Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8 Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1 Tinjauan Literatur Tentang Komik
2.1.1. Pengertian Komik
Buku Understanding Comics karya Scott McCloud mendefinisikan seni
sequential (pengurutan atau penjabaran) dan komik sebagai “ juxtaposed
pictorial and other image in deliberate sequence, intended to convey
information and/or to produce an aesthetic response in the viewer”(4).
McCloud mendefinisikan komik sebagai gambar-gambar dan lambang-
lambang yang memiliki posisi berdekatan atau bersebelahan dalam urutan
tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai
tanggapan estetis dari para pembaca.
Pemaknaan komik, sampai saat ini masih belum memiliki titik temu.
Belum ada satu kata sepakat dalam pemaknaan komik diantara para peneliti
dan pemerhati komik. Timbulnya perbedaan definisi ini dikarenakan
perbedaan persepsi dan pengamatan peneliti terhadap media ini. Peneliti
komik cenderung memberikan definisi sesuai dengan penekanan fokus kajian
masing- masing. Sebagian peneliti, mementingkan kolaborasi antara gambar
dan teks, adapula yang mementingkan nilai kesusatraan, adapula yang
mementingkan nilai gambar, bahkan, ada yang lebih mempertimbangkan sifat
kesinambungannya (Sequental).
Perbedaan-perbedaan penekanan inilah yang kemudian menghasilkan
banyak istilah dalam penyebutan komik. Beberapa contoh istilah penyebutan
komik oleh beberapa peneliti, Picture Stories (Rodolphe Topffer), Pictorial
Narratives (Frans Masereel dan Lynd Ward), Picture Novella (Drake Waller),
Illustrories (Charles Biro), Picto-fiction (Bill Gaine), Sequental art/Graphic
Novel (Will Eisner), dan Nouvelle Manga (Frederic Boilet). Namun, sebagai
intinya, komik adalah bentuk lahir dari hasrat manusia untuk menceritakan
pengalamannnya melalui bentuk gambar dan tanda. (Boneff 16)
Dalam Bahasa Indonesia sendiri, komik memiliki definisi yang sama
dengan comic (Bahasa Inggris), karena banyak suku kata bahasa Indonesia
yang mengadaptasi atau menyerap bahasa-bahasa lain seperti Bahasa Inggris,
9 Universitas Kristen Petra
Portugis, Arab, Jawa, dan bahasa-bahasa suku lokal Indonesia. Namun, dalam
perjalanan sejarah komik di Indonesia, muncul pula istilah ‘tjergam’ yang
merupakan akronim dari ‘tjerita bergambar’(Boneff 9).
2.1.2. Fungsi dan Peranan Komik Dalam Kehidupan Sosial
Komik saat ini banyak dipergunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan, sehingga fungsi komik pun menjadi beragam, tidak
hanya sebatas media hiburan atau rekreasi.Komik saat ini dekat dengan
kehidupan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, namun tidak jarang
orang dewasa menjadi konsumennya.Komik dapat menjadi sebuah media
hiburan, media promosi atau adveritising, juga sebagai media pembelajaran,
maupun media propaganda atau kritik sosial.
1. Komik sebagai media hiburan, komik terutama komik fiksi murni hanya
untuk menghibur pembacanya, cerita yang diangkat beragam, mulai
dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan pembacanya, hingga fantasi
atau khayalan tingkat tinggi. Komik ini pada umumnya dirancang
sebagai bacaan ringan untuk mengisi waktu luang dan untuk
mengembangkan daya imajinasi pembacanya.
2. Komik sebagai media promosi, dunia periklanan berkembang dengan
pesat dan tuntutan akan media baru yang dapat membantu sebuah
produk atau perusahaan menyampaikan pesan akan selalu ada, dan
komik menjadi salah satu media yang dipilih untuk menyampaikan
informasi itu. Saat ini di Indonesia sendiri, ada banyak perusahaan
menggunakan komik terutama komik strip untuk mempromosikan
produk atau jasanya, dan pada umumnya target yang dituju adalah
golongan anak-anak maupun remaja.
3. Komik sebagai media pembelajaran, komik saat ini digunakan pula
sebagai media untuk pembelajaran disekolah. Materi pembelajaran yang
dikomikkan pun beragam, mulai dari fisika, biologi hingga sejarah.
Model pembelajaran dengan komik mulai banyak digunakan, hal ini
disebabkan karena anak-anak lebih menyukai cerita bergambar
dibandingkan yang hanya berisi teks.
10 Universitas Kristen Petra
4. Komik sebagai media kritik sosial, komik-komik seperti Benny Mice,
Panji Koming, Kostum dan Tin Tin, diguanakan sebagai media
komikus untuk mengkritik situasi sosial yang ada disekelilingnya.
Media komik digunakan karena pada dasarnya komik mengangkat
cerita dengan ditambah humor atau banyolan, sehingga tidak terlalu
dianggap sebagai sesuatu yang serius, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan konflik, namun lebih menjadi sebuah refleksi yang lucu
dan menarik.
2.1.3. Sejarah Perkembangan Komik
Sebenarnya komik merupakan bentuk pengembangan dari seni ilustrasi,
bedanya illustrasi hanya berupa penggambaran statis sedangkan komik
memuat unsur penceritaan dan menyatukan verbal (teks) dengan visual.
Contoh komik tertua yang paling dikenal manusia adalah ukiran atau lukisan
di makam Raja Mesir kuno, didalam pahatan batu tersebut ada gambar-
gambar yang disusun membentuk sebuah jalan cerita dengan huruf-huruf
hieroglyph ditempatkan disekeliling gambar sebagai keterangan cerita dari
sebuah gambar atau panel.
Diantara semua bentuk komik yang ada di masa lampau, ada satu
peristiwa penting yang memiliki dampak yang luar biasa dalam sejarah
komik, penemuan mesin cetak. Dengan ditemukannya mesin cetak, bentuk
seni yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi kaum konglomerat dan
pejabat, sekarang dapat dinikmati oleh semua orang.
Kerumitan cerita bergambar mulai berkembang dan mencapai puncak
keemasan ditangan cetakan William Hogarth. Salah satu karya Hogarth yang
terkenal berjudul A Harlot’s Progress, yang diterbitkan tahun 1731.
Walaupun hanya terdiri dari beberapa lembar, gambar-gambar ini
menceritakan kisah yang kaya akan detail dan diilhami oleh keprihatinan
sosial yang mendalam.Cerita Hogarth awalnya dipamerkan sebagai rangkaian
lukisan kemudian dijual sebagai hasil karya ukiran. Lukisan dan ukiran
tersebut kemudian dirancang untuk dipandang secara berdampingan dan
berangkaian membentuk sebuah jalan cerita yang runtut. A Harlot’s Progress
dan cerita lanjutannya A Rake’s Progress menjadi sangat populer masa
11 Universitas Kristen Petra
itu.Untuk melindungi bentuk baru dari karya itu, maka disahkanlah Undang-
Undang Hak Cipta.
Konsep komik modern yang ada saat ini berasal dari pemikiran dan
pena seorang guru dan seniman sekaligus penulis Swiss,Rodolphe Töpffer
(1799-1846). Salah satu cerita bergambar karya perdananya berjudul Histoire
de Mr. Vieux Bois, dalam 30 halaman berisikan 158 panel. Karya ini dibuat
pada tahun 1827 namun baru dipublikasikan secara luas 10 tahun kemudian,
namun bentuknya telah dirombak dan digambar ulang dalam satu baris dan
dibuat menjadi 88 halaman, dan pada waktu yang sama, 2 karya Topffer yang
lain telah dicetak. Karya ini diakui oleh Topffer dibuat hanya sekedar menjadi
hiburan, sebagai hobi yang sepele.
Karya ini dibuat memiliki tahapan cerita dan telah menggunakan sistem
balon kata yang dipakai di komik-komik modern, hanya saja balon kata hanya
berupa kotak keterangan yang diletakkan dibawah gambar di tiap panelnya.
Bentuk ini menginspirasi komikus lain dalam mengembangkan karyanya.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1845, penggambaran satir yang
sering muncul dalam surat kabar maupun majalah diberi sebuah nama baru,
kartun. Dalam dunia seni, istilah kartun, atau Cartoon dalam bahasa Inggris
digunakan untuk mendeskripsikan sketsa pensil yang belum diberi warna.
Sejak saat itu perkembangan komik mulai meluas ke berbagai negara di
dunia, seperti Jepang, China, Korea, Eropa dan Indonesia.
2.1.3.1. Sejarah Komik Indonesia
Menurut NCA dalam harian Kompas edisi 20 Maret 2004, Perjalanan
komik Indonesia tampaknya tidak akan lepas dari tradisi bercerita atau
berkomunikasi dengan simbol maupun gambar. Di Indonesia sendiri,
penggunaan gambar-gambar sebagai media bercerita bisa ditemukan pada
banyak benda bersejarah, seperti prasasti, candi, dan sebagainya. Sebagai
contoh, pada Candi Borobudur yang diduga dibangun pada masa
pemerintahan Raja Syailendra dari Mataram pada tahun 752-842 Masehi. Di
candi tersebut dapat ditemukan 1.460 adegan pada pahatan relief tentang
ajaran Buddha Gautama.
12 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1 Relief Candi Borobudur
Sumber: ugm.ac.id
Kemudian, sebagai cerita bergambar yang tercetak, kehadiran komik
disebut-sebut pertama kali berkembang di media massa. Hal ini diungkap
oleh Marcel Bonnef, yang pernah melakukan penelitian tentang komik di
Indonesia. Marcel memaparkan, media massa memang merupakan sarana
penyebarluasan pesan yang ampuh, termasuk komik. Sebagai salah satu
contoh kasus, fenomena yang terjadi di Amerika Serikat. Di negera tersebut,
komik-selanjutnya dikenal dengan sebutan komik strip lahir dan dibesarkan
oleh media cetak.
Hal serupa terjadi di Indonesia. Ketika masih dikenal sebagai Hindia
Belanda, komik diketahui pertama kali muncul pada tahun 1930-an di media-
media cetak. Ada dua jenis komik yang menonjol pada masa itu, yaitu komik
Barat dan Timur. Komik Barat merupakan komik dengan tokoh-tokoh utama
umumnya adalah superhero dan berasal dari Eropa maupun Amerika Serikat.
Adapun komik Timur merupakan komik-komik yang berasal dari negara-
negara di Asia, terutama Cina pada masa itu.
Pada tahun 1930, surat kabar besar berbahasa Melayu ketika itu, Sin Po,
memuat komik strip berisi berbagai petualangan tokoh jenaka karya komikus
muda, Kho Wang Gie. Selanjutnya, Kho Wang Gie menciptakan tokoh
terkenal Put On yang juga dimuat di Sin Po. Komik Put On dimuat hingga
tahun 1960 di Sin Po, yaitu hingga surat kabar tersebut dilarang terbit. Setelah
Put On, sebuah kelompok media Melayu Tionghoa, Keng Po, juga disebutkan
sempat mencoba mengorbitkan tokoh serupa, Si Tolol, dalam mingguan Star
Magazine. Usia Si Tolol tak selama Put On, hanya berkisar tiga tahun (1939-
1942). Mingguan lain, Star Weekly, juga memunculkan tokoh komik lain, Oh
13 Universitas Kristen Petra
Koen. Namun, tak beda dengan Si Tolol, tokoh komik ini pun tak mampu
menandingi kepopuleran Put On.
Gambar 2.2Tampilan Komik Put On
Sumber: raniariana.com
Selain komik-komik yang bernuansa Asia, pada tahun 1938 di sebuah
harian berbahasa Belanda, De Java Bode, muncul komik berjudul Flippie
Flink karya Clinge Doorenbos. Komik ini ditujukan untuk anak-anak. Selain
De Java Bode, mingguan De Orient tercatat sebagai media cetak yang
memuat komik petualangan luar angkasa terkenal, Flash Gordon.
Kemudian, dari hasil penelusuran yang dilakukan Bonnef, selain media
cetak berbahasa Belanda, beberapa surat kabar berbahasa Melayu pun turut
menampilkan komik-komik Barat. Sampai tahun 1942, komik Barat maupun
Timur terlihat berjalan maju berdampingan. Pada masa pendudukan Jepang,
banyak pers yang diberangus dan dimanfaatkan untuk kepentingan
propaganda Asia Timur Raya. Masa ini menjadi masa suram pertama bagi
industri komik Indonesia.
Pemberangusan pers oleh Jepang terus berlangsung di Indonesia hingga
proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Namun, setelah pendudukan
Jepang berakhir, penerbitan komik masih suram. Pada awal-awal
kemerdekaan, banyak kesulitan yang masih membebani Indonesia. Salah satu
kesulitan yang sangat berpengaruh pada industri percetakan adalah soal
kertas. Keadaan ini terus berlangsung hingga awal tahun 1950.
Di pihak lain, komik-komik Barat kembali berjaya. Pada periode
setelah tahun 1950-an, komik di Indonesia didominasi cerita-cerita Amerika
Serikat. Selain Flash Gordon, komik Amerika lainnya juga banyak dimuat di
media cetak. Beberapa di antaranya adalah Tarzan, Rip Kirby, Phantom, dan
14 Universitas Kristen Petra
Johny Hazard. Masa ini, selain disebut sebagai masa kejayaan komik-komik
superhero Amerika, juga tercatat sebagai dimulainya penerbitan komik dalam
bentuk buku. Beberapa penerbit yang tercatat mengeluarkan komik dalam
bentuk album adalah Gapura, Keng Po, dan Perfectas.
Tokoh-tokoh superhero dalam komik Amerika ini juga berpengaruh
pada karya komikus lokal. Kemunculan komik superhero versi lokal ini
dipelopori oleh Sri Asih karya RA Kosasih yang diterbitkan oleh Melodie
pada tahun 1954. Perkembangan selanjutnya, komik-komik tiruan superhero
Amerika, terutama Sri Asih, mendapat sorotan keras kalangan pendidik.
Menurut RA Kosasih, pencipta Sri Asih, sorotan tersebut bermula dari tulisan
di salah satu surat kabar yang menyebutkan cerita tersebut tidak mendidik,
terutama untuk anak-anak. Sewaktu Indonesia di bawah kepemimpinan
Soekarno, upaya-upaya untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan
melepaskan diri dari pengaruh kebarat-baratan digalakkan.
Gambar 2.3 Cuplikan Komik Mahabarata Karya Alm. RA Kosasih
Sumber: google.com
Akan tetapi, larangan tersebut tidak lantas menyurutkan semangat
komikus dan penerbit. Industri komik kemudian beralih pada komik wayang,
dipelopori komik Mahabarata karya Ardi Soma. Pada masa banyak
15 Universitas Kristen Petra
diterbitkan komik-komik wayang ini, RA Kosasih yang sempat mendapat
sorotan karena komik imitasi superhero Amerika kemudian menghasilkan
karya monumental Mahabarata. Sejak pertengahan tahun 1950, komik
wayangnya berhasil memikat banyak kalangan. Di masa ini, keberhasilannya
bahkan mampu menandingi kepopuleran komik-komik Barat. Bahkan, hingga
tahun 1960, komik wayang mampu mendominasi industri komik di negeri ini.
Namun, setelah tahun 1960, minat orang terhadap komik wayang menurun.
Sampai dengan tahun 1968, komik-komik yang terbit kebanyakan merupakan
edisi cetak ulang.
Pertengahan tahun 1960-an sendiri dinamika berkarya tumbuh subur.
Selain komik wayang, terdapat beberapa ragam komik yang juga banyak
terbit sampai dengan awal tahun 1980-an. Jenis-jenis komik tersebut, di
antaranya, komik silat semacam serial Si Buta dari Gua Hantu karya Ganes
TH, Jaka Sembung karya Djair, Hans Jaladara dengan Pendekar Panji
Tengkorak-nya, Mandala, Siluman Sungai Ular karya Man, maupun komik-
komik jenis roman remaja, roman sejarah, superhero, atau science fiction,
komik humor, dan komik dongeng yang dikenal dengan sebutan komik
Andersen (dari nama pendongeng dunia Hans Christian Andersen).
Era 1980 hingga sekarang disebut-sebut sebagai masa tersuram dalam
perkembangan komik lokal. Semakin beragamnya jenis hiburan yang
muncul-mulai dari radio, televisi, hingga film-film yang bisa disaksikan
melalui berbagai media dan perangkat-sangat berpengaruh terhadap
penurunan perkembangan komik di Indonesia. Ditambah lagi dari sisi industri
penerbitan terdapat beberapa peristiwa yang pada akhirnya mematikan
komik-komik lokal.
Awal kehancuran pertama yang pernah dirasakan penerbit berkaitan
dengan keberadaan bursa buku di Pasar Senen, Jakarta, pada tahun 1980-an.
Salah satu penerbit komik klasik yang masih bertahan hingga kini, Maranatha
Bandung, mengungkapkan soal ini. Pasar Senen memang memiliki area
khusus yang pada masa tersebut menjadi bursa bagi komik. Para penerbit dari
berbagai daerah, terutama Bandung dan Medan, mengirimkan sebagian besar
komik terbitannya di tempat itu. Awalnya, bursa buku ini menjadi tambang
16 Universitas Kristen Petra
emas bagi para penerbit. Namun, belakangan banyak pedagang yang mulai
menerbitkan komik dan menjual dengan harga jauh di bawah harga pasaran.
Alhasil, banyak penerbit bertumbangan karena bukan hanya tidak mampu
mengimbangi harga jual di bursa Senen, namun juga karena banyak komikus
yang lari ke penerbit-penerbit Bursa Buku Senen.
Selain keruntuhan banyak penerbit di Bursa Buku Senen, di sisi lain
komik-komik terjemahan kembali mendominasi pasar. Komik-komik dari
Eropa, seperti Tin Tin, Asterix & Obelix, Nina Komik Top, Storm, Trigan,
Tanguy & Laverdure, dan masih banyak lainnya, perlahan tapi pasti
"menyerbu" pasar. Masuknya komik-komik Eropa ini diperkuat dengan
keberadaan toko-toko buku besar berjaringan luas, seperti Gramedia dan
Gunung Agung. Belum lagi komik-komik Eropa tersebut juga banyak yang
merupakan kumpulan cerita bergambar yang dimuat di beberapa media cetak
kala itu. Komik-komik Eropa ini terus mendominasi pasar hingga
kemunculan komik-komik dari Jepang pada tahun 1990-an.
Kenyataan menunjukkan perkembangan komik, sebagai bagian dari
produk industri, tak bisa lepas dari pengaruh pasar dunia atau global. Dari
catatan-catatan perkembangan komik di Indonesia dari sejak tahun 1930
menunjukkan hal ini. Sebagai contoh adanya periode komik-komik superhero
dari Amerika maupun komik-komik Eropa. Semuanya mengacu pada tren
yang berlaku secara global.
Pada tahun 1990, sebuah genre baru komik asal Jepang berkembang
pesat dalam industri massal dunia hingga membayangi dua negara penghasil
komik terbesar, Amerika Serikat dan Perancis. Genre tersebut adalah komik
manga. Tren dunia yang pada tahun 1990 tersebut berkiblat ke komik yang
pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1950 oleh "Dewa Manga" Ozamu
Tezuka ini dilihat oleh salah satu penerbit komik, Elex Media Komputindo.
Penerbit Elex Media saat itu menampilkan sebuah komik yang ditulis-
digambar oleh Kyoko Mizuki-Yumiko Igarashi pada tahun 1974, Candy-
Candy. Komik manga yang secara harfiah diartikan sebagai gambar-gambar
lucu (lighthearted pictures) ini kemudian juga "melahirkan" genre baru dari
dua negara lain di Asia, yaitu Cina dengan komik man-huo dan Korea dengan
17 Universitas Kristen Petra
manhwa. Dua komik asal dua negara ini juga belakangan mulai unjuk gigi di
pasar dunia.
Kondisi yang terjadi sejak tahun 1980 hingga sekarang mirip dengan
perkembangan komik pada masa setelah pendudukan Jepang, ketika komik-
komik Barat, terutama komik superhero dari Amerika, begitu mendominasi
pasar. Ketika itu komik lokal sempat mengalami kekosongan hingga akhirnya
lahir komik-komik superhero imitasi. Belakangan ini komik manga pun tidak
hanya masih mendominasi bisnis komik di Indonesia. Karya-karya para
komikus di Indonesia pun ikut berkiblat pada komik asal Jepang tersebut.
Demikianlah, komik manga kini juga menjadi satu ikon budaya sendiri.
Komik tersebut tidak hanya dibaca saja, namun juga banyak yang tertarik
mempelajari cara menggambar ala Jepang dengan
matabesar (komikindonesia.com 1-18).
2.1.4. Bentuk dan Jenis Komik
Komik dapat dibagi menjadi beberapa jenis, Jagoancomic.com
membagi jenis-jenis komik itu sebagai berikut (Tutorial Jenis Rupa
Komik, par 1-18) :
1. Kartun/Karikatur (Cartoon)
Hanya berupa satu tampilan, dimana didalamnya terdapat beberapa
gambar yang dipadu dengan tulisan- tulisan. Pada umumnya komik
kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan)
atau politik (sindiran) dan dari gambar tersebut dapat menimbulkan
sebuah arti sehingga pembaca dapat memahami maksud dan
tujuannya.
2. Komik Potongan (Comic Strip)
Penggalan-penggalan gambar yang disusun/dirangkai menjadi sebuah
alur cerita pendek. Namun isi ceritanya tidak terpaku harus selesai
pada satu baris gambar, bahkan dapat dikreasikan menjadi sebuah
cerita bersambung/berseri. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6 panel.
Komik Potongan (Comic Strip) ini biasanya dimuat secara rutin,
harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun
tabloid/buletin. Penyajian isi cerita juga dapat berupa humor atau
18 Universitas Kristen Petra
cerita yang serius danmenarik untuk disimak setiap periodenya hingga
tamat.Contoh: Panji Koming di surat kabar Kompas, Gibug (Komik
Potongan yang dijadikan buku saku)
3. Buku Komik (Comic Book)
Gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah
buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini acap
kali disebut sebagai komik cerita pendek, pada umumnya Buku
Komik berisikan 32 halaman, namun ada juga yang berisikan 48
halaman dan 64 halaman, dimana masing-masing buku berisikan isi
cerita, iklan, dan lain-lain. Buku Komik seperti ini dapat dengan
mudah dapatkan di toko-toko buku atau toko-toko komik.
Buku Komik (Comic Book) itu sendiri terbagi lagi menjadi:
a. Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu
lebar dan besar. Walau berkesan tipis namum bisa juga
dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik
sehingga penampilan/penyajian buku ini terlihat menarik.
Ditambah dengan gambar dan warna yang cantik, membuat
buku komik ini sangat digemari.Contoh:Gundala, Godam, Si
Buta Dari Gua Hantu, Lamaut, Kapten Bandung, Caroq, Gina,
Gunturgen, Blacan, Zantoro, sertakomik-komik Marvel dan
DC Comics
b. Komik Majalah (Comic Magazine)
Buku komik berukuran seperti majalah (ukuran besar),
biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras
sebagai sampul. Dengan ukuran yang besar tersebut tentunya
dapat menampung banyak gambar dan isi cerita. Contohnya
The Adventure of Tin Tin.
c. Komik Novel Grafis (Graphic Novel)
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta
membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk
19 Universitas Kristen Petra
pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga
dalam bentuk seri atau cerita putus.
4. Komik Tahunan (Comic Annual)
Bila pembuat komik sudah dalam skup penerbit yang lebih serius,
penerbit akan secara teratur/berskala (misalkan setiap tahun atau
setiap beberapa bulan sekali) akan menerbitkan buku-buku komik baik
itu cerita putus maupun serial.
Contoh:M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terant, BumiLangit, Jagoan
Comic,Marvel Comics, DC Comics, dan komik lainnya
5. Album Komik (Comic Album)
Para penggemar bacaan komik baik itu komik karikatur maupun
komik strip dapat mengkoleksi (hasil guntingan dari berbagai sumber
media bacaan), dimana hasil koleksiannya dikumpulkan dan disusun
rapih (pengkripingan) menjadi sebuah album bacaan.
6. Komik Online (Webcomic)
Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin,
media Internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan
komik-komik. Dengan menyediakan situs web maka para
pengunjung/pembaca dapat menyimak komik. Dengan menggunakan
media Internet jangkauan pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia
yang memiliki koneksi internet dapat mengaksesnya) dari pada media
cetak. Komik Online bisa dijadikan langkah awal untuk
mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang relatif lebih murah
dibanding media cetak.
Contohnya Kostum, Komik Situasi untuk Umum
7. Buku Instruksi dalam format Komik (Instructional Comics)
Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam
format Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik, Poster Komik, atau
tampilan lainnya. Pengguna/Pembaca akan lebih mudah cepat
mengerti bila melihat alunan gambar daripada membaca prosedur-
prosedur dalam bentuk tulisan. Selain itu dapat menjadi lebih menarik
dan menyenangkan.
20 Universitas Kristen Petra
8. Rangkaian Ilustrasi (Storyboard)
Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum
melangkah dalam pembuatan film/iklan akan lebih mudah berkerjanya
bila dibuatkan Rangkaian Ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya
Rangkaian Ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu
rangkaian ilustrasi gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian
yang bisa disebut komik. Namun tidak usah jauh-jauh kedalam dunia
perfileman/iklan, sebelum para komikus membuat komik sudah pasti
terlebih dahulu membuat sebuah Rangkaian Ilustrasi (Storyboard)
nya, setelah itu baru diproses penggambaran, penintaan, pewarnaan
dan penataan tampilan (layout).
9. Komik Ringan (Comic Simple)
Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan steples
(buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik dengan
biaya yang rendah turut dapat menciptakan komik-komik dan
berkarya, cara ini digunakan sebagai alternatif cara untuk turut
berkarya kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah awal bagi para
komikus.
Contohnya Kakek Bejo (pragatcomic.com)
10. Perencanaan dalam pikiran (Planning On Mind)
Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita
membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya
(persiapan). Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut
sebenarnya sudah menjadi rangkaian gambar-gambar yang mana bisa
juga disebut juga sebagai Komik, hanya saja gambar-gambar tersebut
tidak tertuang dalam coretan diatas kertas melainkan tergambar
didalam pikiran kita.
2.1.5. Basis Media Komik
Basis media komik yang paling umum adalah kertas maupun buku.
Namun ada pula yang dibuat dalam bentuk digital yang kemudian disebut
sebagai webcomic.
21 Universitas Kristen Petra
2.1.6. Elemen Komik
Pada umumnya, komik memiliki beberapa elemen penyusun. Layaknya
karya desain grafis yang lain, komik juga memuat unsur-unsur dasar desain,
antara lain gambar, warna dan layout, hanya saja untuk layout dalam komik
sedikit berbeda dengan layout yang digunakan untuk buku-buku
lainnya.Masing-masing unsur atau elemen dasar itu masih dapat dibagi lagi
ke dalam beberapa katagori.
2.1.6.1. Tinjauan Mengenai Unsur Gambar
1. Tinjauan Tentang Garis
Garis merupakan salah satu elemen terpenting dalam sebuah
karya desain, jenis garis berbeda-beda dan mewakili sebuah
karakter tertentu, gambar yang baik memiliki ketebalan garis
yang beragam, sehingga dapat menciptakan volume serta
kedalaman ruang.
2. Tinjauan Tentang Gelap Terang (Value)
Pada karya seni rupa, cahaya sengaja dihadirkan untuk
kepentingan nilai estetis untuk memperjelas kehadiran unsur-
unsur seni rupa yang lainnya.Peralihan gelap dan terang
merupakan upaya untuk mempertegas volume suatu bentuk.
3. Tinjauan Tentang Bentuk dan Ruang
Bentuk berasal dari garis yang saling berhubungan dan
membentuk sebuah bidang, semua objek gambar memiliki
bentuk konstruksi yang lebih sederhana.Bentuk yang umumnya
dikenal luas diantaranya segi empat, persegi panjang, lingkaran,
kubus, balok, silinder dan sebagainya.
4. Tinjauan Tentang Pola
Pola merupakan sebuah istilah untuk menyebut
pengulangan bentuk gambar dalam sebuah bidang
gambar.Pengulangan ini konstan dan mempunyai interval yang
kurang lebih sama.Istilah pola juga dapat diartikan sebagai
pattern, dimana merupakan basis dalam eksekusi sebuah karya
terutama yang berhubungan dengan pakaian.Pola dalam hal ini
22 Universitas Kristen Petra
pengulangan gambar yang konstan digunakan untuk
mengesankan harmoni dan kesatuan.
5. Tinjauan Tentang Tekstur
Tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat
dinilai dengan cara dilihat atau diraba yang biasa dikenal dengan
istilah tekstur. Tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari
suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit
kayu, dll. Dalam sebuah gambar yang dibuat menggunakan
pensil tekstur biasanya diwakili oleh arsiran pensil
2.1.6.2. Tinjauan Mengenai Warna
Teori warna yang ada dan digunakan saat ini adalah teori
Brewster, Teori Brewster yang pertama kali dikemukakan pada tahun
1831 (Teori Warna par 1).Teori Warna ini menyederhanakan warna-
warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna
primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering
disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster
mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split
komplementer, triad, dan tetrad.
Warna primer merupakan warna dasar yang tidak merupakan
campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan
warna primer adalah merah, biru, dan kuning.Warna primer menurut
teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar.Warna-
warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer.Pada awalnya,
manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah,
Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga
warna primer adalah Merah (Magenta), Biru (Cyan), dan Kuning
(Yellow)
Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang
dipakai dalam dunia seni rupa.Campuran dua warna primer
menghasilkan warna sekunder.Campuran warna sekunder dengan warna
primer menghasilkan warna tertier.Akan tetapi secara teknis, merah –
23 Universitas Kristen Petra
kuning – biru, sebenarnya bukan warna pigmen primer.Tiga warna
pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan.Biru dan hijau adalah
warna sekunder dalam pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam
cahaya, bersama dengan merah.
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar
dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang
warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan
menuju hitam.
Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna
dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga
merah.Sementara warna dingin dimulai dari ungukemerahan hingga
hijau.Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat.
Sementara warna dingin sebaliknya.Suatu karya seni disebut memiliki
komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat di dalamnya
menghasilkan efek hangat-sedang.
Masing-masing warna saling mempunyai hubungan.Hubungan
antara warna-warna inipun beragam, Kontras Komplementer, Kontras
Split Komplementer dan Kontras Tetrad Komplementer.Kontras
komplementer adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki
sudut 180°) di dalam sebuah lingkaran warna.Kontras split komplemen
adalah dua warna yang saling hampir berseberangan (memiliki sudut
mendekati 180°). Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di
lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut
60°.Kontras tetrad komplementer, disebut juga dengan double
komplementer.Adalah empat warna yang membentuk bangun segi
empat (dengan sudut 90°) (Teori Warna, par 18-20).
Baik dalam dunia desain grafis maupun interior, dikenal istilah
psikologi warna.Warna dapat memberikan kesan-kesan tertentu bagi
yang melihatnya, kesan ini dapat mendukung visualisasi atau gambar
dalam menyampaikan pesannya.Menurut Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto
24 Universitas Kristen Petra
psikologi warna juga dikenal sebagai karakter dan simbolisasi warna,
setiap warna dapat mewakili sebuah karakter atau kepribadian (54).
• Kuning
Warna kuning dapat diasosiasikan sebagai warna matahari,
warna kuning menunjukkan keadaan terang, gembira, ramah,
riang, cerah dan hangat.Warna kuning dipercaya dapat
memberikan kesan ceria dan energik, serta dalam beberapa
upacara agama Hindu dan Budha, wara kuning dimaknai
sebagai lambang keagungan (Sadjiman 55).
• Jingga
Jingga mempunyai karakter dorongan, semangat, merdeka,
anugrah dan juga menjadi lambang bahaya.Jingga merupakan
warna paling menyolok sehingga banyak diaplikasikan ke
seragam petugas di lapangan (Sadjiman 55).
• Merah
Merah memiliki karakter yang kuat, cepat, energik, semangat,
gairah, marah, berani, bahaya, positif, agresif, merangsang
dan panas.Warna merah seringkali dipergunakan untuk
melambangkan keberanian, kekuatan, dan kemarahan
(Sadjiman 56).
• Ungu
Ungu merupakan warna pencampuran dari merah dan biru,
sehingga karakter bawaannya pun menggabungkan kedua
karakter warna primernya.Merah melambangkan keberanian
dan kejantanan, sedangkat biru menggambarkan
kebangsawanan, dan spiritualitas. Ungu dimasa lalu banyak
dipergunakan oleh raja-raja untuk melambangkan kebesaran
dan kejayaan serta kekayaan, dalam dunia interior, cat tembok
berwarna ungu dipercaya dapat meningkatkan inspirasi dan
imajinasi (Sadjiman 56-57).
25 Universitas Kristen Petra
• Biru
Biru merupakan warna yang memiliki watak dingin, pasif,
melankoli dan sayu.Biru juga dapat diasosiasikan dengan
langit, tempat tinggal para dewa, sehingga biru
melambangkan keagungan, perdamaian, stabilitas dan
harmoni.Biru juga dapat menenangkan jiwa dan mengurangi
nafsu makan (Sadjiman 57).
• Hijau
Hijau diasosiasikan dengan warna alami, sehingga watak
bawaannya adalah muda, tumbuh, dan watak lainnya yang
mirip dengan biru, karena biru merupakan salah satu warna
penyusunnya.Warna hijau cenderung bersifat netral sehingga
cocok digunakan untuk ruang istirahat, hijau melambangkan
kesegaran, keabadian, kesetiaan dan keseimbangan (Sadjiman
58).
• Putih
Putih adalah warna paling terang dan dapat dikatakan sebagai
warna bersih karena kebersihan beberapa benda juga dinilai
dari tingkat putihnya, seperti seragam sekolah dan gigi.Putih
juga melambangkan cahaya, kesucian, kemurnian, kebenaran
dan kesopanan, serta menjadi lambang perdamaian (Sadjiman
58).
• Hitam
Hitam adalah warna tergelap, sehingga dapat melambangkan
kesengsaraan, bencana, kesuraman dan kemurungan.Namun
warna hitam juga membawa watak positif seperti elegan dan
kuat serta formal (Sadjiman 59).
• Abu-abu
Abu-abu merupakan pencampuran warna hitam dan putih,
warna ini menyimbolkan ketengangan, kebijaksanaan, namun
juga dapat menyimbolkan keragu-raguan (Sadjiman 60).
26 Universitas Kristen Petra
• Coklat
Warna Coklat berasosiasi dengan warna tanah oleh karena itu,
warna coklat membawa watak kerendah hatian, sopan, arif
dan bijaksana, dan kehormatan (Sadjiman 60).
2.1.6.3. Tinjauan Mengenai Cerita
Cerita menurut buku “How to Draw and Create Manga”
merupakan rangkaian kejadian baik yang tersusun dari permulaan,
pertengahan, dan akhir.Cerita umumnya mengikuti seorang
(sekumpulan) tokoh utama melalui semua usahanya untuk mencapai
satu tujuan (Tatsumaki 69).
Unsur utama dalam sebuah susunan cerita adalah plot,
karakter, teks, illustrasi. Plot dan karakter cenderung mengacu pada
subyek dalam sebuah cerita, sedanngkan teks dan illustrasi mengacu
kepada media penyampaian cerita itu sendiri (Tatsumaki 69).
Dalam merancang sebuah cerita yang menarik ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu tema, gaya cerita dan plot. Tema
merupakan masalah utama yang ingin diceritakan dalam komik. Tema
merupakan ide utama dalam sebuah karya komik yang memberikan
panduan pada gaya penceritaan dan plot.
Setelah menentukan tema yang akan diangkat, komikus
menentukan gaya penceritaannya, gaya penyampaian atau pernceritaan
lebih dikenal dengan istilah genre, didefinisikan sebagai kesan yang
ingin ditonjolkan secara garis besar dari cerita tersebut. Dalam
prakteknya sebuah komik dapat memuat lebih dari 1 genre.Genre yang
secara umum dikenal dalam dunia komik antara lain drama, komedi,
aksi, petualangan, horror, fantasi, fiksi ilmiah dan sebagainya.
Setelah tema dan genre ditentukan, komikus mulai merancang
plot atau alur cerita.Dalam dunia perkomikan, susunan babak atau plot
sangat bervariasi, namun bentuk yang paling sederhana adalah berupa
susunan tiga babak, permulaan, pertengahan dan akhir.
27 Universitas Kristen Petra
Babak permulaan biasanya diisi dengan pengenalan karakter
tokoh utama dan masalah utama dalam keseluruhan kisah.Babak
pertengahan adalah waktu dimana karakter utama atau pendukung
dihadapkan oleh konflik-konflik baik dengan karakter lawannya,
lingkungan maupun dirinya sendiri yang memuncak pada sebuah
waktu, klimaks (puncak ketegangan).Babak akhir diisi oleh
penyelesaian, dan konsekuensi tindakan yang diambil pada tahap
penyelesaian ini sendiri (Tatsumaki 71).
Plot juga dapat disusun dengan alternatif 5W+1H, What :
masalah utama dan penyelesaiannya, Who: karakter yang terlibat dalam
konflik atau masalah. When: waktu dimana kejadian dalam komik
berlangsung, Where: Tempat kejadian perkara, Why: Penyebab masalah
atau penyelesaian terjadi, How: Cara masalah / penyelesaian itu
muncul.
2.1.6.4. Tinjauan Mengenai Layout
Dalam sebuah komik dikenal cara penataan halaman yang
disebut juga layout. Namun pada dasarnya layout dalam komik berbeda
dengan layout pada umumnya.Layout dalam komik dapat disebut juga
sebagai anatomi komik.Menurut Toni Masdiono, anatomi komik dapat
dibagi ke dalam dua bagian, halaman pembuka dan halaman isi. (14
Jurus Membuat Komik 12)
Halaman pembuka merupakan halaman depan komik, halaman
ini pada umumnya berisi judul dan nama pengarang atau komikus,
maupun nama penerbit komik. Judul sendiri dapat dibedakan menjadi
dua, judul serial, dan judul cerita. Judul serial berlaku untuk komik seri
yang terbit secara berkala, dan judul ini muncul setiap edisinya.
Sedangkan judul cerita merupakan judul per-chapternya, yang berubah-
ubah tiap edisinya.
Halaman isi komik memuat beberapa elemen fisik seperti :
28 Universitas Kristen Petra
• Panel
Merupakan ruang gambar yang merepresentasikan sebuah
potongan adegan dalam sebuah narasi, panel sendiri dapat
dibagi menjadi:
o Panel Terbuka
Panel terbuka merupakan sebuah panel gambar yang tidak
memiliki garis pembatas di sekelilingnya.
o Panel Tertutup
Panel tertutup merupakan kebalikan dari panel terbuka,
yaitu panel yang memiliki garis pembatas
• Balon Kata
Balon kata digunakan untuk menunjukkan kalimat atau kata
yang diucapkan oleh tokoh maupun objek dalam komik, bentuk
balon kata beragam, menyesuaikan dengan situasinya.
• Narasi
Narasi yang dimaksudkan bukan narasi sebagai cerita secara
utuh, namun teks yang digunakan untuk merepresentasikan
cerita, seperti yang diucapkan narator dalam karya-karya audio-
visual.
• Efek Suara
Efek suara atau yang lebih dikenal dengan istilah Sound Effect
merupakan suara latar yang divisualisasi dalam komik. Efek
suara dalam komik layaknya didalam film-film, berasal dari
objek environmental.
• Gang
Gang merupakan jarak antara satu panel dengan panel lainnya.
2.1.7. Kategori Teknik Cara Pembuatan Komik
Dalam pembuatan komik, teknik yang dapat digunakan oleh
komikusnya beragam, ada yang membuat sketsa pensil terlebih dahulu
kemudian tracing dan toning dengan tinta secara manual kemudian di scan,
untuk diperbanyak. Cara ini relatif banyak digunakan oleh komikus yang ada
29 Universitas Kristen Petra
saat ini, namun juga ada yang memilih untuk langsung digital. Mulai dari
sketsa, inking maupun toning dilakukan secara langsung di komputer.
2.1.8. Kriteria Komik Yang Baik
Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk kriteria komik yang
baik, karena tiap komikus memiliki gaya maupun ideologi yang berbeda
terkait komik yang baik. Namun,terlepas dari semua itu, dari definisi komik,
dapat ditarik satu kesimpulan yang pasti hal yang menjadi sebuah kriteria
komik yang baik. Menurut Scott McCloud dalam bukunya, Understanding
Comic, komik dibuat untuk menyampaikan pesan (convey message), jika
sebuah komik berhasil menyampaikan pesannya, maka dapat dikatakan
komik tersebut berkualitas.
Namun, dalam sebuah kompetisi komik, tidak mungkin komik hanya
dinilai dari apakah pesannya tersampaikan, harus ada hal yang mendasari
buku komik dapat dikatakan bermutu atau bagus. Kriteria komik yang baik
menurut Takoma Park Maryland Library antara lain adalah:
• Visualisasi atau Gambar: Di dalamsebuah komik terdapat
kedalaman karakter dan emosi. Kemampuan sebuah gambar yang
relatif sederhana dalam menghidupkan emosi pembacanya, dan
kesan “hidup” yang ditonjolkan pada karakternya
• Cerita: Cerita yang baik adalah cerita yang mengalir dan menarik
pembacanya untuk ingin tahu lebih jauh cerita selanjutnya. Cerita
yang baik akan memunculkan penonjolan karakter sehingga
pembaca dapat membayangkan dan berimajinasi dengan karakter
tersebut.
• Dialog: Pembaca dapat membayangkan efek-efek suara sebagai
suara yang sesungguhnya dalam kepalanya. Komik yang baik
mempunyai percakapan antar karakter yang jelas dan dapat
dibayangkan dengan mudah oleh pembacanya.
• Resonansi: Kriteria komik yang baik yang terakhir adalah
resonansi. Resonansi adalah sebuah ukuran maya seberapa menarik
sebuah buku komik sampai-sampai seorang pembaca
30 Universitas Kristen Petra
merekomendasikannya ke orang lain serta menunggu jilid
selanjutnya keluar.
2.1.9. Prosedur Proses Perancangan Komik
Perancangan sebuah komik memiliki proses panjang yang harus dilalui
pembuatnya, Scott Mc Cloud menjabarkan proses perancangan komik ke
dalam enam tahap besar, Idea, Form, Idiom, Structure, Craft, Surface. (170)
• Idea / Purpose (Ide dan Tujuan)
Ide yang dimaksud di sini adalah impuls, emosi, filosofi dan
tujuan dari sebuah karya. Main Idea, pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca.
• Form (Bentuk Karya)
Form dapat diartikan sebagai bentuk eksekusi karya, apakah
berbentuk buku, majalah, signage atau poster.
• Idiom ( Pemilihan Gaya dan Genre)
Pada tahap ini, komikus memilih menggambarkan komiknya
dalam gaya dan genre yang bervariasi, manga, atau marvel,
humor atau serius, fantasi atau kritik sosial.
• Structure (Rangka dan Struktur komik)
Pada tahap ini, isi atau bahan komik diseleksi, dibagi ke dalam
dua kubu, yang perlu dan tidak perlu dimasukkan ke dalam
komik.
• Craft (Proses Perancangan)
Pada tahap ini, fisik isi komik mulai dibuat, memilih tarikan
garis yang cocok dengan cerita dan skenario yang diangkat,
pemilihan warna, serta pengkarakteran.
• Surface (Tampilan Akhir)
Tahap ini merupakan tahapan akhir pada proses pembuatan
komik, pada tahap ini komikus melakukan finishing terhadap
karyanya.
31 Universitas Kristen Petra
2.2. Tinjauan Buku Komik Yang Akan Dirancang
2.2.1. Tinjauan Dari Segi Ide dan Tema Cerita
2.2.1.1 Tinjauan Tentang Kritik Sosial
Kritik sosial pada umumnya dapat didefinisikan sebagai kritik
atas kondisi sosial yang ada dalam sebuah masyarakat tertentu. Kritik
sosial dapat diaplikasikan kedalam berbagai media dalam bidang seni
rupa dan desain, seperti mural, karikatur, komik, maupun film. Media
grafis digunakan oleh para seniman atau desainer untuk
mengekspresikan ketidakpuasan atau refleksi akan realita yang ada di
masyarakat. Dalam dunia perfilman, sebagai contohnya film dengan
tema kritik sosial “Tanda Tanya” mencoba menangkap realita interaksi
antar etnis dan agama di Semarang.Dalam dunia karikatur dan komik,
kritik sosial telah menjadi hal biasa. Sudah banyak komik yang
mengangkat tema kritik sosial, seperti Benny Mice, Panji Koming, Put
On dan lain-lain. Topik yang diangkat relatif simpel dan pesan yang
disampaikan mudah untuk ditangkap pembacanya selain itu
kemunculannya yang berkala dan bentuk komiknya yang rata-rata
menggunakan jenis komik strip mempermudah komikus untuk
merancang cerita yang uptodate berdasarkan perkembangan isu sosial
yang sedang terjadi.
2.2.1.2 Tinjauan Tentang China
China atau Republik Rakyat China merupakan sebuah negara di
Asia Timur dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, sekitar 1.3
miliar orang hidup dan menetap di China.China memiliki Ibukota di
Beijing.Menurut The World Factbook yang dilansir oleh lembaga CIA,
luas wilayah China diperkirakan sekitar 9.6 juta kilometer persegi dan
merupakan negara dengan luas daratan keempat terbesar di dunia.
Layaknya Indonesia, China memiliki banyak etnis dan suku yang
tinggal didalamnya, dan yang terbesar adalah etnis Han, sekitar 91,5
persen. Bahasa yang secara umum digunakan adalah bahasa Mandarin,
namun tiap daerah dapat memakai dialeknya masing-masing. Awalnya
32 Universitas Kristen Petra
masyarakat China mengenal Konghucu sebagai guru besar dan
ajarannya digunakan sebagai pedoman hidup hingga saat ini, namun
sekarang China sudah terbuka untuk agama-agama lain, berbagai agama
dapat ditemui di China, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha
serta agama-agama lainnya. China adalah peradaban paling tua di
dunia. Hal ini terlihat dari sistem penulisan yang konsisten dari masa
lampau sampai sekarang. Selain itu, banyak penemuan penting yang
berasal dari peradaban China kuno, misalnya kertas, kompas, serbuk
mesiu, dan lain-lain.
Peradaban China yang di masa lampau menggunakan sistem
monarkial dengan pemimpinnya, kaisar.Kekuasaan diturunkan secara
turun temurun dalam keluarga kerajaan.Kekuasaan turun temurun ini
disebut juga dinasti, yang berarti satu periode pemerintahan yang
dipimpin oleh kaisar yang berasal dari sebuah marga tertentu.Dinasti
pertama yang dicatat sejarah adalah Dinasti Shang dan berakhir 2000
tahun berikutnya pada Dinasti Qing yang dipimpin oleh kaisar yang
berasal etnis Manchu di utara.
Pada abad ke-18 kekuasaan Dinasti Qing mulai melemah. China
terlibat dalam Perang Candu melawan Inggris pada 1840 M. Cina
bahkan harus menyerahkan Hong Kong kepada Inggris
pada 1842M. Penguasa Dinasti Qing juga harus menghadapi beberapa
pemberontakan, di antaranya Pemberontakan Taiping, Nien, Panthay,
dan Boxer. Akhirnya, Revolusi 1911M yang dipimpin Sun Yat-sen
mengakhiri kekuasaan Dinasti Qing dan mengakhiri monarki feodal
China yang telah berusia 2.000 tahun.
2.2.1.3 Tinjauan Tentang Etnis Tionghoa Indonesia
• Sejarah Kedatangan Etnis Tionghoa di Indonesia
Menurut Dr. Han Hwie Song dalam bukunya, orang-orang
Tionghoa datang bermigrasi ke daratan selatan atau dalam
istilah orang Tionghoa di masa lalu, Nan-Yang sejak tahun
1400, dan mencapai puncaknya pada abad ke Sembilan belas
33 Universitas Kristen Petra
hingga permulaan abad ke dua puluh (dikutip dalam Komunitas
Tionghoa Indonesia 1).
Pada abad ke 19 jumlah imigran Tionghoa meningkat, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti bencana alam,
peperangan dan selain itu daratan selatan atau Nanyang dikenal
sejak lama memiliki kekayaan yang berlimpah, membuat para
imigran tergiur untuk datang dan mengadu nasib (Andjarwati
37). Para pendatang dari Tiongkok ini mulanya tinggal di kota-
kota pelabuhan di Indonesia dengan tujuan untuk
berdagang.Namun selain pedagang, ada banyak orang
Tionghoa dengan latar belakang profesi lain yang masuk dan
menetap di Indonesia, ada ahli agrarian, arsitek, ahli mebel dan
lain-lain. Banyak dari pendatang baru ini bermigrasi ke
Indonesia dengan tujuan untuk mencari hidup yang lebih baik,
atau yang sering disebut dengan istilah merantau, dan banyak
dari imigran ini pada akhirnya memutuskan untuk menetap di
Indonesia.
Secara kuantitas, atau jumlah, keberadaan masyarakat
Tionghoa di Indonesia tergolong minoritas, namun dengan
kultur asli yang dibawa dari negeri asalnya, orang Tionghoa di
Indonesia dengan cepat mendominasi perekonomian di tanah
air, dalam waktu singkat etnis Tionghoa yang berasal dari kelas
sosial yang lebih rendah dapat naik dengan cepat menuju kelas
sosial yang lebih tinggi, hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan
orang Tionghoa, karena orang Tionghoa terkenal akan
keuletannya, rajin dan rela hidup menderita asalkan masih
dapat menghemat (Andjarwati 40).
• Asal Mayoritas Orang Tionghoa di Indonesia
Orang Tionghoa pendatang baru ini kebanyakan berasal dari
Tiongkok bagian Selatan, provinsi Fujian (Hokkian), provinsi
Guangdong, ada juga imigran-imigran dari provinsi Hubei,
Zhijiang dan seterusnya, tetapi dalam jumlah yang jauh lebih
34 Universitas Kristen Petra
sedikit. Pedatang dari Fujian berasal dari banyak kota atau desa
seperti Fu-Zhou, Xia-men dan dari desa umpamanya Fu-
Ching. Dari provinsi Guangdong dari kota Guang-Zhou, Mei-
Xian (orang Hakka atau Kheh), pulau Hainan dan seterusnya.
• Peranakan dan Totok
Jika dilihat dari asal-usul dan sejarah masuknya ke
Indonesia, keturunan Tionghoa dapat dibagi menjadi Cina
“peranakan” dan Cina “totok” (M.Alfandi par 9). Cina
peranakan adalah keturunan Cina yang sudah lama tinggal dan
mencari nafkah di Indonesia, dalam hitungan beberapa
generasi, dan pada umumnya sudah terbaur dengan
masyarakat. Keturunan Cina “peranakan” ini sudah
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
sehari-hari, baik di dalam maupun di luar rumahdan beberapa
juga fasih menggunakan bahasa lokal daerah dimana mereka
tinggal, orang-orang ini bertingkah laku seperti pada umumnya
keturunan pribumi dan orientasi budaya mereka sudah kepada
kebudayaan Indonesia atau kebudayaan lokal tempat mereka
berdomisili.
Sementara Cina “totok” adalah para “pendatang baru”, yang
pada umumnya baru masuk ke Indonesia satu sampai dua
generasi, khususnya pada masa menjelang Perang Dunia II.
Mereka lazim disebut singkeh, yang secara harfiah berarti
“tamu baru”(Andjarwati 47). Mereka umumnya masih
menganut kebudayaan dan adat istiadat Cina untuk
berkomunikasi antara sesamanya. Yang terakhir ini jumlahnya
sudah menurun akibat terhentinya imigrasi dari daratan Cina
dan sekarang sudah mengalami perakanisasi.Perakanisasi ini
merupakan istilah lain dari proses pengasimilasian secara
paksa yang dicanangkan pada masa Orde Baru, dimana semua
orang Tionghoa harus memiliki identitas pribumi dan
bertingkah laku selayaknya orang pribumi. Hal ini
35 Universitas Kristen Petra
menyebabkan perbedaan yang membatasi antara definisi
peranakan dan totok menjadi kabur dan patut untuk
dipertanyakan, khususnya terhadap Cina Totok (Melly
42).Keluarga totok masih berorientasi kepada budaya
leluhurnya, selain itu kebanyakan orang totok berusaha
menutup diri, dan hanya berkumpul dengan sesama totok.
Karena orientasinya masih pada akar budayanya, maka wajar
bila kebanyakan orang Tionghoa totok masih membangga-
banggakan China (China Minded) dan mencoba untuk
menanamkan pemikiran itu kepada generasi penerusnya.
2.2.1.4 Tinjauan Mengenai Rasisme
Rasialisme adalah paham yang menolak sesuatu golongan
masyarakat yang berasal dari ras lain, dan rasialisme dianggap sebagai
sikap pengecut dari golongan mayoritas terhadap minoritas (Mona
Lohanda et al.31). Dalam realitanya di masyarakat, orang Tionghoa
selalu diposisikan sebagai pihak yang ditindas oleh pemikiran-
pemikiran rasis pihak pribumi, namun sebenarnya pemikiran rasialis
layaknya lingkaran setan,Chang Yau Hoon menyebutkan dalam bedah
buku karangannya, “Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Politik, Budaya
dan Media”bahwa orang yang didiskriminasi akan cenderung
mendiskiminasi orang atau kalangan yang lain. Sebagian orang
Tionghoa tidak menyadari bahwa orang Tionghoa tersebut menindas
kalangan atau bahkan dirinya sendiri.Orang Tionghoa seringkali
mendiskriminasikan orang Tionghoa minoritas, seperti yang berbeda
keyakinan maupun yang berasal dari keturunan campuran. Menurut
Chang Yau-Hoon, permasalahan atau isu Tionghoa di Indonesia
merupakan yang paling bermasalah di Asia Tenggara dan sebenarnya
hakikat atas pemahaman isu Tionghoa itu adalah Identitas. Identitas
Tionghoa dalam kenyataannya relatif dan tidak dapat dinilai hanya dari
penampilan fisik seperti mata sipit dan kulit kuning, banyak orang
Tionghoa di Indonesia masih membawa ciri-ciri fisik orang Tiongkok
36 Universitas Kristen Petra
namun dalam bertutur kata dan berprilaku sudah layaknya masyarakat
lokal namun masih dapat dikatakan memiliki identitas sebagai orang
Tionghoa. Mely G Tan mengutip pendapat Wu Gungwu dalam buku
“The Study of Chinese Identity in Southeast Asia” sebagai berikut
A number of studies have indicated that there are people of
Chinese descent who have become citizens of the country they
settled in and who do not consider themselves Chinese. Then there
are those who had lost almost all their affinity with their Chinese
origin, but who have rediscovered their Chineseness and who are
trying to be resinicized. There is yet another category of ethnic
Chinese who have what Wang calls a”double identity”. This
people are citizens of, and identify with, their country of adoption,
yet remain conscious of being Chinese (39)
Kesadaran akan identitasnya sebagai “orang Cina” membuat
sebagian etnis Tionghoa berusaha mengembalikan identitas
ketionghoaannya itu, namun karena akarnya telah dicabut sejak jaman
Orde Baru, membuat “generasi muda” susah dan sebagian enggan
untuk kembali kepada budayanya dan oleh karena itu muncul doktrinasi
generasi muda. Sebagian orang Tionghoa konservatif memiliki
pemikiran yang cenderung merendahkan sesama orang Tionghoa yang
tidak “nge-tionghoa-i”, dalam hal ini tidak mengerti bahasa, adat
istiadat atau berprilaku layaknya orang Tionghoa, dan untuk mencegah
hal yang “memalukan” ini terjadi, sebagian orang-orang Tionghoa ini
mendidik generasi mudanya untuk “mencintai & menjadi China”
Pada kenyataanya yang berlangsung di sebagian besar keluarga
orang Tionghoa totok terutama yang masih berpikiran kolot, generasi
pertama, yang dalam pengertian generasi dalam sebuah keluarga totok
yang pertama kali lahir di Indonesia, masih berorientasi ke negeri
leluhurnya dan berusaha mengarahkan generasi selanjutnya untuk
“menjadi China”, mengikuti adat istiadat leluhur, mencintai segala
sesuatu yang berbau China dan bertingkah selayaknya orang China.
Berbagai alasan dilontarkan untuk memperkuat argumen mengapa
37 Universitas Kristen Petra
harus “menjadi China”. Hal ini yang kemudian disebut oleh Mely G
Tan sebagai “China Factor”, “...This is the view of the potential
influence of China on the ethnic Chinese, through culture and economy,
which is considered to be especially plausible since the resumption of
diplomatic relations in 1990” (52). Pandangan iniyang menyebabkan
orang Tionghoa banyak yang membangga-banggakan negara China
menganggap dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang sebenarnya
“asing” itu. Dan ketika orang Tionghoa ini mencoba pergi ke China dan
melihat realita masyarakat yang ada disana, memunculkan apa yang
disebut sebagai Cultur Shock karena meskipun memiliki latar belakang
budaya yang sama, namun kedua masyarakat itu hidup dalam
lingkungan yang jauh berbeda.
2.2.2. Tinjauan Dari Aspek Dasar Filosofis
Dari isu rasial yang ada, pemikiran rasialisme atau rasisme adalah
“penyakit” yang paling berbahaya, karena pada umumnya rasisme merupakan
tindakan pengecut sekelompok mayoritas terhadap minoritas, rasisme adalah
bentuk diskriminasi yang awalnya berkembang dari prasangka atau stereotip
yang tumbuh dalam tiap individu dalam pandangannya terhadap individu lain,
stereotip itu menjadi sangat kuat apabila diyakini dan pada akhirnya dapat
menjadi rasisme. Chang Yau-Hoon, seorang penulis pada acara bedah
bukunya yang berjudul “Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Politik, Budaya,
Media” 22 Febuari 2013, pada dasarnya orang yang didiskriminasi orang lain
akan punya peluang lebih besar untuk mendiskriminasi orang lainnya,
sehingga pada akhirnya membentuk sebuah lingkaran setan yang tidak
berujung. Seperti pada prakteknya, beberapa orang Tionghoa terutama di
kalangan totok radikal masih memandang rendah keturunan campuran (hasil
perkawinan antara keturunan Totok dengan Pribumi), terutama yang berbeda
keyakinan. Keluarga totok pada umumnya tidak ingin memiliki menantu
orang Pribumi dengan berbagai macam alasan, dan bila sudah terlanjur
mempunyai keturunan (campuran), biasanya keturunan itu cenderung kurang
diakui atau dihargai didalam keluarga totok.
38 Universitas Kristen Petra
Selain itu dalam keluarga totok sendiri, Chang Yau-Hoon menyatakan
campur tangan keluarga dalam doktrinasi “menjadi China” kepada generasi
muda membuat sebagian remaja bingung atas pilihan jati dirinya. Seakan
hanya dihadapkan dengan dua pilihan, menjadi Indonesia, atau menjadi
China. Semua ini terjadi karena masyarakat tidak memahami apa makna
sesungguhnya dari Identitas Tionghoa, karena Identitas Tionghoa maupun
identitas Indonesia tidak dapat dinilai semata dari penampilan fisik, maupun
tindak tanduknya, namun kembali kepada diri masing-masing menilai seperti
apa identitasnya dan kemauan membuka diri terhadap masyarakat.
2.2.3. Tinjauan Faktor Eksternal
2.2.3.1. Tinjauan Mengenai Globalisasi
Globalisasi didefinisikan oleh Riza Noer Arfani dalam jurnalnya
sebagai kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat
domestik maupun lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang.
(Globalisasi, Karakter dan Implikasinya 1)
Menurut John Green, dalam video “Crash Course World
History”, keberadaan Globalisasi dapat diidentifikasikan kedalam
beberapa realita yang terjadi dalam sebuah masyarakat :
1. Perusahaan multinasional memiliki jangkauan secara global
dan mulai memiliki kekuatan.
2. Travel (Wisata) dan jasa pengiriman murah dan aman
3. Pemerintah memotong tariff dan peraturan dalam
perdagangan international yang akhirnya memunculkan free
trade atau perdagangan bebas.
Pada era globalisasi, komunikasi dan jarak antar bangsa menjadi
sempit, saat ini orang dengan mudah berkomunikasi melalui media
sosial di Ineternet dan bebas bepergian ke luar negeri dengan
pesawat.Adanya globalisasi memberikan lapangan pekerjaan bagi
banyak penduduk di dunia yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
pesat.Namun setiap sisi positif memiliki sisi negatifnya, globalisasi
menyebabkan orang menjadi konsumtif.
39 Universitas Kristen Petra
Dalam bidang sosial dan budaya, dampak globalisasi antara lain
adalah meningkatnya individualisme, perubahan pada pola kerja,
terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat
mulai memandang dan membanggakan nilai-nilai negara lain, segala
sesuatu yang berbau Amerika atau Eropa atau China dan lain-lain
dianggap sebagai sesuatu yang keren atau “wah”, seperti bahasa
Inggris, gaya bertutur kata, rambut pirang dan lain-lain.
Menurut John Green, dalam era globalisasi saat ini, bahasa yang
digunakan dibanyak negara mulai memudar digantikan oleh bahasa-
bahasa global dan memudarnya keragaman budaya “There are fewer
languages spoken today, and probably less Cultural Diversity”.
Pemikiran-pemikiran lokal menjadi pemikiran global dan pemikiran
global disesuaikan dengan pemikiran lokal, hal ini terjadi karena telah
memudarnya batas komunikasi antar negara, sehingga seorang individu
dapat dengan mudah mengutarakan ideologinya di dunia maya, dan
orang-orang yang merasa sepaham dan sependapat menyebarkan
ideologi itu ke lingkungannya. Sejauh ini, rasisme di kancah
internasional dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan dapat
menimbulkan potensi konflik, terutama setelah adanya diskriminasi
terhadap ras negro di Amerika Serikat dan paham ini juga menyebar
sampai ke Indonesia, sehingga sudah banyak orang yang mulai
berpikiran terbuka dan mulai meninggalkan pemikiran-pemikiran rasis.
2.2.3.2 Tinjauan Mengenai Culture Shock
Culture Shock merupakan istilah dalam bahasa Inggris untuk
mendefinisikan efek atau dampak dari perpindahan seseorang dari
sebuah kebudayaan yang familiar ke tempat dengan kebudayaan yang
asing. Sally Robinson dalam artikelnya “Coping with Culture Shock”
menjelaskan definisi Culture Shock sebagai :
“Culture Shockdescribes the impact of moving from a familiar
culture to one which is unfamiliar. It usually affects people who
have travelled abroad to work, live or study; but can even be felt
40 Universitas Kristen Petra
when abroad on holiday. It can affect anyone, including
international students. It is caused by the shock of a new
environment, meeting lots of new people and learning the ways
of a different country. Many people will also associate Culture
Shock with Homesickness – when you miss your family, friends
and those who normally offer you support and guidance. You
may find that the absence of particular smells, sights and tastes
from your home country trigger the sensation of culture shock.
(Coping with Culture Shock . par 1)
Culture Shock dapat terjadi pada siapa saja, meskipun dari akar
latar belakang yang sama seperti yang terjadi ketika orang Tionghoa
di Indonesia pergi ke China. Hal ini disebabkan karena baik perilaku
dan budaya orang Tionghoa di Indonesia sudah terintegrasi dengan
budaya lokal.
2.2.4. Tinjauan Fungsi dan Peranan Komik Sebagai Media untuk
Menyampaikan Pesan.
Komik dewasa ini digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan
pesan, baik untuk keperluan komersil, maupun untuk edukasi dan kritik sosial.
Dalam konteks perannya sebagai media komunikasi, komik turut berperan
dalam merepresentasikan aspek-aspek kehidupan sosial sebuah masyarakat.
Adegan-adegan komik yang menggelitik biasanya malah mampu
menyuguhkan gambaran atas realitas dengan sangat akurat. (Komik Sebagai
Media Komunikasi Visual .par 3). Hal ini menurut Graeme Burton disebabkan
oleh fungsi media telah berkembang, salah satunya adalah fungsi kultural. Dalam menjalankan fungsi kultural, media menghasilkan materi yang
mencerminkan budaya dan menjadi bagian dari budaya tersebut.
Secara praktis dapat dikemukakan; pertama, materi ini
mempertahankan dan mentransmisikan budaya kita dan menghasilkan
kontinuitas bagi budaya tersebut; kedua, materi ini mengembangkan
budaya massa dengan mengorbankan keanekaragaman subkultur; dan
ketiga, materi ini dapat mempertahankan status quo dalam pengertian
41 Universitas Kristen Petra
kultural, tetapi juga dapat mendorong perubahan dan pertumbuhan.
(Komik Sebagai Media Komunikasi Visual .par 5) 2.3. Tinjauan Buku Komik Serupa
Saat ini buku komik kritik sosial telah banyak dibuat dipasaran, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, salah satu komik kritik sosial dari Indonesia
yang telah ada cukup lama adalah seri komik oleh komikus bernama Benny dan
Mice. Selain itu, komik kritik sosial dari luar negeri yang paling terkenal adalah
The Adventure of Tintin karya seorang komikus Belgia, Herge.
2.3.1. Tinjauan Aspek Bentuk
Jika dilihat dari aspek bentuk komiknya, Benny Mice awalnya berupa
komik strip yang dimuat di harian kompas tiap minggunya, namun seiring
berjalannya waktu, strip yang populer akhirnya dikomikkan/ dijadikan buku
komik. Sedangkan Tintin muncul pertama kali sebagai komik yang dimuat di
surat kabar "Le Petit Vingtième pada 10 Januari 1929, dan saat dicetak dalam
bentuk buku komik panjang menyerupai majalah.
2.3.2. Tinjauan Aspek Ide Cerita
Dari segi Ide ceritanya, meskipun keduanya berbicara masalah realita
sosial namun cara menyampaikannya berbeda. Tintin merupakan komik yang
ditujukan untuk kalangan anak-anak dan mengangkat tema petualangan
seorang detektif cilik yang ditemani anjing putih bernama snowy, pesan kritik
sosial yang disampaikan halus sehingga tidak disalah persepsikan oleh
audiencenya. Sedangkan Benny dan Mice menggunakan ide cerita sebagai
warga Jakarta yang sedikit ndeso yang melihat keadaan dan isu-isu sosial di
sekitarnya. Penceritaannya sedikit gamblang dan memakai bahasa yang
mungkin tidak dimengerti anak-anak sehingga target audience nya adalah
orang dewasa.
2.3.3. Tinjauan Aspek Visual
Dari segi visual, gaya gambar yang digunakan sama-sama kartun,
namun ada perbedaan goresan antara karya Herge dan Benny Mice. Namun
dari segi visual komik secara keseluruhan, Herge masih mengikuti pattern
komik cerita pada umumnya, sedangkan Benny dan Mice bebas berkreasi
42 Universitas Kristen Petra
dengan panel-panel, hal ini mengesankan cerita dalam komik Tintin lebih
serius dibandingkan dengan Benny dan Mice.
2.3.4. Tinjauan Aspek Content-Massage
Dari segi pesan yang disampaikan, Tintin lebih ke arah edukasi, karena
target pembacanya adalah kalangan anak-anak, sedangkan dalam komiknya,
Benny Mice ingin menyampaikan keragaman tingkah laku, atau pemikiran
orang Indonesia terutama diJakarta yang justru menjadi keragaman budaya di
Indonesia.
2.3.5. Data Visual
Gambar 2.4 Komik Strip “Benny & Mice”
Sumber: image.google.com
43 Universitas Kristen Petra
“Benny & Mice” adalah komik yang terbit secara berkala pada harian
Kompas hari minggu, cerita yang digunakan cenderung simple dan selesai
dalam 1 halaman, yang pada umumnya terdiri dari 4 panel namun
penyusunannya tidak seperti komik 4 panel pada umumnya. Sekilas dari segi
visual komik “Benny & Mice” terkesan tidak rapi, dapat diamati dari tarikan
garis yang tidak tegas dan seakan dibuat asal dan tergesa-gesa, namun semua
itu menjadi kekhasan gaya visual komikusnya sendiri.
Gambar 2.5 Komik The Adventure of Tintin
44 Universitas Kristen Petra
Sumber : image.google.com
Komik Tintin telah dikenal sejak awal 1900 an, pada kemunculan
komik pertamanya, Tintin di negeri Soviet pada tahun 1930an, komik ini
merupakan satire (sindiran) Herge, komikusnya terhadappemerintahan Uni
Soviet dan paham Komunisme serta membuat lelucon tentang klaim Soviet
akan kemajuan ekonomi.Meskipun cerita yang diangkat tergolong berat dan
mengusung pesan kritik sosial yang dapat dikatakan cukup berat untuk target
audiencenya (anak-anak), komik ini justru terkenal di kalangan anak-anak
karena aksi kejar-mengejar didalamnya dan aksi lucu lainnya membuat anak-
anak tertarik membacanya sampai habis. Hal ini juga berlaku untuk komik-
komik Tintin yang lain, cerita yang diangkat Tintin beragam dan mengambil
latar belakang tempat di banyak negara. Lain dengan “Benny & Mice”, Tintin
berbentuk buku komik yang berisi lebih dari 100 halaman perbukunya dan
dalam visualnya menggunakan panel yang cenderung lebih banyak, ceritanya
lebih kompleks dan berlangsung cenderung lebih lama. Dalam
perkembangannya komik Tintin mengalami beberapa perubahan, terutama
gaya visualnya, bila dibandingkan, komik yang pertama-tama keluar masih
menggunakan warna tunggal, hitam putih, dan sebagai contoh diperbandingan
komik Tintin di Soviet dan “Flight 714”, selain itu penggunaan panel,
proporsi dan balon kata pun semakin berkembang.
2.4. Analisis Data Lapangan
2.4.1. Analisis Profil Pembaca
Target Audience dari buku komik ini adalah remaja, dimana menurut
Sri Rumini & Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun =
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir
(belajarpsikologi.com. par2).
Pada masa pertumbuhan dari anak kecil menjadi orang dewasa, ada
perubahan-perubahan baik fisik maupun mental, dalam realitanya, isu yang
45 Universitas Kristen Petra
dihadapi kebanyakan remaja adalah masa berkembangnya identitas diri.
Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?).
Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam
hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan
(belajarpsikologi.com. par 14).
Pada masa remaja akhir (18-21 tahun), pada umumnya untuk remaja
akhir orang tua memberikan kebebasan yang lebih karena si anak telah
dianggap dewasa sehingga anak lebih bebas bergaul dengan siapa saja,
melakukan apa saja yang mereka sukai meskipun dalam kenyataannya masih
ada batasan-batasan yang diberikan orang tua namun tidak begitu mengekang.
Umumnya anak remaja akhir yang ada di Surabaya lebih suka
berkumpul bersama teman-teman sepermainan, atau bersama pasangannya.
Namun juga tidak sedikit yang masih suka membaca komik di waktu
senggang. Remaja yang ada saat ini, terutama di Surabaya jauh lebih terbuka,
tidak memilih-milih teman berdasarkan ras atau etnisnya, meskipun dalam
kenyataannya ada beberapa orang yang masih menjaga jarak. Namun dalam
memilih pasangan hidup, campur tangan keluarga masih ada di dalamnya,
pada dasarnya hampir semua keluarga menuntut anaknya untuk sebisa
mungkin mencari pasangan dari golongan dengan latar belakang etnis atau
budaya yang sama. Secara psikologis, kebanyakan remaja Indonesia saat ini
selain bergaul tatap muka, juga suka berkomunikasi dengan orang lain
melalui media sosial, seperti twitter, facebook, blog, dan chatting. Sebagian
remaja masih suka membaca komik karena telah diperkenalkan dengan dunia
komik sejak kecil. Alasan kesukaan akan komik pun beragam, mulai dari
visual karakter yang menarik, kedetailan gambar, cerita yang menarik dan
anekdot-anekdot yang ada di dalamnya.
2.4.2. Analisis Kelemahan dan Kelebihan
Dari segi bentuknya, kelemahan komik yang akan dirancang ini adalah
bentuknya masih konvensional, berupa buku cetak. Kelebihannya, komik
dalam bentuk cetak masih banyak diminati dan dapat didistribusikkan melalui
alternatif perantara pembaca.
46 Universitas Kristen Petra
Dari segi ide cerita yang diangkat, kelebihan komik ini adalah komik
yang akan dirancang ini secara garis besar akan menceritakan tentang
perjalanan tiga sekawan ke China. Kelebihan dari segi ide cerita yang
diangkat adalah ceritanya unik dan lebih berbobot karena ada pesan yang
disampaikan. Kekurangan dari cerita ini adalah ceritanya cenderung terlihat
bersifat subyektifkarena berdasarkan pengalaman pribadi pengarangnya bila
dibandingkan dengan “Benny dan Mice”.
Dari segi visual, kelebihannya, komik ini menggunakan gaya timur,
seperti manga yang dipadukan dengan gaya gambar asli pengarangnya. Gaya
gambar manga dipilih karena dirasa lebih simple dan manga merupakan gaya
yang disukai oleh kebanyakan pembaca komik di Indonesia. Kekurangannya,
penggambarannya terkesan lebih amatir dibanding komik “Benny & Mice”
serta Tintin.
Dari segi content message, pesan yang ingin disampaikan oleh komik
ini adalahsalah satu kunci untuk keluar dari pemikiran-pemikiran rasialis
kembali ke diri masing-masing individu. Kelebihannya adalah, pesan yang
ingin disampaikan jarang diangkat dalam media komik sehingga menjadi
unik dan tidak biasa. Kekurangannya, karena isu rasial merupakan isu yang
cukup sensitif ditambah lagi dengan banyaknya orang dengan pemikiran
radikal di Indonesia, pesan itu dapat diartikan dalam pengertian yang berbeda.
2.4.3. Analisis Prediksi Dampak Positif
Komik ini diharapkan dapat membuka pemikiran masyarakat, dan
mengajak masyarakat untuk bersama-sama membuka dan menginstropeksi
diri, karena pada dasarnya kunci untuk keluar dari pemikiran-pemikiran
rasialis kembali kepada individunya masing-masing.
2.5 Simpulan
Sejauh ini komik banyak digunakan sebagai media komunikasi kritik sosial
dalam masyarakat karena pada dasarnya komik dibuat berdasarkan pengamatan
komikusnya akan keadaan sosial di sekitarnya yang dikembangkan melalui
imajinasi pengarangnya, isu-isu rasial berkembang dari prasangka dan stereotip
47 Universitas Kristen Petra
yang ada dalam masyarakat dan sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman
akan Identitas. Identitas itu relatif dan tidak terikat hanya pada tampilan fisik
maupun latar belakang budaya seseorang.
2.6 Usulan Pemecahan Masalah
Sebagai tindakan atas masalah yang telah ada, buku komik inidirancang,
dengan harapan dapat membantu memberikan kesadaran bagi pembacanya akan
pemikiran-pemikiran rasis yang diskriminatif. Namun keberadaan buku initidak
menjamin dapat merubah pola pikir dan perilaku sebagian masyarakat yang masih
cenderung berpikir rasialis, karena pada dasarnya hal itu kembali kepada individu
masing-masing, bagaimana individu tersebut menilai dan mengidentifikasi dirinya
dan mau membuka diri terhadap perbedaan-perbedaan di masyarakat.