Upload
flo-ardyansyah
View
32
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dermatologi
Citation preview
HERPES ZOSTER
DEFINISI
Herpes zoster (HZ) adalah infeksi kulit akut oleh virus yang berkaitan
dengan reaktivasi varicella-zoster virus (VZV) dengan efloresensi di daerah yang
sesuai dengan sebaran dermatom dan unilateral.
SINONIM
Shingles
EPIDEMIOLOGI
Herpes zoster (HZ) banyak menyerang usia lebih dari 50 tahun sebesar 66% dan
pada anak-anak sehat usia < 18 tahun sebesar 28%1. Insidensi HZ di negara
dengan empat musim meningkat pada musim gugur dan akhir musim dingin.
Transmisi penyakit ini secara kontak langsung dan aerogen.
ETIOLOGI
Virus varicella-zoster.
PATOGENESIS DAN MANIFESTASI KLINIS
VZV masuk ke dalam tubuh host pada paparan pertama melalui kontak langsung
atau aerosol menimbulkan manifestasi varisella. Virus yang masuk ke dalam
tubuh dan mengalami replikasi dalam darah serta menembus sel saraf. Virus
mengalami dorman dalam ganglion saraf sensori yang disebut dengan fase laten.
Apabila terdapat pemicu replikasi virus dalam ganglion seperti stres, trauma, dan
imunosupresi akan menyebabkan munculnnya manifestasi pada kulit akibat
reaktivasi VZV. Fase awal reaktifasi virus akan menyebabkan gejala prodormal
pada host dengan tanda paresthesia dan nyeri. Nyeri yang dirasakan bisa
menimbulkan berbagai sensasi seperti terbakar dan teriris. Selain itu, beberapa
penderita akan mengeluhkan malaise, myalgia dan demam. Waktu yang
digunakan untuk menimbulkan prodorma sekitar 1-2 minggu. Efloresensi kulit
7
yang muncul sesuai dengan daerah yang persarafi oleh ganglion sensori tempat
virus VZV dorman. Letak ganglion sensori menyebabkan efloresensi terletak
unilateral.
Efloresensi akibat VZV setelah masa inkubasi 1-2 minggu muncul
makulopapuloeritematous dalam waktu 1-2 hari, kemudian vesikel muncul pada
hari ke-3 dan berubah menjadi pustula di hari ke-7 hingga 10. Efloresensi kulit
menetap menjadi krusta hingga 2 minggu.
Tanda khas dari HZ adalah munculnya efloresensi yang terletak pada satu sisi
tubuh dan tidak melewati sumbu tubuh. Pembagian HZ didasarkan pada regio
yang mengenai. HZ oftalmikus terjadi akibat VZV menginfeksi ganglion sensoris
pada nervus trigeminus cabang pertama. HZ thorakalis merupakan HZ yang
paling banyak terjadi. HZ lain yang muncul HZ servikalis, lumbalis, dan sakralis.
Selain bentuk HZ berdasarkan regio, HZ abortifum dan generalisata salah satu
klasifikasi HZ. HZ abortifum adalah penyakit HZ muncul dalam waktu yang
singkat dengan efloresensi berupa eritema dan vesikel. HZ generalisataditandai
dengan kelainan kulit yang unilateral ditambah dengan enyebaran vesikel solitare
dan umbilikasi.
8
KOMPLIKASI
HZ menimbulkan komplikasi pada sebagian besar host. Faktor resiko yang
memungkinkan munculnya komplikasi bergantung pada macam komplikasinya.
Komplikasi yang muncul pasca HZ dibagi menjadi tiga point yakni kutaneus,
viseral dan neuronal sperti pada gambar di bawah.
HZ oftalmikus bisa menyebabkan kelaianan di regio orbita seperti uveitis,
keratitis, konjungtivitis, retinitis dan neuritis optikus. HZ yang menyerang nervus
trigemunus cabnag dua dan tiga menimbulkan Ramsay hunt syndorm dengan
manifestasi paralitik regio fasialis seperti bell’s palsy dan gangguan otikus dengan
gejala tinitus, vertigo dan deaffnes. HZ pada usia lebih dari 50 tahun dan pada
host yang mengalami prodorma berupa nyeri merupakan faktor resiko munculnya
Postherpetik neuralgia (PHN). PHN adalah rasa nyeri yang muncul pada daerah
bekas penyembuhan labih dari satu bulan setelah penyakitnya sembuh.
9
PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah Tzanks smear dan
analisa imunologi. Tzanck smear merupakan pemeriksaan sitologi dengan sampel
bagian dasar vesikel lesi dan dilakukan pengecatan gram atau HE. Khas pada HZ
ditemukan sel dantia berinti banyak. Analisa imunologi merupakan pemeriksaan
yang lebih spesifik tetapi jarang digunakan di Indonesia, diantaranya adalah VZV
antigen detection.
10
DIAGNOSIS BANDING
PENANGANAN
Penanganan HZ meliputi tindakan medikamentosa dan non-medikamentosa. HZ
sering mengalami rekurensi pada host dengan adanya faktor pemicu, oleh sebab
itu penanganan HZ tidak hanya dalam hal kuratif namun juga tindakan
pencegahan terhadap reaktivasi VZV.
1. Medikamentosa
Pengobatan HZ meliputi terapi simptomatik dan kuratif. Simptomatik yang
digunakan sesuai dengan keluhan yang muncul pada host. Analgesik dan
dressing dibutuhkan untuk mengurangi rasa nyeri serta mencegah pecahnya
vesikel-vesikel. Analgesik yang bisa diberikan asam mefenamat dengan
dosis 3-4 x 250-500 mg per hari, dipiron 3 x 500 mg, dan parasetamol 3 x
11
500mg per hari. Dressing bisa menggunakan bedak salisil 2 % atau losio
kalamin untuk stadium vesikuler. Apabila vesikel pecah bisa diberikan
kompres terbuka dengan antiseptik dan jika terdapat krusta bisa diberikan
antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder.
Pemberian antiviral sistemik dengan regimen asiklovir, valasiklovir dan
vamsiklovir dianjurkan pada HZ dengan efloresensi yang muncul sampai 3-
4 hari dari munculnya eritema yang pertama. Dosis asiklovir diberikan pada
dewasa dengan imunocompetent 5 x 800 mg selama 7 hari, falasiklovir 3 x
1000mg selama 7 hari, dan vamsiklofir 3 x 500 mg selama 7 hari.
Neurotropik juga bisa diberikan dengan sediaan vit B1, B6, dan B12. PHN
bisa diterapi dengan regimen gabapentin 3 x 300 mg, doxepin 10-100 mg x
3, dan bisa diberikan anestesi topical seperti EMLA atau lidocain 5 %
injeksi di tempat lesi.
2. Nonmedikamentosa
Pasien HZ dianjurkan bedrest pada saat fase akut. Diit yang dianjurkan
tinggi kalori dan protein. Sangat diperlukan untuk memberikan edukasi
kepada pasien dan keliuarga tentang munculnya komplikasi yang munngkin
muncul, prognosis penyakit dan perlunya kontrol kembali. Penularan pada
semua fase bisa terjadi secara kontak langsung maupun aerosol sehingga
yang diperlukan untuk mencegah munculnya HZ pada individu lain adalah
imunitas yang baik.
PROGNOSIS
HZ memiliki prognosis baik pada vitam dan functionamnya, namun sanationam
HZ dubia ad malam dengan angka rekurensi pada host imunocompetensi. Hal ini
bergantung dari tindakan perawatan secara dini
12