228955597 Campuran Arang Limbah Ampas Tebu Bagasse Dan Arang Tempurung Kelapa Dengan Perekat Tetes Tebu

Embed Size (px)

Citation preview

  • JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134

    CAMPURAN ARANG LIMBAH AMPAS TEBU (BAGASSE)

    DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN PEREKAT TETES TEBU

    Tri Kusuma Wardani S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

    e-mail:[email protected]

    I Wayan Susila Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

    e-mail: [email protected]

    Abstrak

    Saat ini cadangan bahan bakar fosil Indonesia bahkan dunia sudah sangat menipis seiring bertambahnya jumlah

    penduduk Indonesia maupun dunia, maka dari itu negara Indonesia dan negara negara lain memerlukan sumber bahan

    bakar alternatif yang baru dan terbarukan serta ramah lingkungan, dan efisien. Biobriket adalah salah satu sumber bahan

    bakar alternatif yang bahan dasarnya berasal dari biomassa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi

    terbaik biobriket berbahan campuran arang limbah ampas tebu dan arang tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu

    dan kualitasnya dibandingkan dengan standar mutu briket batubara yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian

    eksperimen dengan obyek penelitian adalah biobriket berbahan campuran arang limbah ampas tebu dan arang

    tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu. Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif. Bahan dasar

    jumlahnya 1000 gram dengan perbandingan jumlah arang ampas tebu dan tempurung kelapa yaitu : sampel 1 terdiri dari

    10% arang limbah ampas tebu dengan 90% arang tempurung kelapa ; sampel 2 terdiri dari 30% arang limbah ampas

    tebu dengan 70% arang tempurung kelapa ; sampel 3 terdiri dari 50% arang limbah ampas tebu dengan 50% arang

    tempurung kelapa ; sampel 4 terdiri dari 70% arang limbah ampas tebu dengan 30% arang tempurung kelapa ; dan

    sampel 5 terdiri dari 90% arang limbah ampas tebu dengan 10% arang tempurung kelapa dengan penambahan masing

    masing 800 gram perekat tetes tebu. Parameter untuk mengetahui hasil pengujian karakteristik pembakaran biobriket

    yang baik meliputi nilai kalor, kadar abu, kadar air, kerapatan dan kuat tekan dari biobriket berbahan baku campuran

    arang limbah ampas tebu dan arang tempurung kelapa dengan zat perekat tetes tebu. Karakteristik biobriket yang

    terbaik akan dibandingkan dengan karakteristik standart mutu biobriket di Negara Jepang, Amerika, Inggris maupun

    Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui bahwa komposisi terbaik biobriket berbahan campuran arang limbah ampas

    tebu dan arang tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu yaitu sampel no 5. Terdiri dari 10% arang limbah ampas

    tebu dengan 90% arang tempurung kelapa dengan penambahan 800 gram tetes tebu. Pada komposisi ini menghasilkan

    nilai kalor sebesar 6089,923 kal/g, kadar air 8,27%, kadar abu 2%, kerapatan 0,846 g/cm dan kuat tekan 15,68 kg/cm. Nilai kalor memenuhi standart Jepang dan Indonesia, kadar air belum memenuhi standart 4 negara, kadar abu

    memenuhi standart 4 negara, kerapatan lebih rendah daripada standar mutu Amerika dan Jepang namun lebih tinggi

    dibanding nilai standar mutu briket negara Inggris sedangkan kuat tekan memenuhi standart Inggris.

    Kata kunci : biobriket, arang ampas tebu, arang tempurung kelapa, tetes tebu

    Abstract

    Indonesia's fossil fuel reserving and even the world has been severely thinned with increasing the population of

    Indonesian and the world, so that Indonesia and other countries need alternative fuel sources, which is new and

    renewable, environmentally friendly, and efficient. Bio briquette is one alternative fuel source that is essentially derived

    from biomass materials . This study aims to determine the best composition bio briquetteproduction from a mixture of

    charcoal waste bagasse and coconut shell charcoal with adhesive molasses and itwas compared to the standards quality

    of existing coal briquettes . This study is an experimental study which the object of study is bio briquette from a mixture

    of charcoal waste bagasse and coconut shell charcoal with adhesive molasses. Data analysis using descriptive methods .

    The basic ingredients is 1000 grams with a ratio of the amount of bagasse and coconut shell charcoal is for 1st sample

    consisted of 10 % bagasse charcoal and 90 % coconut shell charcoal; 2nd

    sample consiste of 30 % bagasse charcoal and

    70 % coconut shell charcoal; 3rd

    sample consisted of 50 % bagasse charcoal and 50 % coconut shell charcoal; 4th

    sample

    consisted of 70 % bagasse charcoal and 30 % coconut shell charcoal and 5th

    sample consisted of 90 % bagasse charcoal

    with 10 % coconut shell charcoal; and each of those samplewas added 800 grams of adhesive molasses . This study

    used any parameters to determine the test results of good combustion bio briquette characteristics. The parameters

    include heating value, ash content, water content, density and compressive strength of bio briquette charcoal made from

    a mixture of waste bagasse and coconut shell charcoal with molasses adhesive. The best characteristics bio briquette are

    compared with the characteristics of quality standards bio briquette in Japan, USA, UK and Indonesia. The finding of

    this study found that the best bio briquette composition of a mixture waste bagasse and coconut shell charcoal with

    adhesive molasses is fifth sample. Which was consisted of 10 % bagasse charcoal with 90 % coconut shell charcoal

    with the addition of 800 grams of molasses. This composition produces 6089.923 cal/g of calorific value, 8.27% of

    water content, 2 % of ash content, 0.846 g/cm density and 15.68 kg/cm of compressive strength. The heating value

    fulfill the Japanese and Indonesian standard , the water content hadnt fulfilled the 4 countries standard, ash content

  • Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa

    129

    fulfilled of 4 countries standard,density was lower than the American and Japanese quality standard but higher than the

    value of the UK quality standard briquettes while the compressive strength fulfilled UK standards .

    Keywords : bio briquette, bagasse charcoal , coconut shell charcoal , molasses

    PENDAHULUAN

    Saat ini cadangan bahan bakar fosil Indonesia

    bahkan dunia sudah sangat menipis seiring bertambahnya

    jumlah penduduk Indonesia maupun dunia, maka dari itu

    negara Indonesia dan negara negara lain memerlukan

    sumber bahan bakar alternatif yang baru dan terbarukan

    serta ramah lingkungan.

    Biobriket merupakan sumber alternatif yang

    murah dan dapat dikembangkan secara massal dalam

    waktu singkat dengan minim biaya, sehingga biobriket

    dari limbah ini merupakan jawaban dari masalah krisis

    energi yang terjadi akhir - akhir ini. Pada pembuatan

    biobriket memerlukan campuran biomassa, selama ini

    campuran biomassa dalam pembuatan biobriket antara

    lain ampas tebu, jerami, jarak, ampas aren, tempurung

    kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. Sedangkan pada

    penelitian ini menggunakan bahan baku ampas tebu dan

    tempurung kelapa karena jumlahnya sangat banyak dan

    melimpah.

    Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)

    merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat

    ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Luas areal

    tanaman tebu di Indonesia mencapai 344 ribu hektar

    dengan kontribusi utama adalah di Jawa Timur (43,29%),

    Jawa Tengah (10,07%), Jawa Barat (5,87%), dan

    Lampung (25,71%).

    Limbah ampas tebu yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah limbah ampas tebu dari sisa sisa

    penjualan es tebu dipinggir jalan. Karena limbah ampas

    tebu ini tidak pernah digunakan sama sekali, hanya

    menjadi bahan yang tidak berguna dan dibuang begitu

    saja. Jadi penelitian ini memanfaatkan bahan yang tidak

    terpakai menjadi bahan bakar biobriket yang sangat

    bermanfaat. Selain menjadi bahan bakar biobriket,

    penelitian ini menjadi jawaban dari permasalahan sampah

    ampas tebu.

    Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan

    salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Palmae

    dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti di Indonesia.

    Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang

    sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Faktor

    lingkungan itu adalah sinar matahari, temperatur, curah

    hujan, kelembaban, dan tanah (Palungkun, 2003).

    Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan

    kadar air sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung

    berdasar berat kering), dan terutama tersusun dari lignin,

    selulosa dan hemiselulosa.

    Campuran antara limbah ampas tebu dan

    tempurung kelapa inilah yang menjadi titik dari

    penelitian kali ini, dengan menggunakan bahan perekat

    tetes tebu. Pada penelitian ini, hasil karakteristik

    pembakaran biobriket dari campuran diatas akan

    dibandingkan dengan karakteristik umum briket batubara

    menurut nilai standar mutu briket batubara di empat

    negara ini, yang ditunjukkan pada Tabel 1. seperti

    berikut:

    Tabel 1. Standart Mutu Briket Batubara

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang

    diatas, maka penelitiain ini melakukan pembuatan

    biobriket dari campuran limbah ampas tebu dan

    tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu

    Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk

    mengetahui perbandingan ideal antara arang limbah

    ampas tebu dan arang tempurung kelapa dengan perekat

    tetes tebu. Dan Untuk mengetahui hasil pengujian

    karakteristik pembakaran biobriket yang meliputi nilai

    kalor (heating value), kadar abu (ash content), kadar air

    (water content), kerapatan (density) dan kuat tekan

    (compressive strength) dari biobriket berbahan baku

    campuran arang limbah ampas tebu dan arang tempurung

    kelapa dengan zat perekat tetes tebu.

    Manfaat Sebagai salah satu bahan bakar alternatif

    yang dapat mengurangi krisis sumber daya alam,

    memanfaatkan limbah pabrik maupun limbah rumah

    tangga yang kurang dimanfaatkan secara baik dan benar,

    khususnya limbah ampas tebu dan tempurung kelapa.

    METODE

    Rancangan Penelitian

    Gambar 1. Rancangan Penelitian

    127

  • JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134

    Tempat Penelitian

    Laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas dan Laboratorium Fabrikasi Jurusan Teknik Mesin

    Universitas Negeri Surabaya untuk pengolahan

    bahan pembuat dan pengepresan biobriket.

    Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya untuk melakukan

    pengujian kerapatan pada biobriket.

    Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang untuk pengujian

    kadar abu, kadar air, dan nilai kalor.

    Laboratorium Dasar Bersama Jurusan Farmasi Universitas Airlangga Surabaya untuk pengujian

    kuat tekan pada biobriket

    Variabel Penelitian

    Variabel bebas

    Variabel bebas merupakan variabel yang

    mempengaruhi terhadap timbulnya variabel terikat.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah biobriket

    yang berbahan dasar arang limbah ampas tebu

    (bagasse) dengan campuran arang tempurung

    kelapa dengan pengikat tetes tebu.

    Tabel 2.Komposisi campuran dasar biobriket No.

    Sampel

    Ampas Tebu

    (%)

    Tempurung Kelapa

    (%) Tetes Tebu

    1 90 10

    40 / 800 gram

    2 75 25

    3 50 50

    4 25 75

    5 10 90

    50 / 1000 gram

    Variabel Terikat

    Variabel terikat merupakan variabel yang

    menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai kalor

    (heating value), kadar abu (ash content), kadar air

    (water content), kerapatan (density) dan kuat tekan

    (compressive strength) biobriket.

    Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang

    dikendalikan sehingga pengaruh variabel bebas

    terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor

    luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam

    penelitian ini adalah: - Suhu Pengarangan yang dikontrol adalah 250C. - Tekanan pengepresan maksimal sebesar 200 bar

    (200,8756 kg/cm).

    Alat dan Instrumen Penelitian

    Alat penelitian merupakan alat yang digunakan

    untuk membantu menyelesaikan penelitian, alat yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Drum, kompor dan LPG yang dilengkapi thermocontrol dan thermoconuple untuk membakar

    bahan tebu menjadi arang

    Blender atau penghalus untuk menghaluskan ampas tebu dan tempurung kelapa hingga menjadi serbuk

    arang

    Instrumen penelitian merupakan peralatan uji

    yang digunakan untuk memperoleh data penelitian.

    instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    Mesin pres - Merk : ENERPAC RO106 - Spesifikasi Alat : Tekanan Maksimal 10.000

    psi atau 700 bar

    Timbangan Digital - Merk : ACIS excellence in measurement - Tingkat Ketelitian : 0,001 gram

    Oxygen Bomb Calorimeter digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar padat maupun cair

    Ayakan (10 mesh) digunakan untuk memisahkan serbuk arang kasar dan halus sehingga ukuran serbuk

    menjadi sama atau homogen.

    Thermocontrol untuk mengontrol suhu pengarangan

    tetap 250C.

    Oven digunakan untuk proses pengeringan biobriket yang sudah dicetak.

    Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data penelitian ini

    menggunakan teknik eksperimen, yaitu mengukur atau

    menguji obyek yang diteliti dan mencatat data data yang

    diperlukan. Data data yang diperlukan tersebut adalah

    nilai kalori (heating value), kadar abu (ash content),

    kadar air (water content), kerapatan (density), dan kuat

    tekan (compressive strength) biobriket.

    Teknik Analisis Data

    Obyek yang akan diteliti dalam pembuatan

    biobriket ini adalah karakteristik pembakaran meliputi

    nilai kalori (heating value), kadar abu (ash content),

    kadar air (water content), kerapatan (density), dan kuat

    tekan (compressive strength) biobriket.

    Teknik analisis data yang digunakan untuk

    menganalisa data adalah deskriptif kuantitatif yang

    diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data

    kuantitatif dalam bentuk Tabel dan ditampilkan dalam

    bentuk grafik. Langkah selanjutnya adalah

    mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut

    sebagaimana adanya dalam bentuk kalimat yang mudah

    dibaca, dipahami dan dipresentasikan sehingga pada

    intinya adalah sebagai upaya member jawaban atas

    permasalahan yang diteliti. (Sugiyono,2007;147)

    Prosedur Pengujian

    Persiapan - Mempersiapkan alat dan bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah drum, ayakan, timbangan, heater, mesin pres

    hidrolik

    Bahan bahan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah ampas tebu, tempurung kelapa,

    dan tetes tebu.

  • Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa

    129

    - Membakar 20 kilogram ampas tebu dan 20 kilogram tempurung kelapa yang akan

    digunakan didalam drum secara bergantian.

    - Mengeringkan ampas tebu dan tempurung kelapa sampai kering.

    - Menghaluskan ampas tebu dan tempurung kelapa hingga menjadi tepung arang dengan

    blender.

    - Mengayak serbuk arang ampas tebu dan tempurung kelapa dengan ayakan 10 mesh

    hingga menjadi tepung arang yang homogen.

    Percobaan - Mencampurkan tepung ampas tebu dengan

    tepung tempurung kelapa dan larutan perekat

    tetes tebu dengan komposisi yang sudah

    dijelaskan dalam variabel penelitian.

    - Memasukkan adonan kedalam pipa besi kemudian meletakkan bilah besi diatas adonan

    kemudian mencetak campuran biobriket

    menggunakan mesin press dengan tekanan 200

    bar (200,8756 kg/cm) menjadi padatan.

    - Mengeluarkan hasil cetakan padatan biobriket dan melakukan penimbangan pada biobriket

    untuk mendapatkan berat awal biobriket

    - Mengeringkan biobriket dengan menggunakan

    oven dengan suhu 110C selama 2 jam. - Biobriket yang sudah kering ditimbang kembali

    beratnya

    Analisis

    Analisis yang dilakukan meliputi kadar air

    (water content), kadar abu (ash content), nilai kalor

    (heating value), kerapatan (density) dan kuat tekan

    (compressive strength) biobriket.

    Kadar Air (Water Content) Dilakukan penimbangan 1 gram sampel dalam

    aluminium foil yang telah diketahui beratnya, meratakan

    sampel kemudian dimasukkan kedalam alat yang

    digunakan untuk mengukur nilai kadar air. Tunggu

    beberapa saat dan akan keluar hasil dari kadar air tersebut

    Kadar Abu (Ash Content) Dilakukan penimbangan 2-3 gram contoh

    kedalam cawan platina yang telah diketahui bobotnya.

    Membuat sampel menjadi abu, setelah semua arang

    hilang, nyala diperbesar atau dipindahkan ke dalam tanur

    (800 - 900C) selama 2 jam. Bila seluruh contoh telah menjadi abu, cawan didinginkan dalam desikator,

    kemudian timbang bobot tetap.

    Perhitungan :

    Kadar Abu (%) = [(A - B) /C] x 100 (1)

    Dimana :

    A = Berat cawan dan sisa abu (gram)

    B = Berat cawan (gram)

    C = Berat sampel yang digunakan (gram)

    Nilai Kalor (Heating Value) Nilai kalor adalah energi yang dibebaskan tiap

    jumlah satuan bahan bakar ketika bahan yang mudah

    terbakar dan produk pembakaran didinginkan kembali ke

    temperatur awal bahan yang terbakar tersebut. Setiap

    jenis bahan bakar harus diketahui apakah bahan bakar

    tersebut mempunyai nilai kalor yang tinggi.

    Semakin tinggi nilai kalor yang dikandung suatu

    bahan bakar, semakin baik bahan bakar tersebut

    digunakan untuk proses pembakaran. Nilai kalor

    ditentukan dalam uji standar dalam Bomb Kalorimeter.

    Analisa Nilai Kalor seperti berikut :

    - Siapkan 2 liter air, kemudian masukkan ke dalam oval bucket.

    - Timbang bahan yang diuji kurang lebih 1 gram, bahan yang digunakan adalah biobriket campurang

    arang ampas tebu dan arang tempurung kelapa,

    kemudian masukkan ke dalam combustion capsule.

    - Pasang kawat sepanjang 10 cm sehingga mengenai bahan bakar yang diuji tanpa mengenai permukaan

    besi combustion capsule dengan menggunakan

    bantuan bomb head support stand.

    - Masukkan bahan bakar yang diuji dalam combustion capsule tadi bersama dengan kawat, ke dalam oxygen

    bomb.

    - Hubungkan semua peralatan bomb calorimeter dengan listrik.

    - Isi oxygen bomb dengan oksigen yang bertekanan 30 atm 35 Atm menggunakan bantuan auto charger.

    - Setelah selesai, masukkan oxygen bomb ke dalam oval bucket yang telah terisi air.

    - Kemudian masukkan oval bucket ke dalam adiabatic calorimeter, lalu tutup.

    - Pindahkan posisi switch ke posisi on. - Sterilkan/samakan suhu dari aquades/air di oval

    bucket dengan suhu water jacket dengan

    menggunakan switch hot/cold.

    - Setelah sama, catat suhu yang terjadi. - Kemudian, bakar bahan bakar yang diuji tersebut. - Beberapa saat kemudian, catat kembali suhu yang

    terjadi pada aquades/air (catat temperatur maksimum

    yang tercapai).

    - Setelah itu hitung selisih temperatur di air pada kondisi awal dengan kondisi setelah terjadi

    pembakaran. Selisih tersebut kalikan dengan

    standard benzoid.

    - Setelah itu hitung sisa kawat yang terbakar . - Masukan kerumus pengujian nilai kalor

    Perumusan :

    Nilai Kalor = (EE x T) (Acid) (Fulse) (2)

    Massa bahan

    Ket :

    Acid ( Sisa Abu ) = 10 kal / gram

    Fulse ( panjang kawat yang terbakar ) = 1 cm = 1 kal

    / gram

    EE = Standar Benzoit

    T = Selisih Suhu

    Kerapatan (Density) Pengujian ini dilakukan dengan mendeterminasi

    berapa besarnya rapat massa pada dimensi volumetrik

    biobriket dari limbah ampas tebu dan tempurung kelapa.

    Perumusan :

    Kerapatan biobriket =

    (3)

    Volume biobriket = 0,25 (4)

  • JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134

    Dimana :

    = Kerapatan biobriket (g/cm) = Massa biobriket (gram) = Jari jari (cm) = Tinggi biobriket (cm) = Volume biobriket (cm)

    Kuat Tekan (Compressive Strength) Kuat tekan menunjukkan ketahanan biobriket

    terhadap tekanan luar sehingga mengakibatkan biobriket

    itu pecah atau hancur. Semakin besar nilai kuat tekan

    briket maka daya tahan biobriket semakin baik.

    Ketahanan atau keteguhan tekan menunjukkan daya

    tahan atau kekompakan biobriket terhadap tekanan luar

    sehingga mengakibatkan biobriket itu pecah atau hancur.

    Semakin besar nilai kuat tekan berarti daya tahan atau

    kekompakan biobriket semakin baik. Kondisi tersebut

    sangat menguntungkan didalam pengemasan, distribusi

    maupun pengangkutan (Hendra dan Darmawan, 2000)

    Analisa Kuat Tekan yaitu dilakukan dengan

    menggunakan mesin press. Biobriket dibebani beban

    tertentu sampai hancur.

    Analisis Data Analisis data menggunakan metode deskriptif,

    yaitu dengan mendeskripsikan atau mengGambarkan

    secara sistematis, faktual dan akurat mengenai realita

    yang diperoleh selama pengujian. Data hasil penelitian

    yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel dan ditampilkan

    dalam bentuk grafik. Selanjutnya dideskripsikan dengan

    kalimat sederhana sehingga mudah dipahami untuk

    mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data Hasil Penelitian

    Data hasil pengukuran dan penimbangan massa

    biobriket dari arang ampas tebu dan arang tempurung

    kelapa dengan perekat tetes tebu. Hasil penelitiannya

    seperti pada Tabel 3. dibawah ini :

    Tabel 3. Spesifikasi Biobriket

    Data hasil pengujian biobriket dari campuran

    arang ampas tebu dengan arang tempurung kelapa dapat

    dilihat pada Tabel 4. dibawah ini :

    Tabel 4. Data hasil uji karakteristik pembakaran dan sifat

    fisik biobriket

    Analisis dan Pembahasan

    Analisis Karakteristik Pembakaran Biobriket

    Nilai Kalor Tabel 5. berikut ini merupakan hasil uji nilai

    kalor di laboratorium motor bakar universitas

    brawijaya malang bila dibandingkan dengan standar

    dari 4 negara.

    Tabel 5. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Nilai

    Kalor 4 Negara.

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Nilai kalor perlu diketahui dalam pembuatan

    biobriket, karena untuk mengetahui nilai panas

    pembakaran yang dapat dihasilkan oleh biobriket

    sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang

    dihasilkan oleh bahan bakar biobriket, maka akan

    semakin baik pula kualitasnya.

    Hasil pengujian nilai kalor biobriket yang

    berasal dari campuran limbah arang ampas tebu dan

    arang tempurung kelapa ini menggunakan bomb

    calorimeter merk mesin PARR dengan model PARR

    1241 220V 50Hz tahun 1987 yang dibuat USA, berat

    pengujian kadar abu minimal 1 gram dalam setiap

    sampel yang diujikan.

    Hasil pengujian nilai kalor apabila dibuat dalam

    bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar

    pada 2 seperti berikut :

    Gambar 2. Grafik pengujian nilai kalor

    Keterangan :

    1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa

    2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa

    3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa

    4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa

    5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa

    Berdasarkan Gambar 2. diatas menunjukkan

    bahwa nilai kalor tertinggi berada pada campuran

    10% arang limbah ampas tebu + 90% arang

    tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor 6089,923

  • Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa

    129

    kal/gr, sedangkan nilai kalor terendah didapat pada

    campuran 90% arang limbah ampas tebu + 10%

    arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor

    4646,567 kal/gr. Hubungan nilai kalor ini

    berhubungan dengan kadar air dan kadar abu,

    semakin rendah nilai kadar air maupun kadar abu

    maka semakin tinggi pula nilai kalor yang didapat,

    sebaliknya jika nilai kadar air dan kadar abu tinggi

    maka bisa dipastikan nilai kalor yang didapat

    menjadi rendah. Selain hal tersebut, faktor lain yang

    mempengaruhi besar kecilnya nilai kalor adalah

    kandungan carbon, oxygen dan ash yang dimiliki.

    Semakin tinggi kandungan carbon dan oxygen maka

    makin tinggi pula nilai kalor yang didapat, tetapi

    beda halnya dengan kandungan ash, jika semakin

    tinggi kandungan ash. Maka nilai kalor yang

    dihasilkan bisa dipastikan kecil.

    Nilai kalor pada campuran bahan 1 sampai

    dengan 4 belum memenuhi standart mutu briket

    batubara Negara manapun, sedangkan untuk

    komposisi no 5 yaitu 10% arang limbah ampas tebu

    + 90% arang tempurung kelapa memenuhi standart

    SNI dan Negara Jepang sesuai Tabel 1 yaitu dengan

    nilai kalor 6089,923 kal/gr.

    Kadar Air Tabel 6. berikut ini merupakan hasil kadar air di

    laboratorium motor bakar universitas brawijaya

    malang bila dibandingkan dengan standar dari 4

    negara.

    Tabel 6. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kadar

    Air 4 Negara.

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai

    pembakaran dan daya pembakarannya, kadar air

    yang tinggi dapat menyulitkan pembakaran

    biobriket. Penetapan kadar ini ditujukan untuk

    mengetahui sifat higrokopis (kemampuan menyerap

    air) biobriket dengan komposisi bahan baku yang

    digunakan.

    Hasil pengujian kadar air biobriket yang berasal

    dari campuran arang limbah ampas tebu dan arang

    tempurung kelapa menggunakan alat Moisture meter

    merk mesin Shimadzu dengan model Moisture

    Balance MOC120H tahun 2011, berat pengujian kadar air minimal 1 gram dalam setiap sampel yang

    akan diujikan.

    Hasil pengujian kadar air apabila dibuat dalam

    bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar

    pada 3. seperti berikut :

    Gambar 3. Grafik pengujian kadar air

    Keterangan :

    1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa

    2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa

    3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa

    4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa

    5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa

    Berdasarkan Gambar 3. diatas menunjukkan

    bahwa nilai kadar air tertinggi berada pada campuran

    ke 1 yaitu 90% arang limbah ampas tebu + 10%

    arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kadar air

    sebesar 10,23% , sedangkan nilai kadar air terendah

    didapat pada campuran ke 5 yaitu 10% arang limbah

    ampas tebu + 90% arang tempurung kelapa yaitu

    dengan nilai kadar air sebesar 8,27%.

    Tingginya nilai kadar air pada kandungan arang

    ampas tebu disebabkan karena arang ampas tebu

    memiliki pori pori yang besar sehingga

    mengakibatkan arang ampas tebu ini dapat menyerap

    perekat tetes tebu dengan baik. Sebaliknya untuk

    arang tempurung kelapa yang cenderung keras dan

    berpori kecil, daya serap terhadap perekat tetes tebu

    tidak sebaik ampas tebu sehingga membuat kadar air

    komposisi arang tempurung kelapa lebih kecil

    dibandingkan ampas tebu.

    Nilai kadar air pada campuran bahan 1 sampai

    dengan 5 belum memenuhi standart mutu briket

    batubara keempat negara sesuai Tabel 1, karena

    memiliki nilai kadar air dari 8,27 10,23 %.

    Kadar Abu Tabel 7. berikut ini merupakan hasil kadar abu,

    peneliti lakukan penelitian di laboratorium motor

    bakar universitas brawijaya malang bila

    dibandingkan dengan standar dari 4 negara.

    Tabel 7. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kadar

    Abu 4 Negara.

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    131

  • JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134

    Abu merupakan bagian sisa dari proses

    pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon

    lagi, unsur utama abu adalah silica dan pengaruhnya

    kurang baik terhadap nilai kalor biobriket yang

    dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin

    rendah kualitas biobriket karena kandungan abu yang

    tinggi dapat menurunkan nilai kalor.

    Hasil pengujian kadar abu biobriket yang

    berasal dari campuran limbah arang ampas tebu dan

    arang tempurung kelapa ini menggunakan bomb

    calorimeter merk mesin PARR dengan model PARR

    1241 220V 50Hz tahun 1987 yang dibuat USA, berat

    pengujian kadar abu minimal 1 gram dalam setiap

    sampel yang diujikan.

    Hasil pengujian kadar abu apabila dibuat dalam

    bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti pada

    Gambar 4. seperti berikut :

    Gambar 4. Grafik pengujian kadar abu

    Keterangan :

    1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa

    2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa

    3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa

    4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa

    5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa

    Berdasarkan Gambar 4. diatas menunjukkan

    bahwa nilai kadar abu tertinggi berada pada

    campuran ke 1 yaitu 90% arang limbah ampas tebu +

    10% arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai

    kadar air sebesar 16% , sedangkan nilai kadar abu

    terendah didapat pada campuran ke 5 yaitu 10%

    arang limbah ampas tebu + 90% arang tempurung

    kelapa yaitu dengan nilai kadar air sebesar 2%.

    Hal ini disebabkan oleh kandungan ash pada

    ampas tebu lebih besar dibandingkan dengan

    tempurung kelapa, sehingga membuat nilai kadar

    abu pada kandungan arang ampas tebu disebabkan

    besar dibandingkan dengan arang tempurung kelapa.

    Nilai kadar abu pada komposisi sampel no 1 4 belum mampu memenuhi standart mutu briket

    batubara negara manapun sedangkan komposisi

    sampel no 5 memperoleh nilai kadar ab sebesar 2%,

    hal ini memenuhi standar mutu briket batubara

    keempat negara.

    Analisis Sifat Fisik Biobriket

    Kerapatan Tabel 8. berikut ini merupakan hasil kerapatan

    di laboratorium beton / bahan teknik sipil Universitas

    Negeri Surabaya bila dibandingkan dengan standar

    dari 4 negara.

    Tabel 8. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar

    Kerapatan 4 Negara.

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Kerapatan dipengaruhi oleh homogenitas

    campuran perekat dengan arang, dengan pengadukan

    yang merata, maka biobriket yang dihasilkan akan

    semakin kuat, hal ini menyebabkan partikel arang

    menjadi rata. Selain itu, semakin tinggi kerapatan

    maka akan mempengaruhi nilai kalor pada setiap

    sampel biobriket.

    Namun, kerapatan yang terlalu tinggi dapat

    mengakibatkan biobriket sulit terbakar, sedangkan

    biobriket memiliki kerapatan yang tidak tinggi

    sehingga memudahkan untuk pembakaran karena

    semakin besar rongga udara atau celah yang dapat

    dilalui oksigen dalam proses pembakaran. Biobriket

    dengan kerapatan terlalu rendah dapat

    mengakibatkan biobriket cepat habis dalam

    pembakarannya karena bobotnya lebih rendah dan

    terlalu banyak rongga udara.

    Hasil pengujian kerapatan apabila dibuat dalam

    bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar

    pada 5. seperti berikut :

    Gambar 5. Grafik pengujian kerapatan

    Keterangan :

    1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa

    2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa

    3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa

    4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa

    5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa

    Berdasarkan Gambar 5. diatas menunjukkan

    bahwa nilai kerapatan tertinggi berada pada

  • Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa

    129

    campuran ke 5 yaitu 10% arang ampas tebu + 90%

    arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kerapatan

    sebesar 0,846 g/cm , sedangkan nilai kerapatan

    terendah didapat pada campuran ke 1 yaitu 90%

    arang ampas tebu + 10% arang tempurung kelapa

    yaitu dengan nilai kerapatan sebesar 0,743 g/cm

    Kerapatan biobriket erat kaitannya dengan

    besarnya tekanan yang diberikan pada saat

    pencetakan biobriket. Pada penelitian kali ini

    tekanan yang diberikan rata rata 100 kg/cm atau

    setara dengan 98,07 bar. Nilai kerapatan yang tinggi

    menghasilkan kualitas biobriket yang baik, nilai

    kerapatan yang tinggi ini disebabkan karena adanya

    homogenitas atau keseragaman pada serbuk

    arangnya sehingga menghasilkan kepadatan atau

    kerapatan yang tinggi. Namun nilai kerapatan yang

    terlalu tinggi mengakibatkan sulitnya biobriket

    terbakar, sedangkan jika biobriket memiliki

    kerapatan yang terlalu rendah akan memudahkan

    proses pembakaran tapi biobriket tersebut akan

    mudah habis karena memiliki rongga udara yang

    besar.

    Merujuk pada Tabel 1. nilai kerapatan pada

    campuran bahan 1 sampai no 5 belum lebih rendah

    daripada standar mutu buatan Amerika dan Jepang

    namun lebih tinggi dibanding nilai standar mutu

    briket negara Inggris.

    Kuat Tekan Tabel 9 berikut ini merupakan hasil kerapatan di

    laboratorium dasar bersama Universitas Airlangga

    Surabaya bila dibandingkan dengan standar dari 4

    negara.

    Tabel 9. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kuat

    Tekan 4 Negara.

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Kuat tekan menunjukkan daya tahan atau

    kekompakan biobriket terhadap tekanan luar

    sehingga mengakibatkan biobriket tersebut pecah

    atau hancur. Semakin besar nilai kuat tekan berarti

    menunjukkan daya tahan dan kekompakan biobriket

    tersebut semakin baik.

    Hasil pengujian kuat tekan pada biobriket yang

    berasal dari campuran arang limbah ampas tebu dan

    arang tempurung kelapa ini menggunakan brinel test

    dengan mesin Autograph Shimadzu dengan type

    SFL-100kNAG.

    Data hasil pengujian kuat tekan biobriket pada

    berbagai komposisi campuran arang ampas tebu dan

    arang tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu

    dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada

    Gambar 6. sebagai berikut :

    Gambar 6. Grafik pengujian kuat tekan

    Keterangan :

    1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa

    2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa

    3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa

    4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa

    5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa

    Berdasarkan Gambar 6. diatas menunjukkan

    bahwa nilai kuat tekan tertinggi berada pada

    campuran ke 1 yaitu campuran 90% arang limbah

    ampas tebu + 10% arang tempurung kelapa yaitu

    dengan nilai kuat tekan sebesar 15,68 kg/cm ,

    sedangkan nilai kuat tekan terendah didapat pada

    campuran ke 5 yaitu 10% arang limbah ampas tebu

    + 90% arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai

    kuat tekan sebesar 12,75 kg/cm.

    Nilai kuat yang tinggi disebabkan karena ampas

    tebu memiliki kandungan silikat atau SiO2 sebesar

    3,01 % yang membuat biobriket menjadi kuat dan

    ulet saat ditekan, dan juga kandungan ampas tebu

    mampu menyerap air dengan kuat, sehingga

    membuat ketahanan saat ditekan menjadi lebih baik .

    Dan kandungan karbon yang dimiliki tempurung

    kelapa lebih besar dibanding ampas tebu sehingga

    menjadikan arang dengan komposisi tempurung

    kelapa lebih rapuh dibanding ampas tebu menjadikan

    nilai kuat tekan lebih kecil.

    Nilai kuat tekan pada campuran bahan 1 sampai

    5 masing masing sebesar 15,88 kg/cm , 14,98

    kg/cm, 13,72 kg/cm, 13,47 kg/cm, dan 12,75

    kg/cm, dapat memenuhi standart mutu briket

    batubara Inggris yakni sebesar 12,7 kg/cm, namun

    belum memenuhi standart mutu briket batubara

    negara Jepang dan Amerika.

    Dari data hasil penelitian diatas, menunjukkan

    bahwasanya sampel no 5 yaitu pada campuran 90%

    arang limbah ampas tebu + 10% arang tempurung

    kelapa dengan penambahan 40 gram perekat tetes

    tebu adalah campuran terbaik, berikut adalah data

    hasil penelitian :

    133

  • JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134

    Tabel 10. Perbandingan Hasil Penelitian Terbaik

    Dengan Standart Mutu Biobriket di Negara Jepang,

    Inggris, Amerika dan Indonesia

    Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan

    pembahasan yang telah dilakukan tentang biobriket

    berbahan dasar arang ampas tebu dan arang tempurung

    kelapa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini :

    Perbandingan ideal antara arang limbah ampas tebu dan arang tempurung kelapa adalah campuran 10%

    arang limbah ampas tebu dengan 90% arang

    tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor 6089,923

    kal/g, kadar air 8,27%, kadar abu 2%, kerapatan

    0,846 g/cm dan kuat tekan 12,75 kg/cm.

    Karakteristik biobriket dari arang limbah ampas tebu dan arang tempurung kelapa dengan perekat tetes

    tebu, nilai kalor sampel no 1 adalah 4646,567 kal/g;

    sampel 2 = 4819,16 kal/g; sampel 3 = 4843,516

    kal/g; sampel 4 = 4917,384 kal/g; sampel 5 =

    6089,923 kal/g, kadar air sampel 1 = 10,23%; sampel

    2 = 9,89%; sampel 3 = 9,5%; sampel 4 = 8,63%;

    sampel 5 = 8,27%, kadar abu sampel 1 = 16%;

    sampel 2 = 14%; sampel 3 = 12%; sampel 4 = 12%;

    sampel 5 = 2%, kerapatan sampel 1 = 0,743 g/cm;

    sampel 2 = 0,765 g/cm; sampel 3 = 0,812 g/cm;

    sampel 4 = 0,824 g/cm; sampel 5 = 0,846 g/cm, dan

    kuat tekan sampel 1 = 15,68 kg/cm; sampel 2 =

    14,98 kg/cm; sampel 3 = 13,72 kg/cm; sampel 4 =

    13,47 kg/cm; sampel 5 = 12,75 kg/cm.

    Biobriket campuran arang limbah ampas tebu dan arang tempurung kelapa dengan zat perekat tetes

    tebu yang dapat memenuhi beberapa karakteristik

    umum briket batubara sesuai standar mutu negara

    Jepang, dan Indonesia (SNI) adalah no sampel 5

    dengan campuran 10% arang limbah ampas tebu

    dengan 90% arang tempurung kelapa yaitu dengan

    nilai kalor 6089,923 kal/g, kadar air 8,27%, kadar

    abu 2%, kerapatan 0,846 g/cm dan kuat tekan 12,75

    kg/cm.

    Saran

    Dari serangkaian pengujian, perhitungan dan

    analisa data serta pengambilan simpulan yang telah

    dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai

    berikut:

    Penelitian pada biobriket selanjutnya harus menyertakan hasil uji zat terbang (volatile matter).

    Karena penyalaan biobriket tidak hanya dipengaruhi

    oleh kadar abu melainkan juga kandungan volatile

    matter.

    Penelitian ini mempunyai kuat tekan yang tidak terlalu bagus, disebabkan karena tidak kuatnya alat

    pengepresan yang dibuat dan masih menggunakan

    tenaga manual, penelitian selanjutnya diharapkan

    sudah menggunakan tenaga otomatis saat

    pengepresannya maupun dengan alat pencetak

    biobriket yang kuat dan tahan lama.

    Bahan perekat yang digunakan adalah tetes tebu, bahan ini bukan bahan limbah sehingga masih

    diperlukan biaya untuk pembelian bahan tersebut,

    penelitian selanjutnya bisa menggunakan bahan yang

    tidak terpakai misalnya limbah oli bekas ataupun

    yang lainnya.

    Bahan ampas tebu yang digunakan adalah ampas tebu sisa penjualan, hal ini merupakan sesuatu yang

    baru dalam dunia penelitian biobriket, namun

    campuran yang digunakan adalah tempurung kelapa

    yang penggunaannya masih bisa digunakan dengan

    berbagai jenis peralatan misalnya karbon aktif, bahan

    kerajinan dari tempurung kelapa dan lain sebagainya.

    Penelitian berikutnya diharapkan tidak menggunakan

    tempurung kelapa, bisa menggunakan bahan yang

    lain yang berbentuk limbah yang tidak terpakai

    dirumah tangga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. 1994.

    Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang.

    Departemen Kehutanan Bogor.

    Hendra D dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan Briket

    Arang dari Serbuk gergajian kayu dengan

    penambahan kelapa. Buletin Penelitian Hutan 18

    (1) : 1-9

    Palungkun, R, 2003 Aneka Produk Olahan Kelapa,

    Cetakan ke Sembilan, Penebar Swadaya,

    Jakarta.

    Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif

    dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta..

    Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari serbuk

    gergajian kayu afrika (Maesopsis eminii Engl)

    dan sengon (Paraserienthes falcatia) dengan

    penambahan Tempurung kelapa. ITB: Bogor.