7
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan alasan pemilihan judul dalam latar belakang yang dilengkapi juga dengan fakta-fakta pendukungnya, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian yang digunakan dan metode perancangan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam suku dan agama. Agama yang telah disahkan di Indonesia antara lain, yaitu Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu. Masing-masing agama memilki tempat ibadahnya dengan ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan tempat ibadah agama lainnya. Pembangunan tempat ibadah bukannya hanya sekedar sebagai wadah untuk melaksanakan ibadah, namun pembangunana ibadah juga berdasarkan atas UUD Indonesia pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyatakan tentang kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan melaksanakan ibadah menurut kepercayaannya. Agama Buddha secara garis besar memiliki dua aliran besar, yaitu Mahayana dan Theravada. Kemudian kedua aliran tersebut berkembang banyak sub-sub aliran yang mempunyai beragam cara praktek ritual. Tempat ibadah untuk agama Buddha adalah Vihara, namun banyak umat awam yang mengidentikkan vihara dengan klenteng. Klenteng dan vihara 1

Document1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

Page 1: Document1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan alasan pemilihan judul dalam latar belakang yang

dilengkapi juga dengan fakta-fakta pendukungnya, rumusan masalah, tujuan, metode

penelitian yang digunakan dan metode perancangan.

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam suku dan agama. Agama

yang telah disahkan di Indonesia antara lain, yaitu Kristen Protestan, Kristen Katolik,

Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu. Masing-masing agama memilki tempat

ibadahnya dengan ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan tempat

ibadah agama lainnya. Pembangunan tempat ibadah bukannya hanya sekedar sebagai

wadah untuk melaksanakan ibadah, namun pembangunana ibadah juga berdasarkan

atas UUD Indonesia pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyatakan tentang kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan melaksanakan ibadah menurut

kepercayaannya.

Agama Buddha secara garis besar memiliki dua aliran besar, yaitu Mahayana

dan Theravada. Kemudian kedua aliran tersebut berkembang banyak sub-sub aliran

yang mempunyai beragam cara praktek ritual. Tempat ibadah untuk agama Buddha

adalah Vihara, namun banyak umat awam yang mengidentikkan vihara dengan

klenteng. Klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitekrur, umat dan

fungsi. Klenteng pada dasarnya berfungsi sebagai tempat aktivitas social masyarakat

selain fungsi spiritual. Sedangkan vihara tidak hanya berfungsi untuk spiritual saja,

namun juga sebagai tempat belajar ajaran Buddha dan juga sebagai tempat tinggal para

Bhikkhu. Sebuah vihara harus memperhatikan konsep Bhuddis yang paling mendasar,

yaitu konsep Buddha (guru), Dhamma (ajaran) dan Sangha (siswa). Konsep Buddha

dapat diwujudkan dengan tempat untuk melaksanakan puja bakti dengan arca Buddha

di dalamnya. Dhamma diwujudkan dengan ruang yang disediakan untuk belajar

Dhamma. Sedangkan Sangha diwujudkan dengan adanya tempat tinggal untuk para

Bhikkhu.

1

Page 2: Document1

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk terus bertambah setiap

tahunnya. Tentu saja jumlah penganut agama Buddha juga bertambah, sehingga hal

tersebut menuntut akan adanya tempat ibadah yang mampu menampung jumlah umat

yang terus bertambah dan juga dapat mewadahi segala aktivitas keagamaan.

Saat ini berdasarkan data statistik di Bali tahun 2011, tercatat jumlah penganut

agama Buddha adalah sebanyak 23.030 jiwa dengan jumlah penganut Buddha

terbanyak berada di Denpasar dengan jumlah 12.704 jiwa dengan peningkatan jumlah

umat Buddha pada tahun 2011 sebesar 1,26%. Menurut Departemen Agama di antara

penganut agama Buddha, sekitar 60 persen mengikuti aliran Mahayana, 30 persen

beraliran Theravada, dan 10 persen sisanya merupakan aliran Tantrayana. Menurut

data BPS tercatat ada 7 Vihara yang berada di Denpasar, dan Vihara Mahayana yang

ada di Denpasar saat ini hanya terdapat 1 vihara. Menurut Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar

Pelayanan Minimal, minimal tersedia 1 tempat ibadah per 2500 jiwa dan dengan

jumlah umat Mahayana yang ada maka tempat ibadah untuk umat Mahayana yang

tersedia saat ini masih kurang, selain itu kapasitas Vihara-vihara yang ada di Denpasar

tidak memenuhi kapasitas umat yang ada dimana kapasitas vihara yang ada saat ini

hanya berkisar sekitar 100-400 sehingga pada saat upacara hari besar agama Buddha

kapasitas ruangan Vihara tidak mencukupi untuk jumlah umat yang ada.

Dalam mengembangkan ajaran Agama Buddha tidak terlepas dari proses

pembinaan dan pengembangan spiritual umat Buddha itu sendiri dan untuk

pelaksanaan proses itu diperlukan berbagai sarana dan fasilitas sebagai penunjang

kelancaran dan keberhasilan proses tersebut, misalnya tersedianya sarana Vihara yang

memadai. Selain itu sebuah Vihara juga berfungsi sosial keagamaan, yaitu memberikan

pelayanan sosial dan kerohanian kepada umat Buddha yang membutuhkannya, yang

mana untuk kelancaran segala kegiatan dan proses tersebut dibutuhkan fasilitas-

fasilitas yang memadai.

Oleh karena itu, fungsi dan peran Vihara seharusnya ditingkatkan terus

menerus agar mampu menjawab harapan-harapan itu, namun untuk meningkatkan

kemampuan Vihara haruslah senantiasa memperhatikan sarana dan fasilitas yang

tersedia untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan fungsi dan peran Vihara itu

sendiri.

2

Page 3: Document1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang melandasi pemikiran perencanaan Vihara

Mahayana, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah spesifikasi dari aktivitas dan civitas pada Vihara Mahayana di

Denpasar?

2. Bagaimana menentukan dimensi ruang yang ideal untuk dapat menentukan

program ruang dan tapak di Vihara Mahayana di Denpasar?

3. Bagaimana konsep perencanaan tapak, bangunan, struktur, dan utilitas

dalam perancangan bangunan Vihara Mahayana di Denpasar ?

1.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan perencanaan dan perancangan Vihara Mahayana di

Denpasar, antara lain :

1. Merumuskan spesifikasi berdasarkan penjabaran aktivitas dan civitas Vihara

Mahayana di Denpasar.

2. Menentukan program ruang dan tapak sesuai dengan persyaratan, organisasi

dan hubungan ruang, kebutuhan fungsional, performansi, dan arsitektural

dalam Vihara Mahayana di Denpasar.

3. Merumuskan konsep perencanaan tapak, bangunan, struktur, dan utilitas

dalam perancangan Vihara Mahayana di Denpasar agar dapat dimanfaatkan

dengan baik.

1.4 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi tugas akhir menggunakan teknik pengumpulan data

dan teknik perancangan.

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam proses pengumpulan data ada dua, yaitu data

primer dan data sekunder:

1. Wawancara

Menurut Kamdhi (2003, 95) wawancara adalah suatu bentuk Tanya jawab

dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan keterangan, penjelasan,

pendapat, fakta dan bukti tentang suatu masalah atau suatu peristiwa.

3

Page 4: Document1

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak sekretariat

Vihara Sila Prabha dan Vihara Buddha Dharma di Bali dengan cara

menanyakan hal-hal yang terkait pada Vihara seperti pengelolaan dan

peraturan-peraturan tentang Vihara.

2. Studi lapangan

Menurut Djaali & Muljono (2007, 16) observasi adalah cara menghimpun

bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan seacar sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan

obyek pengamatan.

Dalam hal ini penulis melakukan peninjauan langsung terhadap proyek sejenis

ataupun proyek lain yang sejenis yaitu pada Vihara Sila Prabha dan Vihara

Buddha Dharma serta melakukan dokumentasi dengan kamera pada ruang-

ruang yang ada pada Vihara Prabha dan Vihara Buddha Dharma.

3. Studi literature

menurut Maryati (2007) studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan

pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber. Sumber-sumber

kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian

(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran

dll) tentang agama Buddha dan Vihara dan fasilitasnya.

1.4.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu teknik

analisis kualitatif dan kuantitatif:

a. Teknik Analisis Kualitatif

Menganalisis dengan teknik ini yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang

diperoleh berdasarkan pokok bahasan Vihara Mahayana di Denpasar. Baik itu

tentang data awal seperti pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan kegiatannya,

serta sistem pengelolaan dan lingkup layanannya.

b. Teknik Analisis Kuantitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis kebutuhan ruang

berdasarkan dimensi dan luasan ruang yang diperlukan dalam Vihara

Mahayana di Denpasar. Data ini juga dikaitkan dengan regulasi yang ada,

persyaratan ruang yang dibutuhkan, standar yang berlaku, dimana untuk

melengkapi data ini juga dilakukan perbandingan terhadap proyek sejenis.

4

Page 5: Document1

Hasil dari analisis ini untuk dapat menentukan program tapak dan program

ruang yang dibutuhkan.

5