60
Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran PHKI -I LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN MAHASISWA AKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN MODAL SOSIAL Oleh: Drs. Ikram, M. Si 1

1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran PHKI -I

LAPORAN KEGIATAN

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN MAHASISWA AKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

DAN MODAL SOSIAL

Oleh:

Drs. Ikram, M. Si

JURUSAN SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNGTAHUN 2011

1

Page 2: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : Pelaksanaan Metode Pembelajaran Mahasiswa Aktif melalui Pendekatan Kontekstual pada Mata Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial

IDENTITAS PENGUSUL

Nama Ketua : Drs. Ikram, M.SiJenis Kelamin : Laki-lakiPangkat/Golongan : Pembina, IV/aNIP : 19611208 198902 1 001Jabatan : Lektor KepalaFakultas/Jurusan : FISIP/SosiologiPerdosenan Tinggi : Universitas LampungJangka Waktu Pembelajaran : September-Desember 2011Mata Kuliah yang diajukan : Pengembangan Kelembagaan dan Modal

SosialSemester/PS/Jurusan : VII (tujuh)/Sosiologi Jumlah mahasiswa : 128 OrangKelas paralel : TidakJumlah anggota : 1 (satu) Orang (Dr. Hartoyo, M.Si)Sumber biaya : Program Peningkatan Mutu Proses

Pembelajaran PHKI-I

Bandar Lampung, 20 Desember 2011

Menyetujui, Ketua Tim Penyusuna.n. Ketua Jurusan Sosiologi

Drs.Susetyo, M.Si Drs. Ikram, M.SiNIP 195810041989021001 NIP 19611208 198902 1 001

Mengetahui,Direktur Eksekutif PHK-I

Universitas Lampung

Prof. Dr. Ir. R.A. Bustami Rosadi, M.S.NIP 19490706 197903 1 004

2

Page 3: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

RINGKASAN

Proses perkuliahan Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial menggunakan pendekatan CTL secara umum bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang berbagai fenomena kelembagaan dan modal sosial. Secara khusus bertujuan: 1) meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam pembelajaran; 2) meningkatkan kreativitas dan kemandirian belajar; dan 3) menghasilkan media pembelajaran berbasis elektronika yang lebih menunjang proses pembelajaran.

Dalam proses perencanaan pembelajaran dikembangkan GBPP, RPP dan bahan ajar yang sesuai dengan disiplin sosiologi. Strategi pembelajaran dilakukan dengan pendekatan CTL. Untuk kegiatan kelompok di luar kelas disediakan waktu konsultasi agar mahasiswa dapat memanfaatkan untuk lebih memahami materi yang ditugaskan. Setiap hasil kerja kelompok harus disajikan di kelas ketika kuliah berlangsung dengan menggunakan program Power Point yang didukung dengan Laptop dan LCD. Selain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas sosial sehari-hari.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa, pertama, proses pembelajaran mampu meningkatkan pretasi belajar mahasiswa. Ini dilakukan melalui pengembangan bahan ajar (terumuskan dalam GBPP), pembimbingan kelompok di luar kelas, pengembangan strategi diskusi interaktif di kelas dan berbasis media elektronik. Kedua, keberhasilan tersebut dilihat dari prosesnya sangat berhubungan dengan konsistensi dalam menggunakan pendekatan mahasiswa aktif. Sejauh kendala-kendala eksternal dapat diatasi dengan baik dan cepat, maka efektifitas penggunaan pendekatan mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran akan tetap dapat dipertahankan.

3

Page 4: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rakhmat dan karunia-Nya, laporan kegiatan tentang Peningkatan

Mutu Proses Pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial ini

dapat diselesaikan. Proses pembelajaran ini menggunakan pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning), dilaksanakan pada semester Ganjil

2011/2012 yang didanai oleh Program PHKI-1 Universitas Lampung Tahun

Anggaran 2011.

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang

tinggi kami sampaikan kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung

ikut mendukung kegiatan ini. Semoga amal kebaikan semuanya diterima oleh

Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan imbalan yang setimpal.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan yang sudah terlaksana dan

yang dilaporkan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,

saran, kritik konstruktif dan masukan-masukan yang berarti sangat kami

harapkan. Atas segala doa, dukungan dan perhatian semua pihak, kami

mengucapkan terima kasih dan menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan semua pihak yang

terlibat.

Bandar Lampung, Desember 2011

Ketua Tim

4

Page 5: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

DAFTAR ISI

HalamanJUDUL…………………………………………………………………………..... i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. ii

RINGKASAN…………………………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR……………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORETIK..... 7

BAB III METODE PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI.............. 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 17

BAB V KEBERLANJUTAN.................................................................... 26

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 30

5

Page 6: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

HalamanTabel 1 Struktur Nilai 21

Tabel 2 Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial

21

Tabel 3 Penilian Kinerja Dosen Dalam Proses Pembelajaran 23

Tabel 4 Kemampuan Mahasiswa 24

Gambar 1 Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial

22

6

Page 7: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan

mahasiswa untuk berbagi dan mengolah berbagai informasi dengan tujuan agar

pengetahuan yang diperoleh terpatri di dalam diri mahasiswa. Proses tersebut

diharapkan menjadi landasan belajar mahasiswa secara mandiri dan berkelanjutan.

Salah satu ciri utama keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa adalah

meningkatnya pemahaman (penguasaan) meteri kuliah dan kemampuan belajar

secara mandiri dan berkelanjutan.

Mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial merupakan

mata kuliah di Jurusan Sosiologi yang diajarkan pada semester VII (Tujuh)

dengan bobot 3 SKS (3-0). Mata kuliah tersebut mempelajari berbagai konsep dan

keterkaitan antar berbagai konsep dasar teori-teori sosiologi dalam mengkaji

kelambagaan dan modal sosial. Selama ini, kegiatan pembelajaran mata kuliah

tersebut adalah lebih banyak dilakukan menggunakan metode klasik (ceramah dan

tanya jawab) dan dikonsentrasikan di dalam ruang kelas. Metode pembelajaran

tersebut disadari termasuk pada pendekatan konventional dan memang hasilnya

kurang efektif dalam meningkatkan minat, gairah dan prestasi belajar mahasiswa.

Dalam proses perkuliahan, dosen mempersiapkan beberapa bendel print-

out bahan ajar dalam bentuk hand-out dalam program power-point. Bahan ajar

yang disiapkan terbatas berisikan uraian-uraian tentang pokok-pokok bahasan

yang menjadi topik pembelajaran terutama dalam setiap kali perkuliahan. Setiap

perkuliahan berlangsung mahasiswa memperhatikan penjelasan dari dosen dan

kemudian dilakukan tanya-jawab untuk memperjelas apa saja yang kurang

dimengerti. Proses belajar tersebut masih nampak adanya unsur sikap dan perilaku

pasif dari mahasiswa dan juga kurang adanya kontrol dan pengelolaan aktif,

kreatif dan inovatif dari dosen di dalam menciptakan suasana dan gairah belajar

baik di dalam maupun di luar kelas . Mahasiswa berada pada posisi tergantung

atau ibaratnya seperti sebuah gelas yang tidak akan terisi jika tidak diisi.

7

Page 8: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Metode yang didominasi oleh pendekatan top-dawn mengesampingkan

proses pembelajaran bersifat horizontal, dan meskipun terjadi peningkatan

pengetahuan mahasiswa tetapi dirasa masih kurang memuaskan. Asumsinya dapat

dianalogkan sebagai berikut, bahwa: “putihnya beras itu tidak hanya karena

ditumbuk (proses top-dawn) tetapi juga karena terjadi gesekan antar beras itu

sendiri (proses horizontal)”. Jika prinsip tersebut diterapkan kepada manusia

belajar justru lebih dari itu, bahwa peningkatan pemahaman pengetahuan

mahasiswa juga dapat dilakukan secara mandiri, di mana mahasiswa memiliki

kapasitas bertindak (belajar) secara aktif, kratif dan inovatif. Oleh karena itu,

diperlukan pendekatan pembelajaran baru yang lebih efektif (dengan tidak

mengurangi aspek efisiensi) di dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa

dalam mempelajari mata kuliah tersebut.

Metode konvensional tersebut memang berhubungan erat dengan prestasi

belajar mahasiswa peserta kuliah, tetapi masih kurang memuaskan jika dilihat dari

hasil belajar secara murni. Dari hasil evaluasi tengah dan akhir semester pada

semerter ganjil periode tahun 2010/2011 ternyata hasil yang diperoleh masih

kurang optimal, terutama yang berhubungan dengan derajat pemahaman

mahasiswa terhadap konsep-konsep dasar kelembagaan sosial dan modal sosial

dan dalam menganalisis contoh-contoh praktis di dalam kehidupan sehari-hari.

Artinya, mahasiswa masih kurang cepat mengerti dan memahaminya.

Dari hasil evaluasi pembelajaran “secara murni” yang dilakukan melalui

beberapa test terdapat 8 % peserta dengan nilai A, 20 % nilai B, 58 % nilai C, dan

sisanya sebanyak 14% mendapat nilai D dan E. Setelah dilakukan umpan-balik

berupa saran dan kritik dari mahasiswa peserta kuliah diketahui bahwa terdapat

beberapa persoalan utama yang menyebabkan perkuliahan tersebut cenderung

kurang efektif, yakni: (a) motivasi belajar masih rendah; (b) menggunakan metode

pembelajaran konvensional cenderung menyebabkan mahasiswa pasif, tidak

terjadi proses dialogis yang hangat di antara mahasiswa dan antara mahasiswa

dengan dosen; (c) kurang terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa di luar

kelas dalam meningkatkan pemahaman materi; (d) orientasi partisipasi mahasiswa

dalam perkuliahan cenderung lebih memperhatikan hasil belajar (nilai) daripada

prosesnya (by-pass); dan (e) sebagai konsekuensi dari semua persoalan tersebut

8

Page 9: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

adalah mahasiswa kurang cepat dalam memahami materi perkuliahan ketika

dikaitkan dengan fenomena praktis yang terjadi di lingkungan sekitar.

Materi Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial termasuk salah

satu mata kuliah yang tidak cukup mudah dicerna atau difahami oleh mahasiswa,

karena syarat dengan konsepsi-konsepsi sosiologis tentang kelembagaan sosial

dan modal sosial yang kompleks dan abstrak, meskipun wujud dari konsepsi

tersebut dapat dirujuk pada realitas kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu,

persoalan tersebut akan menjadi lebih mudah diatasi ketika teori-teori yang dikaji

selalu dapat dijabarkan secara sederhana dan diberikan contoh-contoh nyata yang

dapat dirujuk, melekat dan hadir di dalam dinamika kehidupan sosial sehari-hari,

baik yang dialami oleh mahasiswa sendiri maupun yang dialami oleh orang lain.

Disadari banyak faktor pengaruh di dalam melaksanakan pembelajaran aktif,

efektif, mandiri dan cepat. Akan tetapi, bukan berarti bahwa sudah tidak ada lagi

pendekatan pembelajaran lain yang lebih efektif jika dibandingkan dengan

menggunakan metode konvensional. Untuk mengatasi persoalan pembelajaran

tersebut, harus dilakukan pembaharuan dengan menggunakan pendekatan baru

yang secara teoritis dan prosesual dapat memecahkan beberapa persoalan

pembelajaran yang mendasar. Menjawab tantangan tersebut, maka usulan proses

pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial

melalui program PHKI-I ini dilakukan dengan menggunakan metode

pembelajaran berbasis mahasiswa aktif (active learning process) dengan

menggunakan pendekatan pembalajaran kontekstual.

1.2. Perumusan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan

permasalahan umum, yakni: Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman atau

penguasaan materi pembelajaran mahasiswa dalam Mata Kuliah Pengembangan

Kelembagaan dan Modal Sosial ? Secara rinci permasalahan umum tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

9

Page 10: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

1. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses

pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial, sehingga

mampu meningkatkan daya kreasi dan inovasi mereka ?

2. Adakah metode pendekatan pembelajaran tertentu yang secara efektif dapat

digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa

peserta mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial ?

3. Media pembelajaran apa saja yang lebih efektif digunakan dalam menunjang

proses pembelajaran mahasiswa aktif dengan pendekatan tertentu yang

digunakan ?

1.2.2. Strategi Pemecahan Masalah

Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa secara mandiri melalui

metode pembelajaran dengan pendekatan non konvensional yang berpengaruh

pada peningkatan prestasi belajar mahasiswa masih sangat terbuka. Caranya

dengan melakukan perubahan metode pembelajaran dari pendekatan konvensional

ke pendekatan lain yang lebih sesuai dengan esensi materi perkuliahan. Metode

pembelajaran yang dimaksud adalah metode yang mampu mendekatkan secara

sederhana antara dunia ide yang abstrak (teoritis) dengan dunia nyata (praksis)

yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan menghubungkan antara dunia ide yang abstrak (teoritis)

dengan dunia nyata (praksis) melalui berbagai pemahaman terhadap fenomena

sosial yang sering hadir di dalam kehidupan sehari-hari, mudah ditemukan, dan

berada di lingkungan sekitar, merupakan titik masuk bagaimana motivasi belajar,

susana dan iklim belajar, dan interaksi dialogis dalam proses pembelajaran di

antara subyek-subyek belajar dapat ditingkatkan. Semua itu pada akhirnya

diharapkan berkonsekuensi pada prestasi belajar mahasiswa yang meningkat

secara signifikan, baik dalam aspek substantif (meningkatan pengetahuan dan

pemahaman) dan hasil tersebut berjalan seiring dengan meningkatnya prestasi

belajar secara substantif dan administrarif murni.

Untuk mengatasi persoalan tersebut dalam pembelajaran Pengembangan

Kelembagaan dan Modal Sosial digunakan pendekatan pembelajaran kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) yang disingkat dengan pendekatan CTL.

10

Page 11: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Pertama, pendekatan CTL dipercaya lebih membantu upaya dosen dan mahasiswa

dalam mengaitkan antara materi (teori) yang diajarkan dengan dunia nyata dan

dapat mendorong untuk dapat menghubungkan antara pengetahuan teoritis dengan

selalu merujuk pada contoh-contoh kehidupan sosial sehari-hari yang terjadi di

lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan CTL, mahasiswa dapat lebih

mudah menangkap dan mencerna materi pembelajaran sampai pada derajat

pemahaman atau penguasaan tertentu lebih tinggi secara substantif yang sejalan

dengan nilai administratif dibandingkan dengan menggunakan pendekatan

konvensional, sebagaimana yang sudah dilakukan sebelumnya. Kedua, dalam

melaksanakan pendekatan CTL tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga

di luar kelas. Dalam hal ini dosen akan memberikan waktu dengan membuka

ruang konsultasi dan bimbingan teknis terhadap mahasiswa dalam mengatasi

berbagai persoalan pembelajaran yang tidak bisa dipecahkan di kelas. Ketiga,

mahasiswa diarahkan untuk dapat melakukan akses informasi melalui berbagai

media cetak, elektronik dalam mencari tambahan bahan teori dan contoh-contoh

praktis, serta pengamatan langsung untuk menemukan berbagai fenomena sosial

dan ekonomi sehari-hari.

1.3. Tujuan dan Luaran

Metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mahasiswa aktif

TL, kreatif dan inovatif melalui pendekatan kontekstual ini secara umum

bertujuan untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman mahasiswa peserta

kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial tentang konsep-konsep

kelembagaan dan modal sosial serta hubungan antar konsep yang dapat dirujuk

secara praktis dan sederhana melalui berbagai fenomena realitas sosial sehari-hari

dalam kerangka analisis sosiologis. Secara khusus digunakan metode

pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa peserta dalam proses pembelajaran

Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial.

2. Meningkatkan daya kreativitas, inovasi dan kemandirian belajar mahasiswa

peserta kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial.

11

Page 12: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

3. Menghasilkan media pembelajaran berbasis elektronika yang lebih menunjang

proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Kemudian, luaran yang diharapkan dapat dihasilkan dari pengembangan

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah

meningkatnya penguasaan dan pemahaman mahasiswa tentang berbagai konsep

dasar yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan dan modal sosial dan

hubungan antar konsep dengan mampu mengkaitkan antara dunia teori (ide) dan

dunia praksis yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Secara kuantitatif,

peningkatan pemahaman mahasiswa dalam penguasaan materi mata kuliah

Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial dapat diwujudkan dengan

meningkatnya prestasi (nilai mutu murni) mahasiswa dari hasil evaluasi kinerja

baik secara individual maupun kelompok yang dapat dilihat mulai dari tahap awal,

proses hingga tahap akhir evaluasi.

12

Page 13: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB II

KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK

2.1. Metode Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL

Metode pembelajaran mahasiswa aktif melalui pemdekatan kontekstual

dapat disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan ini yang diharapkan bisa membantu dosen menghubungkan antara

materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata dan mendorong mahasiswa

melakukan interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam realitas kehidupan di berbagai ruang sosial (Depdiknas, 2003: 5). Dalam

kaitan ini mahasiswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar,

manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa

yang mereka pelajari bermanfaat bagi kehidupan sosial sehari-hari. Dalam hal ini

tugas dosen adalah membantu mahasiswa dalam meraih tujuannya, yakni lebih

fokus pada urusan metode pembelajaran dengan pendekatan yang digunakan

daripada memberi informasi. Dosen lebih fokus pada pengelolaan kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi mahasiswa.

Proses pembelajaran tersebut lebih diwarnai student centered learning daripada

teacher centered learning.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pendekatan CTL dirancang dan

dilaksanakan berdasarkan landasan “kontruktivisme” yaitu suatu perspektif yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal teks dan mengingat

gambar. Mahasiswa harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengkonstruksi

pengetahuan di dalam alam pikiran mereka sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Argumen ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya pengetahuan itu tidak

dapat difahami sebagai fakta-fakta terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan

yang dapat diterapkan dalam dunia nyata yang selalu hadir di dalam lingkungan

sosial sekitar (Sugandi, 2004: 41).

Menurut Depdiknas (2003), dalam pendekatan CTL pihak dosen harus

melakukan beberapa hal berikut: (a) mengkaji konsep atau teori yang akan

dipelajari oleh mahasiswa; (b) memahami latar belakang dan pengalaman hidup

13

Page 14: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

mahasiswa melalui proses pengkajian psikologis dan sosiologis; (c) mempelajari

lingkungan belajar (kampus) dan tempat tinggal mahasiswa yang selanjutnya

memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam

pembelajaran kontekstual; (d) merancang pembelajaran dengan mengkaitkan

konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang

dimiliki dan lingkungan hidup mereka; (e) melaksanakan evaluasi terhadap

pemahaman mahasiswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap

rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.

2.2. Karakteristik Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL

Metode pembelajaran dengan pendekatan CTL pada dasarnya memiliki

tujuh komponen utama, yaitu: contructivism, inquiry, questioning, learning

community, modeling, reflection, dan authentic assesment (Depdiknas, 2003).

Contructivism merupakan perspektif utama pendekatan CTL. Asumsi

dasarnya manusia secara aktif, kreatif dan inovatif membangun pengetahuan

secara bertahap menuju pada kesempurnaan. Melalui konteks yang terbatas itu

hasilnya dapat diperluas melalui proses terus menerus. Paradigma ini menolak

anggapan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta, konsep, dan kaidah-

kaidah yang bersifat taken for granted, sehingga siap untuk dipergunakan.

Manusia tidak dilihat secara pasif sebagai obyek pengetahuan, tetapi sebagai

subyek yang mampu mengontruksi pengetahuan dan memberi makna melalui

pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran

harus dimaknai sebagai proses “mengkonstruksi” secara aktif, kreatif dan inovatif,

bukan hanya sekedar “menerima”. Artinya, mahasiswa dalam proses

pembelajaran harus berkembang kemampuan dalam membangun sendiri

pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dan dalam prosesnya mahasiswa

menjadi pusat penggiatnya, bukan dosen.

Dalam pandangan kontruktivisme “metode memperoleh” lebih diutamakan

dibandingkan dengan seberapa banyak mahasiswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan. Untuk itu, tugas dosen adalah memfasilitasi proses pembelajaran

dengan: (1) menjadikan pengetahuan itu bermakna dan relevan bagi mahasiswa;

(2) memberikan kesempatan mahasiswa menemukan dan menerapkan idenya

14

Page 15: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

sendiri secara aktif, kreatif, bebas dan bertanggung jawab berorientasi kebenaran;

(3) menyadarkan mahasiswa agar dapat menerapkan metodenya sendiri.

Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa diharapkan

bukan hasil dari tindakan mengingat terhadap seperangkat fakta-fakta, tetapi dari

menemukan sendiri. Dosen harus merancang kegiatan yang merujuk pada

kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Di dalam proses tersebut

berhubungan dengan siklus inquiry dan langkah kegiatan. Pertama, siklus inquiry

dapat digambarkan dalam tahapan sebagai berikut: Observation, Questioning,

Hipotesis, Data ghatering, Conclution. Kedua, langkah-langkah kegiatan inquiry

adalah: (a) merumuskan masalah; (b) mengamati atau melakukan observasi; (c)

menganalisis dan menyajikan hasil proses belajar dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lainnya; dan (d) mengkomunikasikan atau menyajikan

hasil karya pada pembaca, teman sekelas, dosen atau audien yang lain.

Questioning merupakan metode pembejaran utama dalam pendekatan

CTL. Bertanya dipandang sebagai kegiatan dosen untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berfikir mahasiswa. Bagi mahasiswa,

kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran

yang berbasis inkuiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya

adalah suatu metode yang digunakan secara aktif oleh mahasiswa untuk

menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan

spontan yang diajukan mahasiswa dapat digunakan untuk merangsang berfikir,

berdiskusi, dan berspekulasi. Dosen dapat menggunakan teknik bertanya dengan

cara memodelkan keingintahuan mahasiswa dan mendorongnya agar mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi

(sharing) antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka

yang belum tahu. Dalam metode pembelajaran dengan pendekatan CTL, dosen

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.

15

Page 16: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Mereka yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum

tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat.

Modeling artinya, dalam sebuah pembelajaran tentang ketrampilan atau

pengetahuan tertentu ada model yang biasa ditiru. Model itu bisa cara

pengoperasian sesuatu, cara memperbesar dan memperkecil skala peta sosial, cara

menggunakan teori, cara mengukur suku atau iklim sosial dan sebagainya. Dalam

pendekatan CTL, dosen bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan

melibatkan mahasiswa, model juga dapat didatangkan dari luar. Contoh praktek

pemodelan di dalam kelas adalah dosen menunjukan gambar peristiwa-peristiwa

sosial tertentu, jadi yang dapat digunakan sebagai contoh mahasiswa dalam

menemukan suatu instrumen untuk dengan mudah menangkap peristiwa sosial di

lingkungan sekitarnya.

Reflection adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu.

Disini mahasiswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur

pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya. Realisasi refleksi dapat berupa: (1) pernyataan langsung

tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu; (2) catatan atau jurnal di buku

mahasiswa; (3) kesan dan saran mahasiswa mengenai pembelajaran hari itu; (4)

proses diskusi; dan (5) hasil karya.

Authentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran tentang perkembangan belajar mahasiswa. Gambaran

perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa

memastikan bahwa mahasiswa mengalami proses pembelajaran. Apabila data

yang dikumpulkan oleh dosen mengidentifikasi bahwa mahasiswa mengalami

kemacetan dalam belajar, maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat

agar mahasiswa terbatas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang

kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment

tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada

kegiatan evaluasi hasil belajar (UAS), tetapi dilakukan bersama dengan secara

terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Data yang

dikumpulkan dalam assessment bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar

16

Page 17: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

mahasiswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya

membantu mahasiswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada

perolehan sebanyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Karena assessment

menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus di peroleh

dari kegiatan nyata yang dikerjakan oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip yang dipakai adalah: (1) mengukur semua aspek

pembelajaran meliputi proses, kinerja, dan produk; (2) dilaksanakan selama dan

sesudah proses pembelajaran berlangsung; (3) menggunakan berbagai cara dan

berbagai sumber; (4) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian;

(5) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta

perkuliahan bukan keluasannya; dan (6) tugas-tugas yang diberikan harus

mencerminkan bagian dari kehidupan nyata sehari-hari.

Berdasarkan karakteristik dari authentic assessment tersebut maka dapat

dikemukaan enam butir, yaitu: (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk tes formatif maupun sumatif;

(3) yang diukur adalah ketrampilan performance, bukan mengingat fakta; (4)

berkesinambungan; (5) terintegrasi; dan (6) dapat digunakan untuk feed back

2.3. Proses Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL

a. Perencanaan Pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Mudiastuti, 2005: 2).

Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh dosen meliputi penyusunan perangkat

pembelajaran antara lain: Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Ajar serta Instrumen Evaluasi, yang semuanya

mengacu pada format pembelajaran kontekstual.

b. Proses Pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan konteksutal, di mana

proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas mahasiswa sedangkan dosen

hanya berperan sebagi fasilitator bagi mahasiswa dalam menemukan suatu konsep

atau memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak hanya

17

Page 18: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

dilaksanakan di dalam kelas tetapi juga dilaksanakan di luar kelas atau lingkungan

sekitar dengan menggunakan berbagai sarana dan media pembelajaran yang

efektif dan menggunakan metode pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan

kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual tersebut sumber belajar tidak hanya

berasal dari dosen tetapi dari berbagai sumber, seperti hand-out, buku ajar, media

masa cetak dan media elektronik, lingkungan dan lain-lain. Asumsi yang

mendasarinya bukan hanya top-dawn dan proses horizontal, tetapi juga proses

belajar mandiri secara berkelanjutan yang dilandasi oleh motivasi internal.

c. Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip

penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan

selama dan sesudah proses pembelajaran befrlangsung, dengan menggunakan

berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran,

yaitu proses, kinerja dan produk.

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka penerapan pendekatan CTL d

mana pihak dosen harus memegang beberapa prinsip, yaitu: a) merencanakan

pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental; b) membentuk kelomok

belajar yang saling bergantung; c) menyediakan lingkungan yang mendukung

belajar mandiri; d) mempertimbangkan keragaman mahasiswa (diversity of

student); e) memperhatikan multi-intelegensi (multiple inteligences) mahasiswa;

f) melakukan teknik bertanya (questioning); dan g) menerapkan penilaian autentik

(authentic assessment).

Oleh karena itu, pendekatan CTL secara langsung bersinggungan dengan

proses pembelajaran dalam empat hal. Pertama, pembelajaran berbasis masalah

(problem-based learning), yakni suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang

cara berfikir kritis dan ketrampilan dalam memecahkan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Kedua,

pengajaran kooperatif, yakni pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama mahasiswa.

Ketiga, pengajaran berbasis inquiry, yakni pembelajaran yang mendorong

mahasiswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

18

Page 19: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

konsep atau prinsip-prinsip, sedangkan dosen mendorongnya untuk melakukan

percobaan yang memungkinkan mahasiswa menemukan sendiri prinsip-psinsip

atau konsep-konsep. Keempat, pengajaran berbasis tugas, yakni merupakan

metode pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar mahasiswa di

desain agar mereka dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah

authentik (Nurhadi dkk, 2003: 55-78)

19

Page 20: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB III

METODE PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI

3.1. Metode Pengembangan

Metode pengembangan yang digunakan dalam pembelajaran dalam mata

kuliah ini termasuk dalam rumpun metode student centered learning (SCL) atau

yang sudah lama dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif (CBSA), yakni

Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengembangan metode pembelajaran

dengan pendekatan CTL didasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun dalam

perspektif konstruktivisme. Melalui pendekatan ini maka di dalam pelaksanaanya

memposisikan mahasiswa sebagai subyek belajar yang aktif, kreatif dan inovatif.

Semua mahasiswa peserta mata kuliah Pengembangan Kelembagaan dan Modal

Sosial semester ganjil 2010/2011 yang pada awalnya diperkirakan jumlahnya

sebanyak 30 orang, tetapi dalam pelaksanaannya berjumlah 128 orang. Proses

perkuliahan mulai dari perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi tahap

akhir dilakukan selama satu semester.

Dalam rangka menunjang proses pembelajaan dengan pendekatan CTL

tersebut perlu dipersiapkan dan dikembangkan perangkat pembelajaran, yaitu (1)

mengembangkan Silabus, RPP, Bahan Ajar, dan mengembangkan media

pembelajaran berbasis elektronik yang mengacu pada prinsip dan format

pembelajaran kontekstual; (2) mengumpulkan dan menyusun materi perkuliahan

berbasis kontekstual untuk lembar kerja yang akan didiskusikan pada tahap awal

dan tengah semester; (3) merumuskan model pembelajaran sesuai dengan

pendekatan CTL dan tujuan pembelajaran Pengembangan Kelembagaan dan

Modal Sosial.

3.2. Prosedur Kerja

Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan konteksutal,

proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas siswa sedangkan dosen hanya

berperan sebagi fasilitator bagi mahasiswa dalam menemukan suatu konsep atau

memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di

dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas (jika tidak memungkinkan

20

Page 21: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

dapat diganti dengan video-film) atau observasi terhadap lembaga sosial yang ada

di lingkungan sekitar dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang

efektif dan menggunakan metode pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan

kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidak hanya berasal

dari dosen tetapi juga dari berbagai sumber lain, seperti buku, media cetak dan

elektronik, lingkungan sekitar dan lain-lain.

Langkah-langkah yang digunakan dalam setiap proses perkuliahan dapat

diringkas sebagai berikut:

a. Menyampaikan sub pokok bahasan yang akan di pelajari dan melakukan

pengingatan kembali materi yang sudah dibahas sebelumnya.

b. Dosen menyampaikan materi dengan program komputer dan LCD. Penjelasan

dimulai dari konsep-konsep dasar yang selalu dapat dilihat (dirujuk) dalam

realitas sehari-hari.

c. Mengamati beberapa kasus bekerjaanya kelembagaan sosial, terutama melalui

media elektronik (VCD). Mahasiswa secara kelompok diminta mendiskusikan

dan menganalisisnya sesuai dengan teori yang telah disampaikan.

d. Dosen mendampingi, memonitor dan mengevaluasi hasil kerja mahasiswa.

Umpan balik dari mahasiswa dilakukan untuk melihat intensitas penguasaan

materi yang didiskusikan.

e. Pada akhir perkuliahan dilakukan proses evaluasi dan refleksi (replanning)

terhadap materi perkuliahan yang baru saja dipelajari.

f. Dosen menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari pada kuliah

berikutnya.

g. Dosen memberi tugas kelompok kepada para mahasiswa untuk dijadikan tugas

terstruktur. Ini dilakukan guna meningkatkan kepekaan dan kemampuan

mahasiswa dalam pemecahan berbagai kasus secara bersama (kelompok).

h. Dosen membuka waktu konsultasi di luar jam perkuliahan dan melakukan

evaluasi hasil kerja kelompok untuk dipresentasikan di kelas.

3.3. Indikator Kinerja

Keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk

memperoleh hasil belajar secara murni dapat diukur secara kuantitatif maupun

21

Page 22: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

kualitatif.  Secara kuantitatif, keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa

tersebut dapat dilihat melalui:

1. Apakah nilai angka dan huruf mutu yang dicapai mahasiswa lebih baik jika

diperbandingkan dengan nilai mahasiswa periode sebelumnya dengan bobot

penilaian yang sama yaitu kehadiran (bobot 5%), Quis sebanyak 4 kali (bobot

20%), Ujian Tengah Semester (bobot 20%), Ujian Akhir Semester (bobot

25%) dan keaktifan kerja mahasiswa baik secara individual maupun kelompok

di dalam dan di luar kelas (bobot 30%). Proses pengamatan secara langsung

terhadap kegiatan belajar mahasiswa, terutama di kelas, menjadi instrumen

yang sangat penting dan melekat di dalamnya.

2. Jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan yang dapat dilihat dari daftar

hadir kuliah pada buku pantauan kuliah.

3. Skor penilaian mahasiswa terhadap dosen dalam proses pembelajaran sebagai

umpan balik mahasiswa kepada dosen. 

Sedangkan, secara kualitatif dapat ditinjau dari perubahan yang terjadi

pada motivasi belajar mahasiswa yang dapat dilihat dari aktivitas, kreativitas dan

inovasinya selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan bagi dosen dapat

dilihat perkembangan materi dan bahan ajar dalam silabus dan RPP, metode

penguasaan kelas, metode pembelajaran yang digunakan, suasana kelas dalam

setiap proses pembelajaran, dan frekuensi dan intensitas konsultasi mahasiswa

dalam membuat tugas individual dan kelompok. Disini, proses pengamatan secara

langsung terhadap kegiatan belajar mahasiswa, terutama di kelas, menjadi

instrumen yang sangat penting dan melekat di dalamnya.

22

Page 23: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran

Setiap awal perkuliahan dijelaskan ruang lingkup materi kuliah yang akan di

bahas saat itu. Sebelum masuk pada materi kuliah baru, dilakukan refleksi selama

10 menit. Disini mahasiswa diberi satu sampai tiga pertanyaan terpilih dan pendek

yang dapat menggambarkan materi kuliah yang telah disampaikan pada minggu

sebelumnya. Proses ini dilakukan untuk dijawab dengan benar oleh mahasiswa,

baik secara tertulis maupun lisan. Proses ini penting dilakukan untuk mengingat

kembali (retention) makna konsep-konsep utama dalam materi kuliah yang sudah

disampaikan pada minggu sebelumnya.

Pada tahap refleksi ini, jika dijawab secara tertulis maka semua mahasiswa

memiliki peluang sama. Jika dijawab secara lisan meskipun semua mahasiswa

memiliki peluang yang sama dalam memberikan jawaban, tetapi mereka tidak

dituntut untuk harus menjawabnya. Bagi mahasiswa yang aktif menjawab,

terutama yang mampu menjawab dengan baik dan benar tetap diperhitungkan

sebagai tambahan penilaian atas kinerja individual mereka.

Tahap selanjutnya adalah penjelasan atas materi perkuliahan menurut Pokok

Bahasan dan Sub Pokok Bahasan sesuai dengan materi bahan ajar yang sudah

diberikan kepada mahasiswa. Ada dua strategi pembelajaran yang digunakan,

yakni strategi diskusi langsung dan tidak langsung. Pertama, para mahasiswa

secara langsung diminta untuk mendiskusikan materi pelajaran sesuai dengan

kelompoknya masing-masing yang baru dibentuk (formasinya selalu berganti) dan

merangkumnya dalam lembar kerja yang telah disediakan. Waktu yang disediakan

adalah 30-45 menit, kemudian masing-masing kelompok menyajikannya di depan

kelas untuk mendapatkan tanggapan. Kedua, para mahasiswa dalam kelompoknya

masing-masing ditugasi untuk mendiskusikan materi bahan ajar pada minggu

sebelumnya dan diminta untuk diserahkan ketika kuliah berikutnya berlangsung.

Untuk tugas kelompok di luar kelas ini harus dibuat dalam bentuk Power Point.

23

Page 24: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Kemudian masing-masing kelompok diminta menyajikan di depan kelas untuk

dibahas dan mendapatkan tanggapan.

Kedua strategi pembelajaran tersebut pada prinsipnya adalah sama dilihat

dari substansi materi perkuliahan dan hasil pembahasan kelompok. Akan tetapi,

terdapat perbedaan yang cukup penting dilihat dari kualitas rumusan materi

pelajaran yang dihasilkan dari diskusi kelompok dan derajat kesiapan masing-

masing kelompok dalam mempresentasikan. Tugas kelompok yang dikerjakan di

luar kelas maka hasilnya sudah dapat ditargetkan untuk dapat ditampilkan dalam

bentuk Power Point, sedangkan hasil diskusi kelompok yang dikerjakan di dalam

proses perkuliahan sebagian besar (ada yang membawa Laptop dan ada yang

tidak) hanya dapat dituangkan di dalam kertas lembar kerja. Tampilan hasil kerja

kelompok dengan menggunakan Power Point ternyata lebih menguntungkan

dibanding hanya menggunakan lembar kerja dilihat dari beberapa aspek, antara

lain seperti kualitas tayangan, suasana belajar di kelas, derajat konsentrasi, dan

proses interaksi di kelas dalam mencapai pemahaman makna bersama.

Selama proses kerja kelompok (baik di dalam kelas maupun di luar kelas),

pihak dosen menyediakan waktu untuk melakukan fasilitasi, bimbingan atau

konsultasi dan monitoring. Terdapat perbedaan yang cukup mendasar di antara

keduanya, dilihat dari peluang dosen untuk melakukan monitoring atas kinerja

kelompok belajar tersebut, terutama apabila dilihat dari kinerja individual.

Pertama, pada proses kerja kelompok di dalam kelas, pihak dosen dapat

melakukan bimbingan dan monitoring terhadap aktivitas kerja mahasiswa secara

langsung, intensif dan bersifat individual. Proses ini tidak dapat dilakukan dalam

kerja kelompok di luar kelas. Dosen tidak dapat memantau aktivitas kerja

kelompok di luar kelas secara individual, intensif dan langsung, tetapi hanya

mampu memantau hasil kerja kelompok yang dipresentasikan di dalam proses

pembelajaran di kelas.

Kedua, dilihat dari perilaku anggota kelompok dapat diketahui siapa yang

aktif dan yang kurang atau tidak aktif. Pada pekerjaan di dalam kelas, dengan jelas

dapat diketahui dan secara langsung dapat dilakukan penilaian. Tetapi dalam kerja

kelompok tidak langsung di luar kelas (di bawa pulang), pihak dosen dapat

melakukan pemantauan dan penilaian dengan memberikan pertanyaan atau

24

Page 25: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

menyuruh menjelaskan materi hasil diskusi kelompoknya kepada para peserta

ketika mereka menyajikan hasil kerja dalam kelompoknya. Derajat penguasaan

mahasiswa terhadap materi hasil diskusi kelompoknya biasanya mencerminkan

derajat keaktifannya di dalam kerja kelompok tersebut.

Akan tetapi, harus diakui bahwa strategi pembelajaran tersebut tidak dapat

diimplementasikan secara optimal. Terdapat beberapa kendala yang sulit diatasi

untuk mencapai tujuan pembalajaran secara optimal. Pertama, jumlah peserta

kuliah sangat banyak, yaitu 128 orang. Jumlah peserta kuliah yang sangat banyak

itu semula diharapkan dapat diatasi dengan dibagi menjadi dua kelas, tetapi tidak

berhasil karena ketersediaan ruang kelas yang terbatas.

Kedua, dengan jumlah peserta kuliah sebanyak itu proses perkuliahan

ditempatkan di ruang aula (B.31) yang cukup luas. Ketika dalam proses

perkuliahan cukup dapat diatasi, artinya tersedia tempat duduk yang memadai.

Kesulitan yang dihadapi adalah dalam pelaksanaan evaluasi tertulis melalui ujian

(quis, tengah dan akhir semester). Tempat duduk tidak dapat diatur sedemikian

rupa sehingga di antara peserta tidak dapat saling melihat, mencontek, bertanya,

dan sebagainya. Artinya, upaya untuk mengatasi agar peserta kuliah dapat bekerja

secara obyektif dan jujur sesuai dengan tingkat kemampuannya sendiri melalui

pengaturan jarak tempat duduk tidak dapat dilakukan. Persoalan tersebut dapat

diatasi dengan membuat soal dalam lima jenis yang berbeda, dan ternyata cara

tersebut lebih efektif dalam membuat penilaian tentang derajat prestasi belajar

mahasiswa. Hanya saja, cara tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan

pikiran dalam mengoreksi hasil jawaban peserta kuliah, karena jumlah soalnya

lebih banyak meskipun diikuti dengan jumlah peserta kuliah yang lebih sedikit

(dibagi lima jenis soal yang dibagikan).

Ketiga, terjadinya tawuran antar mahasiswa (FISIP dan Teknik) sangat

mengganggu konsentrasi belajar, dan terjadi sekali penundaan kuliah. Persoalan

ini dapat diatasi dengan mengganti kuliah pada hari lain. Tidak dapat dihindari

bahwa persoalan-persoalan tersebut dapat menurunkan derajat hubungan sosial-

psikologis dosen dan mahasiswa. Seperti penundaan kuliah yang diganti dengan

hari lain tidak meningkatkan kualitas hasil kerja kelompok mahasiswa. Kondisi

ini selain membuat dosen menjadi lebih toleran juga tidak ada mahasiswa yang

25

Page 26: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

mau memanfaatkan peluang untuk konsultasi terkait dengan materi kuliah dan

tugas-tugas yang diberikan.

Terjadinya tawuran antar mahasiswa tersebut juga memiliki pengaruh yang

besar terhadap turunnya semangat dosen dalam proses perkuliahan. Peristiwa

tersebut sangat mengganggu derajat psikologis dosen dan juga mahasiswa yang

sempat mengurangi motivasi dalam pembelajaran. Kedua staf pengajar yang

menjadi tim kerja pada perkuliahan ini juga menjadi korban akibat tawuran

tersebut, yaitu terjadi kerusakan kendaraan yang cukup berat. Waktu itu belum

ada kejelasan bagaimana bentuk dan kepastian penyelesaiannya baik dari fakultas

maupun dari universitas. Siuasi ini juga menjadi kendala, terutama menurunkan

semangat dosen dalam melakukan pembimbingan dan pemantauan aktivitas kerja

kelompok mahasiswa peserta baik di dalam maupun di luar kelas. Strategi diskusi

kelompok dan presentasi di kelas tetap dilaksanakan sebagaimana biasanya

dengan menciptakan mahasiswa aktif dan suasana yang menyenangkan. Kondisi

ini dapat berlangsung sampai dilakukannya ujian akhir semester.

4.2. Hasil Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan mahasiswa aktif ini dapat

diukur secara kuantitatif maupun kualitatif.  Secara kuantitatif, keberhasilan

tersebut dapat dilihat melalui:

1. Apakah nilai angka dan huruf mutu yang dicapai mahasiswa lebih baik jika

diperbandingkan dengan nilai mahasiswa periode sebelumnya dengan bobot

penilaian yang sama yaitu Kehadiran (bobot 5%), Quis sedikitnya 2 kali

(bobot 15%) tiap tengah semester, Ujian Tengah Semester (bobot 25%), Ujian

Akhir Semester (bobot 25%) dan keaktifan kerja mahasiswa di dalam dan di

luar kelas (bobot 30%).

Berdasarkan Buku Peraturan Akademik dan Tata Pergaulan Warga

Universitas Lampung Tahun 2010 halaman 21 tentang sistem penilaian pasal

19, maka struktur penilaian yang diacu sebagai berikut:

Tabel.1. Struktur Nilai

NILAI AKHIR HURUF MUTU ANGKA MUTU STSTUS≥ 76 A 4,0 Lulus

71 – < 76 B+ 3,5 Lulus

26

Page 27: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

66- < 70 B 3,0 Lulus61 - < 66 C+ 2,5 Lulus56 - < 61 C 2,0 Lulus50 - < 56 D 1,0 Lulus Bersyarat

< 50 E 0,0 Tidak lulus2. Jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan yang dapat dilihat dari daftar

hadir kuliah pada buku pantauan kuliah.

3. Skor penilaian mahasiswa terhadap dosen dalam proses pembelajaran sebagai

umpan balik mahasiswa kepada dosen. 

Sedangkan, secara kualitatif dapat ditinjau dari perubahan yang terjadi pada

motivasi mahasiswa yang dapat dilihat dari aktivitas, kreativitas dan inovasinya

selama proses pembelajaran berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas,

termasuk. Sedangkan bagi dosen dapat dilihat dari perkembangan materi bahan

ajar, dalam pembuatan Silabus dan RPP, dalam motivasi pembelajaran, dalam

menggunakan metode pembelajaran, dalam menciptakan suasana kelas, dan

frekuensi dan intensitas konsultasi mahasiswa.

Dari hasil evaluasi total terhadap kinerja peserta mahasiswa selama proses

perkuliah dapat disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Mahasiawa Peserta Kuliah Sosiologi Ekonomi

NILAI AKHIR HURUF MUTU JUMLAH PERSENTASE≥ 76 A 20 76.92

71 – < 76 B+ 5 19,266- < 70 B 1 3,8661 - < 66 C+ 0 056 - < 61 C 0 050 - < 56 D 0 0

< 50 E 7/2*) 0JUMLAH 26 100

Keterangan: *) Tujuh orang mahasiswa yang mendapat nilai E , sebanyak lima orang mahasiswa yang memang tidak ikut kuliah dan tidak tercantum dalam DNK.

Data sebaran nilai mahasiswa peserta mata kuliah Sosiologi Ekonomi saat

ini memang terdapat meningkatan dibanding sebaran nilai pada tahun lalu. Pada

tahun lalu konsentrasi nilai terdapat pada huruf mutu B dan kemudian C,

sedangkan sebaran nilai saat ini terkonsetrasi pada huruf mutu A kemudian B+.

Struktur penilaian pada semester ini memang berbeda dengan tahun lalu

berdasarkan Buku Peraturan Akademik dan Tata Pergaulan Warga Universitas

27

Page 28: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Lampung Tahun 2010 halaman 21 tentang sistem penilaian pasal 19. Meskipun

demikian, masih tampak jelas bahwa telah terjadi peningkatan proporsi nilai A

berdasarkan angka persen dibanding tahun lalu, bahkan jika nilai B+ dan B

digabung sekalipun.

Berdasarkan peningkatan proporsi dan sebaran nilai tersebut di atas, paling

tidak dapat disimpulkan bahwa dengan menganggap faktor-faktor lainnya bersifat

konstan telah terjadi peningkatan penguasaan atau pemahaman materi Sosiologi

Ekonomi oleh mahasiswa pada tahun ini dibanding pada tahun lalu. Peningkatan

penguasaan atau pemahaman tersebut dengan kuat dipengaruhi oleh strategi

pembelajaran di kelas dan di luar kelas dengan menggunakan pendekatan

mahasiswa aktif. Meskipun demikian, pendekatan ini bisa dimungkinkan akan

kurang efektif jika jumlah mahasiswa peserta mata kuliah tersebut berada di atas

ambang batas kemampuan manajemen dosen dalam pengelolaan kelas, yakni di

atas 40 peserta.

Dari hasil kuesioner dalam rangka menilai kinerja dosen dalam proses

pembelajaran dan manfaat yang diperoleh (kemampuan) mahasiswa dalam

mengikuti kuliah Sosiologi Ekonomi sesuai dengan program PHKI-1 ini,

sebarannya dapat disajikan pada Tabel 3 dan 4 sebagai berikut:

Tabel 3. Penilian Kinerja Dosen Dalam Proses Pembelajaran

NO ASPEK PENILAIAN SKOR1 2 3 4

1 Dosen menjelaskan bahwa matakuliah ini mendapat bantuan PHK-1.

- - - 26

2 Dosen menerangkan ada inovasi baru dalam proses pembelajaran ini.

- 1 5 20

3 Dosen menggunakan teknik mengajar yang lebih baik dari dosen lain.

- - 12 14

4 Dosen memiliki antusiasme tinggi dalam mengajar.

- - 1 25

5 Dosen menguasai materi yang diajarkan di kelas. - - 4 226 Dosen menggunakan media pengajaran (LCD,

Laptop) dalam proses pembelajaran.- - - 26

7 Dosen menggunakan modul (bahan ajar) dalam belajar-mengajar.

- - - 26

8 Dosen memberikan tugas/latihan/kuis/modul kepada mahasiswa.

- - - 26

9 Dosen menyampaikan materi kuliah secara - 2 14 10

28

Page 29: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

efektif.10 Dosen melakukan umpan balik atas

soal/latihan/tugas yang diberikan.- - 15 11

11 Dosen memberikan penilaian secara objektif. - - 5 21

Tabel 4. Kemampuan Mahasiswa

NO ASPEK PENILAIAN SKOR1 2 3 4

1 Saudara menguasai materi yang diajarkan dengan baik

- 2 12 12

2 Saudara merasa tertarik dengan kuliah ini - - 5 213 Saudara dapat menjawab dengan baik

pertanyaan-pertanyaan dalam kuis/ujian.- 5 9 12

4 Setelah mengikuti matakuliah ini, Saudara merasakan manfaat PHK-1 di jurusan dalam proses belajar mengajar.

- 1 3 22

Keterangan Tabel 3 dan 4:1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju

Dilihat dari penilian mahasiswa terhadap kinerja dosen dan penilaian

kemampuan diri mahasiswa sendiri relatif terdapat keseragaman, yakni penilaian

terkonsentrasi pada jawaban setuju dan sangat setuju. Jika dilihat dari prosesnya

sebagaimana telah dijelaskan di atas ternyata terdapat beberapa hambatan proses

perkuliahan terutama setelah ujian tengah semester. Oleh karena itu, penilaian

subyektif mahasiswa terhadap kinerja dosen dan kemampuan diri mahasiswa

masih tampak kurang memperhatikan hambatan-hambatan tersebut. Pilihan

jawaban para mahasiswa tersebut cukup beralasan karena koesioner dibagikan

segera setelah Quis-2 dilakukan. Jika dibagikan ketika selesai ujian tengah

semester ada kemungkinan akan menghasilkan derajat konsentrasi penilaian yang

sedikit berubah meskipun secara umum masih tetap sama berada pada konsentrasi

persebaran pertama. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai hambatan yang

dialami selama proses perkuliahan tersebut lebih tampak bukan berasal dari

mahasiswa dan dosen tetapi berasal dari luar, yakni dari fakultas.

29

Page 30: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB VKEBERLANJUTAN

Proses perkuliahan menggunakan pendekatan mahasiswa aktif untuk

semua mata kuliah khususnya di Jurusan Sosiologi masih belum banyak

dilakukan. Hal ini disebabkan oleh hambatan yang cukup kompleks, seperti

kurangnya kesadaran para dosen, fasilitas pendukung yang kurang memadai,

komitmen jurusan dan fakultas yang belum optimal, jumlah penerimaan

mahasiswa tiap tahun terlalu banyak, kultur akademik yang kurang dan motivasi

belajar mahasiswa relatif masih rendah.

Dengan diterapkannya perkuliahan Sosiologi Ekonomi dengan

menggunakan pendekatan mahasiswa aktif ini ternyata sangat bermanfaat dalam

mempercepat derajat pemahaman atau penguasaan mahasiswa terhadap materi

perkuliahan. Dilihat dari prosesnya terjadi interaksi antara dosen dengan

mahasiswa dan antar mahasiswa yang lebih intensif, lebih terfokus atau

konsentrasi dalam belajar, lebih terarah, meningkatkan motovasi belajar. Dilihat

dari hasil kerja mahasiswa baik di dalam aktivitasnya maupun di dalam prestasi

belajar melalui beberapa tes yang dilakukan ternyata lebih baik dibanding

menggunakan cara-cara konvensional.

Oleh karena itu, keberlanjutan proses perkuliahan Sosiologi Ekonomi pada

khususnya dan pada umumnya untuk semua mata kuliah di Jurusan Sosiologi,

perlu dilakukan. Pertama, perkuliahan dengan menggunakan pendekatan

mahasiswa aktif bukan hanya berpengaruh terhadap kenerja dosen tetapi juga

terhadap kinerja mahasiswa. Kedua, iklim akademis perkuliahan di dalam kelas

akan lebih dapat diciptakan secara berkelanjutan. Ketiga, semua proses tersebut

secara perlahan dan pasti akan sangat mempengaruhi iklim dan suasana

akademis di lingkungan kampus secara keseluruhan.

Dengan melalui program kerja terarah dan terpadu, peralatan dan fasilitas

yang memadai serta dukungan dana yang cukup bukan mustahil jika dalam

waktu yang relatif singkat akan tercipta perubahan iklim dan suasana akademis

yang relative lebih cepat, bersifat reformatif. Artinya, reformasi iklim akademis ini

dapat dilakukan secara berkelanjutan jika di dalam perkuliahan dapat diterapkan

pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, dapat dilakukan secara

konsisten dan mendapat dukungan memadai dari semua pihak berkepentingan.

30

Page 31: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil proses pembelajaran dan pembahasan di atas, dapat

dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran Sosiologi Ekonomi yang dilakukan pada semester ganjil

periode tahun 2011/2012 mampu meningkatkan pretasi belajar mahasiswa.

Ini dilakukan melalui pengembangan bahan ajar (terumuskan dalam GBPP),

pembimbingan kelompok di luar kelas, pengembangan strategi diskusi

interaktif di kelas dan berbasis media elektronika.

2. Keberhasilan tersebut dilihat dari prosesnya sangat berhubungan dengan

konsistensi dalam menggunakan pendekatan mahasiswa aktif. Sejauh

kendala-kendala eksternal dapat diatasi dengan baik dan cepat, maka

efektifitas penggunaan pendekatan mahasiswa aktif dalam proses

pembelajaran akan tetap dapat dipertahankan.

Saran

1. Proses perkuliahan pada semua mata kuliah di

jurusan sosiologi perlu diarahkan dan dikembangkan dengan merubah dari

pendekatan konvensional menjadi menggunakan pendekatan lain yang lebih

memotivasi mahasiswa untuk giat belajar, kreatif dan bertanggung jawab.

Kendala-kendala eksternal baik berupa sarana dan prasarana fisik

maupun kualitas sosial-psikologis yang mendukung iklim dan suasana akademis

di lingkungan jurusan dan fakultas perlu segera diatasi dan menjadi program

prioritas.

31

Page 32: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

DAFTAR PUSTAKA

Mudiyastuti. 2005. Diktat Perkuliahan Berbasis Kompetensi. Semarang, Jurusan Geografi.

Mulyasa E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Cetakan ke Tujuh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK . Malang: UM Press.

__________.2004. Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nurdin S. 2005. Guru Profesiona dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.

Sugandi. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.

32

Page 33: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB V

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Bulan Ke8 9 10 11 12

1. Menyusun proposal kegiatan 2. Kontrak perkuliahan3. Mengembangkan silabus, RPP, materi bahan

ajar, serta membuat hand out, slide focus, bahan evaluasi sesuai dengan pendekatan mahasiswa aktif dan kontekstual

4. Proses perkuliahanMenyusun laporan perkembangan

5. Proses monitoring dan evaluasi pembelajaran6. Menyusun draft laporan7. Seminar Hasil 8. Menysun laporan final dan menyebaran

33

Page 34: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB VI

USULAN BIAYA

No Komponen Satuan Frekuensi Jumlah

ATK dan Bahan Habis Pakai1 Kertas A4 80 gram 35.000 3 rim 105.0002 Catridge Printer Canon 350.000 1 buah 350.0003 Tinta Hitam Canon 25.000 3 kotak 75.0004 Tinta Warna Canon 30.000 2 kotak 60.0005 Flashdisk 2 GG 150.000 2 buah 300.0006 CD RW Sony 150.000 1 kotak 150.0007 Buku Literatur 75.000 10 buah 670.0008 Foto copy 500.000 1 paket 500.0009 Kertas Plano 25.000 20 set 500.00010 Kertas Chip 50.000 10 set 500.00011 Spidol Besar 40.000 10 pak 400.00012 Sepidol Kecil 15.000 10 pak 150.000

Komponen Pelaporan1 Penggandaan Laporan 50.000 10 buah 500.0002 Cetak hand-out 25.000 80 buah 2.000.0003 Dokumentasi/cetak foto 350.000 2 paket 700.0004 Scaning 5.000 48 kali 240.0005 Burning CD 5.000 10 buah 50.000

Komponen Seminar1 Makan Siang dan Snack 30.000,- 25 orang 750.000

Total Biaya 8.000.000Terbilang : Delapan Juta Rupiah

34

Page 35: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

BAB VII

DAFTAR RIWAYAT HIDUP TIM PENGUSUL

1. Ketua Tim:IdentitasNama Lengkap : Drs. Ikram, M.Si.NIP 19611208 198902 1 001Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat, Tanggal Lahir : Ambon, 08 Desember 1960Disiplin Ilmu : SosiologiPangkat/Golongan : IV/aJabatan : Lektor KepalaAlamat Kantor :

Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145

Alamat Rumah : Perum Rajabasa Indah, Bandar Lampung Contact Person : 081379629554

Pendidikan :

Strata Universitas Tempat Gelar Tahun Selesai Bid. Studi

S1UGM Yogyakarta

Drs.1988 Sosiologi

S2IPB Bogor

M.Si2003 Gizi Masyarakat

Pengalaman Mengajar di Universitas LampungNo Mata Kuliah Tempat Semester1. Pengembangan Kelembagaan dan Modal

SosialFISIP Unila Ganjil

2. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat

FISIP Unila Ganjil

3. Statistik Sosial I FISIP Unila Ganjil4. Statistika Sosial II FISIP Unila Genap5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat FISIP Unila Genap6. Metode Partisipatif dalam Pengembangan

MasyarakatFISIP Unila Genap

2. Anggota:

IdentitasNama Lengkap : Dr. Hartoyo, M.SiNIP 196008121989031001Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat, Tanggal Lahir : Blora, 8 Desember 1960Disiplin Ilmu : SosiologiPangkat/Golongan : IV/b

35

Page 36: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

Jabatan : Lektor KepalaAlamat Kantor : Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1

Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145Alamat Rumah : Perum Bataranila Blok B No. 5 Hajimena,

Natar, Lampung SelatanContact Person : 08127937553

Pendidikan :

Strata Universitas/Institut Tempat Gelar Tahun

Selesai Bid. Studi

S1UGM Yogyakarta

Drs.1989 Sosiologi

S2UI Jakarta

M.Si1995 Sosiologi

S3IPB Bogor

Dr.2010 Sosiologi

Pedesaan

Pengalaman Mengajar di Universitas LampungNo Mata Kuliah Tempat Semester1. Psikologi Sosial Fisip Unila Ganjil2. Pengembangan Kelembagaan dan

Modal SosialFisip Unila Ganjil

3. Teori Sosiologi Moderen Fisip Unila Ganjil4. Teori Sosial Kritis dan Posmo Fisip Unila Genap5. Manejemen Konflik Fisip Unila Genap6. Sosiologi Industri Fisip Unila Genap

36

Page 37: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

37

Page 38: 1 · Web viewSelain tugas kelompok juga disajikan kasus-kasus khusus yang dibahas di dalam perkuliahan, untuk menambah kepekaan analisis dan penguasaan mahasiswa dalam memahami realitas

LAMPIRAN :

Evaluasi Diri Penjaminan Mutu Perkuliahan

38