Upload
nanang-anacardia-subagyo
View
15
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sebagai pedoman bagi teman teman semua sebagai anggota komote keperawatan RUMAH SAKIT seluruh Indonesia ,sebagai secuil sumbangsih kami bagi dunia komite keperawatan thanks
Citation preview
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan, secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia terus berkembang baik jumlah ( saat ini
1516 ), jenis maupun kelas rumah sakit sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan
masyarakat, letak geografis, perkembangan IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan seperti: pelayanan
medik, keperawatan dan penunjang medik yang diberikan kepada pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh ilmu (body
of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan memiliki kode etika
profesi. Dalam UU RI No.39/2009 tentang Kesehatan Pasal 63 dinyatakan bahwa
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Pernyataan ini memperkuat bahwa keperawatan sebagai
profesi dan harus diwujudkan dalam memberikan pelayanan keperawatan di fasilitas
kesehatan diantaranya rumah sakit.
Sumber daya manusia perawat di RSU DR.R.Soetijono Blora merupakan tenaga
kesehatan terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift serta merupakan
tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan professional pasien –
perawat (nurse – client relationship). Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat
sesuai kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya.
Untuk itu diperlukan perawat yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang
serta memilki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik,
berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
Manajemen pelayanan keperawatan di RSU DR.R.Soetijono Blora mencakup fungsi
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan dalam mengelola
pelayanan keperawatan sehingga diperoleh hasil secara efektif dan efisien. Agar manajemen
pelayanan keperawatan ini dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan manajer
keperawatan yang kompeten dan sumber - sumber lain seperti pembiayaan, fasilitas sarana,
metode dan sistem pemasaran yang baik.
Agar kompetensi dan pertumbuhan profesi perawat di RSU DR.R.Soetijono Blora
dapat terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan wadah yang terencana dan
terarah sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian pelayanan – asuhan keperawatan
yang diterima oleh pasien, diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau
kompetensi dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi
keperawatan, wadah tersebut adalah k RSU DR.R.Soetijono Blora komite keperawatan.
Komite keperawatan merupakan wadah non struktural yang merupakan perwakilan
kelompok profesi perawat, bertugas membantu direksi rumah sakit dalam melakukan
kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi keperawatan serta pengembangan
professional berkelanjutan (continuing professional development/CPD) termasuk didalamnya
menentukan standar asuhan keperawatan.
Saat ini pemahaman tentang komite keperawatan juga berbeda - beda, peran, fungsi
dan tugas komite terkadang duplikasi dengan bidang keperawatan. Untuk itu diperlukan
adanya : Pedoman Komite Keperawatan RSU DR.R.Soetijono Blora. Adapun secara umum
tujuannya adalah sebagai pedoman bagi komunitas keperawatan di RSU DR.R.Soetijono
Blora dalam melakukan peran, fungsi dan tugas komite keperawatan.
B. DASAR HUKUM
1. UU RI No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU RI No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Keppres No 40 tahun 2001, tentang kelembagaan dan pengelolaan RS daerah
4. Keppres No 87 tahun 1999, tentang rumpun jabatan funsional PNS.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
5. Keppres No 5 tahun 2004, tentang Tunjangan Tenaga Kesehatan.
6. Kepmenpan NO 94/Kep/M.Pan/II/2001 Tentang jabatan fungsional perawat dan angka
keditnya.
7. Kepmendagri No 1 tahun 2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja
RSD.
8. Permenkes No 1045 / Menkes / PER / XI / 2006 Tentang Pedoman organisasi RS
dilingkungan Depkes.
9. Keputusan bersama Menkes dan Kepala BKN No 733/Menkes/SKB/VI/2002 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Perawat.
10. Keputusan Menkes No 1280/Menkes/SK/X/2002 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Perawat.
11. Keputusan Menkes No 558/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pola Karir PNS dijajaran
Kesehatan.
C. TUJUAN
Adapun secara umum tujuan dari buku Pedoman Komite Keperawatan RSU
DR.R.Soetijono Blora adalah sebagai pedoman bagi komite keperawatan dalam melakukan
peran, fungsi dan tugas komite keperawatan untuk meningkatkan kompetensi perawat dalam
memberikan pelayanan – asuhan keperawatan kepada pasien di RSU DR.R.Soetijono Blora.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
BAB II
KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT
A. PENGERTIAN
Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan ( PERMENKES No 1045 /
MENKES / PER / XI / 2006 )
Komite keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dan
struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat/bidan sehingga memungkinkan
penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan dan ide dari staf professional
keperawatan. Komite keperawatan merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wahana
bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal - hal
yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan. (Diponegoro Nurses Association,
2008).
Komite keperawatan merupakan kelompok profesi perawat/bidan yang anggotanya
terdiri dari perawat/bidan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada direktur,
mempunyai tugas membantu direktur menyusun standar keperawatan, pembinaan asuhan
keperawatan, melaksanakan pembinaan etika profesi keperawatan (Kepmendagri Nomor 1 ,
2002).
Komite keperawatan merupakan wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme keperawatan
sehingga pelayanan – asuhan keperawatan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah)
sesuai standard dan baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh perawat
yang kompeten dengan kewenangan yang jelas.
B. TUJUAN.
1. Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
2. Memebri masukan kepada pimpinan rumah sakit berkaitan dengan kompetensi perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
3. Menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan penerapan disiplin – etik keperawatan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang hanya diberikan oleh perawat yang
kompeten dan etis sesuai kewenangannya.
C. PERAN KOMITE
Peran komite keperawatan dalam fungsi rumah sakit sebagai berikut:
1. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi keperawatan melalui kegiatan
terorganisasi.
2. Mempertahankan pelayanan keperawatan berkualitas dan aman bagi pasien.
3. Menjamin tersedianya perawat kompeten, etis sesuai kewenangannya.
4. Menyelesaikan masalah keperawatan yang terkait dengan disiplin, etik dan moral
perawat.
5. Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
6. Menjamin diterapkannya standar praktik, asuhan dan prosedur keperawatan.
7. Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit.
8. Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide-ide baru.
9. Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan hasil kinerja perawat
untuk pengembangan karirnya.
D. PERATURAN INTERNAL KEPERAWATAN
Peraturan internal staf keperawatan / statuta keperawatan (nursing staff by laws) di
rumah sakit disusun oleh komite keperawatan dan disahkan oleh direktur rumah sakit.
Peraturan internal staf keperawatan adalah peraturan dasar tentang tata cara staf
keperawatan menyelenggarakan pelayanan – asuhan keperawatan di rumah sakit. Dalam
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
peraturan ini akan diatur tentang staf keperawatan, peran, fungsi, kewajiban dan haknya, tata
cara penerimaan dan penempatan, kewenangan dalam memberikan asuhan, pembinaan,
karir, pendidikan berkelanjutan serta komite keperawatan dan fungsi-fungsinya.
RSU DR.R.Soetijono Blora menyusun peraturan internal keperawatan sesuai
dengan jenis, kelas rumah sakit serta sumber-sumber yang tersedia. Peraturan ini akan
ditinjau kembali paling lama 3 ( tiga ) tahun dan disesuaikan dengan perkembangan profesi
keperawatan dan kondisi RSU DR.R.Soetijono Blora.
Peran peraturan internal keperawatan RSU DR.R.Soetijono Blora adalah:
1. Sebagai regulasi bagi perawat yang melakukan tindakan keperawatan di rumah sakit.
2. Sebagai pedoman tata laksana komite keperawatan, acuan mekanisme pengambilan
keputusan dalam komite keperawatan.
3. Sebagai dasar hukum yang sah untuk setiap keputusan yang diambil pimpinan rumah
sakit sesuai dengan lingkup tujuannya yang terkait dengan staf keperawatan.
4. Sebagai pengaturan utama untuk menegakkan profesionalisme perawat dengan mengatur
pemberian izin melakukan tindakan keperawatan, mempertahankan profesionalisme dan
mekanisme pendisiplinan profesi.
E. HUBUNGAN KOMITE KEPERAWATAN DENGAN DIREKTUR
Komite keperawatan dibentuk oleh Direktur melalui mekanisme yang telah
disepakati. Komite keperawatan bertanggungjawab kepada Direktur dengan memberikan
laporan tahunan dan berkala serta sewaktu-waktu jika diperlukan tentang kegiatan
keprofesian yang dilakukannya.
Lingkup area hubungan Direktur dengan komite keperawatan adalah fokus pada
profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan – asuhan keperawatan dan
pengembangannya. Direktur berkewajiban menyediakan segala sumber daya agar komite
keperawatan dapat berfungsi dengan baik sesuai ketentuan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
BAB III
PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN
Pengorganisasian komite keperawatan RSU DR.R.Soetijono Blora terdiri dari ketua
komite dan sub komite-komite yang tergambar pada struktur komite sebagai berikut.
A. STRUKTUR KOMITE KEPERAWATAN
Komite keperawatan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua (jika ada), Sekertaris dan
anggota. Dalam melaksanakan tugasnya ketua komite dibantu oleh sub komite yang terdiri
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
DIREKTUR
KABID PELAYANAN
KASIE YAN KEPERAWATAN
SEKERTARIS
SUB KOMITE KREDENSIAL
SUB KOMITE DISIPLIN PROFESI
KETUA KOMITE KEPERAWATAN
SUB KOMITE MUTU PROFESI
KFK ANAK KFK MEDIKAL BEDAH
KFK MATERNITAS KFK KRITIKAL
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
dari sub komite kredensial, mutu profesi dan disiplin profesi. Ketua komite dipilih langsung
oleh anggota dan selanjutnya ditetapkan oleh Direktur, Wakil Ketua (jika ada), Sekertaris,
anggota serta sub komite diusulkan oleh Ketua Komite dan ditetapkan oleh Direktur.
Pengorganisasian staf keperawatan di rumah sakit dikelompokkan dalam kelompok
fungsional keperawatan / kelompok perawat klinik berdasarkan disiplin / spesialisasi,
peminatan sesuai kebutuhan rumah sakit.
B. FUNGSI KOMITE KEPERAWATAN
1. Menjamin tersedianya norma-norma: standar praktek/asuhan/prosedur keperawatan
sesuai lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting asuhan area keperawatan
2. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional tenaga
keperawatan, merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku serta
menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan
3. Menjamin kompetensi tenaga keperawatan dengan melaksanakan asesmen,
mempertahankan dan mengembangkan kompetensinya.
4. Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu keperawatan
tingkat rumah sakit: menetapkan alat-alat pemantauan, besar sampel, nilai batas,
metodologi pengumpulan data, tabulasi serta analisis data.
5. Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi keperawatan: jenis
kegiatan, jadwal pemantauan dan evaluasi, penanggung jawab pelaksana.
6. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana rumah sakit
untuk menemukan kecenderungan dan pola kinerja yang berdampak pada lebih dari satu
departemen atau pelayanan.
7. Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada semua yang
terkait, misalnya komite mutu rumah sakit.
8. Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait dengan
keprofesionalan tenaga dan asuhan dalam sistem pemberian asuhan, misalnya sistem
pelaporan pasien, penugasan staf.
9. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
10. Mempertahankan keterkaitan antara teori, riset dan praktek.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
C. GARIS BESAR TUGAS KOMITE KEPERAWATAN
1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di rumah sakit.
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Menyusun model Praktek Keperawatan Profesional.
4. Memantau dan membina perilaku etik dan professional tenaga keperawatan.
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dengan perilaku yang baik.
6. Bekerjasama dengan Direktur/bidang keperawatan dalam merencanakan program untuk
mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan
sejalan dengan rencana strategis rumah sakit.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi bagi tenaga
keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan laporan kegiatan
Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali) kepada seluruh tenaga keperawatan
rumah sakit.
D. KETUA KOMITE KEPERAWATAN
1. Ketua Komite Keperawatan dipilih pada pemilihan langsung oleh anggota secara periodik
yang diselenggarakan setiap 5 tahun yang selanjutnya diajukan dan disetujui oleh
Direktur.
2. Ketua Komite Keperawatan adalah seorang Staf keperawatan tetap / Pegawai Negeri
Sipil ( PNS ).
3. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan ketua sebelum masa jabatannya berakhir, masa
kekosongan tesebut di isi oleh sekretaris.
4. Tugas Ketua Komite Keperawatan adalah :
a. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat kebijakan,
laporan, kebutuhan, dan kelurahan Staf keperawatan serta bertanggung jawab kepada
seluruh Staf keperawatan.
b. Menyelenggarkan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat yang
diselenggarakan ketua Komite Keperawatan.
c. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh direktur dan Sub Komite lainnya.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
d. Menentukan agenda setiap rapat Komite Keperawatan.
E. SEKRETARIS KOMITE KEPERAWATAN
1. Sekretaris Komite Keperawatan ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.
2. Sekretaris Komite Keperawatan adalah seorang Staf Keperawatan tetap/ Pegawai Negeri
Sipil ( PNS ).
3. Sekretaris Komite Keperawatan bertanggungjawab untuk mengkordinasikan tugas - tugas
kesekretariatan Komite Keperawatan.
4. Mewakili Komite Keperawatan dalam hal Ketua Komite Keperawatan berhalangan.
5. Pada sekretaris Komite Keperawatan diperbantukan petugas sekretariat dan segala
prasarana lain yang di sediakan oleh rumah sakit.
6. Tugas Skretaris Komite Keperawatan adalah :
a. Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk menghadiri
rapat-rapat Komite Keperawatan.
b. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap kepada hadirin yang
berhak menghadiri rapat.
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.
F. SUB KOMITE KEPERAWATAN
1. SUB KOMITE KREDENSIAL
Kredensial adalah proses verifikasi kompetensi seorang perawat yang selanjutnya
ditetepkan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan lingkup prakteknya. Rumah sakit wajib menetapkan kewenangan klinis
tenaga kesehatan yang memperoleh izin praktek dalam rangka melaksanakan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance). Kewenangan klinins harus dirumuskan
dalam peraturan internal keperawatan (Nursing staff by law).
a. Tujuan
Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan
yang memberikan asuhan keperawatan benar kompeten dan etis.
b. Tugas dan wewenang
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
Tugas sub komite kredensial adalah :
1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang karir,
berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
Kompetensi
Status kesehatan
Perilaku
Etika profesi
3. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan rekomendasi
kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
4. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik dan adanya
permintaan khusus dari komite keperawatan.
Sub komite kredensial mempunyai kewenangan menilai dan memutuskan
kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki setiap perawat sesuai
jenjang karir.
c. Keanggotaan
Keanggotaan sub komite kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekertaris dan anggota serta dibantu oleh kelompok staf fungsional keperawatan.
d. Mekanisme
1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area praktik (12
kompetensi kunci)
2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria : pendidikan, lisensi, prestasi
penjagaan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan, status personal, status
kesehatan serta tidak pernah terlihat dalam tindak kriminal dan kekerasan jika
melakukan praktik mandiri, jelaskan pola praktik dan implementasinya.
3. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang disepakati
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
4. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan memberikan
rekomendasi kepada komite keperawatan
5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala
6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.
2. SUB KOMITE MUTU PROFESI
Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan
berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis dan
profesional. Perlu dilakukan upaya-upaya yang terencana dan terarah agar kompetensi
perawat dipertahankan dan dikembangkan. Perawat harus memberikan pelayanan-asuhan
keperawatan sesuai dengan standar praktik, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional yang ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan harus selalu
dipantau dievaluasi serta diperbaharui dan ditingkatkan agar pasien dan keluarga
memperoleh kepuasan
a. Tujuan
Memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga
keperawatan, benar-benar sesuai standar melalui penggunaan sumber-sumber dan
evaluasi yang berkesinambungan.
b. Tugas dan Kewenangan
Tugas sub komite mutu profesi adalah :
1. Mempersiapkan bahan standar pelayanan keperawatan dan standar prosedur
operasional yang telah disusun oleh rumah sakit.
2. Menyususun data dasar profile perawat sesuai area praktik.
3. Pendataan kompetensi perawat sesuai jenjang karir pada setiap area praktik
keperawatan.
4. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi data tenaga keperawatan.
5. Melakukan audit keperawatan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
6. Melakukan koordinasi dengan unit mutu RS, untuk telaah temuan kualitas
sehingga dapat dilakukan tindak lanjut perubahan mutu.
7. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, pelatihan internal RS, untuk
berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan kemajuan IPTEK.
8. Mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah, pelatihan di luar RS bagi perawat sesuai
area praktik pada setiap level jenjang karir.
9. Memfasilitasi proses pendampingan “couch” (preceptorship/ mentorship) selama
melaksanankan praktik keperawatan.
10. Mengidentifikasi perubahan-perubahan kompetensi berdasarkan fakta melalui kaji
ulang.
Kewenangan sub komite mutu profesi adalah; assesmen, mempertahankan
dan mengembangkan mutu profesi setiap tenaga keperawatan.
c. Keanggotaan
Sub komite mutu profesi terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang, sebagai ketua,
sekertaris dan anggota. Dibantu oleh perawat-perawat yang di beri wewenang untuk
melakukan assesmen.
d. Kompetensi dan Kelompok Fungsional Keperawatan
Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite mutu profesi, makan ditetapkan mekanisme
sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data dasar tentang
profil tenaga keperawatan di RS sesuai jenjang karirnya
2. Berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan perkembangan IPTEK,
diidentifikasikan gap, kompetensi atau kompetensi baru sebagai materi pertemuan
ilmiah, dan pelatihan baik dilakukan di dalam maupun luar RS
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
3. Koordinasi dengan supervisor, instruktur klinik dan kelompok fungsional
keperawatan melakukan “couch”, bimbingan (presseptor/ mentorship) selama
melaksanankan praktik
4. Melakukan audit keperawatan dan pembahasan kasus bersama unit mutu
5. Mengidentifikasikan fenomena klinik, telaah kompetensi perawat sebagai bahan
mengadakan perubahan/ motivasi pelayanan keperawatan, standar pelayanan dan
kompetensi yang ada saat ini
6. Memberi masukan kepada kepala bidang keperawatan, bagaimana pengembangan
sumber daya manusia tentang prestasi atau kegagalan tenaga keperawatan sebagai
bahan penilaian kinerja perawat atau perubahan kewenangan klinik.
3. SUB KOMITE DISIPLIN PROFESI
Setiap perawat harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan
asuha keperawatan dengan menerapkan standar pelayanan, prosedur operasional serta
menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesialisme tenaga keperawatan dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta
penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi.
Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara
terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan keperawatan
yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan.
a. Tujuan
Sub komite disiplin profesi bertujuan :
1. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan yang
tidak layak.
2. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
b. Tugas dan Kewenangan
1. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan.
2. Melakukan pembinaan etika keperawatan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
3. Membantu menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-
masalah etik dalam pelayanan asuha keperawatan.
4. Memberikan nasehat pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
c. Keanggotaan
Sub komite disiplin profesi keperawatan terdiri dari 3 (tiga) orang perawat
sebagai ketua, sekertaris dan anggota.
Dalam penegakan disiplin profesi dilakukan oleh panel yang dibentuk oleh
ketua sub komite disiplin profesi. Panel terdiri dari 3 (tiga) orang perawat atau lebih
dengan jumlah yang ganjil, komposisinya disesuaikan dengan jenis penegakan
disiplinnya.
Mekanisme kerja :
1. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
Identifikasi sumber laporan dari manajemen rumah sakti, perawat lain, dokter
atau tenaga kesehatan lain serta pasien dan keluarganya, juga dapat berasal
dari laporan hasil konferensi klinis dan kematian.
Pemeriksaan didahulukan oleh panel disiplin profesi melalui proses
pembuktian. Tim panel dapat menggunakan keterangan saksi ahli sesuai
kebutuhan. Seluruh pemeriksaan dilakukan tertutup dan rahasia.
2. Membuat keputusan
Keputusan panel dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Bila perawat merasa
keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan bukti-
bukti baru yang kemudian sub komite disiplin membetuk panel baru. Akhirnya
keputusan di laporkan kepada direksi rumah sakit melalui komite keperawatan.
3. Memberikan tindakan disiplin profesi keperawatan berupa teguran, penugasan
peringatan tertulis, pembatasan sampai pencabutan wewenang klinis, sementara
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
atau selamanya, serta bekerja dibawah supervisi dari perawat yang memiliki
kewenangan.
4. Memberi keputusan tindakan disiplin untuk di laksanakan. Keputusan sub komite
disiplin profesi diserahkan kepada pemimpin rumah sakit dalam bentuk
rekomendasi komite keperawatan untuk selanjutnya disampaikan kepada perawat
oleh pemimpin RS untuk dilaksanakan.
5. Melakukan pembinaan profesionalisme keperawatan.
Pembinaan profesionalisme merupakan bagian penting dari tahapan sosialisasi
profesionalisme tenaga keperawatan untuk mencapai profesionalisme.
Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam pelaksanaan
praktik keperawatan sehari-hari.
Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topic dan metode
serta evaluasi.
Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, symposium,
“bedside teaching”, refleksi diskusi kasus dan lain-lain disesuaikan dengan
lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan bidang keperawatan, diklat dan
kelompok fungsional keperawatan untuk melakukan pembinaan.
G. KELOMPOK PERAWAT KLINIK
1. Pengertian
Kelompok Perawat Klinik (KPK) adalah kelompok perawat klinik yang
mempunyai area peminatan yang sama dan memiliki komitmen untuk memajukan
kelompoknya dengan meningkatkan pengetahuan, mendesiminasikan kepada koleganya
sehingga akhirnya dapat meningkatkan pelayanan terhadap klien dengan membuat
keputusan secara otonomi dan penuh percaya diri serta mengadvokasi klienya bila
dibutuhkan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
2. Jenis Keanggotaan
a. Keanggotaan KPK Tetap
Yaitu Perawat Klinik yang merupakan Tim inti dari kelompok kelimuannya dengan
ketentuan
Seorang Perawat Spesialis (Magister ataupun Doktor) dalam kelompok
keilmuannya yang dapat dipilih menjadi Ketua KPK.
Seorang Perawat Klinik sesuai peminatan yang telah melalui penempatan pada
keempat area pelayanan Dasar ( Anak, Bedah, Medikal dan Maternitas). Minimal
Perawat Klinik II dan hanya dapat dimutasi pada area pelayanan sesuai kelompok
keilmuan.
b. Keanggotaan KPK tidak tetap
Yaitu Perawat Klinik Pemula dan PK I yang masih melalui proses adaptasi dan
mutasi pada keempat area pelayanan dasar.
c. Keanggotaan KPK Kehormatan
Yaitu Perawat Manajer yang menyatakan diri bergabung / seminat dalam kelompok
keilmuan, yang dibuktikan dengan mengisi formulir keanggotaan, dan memiliki
kewajiban untuk melakukan kunjungan / visitasi pada area pelayanan keperawatan
sesuai kelompok keilmuan.
H. RAPAT KOMITE
1. Rapat Komite Keperawatan
Rapat Komite Keperawatan terdiri atas :
a. Rapat rutin,
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
b. Rapat khusus,
c. Rapat pleno.
2. Rapat Rutin Komite Keperawatan
a. Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditempatkan oleh Komite Keperawatan.
b. Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta
agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari kerja
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
c. Rapat rutin dihadiri oleh pengurus Komite Keperawatan.
d. Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
e. Setiap undangan rapat disampaikan oleh sekretaris Komite Keperawatan sebagaimana
diatur dalam ayat (2) harus disampaikan :
1) Satu salinan agenda rapat.
2) Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
3) Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu.
3. Rapat Khusus Komite Keperawatan
a. Rapat khusus Komite Keperawatan diselenggarakan dalam hal :
1) Diperintahkan oleh ketua; atau
2) Permintaan yang diajukan oleh secara tertulis oleh paling sedikit tiga pengurus
Komite Keperawatan dalam waktu empat puluh delapan jam sebelumnya; atau
3) Permintaan Ketua Komite Keperawatan untuk hal-hal yang memerlukan penetapan
kebijakan Komite Keperawatan dengan segera.
b. Sekretaris Komite Keperawatan menyelengggarakan rapat khusus dalam waktu empat
puluh delapan jam setelah diterimanya permintan tertulis rapat yang ditandatangani
oleh seperempat dari jumlah anggota Komite Keperawatan yang berhak komite untuk
hadir dan memberikan suara dalam rapat tersebut.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
c. Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta
agenda rapat kepada para pengurus yang berhak hadir paling lambat dua puluh empat
jam sebelum rapat tersebut dilaksankan.
d. Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan
dibicarkan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang
tercantum dalam pemberitahuan tersebut.
4. Rapat Pleno Komite Keperawatan
a. Rapat pleno Komite Keperawatan diselenggarakan satu kali setahun.
b. Rapat pleno dihadiri oleh Staf Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang.
c. Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan
Komite Keperawatan, dan agenda lainnya yang telah ditetapkan Komite Keperawatan
lainnya.
d. Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara
tertulis beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat
empat belas hari sebelum rapat tersebut dilaksanakannya.
5. K u o r u m
a. Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah pengurus
Komite Keperawatan di tambah satu yang berhak untuk hadir dan memberikan suara.
b. Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.
6. Pengambilan Putusan Rapat
a. Pengambilan putusan Rapat diupayakan melalui musyawarah mufakat.
b. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak dari pemungutan lainnya.
c. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang membuat
keputusan hasil rapat.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
7. Tata Tertib Rapat
a. Setiap rapat Komite Keperawatan berhak dihadiri oleh pengurus Komite
Keperawatan
b. Rapat dipimpin oleh ketua Komite Keperawatan atau yang ditunjuk oleh ketua
Komite Keperawatan .
c. Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan oleh ketua.
d. Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
e. Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan rapat.
f. Setiap peserta wajib menjaga menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
g. hal-hal lain yang menyangkut tehnis tatatertb rapat akan ditetpkan oleh ketua sebelum
rapat dimulai.
8. Notulen Rapat
a. Setiap rapat harus di buat notulenya.
b. Semua notulen rapat Komite Keperawatan dicatat oleh sekretaris atau penggantinya
yang ditunjuk.
c. Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat satu minggu setelah rapat
diselenggarakan untuk dapat tindak lanjut sebagaimana mestinya.
d. Notulen rapat tidak boleh di ubah kecuali untuk hal – hal yang berkaitan dengan
keakuratan notulen tersebut.
e. Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Keperawatan dan sekretaris Komite
Keperawatan pada rapat berikutnya dan notulen tersebut diberlakukan dokumen yang
sah.
f. Sekretaris memberikan salinan notulen kepad direktur paling lambat satu minggu
setelah ditandatangani oleh ketua dan sekretaris Komite Keperawatan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
BAB IV
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
A. PEMBINAAN ETIK
1. Dasar Pembinaan Etik Keperawatan
Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin
Keperawatan dan tata tertib oleh seorang Staf keperawatan adalah hal-hal yang
menyangkut :
a. Dugaan pelanggaran statuta dan tata tertib Staf Keperawatan.
b. Dugaan pelanggaran tata tertib dan etika profesi.
c. Dugaan pelanggaran tata tertib dan kebijakan rumah sakit.
d. Perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit.
e. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi
sesuai dengan ketetapan Komite Keperawatan.
f. Ketidakmampuan untuk bekerjasama dengan Staf rumah sakit yang dapat
menimbulkan inefisiensi operasional rumah sakit.
g. Hal-hal lain yang oleh Komite Keperawatan sepatutnya dianggap menyangkut
disiplin Keperawatan.
2. Tatacara pelaporan dugaan pelanggaran etik
Setiap Staf keperawatan rumah sakit yang terkait dengan Pelayanan Keperawatan
wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran kepada ketua Komite Keperawatan
secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk itu dengan tatacara sebagai
berikut :
a. Staf keperawatan menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada ketua
Komite Keperawatan melalui kordinator Staf keperawatan fungsional / Kelompok
perawat klinik yang tekait.
b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan
yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada ketua komite
Keperawatan melalui Direktur.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
3. Penanganan masalah etik
a. Ketua Komite Keperawatan wajib meneliti, menindaklanjuti dan memberikan
kesimpulan serta putusan setiap laporan yang disampaikan oleh Staf keperawatan dan
Staf rumah sakit yang terkait dengan Pelayanan Keperawatan.
b. Ketua Komite Keperawatan dapat menugaskan Sub Komite terkait dibawah Komite
Keperawatan untuk meneliti menindak lanjuti setiap laporan.
c. Ketua Komite Keperawatan memberikan kesimpulan dan putusan sebagimana yang
dimaksud dalam poin (b) berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi sub komite
terkait yang dapat berbentuk :
1) Saran kepada Staf keperawatan terkait dan manajemen rumah sakit.
2) Putusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya
pelanggaran disiplin Keperawatan, tata tertib dan etik.
d. Semua putusan sebagaimana dimaksud dalam poin (c) didokumentasikan secara
lengkap oleh Sekretaris Komite Keperawatan dan diperlakukan secara konfidensial.
e. Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam poin (c) kepada pihak
manapun hanya dapat ditentukan oleh direktur setelah memperoleh persetujuan dari
ketua Komite Keperawatan.
4. Penelitian masalah etik
a. Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi Keperawatan, etika Keperawatan, dan
tata tertib dimulai berdasarkan putusan ketua Komite Keperawatan untuk melakukan
penelitian lanjutan dan dilaksanakan oleh Sub Komite Disiplin Profesi.
b. Sub Komite Disiplin Profesi melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah
ditetapkan dalam statuta ini.
c. Ketua Sub Komite Disiplin Profesi menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi
kepada ketua Komite Keperawatan untuk ditetapkan sebagai putusan Komite
Keperawatan yang memuat :
1) Ringkasan kasus atau kejadian.
2) Kesimpulan tentang ada atau tidak adanyanya pelanggaran.
3) Rekomendasi Asuhan korektif.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
d. Ketua Komite Keperawatan wajib menetapkan putusan dengan memperhatikan
masukan dari sub Komite lain dalam waktu paling lama 7 hari kerja setelah
diterimanya putusan Sub Komite Disiplin Profesi.
e. Putusan Komite Keperawatan sebagaimana disampaikan kepada direktur dengan
tembusan kepada yang bersangkutan.
B. PEMANTAU MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
1. Untuk menjaga mutu Pelayanan Keperawatan dilakuakan audit Keperawatan secara
berkala dan pendidikan Keperawatan yang berkelanjutan dengan tatacara yang lazim
yang ditentukan Komite Keperawatan.
2. Topik, jangka waktu, dan tatacra audit Keperawatan ditetapkan oleh Sub Komite
mutu profesi .
3. Sub Komite mutu profesi melaporkan hasil udit Keperawatan dan analisisnya secara
berkala kepada Komite Keperawatan untuk ditindaklanjuti.
4. Komite Keperawatan wajib melakukan korektif yang dianggap perlu untuk
menindaklanjuti hasil audit Keperawatan sebagaimana diatur dalam ayat (3).
5. Setiap anggota Staf keperawatan wajib menjalani pendidikan Keperawatan
berkelanjutan yang substansi dan tatacaranya diatur oleh sub komite Mutu Profesi.
6. Sub Komite mutu profesi memberikan laporan kepada Komite Keperawatan
mengenai efektifitas, dan kewajaran Pelayanan Keperawatan yang diberikan oleh
seluruh Staf keperawatan yang bekerja di rumah sakit.
C. PENILAIAN
1. Setiap Staf keperawatan yang akan bekerja dirumah sakit umum daerah tugurejo
harus telah memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana sebagaimana dipersyaratkan
dalam statuta ini.
2. Syarat tersebut sebagaimana dimaksud dalam poin (1) di nilai oleh Komite
Keperawatan melalui Sub Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan
dalam statuta ini.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
3. Hanya Staf keperawatan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam poin (1) dan (2) yang dapat diusulkan untuk diberi kewenangan menangani
pasien di RSU DR.R.Soetijono Blora sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain
yang ditentukan oleh Komite Keperawatan.
4. Staf keperawatan yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
poin (3) setuju untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan dalam batas-batas standar
profesi.
5. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam poin (3) akan dinilai kembali oleh
Komite Keperawatan melalui Sub Komite kredensial dengan tata cara yang telah
ditentukan dalam statuta ini.
6. Bagi Staf keperawatan baru, evaluasi dilakukan dalam tiga (3) bulan pertama dan
bagi perawat lainnya dalam satu tahun.
7. Evaluasi terhadap Staf keperawatan sebagaimana dimaksud dalam poin (5) dilakukan
oleh panitia kredensial bersama Kelompok Perawat Klinik yang terkait.
8. Pada akhir masa evaluasi calon Staf keperawatan sebagaimana dimaksud dalam poin
(6) maka ketua Sub Komite kredensial memberikan laporan perilaku Keperawatan
professional yang berkaitan dengan Komite Keperawatan.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7
RSU DR.R.SOETIJONO BLORA
BAB V
PENUTUP
Pengembangan Komite keperawatan dapat membantu kelompok profesi
perawat/bidan agar kompetensi dan pertumbuhan profesi perawat di RSU DR.R.Soetijono
Blora dapat terus berkembang. Pelayanan asuhan keperawatan paripurna dapat terlaksana
jika asuhan keperawatan dilakukan secara terencana dan terarah sehingga dapat menjamin
bahwa sistem pemberian pelayanan – asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien,
diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan benar
(scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan, wadah tersebut
adalah komite keperawatan.
Dengan adanya Pedoman Komite Keperawatan, diharapakan dapat digunakan sebagai
acuan komite keperawatan dalam menyusun program kerja, sehingga program kerja komite
keperawatan dapat terarah sesuai dengan visi dan misi RSU DR.R.Soetijono Blora.
Sebagai tindak lanjut dari pedoman ini diperlukan beberapa hal untuk dikembangkan
komite keperawatan yang meliputi : 1) Nursing Staff by Laws 2) Standar Kompetensi
internal perawat 3)Mekanisme jenjang karier perawat 4) Kelompok Perawat Klinik 5) system
uji kompetensi internal 6) System renumerasi perawat.
P E D O M A N P E N Y E L E N G A R A A N K O M I T E K E P E R A W A T A N Page 7