Upload
yuddy-afandi-chaniago
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1. LATAR BELAKANG
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit
kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru.
WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar 30%. (Depkes RI, 2004)
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita (PDPI, 2003)
2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui epidemiologi dari Ca. Paru
2. Untuk Mengetahui definisi Ca. Paru
3. Untuk mengetahui etiologi dari ca paru
4. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
5. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
6. Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
7. Untuk mengetahui bentuk pengendalian dari ca paru
3. MANFAAT PENULISAN
Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kebanyak pihak diantaranya sbb :
1. Bagi penulis, memberikan gambaran mengenai kanker paru secara umum dan terperinci
2. Bagi mahasiswa, di manfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai bahan referensi terkait masalah Ca paru dan penerapannya pada bidang ilmu Kesehatan, selain itu juga dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut
3. Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait masalah penyakit ca paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. EPIDEMIOLOGI
Kanker paru masih menjadi sala h satu keganasan yang paling sering, berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki deng an risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan inside nsi kanker paru pa da laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker.
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut :
1. Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang laki-laki dan 105.770 orang perempuan).
2. Estimasi kematian karena kanker pa ru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian karena kanker.
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan.
Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia.
Menurut penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru di RSUP
H.Adam Malik Medan pada tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang (12,62%) tahun 2001, 88 orang (15,52%) pada tahun 2002 (Sri Widyastuti, 2004). Penelitian yang dilakukan Melindawati menunjukkan jumlah penderita kanker paru sebanyak 378 orang pada tahun 2004 -2008 dengan perincian pada tahun
2004 sebanyak 63 orang, tahun 2005 sebanyak 88 orang, tahun 2006 sebanyak 68
orang, tahun 2007 sebanyak 70 orang, dan tahun 2008 sebanyak 89 orang ( Melindawati, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Rata - rata umur mulai
merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10- 14 tahun), ke 24,2 % (15- 19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20 - 24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 – lebih tinggi dari kelompok lain manapun. (WHO, 2001). Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun.
2. PENGERTIAN
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National Cancer Institute(2009) ,
Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel - sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama ke matian akibat kanker (WHO, 2009)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).
3. ETIOLOGI
1. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya
akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok
yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh :
radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson,
Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
4. GEJALA
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
Napas sesak dan pendek-pendek.
Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
Kelelahan kronis
Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
Suara serak/parau.
Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
5. PATOGENESIS
Patogenesis kanker paru belum diketahui secara pasti. Sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan kemudian melukai paru. Sebagai respon dari adanya luka selular tersebut, maka terjadilah peradangan. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel
goblet yang mensekresi mukus. Aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun.
Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal intratorakal, gejala ekstrapulmonal intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala ekstratorakal metastasis
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar ( bronchoalveolar cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi/ekste nsi kanker paru ke struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus la ringeus rekurens yang berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , atau gejala yang lebih sp esifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi
hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin da n hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasi en-pasien kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger ) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20% da ri berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering mengindikasikan ad anya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhka n penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion , perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar geta h bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
6. PENCEGAHAN
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 3 Tingkatan pencegahan dalam epideemiologi penyakit kanker paru, yaitu :
1. Pencegahan Primordial (Pencegahan Tingkat Pertama)
Pencegahan terhadap etiologi (penyebab) penyakit. Pencegahan primer dilakukan pada orang yang sehat (bebas kanker).
Langkah nyata yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencegahan kanker.
Upaya yang dapat dilakukan adalah Upaya Promosi Kesehatan, upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit kanker paru tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya penyakit kanker paru. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu merupakan kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok. Seseorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30 -50 persen untuk terkena kanker paru.
Selain itu, senantiasa menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat (olahraga teratur, tidur cukup, hidup bebas stress serta pola makan sehat), dan makan suplemen secara teratur.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut dari penyakit serta membatasi terjadinya kecacatan. Upaya yang dilakukan adalah
a) Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
b) Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi, Pembedahan atau iradiasi.
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es)
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam pengobatan kanker berupa penatalaksanaan terapi rehabilitatif, paliatif, dan bebas rasa sakit. Misalnya penderita kanker stadium lanjut membutuhkan terapi paliatif, yaitu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker, baik dengan radioterapi atau dengan obat-obatan.
7. PENGENDALIAN
KANKER merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang mendapatkan perhatian serius dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa program pengendalian pun telah disusun dan diterapkan sejak lima tahun yang lalu.
Program pengendalian kanker secara terorganisir sudah dilakukan sejak sekitar lima tahun terakhir di Indonesia, sejalan dengan dibentuk dan aktifnya Direktorat Pengedalian Penyakit Tidak Menular di DitJen P2PL.
Beban ekonomi pengobatan kanker tidak hanya berdampak terhadap sistem kesehatan, tetapi juga untuk individu dan rumah tangga mereka yang terkena kanker. Dampak ini akan dirasakan paling kuat di kelompok sosioekonomi rendah, khususnya (meskipun tidak secara eksklusif) di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana jaring pengaman sosial, seperti asuransi kesehatan universal kurang tersedia. Sebagai konsekuensinya, kanker bisa menjadi penyebab utama kemiskinan.
Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka panjang, maka dibutuhkan tambahan beban ekonomi tersendiri bagi diri pasien dan keluarga. Oleh karenanya, diperlukan upaya pengendalian dari adanya penyakit ini.
Berikut lima kegiatan pengendalian kanker yang telah disusun dan dilaksanakan di Indonesia :
1) Program Promotif dan Pencegahan
Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat. Maka, promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting sebagai upaya pengendalian kanker.
Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi pengendalian kanker di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker telah disusun untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, dan masyarakat yang berisiko tinggi.
Program promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas program, lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Konten program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan meliputi Kampanye Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan advokasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Upaya pengendalian merokok, peningkatan aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telah terintegrasi dalam program PHBS.
2) Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu :
• kanker yang belum lama tumbuh,
• masih kecil, masih lokal,
• masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti,
pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu yang tertentu.
3) Surveilans dan registrasi kanker
Surveilans dan registrasi kanker merupakan langkah penting lainnya dalam program pengendalian kanker. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Sedangkan tujuan registrasi kanker ialah mengumpulkan dan mengelompokkan data penderita kanker dalam upaya menghasilkan insidens kanker dalam populasi tertentu yang diketahui, dan menyediakan kerangka penilaian dan pengontrolan pengaruh kanker pada masyarakat
4) Diagnosis dan pengobatan
Pada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker.Diagnosis pasti kanker dengan pemeriksaan patologi anatomik dapat dilakukan di banyak laboratorium di negara kita. Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi juga sudah lama dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia
5) Pelayanan paliatif
Perawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar penderita kanker yang berada pada stadium lanjut sulit disembuhkan, sehingga usaha mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita, serta keluarga dalam fase terminal menjadi penting.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok
3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4. Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor dan metastasis ke organ yang dikenai.
5. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
6. Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier
7. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru
Diagnosis kanker paru
Kanker paru-paru biasanya dicurigai pada individu-individu yang memiliki temuan radiografi dada tidak normal atau memiliki gejala yang disebabkan oleh efek baik lokal maupun sistemik tumor. Metode diagnosis kanker paru-paru tergantung pada jenis kanker paru (yaitu, sel kanker paru kecil atau non-sel kecil kanker paru), ukuran dan lokasi tumor primer, kehadiran metastasis, dan status klinis keseluruhan pasien. Mencapai diagnosis biasanya dilakukan dengan cara yang paling efisien untuk membuat diagnosis sampai dengan tahap disebut kanker.Urutan terbaik dari studi dan intervensi pada pasien tertentu melibatkan penilaian seksama terhadap kemungkinan sejumlah diagnostik dugaan, sehingga untuk memaksimalkan sensitivitas dan menghindari melakukan beberapa prosedur invasif atau tidak perlu (diagnosis of lung cancer the guidelines,riviera 2003 chest). Diagnosis kanker paru meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan histopatologi. (PDPI)
Gambaran radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stage penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yakni foto thorax PA/lateral, bila mungkin computerized tomography (CT)- scan thoraks, bone scan, bone survey, ultrasonography (USG) abdomen, CT otak, Positron Emission Tomography (PET) dan Magneting Resonance Imaging (MRI) dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor, dan metastasis.
Foto toraks
Sebagian besar kanker paru awalnya muncul di lateral,tapi sebagian besar penyebarannya adalah sentripetal. Lesi yang tetap berada di perifer biasanya prognosisnya lebih baik. Karsinoma sentral, tanda yang utama adalah kolapsparu, konsolidasi, dan adanya pembesaran hillus.
- Ca bronkogenik
Pada foto thorax PA tampak gambaran massa semiopak homogen,bisa sentraldi bronkus primer, perifer dari alveolus, gambaran membulat dengan tepi ireguler. Tumor ini dapat bermetastase ke pulmo yang lain sehingga didapatkan lesi satelit di paru satunya. Gejala bisa berupa batuk lama tak sembuh-sembuh dan disertai darah.
- Tumor pancoast
Tumor terletak di sulkus superior pada apeks, terletak di posterior dan os costa mengalami erosi.
- Tumor mediastinum
Ciri khasnya adalah tumor berbentuk bersudut yang homogen di mediastinum anterior. Tumor di mediastinum anterior harus dicurigai sebagai tymoma maligna. (radiologi diagnostik rusdy ghazly)
CT-scan thoraks
CT helikal abdomen dan thoraks dengan kontras termasuk liver dan glandula adrenal merupakan pemeriksaan radiologi standar untuk menentukan derajat dari kanker paru. Tumor primer harus diukur dengan menggunakan window paru dalam 2 dimensi, sumbu axis panjang maksimal dan diameter penpendicular terbesar pada axis panjang.
CT scan dapat menggambarkaninvasi ke mediastinum, menunjukkan bahwa tumor mengelilingi sebagian besar pembuluh darah di mediastinum atau bronkhus. (hassan,kaiser,silvestri)
Kriteria CT untuk tumor yang bisa di reseksi, diantaranya : (hassan)
- Perlekatan antara massa dengan mediastinum kurang dari 3 cm
- Perlekatan melingkar dengan aorta tidak lebih dari 90°
- Adanya bantalan lemak antara massa dengan mediastinum
Kriteria kanker yang tak bisa di reseksi adalah sebagai berikut :
- Mengenai/ melibatkan karina
- Tumor mengelilingi, membungkus atau melekat pada aorta, bagian proksimal/ bagian utama dari arteri pulmonalis dextra/ sinistra atau esofagus lebih dari 180°.
Tumor yang perlekatannya > 3 cm dan tanpa invasi yang jelas mungkin sulit untuk dimasukkan ke dalam stadium tertentu.(hassan n wegener)
Positron emision tomography (PET)
PET merupakan teknik imaging / pencitraan metabolik yang berrdasar pada perbedaan biokimia antara sel-sel normal dan neoplastik. Limfonodi mediastinum yang menjadi tumor menyerap lebih banyak FDG, yaitu analog glukosa yang dilabel dengan 18F.
FDG PET dapat memberikan hasil yang akurat dalam menentukan stadium pada penyakit yang melibatkan limfonodi regional pada pasien dengan stadium I KPKBSK. Scan PET negatif pada pasien ini menunjukkan perlunya mediastinoskopi dan mungkin dilakukan torakotomi. FDG-PET dinyatakan sebagai pembantu pengukuran tingkat stadium pada kasus yang
menunjukkan perbedaan yang tidak jelas antara N2 dan N3 setelah cara konvensional tidak bisa membedakannya.
Pemeriksaan khusus
a. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah prosedur yang paling tidak invasive untuk mendapatkan diagnosis pasien dengan kecurigaan kanker paru. Keakuratan diagnosis tergantung pada ketelitian sampling penelitian (paling tidak 3 spesimen) dan teknik yang tepat. Sayangnya masih banyak institusi yang tidak mempunyai program yang standard untuk proses sitologi sputum, sehingga kesensitivannya lebih rendah daripada pemeriksaan lainnya. Sputum sitologi terutama berguna pada kanker paru yang terletak di sentral (missal SCLC atau karsinoma sel skuamous) dan pada penderita dengan keluhan hemoptisis. Pengambilan sampel sputum merupakan langkah pertama pada pasien dengan lesi sentral dengan atau tanpa bukti radiografik atau kecurigaan metastase, dimana prosedur invasif seperti bronkoskopi atau TTNA mempunyai resiko yang tinggi. (diagnosis of lung cancer in primary care2004)
Petty TL. The early identification of lung carcinoma by sputum cytology. Cancer 2000; 89 (11 Suppl):2461–2564.
81 Murray KL, Duvall E, Salter DM, Monaghan H. Efficacy and pattern of use of sputum cytology as a diagnostic test. Cytopathology 2002; 13: 350–354.
b. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa, misalnya berbenjol-benjol hiperemis, atau stenosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan biopsy tumor/ dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.
Penggunaan bronkoskopi sebagai pemeriksaan penunjang sangat bergantung pada letak lesi. Lesi sentral bisa tampak sebagai masa endobronkhial. Penyebaran submukosal atau tumor peribronkhial bisa menyebabkan kompresi ekstrinsik terhadap bronkus.
TTNA
TTNA pada lesi perifer bisa dilakukan dengan fluoroskopi atau CT scan guide. Penelitian menunjukkan penggunaan ct guide lebih sensitive dibanding fluoroskopi. Lesi perifer lebih
sensitive menggunakan TTNA dibanding bronkoskopi. Ketepatan TTNA sekitar 90% dalam penegakan diagnosis. Namun TTNA tidak punya peran pada pasien dengan lesi pada awal stadium dan kecenderungan untuk dilakukan operasi.
(diagnosis of lung cancer, M patricia riviera chest 2003)
BAB IPRESENTASI KASUSGambaran Radiologi pada Ca ParuI. IDENTITAS PASIENNama pasien : Tn. SUmur : 69 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : TaniAlamat : Gading Rejo, Sarwodadi Lor, KepilCM : 44 00 36Masuk RS : 14 Juli 2009Ruang : Cempaka
II. ANAMNESISAutoanamnesis dengan Pasien pada tanggal 21 Juli 2009.Keluhan Utama : Nyeri dada & sesak nafas.
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke RSU dengan keluhan nyeri pada dada sebelah kanan. Nyeri dirasakan menjalar sampai ke perut sebelah kiri atas. Pasien juga merasa nyeri setiap kali pasien menarik napas. Napas dirasakan agak sesak. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan mulai memberat dalam
beberapa minggu ini. Pasien sudah berobat namun belum ada perbaikan. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, susah makan, BAB dan BAK masih lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien belum pernah menderita gejala serupa seperti ini sebelumnya.Riwayat penyakit jantung dan paru-paru disangkal.Riwayat darah tinggi dan penyakit gula juga disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala serupa dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK :Keadaan Umum : Sedang, tampak sesak napas.Kesadaran : Compos MentisVital Sign :Tekanan Darah : 100 / 70 mmHgNadi : 88 x / menitSuhu : 36,8 º CRespirasi : 28 x / menit.
1. Kepala : Bentuk Kepala : Mesochepal, SimetrisRambut : Hitam, sebagian putih, mudah dicabut.Nyeri tekan : Tidak ada.
2. MataPalpebra : Tidak ada oedemKonjungtiva : Anemis (+/+)Sklera : Tidak ikterikPupil : Berespon terhadap rangsang cahaya, Isokor, diameter 2 mm.
3. Hidung : Simetris, tidak Nampak deformitas, tidak ada secret atau darah, nafas cuping hidung tidak ada.4. Mulut : Bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah kotor, faring tidak hiperemi.5. Telinga : Tidak ada deformitas, otore maupun nyeri tekan.
6. Leher : Trakhea : Tidak terdapat deviasi tracheaKel. Tiroid : Tidak membesar
Kel. Limfe : Tidak membesarJVP : meningkat 5+0
7. DadaParu-paru Inspeksi : Simetris, tidak tampak deformitas, tidak terdapat retraksi, tidak tampak jejas.Palpasi : Terdapat ketinggalan gerak, vocal fremitus kiri lebih teraba daripada yang kanan.Perkusi : Sonor pada regio pulmo sinistra dan redup pada regio pulmo dextra.Auskultasi : SD Vesikuler menurun pada pulmo dx, ronkhi kasar (+/+),
8. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis terlihatPalpasi : Ictus Cordis teraba di SIC V Linea axillaris anterior sinistra, kuat angkat.Perkusi : Batas jantung kanan atas : SIC III LPS dxBatas jantung kiri atas : SIC III LMC sinistraBatas jantung kanan bawah : SIC IV LPS dxBatas jantung kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
9. AbdomenInspeksi : Dinding perut sama dengan dinding dada, tidak ada deformitas.Auskultasi : Persitaltic usus normalPalpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan, hepar lien tidak teraba.Perkusi : Tymphani di seluruh lapang abdomen.
10. EkstremitasSuperior : Tidak terdapat oedema, akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis.Inferior : Tidak terdapat oedema, akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin :AL : 11,87 rb/mm3AE : 4,62 jt/mm3Hb : 7,6 gr/dL Ht : 37,51 %MCV : 81MCH : 29,0MCHC : 35,8AT : 357 rb/mm3Gol : OBT : 3’CT : 5’ 30’’
Kimia Darah :GDS : 123 gr/dLUr : 23,4Cr : 0,8OT : 17PT : 9
2. Ro Thorax :Cor : Kesan suspek membesarPulmo : Corakan Bronchovaskular bertambah Tampak gambaran opak homogen pada paracardial dextraDiafragma DBN, sinus Dx & Sin DBNKesan :Cor : CardiomegaliPulmo : Gambaran BronchitisCuriga massa paracardial dextra (pada mediastinum)
3. USG AbdomenHepar : Besar normal, struktur Parenchyma homogen.Sistem Vaskuler & biliare tak melebarV. Fellea: Besar normal, Sludge (+), batu (-)Tampak bayangan massa dengan struktur jaringan padat diatas diafragma dektra, sebelah kanan cor.Lien :Besar normal, parenchyma DBNRen dx & sin :Besar normal, PCS tidak melebar, parenchyma DBNGaster :Jumlah udara meningkat, dinding tak menebal.Usus :Udara usus meningkat, dilatasi usus (-), massa (-)V. Urinaria :Dinding irregular, batu (-), endapan (+++)Kesan Curiga massa diatas diafragma ( mediastinum? )
4. CT-Scan Thorax dengan Kontras : Tampak massa isodens dengan penyangatan bagian tepi pada pemberian kontras pada mediastinum inferior posterior dextra, yang mendesak lobus inferior paru dx. Ukuran 60,7 x 62,4 x 71,4 mm Tampak pelebaran pada cabng-cabang bronkus lobus inferior posterior dx. Tak tampak penebalan pleura. Tampak gbr seperti lnn parahylus yang membesar pada hylus dx. Trachea tampak di tengah Paru kiri masih baik. Aorta, Cor & pericardium tak Tampak destruksi costa IX posterior. Ampak destruksi corpus Vth IX sisi dx.Kesan : Massa tumor pada mediastinum inferior posterior dx ( Cenderung malignancy) Pendesakan paru dx oleh massa tumor. Bronchiectasis pada lap bawah paru dx Pembesaran Lymphonodi parahiler dx Destruksi costa IX posterior dan corpus Vth IX
V. DIAGNOSIS KERJACa Paru / Ca Mediastinum
VI. PENATALAKSANAAN• O2 2 liter / menit• Infus D 5% + Tramadol• Injeksi Ranitidin 2x1 gr• Renadinac 3x250 mg• Pamol 3x500 mg
BAB IITINJAUAN PUSTAKACA PARU
Kanker Paru adalah kanker ganas yang paling sering terjadi pada pria dan pada wanita, menempati nomor empat setelah kanker payudara, colon dan kulit. Dari 100 Ca Paru, kurang dari 10 orang saja yang biasanya masih dapat bertahan sampai 5 tahun. Diagnosis pertama sering berasal dari dugaan ketika melihat hasil foto rontgen. Kebanyakan sudah tidak operable lagi ketika pertama ditemukan, karena sudah cukup besar untuk tampak di foto Rontgen.
KlasifikasiKlasifikasi tumor ganas paru menurut Leebow adalah :I. Tumor ganas Epitelial (Primary Malignant Epithelial Tumours)A. Karsinoma Bronkogen1. Epidermoid ( squamous cell ca ) : 45-60%2. Adenokarsinoma : 15%3. Karsinoma Anaplastik : 30%4. Campuran ( mixed ) B. Karsinoma Bronkiolar (Alveolar cell carcinoma / Pulmonary Adenomatosis)C. Adenoma Bronkial.II. SarkomaA. Differentiated spindle cell sarcomaB. Differentiated sarcomaC. Limfosarcoma primerIII. Mixed Epithelial and sarcomatous tumor (Carcinosarcoma)
IV. Neoplasma asal system retikuloendotelial (RES) dalam paru.V. Metastasis pada paru
Gambaran Radiologik Pemeriksaan radilogik untuk mencari tumor ganas bermacam-macam, antara lain bronkografi Invasif, CT-scan dengan pesawat yang canggih, tetapi pemeriksaan radiologic konvensional (Thorax PA, lateral, fluoroskopi) masih tetap mempunyai nilai diagnostic yang tinggi, meskipun kadang-kadang tumor itu sendiri tidak terlihat tetapi kelainan sebagai akibat adanya tumor akan sangat dicurigai kea rah keganasan, misalnya kelainan emfisema setempat, atelektasis, peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat bronkus terjepit dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang progresif daan elevasi diafragma (paralisis nervus frenikus) juga perlu dipertimbangkan sebagai akibat tumor ganas paru).
1. AtelektasisGambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris atau seluruh hemithorax. Gambaran Atelektasis secara radiologic tidak berbeda dengan atelektasis yang disebabkan oleh penyumbatab bronkus lainnya.
2. Pembesaran Hillus UnilateralSuatu perbedaan besar hillus antara kedua hilus atau perbedaan besar hilus dengan foto-foto sebelumnya perlu dicurigai adanya suatu tumor dan perlu penelitian bronkus dengan tomografi atau bronkoskopi.
3. Emfisema Lokal (setempat)Penyumbatan sebagian lumen bronchus oleh tumor akan menghambat pengeluaran udara sewaktu ekspirasi sehingga terjadi denssitas yang rendah atau emfisema setempat dibandingkan daerah lain.Karsinoma Bronkogen jenis anaplastik sering mengenai bronkus utama yang mengakibatkan pelebaran mediastinum. Keadaan ini sukar dibedakan dengan limfoma maligna.4. Kavitas atau abses yang soliterSuatu kavitas soliter dengan tanda infeksi yang tidak berarti terutama pada orang berusia lanjut, perlu dipikirkan suatu karsinoma bronkogrn jenis epidermoid. Biasanya dinding kavitas tebal dan irregular.
5. Pneumonitis yang sukar sembuhPeradangan paru sering disebabkan aerasi tidak sempurna akibat sumbatan sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotic umumnya tidak memberikan hasil yang sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah peradangannya berkurang, di daerah peradangan terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan paru.6. Massa di Paru
Karsinoma Bronkogen dimulai sebagai bayangan noduler kecil di perifer paru dan akan berkembang menjadi suatu massa di paru dan akan berkembang menjadi suatu massa sebelum terjadi keluhan. Biasanya massa di paru sebesar 4-12cm berbentuk bulat atau oval yang berbenjol (globulated) dan kadang-kadang pada pemeriksaan tomografi terlihat gambaran yang radiolusen yang menunjukkan adanya nekrosis di dalam tumor.
7. Tumor ParuPemeriksaan Tomografi computer dapat memberikan informasi lebih banyak. Penilaian pada massa primer paru berupa besarnya densitas massa yang dapat member gambaran yang inhomogen pada massa sifat ganas atau homogen pada massa jinak, pinggir massa dapat diperlihatkan lebih jelas, tidak teratur atau spikula / pseudopodi pada massa ganas, batas rata pada jinak. Pemberian bahan kontras IV dapat menentukan sifat massa yang menyangat pada massa ganas umumnya dan tidak menyangat pada massa jinak. Keterlibatan organ sekitarnya atau mediastinum lebih mudah terdeteksi, sebagai keterlibatan tulang sekitarnya, pembesaran kelenjar getah bening hilus, bifukarsio, paratrakhea dan massa bersinggungan dengan dinding pembuluh darah besar thorax (aorta, a.pulmonalis) yang merupakan non operable.
Jenis-Jenis Ca Paru
1. Ca BronkogenikDefinisi :Merupakan Tumor ganas Paru yang berasal dari bronchus.Patofisiologi :Karsinoma ini berasal dari elemen mukosa bronchus atau dari metaplasianya. Jadi posisinya di sentral, yang merupakan tempat yang paling rentan terhadap paparan iritan yang terhirup. Karsinoma Bronkogenik yang paling sering adalah tipe epidermoid. Insidensi Ca Bronkogen cenderung meningkat sehubungan dengan meningkatnya polusi udara, dan mental stress. Karsinoma jenis ini dapat mengalami nekrosis dan membentuk kavitasi. Tumor ini dapat menjalar sevara hematogen. Jenis lain adalah tipe adenokarsinoma yang sering ditemukan pada wanita dan letaknya sering di perifer paru, berkembang cepat dan metastasis secara hematogen maupun limfogen. Tipe anaplastik sering ditemukan di sentral dengan pembesaran hilus dan metastase limfogen. Jenis ini jarang nekrosis dan membentuk kavitas.Gambaran Radiologis :Pada foto Thorax PA tampak gambaran massa semiopak homogeny, bisa sentral di bronkus primer, bisa
perifer dari alveolus, gambaran membulat dengan tipe irregular. Dari massa tersebut terjadi spinasi (pertumbuhan radier ke arah jaringan yang sehat) menyerupai kaki (pseudopodia), sehingga gambaran Ca adalah seperti kepiting. Tumor tersebut dapat bermetastase ke pulmo yang lain sehingga didapatkan lesi satelit di pulmo satunya. Gejala bisa berupa batuk lama tak sembuh-sembuh, dapat disertai darah.2. Pancoast TumorTumor (massa opak) terletak di sulkus superior pada apeks, terletak di posterior dan os costa mengalami erosi. Juga menimbulkan kelainan simpatis sehingga timbul sindroma Hargae.
3. Tumor Mediastinum:Ciri khasnya adalah tumor berbentuk bersudut yang homogen di mediastinum anterior. Tumor di mediastinum anterior harus dicurigai gambaran thymoma maligna (mesothelioma yang ganas).
Sebagian besar karsinoma paru awalnya muncul di lateral, tapi sebagian besar penampakan penyebarannya adalah secara sentripental. Lesi-lesi yang tetap berada di perifer biasanya prognosisnya lebih baik. Sebenarnya korelasi antara jenis sel kanker dan prognosis itu tidak begitu bagus, kecuali untuk pernyataan umum bahwa prognosis buruk khusus pada small cell ca dan relative lebih baik pada bronchoalveolar ca.Sebagian besar kanker paru perifer berbentuk hampir bulat atau oval. Lobulasi, suatu tanda dari pertumbuhan yang tidak normal pada bagian-bagian yang berbeda pada tumor, sering terjadi. Pada keadaan tertentu dapat ditemukan bentuk dumb-bell shape yang merupakan gabungan gambaran dua tumor yang berdekatan. Tumor di apeks paru (Pancoast Tumor, superior sulcus tumor) dapat menyebabkan penebalan pleura apeks, dan ini sangat ganas. Corona Radiata adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan garis-garis yang tampak memancar dari suatu massa sentral, merupakan dugaan kuat akan adanya karsinoma bronchial. Kavitasi sering ditunjukkan oleh karsinoma sel skuamous. Air bronchogram bisa muncul bersamaan dengan karsinoma bronchoalveolar, dan adenokarsinoma. Kalsifikasi malah sangat jarang dapat ditampakkan dengan radiografi konvensional, tapi baru jelas dengan CT-scan.Pada karsinoma-karsinoma sentral, tanda yang utama adalah kolaps paru, konsolidasi dan adanya pembesaran hilus. Secondary effect dari tumor paru antara lain adalah atelektasis, emfisema kompensatoar (hiperlusensi), dll.
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan nyeri pada dada sebelah kanan, disertai sesak napas. Nyeri terutama dirasakan setiap kali pasien menarik napas. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan mulai memberat dalam beberapa minggu ini.Pada pemeriksaan fisik didapatkan paru-paru simetris, tidak tampak retraksi dan tidak ada jejas. Pada Palpasi dada tidak didapatkan ketinggalan gerak, tetapi Vocal fremitus kiri lebih terasa daripada yang kanan. Pada perkusi, didapatkan sonor pada regio pulmo sinistra dan redup pada regio pulmo dextra.
Sedangkan pada auskultasi didapatkan suara dasar Vesikuler menurun pada pulmo dextra dan juga didapatkan, ronkhi kasar pada kedua lapang paru. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka dibuat diagnosis kerja yaitu suspek massa pada regio paru dextra, dengan differensial diagnosis massa pada cavum mediastinum. Untuk menegakkan diagnosis pasti maka dilakukan pemeriksaan penunjang lain.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan darah rutin dan Kimia darah, pemeriksaan foto thorax, USG, dan CT scan Thorax dengan kontras.Hasil pada pemeriksaan penunjang foto thorax adalah Curiga massa paracardial dextra (pada mediastinum). Hasil USG memberi kesan Curiga massa diatas diafragma ( mediastinum ), sedangkan hasil CT-scan dengan kontras adalah Massa tumor pada mediastinum inferior posterior dx (Cenderung malignancy)Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosis pada pasien ini adalh Tumor Mediastinum. Sedangkan untuk memastikan jenis tumor mediastinum adalah dengan pemeriksaan Sitologi dengan bioopsi.