Upload
dhee
View
630
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 1/13
ABSTRAK
Diperkirakan bahwa 2- 3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Salah satu
dari jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi adalah skizofrenia. Dari seluruh klien dengan skizofrenia, 70%
diantaranya mengalami halusinasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi pelaksanaan keperawatan pada pasien
halusinasi pendengaran di Ruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Desain
penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan informan berjumlah 5 orang
perawat, 4 Perawat Pelaksana dan 1 perawat selaku Kepala Ruang Merpati yang ditentukan dengan teknik purposive sampling dan dilakukan pada bulan Mei 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membina hubungan saling percaya pada dasarnyainforman sudah mengerti dan memahami tahapan dalam membina hubungan saling percaya tapi tidak
dilakukan secara maksimal sesuai dengan teori yang ada. Dalam membantu pasien mengenal halusinasi
didapatkan tidak semua informan sudah melakukan tahapan dalam membantu pasien mengenal halusinasinya.
Dalam membantu pasien mengontrol halusinasi tidak dilakukan secara optimal karena tidak sesuai dengan
teori yang ada. Dalam melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam mengontrol halusinasi berpendapat
pada dasarnya perawat sudah mengerti bagaimana melibatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi.Diharapkan perawat dapat lebih intensif dalam menerapkan strategi pelaksanaan keperawatan untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk selanjutnya diharapkan dilakukan penelitian dengan desain
berbeda dan menggunakan sampel lebih banyak untuk menilai kinerja yang dilakukan perawat dalam
menangani pasien halusinasi pendengaran.
Kata Kunci : Strategi Pelaksanaan Keperawatan, Halusinasi Pendengaran
ABSTRACT
It is estimated that 2-3% of Indonesia's population suffer from severe mental disorders. One of a
kind of mental disorder is schizophrenia. 70% clients with schizophrenia had hallucinations.
This study aims to determine the actions of nurses in applying implementation nursing strategies for
auditory hal lucinations patient in Merpati Room Ernaldi Bahar Hospital Province of South Sumatra. The
design of this study is a descriptive study with qualitative approach. Informants in this study are 5 nurses, one
of them is a head of nurse. Informants are determined by purposive sampling technique and conducted in
May 2012.
The results showed that in building a trusting relationship is basically the informant know and
understand the stages in building a trusting relationship, but did not do optimally in accordance with existing
theories. In helping the patient recognize the hallucinations was found that not all the informants do the stepof theory to help patients recognize hallucinations. In helping patients control the hallucinations do not
optimal because it does not fit with existing theories. In engaging families to assist patients in controlling
hallucinations found nurses basically understand how are involved the patient’s family in controlling hallucination
Nurses are expected to be more intensive in the implementation of the nursing strategy to accelerate
the healing process of patients. Expected to further studies with different designs and uses more samples are
carried out to assess the performance of nurses in managing patients auditory hallucinations.
Keywords : Nursing Strategy Implementation, Auditory Hallucinations
PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2012
Oleh :
Faiza dan Abu Bakar Sidik, S.Kp, M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
Email : [email protected]
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 2/13
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat dalam pengertian yang paling luas
adalah suatu keadaan yang dinamis dimanaindividu menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan internal dan eksternal
untuk mempertahankan keadaan kesehatannya.
Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor
yang psikologis, dimensi intelektual dan spiritual
dan proses penyakit (Potter, 2005).
Dari segi ekonomi, krisis multi dimensi
sekarang ini telah mengakibatkan tekanan yang
berat pada sebagian besar masyarakat dunia
umumnya dan Indonesia pada khususnya,
masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik
berupa gangguan gizi atau terserang berbagai penyakit infeksi tetapi juga dapat mengalami
gangguan kesehatan mental psikiatri (gangguan
jiwa), yang pada akhirnya dapat menurunkan
produktivitas kerja (Ramun, 2001).
Gangguan jiwa (mental disorder )
merupakan salah satu dari empat masalahkesehatan utama di negara-negara maju, modern
dan industri. Keempat masalah kesehatan utama
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa dan kecelakaan. Gangguan jiwa
muncul akibat adanya konflik internal (dunia
dalam) pada diri seseorang dengan dunia luar
(Ramun, 2001).
Data yang diperoleh dari BadanKesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) menunjukkan 10% dari
populasi penduduk dunia membutuhkan
pertolongan atau pengobatan bidang kesehatan
atau psikiatri. Diperkirakan bahwa 2- 3% dari
jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa berat. Bila separuh dari mereka memerlukan
perawatan di rumah sakit dan jika penduduk
Indonesia belum1ah sebanyak 120 juta jiwa, maka
ini berarti bahwa 120 ribu jiwa berat memerlukan perawatan di rurnah sakit (Yosep, 2007).
Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu
bidang praktik keperawatan yang menerapkanteori perlaku manusia sebagai ilmu dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
kiatnya (Depkes RI dalam Kusumawati, 2010)
Salah satu dan jenis gangguan jiwa yang
banyak terjadi adalah skizofrenia. Skizofreniamerupakan sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima
dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan
menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang dapat diterima secara sosial (Stuart, 2005).
Dari seluruh pasien dengan skizofrenia,70% diantaranya mengalami halusinasi.Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi, berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penciuman. Pasien
halusinasi sering mengalami khayalan-khayalan
tertentu, manifestasi dan khayalan-khayalan
tersebut mengarahkan penderita untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu (Hawari, 2007).
Tindakan-tindakan yang dilakukan
pasien halusinasi terkadang dapat membahayakanterutama pada dirinya sendiri, keluarga dan
lingkungannya, maka mereka memerlukan bantuan dan tenaga pelayanan kesehatan yang
kompeten dalam penye1esaian masalahnya
(Keliat, 2005).
Rumah sakit jiwa merupakan tempat
pelayanan yang tepat untuk menangani masalah
gangguan jiwa. Sebagian besar pasien dengangangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit
merupakan pasien dengan gangguan halusinasi.
Salah satu tenaga yang banyak berperan dalam
penanganan pasien halusinasi di rumah sakit jiwa
adalah seorang perawat. Keperawatan jiwa
merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku, dimana perilaku sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
kiatnya (Keliat, 2005).
Profesi perawat merupakan bagian
integral yang memberikan pelayanan keperawatan
secara profesional dalam membantu mereka yang
sedang mengalami gangguan jiwa. Agar dapat
melaksanakan pelayanan yang profesional,
perawat harus mempunyai kemampuan
profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu dan keluarga yangmengalami gangguan jiwa (Keliat, 2005).
Tindakan keperawatan dalam mengatasi
halusinasi itu terdiri dari lima tahapan yaitudimulai dari membina hubungan saling percaya,
mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi,
memanfaatkan obat sesuai dengan advis dokter,
memotivasi keluarga agar memberi dukungan
untuk membantu pasien dalam mengontrolhalusinasi (Yosep, 2009)
Riskesdas tahun 2007 mengungkapkan
prevalensi gangguan jiwa di Indonesia tertinggi
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 3/13
terdapat di DKI Jakarta dengan 20,3% sedangkan
Sumatera Selatan menempati urutan ke-5 dengan
9,2%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan, penderita skizofreniayang dirawat inap selama tahun 2009 adalahsebanyak 4.313 orang dan untuk tahun 2010
adalah sebanyak 4.585 orang, sedangkan tahun
2011 sebanyak 4.445 orang.
Ruang Merpati merupakan merupakan
ruang rawat inap laki-laki kelas III, yang
menampung pasien dengan fasilitas pelayanan
Jamkesmas dan Jamsoskes, Ruang Merpati
mempunyai kapasitas 45 tempat tidur dengan
jumlah pasien 60 orang dengan jumlah tenaga
perawat 14 orang termasuk Kepala Ruangan.Dimana dari jumlah perawat tersebut tidak
memungkinkan bagi perawat dalam memberikanasuhan keperawatan kepada pasien secara
maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas yang
telah dijelaskan, maka disini peneliti tertarik
untuk mengetahui secara lebih mendalam
bagaimana tindakan perawat dalam strategi pelaksanaan keperawatan pada penderita dengan
gejala halusinasi pendengaran di Ruang Merpati
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan, karena perawat sebagai pendamping
pasien ketika berada di rumah sakit selama 24
jam, dengan penerapan strategi pelaksanaan
diharapkan dapat membantu kesembuhan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalahnya adalah belum diketahuinya
tindakan perawat dalam menerapkan strategi
pelaksanaan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran di Ruang Merpati Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui penerapan strategi
pelaksanaan keperawatan pada pasien
halusinasi pendengaran di Ruang MerpatiRumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini
yaitu diperolehnya informasi mendalamtentang:
a. Diketahuinya secara mendalam strategi
dalam membina hubungan saling percaya
dengan pasien.
b. Diketahuinya secara mendalam strategi
perawat dalam membantu pasien untuk dapat mengenal halusinasinya.
c. Diketahuinya secara mendalam strategi
perawat dalam membantu pasien untuk
dapat mengontrol halusinasinya.
d. Diketahuinya secara mendalam strategi
perawat dalam memotivasi keluarga
untuk membantu pasien dalam
mengontrol halusinasinya.
2. LANDASAN TEORI
Keperawatan jiwa adalah pelayanan
keperawatan profesional yang didasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa padamanusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaftif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa)
melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan danmemulihkan masalah kesehatan jiwa pasien.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal
yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga pasien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia (Dalami, 2010)Definisi mengenai halusinasi bermacam-
macam menurut beberapa ahli yaitu:
1. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan
persepsi sensori, seperti merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan dan penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Fitria,
2009).
2. Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa
dimana pasien mengalami perubahan
sensorik persepsi ; merasakan sensai palsu
berupa suara penglihatan, pengecapan, perbaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Tim
MPKP RS Ernaldi Bahar, 2007)
Strategi pelaksanaan keperawatan merupakan
rangkaian percakapan perawat dengan pasien pada
saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi
pelaksanaan keperawatan melatih kemampuan
intelektual tentang pola komunikasi dan pada saatdilaksanakan merupakan latihan kemampuan yang
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 4/13
terintegrasi antara intelektual, psikomotor dan
afektif. Strategi pelaksanaan terdiri dari dua
bagian yaitu proses keperawatan dan strategi
komunikasi pada saat melaksanakan tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang akandilakukan terurai jelas pada bagian proseskeperawatan.
Strategi pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan perawat terhadap pasien dengan
halusinasi adalah :
1. Membina Hubungan Saling
Percaya
Tindakan pertama dalam membina hubungan
saling percaya pada pasien dengan gangguan
halusinasi adalah:
a. Awali pertemuan dengan selalumengucapkan salam, msal:
“Assalamu ‘alaikum; Selamat pagi,siang, malam” atau sesuai dengan
konteks agama pasien.
b. Berkenalan dengan pasien, perkenalkan
nama lengkap dan nama panggilan
perawat, termasuk jam dinas, ruangan
dan senang dipanggil dengan nama apa.Selanjutnya perawat menanyakan nama
pasien serta senang dipanggil dengan
sebutan apa.
c. Buat kontrak asuhan. Jelaskan kepada
pasien tujuan kita merawat pasien,
aktivitas apa saja yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu,
kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas itu akan
dilaksanakan.
d. Bersikap empati yang ditujukan dengan
mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian, tidak membantah dan
tidak menyokong halusinasi pasien,
segera menolong pasien jika pasien
membutuhkan perawat.
2. Membantu pasien mengenal halusinasi.
Disini perawat mencoba menanyakan kepada pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar atau diiihatnya); kapan waktu
timbulnya halusinasi, frekuensi terjadinyahalusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan perasaan saat
halusinasi muncul.
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Dalam proses mengontrol halusinasi, pasiendiajarkan cara menghardik halusinasi dalam
upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang timbul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memperdulikan halusinasinya, menganjurkan
pasien berinteraksi dengan orang lain dan
melakukan aktivitas yang terjadwal.
4. Melatih pasien memanfaatkan obat untuk
mengontrol halusinasinya
Agar pasien mampu mengontrol halusinasi,
maka perlu dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Berikut
ini adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan perawat agar pasien patuh
menggunakan obat dalam mengontrol
halusinasi: jelaskan pentingnya penggunaanobat pada gangguan jiwa, jelaskan akibat bila
obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat dan putus obat, jelaskan efek
samping dan obat yang dimakan, jelaskan
cara mendapatkan obat, jelaskan cara
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu dan benar dosis).5. Melibatkan keluarga dalam tindakan
mengontrol halusinasi
Diantara penyebab kambuh yang paling
sering adalah faktor keluarga dan pasien itu
sendiri. Keluarga adalah support system
terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan
pasien. Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasienmandiri dan patuh mengikuti program
pengobatan. Salah satu tugas perawat adalah
melatih keluarga agar mampu merawat pasien
dengan gangguan jiwa di rumah. Perawat
perlu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, informasi yang perlu
disampaikan kepada keluarga adalah sebagai
berikut: menjelaskan pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami oleh pasien,
tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinyahalusinasi, cara merawat pasien halusinasi,
cara berkomunikasi, pengaruh pengobatan
dan tata cara pemberian obat, pemberianaktivitas kepada pasien, sumber pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau, pengaruh
stigma masyarakat terhadap kesembuhan
pasien.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 5/13
Desain penelitian ini merupakan
penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
mendapatkan informasi mendalam mengenai
tindakan perawat dalam menerapkan strategi pelaksanaan keperawatan pada pasien halusinasidi Ruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan (Notoatmodjo, 2010).3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang
Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan pada tanggal 13 – 16 Mei 2012.
3.3 Sumber Informasi
Dalam penelitian ini, informannya adalah
Perawat Pelaksana di Ruang Merpati Rumah SakitErnaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Informan ditentukan dengan purposive samplingyaitu informan yang mempunyai karakteristik
sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun karakteristik informan tersebut adalah:
1. Perawat yang bekerja minimal 1 tahun di
Ruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.2. Perawat yang berpendidikan minimal D-III
Keperawatan.
3. Perawat yang bersedia menjadi responden.
4. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan
strategi pelaksanaan keperawatan pada pasien
halusinasi.
Proses penentuan Perawat Pelaksana
sebagai informan melalui langkah sebagai berikut, peneliti pertama bekerja sama dengan Kepala
Ruangan terlebih dahulu untuk mendapatkan izin
dan informasi, kemudian peneliti menentukan
dengan sendiri calon infrman penelitian,
selanjutnya peneliti dan informan bersama-sama
mengatur waktu untuk melakukan kontrak
wawancara.
Dalam penelitian ini, key informannya
adalah Kepala Ruangan Ruang Merpati Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, disini Kepala Ruangan digunakan untuk keperluan
pengecekan dan sebagai pembanding terhadap
data informasi yang telah didapat dari perawat pelaksana. Jumlah informan dalam penelitian ini
berjumlah 5 orang perawat, 4 Perawat Pelaksana
dan 1 perawat selaku Kepala Ruang Merpati.
4. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Temuan Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan wawancara
mendalam dengan informan dan observasi
partisipasi didapatkan informasi sebagai berikut :
4.1.1 Hasil wawancara dengan informan
4.1.1.1 Membina Hubungan Saling Percaya
Dalam membina hubungan saling
percaya terdapat empat kategori yaitu
mengucapkan salam, berkenalan dengan pasien,
membuat kontrak dengan pasien dan bersikap
empati.
Hasil wawancara mendalam dengan
informan tentang tindakan perawat dalam
membina hubungan saling percaya dengan pasien
yang mengalami halusinasi. Dapat dibaca pada petikan wawancara berikut ini :
““..dengan cara mengucapkan salam,assalamualaikum atau selamat pagi,
siang atau sore.. mendekati pasien itu
sendiri, mengajak berkenalan,
menyebutkan nama perawat yang
menjaga dan menanyakan nama pasien
itu sendiri, menjabat tangan danmengajak pasien duduk sambil
menjelaskan tujuan dari BHSP, bersikap
empati dan ramah sehingga pasien
percaya pada kita..”” “(1-1)
“.. yang pertama kita melakukan
pendekatan dahulu dengan cara
mengenal pasien, mengucapkan salam pada pasien kemudian mengetahui
keadaan pada saat berkenalan..” (1-2)
“ Pertama-tama kl misalnya pada pagi
hari yang kita ucapkan selamat pagi,
gimana tidurnya malam ini, tidur apa
nggak, trus ada bisikan-bisikan apa
nggak ?(1-3)
“Yang pertama yaitu salam terapeutik kepada pasien, yang kedua
memperkenalkan diri sebagai perawat
“(1-4)Selanjutnya peneliti juga menanyakan
kepada key informan tentang tindakan perawat
dalam membina hubungan saling percaya dengan
pasien dengan halusinasi. Untuk Iebih jelasnya
dapat dibaca petikan wawancara sebagai berikut:“...dilakukan oleh perawat ruangan,
menanyakan nama pasien, siapa
namanya, biasanya dipanggil apa,
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 6/13
menjelaskan atau mengungkapkan nama
perawat, nama panggilan perawatnya,
minimal seperti itu..”
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap informan selama penelitian, bahwa hanya 2 informan melakukan tahapan
dalam membina hubungan saling percaya dengan
pasien, seperti mengucapkan salam pada saat
bertemu dengan pasien, memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak
dengan pasien dan bersikap empati seperti dengan
mengajak ngobrol sambil duduk dan menanyakan
apa yang dirasakan pasien, sedangkan 2 informan
lainnya hanya mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri dengan pasien.
4.1.1.2 Membantu Pasien mengenal halusinasiDalam membantu pasien mengenal
halusinasi terdapat tiga kategori yaitu
menanyakan tentang isi halusinasi, kapan waktu
timbul halusinasi, dan perasaan saat halusinasi
timbul.
Hasil wawancara mendalam dengan perawat pelaksana tentang tindakan perawat
dalam membantu pasien mengenal halusinasi
dapat dibaca dalam petikan wawancara sebagai
berikut:
““.pertama-tama kita harus mengetahui
dulu jenis halusinasinya itu, isi dari
halusinasi sendiri, kapan terjadinya..
trus apa saja yang ia lakukan kalauhalusinasi itu datang”. “ (1-1)
“…‘bila ada halusinasi kita tanyakan
dulu frekuensinya, berapa kali dalam
sehari, kemudian kita ajarkan cara
mengontrol halusinasinya“(1-2)
‘Kalau pasien tersebut merasakan ada
halusinasi, misalnya ada suara-suara
kita mengajarkan cara mengatasinyadengan cara menutup telinga “(1-3)
“Kita ketahui dulu jenis halusinasinya,apakah ia mendengar suara-suara..”
“(1-4)
Sejalan dengan hasil wawancara
mendalam dengan perawat pelaksana, peneliti juga menanyakan kepada kepala ruangan, berikut
petikan wawancaranya:
“...biasanya ditanyakan kapan
terjadinya halusinasi, kapan terjadinya
bisikan-bisikan atau hantu-hantu itu
datang, yang dilihatnya siapa, kemudian
berapa kali halusinasi tersebut terjadi,kapan waktunya apa yang dirasakandalam kondisi seperti itu dan apa yang
dilakukan pasien dalam menghadapi
kondisi seperti itu…”
Dari hasil observasi, diketahui dalam
membantu pasien mengenal halusinasi, dua
perawat pelaksana menanyakan tentang jenis
halusinasi, kapan waktu timbulnya menentukan
faktor pencetus halusinasi, apa yang terjadi
sebelum halusinasi, dan mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya ketika terjadi
halusinasi. Satu orang informan mengkaji jenishalusinasi, menentukan faktor pencetus dan
mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya ketika terjadi halusinas serta satu
orang informan yang mengkaji jenis halusinasi
dan mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasannya pada saat terjadi halusinasi.
4.1.1.3 Membantu Pasien Untuk Mengontrol
Halusinasi
Hasil wawancara mendalam dengan
informan tentang tindakan perawat membantu
pasien untuk mengontrol halusinasi. Untuk
jelasnya dapat dibaca dalam petikan wawancara di bawah ini:
“…mengajarkan cara mengontrol
halusinasinya itu dengan cara
menghardik halusinasi tersebut, sambil
menutup telinga dan yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain dan
ketiga melakukan aktivitas yang
terjadwal” (1-1)
“kita ajarkan tahap-tahap-tahaphalusinasi, dengan cara menghardik
pasien dan mengobrol dengan orang lain
(1-2)
“..mengajarkan dengan cara menutup
telinga dan menghardik..” “(1-3)
Biasanya kita ajarkan tutup telingamenghardik, trus kita ajarkan pada
pasien untuk berbicara dengan pasien
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 7/13
lain untuk mengungkapkan perasaannya
“(1-4)
Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara mendalam dengan kepala ruanganmengenai tindakan perawat membantu pasienuntuk mengontrol halusinasi pasien menyatakan
sebagai berikut:
“ itu dilakukan juga, biasanya itu SP
terakhir, SP ke-4 dari halusinasi… salah
satu untuk mengontrol halusinasi dengan
cara makan obat yang benar, benar
waktu, benar dosis. ..“
Dan hasil observasi setiap informan
mengajarkan cara menghardik halusinasi, tigainforman menganjurkan berinteraksi dengan orang
lain dan satu informan tidak menganjurkan pasien berinteraksi dengan orang lain dan tidak ada
informan yang membantu pasien membuat
aktivitas terjadwal.
4.1.1.4 Melatih Pasien Memanfaatkan Obat
Untuk Mengontrol HalusinasiDalam melatih pasien menggunakan obat
secara teratur terdapat empat kategori yaitu cara
menggunakan obat, menjelaskan fungsi minum
obat, menjelaskan efek sampmg dan obat dan cara
perawat memastikan pasien minum obat.
Beberapa petikan keterangan dan hasil wawancara
sebagai berikut:
Dalam pemberian obat kita menjelaskantentang cara meminum obat yang benar
dengan prinsip 5 benar, yaitu benar
nama,obat, cara makan obat itu sendiri
dan dosisnya berapa. Fungsi obat itu
apa dan efek sampingnya” (1-1)
Kita terapkan cara pemanfaatan obat
yang benar, untuk apa obat itu, benar
dosisnya, benar jumlahnya “(1-2)
Kalau kita memberikan obat pagi, siang
sore apakah obat itu benar-benar
diminum atau tidak (1-3)
“kalau masalah minum obat, harus
diminum, kalau pasien tidak mau kita
bujuk/dipaksa” (1-4)
Selanjutnya peneliti juga menanyakan
kepada key informan tentang tindakan perawat
dalam menggunakan obat secara teratur, berikut
petikan wawancaranya:
“ itu dilakukan juga, biasanya itu SP
terakhir, SP ke-4 dari halusinasi… salah
satu untuk mengontrol halusinasi dengancara makan obat yang benar, benar waktu, benar dosis.
Dan hasil observasi hanya dua informan
menjelaskan cara menggunakan obat yang benar,
menjelaskan fungsi minum obat, menjelaskan efek
samping dari obat dan perawat memastikan pasien
minum obat sedangkan dua informan lainnya
hanya menjelaskan fungsi obat dan memastikan
pasien minum obat.
4.1.1.5 Melibatkan Keluarga Dalam Tindakan
Mengontrol HalusinasiDalam melibatkan keluarga dalam
tindakan mengontrol halusinasi dapat dibaca
dalam petikan wawancara mendalam dengan
informan berikut ini:
Disini kita yang ajarkan kepada
keluarga pasien, kita menjelaskan apasihitu halusinasi kepada keluarga pasien..”
(1-1)
“Yang pasti pada saat keluarga
berkunjung kita jelaskan cara
mengontrol halusinasi dan tahapan-
tahapannya” (1-2)
Dengan cara keluarga pasien tersebut
diajak bekerja sama misal dalam
pemberian obat, dan mengontrol obat
teratur (1-3)
Umumnya sama dengan apa yang kita
ajarkan pada pasien, misalnya menutup
telinga dan diajak ngobrol (1-4)
Selanjutnya peneliti juga menanyakankepada key informan tentang tindakan perawat
dalam melibatkan keluarga mengontrol halusinasi.
Berikut petikan wawancaranya:“..disaat pasien dibesuk oleh keluarga,
biasanya kita melakukan pendekatan
dengan keluarga, menjelaskan
bagaimana kalau seandainya nanti di
rumah pasien ngomong-ngomong sendiri, kita membimbing keluarga
pasien bagaimana cara untuk
mengontrol bisikan-bisikan, mengontrol
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 8/13
penglihatan hantu-hantu, sama seperti
kita membimbing pasien…yang paling
penting juga pasien mengajarkan cara
makan obat yang benar…”
Dari hasil observasi satu informanmemberi penjelasan dengan keluarga tentang
halusinasi, mendorong pasien untuk memberitahu
keluarga dalam timbul halusinasi dan menjelaskan
fungsi obat kepada keluarga. Dua orang informan
memberi penjelasan dengan keluarga tentang
halusinasi dan menjelaskan fungsi obat. Dan satu
informan hanya menjelaskan kepada keluarga
tentang halusinasi
4.1.2 Hasil wawancara dengan key
informan4.1.2.1 Kebijakan Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang
Dari wawancara dengan Key informan
mengenai kebijakkan dari RS Ernaldi Bahar
dalam menerapkan strategi pelaksanaan
keperawatan:“Untuk kebijakan dari rumah sakit itu
sudah ada dengan adanya SOP tentang
perawatan pasien halusinasi. waktunya
itu sudah sejak lama, aku lupa pastinya,
diutamakan sekali sejak tahun
2004/2005 itu sudah ada panduan
tentang strategi pelaksanaan pada
pasien halusinasi. Sudah ada SOPnya,tapi tidak di-SK-kan, Cuma SOPnya
ditandatangani oleh direktur..”
4.1.2.2 Program Pelatihan strategi pelaksanaan
keperawatan
Untuk program pelatihan strategi
pelaksanaan keperawatan pada pasien halusinasi
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar, dapat dilihat dalam
petikan jwaban wawancara berikut :
“untuk program pelatihan digabung dengan pelatihan CI, jadi didalamnya
ada SP pasien halusinasi, dan bagi yang
sudah mendapatkan pelatihan tersebut,mensosialisasikan hasil pelatihan
tersebut kepada perawat lain. Untuk
pelatihan ini diutamakan pendidikan
minimal DIII”
5.1.1.1 Dukungan Pimpinan Rumah SakitErnaldi Bahar
“ya pelaksanaan strategi pelaksanaan
ini sangat didukung oleh pimpinan
rumah sakit…”
Dari hasil wawancara mendalam dengankey informan, diketahui bahwa kebijakan rumahsakit tentang penerapan strategi pelaksanaan
sudah ada dengan adanya SOP pasien halusinasi.
Sedangkan dari hasil observasi terlihat adanya
SOP penatalaksanaan halusinasi yang
ditandatangani oleh direktur Rumah Sakit Ernaldi
Bahar. Untuk program pelatihan mengenai strategi
pelaksanaan, dari hasil wawancara mendalam
dengan key informan didapatkan bahwa program
pelatihan sudah dilakukan, tetapi digabung dengan
pelatihan Clinical Instructure (CI), dan yangdiutamakan yang berpendidikan minimal DIII
keperawatan.
5. PEMBAHASAN
5.1 Analisis hasil Penelitian
5.1.1 Analisis hasil penelitian dengan
informan
5.1.1.1 Membina hubungan saling percayaBerdasarkan wawancara mendalam yang
dilakukan terhadap empat informan diperoleh
informasi bahwa semua informan mengucapkan
salam, tiga informan memperkenalkan diri, dua
informan bersikap empati dan ramah kepada
pasien dan tidak ada tidak ada informan yang
membuat kontrak pertemuan dengan pasien.
Sejalan dengan hasil observasi yangdilakukan peneliti, semua informan mengucapkan
salam, empat informan memperkenalkan diri, dan
hanya dua informan yang menjelaskan tujuan
interaksi, membuat kontrak dengan pasien dan
bersikap empati.
Yosep (2009) menyatakan bahwa
tindakan pertama dalam membina hubungan
saling percaya pada pasien dengan gangguan
halusinasi adalah awali pertemuan dengan selalu
mengucapkan salam, berkenalan dengan pasien, buat kontrak asuhan dan bersikap empati.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
oleh Anggriawan (2010) bahwa dalam membinahubungan saling percaya, informan memberi
salam terapeutik dan memperkenalkan diri.
Berdasarkan penelitian dan teori terkait,
peneliti berpendapat bahwa pada dasarnya
informan sudah mengerti dan memahami tahapandalam membina hubungan saling percaya yang
dilakukan oleh perawat terhadap pasien tapi tidak
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 9/13
dilakukan secara maksimal sesuai dengan teori
yang ada.
5.1.1.2 Membantu Pasien Mengenal Halusinasi
Berdasarkan wawancara mendalam yangdilakukan terhadap empat informan untuk
penerapan strategi pelaksanaan pada tahap
membantu pasien mengenal halusinasi diperoleh
informasi sebagai berikut : satu informan
menanyakan jenis/isi dari halusinasi, kapan
waktunya dan apa yang dirasakan pasien saat
halusinasi muncul, dua informan menanyakan
jenis dan frekuensi dari halusinasi tersebut, dan
satu orang informan dengan menanyakan apa
yang dirasakan pasien.
Berdasarkan hasil observasi, diketahuidalam membantu pasien mengenal halusinasi, dua
perawat pelaksana menanyakan tentang jenishalusinasi, kapan waktu timbulnya menentukan
faktor pencetus halusinasi, apa yang terjadi
sebelum halusinasi, dan mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaannya ketika terjadi
halusinasi. satu orang informan mengkaji jenis
halusinasi, menentukan faktor pencetus danmendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya ketika terjadi halusinas serta satu
orang informan yang mengkaji jenis halusinasi
dan mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasannya pada saat terjadi halusinasi.
Fitria (2009) yang menyatakan bahwa
dalam membantu pasien mengenal halusinasi
perawat mencoba menanyakan kepada pasiententang isi halusinasi (apa yang didengar atau
dilihatnya), kapan waktu timbulnya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan
pasien saat halusinasi rnuncul.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Anggriawan (2010) bahwa dalam membantu
pasien mengenal halusinasi adalah menanyakan
jenis halusinasi, kapan terjadinya dan menanyakan
perasaan yang timbul pada saat halusinasi terjadi.Berdasarkan hasil penelitian dan teori
terkait, peneliti berpendapat bahwa tidak semua
informan sudah melakukan tahapan dalammembantu pasien mengenal halusinasinya, bila
tahapan dalam membantu pasien mengenal
halusinasi tidak dilakukan sepenuhnya, maka
pasien akan lambat dalam proses
penyembuhannya.
5.1.1.3 Melatih Pasien Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
yang dilakukan terhadap empat informan dalam
penerapan strategi pelaksanaan keperawatan pada
tahap melatih pasien untuk mengontrol halusinasi
didapatkan informasi sebagai berikut : satu oranginforman mengajarkan kepada pasien caramengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi tersebut, bercakap-cakap dengan orang
dan melakukan aktivitas terjadwal, dua informan
mengajarkan untuk mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik dan bercakap-cakap dan satu
orang informan hanya mengajarkan untuk
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi.
Berdasarkan hasil observasi, keempat
informan mengajarkan cara menghardik halusinasi, tiga informan menganjurkan
berinteraksi dengan orang lain dan satu informantidak menganjurkan pasien berinteraksi dengan
orang lain dan tidak ada informan yang membantu
pasien membuat aktivitas terjadwal.
Fitria (2009) yang menyatakan tindakan
perawat dalam melatih pasien mengontrol
halusinasi adalah pasien diajarkan caramenghardik halusinasi dalam upaya
mengendalikan diri terhadap dengan cara menolak
halusinasi yang timbul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya,
menganjurkan pasien berinteraksi dengan orang
lain, dan melakukan aktivitas terjadwal.
Hal ini didukung oleh hasil penelitianAnggriawan (2010) bahwa dalam membantu
pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan
orang dan melakukan aktivitas terjadwal.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori
terkait, peneliti berpendapat bahwa tindakan yang
dilakukan perawat dalam membantu pasien
mengontrol halusinasi adalah hanya dengan
menghardik halusinasi, menganjurkan pasien
berinteraksi dengan orang lain.Menurut peneliti bila tindakan perawat
dalam melatih pasien tidak dilakukan sepenuhnya
maka halusinasi pasien kurang terkontrol.
5.1.1.4 Melatih Pasien Memanfaatkan Obat
Untuk Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
yang dilakukan terhadap empat informan dalam penerapan strategi pelaksanaan pada tahap melatih
pasien untuk menggunakan obat secara teratur
untuk mengontrol halusinasinya didapatkan: tiga
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 10/13
informan menjelaskan tentang cara menggunakan
obat dengan 5 benar yaitu benar nama, obat, cara,
dosis dan waktu. Satu informan tidak menjelaskan
5 benar tapi hanya memantau apakah pasien
makan obat/tidak.Dari hasil observasi, hanya dua informan
menjelaskan cara menggunakan obat yang benar,
menjelaskan fungsi obat, menjelaskan efek
samping obat dan perawat memastikan pasien
minum obat sedangkan dua informan lainnya
hanya menjelaskan fungsi obat dan memastikan
pasien minum obat.
Fitria (2009) mengatakan bahwa
tindakan perawat dalam memilih pasien
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
program, berikut ini tindakan keperawatan yangdilakukan perawat agar pasien patuh
menggunakan obat dalarn mengontrol halusinasi: jelaskan akibat putus obat, jelaskan efek samping
dari obat, cara mendapatkan obat, cara
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Anggriawan (2010) bahwa dalam melatih pasien
menggunakan obat secara teratur yaitu denganmenjelaskan 5 benar cara dalam memanfaatkan
obat yaitu benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu dan benar dosis sehingga
meminimalkan kemungkinan terjadi hal yang
tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori
terkait, peneliti berpendapat pada dasarnya
perawat sudah memahami cara melatih pasienmenggunakan obat secara teratur dan bila
tindakan perawat dalam melatih pasien
menggunakan obat secara teratur tidak dilakukan
sepenuhnya maka penyembuhan akan terhambat.
5.1.1.5 Melibatkan Keluarga Dalam Tindakan
Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan wawancara mendalam yang
dilakukan terhadap keempat informan untuk
menerapkan strategi pelaksanaan keperawatan pada tahap melibatkan keluarga dalam tindakan
mengontrol halusinasi diperoleh informasi bahwa
keempat informan menjelaskan pengertian, tanda,gejala, waktu dan suasana yang dapat
menimbulkan halusinasi. Mengajarkan keluarga
pasien cara mengontrol halusinasi dan
menjelaskan fungsi obat yang digunakan pasien.
Berdasarkan hasil observasi, duainforman memberi penjelasan tentang halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi dan
menjelaskan fungsi obat pada keluarga, satu
informan hanya menjelaskan tentang halusinasi
saja sedangkan satu informan lainnya tidak
melakukan tahapan melibatkan keluarga dalam
tindakan mengontrol halusinasinya.
Yosep (2009) menyatakan bahwadiantara penyebab kambuh yang paling seringadalah faktor keluarga dan pasien itu sendiri.
Keluarga adalah support system terdekat dan 24
jam bersama-sama dengan pasien. Keluarga yang
mendukung pasien secara konsisten akan
membuat pasien menyadari dan patuh mengikuti
program pengobatan. Salah satu tugas perawat
adalah melatih keluarga agar mampu merawat
pasien dengan gangguan jiwa di rumah. Perawat
perlu memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, infromasi yang perlu disampaikankepada keluarga adalah sebagai berikut:
menjelaskan pengertian, jenis, tanda dan gejalahalusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara
merawat pasien halusinasi, cara berkomunikasi,
pengaruh pengobatan dan tata cara pemberian
obat, pemberian aktivitas kepada pasien, sumber
pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau,
pengaruh stigma masyarakat terhadapkesembuhan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Anggriawan
(2010) yang menyatakan bahwa melibatkan
keluarga dalam tindakan mengontrol halusinasi
adalah menjelaskan tentang halusinasi dan
mengajarkan cara mengontrol halusinasi.
Berdasarkan hasil penelitian teori terkait,
peneliti berpendapat pada dasarnya perawat sudahmengerti bagaimana melibatkan keluarga dalam
mengontrol halusinasi dan bila tindakan tersebut
tidak dilakukan, maka memungkinkan
kekambuhan pada pasien.
5.1.2 Analisis hasil penelitian dengan key
informan
5.1.2.1 Kebijakan Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang
Berdasarkan hasil wawancara mendalamdengan key informan diketahui bahwa kebijakan
rumah sakit tentang penerapan strategi
pelaksanaan sudah ada dengan adanya SOP pasienhalusinasi. Hal ini sejalan dengan hasil observasi
terlihat adanya SOP penatalaksanaan halusinasi
yang ditandatangani oleh direktur Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang.
5.1.2.2 Program Pelatihan strategi pelaksanaankeperawatan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan key informan, Untuk program pelatihan
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 11/13
mengenai strategi pelaksanaan, didapatkan
informasi bahwa program pelatihan sudah
dilakukan, tetapi digabung dengan pelatihan
Clinical Instructure (CI), dan yang diutamakan
yang berpendidikan minimal DIII keperawatan.
5.2 Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah
subjektif penelitian dalam menginterpretasikan
informasi yang diperoleh dengan teknik waancara
mendalam dan observasi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif sehingga hasil
penelitian tergantung pada pemahaman dan
penafsiran peneliti, dimana peneliti berulang kali
mendengarkan dan membaca hasil wawancara
untuk menelaah dan mengerti makna-makna yangterkandung didalam hasil penelitian, adapun
kesulitan lainnya adalah membandingkan hasilobservasi dan hasil wawancara mendalam untuk
melihat sejauh mana pelaksanaan strategi
pelaksanaan keperawatan yang dilakukan
informan sehingga diperlukan pemahaman dan
analisis yang baik oleh peneliti.
Dalam penelitian ini pengumpulaninformasi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan
menggunakan recorder untuk pedoman
wawancara mendalam, sedangkan observasi
dilakukan di ruang rawat inap dimana perawat
menerapkan strategi pelaksanaan keperawatan
pada pasien halusinasi. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian ini seperti
mencari celah waktu untuk wawancara mendalamdengan perawat dan kepala ruangan, dikarenakan
peneliti melakukan pada saat jam kerja, sehingga
peneliti dapat dengan mudah menggali informasi
yang diinginkan dan lebih leluasa dalam
memberikan informasi kepada peneliti.
Sedangkan pada pelaksanaan observasi, faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini
suasana lingkungan yang kurang kondusif dengan
adanya suara-suara gaduh yang berasal dari
pasien-pasien yang berada didalam ruangansehingga bisa terjadi faktor lupa atau bias.
6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :1. Dalam membina hubungan saling
percaya peneliti berpendapat bahwa pada
dasarnya informan sudah mengerti dan
memahami tahapan dalam membina
hubungan saling percaya yang dilakukan
oleh perawat terhadap pasien tapi tidak
dilakukan secara maksimal sesuai dengan
teori yang ada.2. Dalam membantu pasien mengenal
halusinasi, peneliti berpendapat bahwa
tidak semua informan sudah melakukan
tahapan dalam membantu pasien
mengenal halusinasinya, bila tahapan
dalam membantu pasien mengenal
halusinasi tidak dilakukan sepenuhnya,
maka pasien akan lambat dalam proses
penyembuhannya.
3. Dalam membantu pasien mengontrol
halusinasi peneliti berpendapat bahwatindakan yang dilakukan informan dalam
membantu pasien mengontrol halusinasitidak dilakukan secara optimal karena
tidak sesuai dengan teori yang ada,
informan hanya mengajarkan cara
menghardik halusinasi dengan
mengucapkan ”pergi-pergi”, dan
menganjurkan pasien berinteraksi denganorang lain.
4. Dalam melatih pasien memanfaatkan
obat, peneliti berpendapat pada dasarnya
perawat sudah memahami cara melatih
pasien menggunakan obat secara teratur
untuk mengontrol halusinasinya dan bila
tindakan perawat dalam melatih pasien
menggunakan obat secara teratur tidak dilakukan sepenuhnya maka
penyembuhan akan terhambat.
5. Dalam melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam mengontrol
halusinasi, peneliti berpendapat pada
dasarnya perawat sudah mengerti
bagaimana melibatkan keluarga dalam
mengontrol halusinasi dan bila tindakan
tersebut tidak dilakukan, maka
memungkinkan kekambuhan pada pasien.
6.2 SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan kajian oleh rumahsakit untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan khususnya dalam
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 12/13
penerapan strategi pelaksanaan pada pasien
halusinasi pendengaran
2. Bagi Bidang Perawatan khususnya Ruang
Merpati
Diharapkan agar perawat lebih meningkatkanskill atau keterampilan dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan dan seminar mengenai
strategi pelaksanaan keperawatan pada pasien
halusinasi pendengaran.
3. Bagi penelitian lain
Perlu dilakukan lagi penelitian lanjutan
tentang penerapan strategi pelaksanaan
keperawatan pada pasien halusinasi untuk
menilai kinerja yang dilakukan oleh perawat
dalam menangani pasien jiwa terutama
masalah halusinasi dengan desain penelitianyang berbeda dan menggunakan sampel yang
lebih banyak.4. Bagi STIK Bina Husada Palembang
Diharapkan hasil penelitian dapat
ditindaklanjuti terutama bagi mahasiswa agar
dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan
khususnya keperawatan jiwa dalam
membantu pasien mengatasi halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008.
Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta :
EGC
Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika
Anggriawan, Rendra, 2010
Pengalaman Perawat Dalam
Keberhasilan Penerapan Strategi
Pelaksanaan Pada Klien Halusinasi
Pendengaran Di Ruang Bangau Rumah
Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2010
Dalami, Ermawati. 2010.
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa,Jakarta : Trans Info Media
Fitria, Nita. 2009.
Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Pada Tindakan
Keperawatan (LP Dan SP) Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi
Program Si Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Hawari, Dadang, 2006 Pendekatan Holistik Pada Gangguan
Jiwa Skizofrenia. FKUI : Jakarta
Herdiansyah, Haris, 2010
Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-Ilmu Sosial . Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, A.A. 2007
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B.A.1996. Perawatan Penderita Skizofrenia. Jakarta
: EGC
Kusumawati. 2010.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Maleong, L. 2010
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010
Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Potter, Patricia A. 2005.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses dan Praktik, ed. 4.
Jakarta : EGC
Rekam Medik RS Ernaldi Bahar Palembang,
2011. Profil Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011.Palembang
Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Bidang Kesehatan. Yogjakarta : Nuha
Medika
Stuart & Sudden, 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta :
EGC
7/16/2019 118954763-Jurnal-Ilmiah
http://slidepdf.com/reader/full/118954763-jurnal-ilmiah 13/13
Suliswati, dkk. 2005.
Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Jakarta : EGC
Tim MPKP RS Ernaldi Bahar, 2007
Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan
Jiwa. Palembang
Yosep, Iyus. 2007.
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika