50
PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI VOICE VLAN (VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK) MENGGUNAKAN SWITCH LAYER 3 DAN ROUTING OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) (STUDI KASUS : KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA) Oleh : Muhamad Fahri 1111091000027 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H

1111091000027 - Muhamad Fahri - UAS Metlit Cetak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Informatika

Citation preview

  • PROPOSAL SKRIPSI

    IMPLEMENTASI VOICE VLAN (VIRTUAL LOCAL AREA

    NETWORK) MENGGUNAKAN SWITCH LAYER 3 DAN

    ROUTING OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST)

    (STUDI KASUS : KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

    INFORMATIKA)

    Oleh :

    Muhamad Fahri

    1111091000027

    PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015 M / 1436 H

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal

    Skripsi dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

    keharibaan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ummat Islam dari zaman

    kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

    Adapun judul Proposal Skripsi yang penulis ambil adalah Implementasi

    VOICE VLAN (Virtual Local Area Network) Menggunakan Switch Layer 3

    dan Routing OSPF (Open Shortest Path First) (Studi Kasus : Kementerian

    Komunikasi dan Informatika).

    Dalam penyusunan proposal skripsi penulis banyak mendapat bimbingan dan

    dorongan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

    ucapan terima kasih kepada:

    1. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

    materil kepada penulis.

    2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

    3. Ibu Nurhayati, Ph. D selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.

    4. Ibu Nurul Faizah Rozy, MTI selaku Dosen Mata Kuliah Metodologi

    Penelitian ICT yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

    5. Serta teman-teman seperjuangan yang turut memberikan dukungan dalam

    pembuatan proposal skripsi ini.

  • ii

    Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat

    banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

    mengharapkan atas kritik dan saran yang membangun. Semoga proposal skripsi

    ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, Januari 2015

    Penulis,

    Muhamad Fahri

    1111091000027

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

    1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 4

    1.4 Tujuan ...................................................................................................... 4

    1.5 Manfaat .................................................................................................... 4

    1.5.1 Bagi Mahasiswa .............................................................................. 5

    1.5.2 Bagi Instansi Perusahaan ................................................................. 5

    1.5.3 Bagi Universitas .............................................................................. 5

    1.6 Metodologi Penelitian .............................................................................. 5

    1.6.1 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 5

    1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ........................................................ 6

    1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 7

  • iv

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 9

    2.1 Virtual Local Area Network (VLAN)........................................................ 9

    2.1.1 Pengertian VLAN ............................................................................ 9

    2.1.2 Tipe VLAN ..................................................................................... 9

    2.1.3 Link VLAN ................................................................................... 12

    2.1.4 Manfaat VLAN ............................................................................ 14

    2.1.5 VLAN Trunking Protocol (VTP) ................................................... 14

    2.2 Perangkat Jaringan ................................................................................. 16

    2.2.1 Switch ........................................................................................... 16

    2.3 OSI Layer ............................................................................................... 18

    2.4 Routing ................................................................................................... 23

    2.4.1 OSPF (Open Shortest Path First) ................................................... 23

    2.5 Jenis Jaringan Komputer......................................................................... 25

    2.6 Packet Tracer ......................................................................................... 27

    2.7 Studi Literatur Sejenis ............................................................................ 29

  • v

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 34

    3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 34

    3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 34

    3.2.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 34

    3.2.2. Metode Pengembangan Sistem ...................................................... 35

    3.3 Kerangka Berfikir ................................................................................... 42

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan teknologi informasi berlangsung dengan cepat khususnya

    teknologi bidang jaringan. Pada abad 21, teknologi jaringan komputer sudah

    global sehingga mampu menjangkau semua wilayah di dunia ini. Pada survei

    Penggunaan dan Penyerapan Sarana Komunikasi dan Teknologi Informasi

    (P2SKTI) 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama

    dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tercatat pada akhir

    tahun 2013, pengguna internet di Indonesia mencapai 71,19 juta dan pada kuartal

    I 2014 angka ini naik menjadi 82 juta.

    Lima besar tujuan penggunaan internet yang diketahui dari hasil survei

    P2SKTI 2013 tersebut meliputi: mengirim/menerima e-mail (95,75%); mencari

    informasi berita (78,49%); mencari informasi barang/jasa (77,81%); mencari

    informasi lembaga pemerintahan (66,07%); dan menyediakan pelayanan bagi

    pelanggan (61,23%), sama besarnya dengan penggunaan media sosial. Dari hasil

    survei tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas kegiatan tidak terlepas pada

    penggunaan teknologi jaringan komputer.

    Jaringan komputer dan internet telah mengalami perkembangan yang pesat

    sehingga teknologi ini mampu menghubungkan perangkat yang satu seperti

    komputer dengan perangkat lain. Agar hal tersebut dapat terjadi, maka dibutuhkan

  • 2

    infrastruktur jaringan yang baik. Semakin banyak jumlah komputer dan perangkat

    lainnya yang dihubungkan, semakin besar kebutuhan suatu jaringan yang dapat

    menghubungkan perangkat-perangkat tersebut. Untuk menghubungkan perangkat-

    perangkat tersebut dapat menggunakan jaringan Local Area Network (LAN).

    (Jesin A., 2014)

    Jaringan LAN menghubungkan komputer dan perangkat-perangkat lainnya

    menggunakan media transmisi berupa kabel (Iwan Sofana, 2010). Komputer-

    komputer yang dilengkapi dengan jaringan LAN pada suatu institusi atau

    perusahaan, memberikan kemudahan para pegawai dalam melaksanakan tugas dan

    sharing data. Penggunaan jaringan LAN menjadikan sharing data menjadi lebih

    cepat, karena tidak membutuhkan dan menggunakan suatu media penyimpanan

    eksternal untuk transfer data.

    Ketika topologi fisik suatu LAN sudah ditentukan maka akan sulit untuk

    merombaknya menjadi bentuk lain. Biasanya media fisik network akan

    ditanamkan pada pipa khusus yang sulit dibongkar dan ditata ulang sehingga tidak

    dapat secara fleksibel mengelompokkan kembali beberapa komputer yang

    lokasinya berjauhan (misal beda ruangan atau gedung), tanpa melalui proses

    bongkar pasang hardware. (Iwan Sofana, 2010)

    Untuk mengatasi keterbatasan LAN maka dapat menggunakan VLAN

    (Virtual Local Area Network). Sebuah VLAN memaksimalkan penggunaan switch

    dalam suatu topologi jaringan. Selain itu, VLAN didasarkan pada koneksi logical

  • 3

    bukan fisik, sehingga ketika terjadi perubahan pada topologi jaringan yang telah

    dibuat tidak perlu membongkar media network.

    Dengan memanfaatkan VLAN, seorang administrator network dapat

    mengontrol setiap port switch dan user. User tidak bisa begitu saja

    menghubungkan kabel network pada switch untuk mengakses semua resource

    network. Sebab VLAN akan membatasi akses berdasarkan resource network

    tertentu. Selain itu, switch dapat memberitahu network workstation agar selalu

    meminta user untuk memasukkan login/password ketika mulai mengakses

    network. (Iwan Sofana, 2010)

    Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, Kementerian Komunikasi dan

    Informatika (Kominfo) menggunakan komputer dalam mengerjakan tugas-tugas.

    Kantor pusat Kementerian Kominfo terletak di Jl.Medan Merdeka Barat No. 9

    Jakarta Pusat. Jumlah pegawai pada Kementerian Kominfo lebih dari 3000

    pegawai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan terbagi pada berbagai

    departemen. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah jaringan yang mampu untuk

    membantu para pegawai melaksanakan tugas-tugasnya, maka jaringan

    Kementerian Kominfo menerapkan jaringan VLAN (Virtual Local Area Network)

    dengan menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open Shortest Path

    First). Penulis menyusun proposal skripsi dengan judul Implementasi Voice

    VLAN (Virtual Local Area Network) Menggunakan Switch Layer 3 dan

    Routing OSPF (Open Shortest Path First) (Studi Kasus : Kementerian

    Komunikasi dan Informatika).

  • 4

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam proposal

    skripsi ini adalah bagaimana implementasi Voice VLAN (Virtual Local Area

    Network) menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open Shortest Path

    First)?

    1.3 Batasan Masalah

    Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Membuat simulasi topologi jaringan Kementerian Kominfo secara umum.

    2. Mengimplementasikan Voice VLAN pada topologi jaringan yang akan

    dibuat menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.

    3. Menggunakan packet tracer 6.01 dalam mendesain jaringan.

    4. Tidak membahas packet tracer secara rinci.

    1.4 Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Membuat rancangan simulasi topologi jaringan Kementerian Kominfo.

    2. Mengimplementasikan Voice VLAN menggunakan switch layer 3 dan

    routing OSPF.

    1.5 Manfaat

    Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

  • 5

    1.5.1 Bagi Mahasiswa

    1. Mengetahui dan mengerti mengenai VLAN (Virtual Local Area

    Network).

    2. Memahami implementasi voice VLAN menggunakan switch layer 3

    dan routing OSPF (Open Shortest Path First) pada jaringan

    Kementerian Komunikasi dan Informatika.

    3. Mengetahui prinsip kerja dari VLAN dan routing OSPF .

    4. Dapat membuat dan mengkonfigurasi jaringan VLAN menggunakan

    routing OSPF.

    1.5.2 Bagi Instansi Perusahaan

    1. Dengan adanya rancangan jaringan di Kementerian Kominfo dapat

    meningkatkan kinerja jaringan.

    2. Memberikan kemudahan dalam melakukan monitoring jaringan

    Kementerian Kominfo.

    1.5.3 Bagi Universitas

    1. Menjadikan referensi dalam implementasi voice VLAN menggunakan

    switch layer 3 dan routing OSPF.

    2. Menjadikan referensi untuk penelitian selanjutnya

    1.6 Metodologi Penelitian

    1.6.1 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

  • 6

    1. Observasi (Pengamatan)

    Melakukan pengumpulan data melalui pengamatan langsung topologi

    dan jenis jaringan yang digunakan.

    2. Diskusi

    Melakukan pengumpulan data melalui diskusi dengan adminstrator

    jaringan Kementerian Kominfo.

    3. Studi Pustaka

    Mempelajari teori-teori dari buku dan studi literatur yang berkaitan

    dengan implementasi VLAN menggunakan switch layer 3 dan routing

    OSPF yang akan dibuat sebagai landasan teori.

    1.6.2 Metode Pengembangan Sistem

    Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Network

    Development Life Cycle. Tahapan dari NDLC terdiri dari 6 tahapan yaitu:

    (James E. Goldman, Phillip T. Rawles, 2004)

    1. Analysis (Analisis),

    2. Design (Desain),

    3. Simulation Prototyping (Prototipe Simulasi),

    4. Implementation (Implementasi),

    5. Monitoring (Pengawasan) dan

    6. Management (Manajemen).

  • 7

    1.7 Sistematika Penulisan

    Pembahasan yang penulis sajikan terdiri dari empat bab dengan uraian

    sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

    penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II :LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan teori-teori yang menjadi landasan

    dasar dan berkaitan dengan implementasi VLAN

    menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan

    dalam penelitian ini

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Bab ini menjelaskan implementasi VLAN dengan

    menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.

  • 8

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini menyajikan kesimpulan dari penjelasan bab-bab

    sebelumnya dan berisi saran penulis untuk penelitian

    selanjutnya.

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Virtual Local Area Network (VLAN)

    2.1.1 Pengertian VLAN

    VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi

    fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara

    virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan (Universitas Gunadarma, 2012).

    Sedangkan menurut Jesin A (2010) VLAN adalah teknologi yang digunakan

    untuk partisi jaringan tunggal layer 2 menjadi beberapa broadcast domain.

    Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa VLAN adalah model

    jaringan yang biasanya terdapat pada layer 2 yang tidak terbatas pada lokasi fisik.

    Selain itu, VLAN dapat dikonfigurasi secara virtual sehingga dapat membuat

    beberapa broadcast domain menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil.

    2.1.2 Tipe VLAN

    Jika dilihat dari sisi keanggotaan VLAN dibagi menjadi dua, yaitu: (Iwan

    Sofana, 2010)

    1. Static VLAN

    Static VLAN merupakan tipe VLAN yang umum dan paling

    secure. Setiap anggota dari suatu VLAN ditentukan berdasarkan

  • 10

    nomor port switch. Kadangkala static VLAN disebut sebagai port

    based VLAN.

    Pada static VLAN, proses konfigurasi realtif cukup mudah.

    Sebagai contoh, port 1 10 untuk VLAN 1 dan port 2 - 7 untuk

    VLAN 2.

    2. Dynamic VLAN

    Pada dunamic VLAN, keanggotaan akan ditentukan secara

    otomatis menggunakan software yang diinstal pada server pusat yang

    disebut VLAN Management Policy Server (VMPS). Contoh software-

    nya adalah CiscoWorks 2000. Dengan menggunakan VMPS, anggota

    VLAN dapat ditentukan berdasarkan MAC address, protokol, dan

    aplikasi untuk membentuk dynamic VLAN.

    Berbeda dengan tipe-tipe yang dijelaskan dalam modul jaringan modul dasar

    Universitas Gunadarma, tipe-tipe VLAN adalah sebagai berikut :

    1. Berdasarkan port

    Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang

    di gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch

    dengan 4 port, port 1, 2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedangkan port 3

    dimiliki oleh VLAN 2 :

    Port 1 2 3 4

    VLAN 2 2 1 2

    Tabel 2.1 Port dan VLAN

  • 11

    Adapun kelemahan dari tipe VLAN ini adalah pengguna tidak bisa

    untuk berpindah-pindah. Apabila harus berpindah maka administrator

    jaringan harus mengkonfigurasikan ulang.

    2. Berdasarkan MAC address

    Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari

    setiap workstation/komputer yang dimiliki oleh pengguna. Switch

    mendeteksi/mencatat semua MAC address yang dimiliki oleh setiap

    VLAN. MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC

    (Network Interface Card) di setiap workstation.

    Adapun kelebihan dari tipe VLAN ini adalah Apabila user

    berpindah pindah maka dia akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota

    dari VLAN tersebut. Di sisi lain, kekurangan dari tipe VLAN ini

    adalah setiap mesin harus dikonfigurasikan secara manual danuntuk

    jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang

    efisien untuk dilakukan.

    3. Berdasarkan protokol yang digunakan

    Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang

    digunakan. Sebagai contoh, protokol IP berada pada VLAN 1 dan

    protokol IPX berada pada VLAN 2.

    4. Berdasarkan alamat subnet IP

    Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan

    dan juga tidak mempermasalahkan fungsi router. IP address digunakan

    untuk memetakan keanggotaan VLAN. Keuntungan tipe VLAN ini

  • 12

    adalah seorang pengguna tidak perlu mengkonfigurasikan ulang

    alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat, hanya saja karena

    bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih lambat untuk

    meneruskan paket di banding menggunakan MAC address.

    5. Berdasarkan aplikasi dan kombinasi lain

    Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan

    aplikasi yang dijalankan atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk

    diterapkan pada suatu jaringan. Sebagai contoh, aplikasi FTP (file

    transfer protocol) hanya bias digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet

    hanya bisa digunakan pada VLAN 2.

    2.1.3 Link VLAN

    VLAN dibangun menggunakan berbagai perangkat, seperti switch, router, PC

    dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan hubungan atau link di antara

    perangkat-perangkat tersebut. Link seringkali disebut sebagai sebagai interface.

    (Iwan Sofana, 2010)

    Ada dua jenis link yang digunakan, yaitu: (Iwan Sofana, 2010)

    1. Access Link

    Access Link merupakan tipe link yang umum dan dimiliki oleh

    hampir semua jenis switch VLAN. Access Link lazimnya digunakan

    untuk menghubungkan komputer dengan switch. Access Link tidak

    lain merupakan port switch yang sudah terkonfigurasi. Access Link

  • 13

    mendukung teknologi Ethernet biasa (10 Mbps) hingga FastEthernet

    (100 Mbps).

    Selama proses transfer data, switch akan membuang informasi

    tentang VLAN. Anggota suatu VLAN tidak dapat berkomunikasi

    dengan anggota VLAN lain, kecuali jika dihubungkan oleh router.

    2. Trunk Link

    Istilah Trunk diambil dari sistem telepon yang dapat mengangkut

    beberapa percakapan sekaligus. Trunk Link digunakan untuk

    menghubungkan switch dengan switch yang lain, switch dengan

    router, atau switch dengan server. Jadi, port telah dikonfigurasi untuk

    dilalui berbagai VLAN (tidak hanya sebuah VLAN).

    Trunk Link hanya mendukung teknologi Fast (100 Mbps) atau

    Gigabit (1000 Mbps) Ethernet, sebab Trunk Link lazimnya

    dihubungkan dengan network backbone berkecepatan tinggi. Wajar

    jika kebutuhannya lebih tinggi dibanding Access Link.

    Untuk memudahkan memahami kedua link tersebut, Access Link

    dianalogikan seperti jalan menuju pekarangan rumah, sedangkan Trunk Link

    seperti jalan umum. Lazimnya, jalan umum boleh dilalui oleh semua pengguna

    jalan, sedangkan jalan menuju pekarangan rumah hanya dilalui oleh pemilik

    rumah atau tamu yang ingin berkunjung ke rumah tersebut. (Iwan Sofana, 2010)

  • 14

    2.1.4 Manfaat VLAN

    Secara garis besar manfaat VLAN adalah sebagai berikut: (Iwan Sofana,

    2010)

    1. Meningkatkan performa jaringan

    VLAN mampu meningkatkan performa jaringan dengan cara

    memblok paket/frame yang tidak perlu.

    2. Desain jaringan fleksibel

    VLAN memungkinkan anggota berpindah-pindah lokasi tanpa

    harus merombak ulang perangkat jaringan. Cukup melakukan

    konfigurasi secara software. VLAN dapat mengatasi persoalan lokasi.

    3. Mengurangi biaya instalasi

    Jika hendak mengubah VLAN maka tidak memerlukan biaya

    instalasi maupun penambahan perangkat baru.

    4. Keamanan

    VLAN dapat membatasi user yang boleh mengakses suatu

    aplikasi/data berdasarkan access list yang telah ditentukan.

    2.1.5 VLAN Trunking Protocol (VTP)

    VTP merupakan Protokol milik Cisco yang memungkinkan switch-switch

    pada Cisco (yang terhubung) saling bertukar informasi. VTP memudahkan proses

    konfigurasi secara otomatis antar sesama switch. Dengan VTP, maka dalam

    membuat suatu VLAN cukup dengan konfigurasi pada salah satu switch. (Iwan

    Sofana, 2010)

  • 15

    Penjelasan di atas serupa dengan penjelasan Jesin A. (2014) dalam buku

    Packet Tracer Simulator. Jesin A. menjelaskan bahwa VTP muncul karena

    banyaknya jumlah VLAN yang dibuat. Oleh karena itu, dengan adanya VLAN,

    pengguna tidak perlu melakukan konfigurasi VLAN pada setiap switch.

    VTP dapat bekerja pada layer 2. Pengguna dapat menambah, menghapus

    mengedit dan mengubah konfigurasi VLAN. Jika salah satu switch dirubah

    konfigurasinya, maka VTP akan melakukan sinkronisasi konfigurasi terhadap

    switch-switch yang lain. (Iwan Sofana, 2010)

    Ada 3 mode VTP yang disediakan, yaitu: (Jesin A, 2014)

    1. Server mode

    Dalam VTP server mode memperbolehkan switch untuk

    memodifikasi VLAN dan mengirim informasi VTP.

    2. Client mode

    Switch VTP client mode dapat mendengarkan informasi VTP dari

    Switch VTP server mode. Switch client tidak diperbolehkan

    memodifikasi VLAN lokal.

    3. Transparent mode

    Mode ini bekerja independen dari switch lainnya. Pada mode ini

    switch hanya meneruskan informasi VTP yang diterima dan tidak

    dapat menghasilkan apapun juga tidak dapat mengubah VLAN sendiri

    berdasarkan informasi VTP yang diterima.

  • 16

    Syarat agar fiturVTP dapat berfungsi: (Iwan Sofana, 2010)

    1) Switch-switch harus memiliki VTP domain name yang sama.

    2) Menggunakan trunk ISL atau 802.1q.

    3) Jika konfigurasi dilakukan pada beberapa switch, maka switch-switch

    tersebut harus memiliki password yang sama.

    2.2 Perangkat Jaringan

    2.2.1 Switch

    Switch adalah bridge yang memiliki banyak port, menghubungkan lebih

    dari 2 device (Jesin A., 2014). Sedangkan Andi Micro (2012) menjelaskan bahwa

    switch merupakan suatu device pada jaringan yang secara konseptual berada pada

    layer 2 (Datalink Layer) dan ada yang layer 3 (Network Layer).

    Dari kedua penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa switch

    merupakan suatu device yang memiliki banyak port sehingga dapat

    menghubungkan lebih dari 2 device melalui layer 2 atau 3. Oleh karena itu, switch

    disebut juga multiport bridge.

  • 17

    Switch dapat mempelajari alamat hardware host tujuan, sehingga

    informasi bisa langsung dikirim ke host tujuan. Switch yang lebih cerdas dapat

    mengecek frame yang error dan dapat mem-blok frame yang error tersebut. (Iwan

    Sofana, 2010)

    Berikut adalah jenis switch yang terdapat pada Packet Tracer: (Jesin A.,

    2014)

    1. Cisco 2950-24: switch ini dilengkapi 24 port Fast Ethernet.

    2. Cisco 2950T-24: switch ini dilengkapi 24 port Fast Ethernet dan 2

    port Gigabit Ethernet.

    3. Cisco 2960-24TT: switch yang memiliki 24 port dan memiliki modul

    Small Form-factor Pluggable (SFP) yang sama.

    4. Cisco 3560-24PS: switch yang dapat melakukan routing, karena

    switch ini adalah switch layer 3.

    5. Bridge PT: alat yang digunakan untuk segmen jaringan dan hanya

    memiliki 2 port.

    Gambar 2.1 Switch

  • 18

    6. Generic Switch PT: Switch yang memiliki 10 slot dan beberapa

    modul.

    2.3 OSI Layer

    Secara umum model OSI membagi berbagai fungsi network menjadi 7

    lapisan. Lembaga yang mempublikasikan OSI adalah International Organization

    for Standardization (ISO). Model OSI diperkenalkan pada tahun 1984. Ketujuh

    layer tersebut yaitu: (Iwan Sofana, 2010)

    1. Physical

    2. Data Link

    3. Network

    4. Transport

    5. Session

    6. Presentation

    7. Application

    Beberapa keuntungan atau alasan mengapa model OSI dibuat berlapis-lapis,

    diantaranya: (Iwan Sofana, 2010)

    1) Memudahkan siapa saja (khususnya pemula) untuk memahami cara kerja

    jaringan komputer secara menyeluruh.

    2) Memecah persoalan komunikasi data yang rumit menjadi bagian-bagian

    kecil yang lebih sederhana, sehingga dapat memudahkan proses trouble

    shooting.

  • 19

    3) Memungkinkan vendor atau pakar network mendesain dan

    mengembangkan hardware/software yang sesuai dengan fungsi layer

    tertentu (modular).

    4) Menyediakan standar interface bagi pengembangan perangkat yang

    melibatkan multivendor. Adanya abstraksi layer memudahkan

    pengembangan teknologi masa depan yang terkait dengan layer tertentu.

    Model Layer OSI dibagi dalam dua group: upper layers dan lower layers.

    Upper layers fokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan

    di komputer. Untuk Network Engineer, bagian utama yang menjadi perhatiannya

    adalah pada lower layers. Lower layer adalah intisari komunikasi data melalui

    jaringan aktual. (Gunadarma, 2012)

    Gambar 2.2 OSI Layer

    Layer 5 s.d. 7 dikelompokkan sebagai application layers atau upper layers.

    Segala sesuatu berkaitan dengan user interface, data formatting dan

  • 20

    communication sessions ditangani dilayer ini. Upper layers banyak

    diimplementasikan dalam bentuk software (aplikasi). (Iwan Sofana, 2010)

    Layer 1 s.d. 4 dikelompokkan sebagai data flow layers atau lower layers.

    Bagaimana data mengalir pada network ditangani oleh layer ini. Lower layers

    dapat diimplementasikan dalam bentuk hardware maupun software. (Iwan

    Sofana, 2010)

    Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan fungsi setiap layer beserta

    contoh-contoh protokol yang sesuai untuk masing-masing layer:

    Layer Fungsi Contoh Protokol

    Application

    Menyediakan servis bagi aplikasi

    network

    NNTP, HL7, Modbus,

    SIP, SSI, DHCP, FTP,

    Gopher, HTTP, NFS,

    NTP, RTP, SMPP,

    SMTP, SNMP, Telnet

    Presentation

    Mengatur konversi dan translasi

    berbagai format data, seperti

    kompresi data dan enkripsi data

    TDI, ASCII, EBCDIC,

    MIDI, MPEG, ASCII7

    Session

    Mengatur sesi (session) yang

    meliputi establishing (memulai

    sesi), maintaining

    SQL, X Window, Named

    Pipes (DNS), NetBIOS,

    ASP, SCP, OS

  • 21

    (mempertahankan sesi), dan

    terminating (mengakhiri sesi) antar

    entitas yang dimiliki oleh

    presentation layer

    Scheduling, RPC, NFS,

    ZIP

    Transport

    Menyediakan end-to-end

    communication protocol. Layer ini

    bertanggung jawab terhadap

    keselamatan data dan

    segmentasi data, seperti:

    mengatur flow control (kendali

    aliran data), error detection

    (deteksi error) and correction

    (koreksi), data sequencing (urutan

    data) dan size of the packet (ukuran

    paket)

    TCP, SPX, UDP, SCTP,

    IPX

    Network

    Menentukan rute yang dilalui oleh

    data. Layer ini menyediakan

    logical addressing (pengalamatan

    logika) dan path determination

    (penentuan rute tujuan)

    IPX, IP, ICMP, IPSec,

    ARP, RIP, IGRP, BGP,

    OSPF, NBF, Q.931

    Data Link

    Menentukan pengalamatan fisik

    (hardware address), error

    802.3 (Ethernet),

    802.11a/b/g/n

  • 22

    notification (pendeteksi error),

    frame flow control (kendali aliran

    frame) dan topologi network. Ada

    dua seblayer pada data link, yaitu:

    Logical Link Control (LLC) dan

    Media Access Control (MAC).

    LLC mengatur komunikasi, seperti

    error notification dan flow control.

    Sedangkan MAC mengatur

    pengalamatan fisik yang digunakan

    dalam proses komunikasi antar-

    adapter.

    MAC/LLC, 802.1Q

    (VLAN), ATM, CDP,

    HDP, FDDI, Fibre

    Channel, Frame Relay,

    SDLC, HDLC, ISL, PPP,

    Q.921. Token Ring

    Physical

    Layer ini menentukan masalah

    kelistrikan/gelombang/medan dan

    berbagai prosedur/fungsi yang

    berkaitan dengan link fisik, seperti

    besar tegangan/arus, panjang

    maksimal media transmisi,

    pergantian fasa, jenis kabel dan

    konektor

    RS-232, V.35, V.34,

    I.430, I.431, T1, E1,

    10BASE-T, 100BASE-

    TX, POTS, SONET,

    DSL, 802.11a/b/g/n PHY,

    hub, repeater, fibre optics

    Tabel 2.2 OSI Layer

  • 23

    2.4 Routing

    Routing adalah proses router menentukan paket tujuan ke jaringan yang

    dituju (Andrew Fiade, S.T., M.Kom, 2013). Sedangkan menurut Joko Saputro

    (2010) Routing adalah suatu proses pemilihan jalur yang akan dilalui oleh traffic

    data pada jaringan komunikasi data.

    Proses penentuan router berdasarkan alamat IP yang tertera dalam label

    router. Terdapat dua cara dalam menentukan alamat tujuan. Cara pertama dinamis

    dimana router menentukan sendiri tujuan yang lebih cepat berdasarkan algoritma

    dari routing protocol, tidak ada campur tangan manusia di sini dalam penentuan

    router, contoh routing protocol dinamis adalah RIP, OSPF, EIGRP. Cara kedua

    adalah static, dimana setiap tujuan yang ingin dicapai dalam router ditentukan

    oleh adminstrator, sehingga setiap router sudah diset static untuk semua tujuan

    contohnya adalah routing static dan routing default. (Andrew Fiade, S.T.,

    M.Kom, 2013)

    2.4.1 OSPF (Open Shortest Path First)

    OSPF adalah protokol routing link-state untuk interior routing dalam sistem

    otonom individu, yaitu internetwork dikendalikan oleh satu organisasi, juga

    dikenal sebagai intranet (Ivan Marsic,2013). Berbeda dengan penjelasan OSPF

    pada referensi lain. OSPF adalah protokol routing link-state yang menggunakan

    metrik cost yang dihitung menggunakan bandwidth link (Dave Hucaby, 2010).

  • 24

    Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa OSPF adalah routing

    protocol jenis link state yang dengan cepat mendeteksi perubahan dan mejadikan

    routing kembali konvergen dalam waktu singkat dengan sedikit pertukaran data.

    OSPF menggunakan konsep area dengan routing domain OSPF. Area

    memisahkan network menjadi lebih kecil untuk mengurangi jumlah trafik

    protokol yang melalui network. Metric OSPF berdasarkan bandwith dari port.

    OSPF memilih jalur yang mempunyai bandwith paling besar. OSPF juga

    merupakan class routing yang mendukung VLSM. Hirarki protokol routing

    mendukung area untuk mengontrol distribusi routing update.

    Ada beberapa media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing

    memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik

    mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut: (Andrew Fiade, S.T., M.Kom,

    2013)

    1. Broadcast Multiaccess

    Dalam kondisi media seperti ini, OSPF mengirimkan traffic

    multicast dalam pencarian neighbour-nya. Pada proses ini OSPF akan

    memilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router

    (DR) dan Backup Designated Router (BDR).

    2. Point-to-Point

    Teknologi ini digunakan jika hanya ada satu router lain yang

    terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Untuk point-to-

    point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router (DR)

  • 25

    dan Backup Designated Router (BDR), karena hanya ada satu router

    yang dijadikan sebagai neighbour. Dalam pencarian neighbour ini,

    router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan

    lainnya menggunakan alamatmulticast bernama AIISPFRouters

    224.0.0.5.

    3. Point-to-Multipoint

    Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang

    menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang

    ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan point-to-point

    yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya.

    4. Nonbroadcast Multiaccess (NBMA)

    Media berjenis Nonbroadcast Multiaccess ini secara fisik

    merupakan sebuah serial line yang sering ditemui pada media jenis

    point-to-point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan

    koneksi ke banyak tujuan tidak hanya ke satu titik saja.

    2.5 Jenis Jaringan Komputer

    Berdasarkan luas areanya maka jaringan komputer dapat dibedakan menjadi:

    (Iwan Sofana, 2010)

    1. PAN (Personal Area Network)

    PAN merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh beberapa

    buah komputer atau antara komputer dengan perangkat non-komputer

    (seperti printer, mesin fax, telepon seluler, PDA, handphone). Sebuah

  • 26

    PAN dapat dibangun menggunakan teknologi wire dan wireless network.

    Teknologi wire PAN biasanya mengandalkan perangkat USB dan

    FireWire, sedangkan wireless PAN mengandalkan teknologi Bluetooth,

    WiFi dan Infrared.

    2. LAN (Local Area Network)

    LAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area yang kecil

    atau lokal seperti jaringan pada suatu ruangan. LAN dapat dikembangkan

    dengan mudah dan mendukung kecepatan transfer data cukup tinggi. Ada

    4 bentuk dasar LAN atau disebut dengan topologi fisik LAN, yaitu:

    1) Topologi Bus

    2) Topologi Star

    3) Topologi Ring

    4) Topologi Mesh atau Fully Mesh

    3. MAN (Metropolitan Area Network)

    MAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area seukuran

    kota atau gabungan dari beberapa LAN yang dihubungkan menjadi sebuah

    jaringan yang besar. Teknologi yang digunakan MAN mirip dengan LAN.

    Hanya saja area MAN lebih besar dan komputer yang dihubungkan pada

    jaringan MAN jauh lebih banyak dibandingkan LAN.

    4. WAN (Wide Area Network)

    WAN merupakan jaringan komputer yang memiliki cakupan area

    yang luas. WAN melibatkan berbagai jenis media dan teknologi yang

    berbeda-beda, seperti X.25, telephone connections, frame relay, ATM,

  • 27

    SMDS (Switched Multi-megabit Data Service) dan SONET (Synchronous

    Optical Network). Internet merupakan contoh WAN yang paling populer.

    Internet merupakan jaringan komputer terbesar di dunia.

    2.6 Packet Tracer

    Gambar 2.3 Packet Tracer

    Packet tracer adalah simulator jaringan yang dapat digunakan untuk

    merancang suatu jaringan dan memberikan konfigurasi agar jaringan tersebut

    dapat bekerja seperti layaknya jaringan dengan hardware sebenarnya. Protokol-

    protokol yang didukung oleh packet tracer adalah sebagai berikut:

    Teknologi Protokol

    LAN Ethernet, 802.11 a/b/g/n wireless dan

    PPPOE

    Switching VLAN, 802.1q, trunking, VTP, DTP,

  • 28

    STP, RSTP, multilayer switching,

    EtherChannel, LACP dan PAgP

    TCP/IP HTTP, HTTPS, DHCP, DHCPv6,

    Telnet, SSH, TFTP, DNS, TCP, UDP,

    IPv4, IPv6, ICMP, ICMPv6, ARP, IPv6

    ND, FTP, SMTP, POP3, and

    VOIP(H.323)

    Routing Static, default, RIPv1, RIPv2, EIGRP,

    single area OSPF, multiarea OSPF,

    BGP, inter-VLAN routing, dan

    redistribution

    WAN HDLC, SLARP, PPP dan Frame Relay

    Security IPsec, GRE, ISAKMP, NTP, AAA,

    RADIUS, TACACS, SNMP, SSH,

    Syslog, CBAC, Zone-Based Policy

    Firewall dan IPS

    QoS Layer 2 QoS, Layer 3 DiffServ QoS,

    FIFO Hardware queues, Priority

    Queuing, Custom Queuing, Weighted

    Fair Queuing, MQC danNBAR

  • 29

    Lainnya ACLs (standard, extended, dan named),

    CDP, NAT (static, dynamic, inside/

    outside dan overload) danNATv6

    Tabel 2.3 Protokol pada Packet Tracer

    Tujuan utama packet tracer adalah untuk menyediakan alat bagi siswa dan

    pengajar agar dapat memahami prinsip jaringan komputer dan juga membangun

    skill di bidang alat-alat jaringan Cisco. Packet tracer memiliki batasan pada

    beberapa fiturnya, sehingga software ini digunakan hanya sebagai alat bantu

    belajar, bukan sebagai pengganti Cisco routers dan switches.

    2.7 Studi Literatur Sejenis

    Sebelum penelitian skripsi dilakukan, penulis melakukan perbandingan studi

    literatur sejenis. Hal ini dilakukan agar penelitian yang akan penulis lakukan dapat

    bermanfaat, menjadi pelengkap dan penyempurna studi-studi literatur yang

    dilakukan sebelumnya.

    Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis mencari studi

    kajian sejenis yang sesuai dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Studi

    kajian sejenis yang penulis analisis adalah sebagai berikut:

    Penelitian Hamimah (2011) mahasiswi S1 Teknik Informatika UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang berjudul Pengembangan Sistem Jaringan LAN Menjadi

    VLAN dan Bentuk Simulasi (Studi Kasus PT. Mandiri Pratama Group). Metode

    pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah Network

  • 30

    Development Cycle (NDLC). Penelitian tersebut membahas implementasi VLAN

    pada PT Mandiri Pratama Group yang sebelumnya menerapkan jaringan LAN

    (Local Area Network). Tujuan dari implementasi VLAN adalah untuk optimalisasi

    unjuk kerja jaringan dan mengatasi traffic yang terjadi. Penelitian tugas akhir

    tersebut tidak menjelaskan routing yang digunakan dalam implementasi VLAN.

    Penelitian Dias Rahmat Santoso (2013) mahasiswa S1 Teknik Informatika

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Pemanfaatan Virtual Local Area

    Network dan Analisa Performa Jaringan (Studi Kasus: Badan Pendukung

    Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum Kementerian Pekerjaan Umum).

    Penelitian tersebut menjelaskan implementasi VLAN dan melakukan monitoring

    terhadap jaringan tersebut setelah menerapkan VLAN. Penelitian tugas akhir

    tersebut menggunakan switch layer 2.

    Penelitian Yovi Dwi Villasica (2014) mahasiswa S1 Teknik Elektro

    Universitas Sumatera Utara yang berjudul Analisis Kinerja Routing Dinamis pada

    Topologi Mesh dengan Teknik OSPF (Open Shortest Path First) dalam Jaringan

    LAN (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer. Penelitian

    tersebut menjelaskan analisis kinerja routing OSPF berupa delay, packet loss dan

    throughput pada jaringan LAN. Penelitian tugas akhir tersebut hanya membuat

    perutean routing secara dinamis dengan teknik OSP dan hanya menggunakan satu

    server.

  • 31

    Berikut adalah tabel studi literatur yang penulis gunakan:

    No Judul Skripsi Nama Penulis Universitas, Tahun Kelebihan Kekurangan

    1. PENGEMBANGAN

    SISTEM JARINGAN

    LAN MENJADI VLAN

    DAN BENTUK

    SIMULASI (STUDI

    KASUS PT. MANDIRI

    PRATAMA GROUP)

    HAMIMAH UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta,

    2011

    1. Menjelaskan cara

    meningkatkan kinerja

    performance jaringan

    pada VLAN.

    2. Menjelaskan sistem

    keamanan jaringan.

    Tidak menjelaskan

    routing yang

    digunakan dalam

    implementasi VLAN

    2. PEMANFAATAN

    VIRTUAL LOCAL

    AREA NETWORK DAN

    ANALISA

    DIAS RAHMAT

    SANTOSO

    UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta,

    2013

    1. Mengimplementasika

    n konfigurasi VLAN

    pada Fortinet Switch.

    2. Nilai ukur untuk

    Hanya membuat

    simulasi topologi

    dan metode

    pengembangan

  • 32

    PERFORMA

    JARINGAN (STUDI

    KASUS: BADAN

    PENDUKUNG

    PENGEMBANGAN

    SISTEM PENYEDIA

    AIR MINUM

    KEMENTERIAN

    PEKERJAAN UMUM)

    parameter QoS yaitu

    delay, throuput dan

    packet loss.

    3. Melakukan analisa

    QoS pada jaringan

    lokal VLAN dalam

    protocol ICMP

    (Internet Control

    Message Protocol)

    sistem yang

    digunakan hanya

    sampai tahap

    monitoring.

    3. ANALISIS KINERJA

    ROUTING DINAMIS

    PADA TOPOLOGI

    MESH DENGAN

    YOVI DWI

    VILLASCA

    Universitas

    Sumatera Utara,

    2014

    1. Merancang jaringan

    menggunakan

    software Cisco

    Packet Tracer.

    Penelitian ini

    menggunakan satu

    jenis router dan

    menggunakan 1

  • 33

    TEKNIK OSPF

    (OPEN SHORTEST

    PATH FIRST) DALAM

    JARINGAN LAN

    (LOCAL AREA

    NETWORK)

    MENGGUNAKAN

    CISCO PACKET

    TRACER

    2. Membahas topologi

    Mesh.

    3. Routing dinamis yang

    digunakan adalah

    OSPF dinamis.

    4. Membandingkan

    kinerja jaringan

    berupa delay,

    throughput antara

    routing statis dan

    dinamis.

    server.

    Tabel 2.4 Studi Literatur Sejenis

  • 34

    Bab III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah merancang dan uji coba jaringan VLAN (Virtual

    Local Area Network) menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open

    Shortest Path First) pada kantor pusat Kementerian Komunikasi dan Informatika.

    3.2 Metode Penelitian

    3.2.1. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang

    diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Observasi (Pengamatan)

    Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi (pengamatan)

    langsung di lokasi penelitian adalah suatu cara pengambilan data dengan

    melihat secara langsung gambar topologi jaringan yang diterapkan

    menggunakan suatu aplikasi dan melihat langsung penerapan topologi

    jaringan apakah sesuai dengan gambar yang tertera pada suatu aplikasi

    atau tidak. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Kantor

    Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pengamatan dilakukan

    dengan melihat topologi jaringan yang diterapkan dan menganalisa

    kinerja jaringan tersebut.

  • 35

    2. Diskusi

    Diskusi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan

    bertukar pendapat dengan administrator jaringan tempat penelitian. Data-

    data yang diperoleh dari diskusi dapat berupa rancangan topologi

    jaringan yang diterapkan dan dapat menghasilkan sebuah rancangan baru

    yang sekiranya dapat membuat kinerja jaringan lebih baik dari

    sebelumnya.

    3. Studi Pustaka

    Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data dengan

    mempelajari teori-teori dari buku dan studi literatur yang berkaitan

    dengan implementasi VLAN menggunakan switch layer 3 dan routing

    OSPF dijadikan acuan analisa penelitian yang akan dilakukan. Dalam

    proses pencarian dan perolehan data penulis mendapat referensi dari

    buku, ebook dan online di Internet. Referensi tersebut sebagai acuan

    untuk membuat landasan teori.

    3.2.2. Metode Pengembangan Sistem

    Network Development Life Cycle (NDLC) merupakan sebuah metode

    yang bergantung pada proses pembangunan sebelumnya seperti perencanaan

    strategi bisnis, daur hidup pengembangan aplikasi, dan analisis

    pendistribusian data. Adapun tahapan dari NDLC terdiri dari 6 tahapan yaitu

    analysis, design, simulation prototyping, implementation, monitoring dan

    management. (James E. Goldman, Phillip T. Rawles, 2004)

  • 36

    Gambar 3.1NDLC (Network Development Life Cycle)

    Penulis menggunakan metode NDLC ini karena penulis membutuhkan

    sebuah metodologi yang berorientasi pada jaringan yang terdiri dari beberapa

    tahap atau siklus dimana posisi perusahaan dalam siklus tersebut sesuai

    dengan kondisi jaringan komputer yang sudah diterapkan. Metodologi

    jaringan NDLC ini terdiri dari 6 tahapan, dengan terlaksananya semua

    tahapan tersebut dengan baik, maka akan dapat meningkatkan kualitas dan

    performa jaringan komputer khususnya jaringan komputer Kementerian

    Komenterian Komunikasi dan Informatika.

    Kualitas dan performa jaringan yang baik akan memberikan dampak

    yang positif terhadap peningkatan kerja para pegawainya. Kualitas kerja

    pegawai yang baik pula akan memberikan dampak yang positif terhadap

    pencapaian visi dari perusahaan.

  • 37

    Tahapan-tahapan dalam NDLC adalah sebagai berikut:

    1. Analysis (Analisis)

    Pada tahap analysis penulis melakukan analisa kebutuhan, analisa

    permasalahan yang muncul dan analisa topologi jaringan yang

    diterapkan saat ini. Metode yang digunakan pada tahapan ini adalah

    sebagai berikut:

    a) Observasi (pengamatan)

    Observasi (pengamatan) dilakukan dengan melakukan

    survei secara langsung topologi jaringan yang digunakan

    melalui suatu aplikasi dan melihat secara langsung penerapan

    topologi jaringan di lapangan. Hasil survei langsung tersebut

    kemudian dianalisis sehingga mendapatkan hasil yang

    sesungguhnya dan gambaran topologi jaringan yang telah

    diterapkan di lapangan.

    b) Membaca manual atau blueprint dokumentasi

    Pada analisis awal juga dilakukan dengan mencari

    informasi dari manual-manual atau blueprint dokumentasi

    pembuatan jaringan yang mungkin pernah dibuat sebelumnya.

    Setiap pengembangan suatu sistem dokumentasi menjadi

    pendukung akhir dari pengembangan tersebut, begitu juga pada

    project network, dokumentasi menjadi syarat mutlak setelah

    suatu sistem selesai dibangun.

    c) Mengkaji data-data

  • 38

    Data-data yang akan dikaji merupakan data-data

    sebelumnya didapatkan. Data-data yang akan dikaji perlu

    dianalisa untuk masuk ke tahap selanjutnya. Adapun yang bisa

    menjadi pedoman dalam mencari data pada tahap analisis ini

    adalah sebagai berikut:

    1) User/people: jumlah user (pegawai), kegiatan yang sering

    dilakukan, peta politik yang ada, level teknis user.

    2) Media H/W & S/W: peralatan yang ada, status jaringan,

    ketersedian data yang dapat diakses dari peralatan, aplikasi

    S/W yang digunakan.

    3) Data : jumlah pegawai, jumlah inventaris sistem, sistem

    keamananyang sudah ada dalam mengamankan data.

    4) Network: konfigurasi jaringan, volume trafik jaringan,

    protocol, monitoring jaringan yang ada saat ini, harapan

    dan rencana pengembangan kedepan.

    5) Perencanaan fisik : masalah listrik, tata letak, ruang khusus,

    sistem keamanan yang ada, dan kemungkinan akan

    pengembangan kedepan.

    2. Design (Desain)

    Pada tahap desain penulis membuat gambar desain topologi

    jaringan berdasarkan data yang ada. Pembuatan desain ini diharapkan

    dapat memberikan gambaran seutuhnya dari topologi jaringan yang

    diterapkan dan menyesuaikan kebutuhan yang ada.

  • 39

    Desain dapat berupa desain struktur topologi, desain akses data,

    desain tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan

    gambaran jelas tentang proyek yang akan dibangun. Tahapan yang

    dilakukan pada proses desain dibagi menjadi dua tahap yaitu:

    1) Perancangan Topologi Fisik

    Perancangan topologi jaringan yang bersifat fisik

    dilakukan dengan menggambarkan bagaimana kondisi fisik

    jaringan yang ada pada kantor pusat Kementerian Kominfo.

    2) Perancangan Topologi Logis

    Perancangan logis merupakan perancangan terhadap

    pengalamatan IP VLAN dan IP masing-masing perangkat

    seperti PC.

    Hasil yang diperoleh dari proses desai adalah sebagai berikut:

    a) Gambar-gambar topologi (server farm, firewall, datacenter,

    storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan sebagainya).

    b) Gambar-gambar detail estimasi kebutuhan yang ada.

    3. Simulation Prototyping

    Tahapan ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah simulasi

    dengan bantuan tools khusus di bidang jaringan seperti Boson, Packet

    Tracer, Netsim atau lain sebagainya. Pembuatan simulasi tersebut

    bertujuan untuk melihat kinerja awal dari jaringan yang akan

    dibangun dan sebagai bahan presentasi serta sharing dengan team

  • 40

    work lainnya. Pada tahapan ini, penulis menggunakan tools packet

    tracer versi 6.01.

    4. Implementation

    Pada tahap ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan

    sebelumnya. Dalam implementasi, teknisi jaringan akan menerapkan

    semua yang telah direncanakan dan di desain sebelumnya.

    Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari

    berhasil/gagalnya proyek yang akan dibangun.

    Pada tahap inilah Team Work akan diuji di lapangan untuk

    menyelesaikan masalah teknis dan non teknis. Beberapa

    masalah yang sering muncul pada tahapan ini, diantaranya adalah:

    a) Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat.

    b) Masalah dana/anggaran dan perubahan kebijakan.

    c) Team work yang tidak solid.

    d) Peralatan pendukung dari vendor .

    Oleh sebab itu pada saat tahap implementasi dibutukan manajemen

    proyek dan manajemen resiko untuk meminimalkan sekecil mungkin

    ancaman yang ada.

    5. Monitoring

    Tahap monitoring merupakan tahapan yang menjamin agar

    jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan

    keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis.

    Monitoring dapat berupa kegiatan pengamatan pada:

  • 41

    a) Infrastruktur hardware. Pada monitoring ini yang perlu diamati

    adalah reability (kehandalan) sistem yang telah dibangun.

    b) Memperhatikan jalannya paket data di jaringan (pewaktuan,

    latency, peektime dan troughput ).

    c) Metode yang digunakan untuk mengamati kondisi atau keadaan

    jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau

    tersebar.

    6. Management (Manajemen)

    Tahap manajemen fokus pada policy (kebijakan). Policy dibuat

    agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat

    berlangsung lama dan unsur kehandalan tetap terjaga. Policy sangat

    bergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis

    suatu perusahaan.

  • 42

    3.3 Kerangka Berfikir

    Gambar 3.2 Kerangka Berfikir

  • 43

    DAFTAR PUSTAKA

    A, Jesin. 2014. Packet Tracer Network Simulator. UK: Packt Publishing Ltd.

    Dias Rahmat Santoso. 2013. Pemanfaatan Virtual Local Area Network dan

    Analisa Performa Jaringan (Studi Kasus: Badan Pendukung

    Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum Kementerian Pekerjaan

    Umum). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Fiade, Andrew. 2013.Simulasi Jaringan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Goldman, James E., Phillip T. Rawles. 2004. Applied Data Communication A

    Bussiness-Oriented Approach. USA: John Willey & Sons, Inc.

    Hamimah. 2011. Pengembangan Sistem Jaringan LAN Menjadi VLAN dan Bentuk

    Simulasi (Studi Kasus PT. Mandiri Pratama Group). Jakarta: UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Hucaby, Dave. 2010. Cisco Router Configuration Handbook, Second Edition.

    USA: Cisco Press.

    Marsic, Ivan. 2013. Computer Network. New Jersey: Rutgers.

    Micro, Andi. 2012. Dasar-Dasar Jaringan Komputer. Banjar Baru: ClearOS

    Indonesia.

    Saputro, Joko. 2010. Praktikum CCNA (Cisco Certified Network Associate) di

    Komputer Sendiri Menggunakan GNS3. Jakarta: PT Transmedia.

  • 44

    Sofana, Iwan. 2010. Cisco CCNA dan Jaringan Komputer. Bandung: Informatika

    Bandung.

    Universitas Guna Darma. 2012. Modul Praktikum Jaringan Komputer Dasar

    Universitas Gunadarma. Jakarta : 209 hlm.

    Yovi Dwi Villasica. 2014. Analisis Kinerja Routing Dinamis pada Topologi Mesh

    dengan Teknik OSPF (Open Shortest Path First) dalam Jaringan LAN

    (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer. Sumatera

    Utara: Universitas Sumatera Utara.