8
HERPES ZOSTER DEFINISI Herpes zoster (HZ) adalah infeksi kulit akut oleh virus yang berkaitan dengan reaktivasi varicella-zoster virus (VZV) dengan efloresensi di daerah yang sesuai dengan sebaran dermatom dan unilateral. SINONIM Shingles EPIDEMIOLOGI Herpes zoster (HZ) banyak menyerang usia lebih dari 50 tahun sebesar 66% dan pada anak-anak sehat usia < 18 tahun sebesar 28% 1 . Insidensi HZ di negara dengan empat musim meningkat pada musim gugur dan akhir musim dingin. Transmisi penyakit ini secara kontak langsung dan aerogen. ETIOLOGI Virus varicella-zoster. PATOGENESIS DAN MANIFESTASI KLINIS VZV masuk ke dalam tubuh host pada paparan pertama melalui kontak langsung atau aerosol menimbulkan manifestasi varisella. Virus yang masuk ke dalam tubuh 7

2. Herpes Zoster

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dermatologi

Citation preview

Page 1: 2. Herpes Zoster

HERPES ZOSTER

DEFINISI

Herpes zoster (HZ) adalah infeksi kulit akut oleh virus yang berkaitan

dengan reaktivasi varicella-zoster virus (VZV) dengan efloresensi di daerah yang

sesuai dengan sebaran dermatom dan unilateral.

SINONIM

Shingles

EPIDEMIOLOGI

Herpes zoster (HZ) banyak menyerang usia lebih dari 50 tahun sebesar 66% dan

pada anak-anak sehat usia < 18 tahun sebesar 28%1. Insidensi HZ di negara

dengan empat musim meningkat pada musim gugur dan akhir musim dingin.

Transmisi penyakit ini secara kontak langsung dan aerogen.

ETIOLOGI

Virus varicella-zoster.

PATOGENESIS DAN MANIFESTASI KLINIS

VZV masuk ke dalam tubuh host pada paparan pertama melalui kontak langsung

atau aerosol menimbulkan manifestasi varisella. Virus yang masuk ke dalam

tubuh dan mengalami replikasi dalam darah serta menembus sel saraf. Virus

mengalami dorman dalam ganglion saraf sensori yang disebut dengan fase laten.

Apabila terdapat pemicu replikasi virus dalam ganglion seperti stres, trauma, dan

imunosupresi akan menyebabkan munculnnya manifestasi pada kulit akibat

reaktivasi VZV. Fase awal reaktifasi virus akan menyebabkan gejala prodormal

pada host dengan tanda paresthesia dan nyeri. Nyeri yang dirasakan bisa

menimbulkan berbagai sensasi seperti terbakar dan teriris. Selain itu, beberapa

penderita akan mengeluhkan malaise, myalgia dan demam. Waktu yang

digunakan untuk menimbulkan prodorma sekitar 1-2 minggu. Efloresensi kulit

7

Page 2: 2. Herpes Zoster

yang muncul sesuai dengan daerah yang persarafi oleh ganglion sensori tempat

virus VZV dorman. Letak ganglion sensori menyebabkan efloresensi terletak

unilateral.

Efloresensi akibat VZV setelah masa inkubasi 1-2 minggu muncul

makulopapuloeritematous dalam waktu 1-2 hari, kemudian vesikel muncul pada

hari ke-3 dan berubah menjadi pustula di hari ke-7 hingga 10. Efloresensi kulit

menetap menjadi krusta hingga 2 minggu.

Tanda khas dari HZ adalah munculnya efloresensi yang terletak pada satu sisi

tubuh dan tidak melewati sumbu tubuh. Pembagian HZ didasarkan pada regio

yang mengenai. HZ oftalmikus terjadi akibat VZV menginfeksi ganglion sensoris

pada nervus trigeminus cabang pertama. HZ thorakalis merupakan HZ yang

paling banyak terjadi. HZ lain yang muncul HZ servikalis, lumbalis, dan sakralis.

Selain bentuk HZ berdasarkan regio, HZ abortifum dan generalisata salah satu

klasifikasi HZ. HZ abortifum adalah penyakit HZ muncul dalam waktu yang

singkat dengan efloresensi berupa eritema dan vesikel. HZ generalisataditandai

dengan kelainan kulit yang unilateral ditambah dengan enyebaran vesikel solitare

dan umbilikasi.

8

Page 3: 2. Herpes Zoster

KOMPLIKASI

HZ menimbulkan komplikasi pada sebagian besar host. Faktor resiko yang

memungkinkan munculnya komplikasi bergantung pada macam komplikasinya.

Komplikasi yang muncul pasca HZ dibagi menjadi tiga point yakni kutaneus,

viseral dan neuronal sperti pada gambar di bawah.

HZ oftalmikus bisa menyebabkan kelaianan di regio orbita seperti uveitis,

keratitis, konjungtivitis, retinitis dan neuritis optikus. HZ yang menyerang nervus

trigemunus cabnag dua dan tiga menimbulkan Ramsay hunt syndorm dengan

manifestasi paralitik regio fasialis seperti bell’s palsy dan gangguan otikus dengan

gejala tinitus, vertigo dan deaffnes. HZ pada usia lebih dari 50 tahun dan pada

host yang mengalami prodorma berupa nyeri merupakan faktor resiko munculnya

Postherpetik neuralgia (PHN). PHN adalah rasa nyeri yang muncul pada daerah

bekas penyembuhan labih dari satu bulan setelah penyakitnya sembuh.

9

Page 4: 2. Herpes Zoster

PEMBANTU DIAGNOSIS

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah Tzanks smear dan

analisa imunologi. Tzanck smear merupakan pemeriksaan sitologi dengan sampel

bagian dasar vesikel lesi dan dilakukan pengecatan gram atau HE. Khas pada HZ

ditemukan sel dantia berinti banyak. Analisa imunologi merupakan pemeriksaan

yang lebih spesifik tetapi jarang digunakan di Indonesia, diantaranya adalah VZV

antigen detection.

10

Page 5: 2. Herpes Zoster

DIAGNOSIS BANDING

PENANGANAN

Penanganan HZ meliputi tindakan medikamentosa dan non-medikamentosa. HZ

sering mengalami rekurensi pada host dengan adanya faktor pemicu, oleh sebab

itu penanganan HZ tidak hanya dalam hal kuratif namun juga tindakan

pencegahan terhadap reaktivasi VZV.

1. Medikamentosa

Pengobatan HZ meliputi terapi simptomatik dan kuratif. Simptomatik yang

digunakan sesuai dengan keluhan yang muncul pada host. Analgesik dan

dressing dibutuhkan untuk mengurangi rasa nyeri serta mencegah pecahnya

vesikel-vesikel. Analgesik yang bisa diberikan asam mefenamat dengan

dosis 3-4 x 250-500 mg per hari, dipiron 3 x 500 mg, dan parasetamol 3 x

11

Page 6: 2. Herpes Zoster

500mg per hari. Dressing bisa menggunakan bedak salisil 2 % atau losio

kalamin untuk stadium vesikuler. Apabila vesikel pecah bisa diberikan

kompres terbuka dengan antiseptik dan jika terdapat krusta bisa diberikan

antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder.

Pemberian antiviral sistemik dengan regimen asiklovir, valasiklovir dan

vamsiklovir dianjurkan pada HZ dengan efloresensi yang muncul sampai 3-

4 hari dari munculnya eritema yang pertama. Dosis asiklovir diberikan pada

dewasa dengan imunocompetent 5 x 800 mg selama 7 hari, falasiklovir 3 x

1000mg selama 7 hari, dan vamsiklofir 3 x 500 mg selama 7 hari.

Neurotropik juga bisa diberikan dengan sediaan vit B1, B6, dan B12. PHN

bisa diterapi dengan regimen gabapentin 3 x 300 mg, doxepin 10-100 mg x

3, dan bisa diberikan anestesi topical seperti EMLA atau lidocain 5 %

injeksi di tempat lesi.

2. Nonmedikamentosa

Pasien HZ dianjurkan bedrest pada saat fase akut. Diit yang dianjurkan

tinggi kalori dan protein. Sangat diperlukan untuk memberikan edukasi

kepada pasien dan keliuarga tentang munculnya komplikasi yang munngkin

muncul, prognosis penyakit dan perlunya kontrol kembali. Penularan pada

semua fase bisa terjadi secara kontak langsung maupun aerosol sehingga

yang diperlukan untuk mencegah munculnya HZ pada individu lain adalah

imunitas yang baik.

PROGNOSIS

HZ memiliki prognosis baik pada vitam dan functionamnya, namun sanationam

HZ dubia ad malam dengan angka rekurensi pada host imunocompetensi. Hal ini

bergantung dari tindakan perawatan secara dini

12