Upload
fauzun-nia
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mineral lempung yang merupakan konstituen penting di dalam tanah berperan sebagai perangkap alami
polutan-polutan yang mengalir bersama air di permukaan atau di dalam tanah melalui peristiwa
adsorpsi atau pertukaran ion. Berdasarkan peran tersebut serta ditambah dengan kelimpahannya di
alam, maka cukup beralasan menganggap lempung alam sebagai adsorben yang murah (Bhattacharyya
and Gupta, 2008b; Eren and Afsin, 2008). Keunggulan lempung sebagai adsorben ditunjang pula oleh
sifat- sifat yang dimilikinya antara lain luas permukaan spesifik yang tinggi, stabil secara kimia dan
mekanik, struktur permukaan yang bervariasi, kapasitas pertukaran ion yang tinggi serta adanya asam-
asam Bronsted dan Lewis (Bhattacharyya and Gupta, 2006)
Lempung merupakan polimer anorganik alam berupa hidrat aluminosilikat. Secara luas lempung telah
dikenal sebagai fraksi-fraksi halus koloid (± 2 µm) dari tanah, sedimen atau batu-batuan. Apabila
lempung menyerap air, ia bersifat seperti plastik dan sebaliknya akan mengeras jika terdehidrasi.
Lempung disusun secara berlapis-lapis dengan ruangan antar lapis dan setiap lapisan dapat bersifat
netral atau bermuatan listrik. Lempung alam Cengar yang menjadi objek kajian ini tergabung di dalam
batu- batuan berwarna kuning kecoklatan yang terdapat di pinggiran anak sungai Kuantan di Desa
Cengar, Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Kenyataan yang nampak di sungai ini, air yang
mengalir melewati lempung Cengar tidak bewarna atau jernih. Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki
prospektif penggunaan lempung Cengar sebagai adsorben untuk melepaskan logam berat Co dari dalam
air dengan memfokuskan kajian pada aspek kinetika adsorpsi. Pengetahuan model kinetik suatu sistem
adsorpsi diperlukan untuk merancang suatu proses adsorpsi yang lebih ekonomis, sesuai dengan masa
tinggal reaktan dan dimensi reaktor (Ho, 2006; Gupta and Babu, 2009)
Gupta, S. and Babu, B.V., (2009), Removal of Toxic Metal Cr(VI) from Aqueous Solutions using Sawdust
as Adsorbent: Equilibrium, Kinetics and Regeneration Studies, Chemical Engineering Journal, 150, pp.
352– 365.
Gupta, S.S. and Bhattacharyya, K.G., (2005), Interaction of Metal Ions with Clays: I. A Case Study with
Pb(II), Applied Clay Science, 30, pp.199-208.
Gupta, S.S. and Bhattacharyya, K.G., (2008), Immobilization of Pb(II), Cd(II) and Ni(II) Ions on Kaolinite
and Montmorillonite Surfaces from Aqueous Medium, Journal of Environmental Management, 87, pp.
46–58.
Nama zeolit berasal dari kata “zein” yang berarti mendidih dan “lithos” yang artinya batuan, disebut
demikian karena mineral ini mempunyai sifat mendidih atau mengembang apabila dipanaskan. Hal ini
menggambarkan perilaku mineral ini yang dengan cepat melepaskan air bila dipanaskan sehingga
kelihatan seolah-olah mendidih Zeolit merupakan kristal berongga yang terbentuk oleh jaringan silika
alumina tetrahedral tiga dimensi dan mempunyai struktur yang relatif teratur dengan rongga yang di
dalamnya terisi oleh logam alkali atau alkali tanah sebagai penyeimbang muatannya. Rongga-rongga
tersebut merupakan suatu sistem saluran yang didalamnya terisi oleh molekul air (Ismaryata, 1999).
Ismaryata. 1999. The Study of Acidic Washing Temperature and Calcination Effects on Modification
Process of Natural Zeolite as an Anion Exchanger. Laporan Penelitian. Semarang: UNDIP
Zeolit alam mempunyai beberapa sifat di antaranya dehidrasi, adsorbsi, penukar ion, katalisator dan
separator (Amelia, 2003).
Arnelli, Hermawati, L., dan Ismaryata. 1999. Kegunaan Zeolit Termodifikasi Sebagai Penyerap Anion.
Laporan Penelitian. Semarang: UNDIP
Zeolit merupakan material yang memiliki banyak kegunaan. Zeolit telah banyak diaplikasikan sebagai
adsorben, penukar ion, dan sebagai katalis. Zeolit adalah mineral kristal alumina silika tetrahidrat
berpori yang mempunyai struktur kerangka tiga dimensi, terbentuk oleh tetrahedral [SiO 4]4- dan [AlO
4]5- yang saling terhubungkan oleh atom-atom oksigen sedemikian rupa, sehingga membentuk
kerangka tiga dimensi terbuka yang mengandung kanal-kanal dan rongga-rongga, yang didalamnya terisi
oleh ion-ion logam, biasanya adalah logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat
bergerak bebas (Chetam, 1992)
Cheetam, D., A., 1992, Solid State Compound , Oxford university press, 234-237
Silika gel merupakan salah satu bahan anorganik yang memiliki kelebihan sifat, yaitu memiliki kestabilan
tinggi terhadap pengaruh mekanik, temperatur, dan kondisi keasaman. Kelebihan sifat silika gel ini
menyebabkan silika gel banyak digunakan sebagai adsorben, material pendukung katalis, dan lain-lain.
Natrium silikat sebagai prekursor untuk produksi silika secara langsung kebanyakan dibuat dari
peleburan pasir kuarsa dengan natrium karbonat pada temperatur 1300oC ( Brinker dan Scherer, 1990).
Brinker, C.J., dan W.J. Scherer, 1990, Sol-Gel Science: The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing,
Academic Press, san Diego
Abu sekam padi mempunyai kandungan silika yang cukup tinggi ( lebih dari 60%) sehingga dengan
mengekstraksi kandungan silikanya dengan natrium hidroksida akan menghasilkan larutan natrium
silikat ( Kalapathy dkk., 2000).
Kalapathy, U., A. Proctor and J. Shultz, 2000, A Simple Method For Production of Pure Silica From Rice
Hull Ash, Bioresource Technology 73, 257-262
Silika gel merupakan silika amorf yang terdiri dari globula-globula SiO4 tetrahedral yang tersusun secara
tidak teratur dan beragregasi membentuk kerangka tiga dimensi yang lebih besar (sekitar 1-25μm).
Rumus kimia silika gel secara umum adalah SiO2.xH2O. Menurut Oscik (1982), struktur satuan mineral
silika pada dasarnya mengandung kation Si4+ yang terkoordinasi secara tetrahedral dengan anion O2-,
namun susunan SiO4 pada silika gel tidak beraturan (Gambar 1). Susunan ini terbentuk karena
kondensasi asam ortosilikat atau asam monosilikat (silika yang larut dan umumnya ditulis sebagai
H4SiO4, Si(OH)4, atau SiO2.(OH)2)
3. Oscik, J., 1982, Adsorption, Ellis Horwood Limited, Chichester
Silika gel komersial adalah penyerap yang bersifat mesopori, dengan pori rata- rata lebih besar dari 2
nm. Silika gel dapat dibuat dalam dua route: (1) polimerisasi asam silikat dan (2) agregasi partikel koloid
dari silika (Yang, 2003).Asam silikat, Si(OH)4 mempunyai kecenderungan yang kuat untuk
berpolimerisasi membentuk jaringan siloksan (Si-O-Si), meninggalkan sejumlah minimum gugus Si-OH
yang tidak terkondensasi.
Menurut Iller, (1979) dalam Yang (2003), harga pH sangat penting dalam proses polimerisasi. Route
kedua melibatkan koagulasi sol silika dengan ukuran yang agak seragam. Partikel-partikel
submikrometer dapat terkoagulasi oleh gaya van der Waals atau jembatan kation sebagai koagulan.
Secara komersial, silika dibuat melalui route pertama dengan mencampur larutan natrium silikat dengan
suatu asam mineral, seperti asam sulfat atau klorida. Reaksi ini menghasilkan suatu dispersi pekat yang
akhirnya memisahkan partikel dari SiO2 terhidrat, yang dikenal sebagai silika hidrosol atau asam silikat
(Yang, 2003): Na2SiO3 + 2HCl + nH2O 2NaCl + SiO2.nH2O + H2O
Yang, R.T., 2003, Adsorbents: Fundamentals And Applications, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey
Spektroskopi FTIR ( fourier transform infrared ) merupakan salah satu teknik analitik yang sangat baik
dalam proses identifikasi struktur molekul suatu senyawa. Komponen utama spektroskopi FTIR adalah
interferometer Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan (mendispersi) radiasi infra merah
menjadi komponen-komponen frekuensi. Penggunaan interferometer Michelson tersebut memberikan
keunggulan metode FTIR dibandingkan metode spektroskopi infra merah konvensional maupun metode
spektroskopi yang lain. Diantaranya adalah informasi struktur molekul dapat diperoleh secara tepat dan
akurat (memiliki resolusi yang tinggi). Keuntungan yang lain dari metode ini adalah dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase (gas, padat atau cair). Kesulitan-kesulitan yang
ditemukan dalam identifikasi dengan spektroskopi FTIR dapat ditunjang dengan data yang diperoleh
dengan menggunakan metode spektroskopi yang lain (Harmita, 2006).