuliah pada buku pantauan kuliah.
3. Skor penilaian mahasiswa terhadap dosen dalam proses pembelajaran sebagai
umpan balik mahasiswa kepada dosen.
Sedangkan, secara kualitatif dapat ditinjau dari perubahan yang terjadi pada
motivasi mahasiswa yang dapat dilihat dari aktivitas, kreativitas dan inovasinya
selama proses pembelajaran berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas,
termasuk. Sedangkan bagi dosen dapat dilihat dari perkembangan materi bahan
ajar, dalam pembuatan Silabus dan RPP, dalam motivasi pembelajaran, dalam
menggunakan metode pembelajaran, dalam menciptakan suasana kelas, dan
frekuensi dan intensitas konsultasi mahasiswa.
Dari hasil evaluasi total terhadap kinerja peserta mahasiswa selama proses
perkuliah dapat disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Sosiologi Ekonomi
NILAI AKHIR HURUF MUTU JUMLAH PERSENTASE≥ 76 A 20 76.92
71 – < 76 B+ 5 19,266- < 70 B 1 3,8661 - < 66 C+ 0 056 - < 61 C 0 050 - < 56 D 0 0
< 50 E 7/2*) 0JUMLAH 26 100
Keterangan: *) Tujuh orang mahasiswa yang mendapat nilai E , sebanyak lima orang mahasiswa yang memang tidak ikut kuliah dan tidak tercantum dalam DNK.
Data sebaran nilai mahasiswa peserta mata kuliah Sosiologi Ekonomi saat
ini memang terdapat meningkatan dibanding sebaran nilai pada tahun lalu. Pada
tahun lalu konsentrasi nilai terdapat pada huruf mutu B dan kemudian C,
sedangkan sebaran nilai saat ini terkonsetrasi pada huruf mutu A kemudian B+.
Struktur penilaian pada semester ini memang berbeda dengan tahun lalu
berdasarkan Buku Peraturan Akademik dan Tata Pergaulan Warga Universitas
27
Lampung Tahun 2010 halaman 21 tentang sistem penilaian pasal 19. Meskipun
demikian, masih tampak jelas bahwa telah terjadi peningkatan proporsi nilai A
berdasarkan angka persen dibanding tahun lalu, bahkan jika nilai B+ dan B
digabung sekalipun.
Berdasarkan peningkatan proporsi dan sebaran nilai tersebut di atas, paling
tidak dapat disimpulkan bahwa dengan menganggap faktor-faktor lainnya bersifat
konstan telah terjadi peningkatan penguasaan atau pemahaman materi Sosiologi
Ekonomi oleh mahasiswa pada tahun ini dibanding pada tahun lalu. Peningkatan
penguasaan atau pemahaman tersebut dengan kuat dipengaruhi oleh strategi
pembelajaran di kelas dan di luar kelas dengan menggunakan pendekatan
mahasiswa aktif. Meskipun demikian, pendekatan ini bisa dimungkinkan akan
kurang efektif jika jumlah mahasiswa peserta mata kuliah tersebut berada di atas
ambang batas kemampuan manajemen dosen dalam pengelolaan kelas, yakni di
atas 40 peserta.
Dari hasil kuesioner dalam rangka menilai kinerja dosen dalam proses
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh (kemampuan) mahasiswa dalam
mengikuti kuliah Sosiologi Ekonomi sesuai dengan program PHKI-1 ini,
sebarannya dapat disajikan pada Tabel 3 dan 4 sebagai berikut:
Tabel 3. Penilian Kinerja Dosen Dalam Proses Pembelajaran
NO ASPEK PENILAIAN SKOR1 2 3 4
1 Dosen menjelaskan bahwa matakuliah ini mendapat bantuan PHK-1.
- - - 26
2 Dosen menerangkan ada inovasi baru dalam proses pembelajaran ini.
- 1 5 20
3 Dosen menggunakan teknik mengajar yang lebih baik dari dosen lain.
- - 12 14
4 Dosen memiliki antusiasme tinggi dalam mengajar.
- - 1 25
5 Dosen menguasai materi yang diajarkan di kelas. - - 4 226 Dosen menggunakan media pengajaran (LCD,
Laptop) dalam proses pembelajaran.- - - 26
7 Dosen menggunakan modul (bahan ajar) dalam belajar-mengajar.
- - - 26
8 Dosen memberikan tugas/latihan/kuis/modul kepada mahasiswa.
- - - 26
9 Dosen menyampaikan materi kuliah secara - 2 14 10
28
efektif.10 Dosen melakukan umpan balik atas
soal/latihan/tugas yang diberikan.- - 15 11
11 Dosen memberikan penilaian secara objektif. - - 5 21
Tabel 4. Kemampuan Mahasiswa
NO ASPEK PENILAIAN SKOR1 2 3 4
1 Saudara menguasai materi yang diajarkan dengan baik
- 2 12 12
2 Saudara merasa tertarik dengan kuliah ini - - 5 213 Saudara dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-pertanyaan dalam kuis/ujian.- 5 9 12
4 Setelah mengikuti matakuliah ini, Saudara merasakan manfaat PHK-1 di jurusan dalam proses belajar mengajar.
- 1 3 22
Keterangan Tabel 3 dan 4:1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Dilihat dari penilian mahasiswa terhadap kinerja dosen dan penilaian
kemampuan diri mahasiswa sendiri relatif terdapat keseragaman, yakni penilaian
terkonsentrasi pada jawaban setuju dan sangat setuju. Jika dilihat dari prosesnya
sebagaimana telah dijelaskan di atas ternyata terdapat beberapa hambatan proses
perkuliahan terutama setelah ujian tengah semester. Oleh karena itu, penilaian
subyektif mahasiswa terhadap kinerja dosen dan kemampuan diri mahasiswa
masih tampak kurang memperhatikan hambatan-hambatan tersebut. Pilihan
jawaban para mahasiswa tersebut cukup beralasan karena koesioner dibagikan
segera setelah Quis-2 dilakukan. Jika dibagikan ketika selesai ujian tengah
semester ada kemungkinan akan menghasilkan derajat konsentrasi penilaian yang
sedikit berubah meskipun secara umum masih tetap sama berada pada konsentrasi
persebaran pertama. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai hambatan yang
dialami selama proses perkuliahan tersebut lebih tampak bukan berasal dari
mahasiswa dan dosen tetapi berasal dari luar, yakni dari fakultas.
29
BAB VKEBERLANJUTAN
Proses perkuliahan menggunakan pendekatan mahasiswa aktif untuk
semua mata kuliah khususnya di Jurusan Sosiologi masih belum banyak
dilakukan. Hal ini disebabkan oleh hambatan yang cukup kompleks, seperti
kurangnya kesadaran para dosen, fasilitas pendukung yang kurang memadai,
komitmen jurusan dan fakultas yang belum optimal, jumlah penerimaan
mahasiswa tiap tahun terlalu banyak, kultur akademik yang kurang dan motivasi
belajar mahasiswa relatif masih rendah.
Dengan diterapkannya perkuliahan Sosiologi Ekonomi dengan
menggunakan pendekatan mahasiswa aktif ini ternyata sangat bermanfaat dalam
mempercepat derajat pemahaman atau penguasaan mahasiswa terhadap materi
perkuliahan. Dilihat dari prosesnya terjadi interaksi antara dosen dengan
mahasiswa dan antar mahasiswa yang lebih intensif, lebih terfokus atau
konsentrasi dalam belajar, lebih terarah, meningkatkan motovasi belajar. Dilihat
dari hasil kerja mahasiswa baik di dalam aktivitasnya maupun di dalam prestasi
belajar melalui beberapa tes yang dilakukan ternyata lebih baik dibanding
menggunakan cara-cara konvensional.
Oleh karena itu, keberlanjutan proses perkuliahan Sosiologi Ekonomi pada
khususnya dan pada umumnya untuk semua mata kuliah di Jurusan Sosiologi,
perlu dilakukan. Pertama, perkuliahan dengan menggunakan pendekatan
mahasiswa aktif bukan hanya berpengaruh terhadap kenerja dosen tetapi juga
terhadap kinerja mahasiswa. Kedua, iklim akademis perkuliahan di dalam kelas
akan lebih dapat diciptakan secara berkelanjutan. Ketiga, semua proses tersebut
secara perlahan dan pasti akan sangat mempengaruhi iklim dan suasana
akademis di lingkungan kampus secara keseluruhan.
Dengan melalui program kerja terarah dan terpadu, peralatan dan fasilitas
yang memadai serta dukungan dana yang cukup bukan mustahil jika dalam
waktu yang relatif singkat akan tercipta perubahan iklim dan suasana akademis
yang relative lebih cepat, bersifat reformatif. Artinya, reformasi iklim akademis ini
dapat dilakukan secara berkelanjutan jika di dalam perkuliahan dapat diterapkan
pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, dapat dilakukan secara
konsisten dan mendapat dukungan memadai dari semua pihak berkepentingan.
30
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil proses pembelajaran dan pembahasan di atas, dapat
dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran Sosiologi Ekonomi yang dilakukan pada semester ganjil
periode tahun 2011/2012 mampu meningkatkan pretasi belajar mahasiswa.
Ini dilakukan melalui pengembangan bahan ajar (terumuskan dalam GBPP),
pembimbingan kelompok di luar kelas, pengembangan strategi diskusi
interaktif di kelas dan berbasis media elektronika.
2. Keberhasilan tersebut dilihat dari prosesnya sangat berhubungan dengan
konsistensi dalam menggunakan pendekatan mahasiswa aktif. Sejauh
kendala-kendala eksternal dapat diatasi dengan baik dan cepat, maka
efektifitas penggunaan pendekatan mahasiswa aktif dalam proses
pembelajaran akan tetap dapat dipertahankan.
Saran
1. Proses perkuliahan pada semua mata kuliah di
jurusan sosiologi perlu diarahkan dan dikembangkan dengan merubah dari
pendekatan konvensional menjadi menggunakan pendekatan lain yang lebih
memotivasi mahasiswa untuk giat belajar, kreatif dan bertanggung jawab.
Kendala-kendala eksternal baik berupa sarana dan prasarana fisik
maupun kualitas sosial-psikologis yang mendukung iklim dan suasana akademis
di lingkungan jurusan dan fakultas perlu segera diatasi dan menjadi program
prioritas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Mudiyastuti. 2005. Diktat Perkuliahan Berbasis Kompetensi. Semarang, Jurusan Geografi.
Mulyasa E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Cetakan ke Tujuh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK . Malang: UM Press.
__________.2004. Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nurdin S. 2005. Guru Profesiona dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.
Sugandi. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.
32
BAB V
JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Bulan Ke8 9 10 11 12
1. Menyusun proposal kegiatan 2. Kontrak perkuliahan3. Mengembangkan silabus, RPP, materi bahan
ajar, serta membuat hand out, slide focus, bahan evaluasi sesuai dengan pendekatan mahasiswa aktif dan kontekstual
4. Proses perkuliahanMenyusun laporan perkembangan
5. Proses monitoring dan evaluasi pembelajaran6. Menyusun draft laporan7. Seminar Hasil 8. Menysun laporan final dan menyebaran
33
BAB VI
USULAN BIAYA
No Komponen Satuan Frekuensi Jumlah
ATK dan Bahan Habis Pakai1 Kertas A4 80 gram 35.000 3 rim 105.0002 Catridge Printer Canon 350.000 1 buah 350.0003 Tinta Hitam Canon 25.000 3 kotak 75.0004 Tinta Warna Canon 30.000 2 kotak 60.0005 Flashdisk 2 GG 150.000 2 buah 300.0006 CD RW Sony 150.000 1 kotak 150.0007 Buku Literatur 75.000 10 buah 670.0008 Foto copy 500.000 1 paket 500.0009 Kertas Plano 25.000 20 set 500.00010 Kertas Chip 50.000 10 set 500.00011 Spidol Besar 40.000 10 pak 400.00012 Sepidol Kecil 15.000 10 pak 150.000
Komponen Pelaporan1 Penggandaan Laporan 50.000 10 buah 500.0002 Cetak hand-out 25.000 80 buah 2.000.0003 Dokumentasi/cetak foto 350.000 2 paket 700.0004 Scaning 5.000 48 kali 240.0005 Burning CD 5.000 10 buah 50.000
Komponen Seminar1 Makan Siang dan Snack 30.000,- 25 orang 750.000
Total Biaya 8.000.000Terbilang : Delapan Juta Rupiah
34
BAB VII
DAFTAR RIWAYAT HIDUP TIM PENGUSUL
1. Ketua Tim:IdentitasNama Lengkap : Drs. Ikram, M.Si.NIP 19611208 198902 1 001Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat, Tanggal Lahir : Ambon, 08 Desember 1960Disiplin Ilmu : SosiologiPangkat/Golongan : IV/aJabatan : Lektor KepalaAlamat Kantor :
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145
Alamat Rumah : Perum Rajabasa Indah, Bandar Lampung Contact Person : 081379629554
Pendidikan :
Strata Universitas Tempat Gelar Tahun Selesai Bid. Studi
S1UGM Yogyakarta
Drs.1988 Sosiologi
S2IPB Bogor
M.Si2003 Gizi Masyarakat
Pengalaman Mengajar di Universitas LampungNo Mata Kuliah Tempat Semester1. Pengembangan Kelembagaan dan Modal
SosialFISIP Unila Ganjil
2. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat
FISIP Unila Ganjil
3. Statistik Sosial I FISIP Unila Ganjil4. Statistika Sosial II FISIP Unila Genap5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat FISIP Unila Genap6. Metode Partisipatif dalam Pengembangan
MasyarakatFISIP Unila Genap
2. Anggota:
IdentitasNama Lengkap : Dr. Hartoyo, M.SiNIP 196008121989031001Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat, Tanggal Lahir : Blora, 8 Desember 1960Disiplin Ilmu : SosiologiPangkat/Golongan : IV/b
35
Jabatan : Lektor KepalaAlamat Kantor : Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1
Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145Alamat Rumah : Perum Bataranila Blok B No. 5 Hajimena,
Natar, Lampung SelatanContact Person : 08127937553
Pendidikan :
Strata Universitas/Institut Tempat Gelar Tahun
Selesai Bid. Studi
S1UGM Yogyakarta
Drs.1989 Sosiologi
S2UI Jakarta
M.Si1995 Sosiologi
S3IPB Bogor
Dr.2010 Sosiologi
Pedesaan
Pengalaman Mengajar di Universitas LampungNo Mata Kuliah Tempat Semester1. Psikologi Sosial Fisip Unila Ganjil2. Pengembangan Kelembagaan dan
Modal SosialFisip Unila Ganjil
3. Teori Sosiologi Moderen Fisip Unila Ganjil4. Teori Sosial Kritis dan Posmo Fisip Unila Genap5. Manejemen Konflik Fisip Unila Genap6. Sosiologi Industri Fisip Unila Genap
36
37
LAMPIRAN :
Evaluasi Diri Penjaminan Mutu Perkuliahan
38