Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
Materi pada penelitian ini meliputi kelimpahan kepiting bakau yang
terdapat di kawasan hutan mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar.
Adapun data yang diambil adalah perhitungan kerapatan mangrove, kepadatan
kepiting bakau, parameter kualitas air yang meliputi parameter fisika yaitu suhu
dan pasang surut, parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut dan salinitas, pH
tanah, tekstur tanah serta bahan organik tanah.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat
dan bahan untuk pengambilan data lapang seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 di
bawah ini :
Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian
No Jenis Parameter Alat Kegunaan
Sampling mangrove
1
Kerapatan Mangrove
Tali Rafia Untuk membuat Transek ukuran 10x10m
2 Roll meter Untuk mengukur panjang transek
3 Buku Identifikasi Mangrove
Untuk mengetahui jenis mangrove
4 GPS Untuk mengetahui titik koordinat stasiun
5 Alat tulis Untuk mencatat hasil identifikasi
6 Kamera Doumentasi kegiatan
Sampling Kepiting Bakau
1
Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla Sp.)
Bubu Untuk menangkap kepiting bakau
2 Buku Identifikasi Kepiting Bakau
Untuk mengetahui jenis kepiting bakau
3 Ember Sebagai wadah kepiting bakau
4 Alat tulis Untuk mencatat hasil identifikasi
5 Kamera Doumentasi kegiatan
Parameter Kualitas Air
1 Suhu Termometer Untuk mengukur suhu perairan
2 pH pH meter
Untuk mengukur pH peraiaran
3 DO Untuk mengukur DO perairan
4 Salinitas Refraktometer Untuk mengukur salinitas perairan
5 Pasang surut (m) Diperoleh dari Pelabuhan Benoa
21
Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
No Bahan Kegunaan
1 Peta Penelitian Sebagai penentuan stasiun
2 Kantong Plastik Sebagai wadah sampel tanah
3 Sampel tanah Sebagai sampel pengukuran tekstur tanah, pH tanah dan bahan organik
4 Sampel air Sebagai sampel pengukuran salinitas
5 Aquades Untuk kalibrasi refraktometer dan pH meter
6 Tissue Untuk mengeringkan setelah dilakukan kalibrasi
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai
Denpasar, Bali. Di sebelah timur lokasi terdapat jalan tol Bali dan sebelah barat
berbatasan dengan jalan bypass Ngurah Rai. Pengambilan stasiun dilakukan
berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya di kawasan Taman Hutan
Raya Ngurah Rai, terdapat 3 stasiun pengamatan yang masing-masing mewakili
tingkat kerapatan mangrove jarang, sedang dan tinggi. Adapun lokasi penelitian
dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode survei. Metode
ini dilakukan untuk menggambarkan, mengumpulkan, serta menganalisis semua
kegiatan yang berhubungan dengan kerapatan mangrove dan kepadatan
kepiting bakau. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal yang lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif
(descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat
22
ini atau saat yang lampau. Menurut Furchan (2004), penelitian deskriptif
mempunyai karakteristik:
1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas,
dan dilakukan secara cermat.
2.Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak
adanya uji h (uji hipotesis).
.Menurut Suryana (2002), metode deskriptif yaitu metode yang
digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena atau
permasalahan yang ada. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterprestasikannya. Dalam pelaksanaannya,
metode deskriptif dilakukan melalui teknik survei, studi kasus (bedakan dengan
suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah
laku, dan analisis dokumenter. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
berdasarkan jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli
atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara,
diskusi terfokus (focus grup discussion-FGD) dan penyebaran kuisioner
(Dharma, 2008). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung di kawasan
mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar pada bulan Juli 2017.
23
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari data lapang meliputi kerapatan
mangrove, kelimpahan kepiting bakau, serta parameter kualitas air dan tanah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh para peneliti,
data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan informasi yang tersedia dari
sumber publikasi atau non publikasi baik dari dalam atau luar organisasi, semua
yang dapat berguna bagi peneliti (Wulandari, 2013). Data sekunder pada
penelitian ini meliputi data pendukung yang diperlukan diantaranya data pasang
surut harian, peta acuan daerah Taman Hutan Raya Ngurah Rai serta studi
pustaka lainnya dari buku, jurnal dan penelitian sebelumnya.
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel
harus representatif. Adapun cara pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
dengan teknik purpossive sampling, yaitu metode yang dilakukan untuk tujuan
tertentu (Arikunto, 2010). Skema peletakan plot mangrove dan peletakan bubu
dapat dilihat pada Lampiran 2.
a. Pengambilan Sampel Mangrove
Pengambilan data mangrove dimulai dengan melakukan penyamplingan
dengan menggunakan Metode Transek Garis yang mengacu pada Kepmen LH
No. 201 Tahun 2004. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1) Menarik tali transek dimulai dari arah laut atau bagian terluar dari
mangrove hingga mencapai daratan.
2) Menarik kembali tali transek dimulai dari darat untuk membuat plot.
Ukuran plot adalah 10x10 m.
24
3) Menghitung jumlah mangrove dalam plot. Sampel mangrove yang
dijumpai pada petak contoh diidentifikasi dengan buku identifikasi mangrove dari
Tomlinson sehingga dapat diketahui jenis dan dapat dihitung kerapatannya,
kemudian ukur parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, tekstur tanah, dan
pH, oksigen terlarut pada masing-masing plot pada setiap transek. Terdapat 3
stasiun dengan dua kali ulangan.
b. Pengambilan Sampel Kepiting Bakau
Kepiting bakau yang diambil sebagai sampel dilakukan dengan
meletakkan bubu di masing-masing stasiun, berukuran tinggi 46x31 cm dan
tinggi 16 cm dengan umpan berupa daging ikan. Bubu diletakkan sebanyak 5
buah di masing-masing plot untuk mewakili populasi di setiap plot. Pengambilan
contoh kepiting bakau dilakukan setiap pagi hari atau dalam keadaan surut, bubu
diletakkan pagi hari dan hasil tangkapan diambil keesokan pagi harinya saat
surut. Dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Sampel kepiting bakau
yang terdangkap diidentifikasi menggunakan buku identifikasi kepiting bakau
yang mengacu pada buku Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan,
kemudian dihitung jumlahnya.
3.4.3 Teknik Penentuan Stasiun
Penentuan stasiun pada penelitian ini diawali dengan melakukan survei
lapang dan penjelajahan untuk mengetahui keadaan lokasi penelitian secara
umum. Penentuan stasiun berdasarkan tingkat kerapatan mangrove. Pada
penelitian ini dibagi menjadi 3 stasiun yang masing-masing mewakili tingkat
kerapatan tinggi, sedang dan jarang, dimana stasiun 1 mewakili tingkat
kerapatan mangrove tinggi, stasiun 2 mewakili tingkat kerapatan mangrove
sedang dan stasiun 3 mewakili tingkat kerapatan mangrove yang jarang.
25
3.5 Analisis Data
3.5.1 Kerapatan Jenis dan Kerapatan Relatif Jenis Mangrove
Dilakukan perhitungan kerapatan jenis (Di) dan kerapatan relatif jenis
(RDi) pada setiap stasiun penelitian. Data mengenai nama spesies, dan jumlah
tegakan diolah lebih lanjut dianalisis untuk mendapatkan nilai kerapatan jenis
dan kerapatan relatif jenis, menurut Bengen (2003).
Kerapatan jenis adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area :
Di = ni/A
Keterangan :
Di : Kerapatan Jenis i
ni : jumlah tegakan dari jenis i
A : Luas total petak pengambilan sampel (luas plot/transek)
Data mangrove yang telah diolah dan diketahui kerapatannya kemudian
dikelompokkan menurut baku mutu kerapatan mangrove berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 pada Tabel 3 di bawah
ini.
Tabel 3. Baku Mutu Kerapatan Mangrove
Kriteria Baku Kerapatan (pohon/ha)
Padat Sedang Jarang
≥1.500 ≥1.000-1.500
26
3.5.2 Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla Sp.)
Setelah mengetahui jenis dan jumlah spesies kepiting bakau yang
tertangkap, maka dilakukan perhitungan kepadatan dan Kepadatan relatif
kepiting bakau (Brower et al., 1990 dalam Miranto 2013)
Keterangan :
K = Kepadatan
∑Ni = Jumlah individu jenis ke-i
A=Luas daerah pengambilan contoh
Keterangan :
KR = Kerapatan
ni = Jumlah individu
ΣN = Total seluruh jenis individu
3.5.3 Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Kepiting Bakau
Data kerapatan mangrove dan kepadatan kepiting bakau dapat
diketahui korelasi antara vegetasi mangrove dengan kepiting bakau
menggunakan model regresi sederhana (Brower et al., 1990 dalam Miranto
2013).
Y = a + b X
Keterangan :
Y : Kepadatan Kepiting Bakau (ind/ha)
X : Kerapatan Mangrove (ind/ha)
a : konstanta
27
b : slope
Keeratan hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepadatan
kepiting bakau dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi (r) dan koefisien
determinasi (R2). Koefisien determinasi menggambarkan besarnya variasi indeks
tetap (Y) dapat diterangkan oleh indeks bebas (X). Sedangkan Koefisien korelasi
menggambarkan besarnya hubungan antara indeks bebas dengan indeks tetap.
3.6 Prosedur Analisis Kualitas Air dan Tanah
Pada penelitian ini, parameter kualitas air yang diukur yaitu parameter
fisika dan parameter kimia. Parameter fisika meliputi suhu, pasang surut dan
tekstur tanah. Parameter kimia meliputi salinitas, pH, dan bahan organik tanah.
Bahan organik tanah dan tekstur tanah dianalisis di Laboratorium.
a. Suhu
Suhu diukur dengan menggunakan alat termometer Hg. Pengukuran
suhu di perairan dilakukan sebagai berikut :
- Memasukkan termometer Hg ke dalam perairan dengan cara dipegang
pada bagian tali pengikatnya dan membelakangi sinar matahari.
- Menunggu 2 sampai 3 menit hingga skala pada termometer menunjukkan
angka suhu dan stabil pada angka tersebut.
- Mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja pengamatan (Subarijanti,
1990).
b. Pasang Surut
Pada penelitian ini, hasil mentah pasang surut diperoleh dari Pelabuhan
Benoa, setelah didapatkan hasil tersebut, kemudian dibuat grafik dari angka
ketinggian gelombang yang diperole selama 7 hari sampai grafik tersebut
membentuk gelombang.
c. Derajat Keasaman (pH)
28
Pengukuran pH di beberapa titik sampel dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran pH
yaitu sebagai berikut :
- Mengkalibrasi pH meter ke dalam perairan dan dilakukan dengan
menggunakan larutan aquades untuk menetralkan pH pada pH meter.
- Memasukkan pH meter ke dalam perairan kurang lebih selama 2 menit
disertai dengan menekan tombol hold sampai menunjukkan angka yang
stabil pada display pH meter tersebut (Suprapto, 2011).
d. Oksigen Terlarut
Pengukuran DO berdasarkan buku panduan Professional Dissolved Oxygen
Meter HD3030 (2015), dapat dilakukan sebagai berikut:
- Memasukkan sensor DO ke dalam perairan.
- Menekan tombol “on”, kemudian ditunggu sampai nilai DO stabil pada layar
DO meter.
- Mencatat hasilnya dan dibersihkan dengan tissue sensor DO.
e. Salinitas
Pengukuran salinitas pada lokasi pengamatan dilakukan dengan
menggunakan alat refraktometer. Menurut Hariyadi et al., (1992) adapun poin
prosedur pengukuran salinitas dengan menggunakan refraktometer adalah :
- Membuka penutup kaca prisma.
- Mengkalibrasi dengan aquades.
- Membersihkan dengan tissue secara searah.
- Meneteskan 1-2 tetes air sampel yang akan diukur salinitasnya.
- Menutup kembali dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara di
permukaan kaca prisma.
- Mengarahkan ke sumber cahaya.
29
- Melihat nilai salinitasnya dari air yang melalui kaca pengintai dan dicatat
hasilnya.
f. pH Tanah
Pada penelitian ini, pengambilan sampel pH tanah dilakukan dengan
mengambil 100 gr tanah pada kawasan mangrove disetiap stasiun pengamatan,
masing-masing stasiun diambil 3 sampel menggunakan metode komposit,
kemudian diteliti lebih lanjut untuk menentukan pH tanah, substrat dan bahan
organik tanah di Laboratorium Universitas Muhamadiyah Malang dengan metode
sebagai berikut (Rayment dan Higginson,1992) :
- Menimbang 10 gram contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing
dimasukkan ke dalam botol kocok.
- Menambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH H2O) dan 50 ml
KCl 1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl). Kemudian kocok dengan mesin
pengocok selama 30 menit.
- Mengukur suspensi tanah dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0. Laporkan nilai pH dalam 1
desimal.
g. Tekstur Tanah
Pada penelitian ini, pengambilan sampel substrat tanah dilakukan
dengan mengambil 1 kg tanah pada kawasan mangrove disetiap stasiun
pengamatan, masing-masing stasiun diambil 3 sampel menggunakan metode
komposit, kemudian diteliti lebih lanjut untuk menentukan tekstur tanah dan
bahan organik tanah di Laboratorium Universitas Muhamadiyah Malang.
Sedangkan untuk menentukan tekstur tanah dapat dilakukan dengan bantuan
Segitiga Tekstur Tanah seperti pada Gambar 5. Adapun prosedur analisis
30
tekstur tanah menggunakan metode pipet dan segitiga tekstur adalah sebagai
berikut (Sudjadi et al., 1971) :
- Menimbang 10 gram contoh tanah
31
Gambar 5. Segitiga Tekstur Tanah
h. Bahan Organik Tanah
Pada penelitian ini, pengambilan sampel bahan organik tanah dilakukan
dengan mengambil 500g tanah pada kawasan mangrove disetiap stasiun
pengamatan, masing-masing stasiun diambil 3 sampel menggunakan metode
komposit, kemudian diteliti lebih lanjut untuk menentukan tekstur tanah dan
bahan organik tanah di Laboratorium Universitas Muhamadiyah Malang. Adapun
prosedur analisis bahan organik tanah adalah sebagai berikut (AOAC, 1988) :
- Menimbang 0.5 g bahan yang telah dikeringkan dan dihaluskan dalam
gelas kimia.
- Menambahkan 25 ml K2Cr2O7 1 N.
- Menambahkan 5 ml H2SO4 pekat dengan hati-hati (warna larutan harus
tetap merah oranye, jika terjadi warna hijau tambahkan lagi larutan yang
sama di atas dengan jumlah yang sama) lalu diamkan selama 20 menit.
- Menjadikan volum menjadi 50 ml dengan aquades dan biarkan
mengendap.
- Mengambil 10 ml larutan yang jernih (bagian atas) dan masukkan dalam
erlenmeyer lalu tambahkan 10 tetes diphenilamin
32
- Menitrasi dengan amonium fero sulfat 1 N sampai terjadi perubahan
menjadi warna hijau.
- Mencatat volum titrasi yang digunakan