28
16 Oktober 2021 Volume 2 Editorial ASMIHA In Depth Workshop Update Management of Venous Thromboembolism ASMIHA Insight ASMIHA Highlight - Covid-19: Organ Manifestation - Right ventricle in spotlight - Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme - Proper Diagnosis is The More Critical Part of PAH - In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF) - Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice - How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG - Indonesia Society of Cardiovascular Imaging (ISCI): Current updates on multimodality cardiovascular imaging What’s Next

16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

16 Oktober 2021 Volume 2

Editorial

ASMIHA In DepthWorkshop Update Management of Venous Thromboembolism

ASMIHA Insight

ASMIHA Highlight- Covid-19: Organ Manifestation - Right ventricle in spotlight - Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme - Proper Diagnosis is The More Critical Part of PAH- In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF)- Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice- How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG- Indonesia Society of Cardiovascular Imaging (ISCI): Current updates on multimodality cardiovascular imaging

What’s Next

Page 2: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 3: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Daftar Isi

Cover

Editorial

ASMIHA In DepthUpdate Management of Venous Thromboembolism

ASMIHA Insight ASMIHA Highlight- Covid-19: Organ Manifestation- Right ventricle in spotlight- Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme- Proper Diagnosis is The More Critical Part of PAH- In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF)- Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice- How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG- Indonesia Society of Cardiovascular Imaging (ISCI): Current updates on multimodality cardiovascular imaging

Tim Redaksi

2

3

6

8101214

15

16

17

21

Page 4: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

2 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 2 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Let’s Start

THE BIG EVENT ASMIHA, the biggest and most awaited cardiovascular scientific meeting in Indonesia! 2000 peserta resmi terdaftar saat hari pertama! Tahun ini, untuk kedua kalinya ASMIHA digelar secara virtual. Animo luar biasa dari peserta dan tentunya segenap SpJP diseluruh Indonesia.

Pertemuan virtual di dalam platform edukasi ilmiah menjadi ajang sharing ilmu selain temu kangen antar faculty. Update “ Hot Topics” cardiovascular tentunya menjadi sasaran utama mengapa ASMIHA begitu diminati. Ratusan bahkan ribuan jurnal terbaru dengan tema kardiovaskular tentu tidak mudah untuk diikuti satu persatu, namun dengan adanya pertemuan ilmiah maka summary dan highlight penting dengan ringkas dibahas oleh pakar di bidang keminatan melalui workshop dan working group track juga dengan diskusi interaktif yang bermanfaat dalam praktik sehari-hari.

Disrupsi di era digital dan begitu banyaknya pilihan webinar akhir akhir ini ternyata tidak menyurutkan peminat ASMIHA yang selalu konsisten mencapai ribuan tiap tahunnya. Hal ini menjadi amanah bagi organizing committee ASMIHA untuk berusaha memberikan yang terbaik dalam konten dan kemasan.

Editorial

Sajian virtual conference yang nyaman, dengan kendala teknis yang bisa dikatakan sangat minimal dari penyelenggaraan di hari pertama. Minat peserta untuk mengikuti ASMIHA pun patut diacungi jempol. Terbukti peserta parallel symposium di malam hari bisa mencapai sekitar 400 peserta.

Ada hal yang istimewa hari Sabtu 16 Oktober jam 10.50 WIB. Saksikan Plenary Lecture Mengenai COVID19 in Holistic Perspective from Medical Associations.

Sesi ini akan dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Bp Budi Gunadi Sadikin ASMIHA Chairperson Dr Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K) dan Ketua dari lima organisasi profesi , PAPDI, PERDATIN, PDPI, IDAI serta tentunya ketua umum PP PERKI Dr. dr. Isman. Firdaus SpJP(K).

Menarik menyaksikan langsung kolaborasi lima organisasi profesi terkait tatalaksana covid, di ASMIHA 2021, pastikan anda hadir di ASMIHA.org Channel 1. Learn More, Do Better. Enjoy ASMIHA!

Salam,

Dr. Vito A. Damay, SpJP(K) MKes. Dept INFOKOM PP PERKI

Page 5: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Editorial | 3 Editorial | 3

Page 6: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

4 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 4 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Workshop Update Management of Venous Thromboembolism

Workshop ini sangat relevan dengan pandemi, dimana kasus COVID19 sering kali disertai masalah koagulopati. Workshop kali ini diisi oleh faculty SpJP dari POKJA VASKULAR. Pembicara pertama Dr Vito Damay Infeksi SARS Cov2 menyebabkan immunothrombosis dan menyebabkan peningkatan D Dimer, serta risiko terjadinya DVT dan Emboli Pulmonal juga meningkat dan Dr Taofan membahas guideline terkait penggunaan antikoagulan, juga enoxaparin sebagai pilihan antikoagulan injeksi yang lebih stabil dan berbagai kelebihannya dibandingkan unfractionated heparin.

Diagnosis klinis DVT dan contoh kasus menarik diberikan oleh Dr Idar Mappangara, dilanjutkan dengan

ASMIHA In Depth

tatalaksana Emboli Pulmonal oleh Dr. J. Nugroho. Diskusi interaktif di setiap peralihan sesi membuat workshop ini hidup dan cair dalam diskusi terkait topik, dibawakan oleh moderator Dr Eka Fithra. Ulasan dari Dr. Syarief Hidayat dan Dr Bagus Ari sebagai panelis mengenai perlunya kehati-hatian menjadikan D Dimer sebagai evaluasi terapi menjadi salah satu highlight menarik di sesi ini. Jelas bahwa kasus VTE pada covid bukan hanya mengenai koagulopati saja, karena infeksi yang harus diatasi namun penanganan dengan antikoagulan merupakan bagian penting menurunkan lama rawat, serta kebutuhan ventilator.

Page 7: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Workshop Update Management of Venous Thromboembolism | 5 Workshop Update Management of Venous Thromboembolism | 5

Sesi Sharing kasus dari Dr Rini Pramesti mengenai komplikasi yang mungkin terjadi dari DVT dan penanganan venoplasti, dilanjutkan dengan Sharing kasus DVT recurrent dari dr M. Taufik membuka khazanah peserta terkait terapi endovenous dalam VTE. Dr Emanoel Oepangat sebagai panelis turut menekankan pentingnya penilaian klinis agar tatalaksana kasus intervensi holistic dari preparasi hingga post prosedural.

Workshop VTE ditutup dengan update prevensi VTE dalam kasus sehari hari, pasien post operasi dan pasien yang imobilisasi dalam jangka waktu cukup lama. Ketua POKJA Vaskular, DR.Dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), MARS dalam wawancara dengan tim liputan bulletin ASMIHA mengatakan bahwa VTE adalah kompetensi seorang SpJP. Beliau mengingat pengalaman saat berkunjung ke Edogawa Hospital di Tokyo Bersama alm. DR dr Ismoyo Sunu SpJP(K) dan mengatakan saat dulu belum banyak yang memperhatikan soal vena,

padahal VTE itu “deadly but preventable”. Dr Hananto menjelaskan bahwa Endothelial injury pada vena, menurunkan fungsi prothrombolisis sehingga membuat sitokin inflamasi dan aktivitas koagulasi meningkat. Risiko ini bertambah pada perokok, obesitas, CVI dan pasien keganasan atau imobilisasi lama. Peran SpJP dalam kasus seperti ini adalah membuat diagnosis klinis terarah, melakukan pemeriksaan diagnostik non invasive yang sesuai kelengkapan di tempat tugas masing-masing hingga tatalaksana sesuai panduan. Workshop ini diharapkan meningkatkan awareness rekan-rekan sejawat salam menghadapi kasus VTE. /VAD

Page 8: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

ASMIHA Insight

Hari ini, 16 Oktober 2021, akan diadakan `sesi paralel dengan 3 topik yang tidak kalah menarik! Informasi lebih lengkap, seperti yang tertera pada jad-wal dibawah ini:

16 Oktober 2021

SesiParalel

Page 9: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 10: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

8 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 8 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Covid-19: Organ Manifestation

Penyakit kardiovaskular memberi sumbangsih signifikan terhadap tingginya angka morbiditas dan mortalitas Pasien Covid-19. Kegiatan ini mengulas secara menarik terapi antibiotik dan antiviral secara bijak.

Pada sesi ini, telah disampaikan bahwa covid-19 satu tahun terakhir masih menjadi kondisi yang membutuhkan perhatian lebih berkaitan dengan tingginya morbiditas dan mortalitas, terutama pada pasien yang disertai dengan komorbiditas. Topik ini disampaikan oleh dr.Bambang Widyantoro Sp.JP. PhD, beliau memulai diskusi dengan gambaran kejadian covid-19, di Indonesia per oktober 2021 angka kasus covid-19 mencapai 4,5 juta orang dengan angka mortalitas yang juga cukup tinggi yakni 143.000 kematian. Menurut penyampaian beliau, PKV (Penyakit Kardiovaskular) masih merupakan salah satu kondisi yang menyumbang sumbangsih cukup

ASMIHA Highlight

tinggi terhadap meningkatnya morbiditas dan mortaliitas pada pasien penyandang covid-19.

Faktanya, sebanyak 91,8 persen pasien dengan gejala klinis berat, disertai dengan komorbid kardiovaskular, diantaranya yang tersering adalah heart failure, infark myocard, dan atrial fibrilasi, oleh karenanya dibutuhkan deteksi dini dan tatalaksana adekuat terutama tatalaksana sirkulasi dan respiratori.

Selanjutnya pada sesi ini di bahas mengenai tips-tips untuk memberikan tatalaksana antibiotik dan antiviral secara bijak yang disampaikan oleh dr. Santi Rahayu Dewayanti Sp.P MM. FCCP dari RSJPD Harapan Kita, beliau membuka materi dengan keharusan klinisi untuk terlebih dahulu memastikan indikasi antibiotik pada pasien, prinsip terapi adalah semaksimal mungkin dapat melakukan deeskalasi dengan cepat dan

Page 11: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Covid-19: Organ Manifestation | 9 Covid-19: Organ Manifestation | 9

tepat segera setelah hasil kultur diketahui.disampaikan juga pentingnya melakukan evaluasi terhadap perbaikan kondisi, salah satu tips yang diberikan adalah selalu melakukan evaluasi terkait perbaikan kondisi pasien, hal ini dapat dinilai dari hasil laboratorium Procalcitonin karena merupakan indikator yang cukup sensitif terhadap perbaikan kondisi atau status infeksi.

Tips selanjutnya adalah klinisi sebaiknya mengambil keputusan yang tepat dalam waktu atau durasi pemberian antibiotik, maksimal waktu tatalaksana antibiotik intravena adalah 5 hari untuk non HAP/VAP dan 7 hari untuk kasus HAP/VAP, tidak lupa beliau sampaikan pula bahwa pemberian antibiotik harus selalu disesuaikan dengan peta kuman di masing-masing daerah.

Terkait terapi antiviral dr. Santi menyampaikan bahwa FDA dan WHO saat ini hanya merekomendasikan Ramdesivir, di Indonesia sendiri Ramdesivir biasanya digunakan untuk mengobati gejala sedang sampai berat dan Favipiravir untuk gejala ringan, saat ini ada update terbaru untuk antiviral yakni Molnupiravir yang sedang menunggu persetujuan edar dari FDA.

Topik selanjutnya adalah infeksi Covid-19 pada pasien dengan congenital heart failure, topik ini disampaikan oleh dr. Anna Ulfah Rahajoe Sp.JP (K) yang merupakan senior cardiologist dari RSPJPD HK, beliau menyampaikan bahwa covid-19 pada anak kasusnya tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dewasa, meskipun begitu hal ini tidak seharusnya dianggap remeh, karena biasanya gejala yang terjadi pada anak terutama dengan Congenital Heart Disease memiliki gejala yang lebih berat jika dibandingkan dengan dewasa dan atau anak tanpa Congenital Heart Disease, hal ini berkaitan dengan terjadinya gangguan sirkulasi pada anak dengan Congenital Heart Disease dapat memperburuk kondisi pasien dengan covid-19. /ATN

Page 12: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

10 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 10 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Right ventricle in spotlight

Ventrikel kanan seringkali kurang mendapatkan perhatian klinisi dalam hal diagnosis dan tatalaksana hingga penentuan prognosis, padahal faktanya, ventrikel kanan dan katup trikuspid memegang peranan penting dalam berbagai kasus PKV dan dapat menjadi faktor penentu prognosis untuk beberapa PKV, pada sesi ini semua bahasan tentang ventrikel kanan dan korelasi klinisnya di kupas tuntas oleh ketiga narasumber dengan ulasan-ulasan yang sangat komprehensif, topik pertama adalah Trikuspid Regurgitasi oleh dr. Antonia Anna Lukito Sp.JP (K) FIHA. dari siloam hospital dan staff pengajar di Universitas Pelita Harapan, beliau mengawali topik dengan gambaran bagaimana Trikuspid Regurgitasi dapat mempengaruhi prognosis secara signifikan.

ASMIHA Highlight

Tatalaksana operatif dari katup trikuspid masih jarang dilakukan di Indonesia karena risiko mortalitasnya yang tinggi, diagnosa Trikuspid Regurgitasi masih menjadi tantangan dan membutuhkan akurasi yang tinggi padahal faktanya, hal ini diperlukan karena dapat mempengaruhi prognosis jangka panjang, oleh karenanya para klinisi diharapkan memiliki keahlian akan hal ini. Saat ini di Indonesia terdapat berbagai pilihan tatalaksana transkateter untuk Tricuspid Regurgitasi, yang sering digunakan adalah leaflet repair menggunkan prosedur Triclip dan Mitraclip.

Topik selanjutnya ialah mengenai RV in various conditions and settings, topik ini disampaikan oleh dr. Amiliana M. Soesanto Sp.JP (K) FIHA. PhD dari

Page 13: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Right ventricle in spotlight | 11 Right ventricle in spotlight | 11

universitas Indonesia/RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan kita, beliau membuka presentasi dengan anatomi dan fisiologi ventrikel kanan, disampaikan bahwa ventrikel kanan memiliki keunikan susunan serat myocard yakni berupa circumferencial continuous myocard antara ventrikel kanan dan kiri yang menimbulkan dominansi kontraksi ventrikel kanan yang bersifat longitudinal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi ventrikel kanan adalah adanya ventrikel kanan after load yang bukan hanya disebabkan karena peningkatkan resistensi/ PVR namun juga beberapa hal lain, kemudian kontraktilitas, coupling antara arteri pulmonal dan ventrikel kanan serta kontraksi pericardial, dibandingkan dengan ventrikel kiri, ternyata ventrikel kanan lebih sensitif terhadap adanya perubahan afterload, adapun penyebab timbulnya ventrikel kanan/ RV burden diantaranya adalah pressure overload, volume overload, dan cardiomyopathy, oleh karenanya RV sangat penting untuk di evaluasi karena merupakan faktor prediktor prognosis.

Topik ketiga dibawakan oleh dr. Chaerul Achmad Sp.JP yang merupakan cardiologist di RS hasan Sadikin Bandung dan merupakan staff pengajar di Universitas Padjajaran, beliau menyampaikan materi mengenai Arythromyogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVC), beliau mengawali topik dengan memberikan batasan definisi, ARVC merupakan suatu kondisi yang didasari oleh faktor genetik yang menimbulkan perubahan otot myocard menjadi suatu serat Fibrofatty sehingga terjadi Cardiomyopathy, terminologi terbaru yang juga sering digunakan adalah ACM atau Arhytmia Cardiomyopathy, kelainan ini

berdasar pada adanya aritmia tanpa adanya penyebab yang lain.

Hal yang mendasari diagnosis ARVC adalah bahwa penelitian mengenai sumbangsih genetik pada penyakit ini masih belum diketahui dan dipahami cukup baik, hal ini bukan berarti tidak ada sumbangsih genetik! sehingga klinisi haru selalu aware, selanjutnya disarankan memanfaatkan teknologi terbaru CMR (Cardiac Magnetic Resonance) untuk investigasi, ARVC juga memiliki fenotipe biventricular (tidak hanya melibatkan ventrikel kanan).

Pada kesempatan kali ini, dr. Chaerul juga menyampaikan pentingnya populasi pediatrik pada penyakit ini dan impact dari adanya gelombang Epsilon pada ARVC masih merupakan faktor prediktif dengan nilai yang rendah untuk kepentingan diagnosis, ARVC atau biasanya terjadi pada atlet atau dewasa muda, pasien dengan riwayat Sudden Cardiac Death, riwayat VT yang sulit stabil dan riwayat Syncope atau penurunan kesadaran memiliki risiko tinggi untuk terjadi Sudden Cardiac Death sehingga merupakan indikasi untuk dilakukan pemasangan Implantable Cardiac Defibrilator (ICD). /ATN

Page 14: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

12 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 12 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme

Media sosial menjadi sebuah amanah baru bagi tenaga medis khususnya cardiologist di Indonesia saat ini. Berbagai bentuk media sosial serta hubungan antar individu di dalamnya harus dijadikan sebuah relevansi bukan hanya sebuah target tertentu. Seorang profesionalisme harus mampu mempertimbangkan apakah media sosial tersebut dapat memberikan manfaat bagi sekelompok orang dalam hal ini pasien yang mungkin saja memiliki ekspektasi lebih terhadap sosok dokter yang mereka ikuti dalam sosial media. Beberapa fenomena seperti seorang tenaga medis yang menunjukan organ utuh seorang pasien pada akun sosial media pribadinya terlepas dari tujuan edukasi dan pelanggaran aturan saat pandemi oleh

ASMIHA Highlight

salah satu tenaga medis menjadi beberapa contoh kejadian yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang profesionalisme.

Dalam kesempatannya sebagai pemateri pada Symposium 30th ASMIHA 2021 dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP(K) kembali mengingatkan bahwasannnya ketika seorang dokter menunjukan dirinya pada sosial media, tidak menutup kemungkinan bahwa pasien akan melihat, menilai, dan mencontoh sosok dokter yang mereka lihat saat itu di sosial media, sehingga pentingnya untuk selalu mengingat dan menjaga marwah sebagai seorang profesionalisme saat menggunakan sosial media. Namun, terlepas dari hal tersebut sosial media juga dapat menjadi salah satu media yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi

Page 15: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme | 13 Sosial Media, antara Kebebasan dan Profesionalisme | 13

seorang profesionalisme dalam hal ini seorang cardiologist dan juga manfaat bagi pasien. Pada kesempatannya dalam memaparkan materi mengenai “The View Point of Social Media in Interventional Cardiology” dr. Yusra Pintaningrum, Sp.JP(K) menyampaikan beberapa manfaat bermedia sosial bagi seorang profesionalisme saat ini diantaranya adalah kemudahan dalam hal berkomunikasi secara direct antara pasien dengan dokter, kemudahan dalam menyampaikan informasi dan edukasi kepada pasien, serta memberikan ruang bagi para ilmuan untuk berkolaborasi, berdiskusi, serta berkesempatan untuk memperdalam keilmuan dengan tetap memperhatikan kaidah etik di dalamnya.

Dalam kesempatan ini, beliau juga menyapaikan bahwa “ social media content will influence patient opinions and lead to blurring of professionals and social boundaries” sehingga penting untuk seorang profesionalisme agar selalu mengingat dan berpengangan pada kaidah etik yang berlaku.

Pada kesempatan ini para panelist, dr Rien Afrianti,Sp.JP dan dr. Berlian Idriansyah Idris,Sp.JP(K) membagikan beberapa pengalaman dalam bermedia sosial, sebagaimana yang dipaparkan oleh dr. Rien Afrianti, Sp.JP media sosial digunakan sebagai wadah edukasi dan pembelajaran khususnya bagi mahasiswa kedokteran yang sebagian besar mengikuti beliau pada akun sosial media. Dalam diskusi yang berlangsung sangat interaktif, menarik dan heboh, dr. Berlian Idris, Sp.JP(K) menceritakan aktivitas beliau yang aktif di twitter dan dr. Rien Afrianti, Sp.JP bersama dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP(K) yang aktif melakukan edukasi pada akun Instagram milik beliau. Salah satu pemateri dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP(K) mengingatkan pentingnya untuk bersikap bijak dalam bermedia sosial bagi seorang profesionalisme khususnya cardiologist, serta pentingnya sebuah regulasi dan peraturan yang jelas terkait etika dokter dalam bermedia sosial. /NNH

Page 16: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

14 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 14 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Proper Diagnosis is the More Critical Part of PAH

Pulmonary Arterial Hypertension (PAH) menjadi salah satu topik materi yang diangkat pada kegiatan virtual workshop session A 30th ASMIHA yang bertepatan pada 15 Oktober 2021. Pada kesempatan kali ini dr. Mefri Yanni, Sp.JP(K) berkesempatan menyampaikan materi mengenai “Initial Assessment in PAH” dilihat dari pemeriksaan fisik, ECG, dan Echocardiography. Pada kesempatan ini, beliau menyampaikan beberapa poin penting terkait PAH yang didefinisikan sebagai mPAP> 20 mmHg serta ditandai dengan PAH prakapiler dengan PVR 3 WU dan tidak adanya penyebab lain dari PAH prakapiler. Gejala PAH sendiri dikatakan tidak spesifik serta seringkali menyebabkan keterlambatan diagnosis. Pentingnya penilaian awal yang baik meliputi anamnesis terstruktur, pemeriksaan fisik, EKG/CXR sugestif PAH, dan penilaian probabilitas PAH dengan

ASMIHA Highlight

ekokardiografi diharapkan dapat mengurangi keterlambatan diagnosis. Dalam kesempatan virtual workshop ini terdapat beberapa pemateri yang juga ikut berkonstribusi seperti dr. Aninka Saboe, Sp.JP(K) dan dr.Rosi Amrilla Fagi, Sp.JP(K) yang memberikan materi berupa case study mengenai PAH. Selain itu dr. Anna Fuji Rahimah, Sp.JP(K) juga berkesempatan memaparkan materi mengenai Imaging in PAH dilanjutkan dengan materi dari dr.Dyah Wulan, Sp.JP(K) mengenai Haemodynamic Assessment in PAH. Mengutip kalimat dari N.Galie “The most critical part of PAH is proper diagnosis, more important than medication” mengingatkan kembali kepada kita betapa pentingnya penilaian awal dalam mendiagnosis PAH sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan pada pasien PAH. /NNH

Page 17: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF) | 15 In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF) | 15

In-depth with Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF)

Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF) merupakan salah satu topik yang diangkat dalam kegiatan 30 th ASMIHA yang diselenggarakan pada tahun 2021. Didalam kegiatan ini topik ini disampaikan oleh beberapa pembicara yakni dr. Vebiona Kartini Prima Putri, SpJp FIHA, dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, dr. Hawani Sasmaya, SpJP dan dr. Habibie Arifianto, SpJP (K), M.Kes FIHA. Dengan tema topik In-depth with hearth Failure with Preserved Ejection Fraction

Sebagai pemateri pertama yaki dr. Vebiona menuturkan bahwa HFpEF merupakan bentuk gagal jantung di mana fraksi ejeksi dari ventrikel kiri setiap detak jantung dibagi dengan volume darah saat ventrikel kiri terisi maksimal >50%. dr

ASMIHA Highlight

Vebiona didalam kesempatannya lebih menjelaskan mengenai mekanisme dan gejala klinis pasien-pasien dengan HFpEF. Adapun gejala dan tanda yang dapat terlihat yakni didasarkan atas kriteria Framingham, fraksi ejeksi ventrikel kiri >50%, ditemukannya adanya peningkatan kadar Natriuretic Peptide serta dapat juga ditemukan adanya hipertrofi baik ventrikel maupun atrium kiri serta disfungsi diastolik.

Dilanjutkan oleh dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA yang membahas mengenai beberapa sub topik. Diantaranya beliau membicarakan mengenai algoritma untuk dapat mendiagnosis dari HFpEF sehingga dalam menginterpretasikan menjadi lebih cepat dan tepat. Beliau juga membahas mengenai peran dari NT-

Page 18: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

16 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 16 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

proBNP yang umumnya digunakan untuk menilai gagal jantung karena terdapat hubungannya dengan stress dinding jantung. Beliau menuturkan bahwa NT-proBNP telah terbukti cepat dalam membedakan gagal jantung dengan penyebab lain dispnea.

Sedangkan pembicara ketiga yakni dr. Hawani Sasmaya, SpJP lebih menjelaskan mengenai kapan sebaiknya dilakukan pengukuran hemodinamik invasif pada HFpEF. Selain itu beliau dalam sesi ini juga membicarakan mengenai langkah-langkah dalam melakukan katerisasi jantung kanan mulai dari memasukan ke dalam vena dan berakhir di arteri pulmonalis. Beberapa implikasi dari RHC (Right heart catheterization) juga dijelaskan oleh beliau.

Pembicara ke empat atau pembicara terakhir dalam sesi ini yakni dr. Habibie Arifianto, SpJP (K), M.Kes FIHA. Beliau dalam sesi ini membawakan sub topik mengenai manajemen dari HFpEF dengan presentasi klinis fenotip. Membicarakan mengenai terapi pilihan untuk menangani HFpEF dengan klinis fenotip, sampai dengan bagaimana para peneliti sedang melakukan penelitian uji coba untuk HFpEF. /IKSP

Page 19: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice | 17 Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice | 17

Treatment of Chronic Coronary Syndrome : How to Implement Guidelines in Daily Pratice

Terapi angina yang juga disebut sebagai terapi iskemik bersama dengan terapi revaskularisasi dan terapi prevensi sekunder merupakan terapi yang diperlukan oleh seseorang yang mengeluhkan angina stabil. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan keluhan angina dan tidak untuk mencegah kejadian kardiovaskuler. Dalam sesi ini dr. Erwinanto, SpJP (K), FIHA, FAsCC menyampaikan bahwa guideline yang dapat digunakan saat ini adalah “ESC Guidelines for the Diagnosis and Management of Chronic Coronary Syndromes” tahun 2019 karena merupakan salah satu guideline yang sangat up to date. Guideline ini menganjurkan Stepwise Strategy for Anti-Anginal Drug Therapy. Meskipun guideline ini sangat up to date, namun

ASMIHA Highlight

penatalaksanaan dari angina ini sendiri tidak berubah dari tatalaksana angina tahun 2013.

Menurut beliau, terapi angina sendiri saat ini dibagi menjadi 2, yakni terapi lini pertama dengan menggunakan Beta Blockers atau dengan menggunakan CCB sedangkan lini kedua menggunakan Ivabradine, Long-acting nitrates, nicorandil, ranolazine, trimetazidine. Seluruh obat lini kedua tersedia di Indonesia kecuali nicorandil.

Pada sesi ini menjelaskan bahwa terapi angina sendiri dimulai dari memberikan obat lini pertama. Beberapa pasien diberikan obat lini kedua untuk menjadi tambahan dari pengobatan lini

Page 20: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

18 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 18 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

pertama jika keluhan tidak membaik setelah pemberian lini pertama saja. dr. Erwinanto menjelaskan bahwa didalam studi iskemia yang merupakan studi randomized clinical trial besar dengan mengikutsertakan 5.000 pasien chronic coronary syndrome mempunyai kesesuaian terapi dengan guideline ESC tahun 2019.

Adapun pendekatan step by step yang dianjurkan oleh ESC 2019 ditujukan untuk mendeskriminasi pengunaan obat lini pertama oleh lini kedua. Menurut penjelesan beliau pada sesi ini, bahwa terdapat 4 langkah dalam pemberian terapi dari angina ini sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dari pasien. Beberapa kondisi yang akan mempengaruhi pemberian terapi yakni tingginya tekanan nadi (>80 kali/menit), tekanan nadi yang rendah (<50 kali/menit), disfungsi LV atau gagal jantung dan tekanan darah yang rendah. Dalam sesi ini beliau berpesan bahwa semua pasien dengan keluhan nyeri dada hendaknya di identifikasi apakah masuk kedalam angina stabil atau acute coronary syndrome. Jika keluhannya merupakan angina stabil, maka

pengobatan harus segera diberikan. Walaupun terapi angina berhasil, dokter hendaknya tetap melakukan tes anatomi dan fungsional bagi pasien dengan probability >5%. Jika ditemukan hasil yang berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular maka pasien direkomendasikan untuk revaskularisasi corona, sedangkan jika ditemukan hasil berisiko rendah maka terapi antianginal tetap bisa dilanjutkan dan dapat dipertimbangkan untuk melakukan terapi revaskularisasi atau jika terapi antianginal tidak memberikan dampak perbaikan bagi pasien angina. /IKSP

Page 21: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG | 19 How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG | 19

How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG

Dalam mendiagnosis penyakit jantung, sebagai dokter perlu mempelajari dan memastikan ilmu dan praktik secara komprehensif agar dapat mencapai kesimpulan yang tepat. Workshop kali ini berfokus pada diagnosis berdasarkan pemeriksaan dasar dan ECG yang dibagi menjadi empat kuliah utama.

Kuliah pertama oleh dr. Sisca Natalia, Sp.JP, Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskular. Sistem kardiovaskular merupakan sistem sirkulasi yang berkontribusi terhadap homeostasis yang menyediakan transportasi untuk tubuh. Pengetahuan anatomi dan fisiologi normal kardiovaskular penting untuk memahami penyakit yang mempengaruhi sistem kardiovaskular. Dengan pengetahuan dasar ini menjadi perangkat utama dalam

ASMIHA Highlight

mendiagnosis dan mengobati pasien dengan penyakit jantung.

Kuliah kedua adalah pemeriksaan fisik dan anamnesis sistem kardiovaskular oleh dr. Aditya Sembiring, Sp.JP. Dalam kunjungan pasien ke dokter, penelusuran yang tepat terhadap keluhan pasien menjadi salah satu kunci utama dalam Menyusun diagnosis banding. Temuan pemeriksaan fisik yang jadi dasar bukti yang kita kaitkan dengan hasil anamnesis. Dua modal ini menjadi alat terdepan yang kita manfaatkan dalam mendiagnosis penyakit jantung.

Kuliah ketiga oleh dr. Bambang Dwiputra, Sp.JP, berjudul auskultasi suara jantung normal dan murmur. Secara alamiah, jantung memiliki generator

Page 22: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

20 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 20 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

listrik jantung yang bekerja mulai dari SA node melalui atrium ke AV node, berkas His, dan berujung pada serabut Purkinje kedua ventrikel. Sesuai perjalanan ini, atrium akan berkontraksi lebih awal, darah masuk ke ventrikel, dan ventrikel berkontraksi. Fase kontraksi jantung dibagi menjadi tiga, yaitu fase atrial systole, ventricular systole, dan diastole.

Ketiga fase ini kita dengarkan pada area auskultasi jantung yang bisa dibagi menjadi empat. Area Aorta, pulmonal, tricuspid, dan mitral. Pada area tersebut bis akita nilai auskultasi menjadi empat jenis bunyi jantung. Bunyi jantung penutupan katup atrio-ventrikular (mitral dan tricuspid), penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal), peregangan dinding ventrikel yang tiba-tiba saat pengisian ventrikel, dan kontraksi atrium.

Masing-masing bunyi tersebut disebut dengan S1 hingga S4. Auskultasi jantung ini merupakan modalitas pendukung yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit kardiovaskular.

Pengenalan mengenai lokasi auskultasi dan deskripsi bunyi jantung yang akurat merupakan kemampuan utama penting dalam praktik klinis. Semakin sering mendengarkan maka kita akan semakin ahli dalam menentukan bunyi-bunyi jantung tersebut.

Kuliah keempat adalah ECG dasar dan abnormalitas terkait kardiovaskular oleh dr. Dian Zamroni, Sp.JP. Pemeriksaan ECG yang tepat dapat mengurangi waktu diagnosis dan menyegerakan tatalaksana sedini mungkin. /AR

Page 23: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG | 21 How to Diagnose Cardiac Disease Based on Basic Cardiovascular Examination and ECG | 21

Indonesia Society of Cardiovascular Imaging (ISCI): Current updates on multimodality cardiovascular imaging

Indonesian Society of Cardiovascular Imaging (ISCI) Merupakan suatu perhimpunan yang berkomitmen untuk melakukan promosi terhadap pembaharuan-pembaharuan berkesinambungan terkait dengan setiap aspek dari modalitas pencitraan kardiovaskular, pertemuan ilmiah ISCI dibuat untuk menyediakan wadah diskusi pembaharuan dan penyebaran informasi mengenai relevansi klinis dan modalitas yang dapat digunakan untuk pencitraan kardiovaskular.

Program ini dilakukan selama dua hari dan dilaksanakan sebagai bagian dari ASMIHA ke 30 tahun ini, tujuan utama dari program ini adalah untuk menyediakan wadah diskusi pembaharuan modalitas pencitraan terutama berkaitan dengan intervensi coronary dan structural.

Meet the Expert

Multimodality cardiac imaging sangat diperlukan untuk diagnosa dan evaluasi bukan hanya terkait kasus penyakit jantung koroner tetapi juga aritmia yang dibahas pada hari pertama 2nd ISCI Symposium and Workshop. Dengan mengevaluasi PVC tipe non LBBB inferior aksis, berguna mencegah terjadinya kematian mendadak melalui evaluasi fibrosis dengan Cardiac MRI.

Pada Mini Symposium dan Workshop 2nd ISCI tahun ini diawali dengan Overview Cardiac Imaging in EP Procedure oleh dr. Sunu Budhi Raharjo PhD, dilanjutkan dengan topik Role of Cardiac Imaging in Managing Idiopathic Ventricular Arrythmias oleh dr Dony Yugo, dilanjutkan dengan topik Cardiac Imaging in Arrythmia oleh dr. Ong Hean Yee.

Page 24: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

22 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 22 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Selanjutnya topik mengenai Sudden Cardiac Death Evaluation by MRI oleh dr Metty Ardiana, dilanjutkan dengan topik Current Positioning of Atrial Fibrilation Management: Cardiac CT Perspective oleh dr. Endah Dewati Kartikasari, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan presentasi produk dari PT GE Indonesia, selain itu topik-topik lain yang tak kalah menarik juga dibahas salah satunya adalah Cardiac Magnetic Resonance in Inflamatory Cardiac Conditions and Heart Failure oleh dr. Valentina Puntmann dan Arrythmiogenic Right Ventricular Cardiomyopathy Asessment and Prognosis oleh dr. Vimal Raj. /ATN

Page 25: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

DOORPRIZE

Dalam kegiatan ASMIHA tahun ini, kami mempersiapkan doorprize.

Jangan lupa sering kunjungi booth ASMIHA, anda berpeluang mendapatkan doorprize sebagai berikut :

- 10 KKJI vouchers/hari untuk 10 orang dengan nilai visit both dan quiz tertinggi - 2 buah air purifier - 3 buah grandprize berupa 2 buah sepeda dan 1 masker ultra filtration

- 3 prizes untuk 3 best oral presenter - dan 3 prizes untuk 3 best presenter kategori young investigator

*poin minimal untuk lotere grandprize adalah 5,500 poin

Page 26: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

What’s Next

Minggu, 17 Oktober 2021 akan diadakan agenda yang juga menarik!

Terdapat 15 sesi penuh seharian dengan topik yang bervariasi.

So, mark the time and see you tomorrow!

Page 27: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 28: 16 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

26 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

EDITOR IN CHIEFdr. Suci Indriani, SpJP (K), FIHAdr. Yusra Pintaningrum, SpJP(K), FIHAdr. Vito A. Damay, SpJP(K), MKes, FIHA, AIFO-K

MEDICAL WRITERAlya Tanti Nurjanah, S.KedNada Nafisha Humaera, S.KedI Ketut Suarthaputra Pratama, S.Ked

GRAPHIC DESIGN & LAYOUTAzhar Rafiq, S.Ked

Web: www.asmiha.orgEmail: [email protected]: +62215681149 ext 101-104/108WA: +6282120003065IG: @asmiha2021

Vol.2