Upload
mimi-suhaini-sudin
View
82
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
vitiligo adalah
Citation preview
RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing : dr.Moerbono Mochtar, Sp.KK
Nama Mahasiswa : Tito Pradipta
NIM : G 0007231
VITILIGO
BAB I
PENDAHULUAN
Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi yang didapatkan disebabkan tidak adanya
melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata maupun bulbus dari rambut.
Karakteristik lesi berupa makula ataupun bercak depigmentasi yang berbatas tegas dan
biasanya asimptomatik, kelainan ini cenderung progresif dan jarang mengalami regresi
spontan.1
Penyebab vitiligo yang pasti belum diketahui, diduga suatu penyakit herediter yang
diturunkan secara autosomal dominan. Dari penyelidikannya, Lerner (1959) melaporkan
38% penderita vitiligo mempunyai keluarga yang menderita vitiligo, sedangkan Eli -
Mofty (1968) menyebut angka 35%. Kelainan ini yang bersifat bawaan dan sebagai
akibat penyakit auto-imunne, tetapi pada sebagian besar penderita penyebabnya tidak
jelas. Vitiligo ini harus dibedakan dengan perubahan kulit yang menjadi lebih putih
sebagai akibat infeksi jamur.2,3
Di seluruh dunia insidensnya rata-rata 1% (0,148,8%) .Penyakit ini dapat mengenai
semua ras dan kedua jenis kelamin dengan perbedaan yang tidak bermakna . Sedangkan
menurut Domonkos (1982), penyakit ini lebih sering diderita oleh orang kulit berwarna
dan biasanya dengan derajat yang lebih berat . Penyakit dapat terjadi sejak lahir sampai
usia lanjut dengan frekuensi tertinggi pada usia 1030 tahun . Menurut statistik di
Amerika Serikat 50% dan penderita vitiligo mulai timbul pada usia sebelum 20 tahun
dan 25% pada usia di bawah 8 tahun.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vitiligo adalah kelainan pigmentasi kulit, seringkali bersifat progresif dan
familial yang ditandai oleh makula hipopigmentasi pada kulit yang asimtomatik.
Selain kelainan pigmentasi, tidak dijumpai kelainan lain pada kulit tersebut.2
B. Etiologi
Pada vitiligo, penyebab hilangnya melanosit pada epidermis belum diketahui
dengan pasti. Diduga merupakan penyakit herediter yang diturunkan secara
autosomal dominan. Beberapa faktor pencetus sering dilaporkan, misalnya krisis
emosi dan trauma fisis.1,4
Penyebab vitiligo sangat komplek. Diduga vitiligo terjadi disebabkan oleh
beberapa langkah. Yang pertama Genetic step dimana muncul beberapa gen
( seperti NALP1), dimana menyebabkan seseorang menjadi suspek untuk
pertumbuhan vitligo. Masih belum diketahui apa yang di kontrol oleh gen ini.
Kedua Triggering step step ini memperlihatkan beberapa keadaan yang memicu
penghancuran dari pigmen sel. Terdapat beberapa macam triger yang memacu
dan mungkin tidak sama untuk semua situasi vitiligo (sunburn, trauma,
kehamilan, dll). Yang ketiga Immune step. Sistem imun juga dapat ditemukan
bersamaan dengan destruksi dari pigmen sel. Itulah mengapa vitligos sering
dikaitkan dengan penyakit autoimun.5
Beberapa faktor pencetus terjadinya vitiligo antara lain (2,3) :
1) Faktor mekanis
Pada 1070% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya
setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi.
2) Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A
Pada 715% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan yang berat.
3) Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk penggunaan kontrasepsi oral tetapi masih
diragukan.2
C. Patogenesis
2
Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa hipotesis
yang dikemukakan yaitu :
1. Autoimmune hipotesis
Merupakan teori yang banyak diterima, dimana imun sistem tubuh akan
menghancurkan melanosit. Pada vitiligo dapat dijumpai autoantibodi
terhadap antigen sistem melanogenik yang disebut autoantibodi anti
melanosit, yang bersifat toksik terhadap melanosit dan menghambat
pembentukan melanin. Pada vitiligo jenis non-segmental atau general,
patogenesisnya lebih tepat dijabarkan dengan mekanisme autoimun.
Korelasi yang paling terlihat antara autoimun dan vitiligo adalah pasien
dengan vitiligo sering sudah memiliki autoimun komorbid. Penemuan
lainnya yang mendukung hipotesis ini adalah vitiligo biasanya berespon
terhadap terapi imunosepresan. Vitiligo biasanya juga berhubungan dengan
kondisi autoimun yang lain. Pada survey yang dilakukan pada 2600
caucasian pasien vitiligo yang dipilih secara acak, didapatkan peningkatan
frekuensi autoimun pada penyakit tyroid, penyakit addison, sistemik lupus
eritematosus, dan anemia perniosiosa. 1,6,10
2. Neurogeik hipotesis
Beberapa bahan yang lepas dari ujung syaraf perifer pada kulit seperti
Neuropeptide-Y, merupakan bahan toksik terhadap melanosit dan dapat
menghambat proses melanogenesis. Kemungkinan Neuropeptide-Y
memegang peranan dalam patogenesis vitiligo melalui mekanisme
neuroimmunity atau neural terhadap melanosit.1,6
3. Self – destruct teori oleh lerner
Mekanisme pertahanan yang tidak sempurna pada sintesis melanin didalam
melanosit, menyebabkan menumpuknya bahan toksis (campuran phenolik)
yang menghancurkan melanosit. Hipotesis ini berdasarkan pengaruh bahan
toksik yang dihasilkan oleh campuran kimia (phenol) terhadap fungsi
melanosit.1,6
4. Autocytotoxic hipotesis
Berdasarkan observasi, sewaktu terjadinya sintesis melanin, terbentuk bahan
kimia yang bersifat cytotoxic terhadap citoplasma dari sel sehingga
3
menyebabkan timbulnya kerusakan struktur yang penting seperti
mitochondria.1
5. Genetik hipotesis
Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan secara khromosom autosomal. Cacat
genetik ini menyebabkan dijumpai melanosit yang abnormal dan mudah
mengalami trauma, sehingga menghalangi pertumbuhan dan diferensiasi dari
melanosit. Beberapa penelitian telah menyelidiki efek genetik terhdapa onset
dan perkembangan vitiligo. Sangat penting untuk mengetahui pola dan
distribusi fisik dari vitiligo, basis genetik untuk setiap distribusi bisa
berbeda. Trichrome vitiligo memperlihatkan lesi berwarna putih, coklat
muda, dana coklat tua, dengan setiap warna menggambarkan perkembangan
tingkatan penyakit.1,6
D. Klasifikasi
Lesi pada vitiligo dapat diklasifikasikan berdasarkan perluasan dan distribusi
pada kulit. Secara luas vitiligo dapat dibagi atas : 1,2,4,5
1. Vitiligo lokalisata
a. Fokal : terdapat satu atau lebih makula pada satu daerah dan tidak
segemental
b. Segemental : terdapat satu atau beberapa makula depigmentasi yang
lokasinya unilateral pada satu areal tubuh, sering dijumpai pada anak-
anak
c. Mukosal : hanya terdapat pada membran mukosa
2. Vitiligo Generalisata
a. Acrofacial : makula depigmentasi yang terdapat pada distal ekstremitas
dan wajah
b. Vulgaris : makula tanpa pola tertentu dibnyak tempat
c. Universal : lesi yang luas meliputi seluruh atau hampir seluruh tubuh
4
E. Gejala Klinis
Makula hipomelanosis pada vitiligo yang khas berupa bercak putih seperti
kapur, bergaris tengah beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter,
berbentuk bulat atau lojong dengan tepi berbatas tegas dan kulit pada tempat
tersebut normal dan tidak mempunyai skuama. Vitiligo mempunyai distribusi
yang khas. Lesi terutama terdapat pada daerah yang terpajan ( muka, dada
bagian atas, dorsum manus), daerah intertriginosa (aksila,lipat paha), daerah
orifisium (sekitar mulut, hidung, mata, rektum), pada bagian ekstensor
permukaan tulang yang menonjol (jari-jari, lutut, siku).7
F. Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang mempunyai gambaran lesi seperti vitiligo yaitu :
1. Tinea versikolor
lesi berupa bercak hipopigmentasi dengan skuama pada permukaannya. Lesi
biasanya terdapat pada punggung atas dan dada yang dapat meluas ke leher
dan lengan. Dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH) menunjukan
adanya hypa dan spora.7
2. Pityriasis alba
Lesi berupa bercak hipopigemntasi dan dijumpai adanya skuama. Lesi
biasanya terdapat pada pipi, lengan dan paha bagian atas, biasanya terdapat
pada penderita dermatitis atopik.1
3. Toberous sclerosis
Berupa makula hipopigemntasi yang berbentuk ash-leaf. Pada umunya
terlihat sejak lahir atau masa bayi, dengan lokasi didaerah punggung dan
ekstremitas.1
5
4. Albinism
Merupakan kelainan genetik yang sering terdeteksi pada saat lahir. Dijumpai
adanya melanosit teteapi mengalami mutasi atau tidak mampu mensintesis
melanin. Dapat mengenai seluruh permukaan kulit, rambut, maupun mata.
Penderita akan menderita kelainan mata seperti nystagmus, strabismus, dan
berkurangnya ketajaman penglihatan.1
5. Lupus erythematosus
Pada tipe sistemik maupun cutaneus, dapat dijumpai bercak depigmentasi
dengan pinggir hiperpigmentasi. Kadang-kadang dijumpai plak berwarna
merah bersisik. Penderita mempunyai riwayat penyakit yaitu terdapat lesi
inflamasi yang dicetuskan oleh sinar matahari.1
6. Nevus depigmentosus
Merupakan bercak hipopigmentasi yang besar, dijumpai pada semua umur,
tidak mengalami depigmentasi dan biasanya tidak berkembang. Pada
pemeriksaan histologi dijumpai melanosit dan melanin tetapi dengan jumlah
sel dan pigmen yang berkurang dibandingkan pada kulit yang normal.1
G. Terapi
Sekarang ini vitiligo dapat di terapi dengan tradisional, baru dan eksperimental
metode terapi, masing-masing memiliki indikasi yang berbeda, dan efek
sampingnya.
Terapi obat
Terapi topikal untuk vitiligo biasanya direkomendasikan ketika depigmentasi
kurang dari 10-20% dari permukaan kulit, dan sistemik ketika sudah hampir
mencapai limit, tetapi ketika terapi topikal pada area kecil gagal, maka terapi
sistemik dapat diindikasikan. Terapi obat dibedakan menjadi beberapa kategori:
1) kortikosteroid, 2) immunomodulators, 3) radiasi ultraviolet, 4) laser, 5) terapi
alternate, 6) depigmentasi, 7) support psikologi dan kamuflase.
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mensupresi sistem imun dengan menurunkan
imunoglobulin dan komplemen. Pada vitiligo, reduksi pada antibody-
mediated cytotoxicity mempengaruhi sel pigmen dan telah di teliti dengan
steroid sistemik.
6
Kortikosteroid topikal
Ini merupakan terapi pertama pada vitiligo terlokalisir, direkomendasikan
untuk wajah atau lesi keci dan pada anak. steroid potensi rendah seperti
hydrocortison mungkin berguna. Tetapi meta-analisis termasuk random
kontrol trial dengan 29 pasien menunjukan bahwa kortikosteroid kelas 3 dan
4 merupakan yang paling efektif untuk lokalisasi vitiligo. Topical poten dan
ultrapoten kortikosteroid harus dibatasi untuk 2-4 bulan untuk membatasi
efek samping (atrophy, telangiektasis, striae). Bila terapi tidak berespon
maka setelah 3-4 bulan harus dihentikan.
Kortikosteroid sistemik
Indikasinya diberikan pada vitiligo rapid course. Dosis kecil harian
prednison (0,3 mg/kg bb) pada 81 pasien vitiligo, menghasilkan 87,7%
progresi berhenti, dan 70,4% repigmentasi. Hasil yang sama juga diteliti
pada betametashon 5 mg dan 10 mg deksametason.8
2) Immunomodulator
Tacrolimus topikal merupakan imunomodulator yang baru-baru ini
diperkenalkan. Terapi ini memberikan keuntungan terapi jangka panjang
tanpa ada efek balik yang tampak pada terapi kortikosteroid jangka panjang.
Peran tacrolimus dan pimecrolimus yaitu pada jumlah ekspresi gen dan
melalui supresi pada sitokin proinflamasi (intereleukin, TNF-α dan INF-γ).
Pada bukti hasil penelitian sebelumnya, tacrolimus menunjukan mean
repigmentasi sebesar 40% melawan 49% untuk clobetasol, namun ditemukan
3 pasien menunjukan efek samping dan atropi yang berkembang. Pada
penelitian oleh sendur dkk, 23 pasein vitiligo di terapi dengan pimecrolimus
1% sehari sekali; 19 subjek dapat menyelesaikan 6 bulan penelitian. 3 pasien
menunjukan respon yang sangat bagus (76%-100%), 4 menunjukan respon
sedang (51%-75%), 6 menunjukan perkembangan sedang (26%-50%), dan 5
menunjukan respon minimal (1%-25%), 3 pasien menunjukan efek samping
yaitu berupa rasa terbakar dan sensasi tersengat.
Beberapa bukti menunjukan terdapat aktivitas yang sinergi pada kombinasi
terapi dengan tacrolimus topikal dan UVB fototerapi. Namun kombinasi ini
mungkin meningkatkan resiko karsinogenik pada kulit.11
7
3) Ultraviolet radiasi
Ultraviolet radiasi (UVR), baik UVB dan UVA merupakan terapi modalitas
pertama untuk vitiligo dengan 10-20 % permukaan kulit. Efek dari UVR ada
dua yaitu :
Immunosupresan untuk menghentikan destruksi melanosit
Bukti sebelumnya menunjukan bahwa UVB dapat menstimulasi T-
regulatory(suppresor) aktivitas sel. Pelepasan IL10 mungkin penting untuk
diferensiasi dan aktivasi T-regulatory sel yang mensupresi kondisi
autoimun. Efek supresive lebih tinggi telah diteliti dengan narrow band
(NB) UVB yang telah dibandingkan dengan broad band UVB pada respon
imun sistemik.8
Stimulasi jumlah melanosit dan migrasi melanosit
Pada vitiligo, UVR meningkakan jumlah residual melanosit paling mungkin
disebabkan oleh meningkatnya growth factor melanosit.8
Target UVB terapi
Keunggulan terapi UVB adalah dapat menghantarkan intensitas tinggi sinar
UVB hanya pada area yang terkena vitiligo. Hal ini tidak hanya mengurangi
jumlah dosis yang diterima oleh individu pasien, tetapi juga meningkatkan
keberhasilan dari terapi ini. Terapi UVB memberikan hasil lebih baik
diberikan untuk vitiligo tipe segemntal dan fokal. 9
3. Terapi bedah
Pasien dengan area vitiligo yang tidak luas dan aktivitasnya stabil, dapat dilakukan
transplantasi secara bedah, yaitu :
1.Autologous skin graft
Sering dilakukan pada pasien dengan bercak depigmentasi yang tidak luas. Tehnik ini
menggunakan jaringan graft yang berasal dari pasien itu sendiri dengan pigmen yang
normal, yang kemudian akan dipindahkan ke area depigmentasi pada tubuh pasien itu
sendiri. Repigmentasi akan menyebar dalam waktu 4-6 minggu setelah dilakukan graft.
Komplikasi yang dapat terjadi pada tempat donor yang resipien yaitu infeksi,parut,
cobblestone appearance ataupun dijumpainya bercak-bercak pigmentasi atau tidak
terjadi sama sekali repigmentasi.1
2.Suction Blister
8
Prosedur tekhnik ini yaitu dibentuknya bulla pada kulit yang pigmentasinya normal
menggunakan vakum suction dengan tekanan 150 Hg ataupun menggunakan alat
pembekuan. Kemudian atap bula yang terbentuk dipotong dan dipindahkan ke daerah
depigmentasi.. Tetapi dengan tekhnik ini, resiko timbulnya jaringan parut lebih sedikit pada
pendonor dan pemerima donor. Donor tersebut masih mugkin untuk digunakan
apabila diperlukan.1,8
4. Depigmentasi
Terapi ini merupakan pilihan pada pasien yang gagal terapi PUVA atau pada vitiligo yang
luas dimana melibatkan lebih dari 50% area permukaan tubuh atau mendekati tipe vitiligo
universal. Pengobatan ini menggunakan bahan pemutih seperti 20% monobenzyl ether dari
hydroquinone (benzoquin 20%), yang dioleskan pada daerah normal (dijumpai adanya
melanosit). Dilakukan sekali atau dua kali sehari. Efek samping yang utama adalah timbulnya
iritasi lokal berupa kemerahan ataupun timbul rasa gatal. Oleh karena itu dilakukan test
pengolesan hanya pada satu lengan bawah yang dioleskan sehari sekali. Apabila dalam 2
minggu tidak terjadi iritasi selanjutnya cream dapat dioleskan sehari 2 kali. Kemudian setelah 2
minggu pengolesan tidak terjadi iritasi maka krim tersebut dapat dioleskan pada tempat
dimana saja pada tubuh. Bahan ini bersifat sitotoksik terhadap melanosit dan menghancurkan
melanosit. Depigmentasi bersifat permanen dan irreversibel. Kulit penderita akan menjadi
albinoid dan membutuhkan tabir surya.1
5. Tatto (mikropigmentasi)
Tatto merupakan pigmen yang ditanamkan dengan menggunakan peralatan khusus yang
bersifat permanen. Tehnik ini memberikan respon yang terbaik pada daerah bibir dan pada
daerah yang berkulit gelap. Efek sampingnya yaitu terdapat herpes simplex labialis.1
H. Prognosis
Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana perkembangan
dari lesi depigmentasi dapat menetap, meluas ataupun terjadinya repigmentasi.
Biasanya perkembangan penyakit dari semua tipe vitiligo bertahap, dan bercak
depigmentasi akan menetap seumur hidup kecuali diberi pengobatan. Sering
diawali dengan perkembangan yang cepat dari lesi depigemntasi dalam beberapa
bulan kemudian progresifitas lesi depigmentasi akan berhenti dala beberapa
9
bulan dan menetap dalam beberapa tahun. Repigmentasi spontan terjadi pada
10-20% pasien tetapi hasil jarang memuaskan secara kosmetik.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Barona MI, Falabella R, update on skn repigmentation therapies in vitiligo,
Colombia, 2008 (Cited 2012 November,18). Avalaible from :
http://nvfi.org/pages/medprof/update_on_therapies.pdf
2. Boissy ER, Vitiligo, university of cincinnati college of medicine.2009. (Cited
2012November,18).Availablefrom:http://www.nvfi.org/pages/vitiligopresentatio
n.pdf
3. Dytoc M, Malhotra N , the pathogenesis of vitiligo, canada. 2012. (Cited
2012November,18).Availablefrom:http://cdn.intechopen.com/pdfs/24968/
InTech-The_pathogenesis_of_vitiligo.pdf
4. Hidayat Djunaedi, Vitiligo. 2008. (Cited 2012 November,18). Available from :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11Vitiligo117.pdf/11Vitiligo117.html
5. Imran M, Vitiligo Management:An Update, 2010 (Cited 2012 November,25).
Avalaiblefromhttp://amec.glp.net/c/document_library/get_file?
p_l_id=990914&folderId=754745&name=DLFE-21308.pdf
6. Kadria ID, Kelainan pigmentasi. 2010. (Cited 2012 November,18). Available
from:http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000112dermatomusculoskeletal
-system/dms146_slide_kelainan_pigmentasi.pdf.
10
7. Lubis RD, Vitiligo. 2008. (Cited 2012 November,18). Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3407/1/08E00896.pdf
8. Mahmud MD, Hexse CL, Hamzavi H, An Update on new and emerging option
for treatment of vitiligo, 2008 (Cited 2012 November,25). Avalaible from
http://www.skintherapyletter.com/download/stl_13_2.pdf.
9. Partogi D, pityriasis versikolor dan diagnosis bandingnya, medan.2009. Cited
2012November,18).Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/3417/1/08E00851.pdf
10. Rezae N, Gavalas NG, Weetman AP, Kemp EH, Autoimmunity as an
aetiological factor in vitiligo, 2007 (Cited 2012 November,25). Avalaiblefrom
http://www.laboratoriosilesia.com/upfiles/sibi/D0808680.pdf
11. USU, Gejala dan jenis gangguan kulit (Cited 2012 November, 17). Available
from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22744/3/Chapter%20II.pdf
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas
Nama : Ny.UM
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngadijayan RT 02/ RW 05, Kartosuro Sukoharjo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Periksa : 7 November 2012
No. RM : 01160959
2. Keluhan Utama
Bercak putih di kaki dan tangan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sekitar 3 tahun yang lalu muncul bercak putih dikaki, pasien merasakan
awalnya terasa gatal dan panas pada daerah tersebut dan kemudian mulai
muncul becak putih. Bercak tersebut semakin lama semakin bertambah.
11
Pasien juga merasakan mulai timbul bercak pada tangan, namun tidak terasa
gatal dan panas. Pasien kemudian memeriksakan ke puskesmas, diberi obat
namun belum sembuh, kemudian pasien memeriksakan diri ke RSDM.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
R. penyakit serupa : disangkal
R. alergi obat dan makanan : disangkal
R. sakit gula : disangkal
R. darah tinggi : disangkal
5. Riwayat Keluarga
R. sakit serupa :disangkal
R. Alergi obat dan makanan :disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
Penderita mandi dua kali sehari dengan sabun padat, handuk sendiri dan
dengan air sumur. Penderita biasa ganti pakaian dua kali sehari dan
lingkungan rumah dikatakan bersih.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respiration Rate : `18x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : afebril
b. Kepala : Mesocephal
c. Mata : Conjungtiva Anemis (-/-)
d. Hidung : Dalam batas normal
e. Mulut : Dalam batas normal
f. Wajah : Dalam batas normal
g. Leher : Dalam batas normal
h. Punggung : Dalam batas normal
i. Dada : Dalam batas normal
j. Gluteus dan anogenital : Dalam batas normal
k. Abdomen : Dalam batas normal
12
l. Ekstremitas atas : Lihat status dermatologi
m. Ekstremitas bawah : Lihat status dermatologi
2. Status Dermatologis
Regio Extremitas superior et inferior : makula, patch depigmentasi multipel
Foto Klinis :
C. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pengambilan specimen dari lesi dan dilakukan pemeriksaan KOH
pada kerokan lehi depigmentasi pada daerah kaki dan tangan, dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan hifa.
D. Diagnosis Banding
Tinea versikolor
Nevus depigmentosus
Ptiriasis alba
Vitiligo
13
E. Diagnosis Kerja
Vitiligo
F. Terapi
1. Medikamentosa
a. Sistemik: Metilprednisolon tab16 mg 3-0-0
b. Topikal : Kloderma oint 2dd ue
2. Non medikamentosa
a. Edukasi pasien : menjaga kebersihan dan higiene pribadi
G. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : bonam
Ad kosmetikam : dubia
14