9
  84 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU  Akumulasi Nikel (Ni) Dalam Darah Ikan Bandeng (Chano s chanos Forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar Area Tambang  Nickel (Ni) Ac cumulation in Milkfish Blood ( Chanos  chanos Forskal) Cultured on Mining Area Evan Mardihasbullah *) , Muhammad Idris **) , dan Kadir Sabilu ***)  Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232 e_mail: *[email protected]. id, **[email protected], ***[email protected]  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nikel yang terdapat dalam darah ikan bandeng ( Chanos chanos Forskal). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2012. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah analisis kadar nikel pada darah ikan bandeng, analisis kadar nikel air tambak, analisis kadar nikel sedimen, hubungan antara kadar nikel pada air, darah dan sedimen, serta kualitas air. Untuk membandingkan kadar nikel pada darah ikan bandeng, air tambak serta sedimen pada masing-masing lokasi dinalisis dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan  bandeng tertinggi terdapat pada sampel 2 sebesar 2.74 ppm dan terendah pada sampel 10 yaitu 0.53 ppm dengan rata-rata dari keseluruhan sampel (10 sampel) kadar nikelnya sebesar 1.38 ppm, hasil tersebut telah melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan, yaitu 0.008 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada air tambak berkisar antara 0.30-0.38 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada sedimen tambak berkisar antara 7.88- 14.52 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Hubungan antara kadar nikel pada air, darah serta sedimen yaitu semakin tinggi kandungan nikel pada air dan sedimen tambak, maka semakin tinggi pula kadar nikel yang terakumulasi dalam tubuh organisme. Kisaran parameter kualitas air tambak di Desa Totobo, Kecamatan Pomalaa ditinjau dari faktor fisika-kimia masih memenuhi standar baku mutu untuk budidaya bandeng. Kata Kunci: Nikel, ikan bandeng, darah, air, sedimen Abstract This research was conducted to investigate nickel accumulation contained in milkfish blood ( Chanos chanos Forskal) from August - September 2012. Variabels measured were Ni accumulation which contained in fish  blood, fishpond water, sediment, and Ni accumulation in r elation to water, blood, sediment, and water quality. AAS analysis was selected to compare Ni accumulation contained in fish blood, fishpond water and sediment in each location. Result showed that the highest Ni accumulation was found in sample 10 reaching 2.74 ppm and 0.53 ppm, respectively. In average, the accumulation of Ni of the total sample was 1.38, exceeding the normal standard (0.008 ppm). Ni accumulation contained in fishpond water ranged 0.30 - 0.38 ppm, while in sediment ranged 7.88 - 14.52 ppm. These result exceeded the normal condition determined by Ministry Of Environment (0.05 ppm) for marine lives. There was positive correlation of Ni accumulation contained in water, blood and sediment, in which high level of Ni accumulation both in water and in sediment contributed to high level of Ni contained in the fish body. Water quality parameters remained at tolerable range to support milkfish culture. Keyword: Nickel, milkfish, blood, water, sediment Pendahuluan Lingkungan perairan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pembudayaan ikan. Hal ini tidak terlepas dari hasil kegiatan manusia yang dapat menimbulkan pencemaran logam berat yang dapat mempengaruhi aspek ekologis maupun aspek biologis.  Namun belakangan seiring  berkemba ngnya teknologi industri terutama daerah pesisir yang sebelumnya dijadikan lahan  pertambak an mengalam i perubahan lingkungan  baik secara biologi, kimia maupun secara fisik sebagai akibat pemukiman penduduk maupun tumbuh pesatnya kegiatan industri. Hal ini Jurnal Mina Laut Indonesia  Vol. 01 No. 01  (84   92)  ISSN : 2303-3959

2 nasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

  • 84 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    Akumulasi Nikel (Ni) Dalam Darah Ikan Bandeng

    (Chanos chanos Forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar Area Tambang

    Nickel (Ni) Accumulation in Milkfish Blood (Chanos chanos Forskal)

    Cultured on Mining Area

    Evan Mardihasbullah *), Muhammad Idris

    **), dan Kadir Sabilu

    ***)

    Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo

    Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232

    e_mail: *[email protected], **[email protected], ***[email protected]

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nikel yang terdapat dalam darah ikan bandeng (Chanos

    chanos Forskal). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2012. Variabel yang

    diamati dalam penelitian ini adalah analisis kadar nikel pada darah ikan bandeng, analisis kadar nikel air tambak,

    analisis kadar nikel sedimen, hubungan antara kadar nikel pada air, darah dan sedimen, serta kualitas air. Untuk

    membandingkan kadar nikel pada darah ikan bandeng, air tambak serta sedimen pada masing-masing lokasi

    dinalisis dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan

    bandeng tertinggi terdapat pada sampel 2 sebesar 2.74 ppm dan terendah pada sampel 10 yaitu 0.53 ppm dengan

    rata-rata dari keseluruhan sampel (10 sampel) kadar nikelnya sebesar 1.38 ppm, hasil tersebut telah melampaui

    nilai ambang batas yang ditetapkan, yaitu 0.008 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada air tambak berkisar

    antara 0.30-0.38 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk

    kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada sedimen tambak berkisar antara 7.88-

    14.52 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk

    kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Hubungan antara kadar nikel pada air, darah serta sedimen yaitu semakin

    tinggi kandungan nikel pada air dan sedimen tambak, maka semakin tinggi pula kadar nikel yang terakumulasi

    dalam tubuh organisme. Kisaran parameter kualitas air tambak di Desa Totobo, Kecamatan Pomalaa ditinjau dari

    faktor fisika-kimia masih memenuhi standar baku mutu untuk budidaya bandeng.

    Kata Kunci: Nikel, ikan bandeng, darah, air, sedimen

    Abstract

    This research was conducted to investigate nickel accumulation contained in milkfish blood (Chanos chanos

    Forskal) from August - September 2012. Variabels measured were Ni accumulation which contained in fish

    blood, fishpond water, sediment, and Ni accumulation in relation to water, blood, sediment, and water quality.

    AAS analysis was selected to compare Ni accumulation contained in fish blood, fishpond water and sediment in

    each location. Result showed that the highest Ni accumulation was found in sample 10 reaching 2.74 ppm and

    0.53 ppm, respectively. In average, the accumulation of Ni of the total sample was 1.38, exceeding the normal

    standard (0.008 ppm). Ni accumulation contained in fishpond water ranged 0.30 - 0.38 ppm, while in sediment

    ranged 7.88 - 14.52 ppm. These result exceeded the normal condition determined by Ministry Of Environment

    (0.05 ppm) for marine lives. There was positive correlation of Ni accumulation contained in water, blood and

    sediment, in which high level of Ni accumulation both in water and in sediment contributed to high level of Ni

    contained in the fish body. Water quality parameters remained at tolerable range to support milkfish culture.

    Keyword: Nickel, milkfish, blood, water, sediment

    Pendahuluan

    Lingkungan perairan merupakan salah

    satu faktor penting dalam usaha pembudayaan

    ikan. Hal ini tidak terlepas dari hasil kegiatan

    manusia yang dapat menimbulkan pencemaran

    logam berat yang dapat mempengaruhi aspek

    ekologis maupun aspek biologis.

    Namun belakangan seiring

    berkembangnya teknologi industri terutama

    daerah pesisir yang sebelumnya dijadikan lahan

    pertambakan mengalami perubahan lingkungan

    baik secara biologi, kimia maupun secara fisik

    sebagai akibat pemukiman penduduk maupun

    tumbuh pesatnya kegiatan industri. Hal ini

    Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 (84 92) ISSN : 2303-3959

  • 85 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan

    organisme, karena sisa-sisa buangan dari

    kegiatan industri tersebut masuk ke perairan,

    maupun peruntukan lahan tambak bandeng

    (Sriani, 2009).

    Limbah yang dihasilkan oleh aktifitas

    peleburan nikel di pabrik akan melewati instalasi

    pengolahan air limbah (IPAL) sehingga pada saat

    dialirkan ke laut telah memenuhi kriteria baku

    mutu air limbah, sehingga keberadaan nikel di

    perairan akan terkontrol dalam batas normal.

    Akan tetapi, akibat guyuran hujan pada

    tumpukan galian tambang pada daerah

    penambangan, dapat mengakibatkan kelarutan

    nikel meningkat dan tercuci ke daerah hilir

    (Widiono, 2009).

    Hal ini tentu saja akan meningkatkan

    kosentrasi nikel dalam air sungai dan laut. Ikan

    akan memakan dan menyerap nikel yang

    termagnifikasi pada tanaman dan kolom air yang

    menjadi media hidupnya, menumpuknya pada

    bagian-bagian ototnya melalui proses respirasi

    dan makanannya.

    Selain bersifat racun, logam berat

    terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui

    proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan

    termagnifikasi oleh biota laut. Logam logam

    berat yang masuk ke dalam tubuh hewan

    umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh

    mereka. Karena itu logam logam cenderung

    untuk menumpuk dalam tubuh mereka. Sebagai

    akibatnya, logam logam ini akan terus ada di

    sepanjang rantai makanan (Hutabarat dan Evans

    dalam Yudo, 2006).

    Kekhawatiran masuknya logam berat

    nikel (Ni) dari perairan yang dapat terakumulasi

    pada jaringan ikan bandeng karena perairan

    tersebut digunakan untuk mengairi tambak petani

    ikan dan sebagai komoditi masyarakat sekitar.

    Ikan dapat mengadsorbsi nikel melalui

    makanannya dan langsung dari air dengan

    melewati insang, nikel juga dapat berikatan

    dengan protein diseluruh jaringan ikan, termasuk

    darah yang jika selanjutnya dapat dikonsumsi

    manusia maka akan mengumpul dalam waktu

    yang lama akan bersifat sebagai racun yang

    akumulatif artinya tidak bisa diurai oleh organ

    tubuh sehingga akan membahayakan bagi

    kesehatan.

    Oleh sebab itu, ikan bandeng yang

    dibudidayakan di Kecamatan Pomalaa, diduga

    mengandung nikel karena lokasinya berdekatan

    dengan lokasi pertambangan nikel. Sehingga,

    penelitian kandungan nikel pada darah ikan

    bandeng ini perlu untuk dilakukan.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan selama 1

    bulan pada bulan Agustus sampai September

    2012. Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu

    pengambilan sampel dan dilanjutkan dengan

    analisis di Laboratorium. Lokasi penelitian

    dilaksanakan di pertambakan rakyat Desa

    Totobo, Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka,

    sedangkan analisis sedimen dilaksanakan di

    Laboratorium Unit Nutrisi dan Pakan Jurusan

    Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

    Universitas Haluoleo. Analisis kandungan nikel

    (Ni) pada sampel darah, air tambak dan sedimen

    dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri

    Serapan Atom (SSA) yang dilakukan di Balai

    Besar Laboratorium Kesehatan Makassar,

    Sulawesi Selatan.

    1. Alat dan Bahan

    Peralatan yang digunakan dalam

    penelitian ini antara lain Spoit suntik, Tabung

    reaksi, DO meter, corong, pH meter,

    handrefractometer, cawan petri, termometer,

    Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), botol

    sampel, kantung plastik, kertas label, pipet tetes,

    hot plate, tissu, timbangan analitik, kertas Saring,

    gelas beaker, kamera digital, GPS.

    Bahan yang akan digunakan dalam

    penelitian ini antara lain Ikan Bandeng (Chanos

    chanos Forskal), Darah ikan bandeng, Air

    tambak, sedimen, aquadest, larutan HNO3, larutan asam sulfat, larutan EDTA.

    2. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah

    dengan melakukan uji kandungan nikel pada

    darah ikan bandeng serta pengukuran kualitas air

    yang meliputi: Pengukuran suhu, salinitas, dan

    derajat keasaman (pH) serta oksigen terlarut

    (DO).

    3. Analisis Kandungan Nikel (Ni)

    Data yang diperoleh dari lokasi

    penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif

    kemudian ditarik kesimpulan dengan

    membandingkan nilai kandungan nikel yang ada

    pada ikan bandeng.

    Hasil

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kabupaten Kolaka terdiri dari beberapa

    kecamatan yang salah satunya adalah

    Kecamatan Pomalaa. Kecamatan Pomalaa

    terletak di bagian Selatan ibu kota Kabupaten

    Kolaka. Luas Wilayah Kecamatan Pomalaa

  • 86 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0.35

    0.4

    0.45

    Titik I Titik II Titik III

    Ka

    da

    r N

    ikel

    Air

    (p

    pm

    )

    Titik Pengambilan Sampel

    333,82 km2. Disamping itu sebagian perairan

    Laut Teluk Bone. Keadaan permukaan wilayah

    kecamatan pomalaa tediri dari gunung bukit,

    lembah dan laut. Diantara jenis permukaan

    tersebut terdapat lahan yang merupakan daerah

    potensial untuk pengembangan sektor pertanian,

    perkebunan dan perikanan. Desa Totobo adalah

    salah satu desa yang terdapat di Kecamatan

    Pomalaa, yang sebagian besar penduduknya

    bermata pencaharian sebagai petani tambak.

    2. Analisis Kadar Nikel

    a. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada Darah Ikan Bandeng

    Hasil analisis di atas menunjukkan,

    kadar Ni yang tertinggi terdapat pada sampel 2

    (2.74 ppm) dan yang terendah terdapat pada

    sampel 10 (0.53 ppm). Berdasarkan data pada

    tabel kandungan nikel dalam darah ikan

    bandeng di atas menunjukkan bahwa

    kandungan nikel pada ikan bandeng telah

    melebihi nilai ambang batas yang telah

    ditetapkan.

    b. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada Air Tambak

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kadar logam berat Ni pada air laut yaitu pada

    titik I (0.38 ppm), titik II (0.34 ppm), dan titik

    III (0.30 ppm). Data kadar nikel pada air laut

    dapat dilihat pada Gambar 2.

    Tabel 1. Hasil analisis kadar nikel (Ni) dalam darah ikan bandeng No Tempat Pengambilan Sampel Kadar Nikel (Ni) Dalam Darah (ppm)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10

    Titik I

    Titik I

    Titik I

    Titik II

    Titik II

    Titik II

    Titik III

    Titik III

    Titik III

    Titik III

    2.40

    2.74

    1.06

    2.05

    0.59

    1.08

    1.68

    0.71

    0.95

    0.53

    Total 13.79

    Rata-rata 1.37

    ...

    Gambar 2. Histogram hasil analisis kadar nikel (Ni) pada air tambak

    Hasil analisis di atas menunjukan

    bahwa kadar Ni pada air laut yang tertinggi

    terdapat pada titik I (0.38 ppm) dan

    selanjutnya titik II (0.34 ppm) dan titik III

    (0.30 ppm).

    c. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada Sedimen Tambak

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kadar logam berat Ni pada sedimen yaitu pada

    titik I (14.5 ppm), titik II (10.10 ppm), dan titik

    III (7.88 ppm). Data kadar nikel pada sedimen

    dapat dilihat pada Gambar 3.

    Hasil analisis di atas menunjukan

    bahwa kadar Ni pada air laut yang tertinggi

    terdapat pada titik I dan disusul titik II dan III.

  • 87 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    Titik I Titik II Titik III

    Kad

    ar N

    ike

    l (p

    pm

    )

    Titik Pengambilan Sampel

    Air

    Darah

    Sedimen

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    Titik I Titik II Titik III

    Ka

    da

    r N

    ikel

    Sed

    imen

    (p

    pm

    )

    Titik Pengambilan Sampel

    d. Hubungan Antara Kadar Nikel Pada Air, Darah dan Sedimen

    Hubungan antara kadar nikel pada air,

    darah dan sedimen dapat dilihat pada Gambar

    4.

    Gambar 3. Histogram hasil analisis kadar nikel (Ni) pada sedimen tambak

    Gambar 4. Histogram korelasi kadar nikel (Ni) pada sampel air, darah dan sedimen

    Histogram di atas menunjukkan bahwa

    semakin tinggi kadar nikel pada air dan sedimen

    tambak, maka semakin tinggi pula kadar nikel

    dalam darah.

    e. Parameter Kualitas Air

    Hasil pengukuran kualitas air dapat

    dilihat pada Tabel 2.

  • 88 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air No. Parameter Titik I Titik II Titik III

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Suhu (oC)

    Salinitas (ppt)

    Oksigen terlarut

    pH Air

    pH Sedimen

    29

    27

    6.2

    8.17

    7.46

    30

    25

    6.5

    8.05

    7.10

    30

    26

    6.0

    8.10

    6.72

    Hasil pengukuran kualitas air di semua

    titik pengambilan sampel menunjukkan bahwa

    suhu pada tambak berkisar antara 2930 0C. Salinitas pada tambak di masing-masing titik

    pengambilan sampel berkisar antara 25-27 ppt.

    Berdasarkan hasil pengamatan kadar oksigen

    terlarut di tiga titik lokasi penelitian diketahui

    bahwa kadar oksigen terlarut pada tambak

    berkisar antara 6.0-6.5 mg/L. Pengamatan pH

    pada air dan sedimen berdasarkan hasil

    penelitian di masing-masing titik berkisar antara

    8.05-8.17 untuk air dan sedimen berkisar antara

    6.72-7.46.

    Pembahasan

    1. Analisis Kadar Nikel Pada Darah Ikan

    Bandeng adalah salah satu komoditas

    perikanan yang mempunyai nilai gizi dan

    mineral yang tinggi. Anonim (2010)

    menyebutkan bahwa mineral nutrisi yang

    terdapat dalam ikan bandeng antara lain, kadar

    Kalsium (Ca) (51 mg per 100g), Besi (Fe) (0.32

    mg per 100g), Magnesium (Mg) (30 mg per

    100g), Fosfor (P) (162 mg per 100g), Kalium (K)

    (292 mg per 100g), Natrium (Na) (72 mg per

    100g), Seng (Zn) (0.82 mg per 100g), Tembaga

    (Cu) (0.034 mg per 100g), Mangan (Mn) (0.02

    mg per 100g), Selenium (Se) (12.6 per 100g). Darah merupakan medium dalam sistem

    sirkulasi, dimana fungsinya mengedarkan

    mineral dan nutrisi esensial yang berasal dari

    pencernaan makanan ke sel-sel tubuh selain itu

    darah juga mentransport oksigen terlarut serta

    hormon dan enzim ke organ tubuh yang

    memerlukan. Darah ikan tersusun dari sel-sel

    darah yang tersuspensi di dalam plasma yang

    diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Moyle &

    Cech, 2004 dalam Mones, 2008).

    Darah terdiri dari cairan plasma dan sel-

    sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel

    darah putih (leukosit) dan keping darah

    (trombosit). Plasma darah adalah suatu cairan

    jernih yang mengandung mineral-mineral

    terlarut, hasil absorbsi dari pencernaan makanan,

    buangan hasil metabolisme oleh jaringan, enzim,

    antibodi serta gas terlarut (Lagler et al. 1977

    dalam Mones, 2008).

    Ikan memiliki kadar protein plasma

    darah yang rendah dibandingkan dengan

    vertebrata tingkat tinggi. Protein plasma darah

    utama pada ikan adalah albumin, yang berfungsi

    sebagai pengontrol osmotik, lipoprotein sebagai

    pembawa lemak, globulin sebagai pengikat

    hemoglobin, ceruloplasma sebagai pengikat Cu,

    fibrinogen sebagai bahan pembeku darah dan

    iodurophorin sebagai pengikat iodium organik.

    Darah juga memiliki limfosit untuk mengenal

    konfigurasi asing. Roitt (1985) menyatakan

    bahwa memori spesifitas dan pengenalan zat

    asing merupakan dasar dari respon imun. Faktor

    lain yang juga mempengaruhi pembentukan

    respon imun adalah hormon cortisol. Limfosit

    dan hormon cortisol akan meningkat jumlahnya

    seiring dengan peningkatan jumlah konfigurasi

    protein asing dalam darah (Kleius, 1987).

    Dari hasil analisis kadar nikel pada

    sampel darah ikan bandeng yang diambil dari

    desa Totobo Kecamatan Pomalaa Kabupaten

    Kolaka yang dianalisis dengan menggunakan

    SSA menunjukkan kadar nikel pada darah ikan

    bandeng tertinggi ditemukan pada sampel 2

    (2.74 ppm) dan terendah ditemukan pada sampel

    10 (0.53 ppm). Berdasarkan data rata-rata dari

    seluruh sampel darah ikan bandeng (10 sampel)

    kandungan nikel dalam darah mencapai 1.37

    ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar nikel

    dalam darah sudah melewati standar baku mutu

    nikel dalam suatu organisme (biota perairan)

    yang ditetapkan oleh Kepmen LH tahun 2004

    dimana batas maksimum kadar limbah nikel

    adalah 0.008 ppm. Tingginya konsentrasi nikel

    yang ditemukan dalam darah ikan bandeng

    disebabkan karena kadar nikel yang terdapat

    pada perairan dan sedimen juga tinggi. Hal ini

    sesuai dengan pernyataan Purnomo dan

    Muchyiddin (2007) yang menyatakan bahwa

    terdapat hubungan korelasi yang kuat antara

    kadar logam berat pada badan air dan sedimen

    dengan kadar logam berat pada organisme yang

    hidup di dalamnya.

    Selain mengadsorpsi langsung dari

    badan air, tingginya kadar nikel yang ditemukan

    pada ikan bandeng diduga dipengaruhi oleh

    makanan yang dikonsumsi oleh ikan bandeng.

    Melalui pakan yang telah terkontaminasi, nikel

    akan terbawa pada saluran pencernaan makanan,

    dan selanjutnya akan terserap dalam darah untuk

    didistribusikan ke dalam jaringan tubuh. Di

  • 89 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    tambak selain memakan pakan yang diberikan,

    ikan bandeng juga memakan fitoplankton dan

    lumut yang terdapat pada tambak tersebut.

    Fardias (1992) menyatakan logam berat dalam

    air mudah terserap dan tertimbun dalam

    fitoplankton yang merupakan titik awal dari

    rantai makanan, selanjutnya melalui rantai

    makanan sampai ke organisme lainnya.

    Pada proses pencernaan makanan

    apabila diruntut dari awal, makanan masuk ke

    mulut sampai ke proses pencernaan dan

    selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna

    dibuang dalam bentuk feses melalui anus

    (Rahardjo dkk, 2010). Logam berat yang

    terakumulasi dalam tubuh organisme cenderung

    untuk tinggal dalam tubuh organisme tersebut

    dan tidak dapat dieksresikan oleh tubuh ikan.

    Affandi (2009) menjelaskan bahwa ikan

    umumnya akan mengeluarkan sisa metabolisme

    tubuh melalui urin. Lebih lanjut dikatakan bahwa

    urin yang dikeluarkan melewati ginjal memiliki

    konsentrasi yang lebih encer daripada

    konsentrasi darah, sehingga unsur/mineral yang

    molekulnya lebih besar tidak dapat terekskresi

    lewat urin (Ebrahimi et al, 2011). Sehingga

    ditemukannya kadar nikel dalam darah ikan

    bandeng dalam jumlah yang tinggi yang

    konstentrasinya melewati ambang batas yang

    telah ditetapkan oleh Kepmen LH.

    Akumulasi nikel yang terdapat dalam

    darah ikan bandeng diduga juga terserap melalui

    proses pernapasan. Proses pengambilan oksigen

    oleh ikan bandeng (Teleostei) terjadi dalam dua

    tahap, yakni tahap pertama (inspirasi) dan yang

    ke-2 (ekspirasi). Pada tahap inspirasi air dari luar

    masuk melalui mulut menuju rongga mulut, pada

    saat air dari rongga mulut bergerak melewati

    insang, terjadi difusi dari lingkungan luar (media

    air) menuju lingkungan dalam (kapiler darah)

    pada lamella, karena darah yang dipompa dari

    jantung mengandung hemoglobin yang banyak

    mengandung karbon yang akan dilepaskan ke

    lingkungan perairan (Carvalho et al, 2011).

    Nikel (Ni2+

    ) sebagai kation yang cukup kuat

    yang terdapat dalam air laut memungkinkan

    untuk berdifusi dan berikatan dengan anion yang

    terdapat pada plasma darah pada tahap inspirasi,

    sehingga kadar Ni dalam darah akan meningkat.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Conell dan

    Miller, (2006) yang menyatakan bahwa logam

    berat dapat terakumulasi dalam tubuh organisme

    secara difusi dari lingkungan perairan.

    2. Analisis Kadar Nikel Pada Air Tambak

    Perairan tambak adalah ekosistem

    perairan payau. Salinitasnya berada di antara

    salinitas air laut dan salinitas air tawar dan tidak

    mantap. Dari musim ke musim, dari bulan ke

    bulan dari hari ke hari,bahkan mungkin dari jam

    ke jam dapat saja terjadi perubahan, hal ini

    terjadi karena pengaruh karena adanya pasokan

    air tawar dan pasang surut air laut (Alwi, 2010).

    Air sering tercemar oleh komponen-

    komponen anorganik antara lain berbagai logam

    berat yang berbahaya. Nikel merupakan salah

    satu jenis logam berat yang berpotensi

    mencemari lingkungan perairan. Perairan yang

    berdekatan dengan kawasan pertambangan nikel,

    potensi peningkatan konsentasi nikel (Ni) dalam

    air laut cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan

    dengan buangan limbah dan proses sedimentasi

    dari aktifitas pertambangan yang menuju ke laut.

    Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk

    koloid. Garam-garam nikel misalnya nikel

    ammonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida

    yang bersifat larut dalam air (Ariyanti, 2012).

    Analisis laboatorium menunjukkan kadar

    nikel pada air tambak berkisar antara 0.30-0.38

    ppm. Kandungan nikel tertinggi hingga terendah

    berturut-turut yaitu, titik I (0.38 ppm), titik II

    (0.34 ppm) dan titik III (0. 30 ppm). Kadar ini

    lebih tinggi dari kadar normal Ni dalam air

    tambak dimana nilai ambang batas (NAB) yang

    ditetapkan oleh KMNLH No. 51 tahun 2004

    untuk kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

    kualitas perairan dilihat dari tingginya kadar

    nikel (Ni) yang ditemukan maka termasuk

    kategori telah melewati nilai ambang batas. Ini

    disebabkan karena air yang mengairi tambak

    berasal dari air laut yang telah mengandung

    logam berat nikel (Ni). Ahmad (2009)

    menyatakan bahwa logam berat dapat berasal

    dari peluruhan mineral logam secara alami

    maupun proses geologi yang terdapat di perairan

    ini, dan yang berasal dari limbah berbagai

    kegiatan baik di laut maupun di darat.

    3. Analisis Kadar Nikel Pada Sedimen Tambak

    Tanah atau sedimen merupakan bagian

    dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke

    tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam

    mencerna limbah akan mengakibatkan

    pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi

    merusak lingkungan hidup adalah limbah yang

    termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3)

    yang di dalamnya terdapat logam logam berat

    (Widaningrum dkk, 2007).

    Rizald (2010) dalam Ariyanti (2012),

    menyatakan konsentrasi logam berat pada

    sedimen tergantung pada beberapa faktor yang

    berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah:

  • 90 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    a) Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia. Melalui

    partikel pada lapisan pemukaan atau lapisan

    dasar sedimen.

    b) Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.

    c) Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.

    Beberapa material yang terkonsentrasi di

    udara dan permukaan air mengalami oksidasi,

    radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi.

    Jika tidak mengalami proses pelarutan, material

    ini akan saling berikatan dan bertambah berat

    sehingga tenggelam dan menyatu dalam

    sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh

    partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan,

    menyebabkan kandungan logam di air menjadi

    lebih rendah.

    Berdasarkan hasil pengamatan analisis

    laboratorium, setelah melakukan uji

    laboratorium pada sedimen tambak, diketahui

    pada semua titik pengambilan sampel sedimen

    tambak mengandung nikel. Hasil uji

    laboratorium menunjukkan kadar nikel pada

    sedimen tambak berkisar antara 7,88-14,52

    ppm. Dimana pada titik I (14,52), titik II (10,10

    ppm), dan titik III (7,88 ppm). Hasil uji

    laboratorium ini menunjukkan bahwa

    kandungan nikel pada sedimen tambak telah

    melampaui kadar logam berat yang terdapat di

    suatu perairan yang relatif belum

    terkontaminasi yakni 0.05 ppm (Suhendrayatna,

    2000). Tingginya kadar nikel pada sedimen

    tambak ini disebabkan karena letak pintu air

    tambak yang dekat dengan laut dan air yang

    masuk ke dalam tambak tidak mengalami

    proses penyaringan. Sedimen yang mempunyai

    kadar nikel tertinggi terdapat pada titik I, ini

    disebabkan oleh titik pengambilan sampel yang

    dekat dengan pintu air, sehingga sebelum logam

    nikel tersebar ke perairan lebih lanjut, logam

    tersebut mengalami pengendapan di titik II dan

    III.

    4. Korelasi Kadar Nikel Pada Air, Sedimen dan Darah

    Penyebaran pencemar dalam lingkungan

    perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah

    pengangkutan seperti penguapan, presipitasi dari

    udara dan aliran. Peningkatan jumlah industri

    merupakan penyebab utama dan pemasok paling

    dominan terhadap penurunan mutu air (Conell

    dan Miller, 2006). Pencemaran air limbah

    dikhawatirkan menyebabkan air tidak mampu

    lagi menjernihkan diri secara alamiah (self

    purification). Pencemaran tersebut dapat

    menimbulkan efek samping karena dapat

    menimbulkan kerusakan pada kehidupan yang

    ada di dalam air.

    Tanah dan sedimen berperan utama

    dalam pengangkutan pencemar lingkungan

    dengan menyediakan permukaan penyerapan.

    Logam berat pada sedimen akan meningkat

    apabila kelarutan air menurun.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    logam nikel dalam sedimen lebih tinggi

    dibanding dengan logam nikel dalam perairan.

    Hal ini terjadi karena logam berat yang masuk ke

    dalam lingkungan perairan mengalami

    pengendapan. Logam berat mempunyai sifat

    yang mudah mengikat bahan organik dan

    mengendap di dasar perairan dan berikatan

    dengan partikel-partikel sedimen, sehingga

    konsentrasi logam berat dalam sedimen lebih

    tinggi dibanding dalam air (Erlangga, 2007

    dalam Umami dkk, 2012).

    Logam berat Ni seperti nikel ammonium

    sulfat, nikel nitrat dan klorida bersifat larut

    dalam air, akan tetapi jika logam tersebut terlarut

    maka akan berpindah ke dalam sedimen jika

    berikatan dengan materi organik bebas atau

    materi organik yang melapisi permukaan

    sedimen, dan penyerapan langsung oleh

    permukaan partikel sedimen (Umami dkk, 2007).

    Nikel yang masuk dalam tubuh biota perairan

    akan menimbulkan kelumpuhan dan kerusakan

    pada organ pernafasan, kerusakan yang

    ditimbulkan disebabkan karena nikel sangat

    sedikit yang dieksresikan, sebagian besar

    senyawa tersebut akan menempel pada insang

    sehingga mengganggu fungsi alat pernafasan

    (Yustina, 2005).

    Kadar nikel pada darah ikan bandeng di

    tambak lokasi penelitian bila dibandingkan

    dengan nilai baku mutu logam berat Ni pada

    organisme perairan berdasarkan (SNI Tahun

    2004) yaitu 0.05 ppm. Maka kadar Ni pada ikan

    bandeng di tambak sudah melebihi ambang batas

    dari nilai baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini

    dikarenakan tingginya logam berat dalam air dan

    sedimen sehingga masuk dan terakumulasi

    dalam tubuh ikan. Tingginya kadar logam dalam

    darah disebabkan karena ada akumulasi logam

    berat Ni di tubuh ikan. Hal ini terjadi melalui

    proses penyerapan pada permukaan tubuh, secara

    difusi dari lingkungan perairan (Conell dan

    Miller, 2006). Selain itu, karena sifat bandeng

    yang memakan fitoplankton yang terdapat pada

    perairan sehingga menyebabkan ikan

    terkontaminasi logam Ni dari pakan dan

    tumbuhan air yang telah terkontaminasi logam

    berat Ni.

  • 91 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    5. Parameter Kualitas Air

    Air merupakan sumber daya alam yang

    dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan

    mudah terkontaminasi oleh aktifitas manusia. Air

    banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan

    bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat

    tercemar.

    Salah satu indikator untuk mengetahui

    kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan salah

    satu parameter fisika pada kualitas air. Suhu air

    sangat berkaitan erat dengan konsentrasi jenuh

    oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi

    oksigen hewan air. Berdasarkan hasil

    pengukuran, suhu di lokasi penelitan berkisar

    antara 29-30oC, kondisi ini masih dalam kisaran

    layak untuk tambak bandeng, dimana suhu air

    optimal bagi ikan bandeng berkisar antara 2633C. Pada suhu 1825C, ikan bandeng masih dapat bertahan hidup, tetapi nafsu makannya

    mulai menurun. Suhu air 1218C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu air di

    bawah 12 C ikan bandeng mati kedinginan

    (Anonim, 2010).

    Pengukuran salinitas diketahui bahwa

    salinitas pada tambak lokasi pengamnbilan

    sampel beriksar antara 25-27 ppt. kisaran

    salinitas ini masih sesuai dengan kriteria yang

    baik untuk tambak bandeng. Rizal (2009)

    menyatakan ikan bandeng adalah salah satu

    organisme euryhaline yang dimana ikan bandeng

    mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air,

    sehingga dapat hidup di air tawar (salinitas

    antara 05 ppt) maupun air asin (salinitas > 30 ppt).

    Untuk pengukuran oksigen terlarut, hasil

    penelitian menunjukkan kadar oksigen terlarut

    pada tambak berkisar antara 6.0-6.5 mg/L. hal ini

    masih sesuai dengan kisaran optimal kadar

    oksigen terlarut pada tambak bandeng yaitu

    berkisar >5 mg/L.

    Selain beberapa parameter kualitas air di

    atas, dilakukan juga pengukuran pH pada air dan

    sedimen tambak. Berdasarkan hasil penelitian

    pH pada air tambak berkisar antara 8.05-8.17.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Safrizal (2011)

    yang menyebutkan bahwa pH air pada tambak

    masih dalam kisaran yang optimal untuk tambak

    bandeng yang dimana pH berkisar antara 78.7 pH merupakan indikator baik buruknya

    lingkungan air, sehingga angka pH ini dapat

    digunakan untuk memperoleh gambaran tentang

    daya produksi potensial air itu akan mineral,

    yang menjadi pokok pangkal segala macam hasil

    perairan itu.

    Simpulan

    Kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan

    bandeng (Chanos chanos Forskal) rata-rata 1.37

    ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Ni

    yang ditemukan dalam darah ikan telah

    melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan,

    yaitu 0.008 ppm.

    Kadar logam berat nikel (Ni) rata-rata

    pada air tambak 0.34 ppm dan sedimen tambak

    10.83 ppm. Hal ini telah melewati ambang batas

    yang ditetapkan oleh KMNLH untuk

    kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm.

    Semakin tinggi kandungan nikel pada air

    dan sedimen tambak, maka semakin tinggi pula

    kadar nikel yang terakumulasi dalam tubuh

    organisme.

    Kualitas air tambak ditinjau dari faktor

    fisika-kimia masih memenuhi standar baku mutu

    untuk budidaya bandeng (salinitas, pH air, pH

    sedimen,dan oksigen terlarut).

    Persantunan

    Penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada Dekan FPIK Universitas Haluoleo

    yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi

    kepada penulis hingga terselesainya karya ilmiah

    ini dan para teknisi Balai Besar Laboratorium

    Kesehatan, Makassar yang telah membantu

    penulis dalam proses penanganan sampel

    penelitian.

    Daftar Pustaka

    Affandi, R., Sjafei, D. S., Rahardjo. M.F.,

    Sulistiono. 2009. Fisiologi Ikan:

    Pencernaan Dan Penyerapan Makanan.

    IPB Press. Bogor. 240 hal.

    Ahmad, F. 2009. Tingkat Pencemaran Logam

    Berat Dalam Air Laut Dan Sedimen di

    Perairan Pulau Muna, Kabaena, Dan

    Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal

    Makara Sains, 13(2): 117-124.

    Alaerts, G dan Santika Sri S. 1995. Metoda

    Penelitian Air. Surabaya. 309 hal.

    Anonim. 2010. Kandungan Gizi Dalam Ikan

    Bandeng. Bogor. 48 hal.

    Anonim. 2010. Kualitas Air Tambak Bandeng.

    Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

    Ujung Batee Kabupaten Aceh Besar

    Provinsi Aceh. 57 hal.

    Alwi, I. 2010. Manajemen Kualitas Air Tambak

    Payau. 38 hal.

    Ariyanti. 2012. Analisis Kadar Nikel pada

    Jaringan Thallus Rumput Laut

    (Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat

    yang Dibudidayakan di Perairan

  • 92 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

    Barasanga Kecamatan Lasolo Kabupaten

    Konawe Utara. Skripsi Jurusan

    Perikanan Fakultas Perikanan

    Universitas Haluoleo. Kendari. 76 hal.

    Bambang. 2002. Budi Daya dan Pembenihan

    Bandeng. Kanisius. Yogyakarta. 111

    hal.

    Carvalho, O and Carlos, G. 2011. Comparative

    Physiology of the Respiratory System in

    the Animal Kingdom. The Open Biology

    Journal, 4: 35-46.

    Connel, W. D., dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan

    Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta.

    520 hal.

    Ebrahimi, M, and Taherianfard, M. 2011. The

    Effects of Heavy Metals Exposure on

    Reproductive Systems of Cyprinid Fish

    From Kor River. Iranian Journal of

    Fisheries Sciences, 10(1): 13-24.

    Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.

    Yogyakarta. 190 hal.

    Kleius, R., D.J. Hay., A. Finkelstein and L.

    Marentette. 1987. Canadas National Incinerator Testing and Evaluation

    Program Air Pollution Control

    Technology Assessment. Waste

    Management & Research, 5: 301-310.

    KMNLH, 2004. Pedoman Penetapan Baku Mutu

    Lingkungan. Kantor Menteri Negara

    Kependudukan Lingkungan Hidup 2004.

    Keputusan Menteri Negara

    Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

    Kep-51/MNLH/200. Sekretariat Negara,

    Jakarta.

    Mones, R, A. 2008. Gambaran Darah pada Ikan

    Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain

    Majalaya yang Berasal dari Daerah

    Ciampea Bogor. Skripsi Jurusan

    Kedokteran Hewan, Fakultas

    Kedokteran Hewan. Institut Pertanian

    Bogor. Bogor. 35 hal.

    Purnomo, T dan Muchyiddin. 2007. Analisis

    Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di

    Tambak Kecamatan Gresik. Jurnal

    Neptunus, 14(1): 68 77. Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F.,

    Affandi, R., Sulistiono. 2011. Iktiology.

    Bandung. 396 hal.

    Rizal, A. 2009. Budidaya Bandeng Secara

    Tradisional. Balai Budidaya Air Payau

    (BBAP) Ujung Batee Kabupaten Aceh

    Besar Provinsi Aceh. Aceh. 48 hal.

    Roitt, I.M. 1985. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan.

    PT Gramedia. Jakarta. 312 hal.

    Saeni. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran

    Logam Berat dengan Analisis Rambut.

    Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

    Diakses 3 Mei 2011.

    Safrizal, D. 2011. Teknik Pembenihan Ikan

    Bandeng (Chanos chanos) di Balai

    Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung

    Batee Kabupaten Aceh Besar

    Provinsi Aceh. Aceh. 78 hal.

    Skov, P.V and J.F. Steffensen, 2002. The Blood

    Volumes of the Primary and Secondary

    Circulatory System In The Atlantic Cod

    Gadus morhua L., Using Plasma Bound

    Evans Blue and Compartmental

    Analysis. Journal of Experimental

    Biology, 206: 591-599.

    Sriani. 2009. Konsumsi Oksigen Juvenil Ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forskal

    Terhadap Air Tercemar Timbal (Pb).

    Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas

    Perikanan Universitas Haluoleo.

    Kendari. 58 hal.

    Suhendrayatna. 2000. Heavy Metal Bioremoval

    by Microorganisme. A Literature Study.

    Departemen of Engineering, Kagoshima

    University. Kagoshima. Japan.

    Umami, F., Wisanti dan Yuliani. 2012.

    Kerusakan Insang dan Pertumbuhan

    Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.)

    di Tambak Keputih Surabaya yang

    Tercemar Logam Timbal (Pb). Jurnal

    Lentera Biologi 1(1): 25-33.

    Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007.

    Bahaya Kontaminasi Logam Berat

    Dalam Sayuran dan Alternatif

    Pencegahan Cemarannya. Jurnal

    Teknologi Pascapanen Pertanian (3): 12

    hal.

    Widiono, B. 2009. Pengolahan Limbah Nikel

    dari Industri Electroplating dengan

    Elektrokoagulator. Jurnal Teknologi,

    8(1): 12 hal.

    Yudo, S. 2006. Kondisi Pencemaran Logam

    Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta.

    Jakarta. Jurnal Makara, 02 (1): 15 hal.

    Yustina, 2005. Efek Subletal Sulfida pada

    Fisiologi Darah Benih Ikan Mas

    (Cyprinus carpio L). Jurnal Biogenesis,

    2(1): 20-24.