28
13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti perintah. II.A.2. Defenisi hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah Universitas Sumatera Utara

13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

  • Upload
    vokhue

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

13

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Hasil Belajar

II.A.1. Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku,

pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman

(Santrock, 2004). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi

antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan

yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena

kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan, melainkan terjadi sebagai akibat

interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat relatif

permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman, dkk 2005).

Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu

adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar,

dan mengikuti perintah.

II.A.2. Defenisi hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi

pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara

menurut Gronlund (1985) hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya

suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

14

dikuasai oleh siswa. Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu

berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami

siswa; sebagaimana dituangkan dalam bagan 1:

Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar

Tujuan Instruksional

a c

Pengalaman belajar b Hasil belajar

(Sumber: Sudjana, 2005).

Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar

mengajar. Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional

dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis

akan perubahan perilaku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2005),

sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik itu

kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu

sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam Sardiman, 2000).

Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi

hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),

comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

15

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan

ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar

yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang

telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada

tingkat kognitifnya saja.

II.A.3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang

dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

faktor dari luar individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut

dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

16

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution dalam

Djamarah, 2002) adalah:

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Dalam lingkunganlah

siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar

siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Lingkungan alami

Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam arti

lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan

sekolah, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain.

b. Lingkungan sosial

Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai makhluk

sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius. Sebagai anggota

masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem

sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal mengikat

perilakunya untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum.

Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru dengan sedikit

membungkukkan tubuh atau memberi salam.

2. Faktor instrumental

Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang

hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat

kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis. Instrumen

dalam pendidikan dikelompokkan menjadi:

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

17

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial

dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat

berlangsung. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi

kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya.

Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan

belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

b. Program

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program

pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan

potensi sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial, sarana, dan

prasarana.

c. Sarana dan fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh, gedung

sekolah yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling, laboratorium,

auditorium, ruang OSIS akan memungkinkan untuk pelaksanan berbagai

program di sekolah tersebut. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan

mengajar guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini merupakan

kebutuhan guru yang harus diperhatikan. Guru harus memiliki buku

pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang sudah harus tersedia dan

sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat membantu guru dalam

menunaikan tugas mengajar di sekolah.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

18

d. Guru

Guru merupakan penyampai bahan ajar kepada siswa yang membimbing

siswa dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah. Perbedaan

karakter, kepribadian, cara mengajar yang berbeda pada masing-masing

guru, menghasilkan kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran.

Sementara faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. Fisiologis

Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang

terjadi pada jasmaniah.

a. Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari

siswa dalam keadaan tidak lelah.

b. Kondisi panca indera

Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera.

Kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa

mempengaruhi hasil belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran

akan sulit menerima pelajaran apabila ia tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

2. Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang

berhubungan dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil

belajar adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

19

a. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

b. Kecerdasan

Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk beradaptasi,

menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman kehidupan.

Kecerdasan dapat diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ

yang tinggi umumnya mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya

cenderung baik.

c. Bakat

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih

perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk

mencapai prestasi dalam bidang tertentu.

d. Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

e. Kemampuan kognitif

Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan

dengan pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

20

Sedangkan Caroll (dalam Sabri, 2005), mengatakan bahwa hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu yang tersedia

untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d)

kualitas pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor (a, b, c, dan d)

berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor d adalah faktor lingkungan.

II.A.4. Jenis-jenis hasil belajar

Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe

hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya.

Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu

rumus akan menyebabkan paham bagaimana mengguankan rumus

tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan

sesuatu masalah atau pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

21

3) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-

ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan

hafalan atau keterampilan.

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis

merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan

dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana

menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.

b. Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan

belajar, dan hubungan sosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

22

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu.

II.A.5. Tes hasil belajar

Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus

dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek

psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam melakukan

atau menjawab tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam

kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk

mengukur sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh

siswa, misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam buku pelajaran. Tes ini

dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes mengenai unit pelajaran. Tes ini

menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran yang dimaksudkan untuk

dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata-

mata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985). Tujuan tes ini adalah untuk

mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat

dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini lebih ditekankan untuk melihat hasil belajar pada ranah

kognitif khususnya pengetahuan (knowledge) yang telah disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran Kurikulum 2006. Hal ini didasarkan pada waktu pemberian

tes hasil belajar yang singkat, yaitu selama 20 menit pada akhir jam pelajaran

biolog

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

23

II.B. Media Pembelajaran Audio-Visual

II.B.1. Defenisi media pembelajaran

Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar.

Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti

tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2004). Association of Education and

Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam

Sadiman, 2005). Sementara Olson (dalam Miarso, 2004) mendefinisikan medium

sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan

simbol melalui rangsangan indera tertentu, disertai penstrukturan informasi.

Selanjutnya Briggs (dalam Sadiman, 2005) berpendapat bahwa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar, contohnya buku, film, kaset, dan lain-lain. Secara lebih khusus, pengertian

media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis,

photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal (Gerlach & Ely, dalam Arsyad, 2004).

Istilah pembelajaran memiliki arti perencanaan atau perancangan (desain)

sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran

memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa dan bukan apa

yang dipelajari siswa” dengan kata lain memperhatikan cara mengorganisasikan

pembelajaran, cara menyampaikan isi pembelajaran dan penataan interaksi antara

sumber-sumber belajar yang ada, agar dapat berfungsi secara optimal (Uno,

2006). Pada hakikatnya istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

24

pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan

terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.

Pada pembahasan tentang media istilah media pendidikan dan media

pembelajaran pada beberapa literatur menunjukkan makna yang sama dan dapat

digunakan secara bergantian (Miarso, 2004).

Gagne (dalam Miarso, 2004) menyatakan bahwa media pendidikan adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa

untuk belajar. Sementara itu Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran

adalah sarana untuk memberikan perangsangan bagi si belajar agar proses belajar

terjadi. Selanjutnya Miarso (2004) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan

sebagai berikut (Miarso, 2004):

1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak, sehingga

otak dapat berfungsi secara optimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sperry menunjukkan bahwa perangsangan

dengan audio-visual mempengaruhi kerja otak sebelah dan sebelah kanan,

sehingga otak berfungsi secara optimal.

2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

Pengalaman yang dimiliki tiap siswa berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan

masyarakat sangat menentukan pengalaman yang dimiliki. Ketersediaan buku

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

25

dan bacaan lain, kesempatan bepergian adan sebagainya adalah faktor yang

menentukan kekayaan pengalaman anak. Jika dalam mengkongkritkan suatu

materi ajar, siswa tidak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari maka

objek yang dibawa ke siswa melalui media.

3. Media dapat melampaui batas ruang kelas.

Banyak hal yang tak mungkin untuk dialami secara langsung di dalam kelas,

karena:

a) Objek yang terlalu besar – dapat digantikan dengan realita, gambar, film

atau model.

b) Objek yang kecil – di bantu dengan proyektor mikro, mikroskop, film atau

gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, maupun foto.

e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model atau diagram.

f) Bunyi-bunyi yang amat halus atau memaksimalkan suara pengajar di kelas

yang besar dapat dilakukan dengan adanya media.

g) Konsep yang terlalu luas, dan rintangan-rintangan dalam mempelajari

pelajaran misalnya: peristiwa gunung berapi, gempa bumi, iklim,

kehidupan singa, atau ikan dapat divisualisasikan dalam bentuk film,

gambar dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

26

4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan

lingkungannya.

5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

Pengamatan yang dilakukan bisa bersama-sama diarahkan kepada hal-hal

yang dimaksudkan oleh guru.

6. Membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.

8. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari sesuatu

yang kongkret maupun abstrak. Sebuah film atau serangkaian foto dapat

memberikan imajinasi yang kongkret tentang wujud, ukuran, lokasi, dan

sebagainya.

9. Media memberikan kesempatan untuk belajar mandiri, pada tempat, waktu

serta kecepatan yang ditentukan sendiri.

10. Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy) yaitu

kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan, dan

lambang yang tampak, baik yang dialami maupun buatan manusia yang

terdapat dalam lingkungan.

11. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan

kesadaran akan dunia sekitar.

12. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri siswa maupun guru.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

27

II.B.2. Jenis-jenis media pembelajaran

Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi.

Berdasarkan perkembangan teknologi. Menurut Ashby (dalam Miarso, 2004)

perkembangan media telah menimbulkan empat kali revolusi dunia pendidikan.

Revolusi pertama terjadi puluhan abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua

menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai

guru; revolusi kedua terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana

utama pendidikan; revolusi ketiga timbul dengan tersedianya media cetak yang

merupakan hasil penemuan mesin dan teknik percetakan; dan revolusi keempat

berlangsung dengan meluasnya penggunan media elektronik.

Seels dan Richey (dalam Arsyad, 2004) membagi media pembelajaran

dalam empat kelompok, yaitu:

1. Media hasil teknologi cetak.

Media hasil teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau

menyampaikan materi melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis.

Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto, dan

representasi fotografik. Materi cetak dan visual merupakan pengembangan dan

penggunaan kebanyakan materi pengajaran lainnya. Teknologi ini

menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak, contohnya buku teks,

modul, majalah, hand-out, dan lain-lain.

2. Media hasil teknologi audio-visual.

Media hasil teknologi audio-visual menghasilkan atau menyampaikan materi

dengan menggunakan mesin–mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

28

pesan-pesan audio dan visual. Contohnya proyektor film, televisi, video, dan

sebagainya.

3. Media hasil teknologi berbasis komputer.

Media hasil teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis

mikro-prosesor. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam

pengajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction

(pengajaran dengan bantuan komputer).

4. Media hasil teknologi gabungan.

Media hasil teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan atau

menyampaikan materi yang menggabungkan beberapa bentuk media yang

dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa teknologi ini dianggap

teknik yang paling canggih. Contohnya: teleconference.

II.B.3. Definisi media pembelajaran audio-visual

Media Pembelajaran Audio-Visual merupakan media yang menyampaikan

materi dengan menggunakan mesin–mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Contohnya proyektor film, televisi,

video, dan sebagainya. Salah satu jenis media pembelajaran audio-visual adalah

video (Seels dan Richey dalam Arsyad, 2004).

Seiring dengan perkembangan teknologi bentuk video berubah dari bentuk

kaset (perekaman dalam pita magnetik) hingga berbentuk piringan plastik atau

disc. Video Compact Disc (VCD) adalah sistem penyimpanan dan perekaman

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

29

video di mana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita

magnetik (Arsyad, 2004). VCD merupakan piringan tipis yang terdiri dari

informasi dalam bentuk video dan audio. VCD digunakan oleh industri hiburan

untuk menyimpan dan memainkan film dan dalam pendidikan berisi informasi

seperti sebuah ensiklopedia. VCD dibuat dari plastik bening yang dilapisi dengan

material photosensitive yang tipis. Diameternya 12 cm (atau 5 inci). Sebuah VCD

terdiri dari sejumlah seri microscopic pits yang dimasukkan dengan menggunakan

laser. Seiring perkembangan teknologi ada hal baru yang disebut compression

technology, dengan teknologi ini, informasi yang tepat dapat disimpan dan di

transfer dari disc, dengan jumlah yang lebih banyak. Teknologi ini

memungkinkan untuk memproduksi generasi baru dalam media penyimpanan

optik yang dikenal sebagai Digital Video Disc (DVD) (Miller, Lawrence G., and

Baldwin, R. Alan, 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka media pembelajaran audio-visual

dapat dinyatakan sebagai alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan

isi materi pengajaran yang berupa perangkat keras yang memberikan penekanan

pada pengalaman konkrit atau nonverbal melalui mata dan telinga dalam proses

belajar. Dalam penelitian ini media pembelajaran audio-visual yang digunakan

adalah media video, yang diputar dengan menggunakan perangkat keras yaitu

VCD pembelajaran biologi yang diterbitkan oleh PUSTEKKOM, VCD Player,

dan televisi sebagai monitor.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

30

II.B.4. Keuntungan dan keterbatasan media pembelajaran audio-visual

Media audio-visual memilki sejumlah keuntungan sebagaimana pada

beberapa poin kegunaan media pembelajaran yang telah diutarakan sebelumnya.

Secara lebih khusus ada beberapa keuntungan media pembelajaran audiovisual

yang belum tentu dimilki media pembelajaran lainnya.

Keuntungan penggunaan media pembelajaran audio-visual, antara lain (Arsyad,

2004):

1. Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka

membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. Dapat menampilkan tayangan

yang merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek

yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika

berdenyut dan dapat pula menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat

langsung seperti lahar gunung berapi.

2. Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disajikan secara

berulang-ulang.

3. Selain mendorong dan meningkatkan motivasi, media pembelajaran audio-

visual dapat membentuk sikap dan perilaku siswa. misalnya tayangan

mengenai dampak lingkungan kotor terhadap diare, membuat siswa

menunjukkan sikap negatif terhadap lingkungan kotor, dan muncul perilaku

membuang sampah pada tempatnya.

4. Mengandung nilai-nilai yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan

dalam kelompok siwa.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

31

5. Dapat digunakan dalam kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok

heterogen maupun perorangan.

6. Dapat mempersingkat gambaran kejadian normal. Misalnya peristiwa

metamorfosis kupu-kupu yang sesungguhnya terjadi dalam waktu beberapa

hari dapat ditayangkan dalam beberapa menit.

Sedangkan keterbatasan penggunaan media pembelajaran audio-visual antara

lain:

a. Pengadaan media pembelajaran audio-visual umumnya membutuhkan

biaya yang mahal.

b. Pada saat penayangan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak

semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan

melalui media.

c. Video yang tesedia untuk penayangan audio visual tidak selalu sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan; kecuali video

itu dirancang dan diproduksi khusus untuk memenuhi tujuan

pembelajaran tertentu.

Dalam usaha menggunakan media dalam proses belajar mengajar, perlu

diberikan sejumlah pedoman sebagai berikut (Miarso, 2004).:

1. Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran. Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Oleh karena itu pemanfaatan kombinasi dua atau lebih media

akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

32

2. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai. Dengan demikian pemanfaatan media harus menjadi bagian integral

dari penyajian pelajaran.

3. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan

karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

4. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang

akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok

kecil, belajar secar individual, atau belajar mandiri.

5. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mempreview

media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan

di ruang kelas sebelum dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini

pemanfaatan media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses

belajar mengajar dan mengurangi waktu belajar.

6. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar

mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama

penyajian dengan media langsung.

7. Penggunaan media harus diusahakan agarsenantiasa melibatkan partisipasi

aktif peserta didik.

II.C. Pelajaran Biologi

Kata biologi berasal dari bahasa Yunani, bios yang artinya hidup dan logos

yang berarti ilmu. Jadi, biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau

sains yang mempelajari khusus tentang seluk beluk kehidupan. Cakupan kajian

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

33

biologi meliputi makhluk hidup, zat-zat penyusun tubuh makhluk hidup, zat,

energi yang dibutuhkan makhluk hidup, dan segala hal yang berkaitan dengan

kehidupan yang ada di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004).

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara

sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya (dalam

Kurikulum, 2004).

Dikarenakan objek kajiannya sangat luas, yaitu mulai dari organisme tidak

kasat mata hingga kasat mata, tidaklah cukup hanya dengan menggunakan alat

indera saja, tetapi perlu bantuan berbagai alat. Dengan bantuan berbagai alat atau

teknologi, banyak hal yang selama ini dipandang sebagai rahasia alam, semakin

terbuka dan semakin mudah dipahami (Prawirohartono, 2004). Untuk

mempermudah dalam memahami hubungan antara fakta dan konsep dalam

mempelajari Biologi, hendaknya diadakan pengamatan baik langsung maupun

tidak langsung (Prawirohartono, 2004).

Dalam hal ini PUSTEKKOM selaku lembaga resmi yang menerbitkan

VCD pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kurikulum nasional memilki

sejumlah VCD pembelajaran khususnya pelajaran biologi dalam beberapa materi.

Salah satunya adalah topik sistem peredaran darah hewan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

34

II.C.1 Materi sistem peredaran darah hewan

Materi biologi yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi bilogi kelas

XI tentang sistem peredaran darah pada hewan, dengan materi pokok:

Struktur dan alat peredaran darah pada hewan. Pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan 2006

Standar Kompetensi : Siswa mampu menganalisis sistem organ pada

organisme tertentu.

Kompetensi dasar : Mengaitkan struktur, fungsi, dan proses yang dapat

terjadi pada sistem peredaran darah hewan.

Indikator: Mengidentifikasi struktur, fungsi dan proses sistem

peredaran darah pada hewan tertentu.

Menjelaskan struktur, fungsi dan proses sistem peredaran

darah (jantung dan pembuluh darah) pada hewan tertentu.

Pokok-pokok pembelajaran :

Sistem peredaran darah pada hewan

1. Sistem transportasi cacing tanah

2. Sistem transportasi serangga

3. Sistem peredaran darah ikan

4. Sistem peredaran darah katak

5. Sistem peredaran darah reptil

6. Sistem peredaran darah burung

Melalui bantuan media pembelajaran audio-visual berupa video, siswa

dimungkinkan untuk melihat proses peredaran darah hewan dalam bentuk animasi

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

35

dalam keadaan bergerak dan dipandu dengan suara narator. Guru, dalam hal ini

menggunakan media sebagai alat bantu menagjar selain buku. Guru dapat

menghentikan tayangan untuk menjelaskan lebih lanjut atau mengulang-ulang

tayangan pada bagian yang diperlukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Dale (1950) bahwa video dapat menayangkan sebuah intisari objek, dan

memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas.

Penggunaan video dianggap lebih efisien dibanding media lain dalam proses

mengajar menyangkut bahan ajar sains seperti biologi.

II.D. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap

Hasil Belajar Biologi

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting

adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling

berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi

jenis media pembelajaran yang sesuai (Arsyad, 2004). Kedua unsur ini terlebih

dahulu disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan. Keefektifan dan

efisiensi dari media yang digunakan menjadi pertimbangan, dengan tetap

memiliki tujuan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang paling

mendekati kongkret.

Biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran sains dengan objek

kajian yang berhubungan dengan kehidupan. Seorang guru sains membutuhkan

adanya bantuan media dalam penyampaian materi-materi biologi untuk

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

36

rangsangan kegiatan belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran juga akan

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, serta membantu siswa

meningkatkan pemahaman (dalam Arsyad, 2004).

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Dale (1969),

mengadakan klasifikasi pengalaman dalam bentuk kerucut di mana yang paling

atas (puncak kerucut) merupakan tingkat yang paling abstrak dan pada dasar

kerucut adalah tingkat yang paling konkrit, yang kemudian dikenal dengan Dale’s

cones of experience (kerucut pengalaman Dale).

Gambar.1. Dale’s cone of experience (kerucut pengalaman Dale)

(Sumber: Diadaptasi dari Prinsip, 2006)

Dale (1950) mengurutkan bahwa pengalaman paling abstrak itu diperoleh

melalui pengalaman melalui simbol verbal, diikuti dengan, pengalaman melalui

pendengaran seperti melalui radio, pengalaman melalui simbol visual seperti slide,

pengalaman melalui visual dan audio seperti menonton film dan tayangan di

televisi, pameran dan museum, karya wisata, demonstrasi, partisipasi drama,

Universitas Sumatera Utara

Page 25: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

37

observasi, dan pengalaman langsung pada tingkat yang paling konkret. Dale

(dalam prinsip, 2006) menambahkan bahwa individu akan cenderung mengingat

10% dari apa yang ia baca, 20% dari apa yang ia dengar, 30% mengingat apa yang

ia lihat dan dengar dan 70% dari apa yang ia katakan (dengan adanya partisipasi

dalam diskusi atau presentasi) dan 90% dari apa yang ia katakan dan lakukan

(melalui pengamatan langsung dan demonstrasi).

Tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk

membawa anak pada pengalaman langsung. Melakukan praktikum membutuhkan

waktu, biaya dan persiapan yang lebih banyak, bahkan untuk melihat pameran,

atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Namun untuk menyiasati

agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni

pengalaman melalui simbol verbal, maka guru dapat menggunakan alat bantu

yang dapat menampilkan gambar bergerak, hal ini memberikan pengalaman yang

lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio.

Penggunaan video yang merupakan salah satu alat yang dapat menghasilkan

tayangan gambar bergerak dengan adanya suara menjadi pilihan alat bantu dalam

proses belajar mengajar yang dapat dipergunakan setiap hari. Sebagaimana

dikemukakan terdahulu bahwa pemilihan salah satu jenis metode mengajar

tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Dale (dalam

Arsyad, 2004) mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat

meningkatkan hasil belajar menjadi karena melibatkan imajinasi, dan

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

38

Media video sebagai salah satu jenis dari media pembelajaran dapat

menjadikan makna materi yang daiajarkan lebih jelas sehingga dapat lebih

dipahami siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran dengan lebih baik (Sudjana dan Rivai dalam Arsyad, 2004).

Mendukung hal tersebut, Dale (dalam Arsyad, 2004) menyatakan bahwa

peningkatan hasil belajar terjadi, karena penggunaan media video meningkatkan

motivasi belajar siswa dan membuat siswa melibatkan imajinasi dalam proses

belajarnya. Dalam pembelajaran biologi, siswa dapat langsung melihat bentuk

atau proses materi melalui video yang ditayangkan. Siswa dapat melihat proses

transportasi darah dalam tubuh yang telah direkam, dapat melihat kelangsungan

ekosistem di Afrika, Asia dan sebagainya. Dengan melihat langsung, siswa

mendapat gambaran yang sesungguhnya, dan materi yang disaksikan secara

langsung melalui video dapat diingat lebih lama daripada materi yang hanya

diterima siswa melalui ceramah (dalam metode, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Sperry menunjukkan bahwa perangsangan

dengan audio-visual mempengaruhi kerja otak sebelah dan sebelah kanan,

sehingga otak berfungsi secara optimal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

belahan otak sebelah kiri mengatur pikiran yang bersifat verbal, rasional,

analitikal dan konseptual. Belahan ini mengontrol bicara. Belahan otak sebelah

kanan mengatur pikiran yang besifat visual, emosional, holistik, fisikal, spasial

dan kreatif. Belahan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya salah satu

belahan yang bersifat dominan; kedua belahan tidak dapat dominan secara

serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

39

menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai salah satu implikasi dalam

pembelajaran adalah kedua belahan otak perlu dirangsang bergantian dengan

rangsangan audio dan visual (dalam Miarso, 2004).

Temuan penelitian lain yang mengungkapkan kehandalan media

pembelajaran, diantaranya yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association

bahwa pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung melalui

indera apa ia memperoleh pengetahuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

subjek penelitian yang mendapat stimulus secara audio-visual mampu mengingat

lebih baik daripada yang mendapat stimulus auditori saja atau visual saja.

Sehingga bila dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka sebaiknya

penyampaian bahan ajar diberikan baik melalui melalui pendengaran maupun

penglihatan sekaligus, bahkan bila memungkinkan dan diperlukan, juga memberi

rangsangan melalui indera lain (Hernawan, 2002). Dale (dalam Arsyad, 2004)

mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil

belajar menjadi karena melibatkan imajinasi, dan meningkatkan motivasi belajar

siswa.

Penggunaan media, baik itu transparansi OHP, fim, video ataupun gambar

dalam proses belajar mengajar, perlu diberikan sejumlah pedoman seperti

mengkaji apakah tujuan instruksional dapat di capai atau tidak pada akhir

kegiatan. Untuk keperluan tersebut kita harus mempunyai alat yang dapat

mengukur tingkat keberhasilan atau hasil belajar siswa. Alat pengukur ini

dikembangkan sebelum naskah program media ditulis atau sebelum kegiatan

belajar-mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan, ataupun

Universitas Sumatera Utara

Page 28: 13 BAB II LANDASAN TEORI II.A. Hasil Belajar II.A.1. Belajar Belajar

40

daftar cek prilaku. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

media yang anda buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

atau tidak. Sebagaimana bila dalam suatu hipotesis dikatakan bahwa suatu media

dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, maka evaluasi ini berfungsi untuk

membuktikan hipotesis tadi (Sadiman,dkk, 1996).

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan memberikan tes hasil

belajar bilogi. Hasil belajar siswa yang mendapat pengajaran oleh guru dengan

bantuan media video, dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang hanya

mendapat metode pengajaran konvensional yakni metode ceramah.

II.E. HIPOTESA PENELITIAN

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap

hasil belajar biologi.

H1 : Ada pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil

belajar biologi.

Universitas Sumatera Utara