69
SKENARIO Mrs.Deasy, 55 years old came to emergency room (ER) with pain on her right wrist after fell down on slippery bathroom one day before admission. She fell on her outstretched and dorsiflex hand. From physical examination, there was “dinner fork” deformity, tenderness, and painful range of movement (ROM) at her right wrist. No open wound. When Mrs. Deasy asked about x-ray film, the doctor just said that there is fracture and some abnormality at distal forearm and wrist region. I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Pain : Perasaan sedih, menderita, atau agoni disebabkan oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf. 2. Wirst : Daerah persendian antara lengan bawah dan tangan. 3. Outstretched : Menjulur 4. Dorsiflex hand : Tangan menekuk atau flexi ke arah belakang. 5. Dinner fork deformity : Deformitas yang terjadi pada fraktru colles (ujung distal radius patah ke bagian posterior). 6. Tenderness : Keadaan sensitivitas yang tidak biasa terhadap sentuhan atau tekanan. 7. Painful ROM : Nyeri yang dirasakan ketika melakukan fleksi / ekstensi. 8. Wound : Luka badan yang disebabkan oleh cara fisik dengan terganggunya kontinuitas struktur yang normal. 9. X ray film : Getaran elektromagnetik gelombang pendek (kira-kira 0,01-10 nm) atau kuantum setara yang dihasilkan ketika elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi membentur berbagai substansi. 1

22938507-fraktur-colles 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rehabilitasi medik

Citation preview

Page 1: 22938507-fraktur-colles 2

SKENARIO

Mrs.Deasy, 55 years old came to emergency room (ER) with pain on her right wrist after fell

down on slippery bathroom one day before admission. She fell on her outstretched and dorsiflex

hand. From physical examination, there was “dinner fork” deformity, tenderness, and painful

range of movement (ROM) at her right wrist. No open wound.

When Mrs. Deasy asked about x-ray film, the doctor just said that there is fracture and some

abnormality at distal forearm and wrist region.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Pain : Perasaan sedih, menderita, atau agoni disebabkan oleh

rangsangan pada ujung-ujung saraf.

2. Wirst : Daerah persendian antara lengan bawah dan tangan.

3. Outstretched : Menjulur

4. Dorsiflex hand : Tangan menekuk atau flexi ke arah belakang.

5. Dinner fork deformity : Deformitas yang terjadi pada fraktru colles (ujung distal

radius patah ke bagian posterior).

6. Tenderness : Keadaan sensitivitas yang tidak biasa terhadap sentuhan

atau tekanan.

7. Painful ROM : Nyeri yang dirasakan ketika melakukan fleksi / ekstensi.

8. Wound : Luka badan yang disebabkan oleh cara fisik dengan

terganggunya kontinuitas struktur yang normal.

9. X ray film : Getaran elektromagnetik gelombang pendek (kira-kira

0,01-10 nm) atau kuantum setara yang dihasilkan

ketika elektron yang bergerak dengan kecepatan

tinggi membentur berbagai substansi.

1

Page 2: 22938507-fraktur-colles 2

10. Fracture : Pecahan atau ruktur pada tulang.

11. Distal forearm : Bagian anggota badan atas diantara siku dan pergelangan

tangan bawah.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Ny. Deasy , 55 th, datang ke ruang emergensi dengan nyeri pada lengan kanan setelah

terjatuh di kamar mandi yang licin, dengan posisi tangan terjulur dan dorsifleksi

sehari sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik : “dinner fork” deformity, nyeri tekan, nyeri ROM pada

pergelangan tangan kanan dan tidak ada luka terbuka.

3. Pemeriksaan X-ray : fraktur dan abnormalitas pada lengan bagian distal dan regio

pergelangan tangan.

III. ANALISIS MASALAH

1. a. Bagaimana anatomi dan fisiologi lengan bawah dan pergelangan tangan ? (jari-jari)

b. Bagaimana patofisiologi nyeri pada pergelangan tangan ?

c. Bagaimana hubungan usia dengan kasus ini ?

d. Apa akibat terjatuh dengan posisi tangan terjulur dan dorsifleksi ?

e. Bagian apa saja yang terganggu ?

f. Apa pertolongan pertama yang dapat dilakukan ?

g. Bagaimana mekanisme biomekanikanya ?

2. a. Apa itu “dinner fork” deformity ?

2

Page 3: 22938507-fraktur-colles 2

b. Bagaimana mekanisme “dinner fork” deformity, nyeri tekan dan nyeri ROM pada

pergelangan tangan ? (hubungan dengan posisi jatuh)

c. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pergelangan tangan ?

d. Mengapa tidak terjadi luka terbuka ?

3. a. Apa saja macam-macam fraktur ?

b. Apa saja faktor resiko fraktur ?

c. Bagaimana mekanisme fraktur ?

d. Bagaimana gambaran radiologi pergelangan tangan normal dan setelah terjadinya

fraktur ?

4. a. Bagaimana diagnosis banding dan diagnosis kerja pada kasus ini ?

b. Bagaimana etiologi dan epidemiologi pada kasus ini ?

c. Bagaimana patogenesis pada kasus ini ?

d. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini ?

e. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan ?

f. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?

g. Bagaimana prognosisnya ?

h. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini ?

i. Bagaimana rehabilitasinya ?

j. Bagaimana kompetensi Dokter Umum pada kasus ini ?

3

Page 4: 22938507-fraktur-colles 2

IV. HIPOTESIS

Ny. Deasy , 55 th, mengalami nyeri pergelangan tangan karena frakture colles.

V. KERANGKA KONSEP

4

Page 5: 22938507-fraktur-colles 2

5

Ny. Deasy,55 th

Jatuh dengan posis tangan terjulur dan dorsifleksi

UGD

TendernessDinner fork deformity

Penatalaksanaan

-Reposisi

- Imobilisasi

Fraktur colles

Painful ROM

Pemeriksaan Penunjang (X-Ray)

Pemeriksaan Fisik

Abnormalitas regio distal pergelangan tangan

Fraktur

Page 6: 22938507-fraktur-colles 2

VI. SINTESIS

FRAKTUR

Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur merupakan salah satu

masalah kegawatdaruratan yang harus segera ditangani. Berbagai musibah bencana alam yang

terjadi di Indonesia menuntut kita untuk belajar dan mencari tahu lebih dalam tentang

penanganan medis bagi para korban.

Salah satu masalah yang sering dialami para korban adalah kasus patah tulang, selain luka-

luka tentunya. Namun keterbatasan pengetahuan tentang bagaimana menolong korban patah

tulang, membuat kita hanya bisa terdiam karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Disaat

seperti itu, menunggu datangnya pertolongan dokter bukanlah hal yang bijak karena ada banyak

hal yang terjadi (yang mungkin akan memperburuk kondisi si korban) karena tidak segera

ditolong.

Masalah-masalah fraktur yang banyak terjadi antara lain adalah fraktur pada kaki dan

tangan. Misalnya, pada bagian femur dan distal tangan.

6

Rehabilitasi

Page 7: 22938507-fraktur-colles 2

A. Definisi

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan

para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan

terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan

Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin

(1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi

karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

B. Etiologi

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup

kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa

hal yaitu:

1. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-

tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran

atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang

terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran

kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak

yang luas.

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang seperti

halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling

sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau

calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

7

Page 8: 22938507-fraktur-colles 2

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan

yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang

tersebut sangat rapuh.

Etiologi berdasarkan jenis masing-masing fraktur:

1. Fraktur pada kaki

Hampir setiap tulang di kaki dapat mengalami patah tulang (fraktur).

banyak diantara patah tulang ini yang tidak membutuhkan pembedahan, sedangkan

yang lainnya harus diperbaiki melalui pembedahan untuk mencegah kerusakan yang

menetap. Di daerah diatas tulang yang patah biasanya membengkak dan nyeri.

Pembengkakan dan nyeri bisa menjalar ke luar daerah patah tulang jika jaringan

lunaknya mengalami memar. Patah tulang di dalam dan di sekitar pergelangan kaki

paling sering terjadi jika pergelangan kaki berputar ke dalam sehingga kaki terputar ke

luar atau pergelangan kaki berputar ke luar. Nyeri, pembengkakan dan perdarahan

cenderung terjadi. Fraktur ini bisa berakibat serius jika tidak ditangani dengan baik.

semua fraktur pergelangan kaki harus digips. Untuk patah tulang pergelangan kaki yang

berat, dimana tulang terpisah jauh atau salah menempel, mungkin perlu dilakukan

pembedahan.

Fraktur tulang metatarsal (tulang pertengahan kaki) sering terjadi.

Penyebab yang paling sering adalah terlalu banyak berjalan atau penggunaan berlebihan

yang menyebabkan tekanan tidak langsung. penyebab lainnya adalah benturan hebat

yang terjadi secara mendadak. Untuk memungkinkan penyembuhan tulang, maka

dilakukan imobilisasi dengan sepatu bertelapak keras. Jika tulang terpisah sangat jauh,

mungkin diperlukan pembedahan untuk meluruskan pecahan-pecahan tulang yang

patah.

Tulang sesamoid (2 tulang bulat kecil yang terletak di ujung bawah tulang

metatarsal ibu jari kaki) juga bisa mengalami patah tulang.

fraktur tulang sesamoid bisa disebabkan oleh berlari, berjalan jauh dan olah raga

(misalnya basket dan tenis). Menggunakan bantalan atau penyangga sepatu khusus bisa

8

Page 9: 22938507-fraktur-colles 2

mengurangi nyeri. Jika nyeri berkelanjutan, mungkin tulang sesamoid harus diangkat

melalui pembedahan.

Cedera pada jari kaki (terutama jari-jari yang kecil) sering terjadi, apalagi jika

berjalan tanpa alas kaki. Fraktur simplek pada keempat jari kaki yang kecil akan

sembuh tanpa perlu memasang gips. Dilakukan pembidaian jari kaki dengan pita atau

velcro selama 4-6 minggu. Menggunakan sepatu beralas keras atau yang berukuran agak

besar bisa membantu mengurangi nyeri. Biasanya fraktur pada ibu jari kaki (hallux)

cenderung lebih berat, dan menyebabkan nyeri yang lebih hebat, pembengkakan dan

perdarahan dibawah kulit. Patah tulang hallux bisa terjadi karena kaki menendang

sesuatu atau karena sebuah benda yang berat jatuh diatasnya. Perlu dilakukan

pembedahan untuk memperbaiki patah tulang hallux.

Fraktur patella pextra merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai

dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang

berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut pada kaki kanan.

Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting),

atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan

jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang

dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat

dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang

femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat.

Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun

terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan

penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal

memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama. Oleh karena itu,

penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa.

2. Fraktur pada tangan

Kejadian fraktur Colles cukup tinggi, tetapi sampai sekarang masih banyak

perbedaan mengenai klasifikasi, cara reposisi, metoda fiksasi, faktor yang

9

Page 10: 22938507-fraktur-colles 2

mempengaruhi hasil akhir serta prognosis (Kreder dkk, 1996). Hasil yang baik dapat

dicapai dengan diagnosa yang tepat, reposisi yang akurat, fiksasi yang adekuat serta

rehabilitasi yang memadai. Reposisi tertutup biasanya tidak sulit, tetapi sulit untuk

mempertahankan hasil reposisi, terutama pada fraktur kominutif (Linden dkk,1981;

Manjas, 1996). Selama ini metoda fiksasi yang banyak dianut adalah dengan gips

sirkuler 0, lengan bawah panjang sampai di atas siku dengan posisi siku fleksi 90

pronasi, pergelangan tangan fleksi dan deviasi ulna seperti yang dianjurkan oleh Salter

atau Walstrom yang dikenal dengan “Cotton Loader“ (Salter, 1984).

Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius masih disalah

artikan sebagai dislokasi dari npergelangan tangan. Abraham Colles (1725 – 1843) pada

tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel yang berjudul ‘On the fracture of the carpal

extremity of the radius’. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur

Colles sesuai dengan nama Abraham Colles (Appley,1995; Salter,1984).

Fraktur Colles’ adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian distal yang

berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan deformitas ke posterior,

yang biasanya terjadi pada umur di atas 45-50 tahun dengan tulangnya sudah

osteoporosis. Kalau ditemukan pada usia muda disebut fraktur tipe Colles’ (Appley,

1995; Jupiter, 1991; Salter, 1984).

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-

kira 1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang

relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa

dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk

tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot

pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus

styloideus radius dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian

ini merupakan tempat insersi otot brakhioradialis (Appley, 1995; Brumfeeld et al, 1984;

Salter, 1984).

10

Page 11: 22938507-fraktur-colles 2

Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi

radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan

sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain :

a. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).

b. Ligamentum Carpaeum dorsale.

c. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.

d. Ligamentum Collateral.

C. Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika

patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan

jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan

jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi

tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya

respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari

plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses

penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan

tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum

tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk

kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkn

dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi

histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke

interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan

ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

11

Page 12: 22938507-fraktur-colles 2

D. Klasifikasi Fraktur

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi fraktur sebagaimana yang dikemukakan

oleh para ahli:

1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi :

a. Fraktur komplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi

menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta

mengenai seluruh kerteks.

b. Fraktur inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak

menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia

luar, meliputi:

a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang

tidak menonjol malalui kulit.

b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan

dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.Fraktur

terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

• Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

• Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

• Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,

syaraf otot dan kulit.

3. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:12

Page 13: 22938507-fraktur-colles 2

a. Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak

dengan tulang lembek

b. Transverse yaitu patah melintang

c. Longitudinal yaitu patah memanjang

d. Oblique yaitu garis patah miring

e. Spiral yaitu patah melingkar

4. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan

fragmen yaitu:

a. Tidak ada dislokasi

b. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

• Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut

• Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

• Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

• Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan

memendek.

E. Gambaran Klinik

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:

1. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme

otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

2. Bengkak/edama

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah

fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

13

Page 14: 22938507-fraktur-colles 2

3. Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan

sekitarnya.

4. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.

5. Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.

6. Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis

dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

7. Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak

terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

8. Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.

9. Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan

pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan

menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

10. Shock hipovolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

14

Page 15: 22938507-fraktur-colles 2

11. Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

F. Komplikasi

Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:

1. Shock

2. Infeksi

3. Nekrosis divaskuler

4. Cidera vaskuler dan saraf

5. Mal union

6. Borok akibat tekanan

G. Penatalaksanaan

Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997),

yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula

(anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian

tulang yang rusak.

Beberapa tindakan yang bisa dilakukan sebagai pertolongan awal untuk

menangani korban luka patah tulang:

1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi

karena; benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien

mengalami patah tulang. Biasanya, pasien akan mengalami rasa nyeri yang amat sangat

dan bengkak hingga terjadinya perubahan bentuk yang kelihatannya tidak wajar

(seperti; membengkok atau memuntir).

15

Page 16: 22938507-fraktur-colles 2

2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan usahakan untuk

menghentikan pendarahan dengan dibebat atau ditekan dengan perban atau kain bersih.

Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula) namun hal ini

tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli atau yang

sudah biasa melakukannya.

3. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi

tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil.

Jenis-jenis fraktur reduction yaitu:

1. Manipulasi atau close red

Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close

reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.

2. Open reduksi

Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan

internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail.

Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan

dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk

sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.

3. Traksi

Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk

meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:

4. Skin traksi

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester

langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme

16

Page 17: 22938507-fraktur-colles 2

otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72

jam).

5. Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang

untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.

6. Maintenance traksi

Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada

tulang dengan kawat atau pins.

FRAKTUR COLLES

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada

pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan

biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang

menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan

menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita.

Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.

Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.

Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada

tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. (Armis, 2000). Ini adalah fraktur

yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan

permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki

riwayat jatuh pada tangan yang terentang. (Apley & Solomon, 1995).

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi

terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan

menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan

persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal,

17

Page 18: 22938507-fraktur-colles 2

radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus

styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial

menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal (Reksoprodjo, 1995)

Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau

tangan. Dua hal yang harus terus menerus diingat :

(1) pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi berkonsentrasi pada

pengembalian gerakan;

(2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari harus mendapatkan latihan

sejak awal. (Apley & Solomon, 1995)

Melihat masih cukup tingginya angka kejadian fraktur Colles maka perlu diketahui

insidensi fraktur Colles di RSUD Saras Husada Purworejo, agar dapat dilakukan perawatan dan

penanganan secara intensif pada tiap-tiap kasusnya.

DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Cedera

yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius

tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal. (Apley & Solomon,

1995)

EPIDEMIOLOGI

Fraktur distal radius terutama fraktur Colles’ lebih sering ditemukan pada wanita, dan

jarang ditemui sebelum umur 50 tahun (Clancey, 1984; Cooney, 1982). Secara umum insidennya

kira-kira 8 – 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey

epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada

lengan bawah merupakan fraktur distal radius (Cooney,1980). Umur di atas 50 tahun pria dan

wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama

18

Page 19: 22938507-fraktur-colles 2

di mana fraktur Colles’ lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius (Cooney,1980). Sisi kanan

lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai

adalah antara umur 50 – 59 tahun (Dias dkk, 1980; Sarmiento dkk, 1980).

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

• usia lanjut

• postmenopause

• massa otot rendah

• osteoporosis

• kurang gizi

• olaraga seperti sepakbola dll

• aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding

• kekerasan

• ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan oleh

gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D, yang menyebabkan malabsoprsi

kalsium.

ANATOMI DAN KINESIOLOGI

Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian

dengan tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distal

merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahuii

kedudukan anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal

radius.

19

Page 20: 22938507-fraktur-colles 2

Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :

1. Radial height :

Yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara garis

horizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan melalui ujung distal

ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.

2. Derajat “ulna tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal radius

pada posisi anterior posterior.

Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat miringnya

diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang tegak lurus pada sumbu radius dan

garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 15 – 30 derajat, rata-rata 23 derajat.

3. Derajat “volar tilt” (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi lateral.

Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan. Besarnya diukur

dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang sesuai dengan

permukaan sendi. Normal : 1 – 23 derajat, rata-rata 11 derajat.

Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah :

1. Posterior :

Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang mempunyai fungsi

ekstensi.

2. Anterior :

Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot fleksor yang mempunyai fungsi

fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada: m. pronator quadratus yang

berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.

3. Lateral :

20

Page 21: 22938507-fraktur-colles 2

Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus. styloideus radii yang

mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.

Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare

ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi

radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligament radiokarpal

kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan simpai yang

memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam

meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral

ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament radioulnar

dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan

fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (Sjamsuhidayat & de Jong,

1998)

Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan

deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh karena

adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi

lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de

Jong, 1998)

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

21

Page 22: 22938507-fraktur-colles 2

Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral)

seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral umumnya

berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi

radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Gambar

1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15

- 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah bagian

distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak memperhitungkan angulasi akan

menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987)

Anatomi dan Biomekanik Antebrakhii Distal

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira 1,5 –

2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang relatif lemah

karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal

radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon

ekstensor.

Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi lateral radius

distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius dengan posisi yang lebih

rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi otot brakhioradialis

(Appley, 1995; Brumfeeld et al, 1984; Salter, 1984).

22

Page 23: 22938507-fraktur-colles 2

Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi

radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan sendi.

Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain :

1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).

2. Ligamentum Carpaeum dorsale.

3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.

4. Ligamentum Collateral.

Anatomi Pergelangan Tangan

Anatomi

WRIST = REGIO CARPALIS

23

Page 24: 22938507-fraktur-colles 2

24

Page 25: 22938507-fraktur-colles 2

Anterior

a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum dari medial ke

lateral

1) Tendo musculus flexor carpi ulnaris

2) N. Ulnaris

3) A. Ulnaris

4) Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris

5) Tendo musculus palmaris longus

6) Ramus cutaneus nervi medianus

b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum flexorum dari medial ke lateral

1) Tendo musculus flexor digitorum superficialis

2) N. Medianus

3) Tendo musculus flexor policis longus

4) Tendo musculus flexor carpi radialis

25

Page 26: 22938507-fraktur-colles 2

26

Page 27: 22938507-fraktur-colles 2

27

Page 28: 22938507-fraktur-colles 2

Posterior

a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum extensorum dari medial

ke lateral

1) Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris

2) Vena basilica

3) Vena cepalica

4) Ramus superficialis nervi radialis

b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum extensorum dari medial ke lateral

1) Tendo musculus extensorum carpi ulnaris

2) Tendo musculus extensor digiti minimi

3) Tendo musculus extensor digitorum et indicis

4) Tendo musculus extensor policis longus

28

Page 29: 22938507-fraktur-colles 2

Persarafan

1. Lateral cord

a. Lateral pectoral nerve

b. Musculocutaneous nerve

c. Lateral root of median nerve

2. Medial cord

a. Medial pectoral nerve

29

Page 30: 22938507-fraktur-colles 2

b. Medial cutaneous nerve of arm

c. and medial cutaneous nerve of forearm

d. Ulnar nerve

e. Medial root of median nerve

3. Posterior cord

a. Upper and lower subscapular nerves

b. Thoracodorsal nerve

c. Axillary nerve

d. Radial nerve

Jenis Pergerakan pada Pergelangan Tangan/Articulatio radiocarpalis(sendi pergelangan

tangan)

a. Articulatio : antara ujung distal radius dan discus articulaticularis di sebelah tas

dengan os lunatum, os triquetrum, dan os scapoideum

Tipe : sendi episoidea sinovial

Persarafan : N. Interossea anterior dan ramus profundus nervi radialis

1) Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris, M. Palmaris

longus, dan dibantu otot lain

2) Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi radialis brevis, M.

Extensor carpi ulnaris

3) Abductio, M. Flexor carpi radialis

30

Page 31: 22938507-fraktur-colles 2

b. Articulatio radioulnaris distalis

Aryticulatio : antara caput ulan dan incisura ulanris radii

Tipe : sendi pivot sinovila

Persarafan : nervus interosseus anterior dan ranmus profundus nervi radialis

1) Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus

2) Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator

Wrist Joint Motions (Adapted from Luttgens & Hamilton, 1997)

31

Page 32: 22938507-fraktur-colles 2

TABLE. 1 Average ROMs (Adapted from Luttgens & Hamilton, 1997)

Joint/Segment MovementSource

1*Source

2*Source

3*Source

4*

ElbowFlexion 140 145 145 145

Hyperextension 0 0 0 0-10

ForearmPronation 80 90 90 80

Supination 80 85 90 90

Wrist

Extension (Dorsiflexion) 60 70 70 50

Flexion (Palmar flexion) 60 90 - 60

Radial Deviation 20 20 20 20

Ulnar Deviation 30 30 35 30

Shoulder Flexion 180 170 130 180

Hyperextension 50 30 80 60

Abduction 180 170 180 180

32

Page 33: 22938507-fraktur-colles 2

Adduction 50 - - -

Shoulderw/ Abducted Arm

Internal Rotation 90 90 70 60-90

External Rotation 90 90 70 90

Horizontal Adduction - - - 135

Horizontal Adduction - - - 45

Hip

Flexion 100 120 125 120

Hyperextension 30 10 10 30

Abduction 40 45 45 45

Adduction 20 - 10 0-25

Extended HipInternal Rotation 40 35 45 40-45

External Rotation 50 45 45 45

Knee Flexion 150 120 140 130

AnklePlantar flexion 20 45 45 50

Dorsiflexion 30 15 20 20

Cervical Spine

Flexion 60 - - 40

Hyperextension 75 - - 40

Lateral Flexion 45 - - 45

Rotation 80 - - 50

Lumbar-thoracic Spine

Flexion 45-50 - - 45

Hyperextension 25 - - 20-35

Lateral Flexion 25 - - 30

33

Page 34: 22938507-fraktur-colles 2

Rotation 30 - - 45

Dilihat dari anatomi pergelangan tangan dan posisi tangan saat jatuh, maka bagian mana

saja yang mungkin mengalami kerusakan ?

Berdasarkan dari penjelasan anatomi sebelumnya dan berhubungan dengan posisi tangan

pada saat jatuh, bagian yang mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa

carpal serta jaringan yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur.

Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan dalam posisi

terbuka dan pronasi. . Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat, gaya akan diteruskan ke

daerah metafisis radius distal dan mungkin akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana

garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.

Sehingga tulang yang kemungkinan

mengalami fratur pada posisi tersebut adalah radius

distal dan os scaphoideum.

34

Page 35: 22938507-fraktur-colles 2

Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang kuat akan

berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya

bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal radius sebab dilihat dari struktur

jaringannya saja tulang daerah tersebut memang rawan patah.

Gerakan Pada Pergelangan Tangan

Sendi radioulnar distal adalah sendi antara ‘cavum sigmoid radius’ (yang terletak pada

bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat ‘fibrocartilago

triangular’ dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan puncaknya pada prosesus

styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah, di mana dalam

keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu sendi radioulnar proksimal dan

distal dalam keadaan ‘coaxial’.

35

Colles fracture Scaphoid fracture

Page 36: 22938507-fraktur-colles 2

Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :

1. pronasi = 80 - 900

2. supinasi = 80 – 900

Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup sendi ini, siku

harus dalam posisi fleksi 900 sehingga mencegah gerakan rotasi pada humerus (Kaner, 1980;

Kapanji, 1983).

Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang kompleks, dibentuk oleh radius

distal dan tulang carpalia ( os navikulare dan lunatum ) yang terdiri dari ‘inner dan outer facet’.

Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah volar, dorsal, radial dan ulnar secara

sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk permukaan sendi ellips.

Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut :

1. fleksi dorsal = 50 – 800.

2. fleksi volar/palmar= 60 – 850

3. deviasi radial = 15 - 290

4. deviasi ulnar = 30 – 460

Menurut American Acadeny of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup sendi ini

dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi secara normal sendi radio carpalia

ini mempunyai sudut 1 – 230 ke arah palmar polar, jadi fraktur yang mengarah pada volar akan

mempunyai prognosa baik (Appley, 1995; Brumfield & Champoux, 1984; Kaner, 1980).

Fungsi Tangan

Kelainan pada pergelangan tangan sebagai akibat fraktur distal radius akan

mempengaruhi fungsi tangan karena pergelangan tangan merupakan kunci untuk mendapatkan

fungsi tangan yang baik (Auliffe dkk, 1995;Brumfield dkk, 1984).

36

Page 37: 22938507-fraktur-colles 2

Di bawah ini dikemukakan beberapa fungsi tangan (Appley, 1995; Palmer dkk, 1984;

Kaner, 1980) :

1. Gerakan membuka tangan merupakan gerakan ekstensi jari dan abduksi ibu jari.

2. Gerakan menutup tangan merupakan gerakan fleksi dan adduksi jari-jari serta gerakan fleksi,

adduksi dan oposisi dari ibu jari.

3. Gerakan menggenggam :

a. Power grip : saat menggenggam tabung

b. Ball grip : saat menggenggam bola

c. Pinch grip : saat mengambil barang yang tipis

d. Three point grip : saat memegang pensil

e. Key grip : saat membuka pintu dengan kunci

Anatomi Radiologi

Terdapat tiga pengukuran radiologi yang sering dipakai untuk melakukan evaluasi

radiologis dari distal radius. Pengukuran dilakukan dengan mengacu kepada axis longitudinal

dari radius. Pada foto AP dan lateral, garis ini ditentukan sebagai garis yang menghubungkan dua

titik pada jarak 3 cm dan 6 cm proksimal dari permukaan sendi yang terletak di garis tengah.

Ketiga pengukuran tersebut terdiri dari ( Bunger, 1974; Charnley, 1984) :

1. Volar Angle / Dorsal Angle

Diukur dari foto lateral, merupakan sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan

tepi dorsal dan tepi volar radius dengan garis yang tegak lurus pada axis longitudinal

(Gartland & Werley, 1951;Sarmiento,1981) :

• Nilai rata-rata : 11 – 120

• Range : 1 – 210

37

Page 38: 22938507-fraktur-colles 2

• Standar deviasi : 4,3

2. Radial Angle / Radial Inklinasi

Diukur dari foto antero posterior (AP), merupakan sudut yang dibentuk antara garis yang

menghubungkan ujung radial styloid dengan sudut ulnar dari distal radius dengan garis yang

tegak lurus pada axis longitudinal (Gartland & Werley, 1951; Sarmiento, 1981) :

• Nilai rata-rata : 230

• Range : 13 – 300

• Standar deviasi : 2,2

3. Radial Length

Diukur dari foto AP, merupakan jarak antara dua garis yang tegak lurus pada axis

longitudinal, garis pertama melalui tepi ujung dari radial styloid, garis kedua merupakan

garis yang melalui permukaan sendi ulna (Gartland & Werley, 1951; Sarmiento, 1981) :

• Nilai rata-rata : 12 mm

• Range : 8 – 18 mm

• Standar deviasi : 2,3

38

Page 39: 22938507-fraktur-colles 2

Skema Volar Angle, Radial Angle dan Radial Length

Ada satu pengukuran lagi yang penting pada fraktur Colles’ yaitu ‘Radial Width’. Diukur dari

foto AP, merupakan antara garis axis longitudinal dan garis yang melalui tepi paling lateral dari

radial styloid.

Pemeriksaan foto rontgen diperlukan untuk konfirmasi diagnosa, menilai tipe fraktur,

kestabilan dan penilaian derajat peranjakan. Penilaian terutama pada :

1. Apakah prosesus styloid / kolumn ulna ikut patah.

2. Apakah fraktur mengenai DRUJ (distal radioulnar joint).

3. Apakah fraktur mengenai radiocarpalia.

KLASIFIKASI

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.

Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan

sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (Simon & Koenigsknecht,

1987)

39

Page 40: 22938507-fraktur-colles 2

Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler

Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler

Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal

Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal

Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar

Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar

Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar

Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi

radioulnar

Trauma/Kelainan yang Berhubungan

40

Page 41: 22938507-fraktur-colles 2

Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi berbarengan dengan trauma atau luka yang

berhubungan, antara lain : (Simon & Koenigsknecht, 1987)

1. Fraktur prosesus styloideus (60 %)

2. Fraktur collum ulna

3. Fraktur carpal

4. Subluksasi radioulnar distal

5. Ruptur tendon fleksor

6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris

PATOGENESIS

Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles’ dapat timbul setelah penderita

terjatuh dengan tangan posisi terkedang dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981).

Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan

persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah

tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

Khusus pada fraktur Colles’ biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal, tertarik ke

proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur prosesus styloid ulna

mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau ligamen ulnar collateral ( Salter,

1984).

Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat terjadi, jika

pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 – 900 dengan beban gaya tarikan sebesar

195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria ( Rychack, 1977).

Pada bagian dorsal radius frakturnya sering komunited, dengan periosteum masih utuh,

sehingga jarang disertai trauma tendon ekstensor. Sebaliknya pada bahagian volar umumnya

fraktur tidak komunited, disertai oleh robekan periosteum, dan dapat disertai dengan trauma

41

Page 42: 22938507-fraktur-colles 2

tendon fleksor dan jaringan lunak lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris. Fraktur pada radius

distal ini dapat disertai dengan kerusakan sendi radio carpalia dan radio ulna distal berupa luksasi

atau subluksasi. Pada sendi radio ulna distal umumnya disertai dengan robekan dari triangular

fibrokartilago.

PATOFISIOLOGI

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan

trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada

permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah

dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping

menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

Benturan mengena di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi.

Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam

ekstensi dan pergeseran dorsal. (Apley & Solomon, 1995) Garis fraktur berada kira-kira 3 cm

proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan

bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan seperti garpu terbalik (dinner fork

deformity). (Armis, 2000)

Fisiologi dan mekanisme terjadinya fraktur :

• Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi dorsal

lengan bawah menyangga berat badan.

• Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut :Trauma langsung dimana lengan bawah

dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh memutar pronasi

pada bagian proximal dengan tangan relatif terfixir pada tanah. Putaran tersebut merupakan

kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan memberikan mekanisme yang ideal dari

penyebab fraktur Smith.

42

Page 43: 22938507-fraktur-colles 2

• Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus, dimana

posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yang mengendarai

sepeda yang mengalamii trauma langsung pada dorsum manus.

MANIFESTASI KLINIS

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi

diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung

pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya

terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. (Apley & Solomon,

1995) Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di

daerah yang terkena.

Gambar 3. Dinner fork deformity

Mekanisme Nyeri Tekan :

Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan

lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitar.

Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium

dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon inflammasi akibat sirkulasi

jaringan nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Tentunya hal tersebut

merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses penyembuhan dalam memperbaiki

cidera, dimana tahap tersebut menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom

43

Page 44: 22938507-fraktur-colles 2

menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi

histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke

interstitial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan

ujung syaraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan.

Dinner Fork Deformity

Atau

Tenderness

44

Terjatuh dengan posisi dorsfleksi

Gaya dorong fragmen distal ke posterior dan superior, dan fascies articularis miring ke posterior

Terbentuk benjolan ke posterior

Pergeseran fragmen ke posterior

Dinner fork deformity

Fraktur pada daerah ujung radial

Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu

Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi.

patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan

Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis distal

sepanjang lengan bawah (posisi pergelangan tangan berekstensi)

jatuh pada permukaan tangan sebelah dorsal

Page 45: 22938507-fraktur-colles 2

Atau

Painfull ROM

45

Sensitivitas dan nyeri tekan

Penekanan n.medianus dan proses peradangan setempat

Fraktur pada pergelangan tangan

Terjatuh pada posisi dorsofleksi

Trauma langsung trauma tidak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

stimulasi nosiseptor (perubahan stimulus noxiuos) menjadi potensial aksi proses transduksi atau aktivasi reseptor

pergeseran frakmen tulang (stimulus noxiuos)

potensial aksi ditaransmisikan menuju neuron susun SSP yang berhubungan dengan nyeri

transmisi, (konduksi impuls dari neurn afferen primer ke kornu dorsalis medula spinalis, pada kornu drsalis neuron afferent primer bersinap dengan SSP

neuron tsb akan naik ke atas di medula spinalis menuju batang otak dan talamus

terjadi hubungan timbal balik antara talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang

mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri

proses modulasi, sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tsb, tempat modulasi sinyal

adalah kornu dorsalis pada medula spinalis

persepsi, pesan nyeri direlai menuju ke otak dan menghasilakn pengalaman

yang tidak menyenagkan nyeri

Page 46: 22938507-fraktur-colles 2

DIAGNOSIS

Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara

klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa

dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang.

(Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur

kominutif dan mengetahui letak persis patahannya (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada

gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil.

• Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan.

• Instabil bila patahnya kominutif dan “crushing” dari tulang cancellous.

Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.

(Reksoprodjo, 1995). Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan

prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2)

bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami

peremukan dan kominutif yang hebat (Apley & Solomon, 1995)

46

Painfull ROM

Terasa sakit pada batasan ruang lingkup gerakan sendi

Terjadinya gangguan pergerakan

Page 47: 22938507-fraktur-colles 2

Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam sendi

pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial

Contoh Hasil Foto Rontgen AP/L dan Parameter Pengukuran RA, RL dan RT

Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur. Dalam

evaluasi fraktur, beberapa pertanyaan berikut perlu dijawab:

1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna atau pada

collum ulna ?

2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?

47

Page 48: 22938507-fraktur-colles 2

3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?

Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi radioulnar distal.

Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga diperlukan untuk memastikan

perbaikan fungsi telah lengkap. (Simon & Koenigsknecht, 1987)

Gambaran radiologi fraktur dan abnormalitas distal lengan bawah

Pada x-ray menunjukkan fraktur angulasi dorsal dari metaphysis distal radius (2-3 cm proksimal

ke pergelangan tangan).

Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular sedangkan fraktur yang

tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.

Bentuk keabnormalan di bagan distal lengan bawah dan pergelangan tangan

48

Page 49: 22938507-fraktur-colles 2

Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur colles.

Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu bentuk garis pada

proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam.

Perbandingan radiologi

Interpretasi radiologi

49

Page 50: 22938507-fraktur-colles 2

Berdasarkan gambaran radiologi dapat diinterpretasikan bahwa pada Ny. Deasy telah terjadi

fraktur pada distal radius dan terdapat deformitas dinner fork yang mengindikasikan bahwa Ny.

Deasy mengalami fraktur colles.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

e. Pemerikasaan rontgen, menentukan luasnya fraktur, trauma.

f. Scan tulang, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi jaringan lunak

g. Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi

fraktur / organ jauh pada trauma multiple). Kreatmin, trauma otot meningkat beban creatrain

untuk klirens ginjal. ( Doenges, 2000 : 762 )

50

Page 51: 22938507-fraktur-colles 2

Pemeriksaan Tambahan

Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur

ini, yaitu :

• Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius

• Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi

• Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat

terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :

• Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal

• Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari tulang

cancellous

DIAGNOSIS BANDING

DD Definisi Manifestasi Klinis Penatalaksanaan

Fraktur Colles Deformitas pada fraktur

ini berbentuk seperti

sendok makan (dinner

fork deformity). Pasien

terjatuh dalam keadaan

tangan terbuka dan

pronasi, tubuh beserta

lengan berputar ke ke

dalam (endorotasi).

Tangan terbuka yang

terfiksasi di tanah

• Fraktur metafisis

distal radius dengan

jarak _+ 2,5 cm dari

permukaan sendi

distal radius

• Dislokasi fragmen

distalnya ke arah

posterior/dorsal

• Subluksasi sendi

radioulnar distal

• Avulsi prosesus

Pada fraktur Colles tanpa

dislokasi hanya

diperlukan imobilisasi

dengan pemasangan gips

sirkular di bawah siku

selama 4 minggu. Bila

disertai dislokasi

diperlukan tindakan

reposisi tertutup.

Dilakukan dorsofleksi

fragmen distal, traksi

51

Page 52: 22938507-fraktur-colles 2

berputar keluar

(eksorotasi/supinasi).

stiloideus ulna.

kemudian posisi tangan

volar fleksi, deviasi ulna

(untuk mengoreksi

deviasi radial) dan

diputar ke arah pronasio

(untuk mengoreksi

supinasi). Imobilisasi

dilakukan selama 4 - 6

minggu.

Fraktur Smith

Fraktur Smith

merupakan fraktur

dislokasi ke arah

anterior (volar), karena

itu sering disebut

reverse Colles fracture.

Fraktur ini biasa terjadi

pada orang muda.

Pasien jatuh dengan

tangan menahan badan

sedang posisi tangan

dalam keadaan volar

fleksi pada pergelangan

tangan dan pronasi.

Garis patahan biasanya

transversal, kadang-

kadang intraartikular.

Penonjolan dorsal

fragmen proksimal,

fragmen distal di sisi

volar pergelangan, dan

deviasi ke radial

(garden spade

deformity).

Dilakukan reposisi

dengan posisi tangan

diletakkan dalam posisi

dorsofleksi ringan,

deviasi ulnar, dan

supinasi maksimal

(kebalikan posisi Colles).

Lalu diimobilisasi

dengan gips di atas siku

selama 4 - 6 minggu.

Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi

merupakan fraktur

radius distal disertai

dislokasi sendi radius

ulna distal. Saat pasien

Tampak tangan bagian

distal dalam posisi

angulasi ke dorsal. Pada

pergelangan tangan

dapat diraba tonjolan

Dilakukan reposisi dan

imobilisasi dengan gips

di atas siku, posisi netral

untuk dislokasi radius

ulna distal, deviasi ulnar,

52

Page 53: 22938507-fraktur-colles 2

jatuh dengan tangan

terbuka yang menahan

badan, terjadi pula

rotasi lengan bawah

dalam posisi pronasi

waktu menahan berat

badan yang memberi

gaya supinasi.

ujung distal ulna. dan fleksi.

Fraktur Montegia

Fraktur Montegia

merupakan fraktur

sepertiga proksimal

ulna disertai dislokasi

sendi radius ulna

proksimal. Terjadi

karena trauma

langsung.

Terdapat 2 tipe yaitu

tipe ekstensi (lebih

sering) dan tipe fleksi.

Pada tipe ekstensi gaya

yang terjadi mendorong

ulna ke arah

hiperekstensi dan

pronasi. Sedangkan

pada tipe fleksi, gaya

mendorong dari depan

ke arah fleksi yang

menyebabkan fragmen

ulna mengadakan

angulasi ke posterior.

Dilakukan reposisi

tertutup. Asisten

memegang lengan atas,

penolong melakukan

tarikan lengan bawah ke

distal, kemudian diputar

ke arah supinasi penuh.

Setelah itu, dengan jari

kepala radius dicoba

ditekan ke tempat

semula. Imobilisasi gips

sirkuler dilakukan di atas

siku dengan posisi siku

fleksi 90° dan posisi

lengan bawah supinasi

penuh. Bila gagal,

dilakukan reposisi

terbuka dengan

pemasangan fiksasi

interna (plate-screw).

PENATALAKSANAAN

53

Page 54: 22938507-fraktur-colles 2

• Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips

yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat

dalam posisinya.

• Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan

traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan

tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan

menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi,

deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi

memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher

metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada

posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari;

cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Gambar 5. Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c) deviasi

ulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang

basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan

hingga gips mengeras

Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari

segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau

nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang

sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi

berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. 54

Page 55: 22938507-fraktur-colles 2

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara

radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

Gambar 6. (a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh pasien

secara teratur

• Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk

keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi

radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.

(Apley & Solomon, 1995)

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan

komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA

yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan

diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu

diketahui, sebagai berikut :

• Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga

mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

• Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah

palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak

• Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan

mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses

penyembuhan kecuali difiksasi.

55

Page 56: 22938507-fraktur-colles 2

Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka

beberapa hal berikut dapat dilakukan :

1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional

2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps dan

siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10 pon

digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi.

3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu

jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila

posisi yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.

4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi terhadap

pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna.

5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan

anteroposterior long arms splint

6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai

posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya

7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk

mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini

mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca trauma.

Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur

yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

56

Page 57: 22938507-fraktur-colles 2

Gambar 7. Reduksi pada fraktur Colles

PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI

Manajemen pada trauma tulang dan sendi

4 R :

1. Recognized : look, feel, move, X- ray

2. Reposition : Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment proximal sehingga

mencapai posisi acceptable

3. Retain : Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam

4. Rehabilitation : mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan.

Pertolongan Pertama

1. REST.

57

Page 58: 22938507-fraktur-colles 2

Daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat. Beri bantalan dan

letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial dan biarkan ujung jari terbuka,

tambahkan papan penahan di bawah pergelangan untuk mencegah pergerakan.

2. Elevate , tinggikan bagian yang patah,terutama pada 72 jam pertama untuk mereduksi

pembengkakan

3. ICE. Beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit

4. Segera bawa ke bagian gawat darurat

5. Jangan menggerakkan tangan

Reposisi

Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan

reposisi manipulatif setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan fragmen

bawah yang bergeser dengan ibu jari operator, pada saat yang sama dilakukan rotasi pada

karpus ke posisi. Lalu dipasang gips selama 6 minggu, lakukan x- ray setelah 2 minggu

untuk memeriksa formasi tulang.

Rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi yaitu :

• Mempertahankan fungsi otot dan sendi

• Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness

• Mencegah komplikasi

Cara rehabilitasi :

58

Page 59: 22938507-fraktur-colles 2

1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada daerah yang

terkena fraktur

2. Penggunaan secara aktif

Menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal mungkin, segera setelah nyeri

hilang.

Tujuan latihan yaitu :

1. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)

2. Strengthening pada otot

Program Rehabilitasi terapi fisik pergelangan tangan

Program ini dilakukan tergantung dari kebutuhan pasien

Fase 1 : mengontrol inflamasi dan edema dengan Rest, Ice, Compression, dan Elevation.

(RICE)

Fase 2 : pemulihan jaringan dengan scar massage, whirlpool therapy, dan elastomer.

Fase 3 : meningkatkan range of motion (ROM)

Fase 4 : meningkatkan kekuatan.

Fase 5 : work-hardening untuk menyempurnakan terapi sebelumnya, pengembalian

kondisi normal.

Rehabilitasi dimulai dengan memperbaiki range of movement bahu, jari, pada bagian

pergelangan. Rehabilitasi aktif dilakukan jika tulang sudah menyatu. Latihan di air hangat

berguna untuk memperbaiki hidrasi kulit akibat pemakaian gips. Dapat pula menggunakan alat-

alat lain.

59

Page 60: 22938507-fraktur-colles 2

Metode Plaster/brace

Kelebihan Mudah digunakanEasy to apply

Tidak perlu operasi

Kerugian Gerak pada tangan mengakibatkan dislokasi fraktur

Digunakan selama 6 minggu sehingga tangan kaku

Metode "K" wires

Kelebihan Operasi simple

kerugian Dapat terjadi infeksi

Masih membutuhkan plester

Dapat merusak tendo di sekitar pergelangan

Metode Fiksasi External

Kelebihan Reduksi tidak membuka fraktur (ligamentotaxis)

Fiksator mengijinkan pergerakan

kerugian Fiksator kaku , jika terlalu kencang dapat mengakibatkan

tangan kaku

Pin yang menempelkan tulang dan fiksator dapat

mengalami infeksi

Metode Bone Grafting

Kelebihan Dapat menyangga fraktur dan mencegah kominutif dorsal

60

Page 61: 22938507-fraktur-colles 2

Kombinasi dengan tulang spons mempercepat

penyembuhan

Kerugian Butuh K wires untuk menahan transplant di tempat.

Pengambilan transplant dari pelvis sangat sakitdan

mengakibatkan kesulitan berjalan untuk beberapa minggu

Metode Internal fixation (use of plates and screws)

Kelebihan Sangat kuat dan mengijinkan untuk mobilisasi lebih cepat

dan tidak butuh plester

Kemungkinan terjadi dislokasi sangat kecil

Disadvantages Operasi sulit bila terdapat scar.

Dapat mengiritasi tendo di sekitarnya, tidak nyaman

KOMPLIKASI

Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak memuaskan.

Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada 2,9% kasus yang tidak

mengalami disabiliti dan gangguan fungsi (Cooney, 1980).

Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :

A. DINI

1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus

2. Kerusakan tendon

3. Edema paska reposisi

4. Redislokasi

B. LANJUT

61

Page 62: 22938507-fraktur-colles 2

1. Arthrosis dan nyeri kronis

2. Shoulder Hand Syndrome

3. Defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius )

4. Ruptur tendon

5. Malunion / Non union

6. Stiff hand ( perlengketan antar tendon )

7. Volksman Ischemic Contracture

8. Suddeck Athrophy

1. Kompressif Neuropathy

Umumnya terjadi akibat anestesi lokal, teknik reposisi yang salah dan posisi

ekstrem dari palmar fleksi dan ulnar deviasi sehingga terjadi neuropati terutama median

neuropati, 0,2-5% dari kasus yang terjadi, kebanyakan mengenai n.medianus pada carpal

tunnel. Stewart, menemukan tidak ada hubungan antara kompresi saraf dengan

displacement awal. Nampaknya delayed carpal tunnel berhubungan dengan akhir volar

angle shift. Indikasi operasi bila ada rasa sakit dan hilangnya sensasi yang berat.

Kompresi n.ulnaris jarang, parastesia dari n. radialis tidak sering dan biasanya hilang

spontan dalam beberapa minggu.

2. Ruptur Tendon

Sering terjadi karena trauma dari fragmen fraktur dan jarang disebabkan abrasi

kalus yang terjadi sesudah 2 bulan pertama. Tendon yang sering dikenai adalah : EPL,

FPL dan FDP, sekitar 0,4-1% dari kasus. Ruptur terjadi pada bony groove dari radius

distal.Terapi berupa tendon transfer dari ekstensor indicis propius. Stenosing

tenosynovitis terjadi pada 0,6-1,4% dari kasus.

3. Redislokasi

62

Page 63: 22938507-fraktur-colles 2

Adalah bergesernya kembali fragmen distal ke posisi semula pada 2 minggu.

Biasanya berkisar antara 11-42%. Gartland & Werley mendapatkan perubahan VA 3-6 0,

RA 2-40, dan RL 1,5 – 2,5 mm pada minggu pertama. Stewart HD dan kawan-kawan

1984, mendapatkan perubahan VA rata-rata 9,90, RA 2-40 dan RL 1,7 mm selama

immobilisasi 6 minggu. Secara umum dari kepustakaan akan didapatkan perubahan VA

0-150, RA 0-80 dan RL 0-8 mm. Collert dan Isacson melakukan reposisi ulang kalau

angulasi > 150 dan ulnar deviasi > 100. Sedang De Palma menyatakan bahwa untuk

mendapatkan fungsi yang baik, angulasi dorsal < 50 dan pemendekan radius < 3 mm.

Gartland & Werley mendapatkan bahwa angulasi dorsal > 100, maka palmar fleksi akan

terganggu (hanya sampai 300), sedangkan perubahan RA dan pemendekan radius (RL)

tidak begitu berpengaruh pada fungsi pergelangan tangan. Rhycak dan kawan-kawan,

menyatakan bahwa adanya residual dorsal tilt > 100 tidak akan menimbulkan gangguan

yang nyata pada gerakan dorsi dan palmar fleksi, dan pemendekan radius 2-6 mm tidak

menimbulkan gangguan pada pronasi dan supinasi. Sedangkan menurut Kapanji, kalau

terjadi perubahan sumbu radio ulnar distal, apakah itu akibat perubahan radial angle atau

volar angle akan menimbulkan subluksasi / dislokasi yang mengakibatkan gerakan

pronasi dan rotasi akan terbatas dan nyeri.

4. Arthrosis

Lebih sering terjadi pada sendi radio ulnar dari pada radio carpalia terutama pada

Frykman. Arthrosis ini terjadi karena mal-alignment dari sigmoid dengan kapitulum ulna,

imobilisasi dalam posisi pronasi yang lama serta adanya pemendekan radius.

5. Shoulder Hand Syndrome

Dikenal dengan upper limb dystrophy / pain dysfunction dengan gejala

sympathetic dominan seperti perubahan suhu, nyeri, kekakuan pada tangan. Hal ini terjadi

akibat adanya carpal tunnel syndrome, arthrosis dan malunion.

6. Stiff Hands

Akibat arthro-fibrosis atau perlengketan tendon fleksor dengan manifestasi berupa

oedema jari-jari tangan disertai gangguan pergelangan tangan.

63

Page 64: 22938507-fraktur-colles 2

7. Sudeck Dystrophy

Adalah suatu istilah yang luas dengan nyeri dan kaku pada jari-jari berhubungan

dengan post trauma refleks dystrophy, post trauma sympathetic dystrophy, shoulder hand

syndrome, osteoneurodystrophy dan causalgic syndroma. Insidens pada Colles’ fraktur

0,1-16% dan kita duga bila rasa sakit, pembengkakan, kekakuan sendi melebihi dari

derajat trauma.

Terdapat 3 tahap dari Sudeck dystrophy :

Tahap I : Puffy oedem, kemerahan, rasa sakit yang berlebihan,hiperestesia,

hiperhidrosis, gerakan sendi berkurang, x-ray spotty demineralization setelah 3 minggu.

Tahap II : Pembengkakan yang fusiform, kulit yang mengkilat, rasa sakit yang

meningkat dan difus, banyak keringat, kemerahan, gerakan makin menurun, sendi

menjadi kaku,benjolan akut akibat palmar fasciitis, atrofi jaringan subkutaneus, kuku

rapuh.

Tahap III : Tangan pucat, dingin dan kering, kulit tipis, kaku dan mengkilap, neuralgia

yang menyebar, tangan yang kaku, demineralisasi yang difus dari tulang.

Etiologi tidak jelas.

Faktor yang harus dipertimbangkan :

• Symphatetic over activity

• Reflex vasomotor

• Insufisiensi peredaran darah

• Trauma waktu reposisi fraktur

• Bengkak

• Re-reposisi

• Penggantian cast yang sering

64

Page 65: 22938507-fraktur-colles 2

• Malunion

• Faktor psikologis

• Faktor endogen

8. Malunion

Tidak ada kriteria yang jelas. Kebanyakan terjadi akibat redislokasi dan

kemungkinan menyebabkan limitasi gerak, deformity kosmetik dan rasa sakit. Terapi :

wedge osteotomy.

9. Hilangnya integritas radioulnar

Gejalanya meliputi gerakan supinasi dan pronasi yang terhambat dan sakit kadang

disertai bunyi ‘klik’, kelemahan menggenggam, rasa sakit yang menetap pada penekanan

di daerah distal ulna dan sendi radioulna, penonjolan distal ulna, dan kelemahan dari

sendi radioulna distal. Frykman menemukan insidens sebanyak 19% dan menyatakan ini

merupakan penyebab penting dari ketidak-puasan akan hasil akhir fungsional.

10. Arthritis post trauma

Tidak ada kesepakatan mengenai definisi arthritis di sini. Klinis : rasa sakit pada

gerakan dan gangguan gerakan. X-ray : penyempitan rongga sendi, sclerosis, subchondral

clearing, osteofit. Insidens bervariasi mulai 5-40%, terutama terjadi setelah fraktur

intraartikuler.

Terapi dapat berupa :

• fusi pergelangan tangan

• proximal row carpectomy

• total prostetic arthroplasty

11. Gangguan gerakan dan fungsi

65

Page 66: 22938507-fraktur-colles 2

Defek permanen yang sering adalah menurunnya kemampuan volar fleksi 95%

kasus menurut Cooney. Frykman menemukan hilangnya kekuatan menggenggam pada

24-25%, kekakuan sendi pada 1-18%. Bunger menemukan 80% dengan penurunan

kekuatan pronasi dan supinasi, tidak berhubungan dengan derajat malunion.

12. Kontraktur Dupuytrens

Insidens 0,2-3%. Klinis berupa palmar nodulus dan band.

PENCEGAHAN

1. Olah raga teratur

2. Konsumsi kalsium dan vitamin yang sesuai kebutuhan

3. Menghindari terjadinya trauma

PENYEMBUHAN TULANG

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru

diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima

stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel

darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya

kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti

sama sekali.

2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler

66

Page 67: 22938507-fraktur-colles 2

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang

berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel

yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah

osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah

tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung

selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan

keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini

dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi

sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,

membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang

yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur

berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4) Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah

menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos

melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-

celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat

dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang

normal.

5) Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa

bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan

tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang

tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk,

dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. (Black, J.M, et al, 1993 dan

Apley, A.Graham,1993)

67

Page 68: 22938507-fraktur-colles 2

KOMPETENSI DOKTER UMUM

3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan

laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,

serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

DAFTAR PUSTAKA

68

Page 69: 22938507-fraktur-colles 2

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester,

Edisi 8. EGC : Jakarta.

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. ed : Hartanto, Huriawati, dkk.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://medlinux.blogspot.com/2008/07/fraktur-coles.html

Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius:Jakarta

Rasjad, chairuddin, prof.2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang : Yarsif Watampone

69