Upload
nurul-kholifah
View
14
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknologi UV pada limbah cair
Citation preview
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK MENJADI AIR
BERSIH DAN AIR MINUM DENGAN SISTEM BERBASIS BIOSAND FILTER DAN
LAMPU ULTRAVIOLET
OLEH
KELOMPOK 2
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Amanda Dwi Oktaviani 101211131027
2. Nurul Widyawatiningtyas 101211133024
3. Muhammad Sudrajad 101211133048
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air bersih dalam kehidupan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Sebagai contoh yang
paling mudah tetapi paling penting adalah air untuk minum. Tanpa minum manusia tidak
akan bisa hidup. Namun pada kenyataannya masih banyak penduduk yang sangat sulit
dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari- sehari ataupun air untuk minum.
Sumber air sendiri dapat berasal dari mata air di pegunungan, danau, sungai, sumur, hujan,
dan lainnya. Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi
selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di dalamnya. Selain itu, air seringkali
juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya dan untuk itulah diperlukan
beberapa proses pengelolaan air dari air sungai, permukaan, hujan, dll hingga dapat
dijadikan sumber air bersih atau bahkan air untuk keperluan minum sehari-hari.
Pengolahan yang dimaksud dapat berupa pengolahan sederhana sampai lengkap
karena peningkatan kuantitas air merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin
maju taraf hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari
masyarakat tersebut. Kebutuhan air negara-negara yang sudah maju akan lebih besar dari
kebutuhan air untuk negara-negara yang sedang berkembang. Salah satu sistem
pengelolaan air yang akan dibahas dalam makalah ini adalah rancang bangun dengan
metode biosand filter untuk memproses air sungai menjadi air bersih yang langsung bisa
diminum. Untuk mendapatkan air sehat dari sumber air sungai maka diperlukan teknologi
penjernihan, sterilisasi dan dekontaminasi untuk mengolah air tersebut.
Meskipun kemajuan dan perkembangan teknologi untuk inaktivasi mikroba
(microbial) sudah semakin maju, masalah-masalah dibidang kesehatan, penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan makanan dan air, masih terus tumbuh dan berkembang baik di
negara maju dan negara berkembang. Banyak tipe-tipe bakteri, virus, protozoa, yeast dan
jamur yang bertanggung jawab terhadap penyakitpenyakit tersebut, serta banyak teknologi
dan metode dekontaminasi telah diteliti untuk mengurangi dan mengeliminasi patogen-
patogen tersebut.
2
Sterilisasi adalah proses untuk membunuh atau mengeliminasi suatu
mikroorganisme, dapat dicapai baik secara proses fisika maupun kimia. Selain itu terdapat
teknologi dekotaminasi berbasis cahaya adalah salah satu metode yang menjadi perhatian
untuk aplikasi dekontaminasi karena efektif dan cepat dalam proses transfer energi dan
cepat dalam proses membunuh mikroorganisme. Inaktivasi mikroba dengan menggunakan
cahaya ultraviolet sudah sangat dikenal dan terbukti ampuh digunakan untuk
mengeliminasi udara, air dan permukaan yang telah terkontaminasi dengan patogen di
lingkungan rumah sakit, industri makanan, fasilitas umum, pengolahan air bersih dan
produk-produk pertanian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan memanfaatkan
cahaya ultraviolet meliputi pemakaian cahaya ultraviolet untuk proses pengolahan
makanan cair, pengolahan makanan tradisional, proses dekontaminasi untuk pengemasan
secara vakum dan produk tanpa kemasan ayam tanpa tulang, pengolahan air limbah, dan
untuk proses dekontaminasi ruangan. Dari uraian mengenai penelitianpenelitian yang telah
dilakukan tersebut terlihat bahwa penelitian tentang pengembangan proses sterilisasi dan
dekontaminasi berbasis cahaya ultraviolet sangat penting untuk dilakukan terutama dalam
pengolahan sumber air untuk menghasilkan air bersih dan sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian limbah cair domestik?
2. Pengertian pengolahan limbah cair domestik?
3. Pengertian air bersih dan air minum?
4. Metode dalam pengelolaan air sungai menjadi air bersih?
5. Bagaimanakah standard kualitas air minum?
1.3 Tujuan Makalah
Untuk memahami dan mengetahui pengertian tentang limbah cair domestik serta
manfaat dalam melakukan pengelolaan limbah cair dari air sungai menjadi air minum yang
aman untuk di komsumsi, serta mengetahui bagaimana tahapan dalam melakukan
pengelolaan tersebut dan metode apa yang digunakan.
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Limbah cair domestik
Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomi bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang positif termasuk limbah domestik. Menurut sumbernya
limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu : limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari
perumahan, perdagangan, dan rekreasi, limbah industri, dan limbah rembesan dan limpasan
air hujan. Sesuai dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat
bervariasi bergantung kepada bahan dan proses yang dialaminya. (Sugiharto, 1987)
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 yang dimaksud
dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama. Menurut Martopo (1987) dalam Sunarsih (2013), limbah domestik atau limbah
rumah tangga terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur.
Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam
banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-
bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid.
Menurut Ehless dan Steel yang dikutip oleh Sudarmaji (2006), air limbah adalah cairan
buangan yang berasal dari rumah tangga, industri dan tempat-tempat umum lainnya yang
biasanya mengandung bahan dan zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa air limbah domestik dapat didefinisikan sebagai cairan
atau limbah yang dibawa zat cair dari rumah tangga dan industri, bersama dengan air
tanah, air permukaan. Limbah cair tersebut berasal dari toilet, bak cuci, air mandi, buangan
dari mesin cuci serta proses industri dan kadang air buangan (sewage). Hasil penelitian
menyebutkan bahwa limbah cair merupakan sumber air kedua yang ada di badan air
(sungai, danau, laut, dan sebagainya).
4
2.2 Pengertian Pengolahan limbah cair domestik
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, pengolahan air limbah domestik terpadu adalah
sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara bersama-sama (kolektif) sebelum
dibuang ke air permukaan.
Pengolahan Limbah Cair Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment). Tujuan utama dari tahap ini
adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi pengolahan air
limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air dari
partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir,
kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment). Tujuan pengolahan yang dilakukan pada
tahap ini adalah menghilangkan partikelartikel padat organik dan organik melalui
proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat akan mengendap
(disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas /
permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment). Pada tahap ini air limbah diberi
mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material
organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang umum digunakan
pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment). Fokus dari pengolahan akhir adalah
menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar
ultraviolet.
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment). Pengolahan lanjutan diperlukan untuk
membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk
menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
5
2.3 Air bersih dan Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, yang dimaksud dengan air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
2.4 Metode dalam pengelolaan air sungai menjadi air bersih
1. Metode Sand Filtration
Slow sand filtration adalah proses merembeskan air secara perlahan melalui
tumpukan pasir berpori, dengan air masuk di atas permukaan filter, dan kemudian
dikeringkan di bawah. Filter terdiri dari tangki, hamparan pasir halus, lapisan kerikil
untuk mendukung pasir, sistem underdrains untuk mengumpulkan air yang telah
disaring, dan regulator arus untuk mengontrol laju filtrasi. Tidak ada bahan kimia yang
ditambahkan untuk membantu proses filtrasi. (Lahlou, 2000)
2. Metode reverse osmosis
Metode reverse osmosis adalah teknik penjernihan air dengan membran reverse
osmosis yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001 mikron, yang akan
berfungsi menurunkan total dissolved solids (TDS) dalam air. Membran ini terbuat dari
bahan semipermeable dan mampu menyaring kandungan logam, virus dan bakteri
dalam air. (Puretec Industrial Water, 2013)
3. Metode ultraviolet
UV light disinfection digunakan untuk proses sterilisasi dan dekontaminasi air
yang telah diproses dalam biosand filter dan membran reverse osmosis. Sistem ini
menjamin air minum yang dihasilkan adalah benar-benar layak diminum, atau sistem
ini menjamin tidak ada lagi kandungan bakteri dan virus dalam air apabila seluruh
sistem dalam proses penyaringan air secara mekanik masih menghasilkan kandungan
6
bakteri atau virus. Dalam sistem ini cahaya ultraviolet dihasilkan dari lampu dengan
panjang gelombang pada daerah UV-C (254 nm). (Lahlou, 2000)
Mekanisme kerja alat sinar UV setelah filter air adalah melepaskan poton yang
akan diserap oleh DNA mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan DNA sehingga
proses replikasi DNA akan terhambat. Pada keadaan ini, mikroorganisme akan mati
secara perlahan karena tidak dapat mengatur metabolisme sel dan tidak dapat
berkembang biak. DNA yang tersusun dari rantai dasar nitrogen berupa purine dan
pyrimidine dimana purine terdiri dari adenine dan guanine, sedangkan pyrimidine
terdiri dari thymine dan cytosine. Dalam proses penyerapan poton oleh DNA, energi
yang dimiliki oleh poton akan mengakibatkan terputusnya rantai hidrogen yang
menghubungkan antara thymine dan cytosine yang mengakibatkan kerusakan DNA.
Jumlah daya radiasi cahaya adalah jumlah radiasi cahaya tertentu yang diterima
suatu benda setiap detik. Jumlah daya radiasi cahaya dapat dihitung dengan persamaan
(Escobal, 2000):
D = I x t
dimana :
D = jumlah daya radiasi
I = intensitas cahaya (mikrowatt/cm2)
t = waktu (detik)
Suatu cahaya ultra violet mempunyai sifat dapat membunuh jasad renik (bakteri, virus
dan protozoa). Sedangkan jumlah daya radiasi dari cahaya ultra violet tersebut yang
diperlukan untuk membunuh suatu jasad renik, dikenal sebagai "Dosis Zap", setelah
melalui suatu penelitian didapatkan hasil seperti terdapat pada Tabel 1. Suatu filter
Cahaya Ultra Violet (UV) yang didisain dengan baik akan dapat memberikan dosis
yang tepat, sehingga akan memberikan keuntungan dalam mengelola suatu akuarium
dengan berhasil. Cahaya ultra violet didapat dari tabung lampu ultra violet yang
berbentuk tabung kaca, bila dialiri listrik akan mengeluarkan cahaya ultra violet
(cahaya keungu-unguan).
7
Tabel 1. Dosis Zap (dalam mikrowatt-detik/cm2) Lampu UV
NO JENIS
MIKROORGANISME/ORGANISME
KEKUATAN
SINAR
I Bakteri
1 Baccilus anthracis 8.700
2 Baccilus megatherium sp (veg) 2.500
3 Baccilus megatherium sp (spora) 5.200
4 Baccilus paratyposus 6.100
5 Baccilus subtilis (campuran) 11.000
6 Baccilus subtilis (spora) 22.000
7 Clostridium tetani 22.000
8 Corynebacterium, Deptheriae 6.500
9 Dysentery bacilli 4.200
10 Eberthella typhosa 4.100
11 Escehercia coli 6.600
12 Micrococcus candidus 12.300
13 Micrococcus piltonensis 15.000
14 Micrococcus sphareoides 15.400
15 Mycobacterium tuberculosis 10.000
16 Neisseria catarrhalis 8.500
17 Phytomonas tumefaciens 8.500
18 Proteus vulgaris 6.600
19 Pseudomonas aerugenosa 10.500
20 Pseudomonas flourescens 6.600
21 Salmonella 10.000
22 Salmonella enteriditis 7.600
23 Salmonella typhimurium 15.200
24 Sarcina lutea 26.400
25 Serratia marcescens 6.160
26 Shigilla paradysenterlae 3.400
27 Spirillum rubsum 6.160
28 Staphylococcus albus 5.700
29 Staphylococcus aureus 6.600
30 Streptococcus hemolitycus 5.500
31 Streptococcus lactis 8.800
32 Streptococcus virdans 3.800
II Yeast
1 Saccharomyces elipsoideus 13.200
2 Saccharomyces sp 17.600
3 Saccharomyces cerevisiae 13.200
4 Yeast brewer 6.600
5 Yeast baker 8.800
6 Yeast kue umum 13.200
III Spora
1 Penicillium roqueforti 26.400
2 Penicillium exopansum 22.000
3 Penicillium digitatum 88.000
4 Aspergillus glaucus 88.000
5 Aspergillus flavus 99.000
6 Aspergillus niger 330.000
7 Rhisopus nigricans 220.000
8 Mucor racemosus A 35.200
8
NO JENIS
MIKROORGANISME/ORGANISME
KEKUATAN
SINAR
9 Mucor racemosus B 35.200
10 Oospora lactis 11.000
IV Virus
1 Bacteriophages (E. coli) 6.600
2 Tobacco mosaic 440.000
3 Influenza 6.800
V Protozoa
1 Paramecium 200.000
2 Telur Nematoda 92.000
3 Chorella vulgaris (alga) 22.000
VI Jamur (Fungi) 45.0
2.5 Standard kualitas air minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum menyebutkan
bahwa dalam rangka pengawasan air minum maka parameter kualitas air minimal yang
perlu diuji adalah sebagai berikut:
1. Parameter wajib yang berhubungan langsung dengan kesehatan meliputi parameter
mikrobiologi seperti E.coli, total koliform, dan kimia an-organik seperti arsen, fluoride,
total kromium, kadmium, nitrit, nitrat sianida dan selenium.
2. Parameter wajib yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan meliputi
parameter fisik seperti bau, warna, jumlah zat padat terlarut, rasa, suhu, kekeruhan, dan
parameter kimiawi seperti aluminium, besi, kesadahan, khlorida, mangan, pH, seng,
sulfat, tembaga, amonia.
3. Parameter tambahan berupa parameter kimiawi dan radioaktivitas.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Perancangan Biosand Filter
Biosand filter hasil penelitian ditunjukkan pada gambar di bawah. Biosand filter
dibuat dengan menggabungkan filter pasir dan filter batuan yang diletakan dengan model
lapis demi lapis. Hal itu dilakukan agar pasir dan batuan dapat menyaring kotoran air mulai
dari yang makro hingga kotoran mikro, selain itu juga di dalam biosand filter diberi karbon
aktif yang berfungsi sebagai penghilang bau, biosand juga dapat berfungsi untuk
mengurangi bakteri yang terkandung dalam air.
Gambar 1. Desain Filter Biosand yang telah dibuat
10
Satu kali penyaringan dalam satu buah biosand filter, kurang memberikan hasil yang
optimum pada air limbah domestik yang akan disaring. Hal ini terlihat pada hasil
percobaan tahap sebelumnya bahwa hasil uji laboratorium menyatakan air sungai hasil
penyaringan satu buah biosand saja tidak layak sebagai air minum tetapi masih layak
sebagai air bersih. Oleh karena itu pada percobaan ini, air limbah domestik disaring
sebanyak dua kali dalam dua biosand Filter.
Setiap lapisan filter mempunyai fungsi masing masing dan sesuai dengan
ketebalannya. Bakteri pathogen yang terkandung dalam air akan terperangkap dalam ruang
antara butir pasir dan kerikil. Urutan lapisan yang pertama adalah pasir setebal 28 cm
berfungsi untuk mengikat kotoran kotoran mikroorganisme, urutan yang kedua adalah
karbon aktif untuk menghilangkan bau pada air, penghilangan warna, bau penghilangan
resin, urutan yang ketiga yaitu pasir lagi setebal 5 cm yang berfungsi untuk menyaring sisa
sisa mikro organisme yang masih tertinggal. Urutan keempat adalah kerikil dengan tebal 5
cm, kerikil ini berfungsi untuk menahan pasir-pasir yang mengalir pada air, penyaring
setelah pasir aktif. Urutan kelima yaitu zeolite dengan ketebalan 5 cm. Zeolite ini berfungsi
sebagai filter kimia. Karena zeolite merupakan salah satu penukar ion alami yang banyak
tersedia. Sehingga zeolite dapat digunakan sebagai penghilang polutan kimia, dan juga
dapat mengikat bakteri E. Coli. Dan urutan terakhir yaitu gravel dengan ketebalan 12 cm.
gravel ini berfungsi sebagai lapisan penahan pada filter pasir, filter zeolit maupun filter
karbon aktif. Semua bahan ini diletakkan secara berurutan pada tabung besar yang
berukuran tinggi 85 cm dan diameter 30 cm. Di atas tabung terdapat tutup tabung agar
dapat mencegah kontaminasi dan hama yang tidak diinginkan tidak dapat masuk kedalam
tabung filter, dan diantara tutup tabung dengan pasir terdapat saringan alumunium yang
berfungsi untuk membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada pada air
keruh.
11
Gambar 2. Proses penyaringan dari air sungai menjadi air bersih
3.2 Hasil proses pengolahan air limbah domestik menjadi air minum
Bagan dari proses pengolahan limbah cair domestik menjadi air bersih terlihat pada
gambar di atas. Sementara itu proses pengolahan air bersih yang berasal dari biosand filter
menjadi air yang siap minum melalui proses sterilisasi dengan teknologi reverse osmosis
dan proses dekotaminasi pada reaktor Ultraviolet ditunjukan oleh gambar di bawah.
12
Gambar 3. Proses pengolahan air bersih menjadi air siap minum
Reverse Osmosis ini merupakan metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai
molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan
ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat
pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat
selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil
dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-
ion.
Membran semipermeabel merupakan membran berpori yang dapat dilewati oleh
pelarut (air) namun tidak dapat dilewati zat terlarut. Membran dengan ukuran lubang pori-
pori yang dimilikinya sangat kecil mencapai 0,0001-0,0006 mikron (1 mikron = 1/1000
mm).
Setelah melalui proses reverse osmosis, selanjutnya air dialirkan ke dalam sterilisator
ultra violet agar seluruh bakteri atau mikroorganisme yang ada dalam air dapat dibunuh
secara sempurna. Air yang keluar dari sterilisator ultra violet merupakan air hasil olahan
yang dapat langsung diminum.
13
3.3 Hasil Uji Air
Biosand filter dan RO (Reverse Osmosis) diharapkan dapat menghilangkan 90-99%
dari pathogen yang ditemukan dalam air. Sebuah percobaan pernah dilakukan dengan
menggunakan air dari bantaran air sungai Jagir, Surabaya. Hasil uji laboratorium yang
dikeluarkan oleh Balai Besar Laborotarium Kesehatan Surabaya (BBLKS) sebagai berikut.
Gambar 4. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih
14
Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih
Gambar 6. Hasil Pengujian Contoh Air Bersih
Dari hasil yang ditunjukan, terlihat bahwa air bersih hasil pengolahan biosand filter
telah memenuhi standard air bersih secara uji fisika dan kimia tetapi masih kurang
memenuhi syarat secara hasil uji mikrobiologi. Hal ini dikarenakan biosand filter yang
digunakan tidak kontinyu digunakan. Sehingga sebagai filter biologi belum bekerja
maksimal dalam menyaring bakteri pathogen.
Hasil pengujian air yang telah melalui proses penyaringan biosand filter, reverse
osmosis dan reaktor Ultraviolet ditunjukkan oleh gambar di bawah. Hasilnya menujukkan
bahwa air minum yang dihasilkan memenuhi standard secara mikrobiologi dan uji fisika
dan kimia.
15
Gambar 7. Hasil Pengujian Contoh Air Minum
Gambar 8. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Minuman
16
BAB IV
KESIMPULAN
Air limbah domestik dapat didefinisikan sebagai cairan atau limbah yang dibawa zat cair
dari rumah tangga dan industri, bersama dengan air tanah, air permukaan. Limbah cair tersebut
berasal dari toilet, bak cuci, air mandi, buangan dari mesin cuci serta proses industri dan kadang
air buangan (sewage). Salah satu manfaat dalam pengelolaan air sungai menjadi air minum
karena keterbatasan manusia dalam mengakses air bersih dan air minum untuk kebutuhan sehari-
hari, selain itu metode pengelolaan air sungai menjadi air minum dirasa perlu untuk menambah
ketersediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengelolaan air sungai menjadi air
minum adalah biosand dan lampu ultraviolet. Slow sand filtration adalah proses merembeskan
air secara perlahan melalui tumpukan pasir berpori, dengan air masuk di atas permukaan filter,
dan kemudian dikeringkan di bawah. Sedangkan metode UV light disinfection digunakan untuk
proses sterilisasi dan dekontaminasi air yang telah diproses dalam biosand filter dan membran
reverse osmosis. Sistem ini menjamin air minum yang dihasilkan adalah benar-benar layak
diminum, atau sistem ini menjamin tidak ada lagi kandungan bakteri dan virus dalam air apabila
seluruh sistem dalam proses penyaringan air secara mekanik masih menghasilkan kandungan
bakteri atau virus.
17
Daftar Pustaka
Endarko, dkk. 2013. Rancang Bangun Sistem Penjernihan dan Dekontaminasi Air
Sungai Berbasis Biosand Filter dan Lampu Ultraviolet. Jurnal Berkala Fisika
Vol. 16, No. 3. Juli 2013.
Escobal, P.R., 2000. Aquatic Systems Engineering: Devices and How They Function.
2nd ed. Oxnard: Dimension Engineering Press.
Idaman Said, Nusa. 2009. Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum dengan Proses
Biofiltrasi, Ultrafiltrasi, dan Reverse Osmosis (RO) dengan Air Baku Air
Sungai. Vol. 5. No.2: Jakarta Pusat. Pusat Teknologi Lingkungan BPP
Teknologi.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Lahlou, M., 2000. [Online] Available at: 1 [Accessed 7 April 2015].
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
Puretec Industrial Water, 2013. [Online] Available at:
http://puretecwater.com/resources/basics-of-reverse-osmosis.pdf [Accessed 7
April 2015].
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press.
Sunarsih, 2013. Permodelan Lingkungan Kualitas Air Limbah Domestik pada Kolam
Stabilisasi Fakultatif. Disertasi. Semarang: Universitas Diponegoro.