Upload
rafzhanrasbin
View
260
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perencanaan Tambang
Citation preview
1. KADAR BATAS, NISBAH PENGUPASAN, KADAR
EKIVALEN
1.1 PERHITUNGAN KADAR BATAS (CUT-OFF GRADE)
A. Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade = BECOG)
a. Dalam teori ekonomi, analisis pulang pokok terdiri dari penentuan nilai
parameter yang diinginkan (misalnya: berapa jumlah produk yang
harus dijual) sedemikian rupa sehingga pendapatan tepat sama
dengan ongkos atau biaya yang dikeluarkan (keuntungan = nol).
b. Dalam pertambangan, yang ingin kita ketahui adalah berapa kadar
bijih yang menghasilkan angka yang sama antara pendapatan yang
diperoleh dari penjualan bijih tadi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk menambang serta memrosesnya. Kadar ini dikenal dengan
nama kadar batas pulang pokok atau break even cut-off grade.
c. BECOG = Ongkos (Mine+Mill+ G& A)(Harga Jual - SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x Faktor
d. Biasanya hanya biaya atau ongkos operasi langsung yang
diperhitungkan dalam penentuan cut-off grade. Ongkos-ongkos
kapital dan biaya tak langsung seperti penyusutan (depresiasi) pada
umumnya tidak dimasukkan.
Untuk keperluan perancangan batas akhir penambangan (pit design),
asumsi yang diambil adalah bahwa umur tambang cukup panjang
sehingga depresiasi tidak lagi merupakan faktor yang penting.
Mengapa ?
Karena pada tahap terakhir dari penambangan, di mana batas lereng
akhir dari tambang telah dicapai, kapital dan peralatan telah
terdepresiasi secara penuh.
Optimasi Batas Penambangan - 1
B. Kadar Batas Internal (Internal Cut-off Grade = ICOG)
a. Jika diasumsikan bahwa satu ton material pasti akan ditambang,
berapa kadar minimum yang akan menghasilkan kerugian lebih kecil
dari dua alternatif berikut : mengirimkan material hasil penambangan
ke pabrik pemrosesan, atau mengirimkan material ini ke tempat
pembuangan? (Ingat bahwa ongkos penambangan walau
bagaimanapun tetap harus dikeluarkan).
b. Gunakan persamaan yang sama (seperti untuk BECOG), hanya
dalam hal ini ongkos penambangan tidak dimasukkan. Jadi untuk
menghitung ICOG, ongkos penambangan = nol.
C. Kadar Batas Proses
a. Bilakah kita dapat memperhitungkan cut-off grade tanpa memasukkan
ongkos-ongkos G&A?
i. Bila tingkat produksi dari pabrik pemrosesan bijih telah ditentukan,
misalnya untuk pabrik flotasi bijih sulfida, maka perhitungan cut-off
grade harus memasukkan ongkos G&A.
ii. Sebaliknya, bila tingkat produksinya tidak tertentu seperti pada
kasus pelindian bijih oksida di leach pad, argumen bahwa kadar
batas dapat dihitung tanpa memasukkan ongkos-ongkos G&A
adalah argumen yang dapat diterima. Selama jangka waktu satu
tahun pasti akan ada bijih berkadar lebih tinggi yang dapat
menutupi biaya-biaya ini.
iii. Kadar batas ini kadang-kadang disebut kadar batas pengolahan
(process cut-off), yakni kadar terendah yang dapat menutupi
biaya pengolahan langsung. Dalam operasi penambangan, jika
anda mempunyai pabrik pengolahan (mill) dan tambang
mengalami kekurangan bijih yang akut, maka process cut-off ini
biasanya merupakan kadar terendah yang masih dapat
dipertimbangkan untuk dikirimkan ke pabrik. Namun demikian,
Optimasi Batas Penambangan - 2
tujuan dari perencanaan tambang jangka panjang adalah
menghindari keadaan di atas.
1.2 NISBAH PENGUPASAN PULANG POKOK (BREAK EVEN STRIPPING
RATIO = BESR)
A. Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material
penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang bijih,
nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton waste / ton ore. Di tambang
batubara sering dipakai m3 waste / ton batubara.
SR = Ton WasteTon ore
atau SR = Ton totalTon ore
- 1
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah pengupasan
merupakan fungsi dari kadar batas.
B. Jika kadar bijih diketahui dan jika semua keuntungan bersih dari
menambang bijih tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup (waste
stripping), berapa jumlah tanah penutup yang dapat dikupas? Inilah
konsep BESR.
BESR = (Pendapatan - Ongkos Penambangan & Pengolahan) / ton bijihOngkos Pengupasan / ton waste
C. Catatan :
• Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat mendukung
stripping).
• Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik, tingkat produksi
dan ongkos tertentu, BESR merupakan fungsi linier dari kadar bijih.
• BESR merupakan masukan dalam metoda perancangan tambang
secara manual.
Optimasi Batas Penambangan - 3
1.3 PERHITUNGAN KADAR EKIVALEN
A. Bilamana dalam cebakan bijih kita dapati lebih dari satu mineral (utama
dan ikutan), biasanya perlu dipakai konsep kadar ekivalen untuk
mengevaluasinya.
B. Pertama kali, kita definisikan dahulu NSR (Net Smelter Return) sebagai
nilai kotor dari satu ton bijih setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos
smelting, refining dan freight (SRF).
C. Tahap-tahap perhitungan kadar ekivalen (misalnya Cu Ekivalen) adalah
sbb :
a. Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) tembaga yang berkadar bijih 1%.
b. Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) mineral ikutan, misalnya moly
dengan kadar 1% (atau emas dengan kadar 1 oz/ton atau 1 g/tonne,
dst).
c. Hitung faktor ekivalensi sebagai nisbah (ratio) antara NSR untuk
mineral ikutan terhadap NSR untuk mineral utama.
d. Jadi kadar Cu Ekivalen = Total Cu + Faktor x Moly
e. Jika kadar Total Cu dan kadar moly (emas, perak, dst.) dalam blok
diketahui, maka kadar Cu Ekivalen dari blok tersebut dapat dihitung.
D. Kadar Ekivalen dapat pula dipahami atau didefinisikan sebagai kadar yang
menghasilkan gabungan nilai NSR dari semua mineral yang ada.
E. Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk menggunakan nilai NSR dan
bukan kadar ekivalen.
a. Hitung nilai NSR untuk suatu blok dan gunakan angka ini sebagai
sebuah variabel ekonomik untuk perencanaan tambang.
b. Kadar batas pulang pokok (BECOG) hanyalah mengandung
ongkos-ongkos penambangan, pengolahan dan G&A. Perolehan mill
Optimasi Batas Penambangan - 4
dan smelter, ongkos-ongkos SRF dan harga komoditas sudah
diperhitungkan dalam NSR.
PERHITUNGAN KADAR BATAS
Contoh untuk Cu :
Ongkos Penambangan (Mining Cost) per ton material $ 0.75 Ongkos Pengolahan (Milling Cost) per ton bijih $ 3.25 Ongkos G & A per ton bijih $ 0.25 Perolehan Pabrik (Mill Recovery) 94% smelting, refining, freight per pound product $ 0.275 Perolehan Smelter (Smelter Recovery) 96.15% Harga Tembaga per pound $ 0.95
Penghasilan = Biaya (titik pulang pokok ; untuk satu ton bijih)
Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A) + SRF x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20
Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 - SRF x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A)
(Harga - SRF) x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A)
Kadar Batas Pulang Pokok = Ongkos (Mine+Mill+ G& A)(Harga - SRF) x Mill Rec x Smlt Rec x 20
( BECOG )
= $ 0.75 + $ 3.25 + $ 0.25($ 0.95 - $ 0.275) x 0.94 x 0.9615 x 20
BECOG = 0.35% Cu
Catatan :
Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan pound per
persen). Untuk proyek dengan satuan metrik faktor konversinya adalah
22.046.
Optimasi Batas Penambangan - 5
Untuk logam mulia (mis : emas) tidak diperlukan faktor konversi karena
satuannya sudah langsung dalam satuan produksi (oz/ton atau gram/ton).
PERHITUNGAN KADAR EKIVALEN
Tembaga Moly
Harga Komoditas $ 0.90 $ 3.00
Perolehan Pabrik 88% 70%
Perolehan Smelter / Konverter 96.1% 99%
Biaya Smelting Konversi per pound $ 0.324 $ 0.81
1. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Cu
($ 0.90 - $ 0.324) (1%) (0.88) (0.961) (20 lb/%) = $ 9.74
2. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Moly
($ 3.00 - $ 0.81) (1%) (0.70) (0.99) (20 lb/%) = $ 30.35
3. Faktor Ekivalen = NSR Moly / NSR Tembaga
$ 30.35 / $ 9.74 = 3.1160
4. Tembaga Ekivalen = Kadar Cu + 3.1160 x Kadar Moly
Optimasi Batas Penambangan - 6
PERHITUNGAN BESR
Cu Eq NSR BESR 0.266 3.40 -0.00 0.30 3.83 0.79 0.35 4.47 1.95 0.40 5.11 3.11 0.45 5.75 4.27 0.50 6.39 5.43 0.55 7.03 6.59 0.60 7.66 7.75 0.65 8.30 8.91 0.70 8.94 10.08 0.75 9.58 11.24 0.80 10.22 12.40 0.85 10.86 13.56 0.90 11.50 14.72 0.95 12.13 15.88 1.00 12.77 17.04 1.05 13.41 18.20 1.10 14.05 19.37 1.15 14.69 20.53 1.20 15.33 21.69
NSR dan BESR vs Cu Eq
-5
0
5
10
15
20
25
0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
Cu Eq (%)
NSR
($U
S) a
tau
BES
R
NSR
BESR
Optimasi Batas Penambangan - 7
2 PERANCANGAN BATAS AKHIR PENAMBANGAN (PIT LIMIT DESIGN)
2.1 KONSEP DASAR
A. Data yang ada : • Model blok cebakan bijih
• Data tekno-ekonomik (termasuk sudut lereng)
Pertanyaannya : Bagaimana menentukan batas akhir penambangan
(bentuk / geometri dari final pit)?
B. Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade) dan Nisbah
Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio): berdasarkan
data ekonomik dan perolehan (recovery) kita dapat menghitung BECOG
dan membuat suatu tabel yang menunjukkan BESR untuk berbagai kadar
batas.
C. Beberapa Algoritma Perancangan (Penentuan Pit Limit)
a. Metoda Penampang (Manual Cross Section / 2-D)
b. Pemrograman Dinamik 2-Dimensi (2-D Dynamic Programming atau
Metoda Lerchs-Grossmann)
c. Metoda Kerucut Mengambang (Floating Cone) 3-D
d. Metoda Tiga Dimensi lainnya :
• Teori Grafik (Graph Theory)
• 3-D Dynamic Programming
• Aliran Jaringan (Network Flow)
Optimasi Batas Penambangan - 8
2.2 PERANCANGAN TAMBANG : DEFINISI DAN DASAR PEMIKIRAN
A. Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian dari
proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah
geometrik. Di dalamnya termasuk perancangan batas akhir penambangan,
tahapan (pushback), urutan penambangan tahunan / bulanan,
penjadwalan produksi dan waste dump.
B. Aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan masalah
geometrik meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan
biaya kapital dan biaya operasi.
C. Penentuan Batas Penambangan (Final Pit Limit)
a. Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan batas-batas
penambangan pada suatu cebakan bijih (yakni jumlah cadangan dan
kadarnya), yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan
bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dari uang.
i. Tidak diperhitungkannya nilai waktu dari uang akan menghasilkan
bentuk pit yang paling besar untuk suatu set parameter ekonomik
tertentu.
ii. Dengan menambahkan faktor bunga (interest), besar pit akan
berkurang.
b. Mengapa faktor nilai waktu dari uang tidak dimasukkan? Beberapa
alasan :
i. Untuk proyek dengan jangka waktu panjang (misal : lebih dari 15
tahun), tahap-tahap penambangan terakhir akan memiliki dampak
yang minimal terhadap tingkat pengembalian modal atau rate of
return.
ii. Selain itu, untuk proyek yang berjangka panjang seperti ini, cukup
masuk akal bahwa faktor teknologi yang semakin canggih akan
mengimbangi faktor nilai waktu dari uang.
Optimasi Batas Penambangan - 9
c. Walaupun butir (a) di atas merupakan tujuan yang paling umum, ada
beberapa kasus - terutama pada cebakan bijih dengan nisbah
pengupasan yang tinggi - di mana nilai waktu dari uang perlu
dipertimbangkan pada tahap awal dari evaluasi.
D. Berapa banyak energi yang harus dicurahkan untuk menentukan batas
penambangan ?
a. Pada fase kelayakan suatu proyek yang berjangka panjang,
tahap-tahap penambangan terakhir akan memiliki dampak yang
minimal terhadap rate of return. Karena itu, mencurahkan terlalu
banyak waktu untuk perancangan batas penambangan barangkali
kurang memiliki alasan yang kuat.
i. Usaha yang tidak begitu memakan waktu dapat meliputi
penggunaan program floating cone atau 3-D Lerchs-Grossmann
untuk menentukan pit limit, dan melakukan pengecekan awal
apakah hasilnya masuk akal.
ii. Studi sensitivitas dengan melakukan perubahan-perubahan kecil
pada parameter pokok seperti sudut lereng, harga komoditas,
ongkos-ongkos, dll. akan membantu dalam pemilihan skenario
untuk dasar perancangan.
b. Untuk proyek penambangan dengan jangka waktu yang relatif singkat,
misalnya kurang dari 15 tahun, diperlukan energi dan waktu yang lebih
banyak untuk menentukan batas penambangan, terutama bila lereng
akhir (final pit walls) akan dibuat pada tahap-tahap awal.
i. Usaha yang lebih serius dapat meliputi perancangan dua geometri
pit yang berbeda, lengkap dengan jalan angkutnya dan dengan
lereng akhir pada berbagai posisi yang berlainan, kemudian dipilih
alternatif mana yang terbaik.
c. Pada tahap-tahap belakangan, khususnya ketika lereng akhir dengan
nisbah pengupasan yang relatif besar akan dibuat, energi yang besar
perlu dicurahkan untuk perancangan pit limit ini.
Optimasi Batas Penambangan - 10
i. Studi kelayakan yang memakan waktu beberapa bulan dapat
dilakukan. Beberapa alternatif rancangan dapat dibuat untuk
melihat detail dari penjadwalan produksi, kebutuhan alat serta
ongkos-ongkos.
2.3 METODA PENAMPANG 2-DIMENSI (MANUAL)
A. Penentuan batas penambangan secara manual membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya subyektif. Dua orang yang
berbeda mungkin akan memperoleh batas-batas penambangan (pit limit)
yang tidak persis sama.
B. Deskripsi metoda penampang (2-D manual cross-sectional method)
a. Mulai dengan model blok (skala horisontal = skala vertikal). Tentukan
sudut lereng keseluruhan. Hitung BECOG dan buat tabel yang
menunjukkan BESR untuk berbagai kadar batas.
b. Untuk setiap penampang tentukan batas penambangan (trial pit limit)
pada sudut lereng tersebut. Temukan posisi lereng akhir di mana
BESR kumulatif dari blok-blok bijih akan dapat membayar
pengupasan tanah penutupnya.
c. Pindahkan trial pit limit dari penampang vertikal (cross-section) ke
horisontal (level / plan map). Dalam memindahkan rancangan pit,
hanya titik-titik pada level di mana terjadi perubahan rancangan yang
berarti perlu dipindahkan.
Level atau jenjang yang penting meliputi bagian atas dan bawah dari
lereng yang panjang, dan jenjang di mana sudut lereng berubah.
Tidak semua titik pada setiap jenjang perlu dipindahkan.
d. Buat kontur batas penambangan pada penampang horisontal.
Rancangan batas akhir penambangan harus cukup halus.
Menghubungkan setiap titik secara kaku pada level map tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan. Beberapa titik pada level map ini
mungkin harus diabaikan.
Optimasi Batas Penambangan - 11
e. Untuk penampang-penampang (sections) di dekat ujung cebakan bijih,
sudut lereng dapat dibuat sedikit lebih landai.
f. Kuantitas dan kadar cadangan yang terdapat di dalam batas
penambangan dapat ditabulasikan dari jumlah, berat dan kadar blok di
tiap-tiap jenjang.
C. Asumsi Implisit Metoda Penampang 2-D
a. Walau bagaimanapun, penambangan di bagian tengah dari cadangan
pasti akan terjadi. Kita hanya perlu menetapkan batas penambangan
yang paling luar saja.
b. Cebakan bijih memiliki bentuk cukup memanjang ke arah yang tegak
lurus dari penampang-penampang vertikal yang digunakan.
D. Pedoman Pokok Dalam Menentukan Batas Penambangan
a. Setiap blok bijih yang akan ditambang harus dapat membayar atau
mendukung pengupasan (stripping) dirinya sendiri.
b. Jika sebuah blok bijih dapat ditambang karena kontribusi dari
blok-blok bijih lain yang terletak di atasnya (dan pada jalur
penambangan blok ini), maka blok bijih ini harus ditambang.
Kontribusi dari tiap-tiap blok dapat dijumlahkan, jadi rata-rata untuk
beberapa blok diperbolehkan.
c. Jika dua blok bijih yang terpisah satu sama lain dapat ditambang
karena kontribusi simultan dari pengupasan waste yang sama, maka
kedua blok ini harus ditambang.
d. Tidak ada blok waste yang boleh ditambang kecuali bila ia terletak
pada jalur penambangan dari suatu blok bijih yang terletak di
bawahnya.
Optimasi Batas Penambangan - 12
2.4 PEMROGRAMAN DINAMIK 2-D (METODA LERCHS-GROSSMAN)
A. Pemrograman Linier vs. Pemrograman Dinamik
a. Pemrograman linier (linear programming) dirancang untuk proses
satu tahap. Biasanya di dalamnya tidak terlibat elemen waktu atau
urut-urutan berdasarkan waktu (one shot decision).
MasukanS Keputusan D
T (D, S) S'Keluaran
S'
Return R1 Solusi optimal (yaitu nilai-nilai keputusan) diperoleh dengan mengikuti
Algoritma Simplex.
Tujuan : Mengoptimalkan R1
b. Pemrograman dinamik (dynamic programming) ditujukan untuk
proses beberapa tahap (multi-stage process). Biasanya melibatkan
elemen waktu dan keputusan-keputusan yang berurutan (sequential
decisions). Critical Path Method atau CPM adalah suatu contoh baik.
Proses multi-tahap merupakan suatu masalah di mana keputusan
yang berurutan harus diambil, dan tiap keputusan akan
mempengaruhi ruang lingkup pengambilan keputusan berikutnya.
S DR S' D'
R' S'' ... S* D*R* S**
T (D,S) S' T' (D',S') S'' T* (D*,S*) S**
R1 R2 Rn
Tujuan : Mengoptimalkan R = dengan memilih secara tepat
nilai-nilai variabel keputusan.
Ri 1i
n
=∑
Optimasi Batas Penambangan - 13
Solusi optimal diperoleh dengan mengikuti Prinsip Optimalitas
Dinamik dari Bellman yang intinya : apapun yang telah kita lakukan di
masa yang lalu, keputusan-keputusan mendatang harus optimal relatif
terhadap situasi saat ini.
Solusi optimal ini merupakan suatu kumpulan keputusan-keputusan
yang berurutan, misalnya sebuah kebijakan (policy).
B. Pemrograman Dinamik 2-Dimensi (Metoda Lerchs-Grossman)
memiliki motivasi bahwa pada dasarnya penentuan batas penambangan
yang ‘optimum’ menggunakan penampang (2-D cross section) mudah
dilakukan.
C. Asumsi-asumsi dasar
a. Nilai ekonomik tiap blok diketahui / dapat dihitung.
b. Sudut lereng keseluruhan diberikan sebagai masukan.
c. Tujuan : memaksimalkan keuntungan total (nilai material yang
ditambang dikurangi ongkos penambangan)
D. Algoritma
a. Sudut lereng
i. Jika ukuran blok dalam model sudah pasti, tentukan jumlah blok
ke atas dan ke bawah untuk setiap blok (pada penampang) yang
paling mendekati kendala sudut lereng
ii. Jika ukuran blok masih dapat diatur, pilihlah sedemikian rupa
sehingga geometri ukuran blok sesuai dengan sudut lereng
b. Hitung nilai ekonomik dari tiap blok, yaitu pendapatan dari nilai jual
dikurangi ongkos penambangan blok tersebut, ongkos pengolahan
dan ongkos G&A (general & administrative costs = overhead). Nilai
ekonomik ini kita sebut sebagai nilai pertama dari blok atau mij. Pada
penampang 2-dimensi, blok (i,j) terletak pada baris i dan kolom j.
Optimasi Batas Penambangan - 14
c. Hitung jumlah nilai ekonomik dari blok-blok yang berada di satu kolom
dengan blok (i,j). Ini kita definisikan sebagai nilai kedua dari blok atau
Mij.
M ij = mkjk = 1
i∑
d. Pada penampang kita tambahkan baris 0, lalu hitung nilai ketiga dari
blok atau Pij sebagai berikut :
P0j = 0
kemudian, untuk tiap kolom mulai dari kolom 1 :
Pij = Mij + max (Pi+k, j-1) untuk k = -1, 0, 1
atau Pij = Mij + max PP
P
i
i
i
− −
−
+ −
⎧
⎨⎪
⎩⎪
1 1
1
1 1
,
,
,
j
j
j
e. Beri tanda panah untuk menandai maksimum dari blok (i,j) ke blok (i+k,
j-1). Tanda panah ini harus mengarah dari kanan ke kiri.
i. Untuk kolom pertama (j = 1), buatlah Pij = Mij
ii. Pij mewakili nilai paling besar yang dapat diperoleh dari
penambangan blok (i,j) dan semua blok di atasnya, serta
blok-blok di sebelah kirinya yang ditandai oleh tanda panah.
e. Pilih jalur optimal (yang akan menandai kontur permukaan tambang
atau batas penambangan) dengan mencari kolom j yang memiliki nilai
Pij positif dan terbesar di permukaan (di baris 1).
i. Kontur batas penambangan akan diperoleh dengan mengikuti
arah anak panah dari kanan ke kiri, mulai dari blok ini.
ii. Jika nilai Pij di permukaan (baris 1) semua negatif, berarti tidak
ada blok yang ekonomik untuk ditambang pada penampang yang
bersangkutan.
Optimasi Batas Penambangan - 15
2.5 METODA KERUCUT MENGAMBANG / FLOATING CONE (3-DIMENSI)
A. Tujuan
Menentukan batas akhir satu tambang terbuka (ultimate pit limit) dengan
menggunakan analisis ekonomik pulang pokok (break even economic
analysis)
a. Sasaran yang ingin dicapai dalam penentuan batas akhir
penambangan mengharuskan batas akhir tersebut dihitung
menggunakan dasar ekonomik pulang pokok
b. Keuntungan dari menambang tahapan bijih terakhir harus tepat
membayar biaya pengupasan lapisan penutupnya
B. Masukan Data Yang Diperlukan
a. Model Blok Cadangan Bijih
• Model komputer yang membagi cebakan bijih menjadi blok-blok
yang seragam
• Tiap blok memiliki informasi tentang topografi, geologi dan
taksiran kadar mineral
• Informasi yang disimpan dalam tiap blok cukup untuk menghitung
nilai ekonomiknya dari data ekonomi yang ada
b. Data Ekonomik
• Harga komoditas (Cu, Au, Ag, Mo, …., dll.)
• Semua ongkos-ongkos yang berkaitan dengan penambangan dan
pengolahan bijih:
ongkos penambangan per ton bijih
ongkos penambangan / pengupasan per ton lapisan penutup
ongkos pengolahan (penggerusan, milling / leaching) per ton
bijih
perolehan (recovery) dari proses pengolahan
Optimasi Batas Penambangan - 16
ongkos peleburan, pemurnian dan pengangkutan (SRF) per
unit produk akhir komoditas
perolehan (recovery) dari peleburan dan pemurnian
ongkos umum dan administrasi (G&A) per ton bijih
ongkos royalti
c. Data Sudut Lereng
• Satu sudut lereng yang sama untuk pit, atau
• Sudut lereng yang bervariasi dengan zona-zona di pit
d. Lebar Pit Bottom Minimum − cukup untuk ruang kerja peralatan
3. Algoritma floating cone bekerja dalam dua tahap:
a. Pada tahap pertama, taksiran kadar blok dan parameter ekonomik
(harga komoditas, ongkos penambangan dan pengolahan, perolehan
dan royalti) digunakan untuk membuat suatu model blok ekonomik.
Setiap blok memiliki nilai moneter, blok bijih nilainya positif dan blok
lapisan penutup (waste) negatif. Nilai uang ini mewakili keuntungan
bersih dari penambangan blok yang bersangkutan.
b. Pada tahap kedua analisis kerucut mengambang dilakukan terhadap
blok-blok dalam model, dari atas ke bawah. Dasar (bagian lancip) dari
suatu kerucut terbalik diletakkan di pusat setiap blok bijih (blok yang
nilainya positif).
i. Suatu analisis ekonomik kemudian dilakukan dengan
menjumlahkan nilai uang dari seluruh blok di dalam kerucut
terbalik ini. Jika hasilnya positif, semua blok ini harus
ditambang / dikeluarkan dari model dan tidak lagi
diperhitungkan dalam analisis berikutnya.
Optimasi Batas Penambangan - 17
ii. Kerucut ini digerakkan secara sistematis dalam model blok hingga
semua material yang ekonomis habis ditambang. Kerucut dimulai
dari atas dan bergerak ke bawah, kemudian mulai lagi dari atas
model blok untuk mengambil blok-blok yang mungkin sekarang
menjadi ekonomis karena pengupasan material waste oleh
blok-blok bijih di bawahnya. Ini akan berlangsung hingga tak ada
lagi material yang dapat ditambang.
iii. Dinding lereng dari kerucut ini memiliki sudut yang sama dengan
sudut lereng tambang yang ditentukan.
iv. Jari-jari penambangan minimum atau lebar minimum pada pit
bottom merupakan salah satu masukan. Biasanya jari-jari ini
dibuat berukuran 1.5 kali ukuran blok, sehingga luas / jumlah
minimum di pit bottom adalah 9 blok (cukup untuk beroperasinya
peralatan).
v. Analisis kerucut mengambang ini menggunakan pendekatan blok
utuh terdekat. Jadi, jika pusat blok berada di dalam kerucut maka
seluruh blok itu dianggap berada dalam kerucut.
vi. Sembarang bentuk pit dapat didekati dengan membuat
kerucut-kerucut overlapping satu sama lain. Overlap
dimungkinkan karena blok-blok yang ditambang pada kerucut
sebelumnya berubah statusnya menjadi blok udara, sehingga
tidak lagi diperhitungkan dalam analisis ekonomik kerucut
berikutnya. Jika semua kerucut terbalik ini kita gabungkan,
sebuah geometri pit akan terbentuk. Selubung paling luar dari
bentuk pit ini berada pada posisi pulang pokok relatif terhadap
data masukan (input) yang kita berikan.
D. Aspek Lain : Penerapan metoda kerucut mengambang untuk
perancangan penahapan penambangan (pushback)
Optimasi Batas Penambangan - 18
a. Jika harga komoditas diturunkan, BECOG akan naik dan BESR akan
turun. Geometri kerucut mengambang yang diperoleh akan menjadi
lebih kecil dan cadangan tertambangnya lebih kecil pula.
b. Jika harga komoditas terus diturunkan, akan diperoleh suatu serial
geometri pit (bentuk / geometri open pit dari besar ke kecil). Proses
penambangannya akan mentargetkan dulu blok-blok dengan potensi
keuntungan paling besar (untuk harga komoditas paling rendah).
Blok-blok yang merupakan target berikutnya secara bertahap akan
ditambang hingga batas akhir dari pit tercapai (pada harga komoditas
yang diproyeksikan).
c. Serial geometri pit ini menjadi indikator atau pedoman urutan
pengambilan bijih. Hal ini amat berguna dalam merancang
tahap-tahap penambangan (phase / pushback design).
Optimasi Batas Penambangan - 19