Upload
anna-marsiana
View
242
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
AIR, TANAH & antara HAK dan TANGGUNGJAWAB TEOLOGIS
(Sebuah Refleksi Teologi Ekofeminisme Konstektual)
Oleh anna marsiana
PENGANTAR....
Krisis air di sekitar kita......
Sampah, tanggung jawab siapa?....
PILIH MaNa??K E H I D U P
N A
K E M
A T I
A
N
“...Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu” (Ul 30:19)
Maka bersabdalah El Shaddai, Allah kita: “Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan
kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik
engkau maupun keturunanmu”
Mengapa krisis air? Ratio air terbuang: air meresap ke tanah= 100:7
Penggundulan hutan, konversi hutan tropis ke hutan produksi & hutan monokultur, (mis: perkebenunan sawit, kopi, coklat, karet) mengurangi kapasitas penyerapan dan penyimpanan air tanah
Pertambangan: konversi hutan, gunung mjd lubang raksasa Vs kebutuhan air utk proses pertambangan yang masif
Konversi lahan hijau mjd perumahan, terutama rumah beton (tidak ramah lingkungan)
Penggunaan air tanah dalam berlebihan : penambangan air minum
Pencemaran sumber air merusak bio airmengganggu ekosistem memperparah krisis air dan lingkungan.
Kapasitas resapan air tanah=7%Sediaan air:jumlah penduduk yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan l.k 1.1 milyar penduduk dunia
Kerusakan hutan di KaltengMerampas hidup:suku asli di Kalimantan & kaum perempuannya.
Asal banjir Toba (2010): siapa yang harus bayar?
Gunung emas itu telah memberi kita sampah...
bumi kita menyediakan cukup untuk seluruh mahluk yang hidup di dalamnya, namun tidak cukup memenuhi keserakahan 1 orang (gandhi)
Krisis Lingkungan adalah Krisis Kehidupan....1. Manusia sbg sumber krisis:keserakahan,
ketidakpedulian, ketidaktahuan, alienasi dari alam2. Sebaliknya krisis lingkungan menghadirkan
masalah yang lebih besar bagi manusia: krisis sumber hidup (air,tanah, udara), krisis kesehatan, krisis pangan, krisis kehidupan! pengalaman konkret di lapangan
3. Lingkaran setan yang harus diputuskan, dan hanya kita, manusia yang bisa memutuskannya.
4. Tanggungjawab manusia beragama? melalui praxis teologiekoteologiteologi ekofeminis
Mencari akar perusakan lingkungan melalui kacamata pengalaman perempuan
Posisi Perempuan: Korban sekaligus Pelaku
1. Pengalaman perempuan sebagai warga negara kelas dua setelah laki-lakiPosisi agama selama berabad-abad mendukung
laki-laki sbg pusat kekuasaan, dan segala jenis kepemilikan, apalagi kepemilikan tanah, ada di tangan laki-laki. --penggunaan tanah sepenuhnya adalah dalam perspektif dan pengalaman hidup laki-laki & dominasi.
Sejarah agama lebih sering pro ideologi pembangunan revolusi hijau dan perkembangan teknologi pertaniansangat bias laki-laki & kapitalisme; diciptakan untuk sebesar-besarnya keuntungan; diciptakan menurut dan untuk kepentingan perspektif pengalaman laki-laki.
2. Perempuan diidentikkan dan dididik sebagai mahluk yang feminin (natural & kultural) lebih dekat relasinya dengan bumi.
Pemahaman Natural:• perempuan -> feminin sosok yang caring & nurturing,
bernaluri merawat dan memelihara, sebagaimana perannya sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan, yang kemudian merawat dan memelihara anak-anak yang dikandung dan dilahirkannya.
lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan bumi yang melahirkan banyak kehidupan lebih caring thd bumi.
Pemahaman kultural:Melalui sosialisai, pendidikan & pembiasaan:perempuan
lebih diakrabkan dengan dunia domestik dan bercocok tanam yang lebih dekat dengan alam, maka lagi-lagi, perempuan menjadi sahabat alam.
Sebaliknya, laki-laki dengan dunia berburumenjadi musuh alam.
3. Filsafat dualisme:perempuam representasi sifat feminine, laki-laki
representasi sifat maskulin; bumi adalah representasi dari karakter feminine dan matahari dari maskulin;
perempuan subordinate terhadap laki-laki, sama seperti femininitas terhadap maskulinitas;
Asumsinya: laki-laki adalah representasi manusia, maka manusia =laki-laki = maskulin = superior superior terhadap bumi yang adalah feminine.
Maka: manusia, (laki-laki & perempuan, transgender—semua --yang berpikir dalam kerangka pikir bias laki-laki) memperlakukan bumi dengan semena-mena, memperkosa bumi demi kepuasan nafsu: ketamakan, keserakahan, kekuasaan....
Akibatnya....Mudah untuk melihat bahwa perusakan lingkungan
= peminggiran perempuan lebih lanjut & secara sistematis .
Dari uraian di atas, mudah untuk melihat bahwa dalam krisis ekologis, perempuan adalah korban.
Referensi:Francoise d’Eaubonne (1974) adalah yang pertama
kali mengidentifikasikan bahwa struktur berpikir dan struktur sosial patriarkhis yang membawa penindasan terhadap perempuan itu juga mengarah dan membawa kita kepada cara pikir dan tindakan dominasi atas alam
Perempuan sbg pelaku: Mengikuti Logika Francoise d’Eaubonne :(Tuhan)
Laki-laki
Perempuan
Alam
Perempuan adalah subordinasi di hadapan laki-laki, tetapi superior di hadapan alam.
Artinya perempuan adalah subyek di hadapan alam pelaku
Dalam posisi yg lebih sering berhubungan langsung dg alam, justru tanpa sadar perempuan justru ikut berkontribusi besar dalam krisis lingkungan
Elizabeth Scuessler-Fiorenza, multipiramidaPater-kyrie-arche :Melahirkan struktur pikir dan struktur sosial yang
bersifat multilayers-multipyramidesSetiap orang tidak pernah hanya membawa
identitas tunggal, setiap orang membawa identitas ganda (pelaku & korban) atau bahkan identitas multi.
Perempuan bukan satu identitas atau kategori tunggal, melainkan kategori berlapis.
Menumbuhkan kesadaran kritis bahwa hidup adalah perpindahan yang dinamis dari satu piramida ke piramida yang lain, dari satu identitas ke identitas yang lain.
Penjelasan di lapangan.....Dalam gender division labor dimana perempuan diposisikan
lebih dekat dengan alam, ternyata perempuan juga sangat rentan terhadap penetrasi & dominasi pasar dan kapitalisme, dan mulai tidak sensitif terhadap alam (konsumsi energi, kosmetik, perhiasan, dll yang sangat tidak tidak bersahabat dengan alam)
Di masyarakat yang makin modern, makin banyak jumlah perempuan yang bergabung & terserap ke dalam sistem kekuasaan, (sebagai guru, dosen, pemimpin agama, engineer, pembuat keputusan...)
Perempuan bukan kategori tunggal: dia korban sekaligus pelaku. Sebagian besar dari kita memiliki porsi besar sbg korban, tetapi dalam perkembangannya porsi sebagai pelaku juga mulai membesar
DAFTAR BENDA & WAKTU UTK PENGURAIAN
KARDUS SUSU: 5 thFilter rokok: 10-12thKulit PISANG: 3-4 mgTisu: 2-4 mgKotak plastik: 50-80thKALENG MINUM aluminium: 200-500thBotol plastik: 450thPAMPERS:550th
Tas plastik/kresek:200-1000thTas Kertas: 1 blnKertas koran: 1-1,5 bln
Analisis Ekofeminis:
Mengurai Logika Dominasi dalam Piramida Multilapis
Tafsir ulang ideologi industrialisasi--Vandana Shiva: kritik atas definisi produksi/produktif dan tidak produktif.
Sesuatu berpindah dari ranah tidak produktif ke ranah produktif ketika intervensi teknologi dan tenaga (bias laki-laki) masuk.
Contoh: hutan di Kalimantan yang kaya akan keaneragaman hayati dan menjadi sumber kehidupan bagi sejumlah suku dan sub-suku di Kalimantan tidak masuk dalam kategori hutan produktif, karena tidak pernah ada jamahan traktor, atau benig pabrikan, atau tangan-tangan insinyur pertanian dengan berbagai teorinya.
Contoh: mata air yang mengalir dari pegunungan, dan menghidupi jutaan orang yang dilewati sungai tersebut tidak dianggap produktif sampai datang para investor, memasang bendungan berkatup, atau memasukkan air ke dalam botol dan menjualnya ke masyarakat yang sebenarnya tidak membutuhkan botol-botol plastik tadi.
Maka...kerja perempuan mengambil air bersih dari mata air
sampai di atas meja makan, dan atau mengambil hasil hutan dan mengubahnya menjadi makanan di atas meja makan atau bahkan di warung-warung kecil di depan rumahnya tidak masuk dalam kategori produktif.
perempuan –khususnya di pedesaan-- di ranah ekonomi subsistense, berproduksi dan reproduksi dalam kemitraan dengan alam, menjadi ahli di bidangnya secara lebih holistis dan ramah lingkunganNamun model pengetahuan, keahlian, dan bidang produksi yang mereka lakukan itu tidak dakui oleh teori kapitalisme dan kaum reduksionis.
Awas!!! Hati-hati dengan slogan “knowledge is power” (Francois Bacon)patriarkhis, kyriarkhis, reduksionis, materialitis, kapitalistis... (mengingat apa yang masuk kategori sebagai knowledge dan apa yang bukan)
tradisi pemikiran itu mengubah kemampuan manusia untuk mengetahui alam dengan menyingkirkan cara-cara mengetahui yang berbeda, paradigma lain, yang tidak berbicara keuntungan dalam perspektif material dan ekonomis semata & pelakunya.
Pembangunan & modernisasi diarahkan untuk merekayasa sesama manusia serta memperalat masyarakat untuk menaklukkan alam. Alam dan lingkungan dilihat sbg benda mati yang tak memiliki kehidupan dan dikeruk untuk sebesar-besarnya keuntungan.
Alihfungsi dari “lahan tidak produktif” menjadi “lahan produktif”kritik harus sudah kita mulai kepada paradigma awal mengenai yang produktif dan tidak produktif.
Peran & Tanggungjawab Perempuan :
Vandana Shiva: "Nature shrinks as capital grows. The growth of the market cannot solve
the very crisis it creates”
Potensi besar teolog perempuan:
1. Pengalaman subordinasi dalam power relasion yang bersifat power dominating, sehingga kita tahu rasanya seperti apa, dampak negatif yang kita warisi dan memenjarakan kita berabad-abad. alasan kuat & pisau analisis untuk mengembangkan teologi ekofeminisme, dengan menggunakan perspektif pengalaman subordinasi dan ketertindasan kita.
2. Refleksi teologis yang kita bangun harus mampu secara kritis melihat nilai-nilai dominasi dalam segala bentuk dan di semua lini, yang telah menjadi sumber malapetaka global ini.
3. Real & konkret: perempuan kuat dengan pengalaman real dan konkret yang bisa dibawa ke dalam teologi-ekofeminis sehingga bersentuhan dan menjawab langsung persoalan dan tantangan ekologis dan semua dampak ikutannya.
Potensi Perempuan.... Krisis ekologi yang berimbas pada krisis agraria (krisis pangan)
memang sangat dirasakan perempuan. Namun perempuan juga memegang kunci untuk ikut menyelesaikan.
Perempuan memiliki ruang yang sangat luas untuk melakukan praksis eko-teologi tsb. Mulai dari dapur sampai meja rias kita, mulai dari halaman rumah sampai dengan ruang hijau publik
Perempuan menolak instanisasi & plastikisasikembali ke alam harus dibarengi dengan pembagian kerja yang adil gender di rumah sehingga tidak menambah beban ekstra perempuan.
Perempuan berangkat dari pengalaman di atas, menjadi pelopor gerakan “pilihlah kehidupan”