1994), kata ”exercise” diartikan sebagai : 1) gerakan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408037_bab2.pdf · pembelajaran keterampilan, ... Menggunakan metode tertentu,

  • Upload
    lynhan

  • View
    227

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Latihan

    a. Pengertian Latihan

    Bompa (1999:48) mengatakan bahwa latihan merupaka aktivitas

    olahraga yang sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara

    progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi psikologis

    dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang di tentukan.

    Latihan adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan

    variabel-variabel internal dan eksternal, antara lain motivasi dan ambisi

    atlet, kuantitas dan kualitas latihan, volume dan intensitas latihan,

    pengalaman bertanding, dan lain-lan, sehingga dimaksudkan untuk proses

    yang sistematis dari berlatih, atau bekerja secara berulang-ulang, dengan

    kian hari menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya memperbaiki

    penguasan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu,

    terinci, dan rutin. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa latihan adalah

    digunakan untuk menyiapkan diri agar hasil latihan selalu positif dan

    optimal (Harsono, 1996).

    Dalam Oxforfd Dictionary of Sport Science and Medicine (Kent,

    1994), kata exercise diartikan sebagai : 1) gerakan-gerakan dan kegiatan

    fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar seperti dansa,

    kalistenik, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti jogging,

    berenang dan berlari, 2) susunan gerakan apa saja yang dirancang untuk

    melatih atau memperbaiki keterampilan, sedangkan training diartikan

    sebagai suatu program exercise yang dirancang untuk membantu

    pembelajaran keterampilan, memperbaiki kesegaran jasmani untuk

    menyiapkan atlet menghadapi kompetisi tertentu.

    Menurut Lamb yang dipaparkan oleh Suharjana (2007)

    mengindentikkan exercise dengan acute exercise, sedangkan

  • 8

    training bersesuaian dengan istilah chronic exercise. Acute exercise

    adalah latihan dengan periode pemberian beban kerja tunggal, sedangkan

    chronic exercise adalah pemberian beban kerja yang dilakukan berulang-

    ulang melebihi beberapa hari atau bulan. Dengan demikian acute exercise

    bias diartikan sebagai exercise sedangkan chronic exercise serupa dengan

    istilah training.

    Menurut Rushall dan Pyke (1990), serta Dick (1995) exercise

    merupakan unit dasar suatu sesi latihan yang disebut training unit yaitu

    pelaksanaan suatu tugas dengan tujuan yang telah ditetapkan, seperti

    berenang 20 meter, melempar cakram, dan melakukan usaha melompat

    sejauh dua meter. Exercise adalah usaha yang mengerahkan tenaga, atau

    menurut Fox (1993) yaitu aktivitas apa saja yang melibatkan

    pembangkitan tenaga melalui penggiatan otot. Sedangkan latihan

    (training) menurut (Bompa, 1994) adalah suatu program exercise untuk

    mengembangkan kinerja dan kapasitas energi atlet menghadapi kejuaraan

    tertentu.

    Menurut Sukadiyanto (2011) pengertian latihan yang berasal dari

    kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk

    meningkatkan kualitas fungsi system organ tubuh manusia, sehingga

    mempermudah olahragawan dalam peneyempurnaan gerakannya. Latihan

    exercise merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih

    untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.

    Salah satu batasan yang sederhana yang mungkin dapat diberikan

    untuk training adalah, training adalah proses yang sistematis dari berlatih

    atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian

    menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1982).

    Dari beberapa pendapat menunjukkan bahwa exercise adalah

    aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi atau satu kali tatap muka

    sedangkan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara

    berilang-ulang, teratur dan terprogram yang berlangsung dalam beberapa

    hari atau bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian latihan

  • 9

    adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan

    kesegaran seorang atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih. Hal ini

    merupakan suatu proses yang panjang dan semakin meningkat.

    b. Prinsip-Prinsip Latihan

    Ada beberapa prinsip dasar latihan yang harus dipahami dan ditaati

    serta dilaksanakan dengan baik dan benar oleh para atlet yang akan

    meningkatkan prestasinya. Prinsip latihan tersebut adalah:

    1) Prinsip beban berlebih (The overload principle)

    Untuk mendapatkan pengaruh latihan yang baik, organ tubuh

    harus mendapat beban yang melebihi beban yang biasanya diterima

    dalam aktivitas sehari-hari. Beban yang diterima bersifat individu,

    tetapi pada prinsipnya diberi beban sampai mendekati maksimal

    (Brooks, 1984). Pate (1984) mengatakan bila beban latihan tidak

    memberikan tambahan beban bagi organ tubuh maka latihan tersebut

    tidak mempunyai manfaat, sebab pengaruh latihan tidak menimbulkan

    adanya perubahan dalam tubuh. Prinsip ini sangat berkaitan dengan

    intensitas, frekuensi dan durasi latihan.

    2) Prinsip beban bertambah (The principle of Progresif resistance)

    Prinsip latihan ini adalah beban ditingkatkan secara bertahap dan

    disesuaikan dengan kemampuan fisiolgis dan setiap individu atlet.

    Bahwa hasil guna latihan secara fungsional akan positif bila kapasitas

    kerja ditingkatkan secara bertahap dalam waktu yang cukup lama.

    Astrand (1986) mengatakan bahwa peningkatan prestasi seseorang

    memerlukan periode waktu latihan yang lama. Kurangnya

    perangsangan latihan (beban kerja) akan menghilangkan pengaruh

    latihan dan akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang yaitu

    kemerosotan fisik dan psikologis serta menurunnya prestasi.

    3) Prinsip latihan beraturan (The Principle of arrangement of exercise)

    Dalam setiap melaksanakan latihan, ada tiga tahap inti yang

    harus dikerjakan yakni pemanasan, latihan inti serta pendinginan

    (Ryan, 1974). Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot besar

  • 10

    baru kemudian otot kecil (Mathews, 1979). Alasannya bahwa otot

    kecil cenderung lebih dahulu lelah, sedangkan otot besar lebih mudah

    pelaksanaannya.

    4) Prinsip kekhususan (The principle of specificity)

    Kekhususan adalah latihan untuk satu cabang olahaga mengarah

    pada perubahan morpologis dan fungsional yang berkaitan dengan

    kekhususan cabang olahraga tersebut (Bompa, 1990). Kekhususan

    tersebut meliputi: kelompok otot yang dilatih dan terhadap pola gerak

    yang diharapkan. Latihan yang diberikan harus ada kaitannya dengan

    keterampilan khusus, misalnya pemain sepak bola berbeda dengan

    pemain lempar lembing.

    5) Prinsip individualism (The principle of Individuality)

    Faktor individu harus diperhatikan, karena pada dasarnya setiap

    individu mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik

    maupun secara psikologis (Bompa, 1990). Dalam memberikan latihan

    olahraga harus betul-betul memperhatikan faktor individu, karena

    setiap individu mempunyai perbedaan. Karakteristik satu sama lain

    tidak sama, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Bompa

    (1994) setiap kemampuan dan usaha yang dilakukan setiap individu

    tergantung pada faktor-faktor antara lain biologis, kronologis umum,

    pengalaman, kapasitas individu, status kesehatan, latihan, beban

    latihan, kecepatan atlet untuk pemulihan, bentuk badan atlet, tipe

    sistem saraf dan jenis kelamin.

    6) Prinsip pulih asal (Recovery Principle)

    Pemulihan bertujuan untuk pengisian kembali sumber energi otot

    dan mengistirahatkan tubuh untuk kembali pada kondisi sebelum

    berlatih, agar dapat menerima pembebanan yang lebih berat pada

    program latihan selanjutnya (Fox, 1993).

    7) Prinsip kembali asal (Reversible Principle)

    Kualitas yang diperoleh dari latihan akan dapat menurun kembali

    apabila tidak melakukan latihan dalam waktu tertentu. Demikian

  • 11

    latihan harus berkesinambungan. Menurut (Pyke, 1981) program

    latihan yang dihentikan dalam batas waktu tertentu, tubuh akan

    kembali ke tingkat kesegaran jasmani atau kondisi semula seperti

    sebelum dilatih. Latihan yang telah dicapai akan berangsur-angsur

    menurun bahkan bisa hilang sama sekali jika latihan tidak dikerjakan

    secara teratur dengan takaran yang tepat. Latihan akan menurun 50%

    setelah berhenti latihan 4-12 minggu dan akan terus berkurang hingga

    100% setelah berhenti latihan 10-30 minggu (Djoko, 2004). Oleh

    karena itu setiap atlet harus terus berlatih untuk memelihara kondisinya

    (Soekarman, 1989).

    8) Prinsip beragam (Variety Principle)

    Latihan memerlukan proses panjang yang dilakukan berulang-

    ulang, hal ini sering menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasinya

    pelatih harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan serta

    membuat aneka macam bentuk latihan (Bompa, 1990).

    c. Ciri Ciri Latihan

    Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan

    mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara

    pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih

    melatih dapat berlangsing tepat, cepat, efektif, dan efisien. Menurut

    Sukadiyanto (2011) proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:

    1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik

    dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),

    serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.

    2) Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya

    latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan

    (kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya materi latihan

    diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang

    lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih berat.

    3) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki

    tujuan dan sasaran.

  • 12

    4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar

    pemahaman dan penguasaan keerampilan menjadi relaif permanen.

    5) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang

    direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor

    kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.

    d. Latihan Fisik

    Latihan fisik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan fisik menurut

    cara dan aturan tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi

    faal tubuh dan sebagai hasil akhir adalah peningkatan kesegaran jasmani

    (Soekarman, 1989). Latihan fisik yaitu faktor yang amat penting bagi

    setiap atlet. Tanpa kondisi fisik yang baik tidak akan dapat mengikuti

    latihan, apalagi pertandingan dengan sempurna (Soeharno, 1993).

    Latihan fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh

    dalam menanggapi stres yang diberikan, bila tubuh diberi beban latihan

    yang terlalu ringan, maka tidak akan terjadi proses adaptasi (Sugiharto,

    2003). Demikian juga jika diberikan beban latihan yang terlalu berat dan

    tubuh tidak mampu mentolelir akan menyebabkan terganggunya proses

    homeostasis pada sistem tubuh dan dapat mengakibatkan kerusakan pada

    jaringan.

    1) Dosis latihan

    Dosis latihan merupakan takaran dari pemberian beban latihan

    terhadap tubuh. Fakor yang mempengaruhi latihan antara lain: a)

    Intensitas, b) Frekuensi, dan c) Durasi latihan (Fox, 1993) :

    2) Intensitas Latihan Fisik

    Intensitas adalah tinggi rendahnya beban (ambang rangsang) yang

    akan digunakan untuk latihan. Untuk menentukan besarnya ukuran

    intensitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai

    berikut:

    a) 1 RM (One Repetition Maximum)

    Cara mencari beban latihan dengan metode trial and error,

    mencoba mengangkat beban hingga tidak mampu mengangkat lagi

  • 13

    (satu kali angkatan kuat kemudian yang kedua tidak kuat inilah

    yang dikatakan 1 RM). Metode ini tidak dianjurkan bagi mereka

    yang belum terlatih, hal ini disebabkan karena otot-otot mereka

    belum kuat/ belum biasa menerima beban berat sehingga

    dikhawatirkan dapat mengalami cedera. Untuk menghitung 1 RM

    dengan menggunakan diagram holten.

    Gambar 2.1 Diagram Holten (Anonim,2008)

    b) Repetisi maksimun (repetition maximum)

    Cara menentukan beban yang dilakukan dengan mengetahui

    kemampuan otot untuk melakukan pengulangan (repetisi)

    maksimum dalam mengangkat beban yang akan digunakan untuk

    latihan. Contoh seorang atlet yang ingin mengembangkan daya

    tahan otot, atlet tersebut harus mengangkat dumbel (alat yang

    digunakan) sebanyak 12-20 kali. Hal ini dapat dilakukan dengan

    percobaan misalnya dengan dumbel 5 kg dapat diangkat sebanyak

    16 kali, maka beban tersebut dapat digunakan sebagai beban

    latihan (Suharjana, 2007).

    c) Denyut Jantung Per menit

    Denyut jatung berasal dari kontraksi otot jantung dimulai

    oleh peristiwa listrik (action potensial) ke peristiwa mekanik, yang

    berasal dari jaringan khusus Sino Atrial Node dan menjalar

  • 14

    melaluicardiac conduction sistem keseluruh bagian myocardium.

    Struktur system tersebut adalah Sino Atrial Node yang disebut juga

    dengan pace marker, atrioventricular node (A V Node), (Guyton,

    1996).

    Intensitas latihan adalah beban kerja latihan total (Kent, 1994).

    Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan intensitas latihan

    adalah perpaduan antara denyut nadi dan konsentrasi asam laktat

    dalam darah (Jenssen, 1993). Dalam menentukan intensitas latihan ada

    tiga patokan yang dapat dipakai yaitu berdasarkan denyut jantung,

    kadar laktat darah, dan ambang anaerobik.

    Berbagai bentuk latihan berdasarkan kadar laktat darah antara lain:

    a) Latihan Pemulihan. Intensitas latihan ini jauh di bawah kadar laktat

    2 mmol/l. Pada contoh di atas denyut nadi berkisar antara 110-140

    detak/menit.

    b) Latihan Ketahanan Ekstensif. Intensitas latihan pada kadar laktat 2

    mmol/l. Pada contoh di atas denyut nadi berkisar antara 140-160

    detak/menit.

    c) Latihan Ketahanan Intensif, yaitu latihan dengan intensitas pada

    kadar laktat 3 mmol/l. Pada contoh di atas denyut nadi berkisar

    antara 160-180 detak/menit.

    d) Pengulangan Ektensif. Intensitas latihan pada kadar laktat 4-6

    mmol/l. Pada contoh di atas denyut nadi berkisar antara 180

    detak/menit.

    e) Pengulangan Intensif. Intensitas latihan pada kadar laktat 6 dan 12

    mmol/l. Pada contoh di atas denyut nadi di atas 180 detak/menit

    (Jenssen, 1993).

    3) Frekuensi latihan

    Frekuensi latihan dapat dilakukan 1 kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali

    perminggu tergantung tujuan yang ingin dicapai (Fox, 1994).

    Penentuan frekuensi latihan tergantung dari status kesehatan dan

    kesegaran jasmani atlet yang akan dilatih. Agar diperoleh peningkatan

  • 15

    kualitas komponen kondisi fisik, maka frekuensi latihan sebaiknya

    dilakukan 3-5 kali perminggu (Bompa, 1994 ; Fox, 1993).

    4) Durasi latihan

    Lama latihan dapat diartikan sebagai rentang waktu yang dapat berupa

    berapa menit atau berapa jam latihan dilakukan dalam setiap kali

    seminggu atau berapa bulan suatu program latihan berlangsung

    (Bompa, 1994).

    e. Latihan Beban (Weight Training)

    Menurut Suharjana (2007: 87) latihan beban (weight training) adalah

    latihan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan beban

    sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna memperbaiki kondisi

    fisik atlet, mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan kesehatan.

    Latihan beban dapat dilakukan dengan menggunakan beban dari berat

    badan sendiri (beban dalam) atau menggunakan beban luar yaitu beban

    bebas (free weight) seperti dumbell, barbell, atau mesin beban (gym

    machine). Bentuk latihan yang menggunakan beban dalam yang paling

    banyak digunakan seperti chin-up, push-up, sit-up, ataupun back-up,

    sedangkan menggunakan beban luar sangatlah banyak dan bervariasi

    sesuai dengan tujuan latihan serta perkenaan ototnya.

    Latihan beban merupakan aktivitas olahraga menggunakan barbell,

    dumbell, peralatan mekanis, dan lain sebagainya dengan tujuan untuk

    meningkatkan kesehatan dan memperbaiki penampilan fisik. Latihan

    beban merupakan suatu bentuk latihan yang menggunakan media alat

    beban untuk menunjang proses latihan dengan tujuan untuk meningkatkan

    kebugaran, kekuatan otot, kecepatan, pengencangan otot, hypertrophy otot,

    rehabilitasi, maupun penambahan dan pengurangan berat badan (Djoko

    Pekik, 2002).

    1) Manfaat Weight Training

    Latihan beban adalah satu-satunya aktivitas olahraga yang fokus

    utamanya terlatak pada peningkatan masa dan kekuatan otot. Latihan

    beban adalah jenis olahraga yang bisa dilakukan pria maupun wanita.

  • 16

    Wanita tidak perlu takut menjadi besar seperti pria, karena latihan

    beban. Latihan beban akan membuat otot wanita lebih kencang dan

    lekuk tubuh yang lebih baik, sambil tetap mendapatkan manfaat

    peningkatan metabolisme. Begitu pula dengan pria yang tidak perlu

    takut menjadi feminim seperti wanita, karena memanjangkan rambut.

    Riset ilmiah membuktikan latihan beban meningkatkan metabolisme

    basal (pembakaran kalori saat beristirahat) hingga 20% selama 24 jam

    kedepan. Hal ini menimbulkan keuntungan metabolik yang tidak

    didapatkan dari melakukan aktifitas olahraga lainnya. Menurut

    beberapa penelitian, tubuh masih membakar energi lebih tinggi hingga

    36 jam sesudah latihan beban. Sementara itu, pembakaran energi

    sesudah latihan aerobik bertahan sampai 3-6 jam sesudah latihan.

    Itulah sebebnya orang yang melakukan latihan beban lebih mudah

    menurunkan atau mencegah penumpukan kadar lemak dari pada orang

    yang melakukan aerobik. Dalam studi jangka panjang, orang yang

    melakukan latihan beban memiliki tingkat sensivitas insulin yang lebih

    baik dari pada meraka yang tidak melakukan latihan beban. Selain itu,

    latihan beban dianggap cara paling efektif untuk melatih kekuatan dan

    fungsi gerak otot, meningkatkan masaa dan metabolisme otot, serta

    mendukung terjaganya kepadatan tulang. Ini berbeda dengan latihan

    aerobik yang bermamfaat untuk meningkatkan pelepasan dan

    pembakaran lemak oleh tubuh, meningkatkan kemampuan paru-paru

    menghirup oksigen, dan memperkuat organ jantung. Mengingat latihan

    beban dan aerobik memiliki fungsi maasing-masing yang tidak

    tergantikan satu sama lain, maka gabungan dari keduanya adalah

    strategi olahraga terbaik

    2) Teknik Dasar Weight Training

    Secara umum yang harus diperhatikan dalam teknik dasar weight

    training ini adalah:

  • 17

    a) Peregangan

    Dasar keseluruhan peregangan harus mendahului mengangkat

    apapun, dengan perhatian khusus kelompok otot yang akan dilatih.

    Misalnya, sebelum bench press Anda harus berkonsentrasi pada

    peregangan dada, bahu, dan trisep. Banyak ahli menyarankan

    bahwa kegiatan peregangan harus digunakan pada akhir latihan

    juga.

    b) Pemanasan

    Kegiatan Pemanasan harus spesifik untuk latihan, misalnya, bench

    press harus sudah dalam persiapan untuk latihan bench press.

    Biasanya pemanasan terdiri dari 10 repetisi, berat nyaman.

    c) Pernafasan

    Satu nafas harus menghirup selama fase negatif, atau penurunan,

    semua lift dan menghembuskan napas selama bekerja, atau positif,

    fase. Satu nafas tidak harus tahan nafas selama setiap bagian dari

    lift.

    d) Full range

    Salah satu harus selalu menyelesaikan berbagai gerak selama

    mengangkat apapun, dan tidak pernah melakukan gerakan parsial

    atau setengah sambil belajar latihan dasar.

    e) Penetapan tempat

    Untuk berbagai latihan berpuncak dengan pengangkat dalam

    keadaan lelah dan masih mendukung bobot, spotter harus

    digunakan. Spotter harus tinggal dalam komunikasi selama set

    latihan sehingga bantuan yang disediakan bila diperlukan untuk

    mencegah kecelakaan pelatihan dan selanjutnya dijuri.

    3) Keterampilan Dasar Dan Teknik

    a) Latihan untuk tubuh bagian atas:

    (1) Free weight bench press (untuk dada, bahu, dan lengan atas)

    (a) Posisi awal. Berbaringlah di bangku dengan kaki rata di

    lantai dan melengkungkan punggung sedikit. Spotter lilts

  • 18

    berat dari rak dan memberikannya kepada berat

    pengangkat, siapa yang harus mengambil berat dengan

    lengan diperpanjang dan tangan sedikit lebih lebar terpisah

    dari bahu.

    (b) Gerakan lower bar berada dibawah ke tengah dada.

    Kemudian kembali ke posisi awal lurus lengan.

    (c) Teknik dan tip keselamatan. Setelah bar ditekan sampai ke

    atas kira 12 sampai 14 inci (30 sampai 35 cm) dari dada,

    berusaha untuk memiringkan bar sedikit kembali ke arah

    kepala dan bahu. Ini menempatkan bar pada sudut

    menguntungkan untuk bahu dan trisep untuk menyelesaikan

    lift. Selalu memiliki spotter belakang kepala untuk

    membantu mengembalikan bar untuk rak.

    (2) Rack mount lat tarik (untuk punggung atas, biceph, dan otot

    postur)

    (a) Posisi awal. Pegang bar dengan pegangan overhand lebar.

    Duduk di kursi dengan kaki pada nyaman terhadap paha.

    Jaga kepala dan punggung lurus.

    (b) Gerakan Tarik bar di depan kepala sampai bar mencapai

    dasar leher. Kembali bar ke posisi awal.

    (c) Teknik dan tip keselamatan. Kembali bar perlahan untuk

    menghindari hilangnya kontrol atau stabilisasi. Tidak ada

    spotter diperlukan.

    (3) Free weight bent rowing (untuk otot postur, biceph, dan

    punggung atas)

    (a) Posisi awal. Berdiri dengan kaki selebar bahu dan jari-jari

    kaki menunjuk keluar sedikit. Membungkuk sampai batang

    tubuh hampir sejajar dengan lantai, dan tekuk lutut sedikit-

    Pegang barbel dengan pegangan overhand, dengan tangan

    di sekitar lebar bahu.

  • 19

    (b) Gerakan. Tarik barbell sampai mencapai tulang rusuk yang

    lebih rendah. Kemudian kembali ke posisi awal.

    (c) Teknik dan tipkeselamatan. Berkonsentrasi pada

    peningkatan el-busur setinggi mungkin. Tidak ada spotter

    diperlukan. Selalu menjaga lutut ditekuk dan menggunakan

    bobot yang relatif ringan untuk menghindari cedera

    punggung bawah.

    (4) Free weight overhead press (untuk bahu dan lengan atas)

    (a) Posisi awal. Berdiri dengan kaki selebar bahu dan jari-jari

    kaki menunjuk keluar sedikit. Menjaga kepala tegak,

    jongkok dan pegang barbell dengan overhand pegangan,

    dengan tangan juga selebar bahu. Kembali ke posisi berdiri

    dan mengangkat barbel bahu tinggi.

    (b) Gerakan Dorong barbell lurus ke atas sampai lengan

    sepenuhnya diperpanjang (Kembali ke posisi setinggi bahu.

    (c) Teknik dan tip keselamatan. Jangan membungkuk atau

    melengkungkan punggung tersebut. Tetap melihat lurus ke

    depan atau ke bawah selama angkat untuk mencegah lower

    kembali melengkung. Spotter A harus digunakan (seperti

    yang ditunjukkan) untuk mencegah pengangkat dari

    kehilangan kendali ketika bar pada ketinggian puncaknya.

    (5) Free weight arm curl (untuk biceph)

    (a) Awal Berdiri dengan kaki selebar bahu dan jari-jari kaki

    menunjuk keluar sedikit. Menekuk di lutut, pegang bar

    dengan curang pegangan, kemudian kembali ke posisi

    berdiri

    (b) Gerakan Dengan siku terselip erat terhadap tulang rusuk,

    melenturkan lengan di siku dan tarik bar ke dada, dan

    kembali ke posisi awal.

    (c) Teknik dan tip keselamatan. Untuk menghindari

    melengkungkan punggung, menjaga kepala ke bawah dan

  • 20

    mata di bar, atau berdiri dengan kembali ke dinding dengan

    kaki sedikit keluar dari keseimbangan lor dinding. Latihan

    ini juga dapat dicapai dengan menggunakan dumbel.

    b) Latihan untuk tubuh bagian bawah:

    Berikut ini beberapa latihan singkat yang baik untuk melatih tubuh

    bagian bawah Anda.

    (1) Assisted Squat

    Berdiri di depan pegangan tangga atau pintu dan pasang sebuah

    resistance band di pintu atau ikatkan di sekitar pegangan.

    Lilitkan handuk ke gagang pintu. Pertahankan tegangan pada

    resistance band. Kemudian, tekuk lutut dan turunkan perlahan

    sampai posisi jongkok dengan posisi paha lurus sejajar dengan

    lantai. Tekan ke atas dan ulangi sebanyak 16 repetisi.

    (2) Pulsing Squat

    Berdiri dengan kaki terbuka selebar pinggul dan tahan beban di

    atas bahu atau di sisi tubuh Anda. Pastikan bagian abs terlibat,

    tekuk lutut dan turunkan perlahan sampai posisi jongkok.

    Perlahan-lahan tekan hingga setengah jalan kemudan naik dan

    turunkan tubuh Anda. Ulangi sebanyak 3 kali tekanan setengah

    jalan sebelum menekan secara menyeluruh. Ulangi selama 10

    repetisi.

    (3) Deadlift

    Berdiri dengan kaki terbuka selebar pinggul, lutut sedikit

    ditekuk dan tahan beban di depan paha. Posisi bahu belakang

    datar, bahu ke belakang dan abs menjorok ke dalam. Turunkan

    ujung pinggul dan beban sejauh kemampuan fleksibilitas tubuh

    Anda. Bangkit dan kontraksikan glutes, kemudian ulangi

    sebanyak 12 repetisi.

    (4) One Legged Deadlift

    Posisikan satu kaki sedikit di belakang tubuh Anda.

    Bertumpulah pada kaki dan tahan beban dengan kedua tangan.

  • 21

    Mulai dari ujung pinggul, pastikan punggung Anda rata ketika

    menurunkan berat dan angkat kaki belakang sampai

    membentuk garis lurus dari lantai ke kepala. Turunkan dan

    ulangi untuk 12 repetisi sebelum berganti kaki.

    (5) Front & Reverse Lunge

    Gunakan beban dengan berat sedang, langkahkan kaki kiri ke

    posisi lunge. Tekan kembali untuk memulai, angkat lutut kiri

    hingga setinggi pinggul. Tempatkan kaki kiri kembali ke posisi

    reserve lunge dan dorong jari kaki untuk memulai kembali.

    Ulangi untuk 10 repetisi dan lakukan pada kaki yang satu lagi.

    (6) Ball Butt Lift

    Baringkan leher di bola latihan, leher dan bahu menopang

    tubuh. Lutut ditekuk dan tubuh membentuk posisi rata seperti

    meja. Turunkan pinggul ke arah lantai, pastikan bola tidak

    bergerak. Berikan tekanan pada glutes untuk mengangkat

    pinggul sampai tubuh bedara dalam posisi garis lurus seperti

    jembatan. Pegang beban di pinggul untuk menambahkan

    intensitas latihan dan pastikan Anda menekan kaki dengan

    tumit dan bukan jari kaki.

    (7) Cross Over Step Up

    Berdiri dengan sisi kanan yang siap melangkah, siapkan

    bangku atau platform dan tahan beban Anda. Angkat kaki kiri

    dan silangkan di atas kaki kanan, kemudian tempatkan sejajar

    kiri dan kanan. Jaga lingkar pinggul agar menghadap ke depan

    ruangan saat Anda menekan dengan kaki kiri, sehingga kaki

    kanan muncul di samping kiri. Kemudian, melangkah turun

    dengan kaki kanan dan ulangi untuk 12 repetisi lakukan pada

    bagian kaki lainnya.

    f. Fisiologi Otot

    Otot pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu otot polos,

    otot jantung dan otot rangka. Massa otot manusia kira-kira 40-50% massa

  • 22

    tubuh, yang terdiri dari 40% otot rangka dan 10% terdiri dari otot polos

    dan otot jantung (Guyton & Hall, 2006). Dari ketiga macam otot itu otot

    skelet memegang peranan yang paling penting utama dalam gerakan

    manusia dari yang kompleks sampai pada gerakan halus. Sehubungan

    dengan penelitian ini, otot yang akan diuraikan hanya otot rangka.

    Otot rangka (otot skelet) terdiri dari serabut-serabut otot dengan

    diameter 50-100 mikrometer, dengan panjang bisa lebih (Astrand,1986).

    Fungsi otot rangka adalah untuk melakukan kontraksi yang menjadi dasar

    terjadinya gerakan tubuh di koordinasikan oleh susunan saraf sehingga

    membentuk gerakan yang harmonis dari posisi tubuh yang tepat.

    Gambar 2.2 Struktur otot rangka (Fox, 1993)

    Setiap serabut otot dibungkus oleh sarkolema yang merupakan

    membran sel serabut otot. Pada ujung serabut, sarkolema akan bersatu

    dengan serabut tendo yang akan membentuk tendo otot yang melekat pada

    tulang. Setiap serabut otot terdiri dari beberapa myofibril, didalam

    myofibril terdiri dari filamen myosin, filamen actin. Mekanisme kontraksi

    otot rangka tergantung dari interaksi kedua protein tersebut. Myofibril

    terdiri dari unit kontraksi terkecil yang disebut sarkomer. Filamen myosin

    dengan berat molekul 480.000 dan filamen actin dengan berat molekul

    70.000 bila dilihat dengan mikroskop electron masing-masing terlihat

    sebagai filamen tebal dan filamen tipis. Posisi filamen myosin dan aktin

    berselang-seling satu sama lainnya sehingga memberi gambaran pita

  • 23

    terang dan gelap bila dilihat dibawa mikroskop. Pita terang hanya terdapat

    filamen actin dan disebut I band (pita I), oleh karena memberi gambaran

    isotropik pada pemberian cahaya. Pada bagian tengah I band terdapat garis

    Z (Z line) terletak diantara dua diskus Z . Bila serabut otot berada dalam

    keadaan istirahat, panjang sarkomer keadaan relaksasi kira-kira 2,0

    mikrometer. Pada keadaan ini, ujung filamen actin berada dalam keadaan

    tidak overlap dengan filament myosin terhadap satu sama lain, (Guyton,

    2006).

    Dibagian tengah pita A terdapat pita H (H band) yang merupakan

    daerah dimana dalam keadaan relaksasi actin tidak overlap dengan myosin.

    Apabila terjadi kontraksi, pada pita H tidak nampak.

    Gambar 2.3 Myofibril Kontraktill Otot Rangka (Fox, 1993)

    Myofibril berada di dalam sarkoplasma yang komposisinya sama

    dengan komposisi cairan intrasel. Sarkoplasma banyak mengandung

    kalium, magnesium fosfat dan enzim protein dalam jumlah besar. Juga

    terdapat mitokondria yang terletak diantara dan sejajar dengan myofibril.

    Pada mitokondria inilah di bentuk ATP sebagai sumber energi untuk

    kontraksi otot. Di antara myofibril terdapat sarkoplasmic reticulum (SR),

    yang merupakan struktur yang memegang peranan penting dalam proses

    kontraksi. Fungsi sarkoplasmic reticulum (SR) adalah untuk melepaskan

  • 24

    ion Ca selama proses kontraksi dan pengambilan serta penyimpanan

    kembali ion Ca selama proses relaksasi (Guyton, 2006).

    Filamen actin terdiri dari tiga unsur protein yaitu : actin,

    tropomiosin, troponin. Troponin merupakan suatu rangkaian / ikatan dari

    tiga macam protein sub unit, inhibitory troponin (TNI), calcium binding

    troponin (TNC) dan troponin-tropomiosin kompleks (TNT). TNT

    mempunyai afinitas yang tinggi terhadap tropomiosin, TNC afinitas yang

    tinggi terhadap ion Ca, dan TNI dengan molekul aktin. Pada saat

    kontraksi, hanya molekul actin dan myosin yang secara langsung terlibat

    pada proses kontraksi, sedangkan troponin dan tropomiosin hanya

    mengatur interaksi, sehingga disebut regulatory protein (Guyton, 2006).

    Gambar 2.4 Filamen Actin (E.Ellen and Ivan M.Lytle,1980)

    Filamen myosin terdiri dari lebih 200 molekul myosin dengan berat

    molekul 480.000, molekul myosin terdiri dari 6 rantai polipeptida yang

    terdiri dari 2 rantai berat (heavy chains) dan 4 rantai ringan (light chains).

    Rantai berat ini akan membentuk kepala myosin (myosin head) yang akan

    berinteraksi dengan actin, serta melakukan hidrolisis ATP. Rantai ringan

    yang juga ikut membentuk kepala myosin membantu mengatur kontraksi

    (Guyton, 2006).

    Gambar 2.5 Filamen Myosin (Tortora,J, Gerand,1980)

  • 25

    1) Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot rangka

    Terjadinya kontraksi di awali dengan datangnya rangsangan dari

    sistem saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum tulang

    belakang melalui sinap-sinap yang selanjutnya sampai ke

    neuromuscular junction (hubungan saraf dengan otot).

    Kontraksi otot rangka oleh karena terjadinya interaksi antara

    filamen actin dan myosin (sliding filamen actin dan myosin). Agar

    terjadi kontraksi diperlukan ion Ca2+, oleh karena ion Ca2+ didalam

    sitosol sangat rendah maka diperlukan ion Ca2+ yang berasal dari

    sarkoplasmic reticulum (SR). Depo ion Ca2+ pada proses kontraksi

    otot rangka terdapat didalam cysterna SR, oleh karena kadar didalam

    cisternae jauh lebih tinggi dibanding didalam sarkoplasma (sitosol).

    Ion Ca2+ ekstraselluler, didalam lumen mitokondria dan sarkoplasmik

    retikulum (SR) jauh lebih tinggi ( [Ca2+]o : 10-3 M ) dibanding sitosol

    ([Ca2+]i : 10-7 M), padahal ion Ca2 sangat diperlukan untuk proses

    kontraksi myofibril yang ada didalam otot. Agar myofibril mulai dapat

    kontraksi diperlukan [Ca2]i paling sedikit 10-6 M. Agar ion Ca2 dapat

    keluar dari cysterna maka diperlukan adanya potensial aksi yang

    mencapai triad.

    Potensial aksi/implus yang dihantarkan sepanjang sarkolemma,

    juga diantarkan sepanjang membran T tubulus, akibatnya DHP

    (Dihydropyridine) reseptor yang terdapat di membran T tubulus akan

    membuka. Dengan terbukanya reseptor DHP maka merangsang

    terbukanya RyR (Ryanodine reseptor) di membran Cisternae SR. Ion

    Ca2 yang masuk kedalam sitosol sangat banyak yang selanjutnya

    merangsang terjadinya kontraksi / sliding antara actin dan myosin

    (Choesnan Effendi & Kuncoro P.S.,2006: 69-70). Apabila konsentarsi

    ion kalsium dalam cairan sarkoplasma sangat rendah, maka tidak dapat

    untuk menyebabkan terjadinya kontraksi. Keadaan ini dinyatakan

    sebagai relaksasi. Tahapan relaksasi yaitu Ca2+ dipompakan kembali

  • 26

    kedalam sarcoplasmic reticulum, pelepasan Ca2+ dari troponin C,

    penghentian interaksi antara actin dan myosin (Ganong,1998).

    Gambar 2.6 Kontraksi dan relaksasi antara actin dan myosin(Ganong 1998).

    2) Jenis serabut otot

    Dalam tubuh manusia otot skelet terdiri dari dua jenis serabut

    otot yaitu : serabut otot merah (slow twitch fiber: ST) dan serabut otot

    putih (fast twitch fiber : FT). Serabut otot merah atau serabut otot

    lambat bekerja secara aerobik, sedangkan serabut otot putih atau

    serabut otot cepat bekerja secara anaerobik.

    Armstrong (1994),menyatakan bahwa serabut otot berdasarkan

    jenis serabut otot, otot dapat diklasifikasikan sebagai berikut : fast

    twitch oxidative glycolytic (FOG), fast twitch glycolytic (FG), dan slow

    twitch oxidative (SO).

    Serabut otot cepat mempunyai kemampuan untuk mensintesa

    ATP secara anaerobik yang tinggi dan kemampuan aerobiknya rendah

    sebaliknya serabut otot lambat mempunyai kemampuan aerobik yang

    tinggi dan kemampuan anaerobiknya rendah (Bowers,1992).

    Persentase serabut otot cepat (fast twitch fiber) akan meningkat

    dengan melakukan latihan anaerobik, pada latihan aerobik serabut otot

    lambat (slow twitch fiber) akan meningkat. Sebaliknya jika latihan

    diberikan pada serabut otot putih maka serabut otot merah juga ikut

    terlatih. Distribusi serabut otot lambat dan otot cepat ditentukan secara

    genetik, bukan dipengaruhi oleh lingkungan dan latihan fisik (Astrand,

    1986).

  • 27

    3) Macam kontraksi otot

    Telah diketahui bahwa otot akan mengalami pembesaran dalam

    ukurannya jika otot tersebut dilatih dengan latihan berbeban,

    pembesaran otot terjadi akibat dari pembesaran setiap serabut otot

    (hyperthropy) (Fox, 1993). Kontraksi dapat terjadi setelah otot

    menerima pesan dari susunan saraf yaitu otak (brain) dan sumsum

    tulang belakang (spinal cord) melalui saraf efferent. Tiga macam

    kontraksi otot berdasarkan tipe kontraksinya yaitu kontraksi isotonik,

    isometrik dan kontraksi isokinetic.

    a) Kontraksi isotonik disebut juga kontraksi konsentrik, dan termasuk

    kontraksi dinamik. Kontraksi isotonik adalah suatu kontraksi otot,

    dimana serabut otot memendek. Contoh mengangkat suatu beban.

    b) Kontraksi isometrik disebut juga sebagai kontraksi statik. Pada

    kontraksi ini otot meregang tetapi tidak ada perubahan panjang

    pada serabut otot, contoh mendorong beban tidak bergerak.

    c) Kontraksi isokinetik adalah kontraksi otot dengan kecepatan

    kontraksi konstan. Contoh kontraksi lengan pada saat smash bola

    dalam permainan bola volli.

    Gamabar 2.7 Macam-macam kontraksi otot rangka (Costill,dkk 1988)

  • 28

    2. Sumber Energi dan Penyediaan Energi

    a. Sumber Energi

    Energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan

    kinerja/aktivitas (Brooks, 1984; Fox, 1993). Semakin tinggi nilai aktivitas

    maka transfer energi juga akan meningkat. Namun semua energi yang

    digunakan dalam proses biologis, sebenarnya berasal dari matahari, yang

    oleh tumbuhan hijau diubah menjadi energi kimia dalam bentuk

    karbohidrat, selulosa, lemak, dan protein (Fox, 1993).

    Bahan-bahan makanan yang kita makan dalam tubuh diubah menjadi

    ikatan energi tinggi yang disebut ATP (adenosine triphosphate) dan

    disimpan di dalam otot (Guyton, 2006). ATP sendiri di bentuk oleh satu

    molekul adenosin dan 3 molekul. Untuk dapat membuat otot berelaksasi

    dan kontraksi dibutuhkan ATP, zat ini merupakan suatu senyawa yang

    selama aktivitas otot diubah menjadi ADP (adenosine diphosphate) sambil

    menghasilkan energi siap pakai untuk otot tersebut. Namun jumlah ATP

    dalam otot-otot terbatas, (Jansen, 1987), akan tetapi suplai ATP harus

    berlangsung terus-menerus agar tubuh dapat melakukan aktivitas fisik

    dalam waktu yang lama.

    b. Sistem Energi Otot

    Proses pembentukan kembali ATP dalam otot dapat diperoleh

    melalui 3 cara sebagai berikut : (1) sistem ATP-PC (phosphagen system);

    (2) sistem glikolisis anaerobik (lactic acid system) dan (3) sistem aerobik

    (aerobic system)

    Gambar 2.8 : Sumber ATP (Dewitt, 2005)

  • 29

    1) Sistem ATP-PC (Phosphagen System)

    Bila otot berkontraksi atau berelaksasi secara berulang-ulang,

    maka ATP harus terus dibentuk kembali. Sumber energi pertama yang

    digunakan untuk menyususn kembali ATP adalah subtansi kreatin

    fosfat yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa

    dengan ATP. Ikatan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat memiliki

    jumlah energi bebas yang sedikit lebih tinggi daripada yang dimiliki

    oleh ikatan ATP. Karena itu ikatan kreatin fosfat segera dipecahkan

    dan pelepasan energi menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru

    pada ADP untuk menyusun kembali ATP. Namun jumlah total kreatin

    fosfat juga sangat kecil, hanya sekitar lima kali lebih besar daripada

    ATP. Karena itu kombinasi energi dari ATP cadangan dan kreatin

    fosfat di dalam otot masih dapat menimbulkan kontraksi otot maksimal

    hanya untuk 5 sampai 8 detik (Guyton, 2006).

    Dalam sistem energi untuk resintesis ATP berasal dari hanya

    satu persenyawaan phosphocreatin (PC). Phosphocreatin ialah

    senyawa kimia yang juga didapatkan di sel otot (soekarman, 1991:11).

    Phosphocreatin (PC) jumlahnya sangat sedikit kira-kira 4 kali

    banyaknya ATP, tetapi PC memberikan sumbangan energi tercepat

    untuk membentuk ATP kembali. Molekul ATP dan PC di dalam otot

    hanya cukup untuk persediaan energi dengan aktivitas maksimum

    selama 20-30 detik (Bowers, 1992:20).

    Gambar 2.10 Sistem Phosphagen (Fox, 1984:14)

  • 30

    Keterangan :

    a) Gambar A, sistem ATP-PC (Sistem Fosfagen) pemecahan molekul

    PC akan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk

    resintesa ATP daam otot.

    b) Gambar B, pembentukan kembali ATP melalui PC dan bahan

    makanan lain.

    Gambar 2.11 Sistem Phosphagen (Fox, 1984:12)

    PC ini jumlahnya sangat sedikit. Tetapi PC merupakan sumber

    energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Dengan latihan

    yang cepat dan berat, maka jumlah sistem ATP-PC tersebut dapat

    ditingkatkan. Dari tabel dibawah ini dapat diketahui jumlah sistem

    ATP-PC.

    Perlu diketahui bahwa reaksi-reaksi kimi tersebut dibutuhkan

    enzim-enzim. ATP dan PC disebut sebgai sistem fosfagen (phosphagen

    system). Sistem fosfagen ini merupakan sumber energi yang dapat

    digunakan secara cepat yang diperlukan untyuk olahraga yang

    memerlukan kecepatan. Alasan yang menunjang peryataan tersebut

    ialah:

    a) Tidak tergantung pada reaksi kimia yang panjang.

    b) Tidak membutuhkan oksigen.

    c) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot.

    Jumlah sistem ATP-PC dalam tubuh menurut fox (8) adalah

    sebagai berikut : (tabel 2.1)

  • 31

    Tabel 2.1 Jumlah Energi ATP- PC (Fox, 1988:17)

    Otot ATP PC Total ATP-PC

    mM/Kg otot 4 6 15 17 19 23

    mM dalam seluruh otot 120 180 450 510 570 - 690

    Energi yang dapat dipakai

    Kct/Kg otot

    0.04 - 0.06 0.15 - 0.17 0.19 - 0.23

    Meskipun energi yang dapat timbul sangat sedikit, tetapi

    cadangan ini sangat bermanfaat terutama untuk gerakan gerakan

    mendadak. Reaksi pemecahan ATP dan PC ini di dalam sel

    berlangsung sangat cepat, seketika ATP digunakan PC akan segera

    terpecah dan membebaskan energi untuk membentuk kembali ATP.

    Kreatin fosfat jumlahnya sangat sedikit, sehingga cepat habis.

    Tetapi merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP

    kembali. Oleh karena itu sistem energi ini dapat digunakan secara

    cepat yang diperlukan pada aktivitas yang memerlukan kecepatan

    (Fox, 1984).

    Creatine kinaseCP -------------------------- C + Pi + energi (13000 Kalori)

    Energi dan gugusan fosfat digunakan kembali untuk membentuk

    ATP dari ADP

    ADP + Pi + energi (12000 kalori) ----------------- ATP

    Kecepatan penyediaan energi ATP lewat sistem ini karena: (1)

    tidak bergantung pada rekasi kimia yang panjang, (2) tidak tergantung

    pada transport oksigen dalam otot (tidak memerulkan oksigen), (3)

    ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraksi otot.

    Setiap individu mempunyai cadangan phosphagen yang berbeda-

    beda, tergantung pada faktor genetik, bentuk, intensitas, dan lamanya

    latihan (Jansesen, 1989). Menurut Bowers (1992:79), setelah 60 detik

    istirahat, pemulihan ATP-PC sekitar 75% dan setelah 180 detik

    istirahat sekitar 98% ATP-PC telah membentuk kembali. Dengan

  • 32

    karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan latihan yang

    tepat untuk meningkatkan cadangan ATP-PC dalam otot.

    Menurut Fox (1984) sistem ini sangat penting ketika melakukan

    laihan yang berat, seperti lari sprint dan angkat berat. Selain itu sistem

    fosfagen merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat

    yang diperlukan untuk cabang olahraga yang memerlukan kecepatan.

    Alasan yang menunjang pernyataan tersebut adalah: (1) sistem

    fosfagen tidak tergantung pada reaksi kimia yang panjang, (2) sistem

    fosfagen tidak memerlukan oksigen pada proses kimianya dan (3)

    ATP-PC tertimbun dalam manualme kontraktil dalam otot (Fox, 1993).

    2) Glikolisis Anaerob Asam Laktat (Anaerob ATP - PC - LA)

    Sistem ini mengubah glukosa menjadi glikogen yang ada di

    sitoplasma sel otot menjadi energi asam laktat sehingga menghasilkan

    2 mol ATP per mol glukosa. Sistem asam laktat terjadi apabila

    mitokondria mengalami kekurangan oksigen sehingga asam piruvat

    yang semestinya masuk kedalam mitokondria berubah menjadi asam

    lakat (Brooks, 1985 : 637-78).

    Dua dari tiga metabolisme yang terlibat dalam resintesis

    rangkaian rATP, yaitu ATP-PC (sistem fosfagen) dan Glikolisis

    Anaerobik (sistem asam laktat), kedua-duanya anaerobik. Anaerobik

    artinya tanpa oksigen, termasuk metabolisme mengenai bermacam-

    macam reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh (misalnya di dalam sel

    otot). Jadi metabolisme anaerobik atau ATP yang dihasilkan melalui

    anaerobik, berarti resintesis ATP melalui reaksi kimia tanpa adanya

    oksigen (Junusul Hairy, 2007).

    Seluruh tenaga bagi kegiatan otot diberikan dengan proses

    aerobik metabolis. Tetapi, beberapa bentuk kegiatan fisik menuntut

    bahwa sumber tenaga yang segera dibutuhkan untuk memperbaharui

    ATP otot rangka harus anaerobik. Serabut otot mempunyai dua sistem

    penghasil energi yang bekerja ketika tidak ada oksigen. (Pate, Rusell

    R. 1984).

  • 33

    Metabolisme anaerobik adalah proses penyediaan energi yang

    tidak melibatkan oksigen. Ada dua macam metabolisme anaerobik

    yaitu sistem ATP-PC dan glikolisis anaerobik (Guyton and Hall,

    1996).

    Glikolisis anaerobik memerlukan 12 macam reaksi kimiawi

    secara berurutan, sehingga pembentukan energi melalui sistem ini

    berjalan lebih lambat dari pada sistem ATP-PC yang hanya 2 reaksi

    saja. Jadi kontraksi otot yang dihasilkan oleh sistem energi ini

    berlangsung cepat, lebih lambat dari sistem ATP-PC. Adapaun ciri-ciri

    sistem glikolisis anaerobik adalah : (1) menyebabkan terbentuknya

    asam laktat yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kelelahan.

    (2) Tidak memerlukan oksigen, (3) hanya menggunakan karbohidrat

    (glukosa atau glikogen otot), (4) memberikan energi untuk resintesis

    beberapa molekul saja.

    Apabila glukosa masuk dalam sel, maka molekul glukosa

    tersebut dengan serangkaian reaksi kimia diproses menjadi energi,

    yang disebut peristiwa glikolisis. Energi yang dikeluarkan digunakan

    untuk membentuk ATP kembali dan menghasilkan 3 ATP. Reaksi ini

    tidak efisien, karena dari 1 mol (180 gr) glikogen hanya membentuk 3

    ATP sedangkan bila dengan pertolongan oksigen akan menghasilkan

    39 mol ATP. Asam laktat yang terbentuk dari glikolisis akan

    menurunkan pH otot dan darah. Perubahan pH akan menghambat kerja

    enzim atau reaksi kimia dala sel terutama dalam otot sendiri, sehingga

    menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan menyebabkan

    kelelahan (Fox, 1984).

    Sistem glikolisis anaerobik ini diperlukan pada aktivitas fisik

    yang berlangsung cepat dan berlangsung 1 sampai dengan 3 atau 4

    menit. Daya maksimal 1,6 mol ATP permenit. Dan kapasitas

    maksimalnya 1,2 mol ATP.

    Sistem anaerobik selain dari resisensis ATP di dalam otot, adalah

    glikolisis anaerobik, yang melibatkan pemecahan tidak sempurna dari

  • 34

    salah satu bahan makanan yaitu karbohidrat (gula), menjadi asam

    laktat (karena itu dinamakan asam laktat). Di dalam tubuh, semua

    karbohidrat dikonversi menjadi gula sederhana yaitu glukosa, yang

    segera dapat dipergunakan dalam bentuk glukosa, disimpan di dalam

    hati dan otot sebagai glikogen untuk dipergunakan kemudian. Asam

    laktat adalah hasil dari glikolisis anaerobik. (Junusul Hairy, 2007).

    Sistem glikolisis anaerobik atau sistem asam laktat ini lebih

    rumit dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses pembentukan

    energi melalui sistem asam laktat dan memerlukan 12 macam reaksi

    kimia yang berurutan, sehingga pembentukan energi berjalan lebih

    lambat jika dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Sistem asam laktat

    mengubah glukosa atau glikogen pada sitoplasma sel otot menjadi

    energi dan asam laktat.

    Soekarman (1991) menjelaskan kembali bahwa proses glikolisis

    anaerobik memerlukan 12 macam reaksi kimia secara berurutan,

    sehingga energi yang terbentuk melalui sistem energi ini berlangsung

    lebih lambat dibandingkan dengan sistem ATP-PC yang hanya

    membutuhkan 2 reaksi kimia saja. Jadi, untuk kontraksi otot yang

    sangat cepat digunakan ATP-PC, sedangkan untuk kontraksi otot yang

    cepat digunakan sistem anaerobik. Proses ini berlangsung tanpa adanya

    oksigen, sehingga asam laktat merupakan produk akhir dari

    metabolisme glukosa dengan sistem metabolisme anaerobik Ciri-ciri

    dari sistem glikolisis anaerobik adalah sebagai berikut: (1)

    menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan

    kelelahan, (2) tidak membutuhkan oksigen, (3) hanya menggunakan

    sumber energi karbohidrat (glikogen dan glukosa), (4) energi yang

    dilepaskan hanya cukup untuk resintesis ATP dalam jumlah yang

    sedikit (Fox, 1984).

    Seperti telah dijelaskan di atas bahwa produk akhir dari glikolisis

    anaerobik adalah asam laktat. Asam laktat akan menurunkan pH dalam

    otot maupun darah. Selanjutnya, penurunan pH ini akan menghambat

  • 35

    kerja enzim-enzim glikolitik dan mengganggu reaksi kimia di dalam

    sel otot. Keadaan ini akan mengakibatkan kontraksi otot bertambah

    lemah dan akhirnya otot mengalami kelelahan (Fox, 1993).

    Dalam kegiatan berolahraga atlet seringkali diminta untuk terus

    menerus berlatih dengan sungguh-sungguh dalam waktu yang cukup

    lama. Dalam keadaan demikian, lorong ini menggunakan karbohidrat

    yang tersimpan, yakni glikogen sebagai bahan pokoknya. Glikolisis

    anaerobik meliputi satu rangkaian reaksi kimia yang melapaskan

    energi dari molekul glikogen. Energi ini digunaka untuk

    memperbaharui ATP, yang sebaliknya digunakan dalam kontraksi otot.

    Gambar 2.12 Glikolisis anaerobik. (Pate, Rusell R. 1984: 238)

    Meskipun asam laktat merugikan, tapi asam laktat merupakan

    sumber energi untuk metabolisme anaerobik. Pada saat jumlah oksigen

    mencukupi, maka asam laktat akan diksidasi untuk menghasilkan

    energi melalui metabolisme aerobik. Asam laktat diubah kembali

    menjadi asam piruvat. Asam piruvat ini masuk ke dalam mitokondria

    untuk mengalami suatu rangkaian proses oksidasi siklus Kreb dan

    sistem transportasi elekton untuk menghasilkan energi (untuk resintesa

    ADP+Pi), H2O, dan CO2.

    Asam laktat merupakan metabolit yang menyebabkan kelelahan

    dan diproduksi dari sistem asam laktat atau glikolisis anaerobik

    ADP + Pi

    ATP

    Glukosa

    Glikogen

    AsamPiruvat

    Asam Laktat

    Energi

  • 36

    sebagai akibat pemecahan glukosa yang tidak sempurna (Fox,1993).

    Akumulasi asam laktat dapat terjadi selama melakukan latihan dengan

    intensitas yang tinggi dalam waktu yang singkat, hal ini disebabkan

    karena produksi asam laktat lebih tinggi daripada pemusnahannya

    (Brooks, 1984).

    Di dalam darah asam laktat selalu ada berasal dari metabolisme

    secara anaerob di dalam eritrosit. Meskipun demikian jumlah asam

    laktat dalam tubuh relatif tetap. Pada orang sehat dalam keadaan

    sedang istirahat, jumlah asam laktat sekitar 1-2 mM/l, 1-1,8 mM/l

    (Fox,1993). Kadar asam laktat darah yang melebihi 6 mM/l dapat

    mengganggu manualme kerja sel otot sampai pada tingkat koordinasi

    gerakan (Jansen, 1993). Asam laktat tidak muncul sebagai suatu asam

    basa dalam tubuh, namun dalam tubuh yang disebut laktat. Asam

    laktat, hendaknya tidak dianggap sebagai suatu metabolisme sisa

    buangansebaliknya, laktat merupakan sumber dari energi kimia yang

    berakumulasi di dalam tubuh selama latihan fisik.

    Asam laktat siap dikonversi menjadi asam piruvat dan digunakan

    sebagai salah satu sumber energi. Jalur metabolisme yang

    menghasilkan asam laktat dalam tubuh adalah jalur Emden-Mayerhoff

    (jalur E-M). Asam laktat dibuat dari asam piruvat dengan bantuan

    katalis lactate Dehydrogenase. Berdasarkan siklus Cori, asam laktat

    yang diproduksi melalui jalur E-M dalam sitoplasma akan berdifusi ke

    dalam darah dan diangkut ke hati untuk diubah kembali menjadi asam

    piruvat

    Asam laktat yang terbentuk di dalam otot selama latihan dan

    dirubah didalam hati melalui proses gluconeogenic (Siklus Cory)

    (Ardle, 1981). Batas toleransi terhadap ketinggian konsentrasi asam

    laktat pada otot dan darah selama melakukan aktivitas latihan fisik

    tidak diketahui pasti. Namun demikian, toleransi kadar asam laktat

    pada manusia diperkirakan mencapai diatas 20 mM/l darah dan 25 mM

  • 37

    kg/berat otot basah, dan bahkan bisa mencapai diatas 30 mM/l pada

    latihan dinamis dengan intensitas tinggi.

    Asam laktat akan menurunkan pH dalam otot maupun darah.

    Selanjutnya penurunan pH ini akan menghambat enzim-enzim,

    glikolitik dan mengganggu reaksi kimia dalam sel otot. Keadaan ini

    akan mengakibatkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya otot

    mengalami kelelahan (Fox, 1993).

    Pada latihan fisik dengan intensitas tinggi otot berkontraksi

    dalam keadaan anaerobik, sehingga penyediaan ATP terjadi melalui

    proses glikolisis anaerobik. Hal ini mengakibatkan meningkatnya

    kadar laktat dalam darah maupun otot (Katch, 1990). Tetapi, otot yang

    terlatih tetap dapat berkontraksi dengan baik pada konsentrasi asam

    laktat yang cukup tinggi. Segera setelah mendapat oksigen, asam laktat

    diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya diubah menjadi

    energi, karbondioksida dan air. Jadi, asam laktat merupakan sumber

    energi yang dapat digunakan sebagai piruvat dan piruvat, lalu masuk

    ke dalam siklus Krebs dan sistem transport elektron sehingga

    menghasilkan energi, H2O dan CO2 (Soekarman, 1989).

    Konsentrasi maksimal asam laktat pada darah dan otot manusia

    setelah latihan belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan

    mencapai di atas 20 mmol/l darah dan 25 mM.Kg-1/berat otot basah.

    Asam laktat yang terbentuk pada saat latihan fisik berat akan masuk ke

    dalam darah, dan banyaknya laktat yang masuk sebanding dengan

    tingginya kadar laktat dalam otot.

    Penyingkiran asam laktat darah akan berlangsung lebih cepat

    apabila proses pemulihan dilakukan dengan istirahat aktif, yaitu

    melakukan aktivitas ringan atau sedang. Penyingkiran asam laktat pada

    individu yang tidak terlatih akan lebih optimal apabila dilakukan

    dengan aktivitas fisik pada intensitas antara 30-45% VO2 maks,

    sedangkan bagi atlet atau individual dilakukan dengan aktivitas fisik

    pada intensitas antara 50-65% VO2 maks (Fox, 1993).

  • 38

    Glikolisis anaerobik berlangsung dengan pemecahan glukosa

    tanpa adanya oksigen sehingga hasil akhir dari proses tersebut adalah

    tertimbunnya asam laktat dalam darah dan otot. Bila penumpukkan

    tersebut mencapai kadar yang cukup tinggi maka akan menimbulkan

    kelelahan. ATP yang timbul melalui proses ini sangat terbatas yaitu

    hanya 3 mol ATP yang terbentuk dari pemecahan 1 mol glikogen (Fox,

    1993).

    3) Sistem aerobik

    Sumber energi aerobik terdiri karbohidrat, lemak dan protein.

    Berdasar sumber energinya maka sistem aerobik yang berlangsung di

    dalam otot meliputi : oksidasi karbohidrat, oksidasi asam lemak dan

    protein yang tersimpan di dalam sel (Fox,1993). Proses oksidasi

    berlangsung dalam mitokondria melalui serangkaian reaksi kimia

    dalam siklus Krebs dan sistem transport elektron (Guyton, 2006).

    Reaksi sistem aerob terdiri dari 1) glikolisis aerob, 2) siklus

    Krebs, dan 3) sistem transpor elektron (Fox, 1993). Pada glikolisis

    aerob terjadi pemecahan glikogen dimana pemecahan 1 mol glikogen

    akan menghasilkan 2 mol asam piruvat yang akan memasuki siklus

    Krebs. Pada siklus Krebs akan dihasilkan 2 mol ATP dari masing-

    masing 1 mol hasil metabolisme glikogen yaitu asam piruvat yang

    kemudian masuk sistem transpor elektron (Fox, 1993). Pada sistem

    transpor elektron (rantai respirasi) dihasilkan 36 ATP (Fox, 1993). Jadi

    jumlah ATP total yang dihasilkan oleh metabolisme aerob adalah 38

    ATP.

  • 39

    Gambar 2.14 : Glikolisis Aerobik dan Anaerobik (Fox, 1993)

    Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, teapi letaknya

    agak jauh dari mekanisme konraktil. Oleh karena itu pengaruhnya juga

    lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat. Reaksi aerobik

    terjadi di dalam bentukan yang dinamakan mitocondria.

    (a) Siklus Kreb

    Pemecahan glucosa selanjutnya ialah memecah 2 macam piruvat

    dengan pertolongan coenzy A -----> asam piruvat + coenzym A ----->

    acetyl A + 2 CO2 + 4 H. Selanjutnya acetyl coenzy A ini masuk

    kedalam dari kreb atau Citric acid cycle atau Tri carboxylic acid

    cycle. Asam lemak aktif ini akan masuk kedalam siklus oksidasi yang

    dinamakan beta oksidasi dan menjadi acetyl coenzy A. Selanjutnya

    acetyl coenzym A ini akan masuk kedalam siklus kreb. Banyaknya

    ATP yang dihasilkan tergantung dari macam asam lemak yang

    dioksidasi. Pada pemevcahan asam palmitat (palmitic acid) akan

    dihasilkan 130nATP, sedangkan asam stearat (stearid acid)

    menghasilkan 148nATP. Oksidasi lemak akan menghalangi oksidasi

    karbohidrat, dan dengan begitu mengurangi pengurasan cadangan

    karbohidrat (Fox, 1984:9-84).

  • 40

    Gambar 2.13 Siklus kreb pemecahan glukosa (Fox, 1984)

    (b) Sistem Transfer Elektron

    Kelanjutan pemecahan glikogen adalah terbentuknya H2O yang

    dihasilkan dari persenyawaan H yang terjadi dalam siklus kreb dan

    oksigen yang kita hirup. Rangkaian reaksi smpai terjadi H2 disebu

    dengan sistem transfer elektrok dan reaksi ini terjadi di membrane

    dalam dari mitokondria. Waktu terjadi transfer yang dihasilkan dari

    siklus kreb masuk kedalam sistem transfer elektron dlam sistem ini

    terjadi pembentukan H2O dari reaksi enzimatis antara ion H dan

    oksigen serta pembentukan ATP. Tabel lihat dibawah tabel 2. dan

    tabel 2. yang membandingkan 3 sistem pembentukan energi.

  • 41

    Tabel 2.2Sistem penyediaan energi dalam pembentukan ATP (Fox 1984)

    sistem Bahan baku kebutuhan O2 kecepatan

    Anaerobik

    ATP PC Fosfokreatin tidak tercepat

    Asam Sitrat Glikogen tidak Cepat

    Aerobik Glikogen, Lemak

    dan Protein

    ya lambat

    Tabel 2.3Kapasitas maksimal dan power (Fox, 1984)

    Sistem Maksimal power

    (mol ATP/menit)

    Maksimal capacity

    (ATP yang tersedia)

    ATP PC 3,6 0,7

    Asam Sitrat 1,6 1,2

    Aerobik 1,0 90,0

    (c) Sistem Energi Predominan

    Program pelatihan harus dipilih yang akan meningkatkan

    kapasitas physiological sistem (s) energi yang paling digunakan dalam

    olahraga atau kegiatan olahraga yang program yang dirancang.

    Sebagai contoh, pelari maraton, yang sangat bergantung pada sistem

    aerob untuk ATP energi sementara berjalan, membutuhkan sebuah

    program pelatihan yang mengarah pada perbaikan sistem aerob.

    Untuk meningkatkan kinerja seorang pelari, sebuah program yang

    mengarah pada perbaikan sistem anaerob harus dipilih (Fox, 1984 :

    206).

    Sementara itu relatif mudah untuk memilih sistem energi yang

    berkembang di sprinter atau maraton, keputusan jauh lebih sulit ketika

    datang ke atlet di sebagian besar kegiatan olahraga lainnya. Namun

    ada, pedoman untuk memperkirakan penekanan yang harus

  • 42

    ditempatkan pada peningkatan sistem enargi selama pelatihan unuk

    berbagai olahraga, dan ini yang disajikan dalam tabel 9-2 (Fox.E.L,

    1984:207).

    Tabel ini dikembangkan oleh analisis aktivitas olahraga masing-

    masing berkenaan dengan posisi itu, dan kebanyakan importantly

    energi sistem (s) terlibat selama pelaksanaan keterampilan. Presentase

    yang diberikan dalam tabel adalah hanya perkiraan karena data dari

    laboratorium penilaian interaksi yang tepat dari sistem energi dalam

    berbagai kegiatan olahraga tidak lengkap. Namun demikian, tabel ini

    sangat berguna karena dengan panduan ini, program pelatihan tertentu

    dapat dibangun yang akan mengakibatkan peningkatan kinerja

    maksimum.

    Kebanyakan cabang olahraga dalam kaitannya dengan

    penggunaan sistem enrgi sering secara kombinasi. Kegiatan fisik

    dalam waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh

    dari sistem energi anaerob (ATP-PC dan LA). Sedangkan kegiatan

    fisik dalam jangka waktu yang lama, energinya dicukupi dari sistem

    aerob (Fox.E.L:1984:206).

  • 43

    Tabel 2.4Karakteristik Sistem Energi

    (Fox, Bower, dan Foss, 1988)

    Sistem ATP-PC Sistem AsamLaktat (LA)

    Sistem Oksigen(O2)

    Anaerob (tanpaoksigen)

    Anaerob Aerob

    Sangat cepat Cepat LambatBahan bakar dari PC Bahan bakar dari

    glikokenBahan bakar dari

    glikogenProduksi ATP sangat

    terbatasProduksi ATP

    terbatasProduksi ATP bukan

    tak terbatasDengan simpanan di

    otot yang terbatasDengan

    memproduksi asamlaktat, menyebabkan

    kelelahan otot

    Denganmemproduksikembali, tidak

    melelahkanMenggunakan

    aktivitas lari cepatatau berbagai poweryang tinggi dengan

    aktivitas pendek

    Menggunakanaktivitas dengandurasi antara 1-3

    menit

    Menggunakan dayatahan atau aktivitasdengan durasi yang

    panjang

    Pada dasarnya setiap aktivitas olahraga tidak hanya

    menggunakan sistem energi aerob, atau anaerob saja, melainkan

    menggunakan gabungan dari keduanya dengan proporsi yang berbeda

    pada setiap cabang olahraga. Sistem energi oredominan (energi

    utama) pada aktivitas olahraga (Bowers, 1992 : p.45).

    c. Sistem Energi Latihan

    Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuanuntuk

    melakukan pekerjaan. Kerja kita artikan sebagai penerapan tenaga

    sehingga tenaga dan kerja tidak dapat dipisahkan (Foss, 1998). Energi

    diperoleh dari pemecahan glucosa. Karbohiradt glukosa merupakan

    karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di

    dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik,

    monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh

    manusia akan terkonversi menjadi glukosa didalam hati.

  • 44

    Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada

    intensitas, densitas, frekuensi, dan jenis latihan. Energi yang diperlukan

    untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari

    makanan yang kita makan, akan tetapi melalui proses oksidasi yang terjadi

    di dalam sel-sel tubuh, karbohidrat maupun lemak keudian akan digunakan

    untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupaka

    molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh.

    Fox (1988:p.14) berpendapat, semua energi yang diperlukan dalam

    proses biologi berasal dari matahari. Energi matahari tersebut diubah oleh

    tumbuh-tumbuhan hijau menjadi energi kimia, terutama dalam bentuk

    karbohidrat, selulosa, protein, dan lemak. Hal ini mengakibatkan manusia

    tergantung dari tanaman dan menimbun energi yang didapat itu dalam

    tubuh. Sebagian besar dari energi digunakan untuk berkontraksi otot-otot

    yang perlu untuk bergerak, untuk mempertahankan hidup seperti

    mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim dan lain-lain.

    Menurut Muchin Doewes, Kiyatno Dan Suradi Dalam Kontribusi

    Sistem Respirasi Terhadap Vo2max Pada Studi Korelasional Pada Atlet

    Berbagai Cabang Olahraga Di Surakarta. J Respir Vol. 31, No. 1, Januari

    2011 mendefinisikan bahwa: Energi yang siap pakai dalam tubuh adalah

    adenosin triphosphate (ATP), yang jumlahnya sangat terbatas. Agar kerja

    dapat berkesinambungan perlu resintesis ATP melalui proses metabolisme

    aerob maupun anaerob. Pembentukan ATP secara aerob dipengaruhi oleh

    sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem pengangkut oksigen (kadar

    hemoglobin) dan sistem biokimiawi dalam jaringan. Salah satu parameter

    yang dipakai untuk mengukur kapasitas fungsional sel adalah volume

    oksigen maksimal (VO2max). Oksign diambil dari udara atmosfer untuk

    dikonsumsi oleh mitokondria melalui mekanisme distribusi yang

    melibatkan berbagai macam sistem tubuh.

    Energi yang berasal dari pemecahab makanan digunakan untuk

    membentuk persenyawaan makanan digunakan untuk membentuk

    persenyawaan kimia adenosin trifosfat (ATP) yang ditimbundidalam

  • 45

    mitokondria otot. ATP ini tidak saja digunakan untuk kontruksi otot, tetapi

    juga untuk proses-proses lain seperti sistesis protein, transpor aktif dari ion

    melewati membran, aktivitas berbagai macam metabolisme dan lain-lain.

    Apabila ATP pecah menjadi ADP dan Pi, sejumlah energi akan keluar, dan

    energi ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan oleh otot untuk

    mengerjakan sesuatu.

    ATP paling bnayak ditimbun dalam jaringan otot dibandingkan

    dengan jaringan tubuh lainnya, meskipun demikian jumlah yang tertimbun

    dalam otot ini pun sangat terbatas, yaitu sekitar 4 6 m M/Kg otot. ATP

    tersebut hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 8 detik,

    oleh sebab itu untuk aktivitas yang lama segera diperlukan pembentukan

    ATP kembali (Fox, 1984: p.27).

    ATP terdiri dari satu molekul adenosine dan tiga molekul phosphate.

    Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot diperoleh dari pembebasan

    dengan merubah ATP menjadi ADP + Pi (Bompa, 1999).

    Persediaan ATP dalam sel otot sangat terbatas, walaupun begitu

    suplai ATP harus secara berkesinambungan diganti lagi untuk

    memudahkan aktivitas fisik secara berkelanjutan. Jumlah ATP yang

    terdapat dalam otot, bahkan didalam otot seorang atlet yang berlatih baik,

    hanya cukup untuk mempertahankan daya tahan otot yang maksimal yang

    baru terus-menerus dibentuk.

    ATP diperlukan untuk menyediakan energi kontraksi otot dan daur

    cross bridge selama kontraksi. Pemecahan ATP yang disebabkan oleh

    enzim ATPase akan menghasilkan sejumlah energi, dimana energi tersebut

    akan memberikan kesempatan pada cross bridge yang merupakan kepala

    dari filamen miosin untuk berputar dan membentuk sudut baru dimana

    sebelumnya pada fase eksitasi cross bridge saling tertarik dengan filamen

    aktin, sehingga filamen aktin akan meluncur melewati filamen miosin

    mengakibatkan kedua filamen tersebut saling tumpang - tindih dan

    terjadilah kontraksi otot.

  • 46

    Tanpa ATP filamen aktin tidak akan bisa meluncur melewati

    filamen miosin. Tetapi persediaan ATP didalam otot hanya sedikit, cukup

    untuk kontraksi maksimal otot yang berlangsung dalam satu detik.

    Untungnya tubuh mampu mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu

    yang dibutuhkan untuk memecahkannya. Pengisian ATP ini terjadi apabila

    cadangan molekul bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak dipecah

    untuk menyediakan energi bebas yang dapat dipergunakan bersama-sama

    ADP dan Pi untuk membentuk ATP.

    ATP senantiasa digunakan setiap kali otot berkontraksi, oleh karena

    itu ATP harus selalu tersedia. Sedangkan untuk menyediakan ATP saja

    diperlukan energi, untuk itu tiga macam proses menghasilkan ATP.

    Sebagai contoh, 1500 m berjalan, sistem anaerob pasokan mayoritas ATP

    selama sprint pada awal dan akhir dari ras, dengan sistem aerob yang

    mendominasi selama periode tengah atau keadaan tetap berjalan.

    Keterlibatan aerob dan anaerob sistem selama 1500 m ras lebih lanjut

    digunakan oleh fakta kira-kira 6,0 mol ATP diperlukan selama

    menjalankan, degan rata-rata dari pemanfaatan 1,7 mol per menit atau

    kurang tingkat yang dapat bertemu hanya dengan menggunakan berbagai

    sistem.

    Tabel 2.5Kapasitas dan kekuatan dari tiga sistem energi (Fox, 1984: p.203)

    Sistem energiATP

    Capasitas(mol)

    Kekuatan(mol/min)

    Phosphagen stores (ATP + PC) 0,6 3,6Anaerobic glycolysis 1,2 1,6Aerobic (oxidative) Theoretically

    unlimited1,0

    d. Sistem Energi Pada Saat Istirahat

    Pada saat istirahat, kira-kira 2/3 dari kebutuhan dari kebutuhan

    energi dipenuhi dari hasil pembakaran lemak dan 1/3-nya dipenuhi dari

    karbohidrat. Pada waktu istirahat kita tidak membutuhkan gerakan-

  • 47

    gerakan yang cepat ataupun yang memerlukan kekuatan, sehingga sistem

    resintesa ATP diproses melalui sistem aerobik (Fox, 1993).

    e. Latihan Dan Asam Laktat

    Pada saat melakukan latihan, terutama dengan intensitas tinggi,

    jumlah energi yang diperlukan sangat besar dalam waktu yang relatif

    singkat. Persediaan energi dalam bentuk ATP, akan digunakan secara

    besar-besaran untuk mendukung aktivitas tersebut. Agar terjadi

    kesetimbangan energi dalam tubuh dan untuk menjaga kestabilan fungsi

    seluruh aktivitas basal tubuh maka bahan-bahan cadangan energi, seperti

    lemak dan glikogen akan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Dalam

    kondisi ini pasokan oksigen sebagai oksidator utama harus mencukupi

    kebutuhan.

    Pada latihan maksimal selama 30-120 detik, kadar laktat bisa

    mencapai 15-25 mM yang diukur setelah latihan 3-8 menit, peningkatan

    kadar asam laktat yang tinggi mengindikasikan terjadinya iskemia dan

    hipoksia. Akan tetapi pada latihan yang submaksimal akan menyebabkan

    penurunan akumulasi asam laktat terutama pada latihan daya tahan.

    Penurunan akumulasi asam laktat akan menyebabkan ambang anaerobik

    meningkat. Ini disebabkan karena sistem anaerobik sangat tergantung pada

    kecepatan pembentukan asam laktat (Fox, 1993).

    f. Efek Penumpukan Asam Laktat

    Kadar asam laktat yang tinggi dapat timbul sebagai akibat beban

    kerja yang berat, karena ketidakmampuan sistem pemasok energi aerobik,

    sehingga suplai energi dari sumber energi anaerobik mendominasi (Jansen,

    1987). Asam laktat terbentuk dalam keadaan istirahat. Asam laktat

    terbentuk karena adanya reaksi reduksi asam piruvat oleh NADH dengan

    penolongan laktat dihidrogenase (LDH) yang tetap berlangsung walaupun

    dalam jumlah yang sedikit (Mattner, 1988). Peningkatan asam laktat

    dalam otot dan darah akan berdampak kurang menguntungkan bagi

    aktivitas sel akibat tergangunya kinerja sejumlah enzim yang bekerja pada

    pH netral atau basa sebagai katalis pada berbagai proses metabolisme. Hal

  • 48

    ini tentu saja akan semakin mengganggu aktivitas sel dalam memproduksi

    energi untuk menunjang aktivitas tubuh (Sudarso, 2004).

    Keadaan asam (pH rendah) di dalam otot dapat mengganggu

    berbagai macam manualme sel otot, seperti : (a). menghambat kerja enzim

    aerobik sehingga menurunkan kapasitas ketahanan aerobik, (b).

    menghambat terbentuknya kreatin fosfat, sehingga mengganggu

    koordinasi dalam gerakan olahraga, (c). muncul lubang-lubang kecil pada

    jaringan otot, yang dapat menyebabkan kenaikan kadar urea, (d).

    memperlambat oksidasi lemak (Jansen, 1987).

    g. Penyingkiran Asam Laktat Otot Dan Darah

    Penyingkiran asam laktat dari darah terutama berlangsung pada

    periode recovery setelah melakukan aktivitas latihan berintensitas tinggi.

    Namun rumusan matematikanya belum diketahui secara pasti. Waktu

    paruh proses eleminasi laktat dari darah berkisar antara 10-15 menit.

    Eleminasi laktat pada orang yang terlatih lebih cepat daripada orang yang

    tidak terlatih (Sudarso, 2004).

    Gambar 2.15 Waktu Paruh Pemusnahan Asam Laktat antara Pemulihanyang dilakukan dengan Aktivitas Ringan dengan Tanpa Aktivitas

    (istirahat pasif) (Patellongi, 2000)

    Penyingkiran asam laktat dari otot dan darah setelah kerja fisik yang

    melelahkan tergantung dari aktivitas fisik yang dilakukan pada saat

    pemulihan. Menurut Fox (1993) penyingkiran asam laktat dapat terjadi

    karena beberapa hal yaitu :

  • 49

    1) Asam laktat akan dikeluarkan lewat urine dan keringat, akan tetapi

    dengan cara ini selama fase pemulihan jumlahnya sangat sedikit.

    2) Sebagian kecil laktat akan diubah menjadi glukosa atau glikogen di

    dalam hati dan otot. Resistensi glikogen di otot dan di hati jauh lebih

    lambat dibandingkan dengan penggusuran laktat, disamping itu

    besarnya perubahan dalam kadar glukosa darah selama masa

    pemulihan juga kecil. Oleh karena itu perubahan laktat menjadi

    glukosa dan glikogen hanya mencukupi sebagian kecil dari laktat

    seluruhnya disingkirkan.

    3) Sebagian kecil laktat juga dibentuk menjadi asam amino (alanin).

    Karbohidrat termasuk laktat, secara kimia dapat diubah menjadi asam

    amino (alanin) dalam tubuh. Akan tetapi, dalam hal ini relatif sedikit

    laktat yang diubah menjadi asam amino selama periode pemulihan.

    Asam laktat darah yang disingkirkan selama masa pemulihan dari

    suatu latihan yang melelahkan dengan cara dioksidasi melalui sistem

    aerobik adalah sekitar 50% setelah 15 menit, 75% setelah 30 menit dan

    sekitar 95% setelah 60 menit (Gambar 2.6).

    Gambar 2.16 Kecepatan Pelunasan Hutang Laktat melalui Oksidasi selamaPemulihan Setelah Latihan Fisik Yang Melelahkan (Patellongi, 2000)

    Masa pemulihan adalah fase yang diperlukan tubuh untuk kembali

    ke keadaan semula dari keadaan latihan. Pemulihan harus menjadi satu

    dengan program kepelatihan secara menyeluruh.

    Masa pemulihan dan kegiatan fisik yang akan digunakan akan sangat

    berkaitan dengan tujuan dan sistem energi utama yang akan

  • 50

    dikembangkan. Beban aktivitas fisik yang akan diterapkan pada saat

    pemulihan tidak akan dapat disamaratakan untuk setiap individu. Faktor

    kemampuan individu, waktu pemulihan dan perbandingan antara kerja

    dengan masa pemulihan merupakan pertimbangan tersendiri.

    Pemulihan dalam lomba atau pertandingan olahraga seringkali

    ditentukan oleh seberapa cepat pulihnya kondisi atlet dan secara umum

    seberapa cepat sistem energi dapatcepat pulih kembali. Pemulihan akan

    menjadikan seorang atlet kembali dengan penampilan terbaiknya. Dalam

    pemulihan terjadi pemulihan energi yang telah digunakan pada saat latihan

    maupun pada saat bertanding. Pada saat pemulihan terjadi pembentukan

    cadangan energi, diantaranya terbentuknya cadangan fosfagen dan

    cadangan glikogen.

    h. Pemulihan (Recovery)

    Tujuan pemulihan dari latihan fisik adalah memulihkan otot dan

    bagian tubuh lainnya kekondisi sebelum latihan fisik. Selama pemulihan

    (termasuk pengisian kembali cadangan energi yang terkuras dan

    menggusur asam laktat yang terkumpul selama latihan fisik) yang

    memerlukan energi ATP.

    Pemulihan adalah proses pemulihan otot dan bagian tubuh lainnya

    ke kondisi sebelum latihan fisik. Selam pemulihan (termasuk pengisian

    cadangan energy yang terkuras dan pengurasan / perubahan asam laktat

    yang terkumpul selama latihan fisik) memerlukan energy yang berupa

    ATP (fox, Bower & Foss, 1993).

    Meningkatnya konsumsi oksigen selama pemulihan lebih dari

    sekedar mencerminkan pengertian oksigen yang digunakan dalam latihan

    fisik atau mengubah asam laktat menjadi asam piruvat. Konsumsi oksigen

    dalam pemulihan mempunyai dua komponen yaitu: fase pemulihan cepat

    (rapid-recovery oxygn phase), fase oksigen pemulihan lambat (slow-

    recovery oxygen phase).

    Asam laktat dalam darah pada tubuh atlet akan meningkat pada saat

    berlatih atau bertanding disebabkan karena saat berlatih dan bertanding

  • 51

    mengeluarkan energi dari tubuh. Kebutuhan energi tersebut dapat

    diperoleh melalui glikolisis. Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam sel,

    glikolisi dapat terjadi secara aerob dan anaerob. Pada glikolisis anaerob

    terjadi dalam dua jalan yaitu: secara anaerob alaktasit (sistem fosfagen)

    yang tidak menghasilkan asam laktat dan anaerob laktasit (sistem asam

    laktat) yang memproduksi asam laktat pada tubuh. Saat anaerob alaktasit

    terjadi secara terus menerus maka kteganan otot akan atau kontraksi

    semakin tinggi. Sehingga asam laktat dalam darah pada atlet yang secara

    berlebihan akan menimbulkan cedera pada otot dan mengakibatkan

    penurunan prestasi (Bambang Priyonoadi, 2012).

    3. Volume Oksigen Maksimal (VO2max)

    a. Definisi

    VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi

    selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan.

    Karena VO2max ini dapat membatasi kapasitas kardiorespirasi seseorang,

    maka VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobic.

    Hal ini dientukan oleh jumlah zat asam oksigen (O2) yang paling banyak

    dapat dipasok oleh jantung, pernapasan, dan hemo-hidro-limpatik atau

    transport oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan nutrisi pada setiap

    menit.

    VO2max merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan

    hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari

    otot yang melakukan aktivitas. Selama menit-menit pertama latihan,

    konsumsi oksigen meningkat hingga akhirnya tercapai keadaan steady

    state di mana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan.

    Bersamaan dengan keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi

    paru, denyut jantung, dan cardiac output. Keadaan dimana konsumsi

    oksigen telah mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meski dengan

    penambahan intensitas latihan inilah yang disebut VO2max. Konsumsi

  • 52

    oksigen lalu turun secara bertahap bersamaan dengan penghentian latihan

    karena kebutuhan oksigen pun berkurang.

    Volume oksigen maksimal merupakan nilai tertinggi dimana

    seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama laihan, serta merupakan

    refleksi dari unsur kardiorespirasi dan hematologic dari pengantaran

    oksigen dan mekanisme oksidasi otot orang dengan tingkat kebugaran

    yang baik memiliki nilai VO2max lebih tinggi dan dapat melakukan

    aktivitas lebih kuat dibandingkan mereka yang tidak dalam kondisi baik.

    Secara teori, nilai VO2max dibatasi oleh cardiac output,

    kemampuan system respirasi untuk mengantarkan oksigen ke darah, atau

    kemampuan otot untuk menggunakan oksegen. Dengan begitu, VO2max

    pun menjadi batasan kemampuan aerob maupun anaerob, dan oleh sebab

    itu dianggap sebagai parameter terbaik untuk mengukur kemampuan

    aerob (kardiorespirasi) seseorang, yang dimaksud dengan VO2max adalah

    derajad metabolism aerob maksimum dalam aktiitas fisik dinamis yang

    dapat dicapai seseorang. Sedangkan menurut Thoden (dalam soekarman,

    1991), yang dimaksud dengan VO2max adalah: Daya tangkap aerobic

    maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi

    per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, ddengan latihan

    yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut

    VO2max.

    Pada latihan fisik terjadi peningkatan konsumsi oksigen.

    Peningkatan ini akan mencapai maksimal saat penambahan beban kerja

    tidak mampu meningkatkan konsumsi oksigen. Sesudah VO2max

    tercapai, kerja ditingkatkan dan dipertahankan hanya dalam waktu singkat

    dengan metabolisme anaerob pada otot yang melakukan aktifitas. Secara

    teoritis, VO2 max dibatasi oleh kardiak output, kemampuan sistem

    respirasi untuk membawa oksigen darah, dan kemampuan otot yang

    bekerja untuk menggunakan oksigen. Faktanya, pada orang normal

    (kecuali atlet pada yang sangat terlatih), kardiak output adalah faktor yang

    menentukan VO2 max (bompa, 1990).

  • 53

    Pengaruh latihan fisik dapat seketika yang disebut respon akut dan

    pengaruh jangka panjang akibat latihan yang teratur dan terprogram yang

    disebut adaptasi. Termasuk respon akut adalah bertambahnya frekwensi

    denyut jantung, peningkatan frekwensi pernafasan, peningkatan tekanan

    darah dan peningkatan suhu badan. Termasuk adaptasi antara lain

    peningkatan masa otot, bertambahnya masa tulang, bertambahnya sistem

    pertahanan antioksidan serta penurunan frekwensi denyut jantung istirahat

    (sutarina dan tambunan, 2004).

    Latihan fisik yang dapat meningkatkan sistem pertahanan

    antioksidan adalah latihan fisik dengan intensitas rendah dan intensitas

    sedang, karena aktifitas fisik pada tingkat ini mengacu pada program

    aktifitas fisik yang dirancang untuk meminimalkan pengeluaran radikal

    bebas. Sedangkan latihan fisik yang maksimal dan melelahkan dapat

    meningkatkan jumlah leukosit dan neutrofil baik dalam sirkulasi maupun

    jaringan. Latihan fisik maksimal renang pada tikus dengan durasi 45

    menit dengan suhu lingkungan 200 c selama tujuh hari memberikan

    gambaran makroskopis berupa peningkatan berat hati, ginjal, kelenjar

    adrenal dan kortek serebri. Faktor penentu tinggi rendahnya VO2max:

    1) Kapasitas vital, dan kualitas difusi paru

    Semakin tinggi volume paru, akan semakin mudah darah (hb)

    dalam mengikat oksigen dan melepaskan carbon dioksida di paru.

    Permukaan alveoli dalam volume paru yang bersih akan menentukan

    difusi (pertukaran) gas. Pada perokok berat dapat terjadi volume paru

    yang Tinggi, tetapi permukaan alveoli tertutup nikotin sehingga

    kemampuan difusinya rendah.

    2) Kadar hb

    Kadar hb akan berfungsi untuk mengikat oksigen, yang

    kemudian diedarkan ke jaringan seluruh tubuh. Bagi atlet kadar hb

    untuk putra dituntut 16 gr%, dan putri 14 gr%. Meskipun demikian

    jika terlalu tinggi, misal putra sampai 17 gr% juga tidak akan baik. Hb

    menempel pada eritrosit, sehingga jika kadar terlalu tinggi, eritrosit

  • 54

    juga akan terlalu tinggi, dan darah menjadi kental, akhirnya akan berat

    dalam mengedarkannya. Dengan demikian jantung mempunyai beban

    yang lebih berat, sehinggadapat menyebabkan terjadinya payah

    jantung.

    3) Kualitas dan kuantitas pembuluh darah

    Pembuluh darah yang bersih dan elastis akan menentukan

    kualitas Sirkulasi darah. Ketika berlatih harus lebih banyak darah

    yang beredar, Pembuluh harus dapat mampu melebar (dilatasi) agar

    aliran dapat lebih Lancar. Pembuluh darah yang mengalami

    arteriosklerosis akan kaku, sulit Untuk dilatasi. Pembuluh darah yang

    cukup banyak akan juga mempermudah aliran darah. Orang yang

    berlatih daya tahan aerobik akandapat mengaktifkan pembuluh-

    pembuluh yang tidak aktif.

    4) Kualitas jantung

    Jantung yang mempunyai volume atau ruang yang besar pada

    atriummaupun ventrikel akan menghasilkan volume sedenyut yang

    lebih besar.Dengan demikian darah dapat dipompakan oleh jantung

    akan dapatmenjadi lebih banyak.

    5) Jumlah dan besar mitokondria

    Mitokondria sebagai tempat untuk berlangsungnya siklus

    krebs dan Sistem transport elektron atau posporilasi oksidatif.

    Semakin banyak dan besar mitokondria pada setiap sel otot, maka

    penggunaan oksigen untuk membuat ATP akan dapat semakin tinggi.

    Sel-sel otot yang banyak mitokondrianya adalah yang banyak dilatih

    sebagai contoh jika pelari padaotot betis paha bagian depan, tetapi

    bagi perenang adalah pada sel-sel otot ada dan pantat. oleh karena itu

    pengukuran VO2max harus sesuai dengan otot yang sering dilatih.

    Pengukuran dalam bentuk berlari hanya Sesuai untuk atlet-atlet

    menggunakan kaki seperti pelari, pesepak bola, Pebolavoli, pebola

    basket dan lain-lain. Pembalap sepeda yang Kelihatannya banyak

    menggunakan kaki, jika diukur dengan bentuk berlari ternyata tidak

  • 55

    akan menggambarkan karena secara mendetail otot yang bekerja lain

    dengan berlari.

    6) Berat badan

    Penambahan berat badan karena meningkatnya cadangan

    lemak di seladiposa, glikogen otot, serta membesar dan memadatnya

    tulang akan dapat menurunkan VO2max. Oleh karena itu agar

    VO2max tetap tinggi kenaikan-kenaikan tersebut harus dihindari.

    b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi VO2max

    1) Genetik

    Manusia mewarisi banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran

    aerobik, termasuk sistem pernafasan dan peredaran, dan sistem otot.

    Atlet yang memiliki kapasitas vital paru dan ukuran jantung yang lebih

    besar, volume darah dan kadar haemoglobin yang lebih tinggi

    dibandingkan atlet lain, cenderung memiliki kebugaran aerobik atau

    nilai VO2max yang lebih bagus. 25 hingga 40% perbedaan nilai

    VO2max dipengaruhi oleh genetik.

    2) Usia

    Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO2max pada

    anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan

    progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan

    dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2max

    anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada

    yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh pada

    kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai VO2max

    dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua jenis kelamin.

    Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia

    25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al. menemukan bahwa

    penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk

    pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%). Terjadi

    penurunan 8 hingga 10% per dekade untuk individu yang tidak aktif,

    tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal mereka. Bagi yang

  • 56

    memutuskan untuk tetap aktif dapat menghentikan setengah penurunan

    tersebut (4 hingga 5% per dekade), dan yang terlibat dalam latihan

    fitness dapat menghentikan setengahnya lagi (2,5% per dekade).

    Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, termasuk reduksi denyut

    jantung maksimal dan isi sekuncup jantung maksimal.

    3) Jenis Kelamin

    Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria

    pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang

    menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah

    dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih

    kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2max anak laki-laki

    menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12 tahun,

    perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2max anak

    laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak perempuan.

    4) Latihan

    Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2max. Latihan fisik

    yang efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi,

    frekuensi, dan intensitas tertentu. Namun begitu, VO2max ini tidak

    terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan

    intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan

    VO2max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens yang teratur

    dapat menaikkan VO2max dengan nilai yang hampir serupa.Bentuk

    latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai VO2max nya.

    c. Faktor-Faktor Yang Menentukan VO2max

    1) Sistem Pernafasan

    Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi

    peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja.

    Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen

    dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk

    memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini

    berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara

  • 57

    difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk

    selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.

    Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan

    paru-paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan

    pembuluh pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik,

    konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali

    pada saat melakukan latihan dengan intensitas maksimal.

    Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan oksigen arteri-

    vena (A-V O2diff). Selama aktivitas fisik yang intens, A-V O2 akan

    meningkat karena oksigen darah lebih banyak dilepas ke otot yang

    sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena berkurang. Hal ini

    menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali

    lipat daripada kondisi biasa. Peningkatan A-V O2diff terjadi serentak

    dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai

    resp