171605344 BAGIAN ILMU BEDAH Keganasan Saluran Cerna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CA GI TRACK

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian di banyak negara semakin mengkhawatirkan. WHO memperkirakan kematian akibat kanker lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat AIDS, TB maupun malaria. Pada tahun 2008 ada 12 juta kasus baru di dunia dengan kematian 7,6 juta orang akibat kanker. (WHO) Di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kematian akibat kanker tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat menjadi 5,0% dan tahun 2001 meningkat lagi menjadi 6,0%. Penyakit kanker menempati urutan kelima sebagai penyebab kematian di Indonesia. (Olwin N dkk, 2009)Di negara-negara maju yang penduduknya banyak mengkonsumsi makanan siap saji, makanan dengan kadar lemak yang tinggi, kadar serat rendah, makanan yang mengandung bahan pengawet (zat aditif) seperti makanan kaleng, sosis, makanan yang di asap dan konsumsi alkohol di laporkan angka kejadian kanker saluran erna meningkat. Jepang, chili, finlandia dan islandia merupakan negara-negara dengan angka kejadian kanker lambung paling tinggi di dunia. (Olwin N dkk, 2009)Kanker esofagus adalah kanker yang terjadi di esofagus, saluran yang menghubungkan tenggorokan ke lambung. Esofagus membawa makanan yang ke lambung untuk dicerna. Kanker esofagus biasanya bermula di sel yang melapisi bagian dalam esofagus. Kanker esofagus dapat terjadi dimana saja sepanjang esofagus, akan tetapi di Amerika Serikat, kanker ini terjadi paling sering di bagian terbawah esofagus. Pria lebih sering menderita kanker esofagus dibandingkan wanita. Kanker esofagus merupakan kanker yang tidak sering ditemukan di Amerika Serikat. Di tempat lain di dunia, seperti Asia dan beberapa bagian dari Afrika, kanker esofagus lebih sering terjadi.Di Indonesia, keganasan saluran cerna yang termasuk paling banyak dijumpai adalah kanker kanker usus besar (karsinoma kolorektal) dan menempati urutan keenam dari penyakit keganasan. (Olwin N dkk, 2009)

Dua jenis tumor yang paling sering ditemukan pada colorectal adalah adenoma atau adenomatous polip dan adenocarcinoma. Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus gastrointestinal.Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya.Di Indonesia, insidensi pada wanita sebanding dengan pria. Sekitar 75% ditemukan di rectosigmoid. Di Negara barat, perbandingan insidensi laki-laki: perempuan adalah 3:1, kurang dari 50% ditemukan di rektosigmoid. Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun. Deteksi dini dengan penanganan medical dan operatif yang terus berkembang dapat menurunkan mortalitas carcinoma colorectal. (R Labianca dkk, 2010)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Anatomi Colorectal2.1.1 StrukturColondimulai dari perbatasan ileum terminal-caecum, sepanjang 90-150 cm, sampai perbatasan sigmoid-rectum. Terdiri dari caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Caecum merupakan bagian terlebar (7,5 8,5 cm), dan colon sigmoideum merupakan bagian tersempit (2,5 cm).Pada kasus obstruksi di distal, caecum merupakan bagian yang paling sering ruptur. Lapisan dinding colon adalah mucosa, submucosa, otot sirkular, otot longitudinal yang bergabung dengan taenia coli, dan serosa. Kekuatan mekanis dari dinding colon berasal dari lapisan submucosa, yang memiliki kandungan kolagen tertinggi. Colon ascendens dan colon descendens terfiksasi pada retroperitoneal, sedangkan caecum, colon transversum, dan colon sigmoideum berada intraperitoneal dan mobil. Omentum menempel pada colon transversum.Rectum memiliki panjang 12-15 cm, mulai dari perbatasan sigmoid-rectum sampai perbatasan rectum-anus.Taenia coli berakhir pada distal colon sigmoideum, dan lapisan otot longitudinal dari rectum terus berlanjut. Pada bagian atas rectum masih ditutupi dengan peritoneum di bagian anterior, sedangkan bagian bawahnya extraperitoneal. Rectum dikelilingi oleh fascia pelvis.

2.1.2FisiologiPertukaran air dan elektrolitColon menyerap air, natrium, klorida, dan asam lemak rantai pendek, serta mensekresikan kalium dan bikarbonat. Hal ini membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah dehidrasi. Kemampuan ini hilang pada pasien dengan ileostoma, sehingga lebih mudah terjadi dehidrasi. Fungsi utama rectum adalah sebagai resevoir dan menahan 1200cc cairan.Motilitas colonPola kontraksi colon adalah pergerakan retrograd, kontraksi segmental, dan pergerakan massa. Pergerakan massa akan menyebabkan perpindahan isi colon ke arah anus. Motilitas colon dipengaruhi oleh emosi, hormon, dandiet.Flora colonBakteri yang paling banyak pada colon adalah bakteri anaerob Bacteroides. Escherichia coli dan enterobacteria lainnya adalah bakteri aerob. Bakteri colon berperan penting dalam produksi vitamin K. Supresi flora normal dengan antibiotik broad-spectrum dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari patogen, khususnya Clostridium difficile.Gas colon99% gas di colon adalah nitrogen, oksigen, carbon dioksida, hidrogen, dan metana. Gas dalam usus berasal dari udara yang tertelan, fermentasi karbohidrat dan protein oleh bakteri dalam lumen usus, dan difusi ke lumen usus dari darah. Dalam sehari, volume flatus sekitar 600cc.12.2Etiologi & faktor risiko (R Labianca dkk, 2010)Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa proliferasi neoplastik pada mukosa colorectal berhubungan dengan perubahan kode genetik, padagerm lineatau mutasi somatik yang didapat.FaktorherediterFaktor herediter merupakan salah satu faktor risiko. Diperkirakanbahwa10-15% carcinoma colorectal merupakan kasus familial, seperti padaFamilial adenomatous Polyposis(FAP) dan sindroma Lynch.UsiaUsia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal. Insidensi meningkat diatas 50 tahun. Namun individu pada usia berapapun tetap saja dapat menderita carcinoma colorectal, sehingga bila ditemukan gejala-gejala keganasan harus tetap dievaluasi.Diet dan lingkunganPenelitian menunjukkan bahwa carcinoma colorectal lebih sering terjadi pada populasi yang mengkonsumsi diet tinggi lemak hewani dan rendah serat. Diet lemak jenuh dan tidak jenuh yang tinggi meningkatkan risiko carcinoma colorectal, sedangkan diet asam oleat yang tinggi (minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun) tidak meningkatkan risiko. Lemak dapat secara langsung meracuni mukosa colorectal dan menginduksi perubahan ke arah keganasan. Sebaliknya, diet tinggi serat dapat menurunkan risiko. Diduga adanya hubungan antara konsumi alkohol dengan insidensi carcinoma colorectal. Konsumsi calcium, selenium, vitamin A, C, dan E, carotenoid, fenol tumbuhan dapat menurunkan risiko carcinoma colorectal. Obesitas dan gaya hidup sedenter dapat meningkatkan mortalitas pasien carcinoma colorectal. Pengaturan diet dan gaya hidup yang baik akan mencegah terjadinya carcinoma colorectal. (Dagfinn Aune dkk, 2011)Inflammarory bowel diseasePasien denganInflammatory bowel disease, khususnya colitis ulceratif kronis, berhubungan dengan meningkatnya risiko carcinoma colorectal. Hal ini diduga bahwa inflamasi kronis merupakan predisposisi perubahan mukosa ke arah keaganasan. Risiko tinggi terjadi keganasan bila onset pada usia muda, mengenai seluruh colon, dan menderita lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining colonoscopy dengan biopsi mukosa multipel secara acak setiap tahunnya pada pasien setelah 7-10 tahun menderita pancolitis.Faktor risiko lainnya (Olwin N dkk, 2009)Merokok berhubungan dengan meningkatnya risiko adenoma colon, khususnya setelah penggunaan lebih dari 35 tahun. Pasien dengan ureterosigmoidostomy meningkatkan risiko terjadinya adenoma dan carcinoma. Tingginya kadargrowth hormondaninsulin like growth factor-1akan meningkatkan risiko. Irradiasi pelvis dapat meningkatkan risiko carcinoma recti.Identifikasi faktor risiko carcinoma colorectal penting untuk menentukan program skrining dan surveillance.2.3PatogenesisDefek genetikSelama lebih dari 2 dekade, penelitian menjelaskan mengenai defek genetik dan abnormalitas molekular yang berhubungan dengan pembentukan dan progresifitas adenoma dan carcinoma colorectal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi onkogen (K-ras) dan atau inaktivasi tumor suppressor genes (APC,DCC (deleted in colorectal carcinoma), p53). Carcinoma colorectal diduga berasal dari polip adenoma dengan akumulasi mutasi tersebut.Defek pada gen APC pertama kali dideskripsikan pada pasien FAP dan ditemukan mutasi gen APC. Hal tersebut ditemukan pada 80% carcinoma colorectal sporadis.Gen APC merupakantumor-suppressor gene.Mutasi pada alel-alel diperlukan untuk memulai pembentukan polip. Kebanyakan mutasi adalah stop codon yang prematur, yang menghasilkan protein APC yang terpotong. Pada FAP, lokasi mutasi berkorelasi dengan beratnya gejala penyakitAkumulasi mutasi-mutasi menyebabkan akumulasi genetik yang rusak yang menghasilkan keganasan.K-ras merupakan proto-oncogen dan menyebabkan pembelahan sel yang tak terkontrol. DCC merupakantumor supressor genedan kehilangan kemampuannya dalam mendegenerasi keganasan.Tumor supressor genep53 merupakan protein yang penting untuk menginisiasi apoptosis sel yang mempunyai kerusakan genetik yang tidak dapat diperbaiki. (Dagfinn Aune dkk, 2011)2.4 Gejala KlinikGejala awal dari karsinoma colorectal biasanya tidak jelas, seperti kehilangan berat badan dan kelelahan. Gejala lokal pada usus biasanya jarang, dan baru timbul ketika tumor telah tumbuh menjadi berukuran besar. Biasanya makin dekat dengan anus, maka gejala lokal pada usus semakin sering muncul. (Ivy Bazensky, 2005)Gejala klinik dibagi menjadi gejala lokal, gejala konstitusi, dan gejala metastasis3.Gejala local:Perubahan Pola BAB, dapat berupa konstipasi maupun diare.Perasaan BAB yang tidak tuntas (tenesmus) dan diameter feces mengecil sering ditemukan pada karsinoma colorectal.Feces yang bercampur darahFeces dengan mucusFeces berwarna hitam seperti tar (melena) dapat timbul, tetapi biasanya lebih berhubungan dengan kelainan pada traktus gastrointestinal bagian atas seperti kelainan pada lambung atau duodenum.Obstruksi usus menyebabkan nyeri, kembung, dan muntah yang seperti feces.Dapat teraba massa di abdomen.Gejala yang berhubungan dengan invasi karsinoma ke vesica urinaria menyebabkan hematuria atau pneumaturia, atau invasi ke vagina menyebabkan pengeluaran sekret vagina yang berbau. Ini terjadi pada stadium akhir, menunjukkan tumor yang besar. (Ivy Bazensky, 2005)Gejala konstitusi (sistemik):Kehilangan berat badan mungkin adalah gejala yang paling umum, disebabkan karena hilangnya nafsu makan.Anemia, menyebabkan pusing, mual, kelelahan, dan palpitasi. Secara klinik pasien akan terlihat pucat dan hasil tes darah menunjukkan kadar haemoglobin yang rendah. (R Labianca dkk, 2010)Gejala metastasisMetastasis pada hati menyebabkan :IkterusRasa nyeri di abdomen, lebih sering pada bagian atas dari epigastrium atau dinding kanan abdomen.Pembesaran heparBekuan darah pada arteri dan vena, sindroma paraneoplastik yang berhubungan dengan hiperkoagulabilitas dari darah.2.5Tumor ganas2.5.1Hereditary colorectal carcinomaa.Familial Adenomatous Polyposis (FAP)Merupakan polip adenoma yang berproses menuju keganasan mengikuti runtutan adenoma-carcinoma, dimana jika tidak diterapi, maka insidensi perubahan keganasan adalah 100%.b. Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynchs Syndrome)Sindroma ini dikrakteristikan oleh autosomal dominan yang diturunkan, manifestasi keganasan terjadi pada usia muda, lesi predominan pada proximal colon, dan adanya tendensi lesisynchronousdanmetachronous.Pasien sebaiknya diterapi dengan colectomy subtotal. Carcinoma berkembang dari polip adenoma melelui progresifitas adenoma-carcinoma yang tipikal.Pada varian dari sindroma ini terdapat peningkatan insidensi keganasan endometium, gaster, ovarium, dan traktus urinarius.Kriteria untuk sindroma ini adalah:Pada gambaran histopatologis, sejurang-kurangnya didapatkan asdanya 3 hubungan dengan carcinoma colorectal, 2 dari hal tersebut merupakan derajat pertama.Yang terlibat sekurang-kurangnya 2 generasiSekurang-kurangnya 1 pasien didiagnosis dibawah umur 50 tahun.(Ivy Bazensky, 2005)2.5.2 Carcinoma colorectalInsidensiCarcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidensi pria sebanding dengan wanita. Carcinoma recti lebih sering pada laki-laki, sedangkan carcinoma colon lebih sering pada wanita.Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun. (Ivy Bazensky, 2005)

PatologiSecara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal.Tipe polipoid atau vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan terutama ditemukan di caecum dan colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di colon descendens, sigmoid dan rectum.Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terdapat di rectum. Pada tahap lebih lanjut, sebagian besar carcinoma colon dapat mengalami ulserasi dan menjadi ulcus maligna.Gejala klinis (Ivy Bazensky, 2005)Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat metastasis.2.5.2.1.Carcinoma colon kananJarang terjadi stenosis dan faeces masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.Gambaran klinis tumor caecum dan colon ascendens tidah khas, gejala umumnya nerupa dyspepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan, dan anemia. Oleh karena itu pasien sering datang dalam keadaan terlambat. Nyeri pada carcinoma colon kanan bermula di epigastrium.2.5.2.2.Carcinoma colon kiri dan rectumSering bersifat skirotik sehingga banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena faeces sudah padat. Menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmus. Makin ke distal letak tumor, faeces makin menipis, atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang biasa didapat pada carcinoma rectum. Nyeri pada colon kiri bermula di bawah umbilicusPada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi abdomen, bila sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa di colon sigmoideum lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain colon. Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan.

2.6Pemeriksaan penunjang (R Labianca dkk, 2010)Terdapat beberapa pemeriksaan yang berbeda untuk tujuan ini:Pemeriksaan rectal secara digital (rectal toucher) : dokter memasukkan jarinya yang telah memakai sarung tangan dan diberi lubrikasi untuk meraba daerah yang abnormal. Tindakan ini hanya dapat mendeteksi tumor yang cukup besar pada bagian distal dari rektum, tetapi berguna sebagai pemeriksaan skrining awal.Fecal occult blood test (FOBT): pemeriksaan terhadap darah dalam feces. Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada feces yaituguaiac based(pemeriksaan kimiawi) danimmunochemical. Pemeriksaan dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien denganFOBTpositif tidak menderita karsinima colon. Sensitivitas dari pemeriksaanimmunochemicaljauh lebih baik daripada pemeriksaan secara kimiawi.Endoskopi a. RectosigmoidoskopiRectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon sigmoideum bagian distal.b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopiSigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi dan colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode yang paling akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan dapat untuk melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran untuk lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan untuk melakukan penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2 saluran yang dapat digunakan secara simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat. (R Labianca dkk, 2010)Double contrast barium enema (DCBE): pertama-tama persiapan untuk membersihkan colon dilakukan sejak semalam sebelumnya. Barium enema dimasukkan, diikuti dengan pemasukan udara untuk mengembangkan colon. Hasilnya adalah lapisan tipis dari barium akan meliputi dinding sebelah dalam dari colon yang akan terlihat pada hasil pemeriksaan sinar X. karsinoma atau polip prekarsinoma dapat dideteksi dengan cara ini. Namun teknik ini dapat gagal mendeteksi polip yang datar (jarang ditemukan) atau berukuran kurang dari 1 cm.Virtual colonoscopymenggantikan film sinar X pada pemeriksaandouble contrast barium enemadenganCT-Scan sehingga hasilnya lebih akurat.Pencitraan (R Labianca dkk, 2010)a. X-ray foto polos dan colon in loopX-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak, dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya obstruksi.Colonin loop berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.b. CT scanComputed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal, karena kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi untuk mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan kesensitivitasan maka dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras per oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini sensitif untuk melihat carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. colonoskopi tetap dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada obstruksi colon proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat faeces, penyakit divertikula, lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi adenoma yang datar.

Virtual colonoscopy carcinoma colorectald. MRIMagnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan carcinoma colorectal. Penggunaan endorectal coil akan menambah sensitivitas.e. PETPositron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan jaringan dengan kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas. PET digunakan sebagai tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging carcinoma colorectal dan dapat digunakan untuk membedakan kanker rekuren dengan fibrosis.f. Endorectal ultrasoundEndorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman invasi carcinoma recti. Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat membedakan tumor jinak dari tumor invasif berdasarkan integritas lapiasan submukosa. Ultrasound dapat membedakan tumor superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam T3-T4. Keakurasian ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural berkisar antara 81-94%. Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus limfatikus perirectal, yang menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana keakurasiannnya adalah 58 83%.Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi lokal setelah pembedahan.Laboratorium (R Labianca dkk, 2010)a. Pemeriksaan darah samar pada faecesDigunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan carcinoma colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan hasil positif. Beberapa makanan (daging, beberapa buah dan sayuran, dan viamin C) dapat memberikan false positif, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes.Tes ini dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical. Hasil positif pada tes ini sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.b. Pemeriksaan DNA fecesPemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk skrining karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma menhasilkan marker DNA yang tidak terdegradasi selama proses pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil penelitian pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 71-91%c. Tumor markerTumor marker sepertiCEA,CA19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA)yang paling umum digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain carcinoma colorectal.d.Tes serumPemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.BiopsiBiopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat pada carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%).

Histopatologi carcinoma colorectalBiopsi nodus limfatikus sentinelTeknik ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada carcinoma mammae dan melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi nodus limfatikus pertama yang sering menjadi tempat pertama metastasis. Pada colorectal carcinoma, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan hasil staging. Pemeriksaan yang intensif dengan potongan histopatologi yang multipel, imunohistokimia, danreverse transcriptase polymerase chain reaction(RT-PCR) dapat mendeteksi mikrometastasis pada pasien yang diketahui N0 pada teknik konvensional.(R Labianca dkk, 2010)2.7. KlasifikasiAmerican Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini memisahkan dan mengidentifikasiberdasarkan kedalaman dari invasi tumor (T), status nodus limfatikus regional (N) dan ada tidaknya metastase (M) (R Labianca dkk, 2010)a.Sistem TNM (R Labianca dkk, 2010)Tabel 1. Klasifikasi carcinoma colorectal berdasarkan sistem TNMStadium 0TisN0M0

StadiumIT1T2N0N0M0M0

Stadium IIT3T4N0N0M0M0

Stadium IIISemua TN1N2,N3M0M0

Stadium IVSemua TSemua NM1

Tumor PrimerTX:Tumor primer tidak bisa ditemukanT0:Tidak ada bukti tumor primerTis:Carcinoma insituT1:Tumor menginvasi submukosaT2:Tumor menginvasimuscularis propriaT3: Tumor menginvasi muscularis propria sampai subserosa atau kedalam non peritonealisasi pericolic atau perirectalT4:Tumor menyebabkan adanya perforasi ke peritoneum visceral atau invasi ke organ atau struktur lain.Nodus limfatikus regionalNX:Nodus limfatikus regional tidak ditemukanN0:Tidak ada metastase nodus limfatikus regionalN1:Metastase pada 1-3 nodus limfatikus pericolica atau perirectalN2:Metastase pada 4 atau lebih nodus limfatikus pericolica atau perirectalN3:Metastase pada semua nodus limfatikus sepanjang cabang pembuluh darahMetastase jauhMX:Adanya metastase jauh tidak dapat dinilaiM1:Tidak ada metastaseM2:MetastaseSistem TNM ini dapat dikonversikan ke sistem Duke yang lebih sederhanaStadium Idari TNM sama dengan Duke AStadium IIdari TNM sama dengan Duke BStadium III dari TNM sama dengan Duke CStadium IV dari TNM sama dengan Duke D

b.Sistem Dukes (R Labianca dkk, 2010)Tabel 2. Klasifikasi DukeDukesDalamnya infiltrasiPrognosis hidupsetelah 5 tahun

ATerbatas di dinding usus97%

BMenembus lapisan muskularis mukosa80%

CC1C2Metastasis ke kelenjar limfeBeberapa kelenjar limfe dekat tumor primerDalam kelenjar limfe jauh65%35%

DMetastasis jauh