106
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam persaingan global yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan sangat penting. Oleh karena itu produktivitas tinggi harus menjadi salah satu target dalam kegiatan industri manufaktur sekarang ini. Peningkatan daya saing produk manufaktur memerlukan inovasi teknologi, efisiensi dan produktivitas yang optimal. Peningkatan daya saing juga menuntut intensitas pekerja operasional dan waktu kerja yang optimal. Gangguan operasional industri manufaktur dapat disebabkan karena cara-cara kerja yang buruk akibat kekurangan keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya informasi tentang bahan-bahan yang berbahaya dan mesin-mesin yang beresiko tinggi akan menimbulkan kerugian tidak hanya produksi tetapi juga peningkatan bahaya. Kerugian produksi dan kerugian meteril lainnya akibat dari terjadinya kecelakaan, kecelakaan kerja

3. BAB I - BAB III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. BAB I - BAB III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam persaingan global yang semakin berat dan dinamis,

produktivitas mempunyai peranan sangat penting. Oleh karena itu

produktivitas tinggi harus menjadi salah satu target dalam kegiatan

industri manufaktur sekarang ini. Peningkatan daya saing produk

manufaktur memerlukan inovasi teknologi, efisiensi dan produktivitas yang

optimal. Peningkatan daya saing juga menuntut intensitas pekerja

operasional dan waktu kerja yang optimal. Gangguan operasional industri

manufaktur dapat disebabkan karena cara-cara kerja yang buruk akibat

kekurangan keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya informasi tentang

bahan-bahan yang berbahaya dan mesin-mesin yang beresiko tinggi akan

menimbulkan kerugian tidak hanya produksi tetapi juga peningkatan

bahaya. Kerugian produksi dan kerugian meteril lainnya akibat dari

terjadinya kecelakaan, kecelakaan kerja tidak akan terjadi jika budaya K3

terus menerus dikembangkan di perusahaan industri. (Suma’mur, 1996).

Budaya K3 ini dapat dikembangkan dari lingkungan kerja yang

aman, nyaman, dan disiplin pekerja yang tinggi. Rasa aman dan

ketentraman akan dapat meningkatkan kegairahan bekerja yang

berdampak langsung terhadap peningkatan mutu kerja, peningkatan

produksi dan produktivitas, sehingga bukan hanya memberi keuntungan

bagi perusahaan tetapi juga bagi bangsa dan negara. (Suma’mur, 1996).

Page 2: 3. BAB I - BAB III

Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang

telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap)

tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan

yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa “Setiap

perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat

proses atau bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat

menyebabkan kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran

dan penyakit akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan

sistem manajemen K3.” (Permenaker No.05/MEN/1996 pasal 3).

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah

satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kinerja (performen)

merupakan resultan dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja

dan lingkungan. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka dapat dicapai

suatu derajat peningkatan produktivitas yang optimal. Sebaliknya apabila

terjadi ketidak serasian maka dapat menimbulkan masalah kecelakaan

kerja, kesehatan kerja yang akhirnya akan menurunkan produktivitas

kerja. (Suma’mur, 1996).

Sistem manajemen K3 juga dinyatakan dalam Undang-undang

Tenaga Kerja yang disahkan (UU No. 13/ 2003), yaitu pada pasal 86 dan

pasal 87. Pada pasal 86, undang-undang tersebut menetapkan bahwa

setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

2

Page 3: 3. BAB I - BAB III

atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan atas moral dan

kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia serta nilai-nilai agama. Pada pasal 87, undang-undang tersebut

menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus menerapkan system

manajemen K3, untuk diintegrasikan dalam sistem manajemen umum

perusahaan.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri

masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari

tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka

kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil,

sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan

angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh

kemampuansumberdaya manusia dan dana yang tersedia.

Sesuai dengan Pasal 2 Permenaker No.05/MEN/1996, tujuan dan

sasaran penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat

kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif.

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka

perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien

melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Namun

pengendalian secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu sendiri

3

Page 4: 3. BAB I - BAB III

yang paling efektif (Siswanto, 1983). Oleh karena itu sudah menjadi

kewajiban perusahaan melaksanakan dan menerapkan peraturan

perundangan nasional maupun internasional tentang Keselamatan dan

kesehatan kerja guna mencapai keselamatan, kesehatan serta

kesejahteraan bagi tenaga kerja dan masyarakat sekitar.

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

merupakan salah satu perusahaan BUMN bergerak dibidang eksplorasi

dan produksi minyak bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur.

PT.Pertamina EP Field Tarakan termasuk perusahaan besar dengan

risiko tinggi, memiliki tenaga kerja diatas 100 orang dan harus

menerapkan SMK3.

Perusahaan menyadari pentingnya penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan guna mendukung segi

operasional serta untuk pemenuhan tuntutan yang tinggi dari para

pelanggan akan standar pengelolaan keselamatan kesehatan kerja dan

lingkungan. Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan praktek kerja

lapangan/magang di PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan

Field Tarakan.

4

Page 5: 3. BAB I - BAB III

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan pada latar belakang,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Gambaran Umum PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan ?

2. Bagaimana Gambaran Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan ?

3. Apa saja faktor bahaya dan potensi bahaya di PT.Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan serta bagaimana

upaya pengendalian yang terdapat di perusahaan ?

C. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya magang di PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan adalah :

1. Untuk mengetahui Gambaran Umum PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan.

2. Untuk mengetahui Gambaran Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan.

3. Untuk mengetahui faktor bahaya dan potensi bahaya di

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

serta upaya pengendalian yang terdapat di perusahaan.

.

5

Page 6: 3. BAB I - BAB III

4. Manfaat

Dari pelaksanaan kegiatan magang yang telah dilakukan, dapat

memberi manfaat bagi:

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menambah wawasan mahasiswa dalam ilmu keselamatan

dan kesehatan kerja.

b. Dapat mengetahui penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

di perusahaan.

c. Dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya serta upaya

pengendalian yang terdapat di perusahaan.

d. Dapat mengetahui aplikasi ilmu keselamatan dan kesehatan

kerja dengan penerapan yang ada di perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai pembanding dan masukan terhadap upaya penanganan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sehingga efisiensi dan efektifitas

perusahaan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Mulawarman

a. Mendapatkan informasi mengenai penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.Pertamina EP

Field Tarakan.

6

Page 7: 3. BAB I - BAB III

b. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan peningkatan proses belajar dan mengajar.

7

Page 8: 3. BAB I - BAB III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah merupakan segala sarana dan upaya

untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja (Silalahi, 1995). Dalam

hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin, alat kerja

dalam proses landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi

keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi

keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan

melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat

digunakan secara efisien.

Keselamatan kerja diutamakan dalam bekerja untuk menghindari

terjadinya kecelakaan. Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan dapat

diartikan sebagai suatu peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak diduga,

yang kejadiannya dapat menyebabkan timbulnya bencana atau kerugian.

Pengertian dari kecelakaan adalah suatu peristiwa yang dapat merusak

suatu rencana yang telah dibuat atau direncanakan sebelumnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia

pada umumnya. Secara disiplin ilmu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

diartikan sebagai “ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis

8

Page 9: 3. BAB I - BAB III

untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan”.

Secara hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan

sebagai “Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang

lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keaaan yang sehat

dan selamat serta sumbersumber proses produksi dapat dijalankan

secara aman, efisien dan produktif”.

Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam

usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas,

karena dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh peraturan

perundang-undangan tetapi juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu,

terutama ilmu keteknikan dan ilmu kedokteran.

Adapun tujuan dari keselamatan dan kesehatan karja menurut

Suma’mur 1989 antara lain :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatakan produksi

serta produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.

9

Page 10: 3. BAB I - BAB III

B. Faktor Bahaya

Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja

yang dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja berupa

Faktor Kimia, Fisik, Biologi dan Fisiologis.

C. Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau

berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cedera, penyakit,

kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional

yang telah ditetapkan.

D. Identifikasi Faktor dan Potensi Bahaya

Identifikasi faktor dan potensi bahaya merupakan suatu proses

aktivitas yang dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian

yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja.

E. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang

jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun

korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang

berkaitan dengan pekerjaan.

10

Page 11: 3. BAB I - BAB III

Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan terbagi menjadi

dua yaitu kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak langsung.

Kecelakaan langsung merupakan kecelakaan yang akibatnya langsung

tampak atau terasa. Sedangkan kecelakaan tidak langsung adalah

kecelakaan yang akibatnya baru tampak atau terasa setelah ada selang

waktu dari saat kejadiannya (Suma’mur, 1989).

Berdasarkan dari sisi korbannya, kecelakaan juga terbagi menjadi

dua yaitu kecelakaan dengan korban manusia dan kecelakaan tanpa

korban manusia. Kecelakaan dengan korban manusia juga terbagi lagi

menjadi tiga bagian yaitu kecelakaan diukur berdasarkan besar-kecilnya

kerugian material, kekacauan organisasi kerja, maupun dampak negatif

yang diakibatkannya (Suma’mur, 1989).

Manusia juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan kerja

atau tingkah laku tidak aman. Adapun faktor penyebab tingkah laku tidak

aman yaitu faktor kebiasaan, emosi atau psikologi dan kurang terampil.

(Suma’mur, 1989), menyimpulkan bahwa kurang lebih 80 % kecelakaan

kerja disebabkan oleh tingkah laku dan kelalaian manusia yang tidak

aman.

Mesin atau alat produksi juga merupakan penyebab kecelakaan

kerja. Hal ini dapat disebabkan karena bagian-bagian mesin selalu

bergerak dan berputar. Dan pergeseran pada mesin atau alat produksi

dapat menimbulkan suhu yang tinggi sehingga bila kontak bahan yang

mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran. Selain manusia dan

mesin, lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi kecelakaan kerja.

11

Page 12: 3. BAB I - BAB III

Hubungan mesin dengan operator atau manusia sangat berpengaruh

sekali karena mesin dapat menimbulkan suatu kecelakaan apabila

seorang operator mengalami keteledoran dalam menjalankan mesin atau

alat produksi.

Sebagaimana telah disinggung, faktor manusia merupakan faktor

utama kecelakaan kerja. Suma’mur ( 1989 ), mengungkapkan bahwa

perubahan manusia setiap waktu menimbulkan atau mengurai kecelakaan

kerja. Akibatnya dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka

pencegahannya. Akibat kecelakaan kerja juga dapat dibagi atas dua

kategori besar yakni kerugian bersifat ekonomis dan kerugian bersifat non

ekonomis. Maksud utama dari analisa adalah untuk memberikan jawaban

mengapa kecelakaan dapat terjadi, sehingga dapat ditentukan bagaimana

agar kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi (Suma’mur,1989).

Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) sangat dibutuhkan dalam

kegiatan industri, hal-hal yang melatar belakangi yaitu bahwa setiap

aktifitas industri selalu mengandung bahaya dan risiko keselamatan dan

kesehatan kerja, bahaya dan risiko tersebut akan menimbulkan

konsekuensi, apabila K3 tidak dikelola dengan baik, maka akan

menimbulkan kerugian.

Kerugian-kerugian tersebut berupa aset perusahaan dari yang

paling ringan sampai kepada kehancuran, dari sisi pekerja dari cacat /

sakit yang teringan sampai kepada korban jiwa, sedangkan dari segi

lingkungan dari tingkat pencemaran ringan sampai bencana.

12

Page 13: 3. BAB I - BAB III

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu menciptakan kondisi

kerja yang aman dan sehat sehingga mencegah terjadinya luka-luka,

penyakit, dan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian baik material

maupun non material, mencegah terjadinya penurunan kesehatan atau

gangguan lainnya (cacat, cidera) pada pekerja yang diakibatkan oleh

potensi bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, serta menciptakan

keserasian antara pekerja dengan pekerjaan maupun lingkungan kerjanya

baik secara fisiologis maupun psikologis untuk meningkatkan kapasitas,

kinerja dan produktivitas kerja. Tujuan akhir dari keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu ‘ hidup yang berkualitas ‘ yang berarti sehat fisik,

mental, sosial, spiritual.

Maksud dari ‘ hidup yang berkualitas ‘ yaitu tidak menderita cacat,

tidak menderita sakit, tidak terjadi “kematian prematur”, usia harapan

hidup tinggi, memiliki kapasitas kerja yang tinggi, mampu menikmati masa

pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun setelah purna karya.

F. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebut

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

13

Page 14: 3. BAB I - BAB III

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman

(Permenaker No : PER. 05/MEN/1996).

Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah

ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3

(Soemaryanto, 2002).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

PER.05/MEN/1996 disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) adalah suatu pernyataan tertulis yang dibuat melalui

proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang memuat

keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3,

kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan

operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau

pengurus. Untuk pembuktian penerapan SMK3 perusahaan dapat

melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk menteri (Pasal 5 ayat 1

PER.05/MEN/1996).

Pedoman Penerapan SMK3 (Lampiran 1 Permenaker

No.05/MEN/1996) meliputi:

a. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen

terhadap K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai.

Pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen

terhadap K3 yang diwujudkan dalam:

14

Page 15: 3. BAB I - BAB III

1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

keputusan perusahaan,

2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana

sarana lain yang diperlukan di bidang K3,

3. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang

dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3,

4. Perencanaan K3 yang terkoordinasi,

5. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Beberapa hal tentang pembangunan dan pemeliharaan komitmen

antara lain:

1. Adanya kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas

menyatakan tujuan-tujuan K3 dan komitmen perusahaan dalam

memperbaiki kinerja K3,

2. Kebijakan yang ditanda tangani oleh pengusaha dan atau

pengurus,

3. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah

melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja,

4. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh

tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan

tata cara yang tepat,

5. Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3

yang bersifat khusus,

15

Page 16: 3. BAB I - BAB III

6. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara

berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan

dengan perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan.

b. Strategi pendokumentasian

Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap system

manajemen dan harus dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan

dan didokumentasikan serta diperbaharui apabila diperlukan. Perusahaan

harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya

yang efektif. Pendokumentasian SMK3 didukung kesadaran tenaga kerja

dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem kinerja

K3. Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas

kegiatan perusahaan.

Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus

diintegrasikan dalam keseluruhan dokumen yang ada. Perusahaan harus

mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk:

1. Menyatukan secara sistematis kebijakan tujuan dan sasaran K3,

2. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3,

3. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur,

4. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan

menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan,

16

Page 17: 3. BAB I - BAB III

5. Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk

perusahaan telah diterapkan.

Perencanaan dan rencana strategi K3 meliputi:

1. Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasi dan menilai potensi

bahaya dan risiko K3 yang berkaitan dengan operasi,

2. Perencanaan strategi K3 perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan

untuk mengendalikan potensi bahaya dan resiko K3 yang telah

terindentifikasi yang berhubungan dengan operasi,

3. Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau

tempat kerja tertentu telah dibuat,

4. Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan

K3 sebelumnya,

5. Rencana tersebut menetapkan tujuan K3 perusahaan yang dapat

diukur, menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya.

c. Peninjauan ulang disain dan kontrak

Peninjauan ulang disain dan kontrak meliputi:

1. Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya

dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan

perancangan atau perancangan ulang,

2. Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk,

pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun

selama tahap perancangan,

17

Page 18: 3. BAB I - BAB III

3. Petugas yang kompoten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi

bahwa perancangan memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan,

4. Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai

implikasi terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau

ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum

pelaksanaan,

5. Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan

menilai potensi bahaya K3 tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat,

di mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan

jasa dalam suatu kontrak,

6. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan

ulang kontrak oleh personil yang berkompoten,

7. Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat

memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan,

8. Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.

d. Pengendalian dokumen

Perusahaan harus menjamin bahwa:

1. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan

tanggung jawab di perusahaan,

2. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan dapat

direvisi,

3. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh

personil yang berwenang,

18

Page 19: 3. BAB I - BAB III

4. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap

perlu,

5. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan,

6. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

e. Pembelian

Spesifikasi pembelian barang dan jasa meliputi:

1. Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin

spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3 telah

diperiksa sebelum keputusan untuk membeli,

2. Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau

jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan K3

dicantumkan dalam spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan

peraturan perundangan dan standar K3 yang berlaku,

3. Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada

saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan K3

dicantumkan dalam spesifikasi pembelian

4. Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan

terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian,

serta ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana

produksi dan bahan kimia,

5. Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan

spesifikasi pembelian,

19

Page 20: 3. BAB I - BAB III

6. Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih

dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai resikonya,

7. Produksi yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan

dengan jelas.

f. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

Keamanan bekerja berdasarkan SMK3:

1. Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasikan bahaya yang

potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses

kerja,

2. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut

ditetapkan melalui tingkat pengendalian,

3. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan

diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas kerja yang

beresiko tinggi,

4. Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh

risiko yang teridentifikasi didokumentasikan,

5. Kepatuhan dengan peraturan, standar, ketentuan pelaksanaan

diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi

prosedur atau petunjuk kerja,

6. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang

berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan

untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang

ditunjuk,

20

Page 21: 3. BAB I - BAB III

7. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara

benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak dipakai,

8. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak

pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang

berlaku,

9. Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan

pada proses kerja,

10. Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan

dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk

kerja yang telah ditentukan,

11. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan

tingkat risiko tugas,

12. Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat

pengendalian,

13. Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit

akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan

saran-saran kepada pengurus,

14. Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi,Persyaratan tugas

tertentu, termasuk persyaratan kesehatan diidentifikasi dan dipakai

untuk menyeleksi dan penempatan tenaga kerja,

15. Penugasan pekerjaan harus didasarkan pada kemampuan dan tingkat

keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja,

16. Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui

daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk,

21

Page 22: 3. BAB I - BAB III

17. Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin

masuk,

18. Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai

dengan standar dan pedoman teknis,

19. Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus

dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis,

20. Penjadwalan pemeriksaan dan pemeriksaan sarana produksi serta

peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan

yang ditetapkan oleh peraturan perundangan standar dan pedoman

teknis.

g. Standar pemantauan

Standar pemantauan meliputi:

1. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja yang dilaksanakan secara

teratur,

2. Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga

kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi

bahaya,

3. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di

tempat yang diperiksa,

4. Daftar periksa chek list tempat kerja telah disusun untuk digunakan

pada saat inspeksi,

5. Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan

kebutuhan,

22

Page 23: 3. BAB I - BAB III

6. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya,

7. Pemantauan lingkungan tempat kerja dilaksanakan secara teratur dan

hasilnya yang dicatat dipelihara,

8. Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis,

radiasi dan psikologis,

9. Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,

pemeliharaan, penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji

mengenai kesehatan dan keselamatan,

10. Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten,

11. Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang

bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau,

12. Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan

kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk

membantu pemeriksaan ini,

13. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang

ditunjuk sesuai peraturan perundangan,

14. Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai

peraturan perundangan,

15. Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan

peraturan perundangan

23

Page 24: 3. BAB I - BAB III

h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan

Pelaporan dan perbaikan kekurangan meliputi:

1. Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil

perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap

K3,

2. Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana

ditetapkan oleh peraturan perundangan,

3. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana

ditetapkan oleh peraturan perundangan,

4. Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang dilaporkan,

5. Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh

petugas atau ahli K3 yang telah dilatih,

6. Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu

pelaksanaan usaha perbaikan,

7. Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk

melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan

penyelidikan,

8. Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat

terjadinya kecelakaan,

9. Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan

masalah K3 dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya.

24

Page 25: 3. BAB I - BAB III

i. Pengelolaan material dan pemindahannya

Pengelolaan material dan pemindahannya meliputi:

1. Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai

risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan

mekanis,

2. Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang

berkompeten,

3. Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian

risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau

mekanis,

4. Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan

terhadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran,

5. Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa bahan disimpan dan

dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku,

6. Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian

bahan yang dapat rusak dan kadaluarsa,

7. Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang

aman sesuai dengan peraturan perundangan,

8. Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai

penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya

yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan, standar dan

pedoman teknis,

25

Page 26: 3. BAB I - BAB III

9. Lembar data keselamatan bahan yang komprehensif untuk bahan-

bahan berbahaya harus mudah didapat,

10. Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian bahan-bahan

berbahaya,

11. Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan

peraturan perundangan dan standar yang berlaku,

12. Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan

secara aman bahan-bahan berbahaya,

13. Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan

mengenai cara penanganan yang aman,

14. Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang

berkompeten.

j. Pengumpulan dan penggunaan data

Pengumpulan dan penggunaan data meliputi:

1. Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi,

mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan

K3,

2. Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan

dipelihara pada tempat mudah didapat,

3. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga

kerahasiaan catatan,

4. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara,

26

Page 27: 3. BAB I - BAB III

5. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan rehabilitasi kesehatan

dipelihara,

6. Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa,

7. Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam

perusahaan.

k. Audit SMK3

Audit SMK3 meliputi:

1. Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa

kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah

kegiatan tersebut efektif,

2. Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan

independen di perusahaan

3. Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain

yang berkepentingan,

4. Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan

dipantau untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.

l. Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan

Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan meliputi:

1. Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3 telah

dilaksanakan,

2. Rencana pelatihan K3 telah disusun bagi semua tingkatan dalam

perusahaan,

27

Page 28: 3. BAB I - BAB III

3. Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemajuan dan

latar belakang pendidikan,

4. Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai

kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi

menurut peraturan perundangan yang berlaku,

5. Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan

pelatihan yang efektif,

6. Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh

pelatihan,

7. Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin

peningkatan secara berkelanjutan,

8. Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar

tetap relevan dan efektif,

9. Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam

pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan

prinsip-prinsip serta pelaksanaan K3,

10. Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan

peran dan tanggung jawab mereka,

11. Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga

kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan

tugasnya secara aman,

12. Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja termasuk tenaga

kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan

tugasnya secara aman,

28

Page 29: 3. BAB I - BAB III

13. Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua

tenaga kerja,

14. Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga

kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3,

15. Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan

teklimat kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin

keselamatan dan kesehatan,

16. Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap

peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus,

melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.

Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :

a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur

system operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan,

insiden dan kerugian-kerugian lainnya.

b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3

di perusahaan.

c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan

bidang K3.

d. Dapat meningkatkan pegetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang

K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

29

Page 30: 3. BAB I - BAB III

Konsep Dasar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) mencakup ketentuan pola tahapan “Plan-Do-Check-Action”

sebagai berikut :

a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin

komitmen terhadap penerapan SMK3.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan

SMK3.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif

dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung

yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.

d. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan

dan kesehatan kerja.

Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang

sesuai dengan kemampuan dan Policy Management nya dalam

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

yaitu :

a. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui

“Unsafe Condition Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita

dituntut untuk memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan

30

Page 31: 3. BAB I - BAB III

oleh kondisi tempat kerja seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-

mesin), lingkungan kerja dan sistem kerja.

b. Traditional System dalam penyelamatan pekerjaan melalui “Unsafe Act

Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untuk

memperkecil atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak aman.

31

Page 32: 3. BAB I - BAB III

BAB III

METODE KEGIATAN MAGANG

A. Tempat

Program magang akan dilaksanakan di PT.Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan, Health Safety and Environment

Department (HSE Departement), Kecamatan Tarakan Tengah Kota

Tarakan.

B. Waktu

Waktu pelaksanaan program magang akan dilaksanakan selama 1

bulan, tepatnya mulai tanggal 2 Maret 2011 – 2 April 2011. Masuk setiap

hari Senin – Jum’at jam 07.00 – 16.00 WITA.

C. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang

Dalam pelaksanaan magang, mahasiswa mengikuti program-

program keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan HSE

Departement, disamping itu mahasiswa mencari atau mengumpulkan

32

No KegiatanWaktu

MingguI

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

1. Pengenalan lingkungan2. Identifikasi masalah3. Pengumpulan data4. Penyusunan data

Page 33: 3. BAB I - BAB III

data-data melalui kegiatan observasi dan wawancara. Adapun kegiatan

yang diikuti menurut program kerja HSE Departement adalah :

1. Mengikuti Safety Induction yang dilaksanakan oleh HSE

Departement PT.Pertamina EP Field Tarakan.

2. Mengikuti Safety Meeting bulanan yang diadakan oleh

Departement HSE, Humas Keuangan dan Medical, Logistik,

Produksi.

3. Mengikuti inspeksi berkala area SP-1, SP-2, SP-4, SP-Juata dan

inspeksi kendaraan.

4. Mengikuti inspeksi dan pemasangan APAR di Area Mengatal.

5. Mengikuti pemeriksaan berkala pada Fire Pump di Area Tangki

Lingkas.

6. Mengikuti training safety yang diadakan oleh PT.Pertamina EP

Field Tarakan

7. Mengikuti program Lindungan Lingkungan HSE Departement.

8. Membantu kegiatan HSE Departement.

Uraian jadwal kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

33

Page 34: 3. BAB I - BAB III

BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum PT.Pertamina EP Field Tarakan

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

merupakan salah satu perusahaan BUMN bergerak dibidang eksplorasi

dan produksi minyak bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur. Terhitung

mulai tanggal 15 Oktober 2008, PT.Medco E&P Kalimantan (sesuai

dengan SK Kehakiman No. C-09341 HT.01.04 TH 2004) melakukan Re-

Branding menjadi PT. Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field

Tarakan. Re-Branding ini dilakukan atas permintaan pihak manajemen

PT.Medco Energi Internasional Tbk untuk mendukung pertumbuhan bisnis

di bidang energi dan agar lebih memperkuat nama Medco Energi secara

komersial serta meningkatkan kebersamaan antara unit-unit usaha di

bidang energi.

Sebelum dikelola oleh PT.Pertamina UBEP Sangasanga &

Tarakan, blok Migas Sangasanga & Tarakan dikelola oleh NIIHM

(Nederlandsch-Indische Industrie en Handel Maatschappij) tahun 1897 –

1905, BPM (Batavia Petroleum Maatschappij) tahun 1905 – 1942, Japan

tahun 1942 - 1945, kemudian diambil alih oleh

BPM/SHELL/PERMINA/PERTAMINA tahun 1945 – 1972, TIPCO – Tesoro

tahun 1972 – 1992, PTMN – MEDCO E&P 1992 – 2008, dan akhirnya

dikelola kembali oleh PERTAMINA-EP sejak 15 Oktober 2008 hingga 17

September 2035.

34

Page 35: 3. BAB I - BAB III

1. Visi dan Misi

Visi - Menjadi UBEP yang terbaik dalam mengelola “MIGAS” di

Pertamina EP

Misi - Menjadi Unit Bisnis Hulu Migas yang Inovative, Techno

Ekonomis, Ramah Lingkungan, Sehat, Aman dan Memberikan Nilai

Tambah Bagi Stake Holder.

2. Tata Nilai

1. Sincere (jujur dan bersih), Strong (mandiri dan kompeten),

Sensible (peduli dan berwawasan) - TRIPLE “S”

2. Taat pada perundang-undangan yang berlaku

3. Penerapan Etika Kerja dan Bisnis

4. Bersinergy

3. Jumlah Tenaga Kerja Field Tarakan

Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang ada di PT.Pertamina EP

Filed Tarakan.

Gambar 1. Jumlah Tenaga Kerja

35

Page 36: 3. BAB I - BAB III

4. Hasil dan Proses Produksi

PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

merupakan salah satu perusahaan swasta nasional bergerak di bidang

eksplorasi minyak. Hasil produksi minyak Field Tarakan per 28 Maret

2011 sebesar 925 BOPD.

Fasilitas Produksi yang dimiliki PT.Pertamina EP Field Tarakan

yaitu SP-1, SP-2, SP-4, SP JUATA, SPU, PPP Terminal Lingkas, PTL,

Water Injection Plant, 4 Unit Rig yaitu Rig 4, Rig 18, dan Rig Duta 05, MH-

262. PT.Pertamina EP Field Tarakan memiliki 4 Wilayah Operasi yaitu

Area Pamusian, Juata, Sesanip dan Mengatal.

Tabel 2. Status Sumur PT.Pertamina EP Field Tarakan

AREA

SUMUR PRODUKSIJUMLAH

SUMUR

PRODUKSI

SUMUR

INJEKSI

SUMUR

SUSPENDEDTOTALSEMBUR

ALAM

ARTIFICIAL LIFT

PUMPING UNITESP

KONVENSIONAL HPU

Pamusian 1 28 10 16 55 15 1148 1273

Juata 12 2 14 82 110

Sesanip 3 3 41 47

Mengatal 1 1 7 9

Jumlah Sumur Lapangan Tarakan 73 15 1278 1439

36

Page 37: 3. BAB I - BAB III

Adapun proses aliran pengolahan minyak PT.Pertamina EP Field

Tarakan yaitu sebagai berikut :

Gambar 2. Aliran Proses Pengolahan Minyak Field Tarakan

Minyak diproduksi dari tiap-tiap sumur, kemudian minyak yang

dihasilkan dialirkan ke stasiun pengumpul baik SP-1, SP-2, SP-4, SP-

Juata, kemudian melalui proses di Stasiun Pengumpul diberikan injeksi

chemical untuk memisahkan kandungan air dan minyak, dan dipompakan

ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU). Minyak tersebut kemudian diolah di

SPU dan jika telah sesuai dengan standar BS&W max 0,5 % maka minyak

37

Page 38: 3. BAB I - BAB III

tersebut lansung dipompakan ke terminal lingkas untuk dikirim ke RU V

Balikpapan melalui tangker untuk diolah menjadi bahan bakar siap pakai.

Sisa drainase air yang ada dipompakan kembali ke F11 untuk proses

water injeksi.

5. Struktur Organisasi PT.Pertamina EP Field Tarakan

Untuk mengelola bidang usahanya, PT.Pertamina EP Field

Tarakan memiliki departement yang memiliki fungsi dan kewenangan

yang berbeda untuk mencapai visi perusahaan yang telah ditetapkan.

Field Manager merupakan pimpinan tertinggi di Field Tarakan yang

memiliki department-departement sebagai berikut :

1. Asisten Manajer Operasi Area

2. Asman Teknik dan PF

3. Asman Produksi

4. Asman Layanan Operasi

5. Kepala HSE

Gambar 3. Struktur Organisasi PT.Pertamina EP Field Tarakan

38

Friska Lauren

Page 39: 3. BAB I - BAB III

Departement HSE memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Mengkoordinir, merencanakan, mengatur, mengawasi dan

mengevaluasi pelaksanaan dari kegiatan:

- Keselamatan dan kesehatan kerja

- Lindungan Lingkungan

- Inspeksi

- Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran .

- Anggaran operasi dan kapital

Di lingkungan PT. Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan

Lapangan Tarakan sehingga pelaksanaan program pencegahan

kerugian dapat berjalan dengan baik.

2. Menyelaraskan cara pandang untuk berperan mendukung

terciptanya kesehatan kerja, keselamatan kerja dan lindungan

lingkungan menjadi bagian terpadu dari bisnis perusahaan.

3. Menjembatani kerjasama antar fungsi yaitu produksi, operasi,

engineering, logistik, administrasi dan keuangan untuk mencapai

hasil produksi yang optimal tanpa terjadi kerugian perusahaan

akibat kesalahan dari manajemen lingkungan, keselamatan dan

kesehatan kerja.

39

Page 40: 3. BAB I - BAB III

Gambar 4. Struktur Organisasi Department HSE Field Tarakan

Departement HSE dipimpin oleh Kepala HSE dan memiliki 6

orang anggota yang terdiri dari pekerja dan pekarya. Tiap anggota

memiliki tugas masing-masing guna mendukung kelancaran operasi serta

mencegah kerugian & penurunan citra positif perusahaan akibat

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran dan pencemaran

lingkungan.

Adapun sarana pokok yang dimiliki departement HSE guna

mendukung aktivitas/program kerja yaitu 1 buah Fire Truk, 2 buah Fire

Jeep, 5 buah portable pump, 2 buah breathing apparatus, 3 buah

Explosive meter, 2 buah Gas Detector, 1 buah Sound Level Meter., 4

buah Oil boom, 300 Fire Extinguisher / APAR, 1 buah perahu karet

dilengkapi engine, Skimer Pump, Perahu Karet, Ultrasonic

Thicknessmeter, Ultrasonic flow Detector, Magnetic Particles Inspection &

AC/DC Yoke, Digital Hardness tester, Brinell Hardness tester, Welding

40

Page 41: 3. BAB I - BAB III

Gauge, Pit Dept Gauge, Walking Distance Measurement, Radiography

Viewer, Pressure Hand Pump, Profile Thread gauge, Caliper, Pipe locator,

Potensiometer, Hidro test pump, Handy grinding machine, High speed

brushing machine, Kamera,dll.

B. Sistem Manajemen HSE (SMHSE) PT.Pertamina EP Field

Tarakan

Adalah Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Lingkungan yang diterapkan dan dikembangkan di daerah operasi

Pertamina EP UBEP Sangasanga dan Tarakan Field Tarakan untuk

peningkatan kegiatan operasi dan pengelolaan kesehatan, keselamatan

kerja dan lingkungan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan

Standar OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001:2004.

Prinsip dasar dari penerapan Sistem Manajemen HSE adalah

peningkatan mutu secara berkelanjutan atau “Continual Improvement”

sesuai persyaratan umum yang ditetapkan dalam klausul OHSAS

18001:2007 serta ISO 14001:2004, Mencakup 5 elemen pokok,

yaitu :

1. Kebijakan HSE

Manajemen UBEP Sangasanga & Tarakan bertekad untuk

mengelola bisnis perusahaan, dalam mencapai Visi dan Misi Perusahaan

dangan mengedepankan aspek HSE dengan :

41

Page 42: 3. BAB I - BAB III

1.1. Manajemen Selalu berpartisipasi aktif dan terbuka dalam

pelaksanaan dan pencapaian program HSE dalam bentuk aktifitas

keteladanan manajemen mencakup penetapan kebijakan, sasaran

& tujuan, tugas & tanggung jawab serta mewadahi,

menkoordinasikan, menyelenggarakan orientasi dan pelatihan

program pencegahan kerugian untuk perbaikan yang

berkesinambungan.

1.2. Mengimplementasikan teknologi dan sistem HSE yang handal,

efisien sejak dari perencanaan awal sampai dengan pasca operasi.

1.3. Membangun lingkungan industri yang aman dan sehat dengan

mengutamakan kelayakan dan kehandalan peralatan dan

meningkatkan kewaspadaan, kesiagaan dan kemampuan

penanggulangan keadaan darurat.

1.4. Membangun budaya HSE dengan mengintegrasikan aspek dan

budaya HSE kedalam seluruh kegiatan operasi perusahaan.

1.5. Dalam setiap operasi, senantiasa bertindak proaktif untuk

melestarikan lingkungan dan mencegah pencemaran lingkungan,

mengamankan asset, Menghilangkan Kecelakaan serta penyakit

akibat kerja, meningkatkan citra perusahaan, konservasi energi

dengan memenuhi peraturan perundangan serta standard & code

yang berlaku.

1.6. Selalu hidup berdampingan dan membina hubungan baik dengan

masyarakat, instansi pemerintah dan lembaga/institusi terkait di

sekitar kegiatan usaha.

42

Page 43: 3. BAB I - BAB III

Keberhasilan kebijakan HSE ini akan terkait dengan penilaian kerja

dan pemberian penghargaan kepada individu maupun unit, sehingga

menjadi tanggung jawab seluruh individu di lingkungan Unit Bisnis

Pertamina EP Sangasanga & Tarakan.

2. Perencanaan Program

Dalam perencanaan program untuk pengelolaan HSE dalam

Sistem Manajemen HSE harus mencakup 3 (Tiga) elemen, Yaitu :

2.1. Identifikasi Aspek, Bahaya dan Evaluasi Dampak, Resiko HSE

Meliputi :

1. Identifikasi Aspek dan dampak HSE terhadap semua kegiatan,

jenis produk, material, maupun jasa (TKO Identifikasi Aspek,

Dampak & Resiko Bahaya & Penentuan Sasaran dan Program

HSE No. B-006/EP1830/HSE/2010-S0)

2. Menentukan Aspek, Bahaya dan Dampak, Resiko HSE dari

kegiatan identifikasi

2.2. Perundangan dan Peraturan dan Persyaratan lain yang terkait

dengan Aspek HSE

Berdasarkan hasil identifikasi aspek dan dampak HSE, selanjutnya

dievaluasi apakah ada akses dengan perundangan peraturan dan

Persyaratan lain yang terkait dengan aspek HSE yang berlaku.

Akses perundangan dan peraturan dibuat dan dimutakhirkan

secara berkala untuk memastikan bahwa pengukuran dan BML

43

Page 44: 3. BAB I - BAB III

parameter serta Aspek HSE ditaati (TKO Identifikasi Peraturan

Perundangan No. B-007/EP1830/HSE/2010-S0).

2.3. Tujuan, sasaran dan Program

a. Perusahaan menetapkan tujuan, sasaran dan program HSE

yang konsisten dengan Kebijakan HSE

b. Tujuan, sasaran dan program harus ditetapkan secara jelas

untuk masing-masing bagian atau fungsi berdasarkan hasil

identifikasi Aspek & dampak HSE di Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan.

Dalam penyusunan Tujuan,sasaran dan program tersebut harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;

Tujuan dan sasaran :

1. Perundangan dan peraturan yang harus ditaati

2. Aspek dan dampak HSE

3. Teknologi yang digunakan

4. Keuangan, operasi dan kepentingan bisnis lainnya.

5. Pandangan dari manajemen

Program HSE

1. Program ditetapkan dengan mempertimbangkan Aspek dan

dampak HSE guna mencapai tujuan dan sasaran dengan

mencakup penanggung jawab pada fungsi terkait, cara dan

jadwal pencapaian

44

Page 45: 3. BAB I - BAB III

2. Penetapan program HSE ditetapkan untuk jangka pendek

maupun jangka penjang berdasarkan kebutuhan operasi dan

kepentingan lainnya.

3. Program wajib mempertimbangkan pengembangan dan atau

modifikasi baru

3. Penerapan dan Operasi

3.1. Sumber Daya, Peran ,Tanggung jawab dan Kewenangan

Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

menyediakan sumber daya yang memadai untuk penerapan dan

pengendalian sistem HSE meliputi manusia, keterampilan, teknologi dan

keuangan.

General Manager menunjuk salah satu Manager sebagai

Managemen Representative (MR) atau Wakil Managemen (WM) yang

memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk memecahkan dan

melaksanakan SMHSE di Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan

Field Tarakan.

a. General Manager bertanggung jawab terhadap :

- Penetapan dan pengesahan kebijakan HSE

- Tercapainya penerapan SMHSE OHSAS 18001:2007 serta ISO

14001:2004

b. Field Manager bertanggung jawab terhadap :

45

Page 46: 3. BAB I - BAB III

- Memastikan bahwa penerapan sistem HSE dapat berjalan efektif

dan persyaratan standar OHSAS 18001:2007 & ISO 14001:2004

dapat selalu terpenuhi dan terpelihara.

- Melaporkan kinerja SMHSE kepada General Manager untuk

dikaji dan sebagai dasar untuk penyempurnaan SMHSE.

c. Kepala Fungsi Produksi bertanggung jawab terhadap :

- Diterapkannya Kebijakan HSE

- Disusunnya identifikasi aspek dan dampak HSE yang terkait

dengan kegiatan Produksi serta penerapan Tujuan, Sasaran dan

program HSE

d. Kepala Fungsi WOWS , bertanggung jawab terhadap

kehandalan peralatan pengeboran dan sarana penunjang yang

terkait OHSAS 18001:2007 & ISO 14001:2004 dan

melaksanakan pengeboran minyak sesuai prinsip SMHSE yang

sudah diberlakukan.

e. Kepala Fungsi Engineering, bertanggung jawab terhadap

tercapainya identifikasi aspek dan dampak HSE

f. Kepala Fungsi HR, Bertanggung jawab terhadap :

- Sistem Pelatihan OHSAS 18001:2007 & ISO 14001:2004

- Sistem pemantauan kesehatan pekerja

g. Kepala Fungsi HSE, Bertanggung jawab terhadap :

- Sistem komunikasi internal dan koordinasi SMHSE

- Sistem dokumentasi OHSAS 18001 : 2007 & ISO 14001 : 2004

46

Page 47: 3. BAB I - BAB III

- Pelaksanaan dan pengembangan SMHSE OHSAS 18001:2007

& ISO 14001:2004

h. Kepala fungsi Keuangan, Bertanggung jawab terhadap

pendanaan untuk menunjang kegiatan SMHSE OHSAS

18001:2007 & ISO 14001:2004

i. Kepala Fungsi T&PF, bertanggung jawab terhadap

- Terselenggaranya SMHSE OHSAS 18001:2007 & ISO

14001:2004 pada area yang menjadi tanggungjawabnya

- Kehandalan Process Facility yang digunakan untuk menunjang

kegiatan produksi minyak dan gas

j. Kepala Fungsi Logistik, Bertanggung jawab terhad dan gap :

- Pengendalian operasional yang mencakup kegiatan keluar /

masuk material, kegiatan transportasi.

- Pencatatan dari semua kegiatan Logistik (pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang/material,

serta kegiatan bagian Data & TI) berkaitan dengan SMHSE

OHSAS 18001:2007 & ISO 14001:2004

k. Kepala Fungsi PR & Security, Bertanggung Jawab terhadap

terselenggaranya sistem komunikasi dengan pihak external,

pengendalian keadaan darurat sesuai SMHSE OHSAS

18001:2007 & ISO 14001:2004

47

Page 48: 3. BAB I - BAB III

3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran

a. Seluruh pekerja/pekarya Pertamina EP UBEP Sangasanga &

Tarakan Field Tarakan wajib mengikuti pelatihan dibidang HSE,

untuk meyakinkan agar dalam melaksanakan tugasnya selalu

memperhatikan aspek dan dampak HSE

b. Kebutuhan pelatihan bagi pekerja dan pekarya didasarkan atas

identifikasi kebutuhan pelatihan bagi tiap fungsi dan pekerja /

pekarya sesuai jenjang jabatan yang ada, untuk pelaksanaan

pelatihan HSE Bagi pekarya akan dilaksanakan oleh pemberdaya

atau vendor masing-masing dan diawasi pelaksanaanya oleh

Pertamina EP UBEP sangasanga & Tarakan Field Tarakan .

c. Pihak ketiga (Tamu, Mitra Kerja, Praktikan, dsb) yang akan

berkunjung dan melakukan kegiatannya di daerah operasi

Pertamina EP UBEP sangasanga & Tarakan Field Tarakan terlebih

dahulu diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang bersifat

penyuluhan kesadaran HSE sebagai penjabaran kebijakan HSE

maupun visi dan misi perusahaan.

d. Pelaksanaan pelatihan dan atau penyuluhan aspek HSE

merupakan tanggung jawab Fungsi PR&Security, HR dan HSE

e. Semua pekerja/pekarya yang telah mengikuti pelatihan dan atau

penyuluhan aspek HSE harus didokumentasikan dalam daftar

pelatihan HSE

f. Proses identifikasi kebutuhan pelatihan HSE, Kesadaran dan

kompetensi aspek HSE dijabarkan secara detail dan diatur dalam

48

Page 49: 3. BAB I - BAB III

TKO Pelatihan HSE No. B-001/EP1830/HR/2010-S0 dan TKO

Orientasi dan Induksi HSE No. B-010/EP1830/HSE/2010-S0.

3.3. Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi

a. Semua informasi internal maupun eksternal, baik berasal dari

keluhan masyarakat, temuan hasil inspeksi rutin maupun hasil

temuan tim Audit, disampaikan kepada Fungsi terkait melalui fungsi

HSE Maupun PR & Security untuk ditindaklanjuti dan dicari jalan

pemecahannya

b. Mengenai proses informasi internal maupun eksternal dijabarkan

secara detail dan diatur dalam TKO Komunikasi HSE No.

B-008/EP1830/HSE/2010-S0 dan TKO Mekanisme Informasi dan

Koordinasi (eksternal) No. B-003/EP1830/PRS/2010-S0.

c. Semua informasi yang berasal dari dalam internal maupun dari luar

(eksternal) yang terkait dengan Aspek HSE, Harus dicatat dalam

daftar keluhan dan tanggapan HSE.

3.4. Dokumentasi SMHSE

Dokumentasi Sistem Manajemen HSE di Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan, disusun berdasarkan:

- Level 1 : Pedoman

- Level 2 : Tata Kerja Organisasi (TKO)

-Level 3 : Tata Kerja Individu (TKI) dan Tata Kerja Pemakaian Alat (TKPA)

- Level 4 : Diagram alir, Form, Peta dan dokumen eksternal

49

Page 50: 3. BAB I - BAB III

3.5.Pengendalian Dokumen

a. Umum

Semua dokumen yang terkait dengan SMHSE harus dikendalikan

secara benar, mencakup kebijakan HSE, TKO, TKI dan TKPA serta

diagram alir,dsb. Sejak dokumen tersebut diberlakukan sampai dengan

adanya perubahan dokumen. Dokumen yang baku dan sah adalah

dokumen yang dibuat berdasarkan format yang telah ditetapkan sesuai

TKO No. B-004/EP1830/HSE/2010-S0 tentang Pengendalian Dokumen.

b. Penanggung jawab Pengendalian dokumen

Berdasarkan tugas dan tanggung jawab dalam struktur organisasi

Pertamina EP UBEP Sangasanga dan Tarakan Field tarakan, bagian

Yang bertanggung jawab untuk pengendalian dokumen adalah Fungsi

HR, disamping itu juga didukung Fungsi HSE untuk melakukan peninjauan

dan proses pengesahan terhadap dokumen-dokumen yang ada

c. Kodefikasi

Kodefikasi dokumentasi SMHSE dimaksudkan untuk memudahkan

penyimpanan dan pencarian dokumen. Kodefikasi dokumentasi secara

detail dijelaskan dalam TKO Pengendalian Dokumen No.

B-004/EP1830/HSE/2010-S0.

d. Pengesahan dan pemberlakuan dokumen

Dokumen yang terkait SMHSE, Baik berupa Pedoman, TKO,

TKI,dan TKPA sebelum diberlakukan, harus terlebih dahulu mendapat

pengesahan dari pejabat-pejabat yang berwenang dan terkait dengan

dokumen yang dimaksud melalui Fungsi HR dan atau Fungsi HSE.

50

Page 51: 3. BAB I - BAB III

Sistematika pengesahan dokumen tersebut adalah :

- Pedoman : Kepala Fungsi HSE, Field Manager dan General

Manager

- TKO system : Staff HSE, Kepala HSE dan Field Manager

- TKO Ops : Staff Fungsi, Kepala Fungsi terkait dan Field Manager

- TKI : Staff Fungsi , Kepala Fungsi Terkait dan Field Manager

- TKPA : Staff Fungsi, Kepala Fungsi Terkait dan Field Manager

Sebelum dokumen didistribusikan ke bagian / fungsi terkait untuk

diberlakukan, Fungsi HR dan atau Fungsi HSE harus mencatatnya

kedalam daftar dokumen Induk

e. Perubahan Dokumen

- Perubahan atau perbaikan dokumen diusulkan oleh bagian terkait

berdasarkan tinjauan majemen, proses maupun sisterm kerja yang

ada

- Fungsi terkait menyetujui dan mengesahkan kembali atas dokumen

yang telah mengalami perubahan / perbaikan.

- Fungsi HR dan atau Fungsi HSE Harus memelihara daftar

dokumen induk, termasuk pembetulan catatan atas perubahan

dokumen yang ada.

Catatan dari perubahan dokumen harus didistribusikan kepada

Fungsi yang terkait secepat mungkin dan meyakinkan bahwa fungsi terkait

tersebut telah menerimanya.

Dokumen yang telah mengalami perubahan /perbaikan harus

dicatat dan dipelihara / didokumentasikan dalam arsip secara terpisah.

51

Page 52: 3. BAB I - BAB III

- Tanggung jawab adanya perubahan Pedoman Sistem Manajemen

HSE adalah Fungsi HSE dan Field Manager.

f. Pengendalian dokumen dijabarkan secara detail dan diatur dalam

Sistem Tata Kerja (STK) tersendiri. (TKO Pengendalian Dokumen

No. B-004/EP1830/HSE/2010-S0).

3.6. Pengendalian Operasional

- Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

membuat dan memelihara prosedur pengendalian operasional

terhadap aspek/bahaya yang mempunyai atau berpotensi

menimbulkan dampak/resiko HSE dan dijabarkan dalam bentuk

TKO dan TKI serta TKPA.

- Setiap Kepala Fungsi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

TKO operasional.

3.7. Kesiagaan dan Tanggap Darurat

- Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi

terjadinya kecelakaan, keadaan darurat serta mencegah dan

mengurangi pencemaran lingkungan yang mungkin berkaitan

dengan situasi keadaan darurat tersebut.

- Fungsi HSE bertanggung jawab dengan situasi keadaan darurat

tersebut. (TKO kesiagaan & tanggap darurat No.

B-021/EP1830/HSE/2010-S0)

- Fungsi HSE mengadakan pelatihan pelaksanaan kesiagaan dan

tanggap darurat

52

Page 53: 3. BAB I - BAB III

4. Pemeriksaan Dan tindakan perbaikan

4.1. Pemantauan dan pengukuran karakteristik Aspek HSE

a. Pemantauan dan Pengukuran karakteristik Aspek HSE

- Dilakukan secara internal Pertamina EP UBEP Sangasanga &

Tarakan Field Tarakan atau melalui pihak III (konsultan) sesuai

jadwal yang telah ditetapkan.

- Semua Catatan yang berhubungan dengan pengumpulan contoh

dan data HSE sebagai hasil dari pemantauan dan pengukuran HSE

harus dipelihara dan disiapkan oleh Fungsi HSE

b. Pengukuran HSE dan Kalibrasi Alat Pemantauan

- Untuk memenuhi persyaratan dari segi ketelitian dan kehandalan,

maka semua kegiatan dan program HSE akan dilakukan

pengukuran yang digunakan untuk peningkatan kinerja HSE secara

berkala

- Alat khusus untuk pemantauan lingkungan akan di kalibrasi secara

berkala sesuai jadwal / waktu yang ditetapkan berdasarkan standar

nasional maupun internasional yang berlaku.

- Semua peralatan yang telah dikalibrasi harus diberi tanda / label

dalam bentuk tulisan, sticker, dsb dan harus dicatat dalam daftar

kalibrasi peralatan serta disimpan secara terpisah.

c. Masing-masing kepala Fungsi terkait, bertanggung jawab untuk

memantau kinerja dan peralatan yang terkait dengan aspek HSE di

Fungsinya masing-Masing

53

Page 54: 3. BAB I - BAB III

d. Field Manager, Fungsi HSE bersama-sama Fungsi terkait

bertanggung jawab untuk melaksanakan program pengukuran dan

pemantauan SMHSE secara menyeluruh.

e. Pengukuran dan pemantauan dijabarkan secara detail dalam STK

mengenai pemantauan dan pengukuran HSE (TKO Pengukuran

dan Pemantauan No. B-026/EP1830/HSE/2010-S0)

4.2. Evaluasi terhadap Penaatan Peraturan Perundang-undangan

a. Fungsi HSE, Field Manager bersama fungsi terkait bertanggung

jawab terhadap evaluasi penerapan program dan kegiatan yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

terkait dengan identifikasi Aspek HSE

b. Kegiatan pemantauan (audit, Inspeksi, pelaporan bahaya, dsb)

adalah sebagai sumber terhadap Evaluasi ketidaksesuaian

kegiatan pada penaatan perundang-undangan, selanjutnya akan

dikaji dan dicari titik temu atau kesesuaian yang kemudian akan

diterapkan pada kegiatan operasi.

c. Evaluasi terhadap Penaatan Pada peraturan perundan-undangan

dijabarkan secara detail dalam STK mengenai Penaatan Peraturan

perundang-undangan (TKO Evaluasi Penaatan No.

B-027/EP1830/HSE/2010-S0)

4.3. Penyelidikan kecelakaan, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan

dan pencegahan

a. Seluruh pekerja/pekarya bertanggung jawab dalam pelaporan

ketidaksesuaian dan / atau bahaya yang terkait dengan aspek HSE

54

Page 55: 3. BAB I - BAB III

b. Fungsi HSE dan Fungsi terkait bertanggung jawab dan berwenang

untuk melakukan penyelidikan kecelakaan, ketidaksesuaian dan

pengambilan tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap hal-hal

yang terkait dengan aspek HSE

c. Tindakan perbaikan dan pencegahan ditujukan untuk memperkecil

berbagai penyebab dampak yang dapat menimbulkan kecelakaan,

penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan serta disesuaikan

dengan besarnya masalah yang dihadapi.

d. Tata laksana tindakan pelaporan, penyelidikan kecelakaan,

perbaikan dan pencegahan diatur dalam STK pelaporan dan

penyelidikan kecelakaan (TKO Pelaporan dan Penyelidikan

Kecelakaan No.B-024/EP1830/HSE/2010-S0) dan TKO Pelaporan

Bahaya (Kondisi Tidak Aman) No. B-023/EP1830/HSE/2010-S0.

4.4. Pencatatan HSE

a. Fungsi HSE dan Fungsi terkait wajib bertanggung jawab untuk

penyelidikan dan pemeliharaan terhadap catatan HSE

b. Catatan HSE harus mencakup adanya bukti / fakta bahwa kegiatan

operasi dan sarana penunjangnya di Pertamina EP UBEP

Sangasanga & Tarakan Field Tarakan telah memenuhi standar

OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001:2004

c. Catatan HSE harus dibuat dalam bentuk / format yang mudah

dibaca, dikenali dan ditelusuri asal-usulnya serta disimpan dan

dipelihara sebaik mungkin

55

Page 56: 3. BAB I - BAB III

d. Proses pencatatan HSE dijabarkan dan diatur dalam sistem tata

kerja (STK) Pengendalian catatan (TKO Pengendalian Catatan No.

B-005/EP1830/HSE/2010-S0)

4.5. Audit SMHSE

a. Audit SMHSE ditujukan untuk mengetahui / mengevaluasi hasil

pelaksanaan dari tujuan dan sasaran serta program HSE

b. Audit SMHSE dilaksanakan secara tertur sesuai jadwal yang

ditentukan dan dilakukan oleh tim audit internal (Pertamina EP

UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan) maupun eksternal

(Pihak III) dengan mengikuti standar OHSAS 18001:2007 dan ISO

14001:2004

c. Laporan hasil temuan selama pelaksanaan audit SMHSE harus

disampaikan kepada fungsi terkait untuk segera diambil tindakan

perbaikan dan pencegahannya.

d. Verifikasi tindakan perbaikan dan pencegahannya dilakukan oleh

tim audit dan hasilnya harus dicatat dalam formulir daftar tindakan

perbaikan dan pencegahan

e. Proses pelaksanaan audit SMHSE dijabarkan dan diatur dalam

STK audit SMHSE (TKO Audit Internal SMHSE No.

B-001/EP1830/HSE/2010-S0)

56

Page 57: 3. BAB I - BAB III

5. Pengkajian Manajemen

Dalam rangka memelihara perbaikan yang berkesinambungan dan

untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan dalam penerapan

Sistem Manajemen HSE, maka perlu dilakukan pengkajian / tinjauan

manajemen minimal 1 (satu) kali per tahun oleh top manajemen (General

Manager)

Pengkajian / tinjauan manjemen mencakup terhadap kemungkinan

perlunya perubahan kebijakan, tujuan dan unsur-unsur lain dari SMHSE

berdasarkan laporan hasil audit, perubahan keadaan dan komitmen atas

penyempurnaan secara berkelanjutan.

Hal-hal yang terkait dalam pengkajian / peninjauan manajemen

harus dicatat / didokumentasikan dalam suatu risalah / dokumen tersendiri

di Fungsi HSE selaku sekretariat SMHSE dan diinformasikan kepada

Fungsi terkait untuk ditindaklanjuti.

Tata laksana pengkajian manjemen diatur dalam STK Tinjauan

manajemen (TKO Tinjauan Manajemen No. B-002/EP1830/HSE/2010-

S0).

57

Page 58: 3. BAB I - BAB III

C. Penerapan SMHSE PT. Pertamina EP Field Tarakan

1. Penilaian Kuantitatif

Dari hasil perhitungan pencapaian penerapan aspek HSE

berdasarkan data hasil audit operasi 2010, diperoleh nilai pencapaian

sebesar 73,85 % dengan demikian nilai pencapaian audit operasi PT

Pertamina EP Field Tarakan adalah berpredikat BAIK.

Secara kuantitatif perolehan nilai PT Pertamina EP Field Tarakan

yaitu : 73,85 % atau kategori BAIK.

Tabel 3. Penilaian Kuantitatif Audit SMHSE Tahun 2010

(Sumber : Hasil Audit PT.Pertamina EP Tahun 2010)

58

No. ElemenJUMLAH

Nilai Elemen(%)Nilai

ElemenPertanyaan

Bobot Elemen (%)

A. PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN HSE

1 73 17 12 10.31

2 41 10 8 6.56

3 56 13 8 6.89

4 22 8 8 4.40

5 55 13 6 5.08

6 114 29 8 6.29

7 18 6 6 3.60

8 12 3 4 3.20

9 36 9 7 5.60

10 7 7 9 1.80

11 29 8 5 3.63

12 37 10 5 3.70

13 47 12 5 3.92

14 8 5 9 2.88

Jumlah 67.85

B. PENILAIAN KASUS HSE 5 5.00

C. PENILAIAN UPAYA PROAKTIF 5 1.00

NILAI TOTAL (A+B+C) 73.85

Page 59: 3. BAB I - BAB III

2. Penilaian Kualitatif

Berdasarkan hasil audit yang dilakukan di Field Tarakan yang

berlangsung pada tahun 2010 diperoleh gambaran profile implementasi

aspek HSE yang didasarkan pada penilaian kualitatif dengan kriteria 4

(empat) variable yaitu Komitmen, Prosedur, Implementasi, dan

Dokumentasi, sebagai berikut :

Tabel 4. Penilaian Kualitatif Audit SMHSE Tahun 2010

(Sumber : Hasil Audit PT.Pertamina EP Tahun 2010)

59

No Elemen Penilaian Kualitatif

1 Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Baik Sekali

2 Identifikasi dan Evaluasi Resiko Baik Sekali

3 HSE Dalam Disain, Kontruksi dan Komisoning Baik Sekali

4 Pelatihan, Kepedulian, dan Kompetensi Sedang / Cukup

5 Manajemen Kontraktor Baik Sekali

6 HSE Operasi dan Pasca Operasi Baik

7 Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan Sedang / Cukup

8 Keselamatan Bahan dan Produk Baik

9 Manajemen Krisis dan Tanggap Darurat Baik

10 Manajemen Perubahan Kurang Sekali

11 Komunikasi Baik

12 Dokumentasi Baik

13 Investigasi Insiden Baik

14 Evaluasi dan Audit Kurang

OVERALL PENILAIAN SMHSE 2010 Baik

Page 60: 3. BAB I - BAB III

3. Hasil Temuan

Adapun hasil temuan audit SMHSE ditindak lanjuti dalam bentuk

RTP (Rencana Tindakan Perbaikan). Di bawah ini adalah bentuk RTP

(Rencana Tindakan Perbaikan) yang dibuat untuk tahun 2010.

Tabel 5. Rencana Tindakan Perbaikan PT.Pertamina Field Tarakan Tahun

2010

No FINNDING FACT

RECOMMENDATION ACTION PIC DUE DATE

1 HSE Golden Rule belum dipahami sepenuhnya pada Level Front Liner

Telah dilakukan sosialisasi, namun perlu dilakukan kembali lebih intensif mengenai implementasi HSE Golden Rule pada seluruh level pekerja dilapangan

- Sosialisasi per fungsi telah dilaksanakan awal Juli 2010.

- Setuju untuk membuat program yang lebih intensif untuk sosialisasi HSE Golden Rule.

HSE dan seluruh Fungsi

Berkelanjutan

2 Sebagian besar pumping unit di sumur-sumur produksi dioperasikan tanpa dilengkapi dengan cover belt

Seluruh pumping unit yang beroperasi di sumur harus dipasang cover belt

Setuju untuk melengkapi Cover Belt.

Prod Pertengahan September 2010

3 Handling bahan kimia (demulsifier) MSDS tidak terkemas dengan baik, serta perlengkapan eye wash, sarung tangan di lokasi kerja

Segera memperbaiki label/kemasan MSDS pada chemical serta melaksanakan SOP training dan segera untuk menyediakan eye wash dan sarung tangan

Akan diadakan Eye Wash dan Sarung Tangan.

Prod Akhir Agustus 2010

4 SOP Training untuk seluruh operator Sumur/SP/SPU/Terminal tidak dilakukan

Segera dilakukan SOP Training bagi seluruh operator

- Program rutin berkelanjutan - SOP akan disampaikan setiap Safety Meeting Produksi setiap

Prod Berkelanjutan

60

Page 61: 3. BAB I - BAB III

bulan.5 Seluruh sumur

produksi tidak dipasang pagar pengaman mengingat lokasi berdekatan dengan pemukiman

Segera dipasang pagar pengaman

Setuju dipasang sesuai kebutuhan.

Prod & Konstruksi

Akhir Desember 2010

6 Tidak ada pagar pengaman di atap tanki, hal ini berpotensi terjadi kecelakaan pada saat pengukuran produksi (terpeleset)

Segera dipasang pagar pengaman

Setuju akan dipasang pagar pengaman .

Prod Akhir Desember 2010

7 Atap tangki penampung produksi rusak di WIP, SP-1, SP-4

Segera dilakukan perbaikan atap tanki

Setuju akan diperbaiki.

Prod Februari 2011

8 Kebocoran dinding tanki penampung produksi (TOS) di lokasi Sumur P-962

Segera dilakukan perbaikan

Akan dilakukan penggantian tangki.

Prod Akhir Agustus 2010

9 Jaringan pipa pemadam di SP dan SPU tidak dilengkapi dengan pompa pemadam dan sumber air

Melakukan evaluasi sistem proteksi kebakaran secara komprehensife

Sudah diprogram rencana upgrade Fire Protection System 2010 – 2011.

HSE, TPF dan Prod

Akhir 2011

10 Beberapa sumur suspended dalam keadaan terbuka

Segera dilakukan pemasangan sistem pengaman secara lengkap

Setuju. TPF & Prod

Berkelanjutan

11 Patok lokasi sumur tidak ada dan lokasi sangat sempit

Memasang patok agar tidak dimanfaatkan pihak ke-3

Setuju. Prod Pertengahan Agustus 2010

12 Header Manifold Valve di SP Juwata tertimbun tanah

agar dibersihkan sehingga tidak tertimbun tanah

Setuju. Prod Berkelanjutan

13 Housekeeping di lokasi SP, SPU dan terminal perlu ditingkatkan

Perlu peningkatan Housekeeping

Tidak ditemukan potensi dimaksud.

14 Terdapat potensi pembuangan air yang masih mengandung

Perlu pemisahan saluran air hujan dengan air parit tanki

Setuju, termasuk dalam program sinkronisasi.

TPF Oktober 2010

61

Page 62: 3. BAB I - BAB III

minyak (Oil Film) di lokasi SPU ke saluran air umum (kali kecil)

15 Atap rumah trafo terlalu dekat dengan Pool Trafo yang bertegangan sehingga membahayakan

Perlu segera dilakukan modifikasi agar mendapatkan jarak aman

Setuju. TPF & Prod

Berkelanjutan

(Sumber : Hasil Audit Operasi PT.Pertamina EP Tahun 2010)

D. Identifikasi Faktor dan Potensi Bahaya di PT.Pertamina EP

Field Tarakan

62

Page 63: 3. BAB I - BAB III

Berikut beberapa identifikasi faktor dan potensi bahaya yang

terdapat di beberapa lokasi PT.Pertamina EP Field Tarakan dan upaya

pengendalian yang terdapat di perusahaan sebagai berikut :

Tabel 6. Identifikasi Faktor dan Potensi Bahaya Field Tarakan

NoIdentifikasi

BahayaFaktor Bahaya

Potensi Bahaya

Kontrol

1 Pemeriksan APAR

Debu Dry Powder

Gangguan kesehatan

Pemakaian Masker Debu

APAR terjatuh Tertimpa, cedera

Pemakaian Safety Shoes

Peralatan rusak Terkilir, terjepit Pemakaian Sarung tangan

2 Pengoperasian Fire Pump

Posisi tangan Terjepit, Terkilir

Pemakaian Sarung tangan

Selang jatuh Tertimpa Pemakaian Safety Shoes

3 Pemeriksaan Sarana Fasilitas

Tercangkul saat melakukan penggalian pipa dalam tanah

Luka Pemakaian Safety Shoes

Kondisi cuaca yang panas

Dehidrasi Pemakaian Safety Helm

Terjatuh saat pemeriksaan atap dan dinding bagian atas (> 3 meter)

Patah Tulang, Fatal Accident

Pemakaian Safety Belt

4 Pembersihan Tumpahan Minyak di Perairan

Menggelar Oil Boom di Perairan yg dalam

Tenggelam Menggunakan Life Jacket, Bekerja sesuai TKI

5 Pengoperasian SP/PPP

Tidak adanya Fire Protection System yang standar di seluruh SP/PPP

Kebakaran Besar

Penyediaan Mobil Pemadam, Penyediaan Mobile Foam, Pelatihan Keadaan Darurat

6 Seluruh Kantor

Berkerja di ketinggian

Jatuh APD, tali pengaman, SOP

Open Electrical Sources

Tersengat listrik

Mematikan aliran listrik, Sarung tangan, safety shoes

7 Stasiun Radio Repeater

Kulit tangan terkena ceceran air aki

Kulit melepuh Sarung tangan, safety shoes dan peralatan khusus

8 Moving Rig Sambungan/ Fatality, TKO dan

63

Page 64: 3. BAB I - BAB III

peralatan Rig/ PU terlepas/ jatuh saat perjalanan

tertimpa, terbentur dan terjepit

monitoring

Pondasi peralatan dan perlengkapan operasi rig tidak stabil.Memanjat untuk menaikkan menara

Terjatuh dari ketinggian

TKI dan Fullbody Harness

9 Operasi rig Ada gas bertekanan tinggi dari sumur

Kebakaran TKO dan Monitoring

Benda/ peralatan yang jatuh dari menara

Terbentur benda tumpul

Monitoring dan memberi pengaman berupa ikatan pada setiap tools dan APD

Lantai kerja licin dan berantakan

Terjepit, tergelincir dan tersangkut

Monitoring dan APD lengkap

Kondisi wire rope, shacle, wireclamp, baut cotter pin kurang memadai

Fatality, terjepit dan tertimpa

Monitoring routin keadaan wire line

Isolasi listrik tidak baik

Tersengat listrik

Monitoring routin

Brake system tidak bekerja sempurna

Fatality, terjepit dan tertimpa

Preventive maintenance

Gear box pumping unit tidak terkunci sempurna

Fatality, terjepit dan tertimpa

TKO, Koordinasi dengan T&PF

Pengereman drawwork tidak bekerja sempurna

Fatality, tertimpa atau terjepit

Preventive maintenance

Kebisingan Gangguan pendengaran

Pengujian kebisingan dan preventive maintenance

Semburan liar yang berasal dari sumur

Cedera ringan, berat & meninggal

Radio komunikasi dan ERP

10 Tanggap darurat

Semburan liar yang berasal dari sumur

Cedera ringan, berat & meninggal

Radio komunikasi dan ERP

11 Perbaikan Barang jatuh Tertimpa dan Monitoring

64

Page 65: 3. BAB I - BAB III

Pump Barrel (WB)

cideraManual Handling Tertimpa/

terjepitMonitoring

12 Pembuatan Well Flanged / Casing spool

Kebocoran hose oxygen/acetyline

Ledakan Monitoring

Panas Luka bakar Monitoring dan APD

Kebisingan Mesin Las,Tersengat Listrik

Shock sesaat Monitoring dan APD

13 Perbaikan Saringan (Liner)

Barang terjatuh Tertimpa dan Cidera

Monitoring dan APD

Ceceran Crude Oil

Pencemaran tanah

Monitoring

Kebocoran hose oxygen/acetyline

Ledakan Monitoring

Panas Luka bakar Monitoring dan APD

14 Pembuatan Fishing Tools

Kebocoran hose oxygen/acetyline

Ledakan Monitoring

Panas Luka bakar Monitoring dan APD

15 Area Perbengkelan

Terpukul Palang Pintu

Luka/patah Helmet Safety

Terjepit pintu mobil

Luka/patah Pemenuhan SOP

Gesekan tali Portal

Luka/Licet Sarung Tangan

Debu ISPA MaskerLedakan Luka

Bakar/Meninggal dunia

Metal Detektor

16 Logistik, Penerimaan barang

Debu Gangguan kesehatan

Masker

Barang jatuh Tertimpa dan Cedera

Sarung tangan, helmet, safety shoes

Alat kerja tidak sesuai

Cedera Gunakan Forklift

Manual handling Gangguan otot rangka

Gunakan Gerobak

17 Logistik, Penyimpanan bahan kimia serbuk dengan kemasan Bag/ Sak

Debu Gangguan kesehatan

Menggunakan Masker, kaca mata dan sarung tangan khusus

BAB V

PEMBAHASAN

65

Page 66: 3. BAB I - BAB III

A. Penerapan Sistem Manajemen HSE Field Tarakan

Sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 pasal 3 point 1

tentang perusahaan wajib menerapkan SMK3 dan Lampiran IV

Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang kriteria audit SMK3 yang harus

diterapkan oleh perusahaan, maka PT.Pertamina EP Field Tarakan

termasuk perusahaan besar dengan risiko tinggi dan harus menerapkan

SMK3.

Penerapan SMK3 di PT.Pertamina EP Field Tarakan sudah baik

karena Pedoman Penerapan SMK3 yang terdapat di dalam Lampiran 1

Permenaker No. 05/MEN/1996 hampir seluruhnya telah diterapkan oleh

PT.Pertamina EP Field Tarakan.

Dari hasil perhitungan pencapaian penerapan aspek HSE

berdasarkan hasil audit operasi pada tahun 2010, diperoleh nilai

pencapaian sebesar 73,85 % dengan demikian nilai pencapaian audit

operasi Field Tarakan adalah berpredikat BAIK. Di tahun ini PT. Pertamina

EP Field Tarakan juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007.

Dokumen pendukung lain untuk menghitung penilaian kuantitatif

ditunjukan pula dengan tidak adanya kasus HSE (kecelakaan kerja,

kebakaran yang menimbulkan kerugian di atas US $ 10.000,00 atau

(pencemaran di atas 15 bbl) yang terjadi selama 2 (dua) tahun terakhir.

Disamping itu Upaya Proaktif yang telah dilakukan Field Tarakan

berdasarkan penghargaan yang telah diterima yaitu penghargaan

66

Page 67: 3. BAB I - BAB III

PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan peringkat

Biru yang menunjukkan PT.Pertamina EP Field Tarakan telah melakukan

upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan

ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Kebijakan HSE

PT.Pertamina UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

membangun komitmen HSE dengan melibatkan seluruh karyawan, staff

dan pihak manajemen. Komitmen HSE yang tinggi dengan telah

disusunnya kebijakan HSE mulai dari tingkat koorporasi sampai anak

perusahaan yang berupa Kebijakan HSE dari Direktur Utama, Presiden

Direktur, General Manager, Field Manager dan Buku Panduan Kebijakan

HSE UBEP Sangasanga & Tarakan dan Golden Rules.

Untuk merealisasikan tujuan kebijakan tersebut perusahaan

merumuskan dan menetapkan kebijakan HSE yang berlaku di seluruh unit

kerja PT.Pertamina EP Field Tarakan. Kebijakan HSE tersebut

dikomunikasikan kepada seluruh karyawan, tamu, kontraktor, pelanggan

dan pemasok dengan cara yang tepat sesuai dengan situasi kerja di lokasi

masing-masing.

PT.Pertamina EP Field Tarakan meletakkan tulisan berisi visi dan

misi perusahaan, kebijakan dan sasaran HSE di dinding-dinding kantor

setiap department, ruang tamu, serta lokasi yang ditempel di papan

pengumuman dengan tujuan mengkomunikasikannya pada semua pihak.

67

Page 68: 3. BAB I - BAB III

Kebijakan dan sasaran HSE belum disosialisasikan secara merata

diseluruh karyawan, misalnya HSE Golden Rule dan proses induksi belum

dipahami sepenuhnya mengenai pada Level Front Liner, akan tetapi

perusahaan berupaya lebih intensif melakukan implementasi HSE Golden

Rule dan proses induksi pada seluruh level pekerja di lapangan secara

merata dan berkesinambungan.

2. Perencanaan Program

PT.Pertamina EP Field Tarakan telah membuat rencana stategis

HSE yang diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat

kerja. Perusahaan juga telah membuat manual SMHSE yang telah

mencakup keseluruhan prosedur HSE di tempat kerja terhadap semua

kegiatan, jenis produk, material, maupun jasa.

Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan peralatan sudah cukup baik

dilakukan, masa inspeksi tergantung pada fasilitas dan jenis peralatan

yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Di tahun ini PT.Pertamina

EP Field Tarakan telah mendapatkan sertifikasi ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007 dari TUV NORD Indonesia.

Perusahaan telah memiliki prosedur untuk memahami,

mengidentifikasi peraturan dan persyaratan lain yang berkaitan dengan

HSE. Perusahaan juga telah menetapkan tujuan, sasaran dan program

HSE yang konsisten dengan Kebijakan HSE.

3. Penerapan dan Operasi

68

Page 69: 3. BAB I - BAB III

Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan telah

menyediakan sumber daya yang memadai untuk penerapan dan

pengendalian sistem HSE meliputi manusia, keterampilan, teknologi dan

keuangan. Sistem perekrutan karyawan pun telah dilakukan melalui

mekanisme yang meliputi pemenuhan persyaratan fisik, tes tertulis,

interview dan persyaratan kesehatan yang diperiksa oleh klinik

perusahaan.

Sistem pengembangan keterampilan dan kemampuan karyawan

melalui pelatihan maupun kegiatan kompetensi lainnya telah dilaksanakan

dengan cukup baik. Pada bulan Maret ini perusahaan telah melaksanakan

kegiatan In House Training Pencegahan dan Penanggulangan Tumpahan

Minyak guna meningkatkan kemampuan seluruh pekerja dan pekarya di

Field Tarakan dalam penanggulangan jika terjadi tumpahan minyak.

Saat ini Sistem Manajemen HSE PT.Pertamina UBEP Sangasanga

& Tarakan Field Tarakan secara keseluruhan didokumentasikan dalam

pedoman SMHSE yang disusun secara rinci. Uraian penerapan SMHSE

diintegrasikan dengan prosedur mutu sebagai satu kesatuan dengan

Sistem Manajemen Mutu ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.

4. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

PT.Pertamina EP Field Tarakan telah melakukan identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian risiko untuk proses produksi minyak

bumi. Sejak awal penerapan hingga saat ini terus dilakukan perbaikan

dalam hal identifikasi bahaya dan sering menjadi temuan dalam audit

69

Page 70: 3. BAB I - BAB III

SMHSE internal maupun eksternal. Hal ini dikarenakan adanya perubahan

dan peningkatan sarana produksi, fasilitas kerja dan bahan sehingga

potensi bahaya juga ikut berkembang.

Evaluasi dan audit perusahaan terlihat masih kurang dimana

PT.Pertamina EP Field Tarakan baru melakukan audit internal pada tahun

2010. Juga terdapat belum lengkapnya catatan audit internal yang telah

dilakukan. Contoh belum dibuatnya hasil laporan audit yang berupa

dokumen tersendiri/buku yang dapat dijadikan bahan

pembelajaran/evaluasi untuk seluruh level pekerja di perusahaan.

5. Pengkajian Manajemen

PT.Pertamina EP Field Tarakan melakukan pemeliharaan yang

berkesinambungan dan menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan

dalam penerapan Sistem Manajemen HSE.

Hasil penilaian audit operasi tahun 2010 menunjukkan bahwa

pengkajian/tinjauan manajemen yang mencakup terhadap kemungkinan

perlunya perubahan kebijakan masih kurang sekali. Belum terdapatnya

dokumentasi yang terkait dengan hasil pengkajian/peninjauan manajemen

yang harus dicatat di fungsi HSE selaku sekretaris SMHSE.

Akan tetapi PT.Pertamina EP Field Tarakan selalu melakukan

upaya perbaikan secara berkesinambungan, terlihat dari hasil pencapaian

sertifikasi penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007. Perusahaan juga telah melaksanakan tinjauan

70

Page 71: 3. BAB I - BAB III

manajemen berupa tindak lanjut, upaya perbaikan sistem dan perubahan

peraturan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan SMHSE.

A. Faktor dan Potensi Bahaya PT.Pertamina EP Field Tarakan

Identifikasi faktor dan potensi bahaya kerja dihimpun dari setiap

unit kerja yang ada di PT.Pertamina EP Field Tarakan, sehingga diperoleh

beberapa sumber dan kejadian yang patut dianggap sebagai faktor dan

potensi bahaya potensial. Potensi bahaya ini setiap tahunnya dianalisis

untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangannya.

1. Faktor Bahaya

Faktor bahaya yang terdapat di lingkungan kerja PT.Pertamina EP

Field Tarakan meliputi Faktor Kimia, Fisik dan Fisiologis. Untuk faktor

kimia di dalam proses operasi dan kegiatan pendukungnya kerja

PT.Pertamina EP Field Tarakan menggunakan bahan kimia yang

termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),misalnya berupa cairan (air

aki), gas maupun debu yang mengandung B3 sehingga diperlukan

pengawasan dalam penggunaanya dan adanya MSDS (Material Safety

Data Sheet) pada setiap bahan berbahaya dan beracun (B3), sosialisasi

tentang MSDS kepada tenaga kerja dan penggunaan sarung tangan,

goggles dan safety shoes. Upaya yang dilakukan PT.Pertamina EP Field

Tarakan telah sesuai dengan pengendalian bahah kimia berbahaya di

tempat kerja.

Faktor bahaya berupa faktor fisik di PT.Pertamina EP Field Tarakan

meliputi kebisingan, iklim kerja yang panas, dll . Bahaya kebisingan biasa

71

Page 72: 3. BAB I - BAB III

terdapat pada saat pengoperasian rig, kebisingan di Power Plant,

pembuatan well flanged/casing spool. Berdasarkan pengukuran

kebisingan di Power Plant masih di bawah Nilai Ambang Batas yang

diperkenankan untuk jam kerja 8 jam/hari. PT.Pertamina EP Field Tarakan

melakukan pengendalian dengan penggunaan APD berupa ear plug/ear

muff dan monitoring tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan bising.

Kondisi cuaca yang panas dapat menyebabkan dehidrasi pada

tenaga kerja yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Suhu kerja

yang aman adalah 24 – 26 ºC. Jam kerja karyawan harus disesuaikan

dengan iklim kerja yang dialami dengan menyesuaikan kategori pekerjaan

masing-masing.

Faktor bahaya berupa faktor fisiologis meliputi Posisi saat

melakukan pekerjaan yang kurang tepat dan tidak ergonomis, dapat

diakibatkan karena sikap terburu-buru dan kurang kehati-hatian dalam

melaksanakan pekerjaan atau peletakan barang yang tidak sesuai pada

tempatnya. Sikap kerja yang benar, bervariasi dan istirahat yang cukup

serta didukung dengan alat kerja yang dan tempat kerja yang ergonomi

sangat diperlukan dalam rangka mencegah timbulnya berbagai penyakit

akibat kerja.

2. Potensi Bahaya

Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja PT.Pertamina EP

Field Tarakan antara lain meliputi kebakaran, ledakan, tersengat listrik,

bekerja di ketinggian, bahaya terjatuh, terbentur, terkilir, tertimpa dan

72

Page 73: 3. BAB I - BAB III

terpukul benda-benda, bahaya tertabrak, bahaya terpeleset, gangguan

kesehatan / ISPA, patah tulang / luka, dll.

PT.Pertamina telah melakukan upaya pengendalian untuk setiap

potensi bahaya yang mungkin terjadi pada setiap aktivitas yang dilakukan

oleh pekerja, untuk penanganan kebakaran PT.Pertamina EP Field

Tarakan telah memasang APAR pada semua area tempat kerja yang

berpotensi terjadi bahaya kebakaran, seperti area kantor, area workshop,

area ware house, area block station, area sumur-sumur produksi, dan

pada setiap unit kerja yang beroperasi di PT,Pertamina EP Field Tarakan.

Pemasangan dan peletakan APAR pada tempat kerja diatur

dengan tinggi 110 cm sampai 125 cm dari dasar lantai dan

pemasangan/peletakan APAR pada setiap unit kerja yang beroperasi di

PT.Pertamina EP Field Tarakan. Hal ini telah sesuai dengan UU No.01

tahun 1970 pasal 3 ayat 1 point b tentang proteksi terhadap bahaya

kebakaran dan sesuai dengan Permenaker No.Per/04/Men/1980 pasal 8

tentang pemasangan pemadam api ringan.

Adapun penggunaan listrik tegangan tinggi di PT.Pertamina EP

Field Tarakan berpotensi menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan

akibat sumber listrik dalam keadaan terbuka dan kontak dengan arus

listrik di tempat kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena

aliran listrik, perusahaan mengisolasi sumber bahaya listrik dan memberi

tanda bahaya untuk aliran listrik yang bertekanan tinggi dan melakukan

monitoring rutin terhadap fasilitas.

73

Page 74: 3. BAB I - BAB III

Bekerja di ketinggian sangat berbahaya dan dapat menyebabkan

kecelakaan bila tidak dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dan dengan

pengawasan. PT.Pertamina EP Field Tarakan dalam menanggulangi

bahaya di ketinggian menerapkan izin kerja dan pemakaian alat pelindung

diri berupa Full Body Harness untuk mengamankan kegiatan pekerjaan di

ketinggian.

Begitupun potensi bahaya terjatuh, terbentur, terkilir, tertimpa dan

terpukul benda-benda, bahaya tertabrak, bahaya terpeleset biasa terjadi

pada pekerja di seluruh unit kerja yang berhubungan dengan alat kerja.

Penanganan yang dilakukan oleh perusahaan meliputi Penggunaan alat

pelindung diri, berkerja sesuai TKI/TKO, Monitoring berkala dan

pemasangan sign atau tanda untuk membedakan ada pekerjaan yang

sedang berlangsung.

Bahaya terpeleset dan terjatuh dapat disebabkan oleh suatu

kondisi yang tidak aman/unsafe condition, terdapat ceceran air,minyak

maupun karena faktor lingkungan seperti hujan.

Gangguan kesehatan, gangguan pernafasan dapat muncul akibat

debu/bahan kimia beracun yang tidak secara sengaja terhirup,

terkontaminasi dengan pekerja. Oleh karenanya perusahaan berupaya

melakukan pengenmdalian berupa penggunaan APD, bekerja sesuai

TKO/TKI.

Di PT.Pertamina EP Field Tarakan telah ditentukan prosedur kerja

melalui TKO/TKI yang telah ditetapkan mengenai Kesehatan dan

Keselamatan Kerja setiap pekerjaan. Oleh karenanya setiap pekerjaan

74

Page 75: 3. BAB I - BAB III

yang dilaksanakan harus sesuai dengan prosedur pekerjaan untuk

meminimalisasi potensi bahaya yang akan terjadi.

75

Page 76: 3. BAB I - BAB III

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT.Pertamina EP UBEP Sangasanga & Tarakan Field Tarakan

merupakan salah satu perusahaan BUMN bergerak dibidang

eksplorasi minyak bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur.

Tenaga kerja sebanyak 220 orang. Hasil produksi minyak Field

Tarakan rata-rata per 28 Maret 2011 sebesar 925 BOPD.

2. Secara umum penerapan SMHSE pada kegiatan UBEP Tarakan

sudah dilaksanakan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan

Komitmen Manajemen yang tinggi, fungsi HSE pada posisi yang

independen di bawah Field Manager, sebagian aspek HSE sudah

terintegrasi dalam program kerja masing-masing fungsi, SMK dan

rencana pelatihan para pekerja telah memasukan aspek HSE.

Peningkatan kinerja HSE di UBEP Tarakan tidak hanya menjadi

tanggung jawab pekerja di lapangan tetapi secara langsung

pimpinan atau manajemen memiliki tanggung jawab yang sama.

3. Faktor bahaya yang terdapat di lingkungan kerja PT.Pertamina EP

Field Tarakan meliputi penggunaan bahan kimia yang termasuk

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), kebisingan, iklim kerja yang

panas, sikap kerja,dll. Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan

kerja PT.Pertamina EP Field Tarakan antara lain meliputi

kebakaran, ledakan, tersengat listrik, bekerja di ketinggian, bahaya

76

Page 77: 3. BAB I - BAB III

terjatuh, terbentur, terkilir, tertimpa dan terpukul benda-benda,

bahaya tertabrak, bahaya terpeleset, gangguan kesehatan / ISPA,

patah tulang / luka, dll. Dan upaya pengendalian yang dilakukan

meliputi Penggunaan APD, Monitoring, Prosedur kerja sesuai

TKI/TKO,dll.

B. Saran

1. Perusahaan sebaiknya melakukan aktivitas dokumentasi dari setiap

kegiatan/aktivitas dan dibuat dalam bentuk laporan.

2. Agar segera dilakukan tindakan perbaikan jika pada saat inspeksi

K3 ditemukan adanya potensi bahaya kecelakaan kerja. Karena

saat dilakukan inspeksi, misalnya terdapat pelaporan mengenai

lokasi yang becek yang dapat mengakibatkan pekerja terjatuh

tetapi dibiarkan hingga beberapa hari kemudian.

3. Perusahaan juga sebaiknya melakukan upaya tindak lanjut dari

pelaporan form PEKA (Pengamatan Keselamatan Kerja) dari setiap

fungsi sehingga cepat dilakukan penanganan dan upaya perbaikan.

4. Perusahaan sebaiknya melakukan upaya sosialisasi ulang maupun

tindak lanjut dari penggunaan tempat sampah yang telah

diklasifikasikan berdasarkan jenis sampahnya.

5. Perusahaan sebaiknya menjaga kesinambungan pelaksanaan

SMHSE yang telah ada di perusahaan sehingga senantiasa

diperoleh tempat kerja yang aman, sehat dan produktivitas dapat

ditingkatkan lebih baik lagi.

77

Page 78: 3. BAB I - BAB III

6. Perlunya pengawasan yang lebih baik seperti pengecekan

penggunaan alat pelindung diri, pemeriksaan lingkungan kerja rutin

berupa pengukuran pencahayaan, iklim kerja, dll, untuk menjamin

terlaksananya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

perusahaan.

78