23
MODEL KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN DASAR KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2007

33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

MODEL KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN DASAR

KKEELLOOMMPPOOKK MMAATTAA PPEELLAAJJAARRAANN EESSTTEETTIIKKAA

PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2007

Page 2: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 i

DAFTAR ISI

halaman KATA PENGANTAR iABSTRAK iiBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Tujuan C.Lingkup Pengembangan Model Kurikulum Inovatif

Kelompok Mata Pelajaran Estetika BAB II KONSEP KURIKULUM DAN MODEL

PEMBELAJARAN KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA

A. Konsep Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Estetika

B. Model Pembelajaran Terpadu bentuk tematikdi Sekolah Dasar

C. Model Pembelajaran Seni Terpadu BAB III PELAKSANAAN KURIKULUM KELOMPOK

MATA PELAJARAN ESTETIKA A. Pengelolaan Pembelajaran B. Pemilihan Bahan Ajar C. Sistem Penilaian

DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Contoh Silabus SD & MI dan SMP & MTs

2. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SD & MI dan SMP & MTs

3. Model-model pembelajaran

.

Page 3: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 (1) menyebutkan bahwa: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a). peningkatan iman dan takwa; (b). peningkatan akhlak mulia; (c). peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d). keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e). tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f). tuntutan dunia kerja;(g). perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h.) agama ; (i). dinamika perkembangan global; dan (j). persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 37 disebutkan bahwa (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a). pendidikan agama; (b). pendidikan kewarganegaraan; (c). bahasa; (d). matematika; (e). ilmu pengetahuan alam; (f). ilmu pengetahuan sosial; (g). seni dan budaya; (h). pendidikan

Dalam Peraturan Pemerintah NOMOR 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 6 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum yaitu: (1) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika; e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan

(5) Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah. Dengan mengacu tuntutan peraturan perundang-undangan yang berlaku di atas Pusat Kurikulum berdasarkan Permen Diknas no 24 tahun 2006 mempunyai tugas mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum dalam hal ini model kurikulum inovatif Non-IPTEK, kelompok mata pelajaran estetika.. Penyusunan model tersebut tetap dalam 8 standar pendidikan yang telah ditetapka Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).yaitu:

Page 4: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 2

1. SSttaannddaarr IIssii

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kerangka dasar dan struktur kurikulum mengatur tentang kelompok mata pelajaran serta kedalaman muatan kurikulum yang dituangkan dalam kompetensi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Beban belajar mengatur tentang jam pembelajaran dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, pelaksanaan pembelajaran sistem paket dan satuan kredit semester (SKS), serta pemberian pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis keunggulan lokal.

2. Standar PPrroosseess

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Standar proses mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Standar KKoommppeetteennssii LLuulluussaann

Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar ini meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran

4. Standar PPeennddiiddiikk ddaann TTeennaaggaa KKeeppeennddiiddiikkaann

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar ini mengatur tentang pendidik yang harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Rasio pendidik terhadap peserta didik, kelengkapan dan kualifikasi tenaga kependidikan satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan.

5. Standar SSaarraannaa ddaann PPrraassaarraannaa

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan

Page 5: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 3

komunikasi. Standar ini mengatur tentang kelengkapan, jenis dan kualitas sarana dan prasarana satuan pendidikan.

6. Standar PPeennggeelloollaaaann

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar ini terdiri atas standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan standar pengelolaan oleh pemerintah.

Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan mengatur tentang penerapan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), proses pengambilan keputusan, pedoman, rencana kerja tahunan, Pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan satuan pendidikan.

Standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan pemerintah mengatur tentang rencana kerja tahunan, penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional.

7. Standar PPeemmbbiiaayyaaaann

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini mengatur tentang biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal satuan pendidikan.

8. Standar PPeenniillaaiiaann PPeennddiiddiikkaann

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar ini mengatur tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, oleh satuan pendidikan dan oleh pemerintah, serta tentang kelulusan peserta didik.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bertugas melakukan pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan. Sedangkan evaluasi pendidikan meliputi: • evaluasi kinerja pendidikan oleh satuan pendidikan pada tiap akhir semester, • evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah (menteri) • evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah propinsi • evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah kabupaten/kota • evaluasi kinerja pendidikan oleh lembaga mandiri Kedelapan standar pendidikan tersebut merupakan acuan penyusunan model kurikulum inovasi kelompok mata pelajaran Non–IPTEK kuhusunya kelompok mata pelajaran Estetika. Oleh karena itu penetapan model sekolah yang ideal bagi penerapan kurikulum inovatif tersebut adalah yang telah sesuai dengan kedelapan standar pendidikan di atas. Dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum Inovatif Non-IPTEK kelompok mata pelajaran Estetika setiap sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mau serta bersedia membantu Pusat Kurikulum

Page 6: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 4

mengembangan model kurikulum inovatsi kelompok mata pelajaran estetika tersebut. Dalam konsep pendidikan seni suatu perwujudan dari aktivitas kehidupan manusia sering kita namakan kebudayaan atau peradaban manusia, yang mencakup filsafat (pikiran) mengenai logika, etika, dan estetika, ilmu pengetahuan sebagai metoda, teknologi yang merupakan aplikasi ilmu pengetahuan dan seni sebagai ungkapan estetis. Sudah tidak asing lagi masalah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari, namun kita selalu mempersoalkannya, baik di lingkungan pendidikan maupun sosial kemasyarakatan. Masalah kreativitas sangat dipengaruhi oleh kemampuan kreatif, dimana orang hanya mementingkan ratio dan logika saja sehingga akan kehilangan identitas kreatifnya. Kreativitas sebagai suatu proses, hal ini tidak hanya dimiliki oleh anak genius, seniman, dewasa, penemu saja akan tetapi setiap manusia memilikinya. Seperti tiap-tiap manusia memiliki ratio dan fisik, akan tetapi berbeda tingkat intensitasnya karena setiap tindak (sikap) manusia pada hakekatnya merupakan integrasi dari ketiga tingkat kemampuan, fisik, rasio, dan kreativitas. Dalam pertumbuhan dan perkembangan pada orang dewasa peranan fisik tidak begitu penting dan setiap rangsang untuk bertindak kreatif lebih cenderung dipahami secara rasional. Sedang dalam pendidikan selama ini masalah kreativitas dalam mengembangkan rasio dan penemuan inovasi baru. Kreativitas dalam proses kreatif penciptaan diperlukan adanya kematangan pribadi dan integrasi dengan lingkungan yang meliputi sarana, keterampilan, orisinalitas, sebagai ungkapan dan identitas yang khas. Disinilah kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang dapat membentuk kemampuan-kemampuan lainnya baik kematangan pribadinya dan integrasi dengan lingkungannya hingga tercipta sesuatu yang baru atau yang lebih baik. Dengan latar belakang tersebut maka kegiatan penelitian tahun anggaran 2007 melakukan pembuatan model.

B. Tujuan Tujuan pengembangan model kurikulum Inovatif kelompok mata pelajaran Estetika adalah sebagaiacuan untuk mengembangkan lebih lanjut pembelajaran seni budaya yang mencakup seni rupa, musik, tari, teater dan sastra yang spesifik berdasarkan nilai-nilai budaya yang berkembang dimasing-masing daerah mencakup:

1. memberikan guideline bagi pengajar dan pembina dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar

2. membantu pengajar dalam melakukan pengelolaan kelas 3. membantu pengajar dalam memilih materi/bahan ajar yang sesuai dan

bermakna C. Lingkup Pengembangan Model Kurikulum Inovatif Kelompok Mata Pelajaran

Estetika Lingkup pengembangan model Kurikulum Inovatif Kelompok Mata pelajaran Estetika memcakup:

1. Konsep pembelajaran kesenian yang bermakna dan disesuaikan dengan karakteristik anak usia pendidikan dasar dalam mata pelajaran Seni Budaya ,dan Sastra

Page 7: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 5

2. Model pemelajaran seni dan satra yang menumbuhkan kreativitas dan peka dalam berkesenian

3. Prosedur memilih materi/ bahan ajar yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

4. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran seni dan sastra

Page 8: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 6

BAB II

KONSEP KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA

A. Konsep Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Estetika

Seni dan keindahan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan meskipun banyak kalangan menyatakan bahwa seni tidak selalu indah, namun seni adalah suatu yang menyenangkan, artinya bukankah kata menyenangkan itu suatu keindahan juga?. Kata menyenangkan identik dengan keindahan hati.

Seni dapat menyenangkan karena ditata sedemikian rupa oleh penciptanya dengan pertimbangan rasa keindahan (estetik) dan artistik yang sangat mendalam, meskipun karya seni yang dibuatnya mengandung unsur kesedihan, kemarahan, keburukan dan kejahatan bahkan menjijikan, tetap saja semua itu disajikan dan dikemas secara artistik, sehingga menyenangkan hati dan menyentuh kesadaran estetik mereka yang menyaksikannya.

Kepekaan artistik dan kesadaran estetik seseorang tumbuh sejak usia dini, bahkan berdasarkan banyak hasil penelitian kemampuan tersebut tumbuh sejak bayi masih di dalam kandungan. Fisher, 1978 menyatakan pendidikan seni merupakan suatu upaya menanamkan kesadaran estetik (aesthetic awareness) pada anak, melalui pengalaman mencari struktur, makna dan interrelasi dalam seni dan kehidupan.

Pernyataan tersebut menyadarkan kita bahwa keterlibatan seni dengan kehidupan nyata anak sangat erat dan kita dapat membangun kesadaran estetik dan kepekaan artistik, melalui proses belajar melalui seni, belajar dengan seni dan belajar tentang seni, pendidikan seni berperan mengembangkan kemampuan anak secara multidimensial, multilingual, dan multikultural secara terintegrasi baik dalam satu bidang seni, antara bidang maupun lintas bidang.

Pandangan tersebut selaras dengan pemikiran Goldbergh, 2000. bahwa kemampuan anak dapat dikembangkan melalui poses belajar melalui seni (learning trought art), belajar tentang seni (learning about art) dan belajar dengan seni (learning with art). Belajar melalui seni maksudnya adalah kemampuan dasar anak dalam seni dan kehidupan nyata dapat dikembangakan melalui aktivitas dan belajar seni, dengan kata lain multi kecerdasan anak dapat berkembang melalui seni, namun proses ini membutuhkan waktu relatif lama Belajar tentang seni maksudnya adalah anak dapat belajar konseptual, operasional dan prinsip seni atau melalui proses ini anak dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan apresiasi seni. Belajar dengan seni maksudnya , adalah, anak dapat mengembangkan kemampuan belajar disiplin ilmu lain seperti Ilmu pengetahuan alam, Pengetahuan Sosial, Agama, Bahasa, Kewarganegaraan, olah raga dengan seni. Dengan kata lain seni dapat mendunkung kemajuan belajar beragam disiplin ilmu setiap anak dengan memanfaatkan seni sebagai pendukung.

Page 9: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 7

Kelompok mata pelajaran estetika berperan menanamkan kesadaran akan adanya perbedaan dan keanekaragaman budaya, kesadaran tersebut diharapkan dapat mengembangkan kesadaran untuk menghormati, menjunjung tinggi dan Toleran terhadap perbedaan dan keragaman seni budaya. Hal ini penting bagi anak Indonesia yang hidup di Negara dan Bangsa dengan keanekaragaman suku atau etnik, budaya, bahasa, agama, agar dapat hidup saling menghargai, menghormati, toleran, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat orang lain. Sikap seperti ini dapat tumbuh melalui kegiatan belajar apresiasi dan kreasi seni. Melalui kegitan melihat, mendengar, berpikir merasakan, dan membuat karya seni, anak belajar menilai dan menghargai karyanya dan karya bangsa sendiri serta menghargai dan menghormati karya orang lain dan budaya atau bangsa lain.

Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Lansing, 1976.287, yang menyatakan bahwa pendidikan seni rupa bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa lingkungan dan kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan perkembangan seni anak. Pendidikan seni juga merupakan upaya memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh melalui kegiatan seni, dan aktivitas seni membantu anak mengembangkan kemampuan dasar mereka. Sebagaimana dinyatakan oleh Lowenfeld, 1982: pendidikan seni merupakan cermin ungkapan atau refleksi keberadaan anak secara total, meliputi ungkapan kemampuan cerap (perceptual), intelektual, kreativitas, emosional, sosial, estetik dan kemampuan fisik mereka.

Melalui karya anak kita dapat mengamati perkembangan psikologis dan fisik mereka, karena setiap goresan dan pilihan warna dalam rupa, atau ungkapan nada dan melodi mereka dalam musik adalah simbol keberadaannya dan cara mereka berkomunikasi. Melalui karya anak kita dapat melihat dan mendengar keberadaan mereka secara holistic, meliputi kepekaan indra, kecerdasan, perasaan, kreativitas, ssosial, estetis dan fisik mereka. Melalui pilihan objek gambar atau bunyi dan cara menuangkannya, kita dapat mengetahui kepekaan indra pengelihatan dan pendengaran anak. Semakin banyak, unik, detail, dan asli gagasan yang mereka ungkapkan baik dalam rupa maupun musik, maka semakin kreativlah mereka. Melalui pendidikan seni idealnya kemampuan konseptual, operasional dan sintesis anak berkembang secara baikl, sehingga mereka dapat memahami, menghayati, merasakan, kreatif dan terampil dalam seni yang mereka pelajari, pendidikan seni juga dapat menjadi kecakapan hidup (life skills) yang akan sangat berguna bagi mereka untuk turut berkiprah dalam dunia seni baik di tingkat daerah setempat, lokal, nasional maupun global. Kemapuan tersebut ditanamkan dan dikembangkan di sekolah sejak usia dini, sebagai upaya pendalaman materi seni melalui proses belajar tentang seni, sebagaimana konsep pendidikan seni yang dikembangkan oleh Maurice Barret.

Barret, 1989. menyatakan bahwa pada hakekatnya pendidikan seni merupakan proses pengembangan kemampuan konseptual, operasional dan sintesis anak. Melalui proses berkesenian, kemampuan gagasan, perasaan, dorongan hati, keterampilan dan kepekaan estetis berkembang secara simultan, lihat bagan 1 :

Page 10: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 8

����

��������

��������

�����

��

��������������

�������

���������������������������

������������

Pengaruh era globalisasi menuntut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang lebih kompleks dalam beragam disiplin ilmu, maka sejak dini anak harus dibekali dengan beragam kemampuan yang sesuaio dengan kebutuhan mereka, pendidikan seni merupakan salah satu disiplin ilmu yang diharapkan berperan mengembangkan kemampuan anak secara multidimensional, multilingual, dan multikultural. Melalui pendidikan seni bukan kemampuan estetik saja yang berkembang, tetapi juga kemampuan logika dan etika anak berkembang.

Kemampuan berbahasa rupa telah memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan berbagai peralatan dan program (software) berteknologi tinggi seperti komputer. Selain itu tanpa kemampuan berbahasa visual yang baik, maka kemampuan manusia akan terhambat dalam memahami bahasa komputer yang sebagian besar menggunakan simbol-simbol rupa. Demikian pula dengan bahasa bunyi dan gerak serta perpaduannya. Berbagai kemampuan bahasa ini dapat dikembangkan melalui pendidikan seni yang bersifat multi lingual. Membekali anak dengan kemampuan multi bahasa merupakan hal penting yang harus dilakukan, agar anak lebih siap menghadapi tuntutan era syber.

B. Model Pembelajaran Terpadu bentuk tematikdi Sekolah Dasar

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: • Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, • Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; • Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

Page 11: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 9

• Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

• Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

• Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan

1. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

• Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

• Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

• Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

• Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

• Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

• Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan 2. Alasan Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik

• Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga

aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau

Page 12: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 10

bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

• Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan

psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.

• Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai

kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b)

C. Model Pembelajaran Seni Terpadu

Begitu banyak pendekatan pembelajaran seni disarankan oleh para pakar pendidikan seni, namun sebagai pendidik kita harus kritis dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai perkembangan dan kebutuhan mereka.

Pendekatan ekspresi bebas memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk merefleksikan atau mengaktualisasikan diri dan bereksplorasi melalui berbagai media dan teknik tanpa intervensi guru. Jack Cross, 1977.44. Pendekatan ini dikembangkan oleh Lowenfeld dan Lambert Britain. Pendekatan ekspresi bebas memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh melalui kegiatan seni secara bebas. Guru hanya berperan sebagai motifator dan fasilitator. Pendekatan ini berorientasi kepada pengembangan konseptual, agar kretivitas anak berkembang, dengan konseptual seni yang baik maka keterampilan dan kreativitas anak berkembang dengan sendirinya.

Pendekatan ekspresi bebas mengarah kepada pendekatan belajar humanisme, suatu pendekatan pelajar yang mengutamakan kebutuhan anak. Melalui pendekatan ini anak diberi ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan konseptual, kemampuan operasional atau skill san sintesis anak tumbuh dengan sendirinya.

Page 13: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 11

Pendekatan in i pernah mendominasi kurikulum pendidikan seni di Indonesia selama 20 tahun atau sejak tahun diterapkannya kurikulum l975 hingga kurikulum 1994. Nampaknya pendekatan tersebut kurang tepat untuk diterapkan di Indonesia, karena karakter bangsa dan negara RI penuh kebinekaan, baik dalam ras, etnik, budaya, dan bahasa. Kebebasan mutlak yang diberikan membentuk sikap apriori, kurang toleran terhadap orang lain, dan lemah dalam keterampilan sehingga melemahkan life skill mereka.

Pendekatan disiplin atau Discipline Based Art Education (DBAE) merupakan pendekatan pembelajaran seni yang mengacu kepada empat masalah pokok, antara lain : produksi seni, kritik seni, sejarah seni, dan estetika serta kaitannya dengan kebudayaan. Eisner. 1984. Pendekatan tersebut lebih cederung mengutamakan pengembangan disiplin ilmu seni.

Pendekatan ini sempat mewarnai kurikulun pendidikan seni di Indonesia pada masa kurikulum Inti beriringan dengan penerapan pendekatan ekspresi bebas, hal ini membuat arah kurikulum nemjadi kurang jelas, karena disatu sisi mengharapkan anak berkembang secara bebas, disisi lain menekankan penguasaan materi seni, sehingga penerapan pendidikan seni dilapangan kehilangan arah, yakni berada diantara pemenuhan kebutuhan anak dan kebutuhan pengembangan disiplin ilmu seni tanpa penjelasan yang gamblang mengenai pengintegrasian dua pendekatan yang berbeda arah tersebut. Pendekatan pembelajaran seni yang saat ini ditawarkan pemerintah atau Badan Nasional Sertifikasi Pendidikan (BNSP) dengan kurikulum Kurukulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) nya menawarkan banyak pilihan pendekatan pembelajaran diantaranya adalah pendekatan terpadu, pendekatan konstruktif, pendekatan multikultur, pendekatan proyek, pendekatan kooperatif dan beberapa pendekatan belajar lainnya, sehingga guru dilapangan semakin kewalahan mengimplementasikannya di lapangan, sebab belum terlaksana satu penerapan pendekatan yang ditawarkan, hadir pendekatan pembelajaran lain untuk dilaksanakan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang ditekankan DEPDIKNAS adalah pendekatan pembelajaran terpadu, karena setidaknya ada dua alasan mengapa pendekatan pembalajaran ini diterapkan di sekolah adalah senabagi berikut: Pertama , alasan emperik, karena pada hakikatnya pemgalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu,artinya menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Pergi ke pasar, sebagai misal merupakan kompleksitas pengalaman hidup yang tak hanya bersifat sosial (berhubungan dangan orang lain), ekonomi ( memenuhi kebutuhan rumah tangga ) ,tetapi juga matematika ( terkait hitung –hitunga harga), dan biologi (soal barang dan bahan yang kita beli) ,dan sebagainya. Dengan demikian, proses pmbelajaran di sekolah sebenarnya dapat dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat ,karena proses belajar yang demilkian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita.

Kedua , alasan teoristis ilmiah, karena keadaan dan permasalahan dalam kehidupan akan terus berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh ilmu ruang angkasa menjadi lebih terbuka setelah

Page 14: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 12

pesawat ulang-alik dapat mendarat di bulan. Komputer kini menjadi mesin informasi yang telah masuk di rumah kita tampa permisi. Itulah sebabnya, maka bahan ajar di sekolah sudah pasti harus diperkaya dengan muatan-muatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. DEPDIKNAS, 2003.

Disamping itu sebetulnya ada alasan lain mengapa penerapan pendekatan pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di sekolah, karena pendekatan pembelajaran terpadu merangkum hampir semua pendekatan lain yang direkomendasi oleh DEPDIKNAS, meliputi pendekatan konstruktif, pendekatan multikultur, pendekatan proyek, dan pendekatan kooperatif.

Pendekatan pembelajaran terpadu membangun konsep berpikir, membina rasa kebersamaan melalui kerja sama bukan hanya antar murid, namun antar murid dengan guru, antara guru satu bidang studi dengan bidang studi lain baik serumpun maupun diluar rumpun bidang studi yang diampunya, peserta didik ditekankan membuat suatu proyek dan melaporkannya dalam bentuk portofolio, dan melalui pendekatanm pembelajaran terpadu ditanamkan sikap untuk menyadari, menghargai dan menghormati adanya perbedaan individu, ras, etnik, budaya dan agama, agar dapat hidup bersama dengan damai, toleransi dan kasih sayang. Upaya menuju kearah tersebut dapat dicapai melalui proses belajar melalui seni. Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu membuat kompetensi seni budaya dan keterampilan peserta didik berkembang melalui proses belajar tentang seni dan proses belajar dalam seni. Melalui pendekatan pembelajaran seni terpadu kemampuan anak terhadap disiplin ilmu lain berkembang secara optimal melaui proses belajar dengan seni.

Forgarty, menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat kegiatan belajar menjadi lebih bermakna, mengembangkan cakrawala, kerjasama dan kreativitas anak dan guru. Kebermaknaan proses belajar mengajar dapat dirasakan oleh peserta didik karena

Pendekatan multikultural mengajukan enam pernyataan pokok antara lain : menjadikan sosio antropologi sebagai dasar pembelajaran estetik, produksi dan pengalaman budaya, menuntut pengetahuan dam kesadaran guru akan nilai – nilai sosial budaya antropologi sebagai metode dasar, menanamkan skap demokratis dan memfokuskan pada pembinaan sikap interaktif, gender, usia, politik, religi, dan etnik.

Page 15: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 13

BAB III PELAKSANAAN KURIKULUM

KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA

A. Pengelolaan Pembelajaran Pada dasarnya, pengelolaan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan pembelajaran, dan tahap penilaian. Tahap perencanaan merupakan tahap awal guru memulai memikirkan strategi yang paling sesuai untuk membelajarkan peserta didik. Pada tahap ini guru menentukan pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan, menentukan sumber pembelajaran dan bahan ajar yang akan dipilih, media pembelajaran yang digunakan, prosedur pembelajaran dan pengalaman belajar yang akan diperoleh peserta didik dirumuskan, serta perencanaan penilaian beserta format-format penilaian yang dibutuhkan dipersiapkan.

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia hanya mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Konstruktivisme adalah faham pembelajaran yang berasumsi bahwa pengetahuan seseorang dibentuk secara bertahap dari hal-hal yang mendasar kemudian berkembang ke pemerolehan pengembangan yang lebih luas dan lebih kompleks.

Demikian pula halnya dengan pembelajaran kesenian. Pada saat ini, disadari atau tidak ternyata apresiasi masyarakat pada umumnya relatif rendah. Tidak jarang didapati bahwa peserta didik yang sama sekali tidak mengenal ’binatang’ apakah kesenian itu. Bahkan, lebih ironis lagi, ada sementara guru mata pelajaran Kesenian yang sama sekali tidak tahu apa dan bagaimana seni kesenian itu.

Untuk membangun pemahaman dan keterampilan dalam berkesenian (mempelajari seni kesenian), tentu perlu dipahami dengan sungguh-sungguh bahwa kesenian sesungguhnya bukan sekedar ilmu pengetahuan melainkan juga proses aktualisasi diri serta pemunculan sikap berkesenian peserta didik. Inti permasalahan dalam pembelajaran kesenian di SMP/MTs sesungguhnya hanya ada dua, yakni bagaimana menumbuhkan apresiasi kesenian yang baik dalam dalam diri peserta didik serta bagaimana peserta didik tersebut berkreasi dalam seni kesenian. Oleh sebab itu, peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus mengkontruksikan pengetahuan yang ditemukannya dalam benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentranformasikan sesuatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Page 16: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 14

1. Prinsip Pembelajaran Kesenian

Prinsip pembelajaran kesenian secara umum mengikuti prinsip pembelajaran secara umum namun dapat dikembangkan sesuai dengan konteks pembelajaran, perkembangan kesenian, serta kepentingan-kepentingan peserta didik. Adapun beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

• Pembelajaran harus bersumber pada teori-teori yang berkembang pada bidang yang relevan seperti teori belajar, teori-teori yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta kegiatan di luar kelas, teori-teori yang berkaitan dengan kesenian itu sendiri, teori psikologi, dan sebagainya.

• Prinsip-prinsip keguruan berperan sebagai kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran kesenian yang disebutkan di atas sehingga setiap prinsip latihan akan memberikan arah bagi pelaksanaan latihan.

• Penggunaan konsep yang tepat harus dikembangkan sesuai dengan konteksnya, seperti; konsep motivasi, di mana seorang guru bertindak sebagai motivator yang mendorong peserta didik untuk belajar dan berlatih; prinsip belajar sambil berkreasi, artinya peserta didik mengalami langsung setiap latihan yang diberikan dan bukan melulu rangkaian ceramah teoritis; prinsip pemecahan masalah, artinya dalam situasi tertentu para peserta didik dibimbing untuk memecahkan permasalahannya sendiri; prinsip perbedaan individu, artinya seorang guru harus benar-benar menyadari bahwa peserta didik memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal seperti minat, bakat, latar belakang sosial, karakter, intelegensi, dan sebagainya.

Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya setiap guru harus berpegang teguh kepada konsep-konsep berikut.

• Ajarkanlah kesenian secara utuh dan bukan mengajarkan tentang kesenian. Artinya, jika kita menginginkan peserta didik memperoleh keterampilan dalam berkesenian, maka libatkanlah peserta didik secara langsung dalam dunia kesenian yang sebenarnya dan bukan melalui pengetahuan semata.

• Dunia seni bukan sekedar objek pembelajaran, melainkan wahana kreativitas peserta didik. Kegiatan aktivitas kesenian tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai kesenian, tetapi juga sebagai wahana pengembangan kreativitas melalui unsur-unsur tematik di luar dunia kesenian itu sendiri.

• Kesenian berkaitan erat dengan dunia kepribadian. Artinya, kegiatan kesenian harus mampu membentuk kepribadian peserta didik secara utuh sesuai dengan tingkat perkembangan psikofisiknya. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran kesenian harus selalu disisipkan pesan-pesan moral yang luhur, yang tidak bertentangan dengan sistem nilai dan ukuran norma yang berlaku di masyarakat. Kegiatan kesenian justru harus menjadi penguat sistem nilai dan ukuran norma tersebut.

2. Pendekatan Pembelajaran Kesenian

Sebagaimana dipahami bahwa pendekatan adalah semacam ancangan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran yang memberi arah dan corak kepada

Page 17: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 15

metode pengajaran. Dengan kata lain, pendekatan merupakan pedoman umum dan langsung bagi langkah-langkah metode pengajaran yang akan digunakan.

Berbagai macam pendekatan pernah digunakan dalam pengelolaan pembelajaran di Indonesia. Pendekatan BELAJAR AKTIF, pendekatan komunikatif, pendekatan keterampilan proses, dan terakhir pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran kesenian, pendekatan apa pun dapat digunakan selama pendekatan tersebut dapat memberikan dorongan terhadap berlangsungnya aktivitas peserta didik. Pada dasarnya, pendekatan-pendekatan yang telah dikenal itu dapat digunakan dalam proses pembelajaran seni kesenian. Akan tetapi, hal yang sangat perlu disadari dan dipahami secara sungguh-sungguh, pendekatan apa pun yang digunakan dalam proses pembelajaran seni kesenian harus mampu memberikan pengalaman belajar secara nyata dalam diri peserta didik.

Sesuai dengan prinsip diversifikasi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2004, pendekatan yang diasumsikan dapat dikembangkan dalam pembelajaran kesenian adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dan dunia nyata peserta didik. Pendekatan kontekstual juga membantu mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan strategi semacam ini, hasil pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna karena proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

3. Metode Pembelajaran Kesenian

Sebagaimana telah dipahami bahwa metode dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan. Metode lebih bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

Sebagaimana pendekatan yang digunakan, metode pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran kesenian dapat dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual. Seluruh metode di atas dapat berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Kata-kata kunci yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut. 1) Real world learning (pembelajaran mengacu kepada dunia nyata) 2) Mengutamakan pengalaman nyata 3) Berpikir tingkat tinggi 4) Pembelajaran berpusat pada peserta didik 5) Peserta didik aktif, kritis, dan kreatif 6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan 7) Dekat dengan kehidupan nyata 8) Perubahan perilaku 9) Learning (belajar) bukan teaching (mengajar) 10) Pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction) 11) Pembentukan manusia 12) Memecahkan masalah 13) Peserta didik akting, guru mengarahkan dari dekat 14) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

Page 18: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 16

B. Pemilihan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan pengembangan secara spesifik dari hal yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap sumber pembelajaran. Segala hal yang ditemukan dari sumber pembelajaran ini dianalisis dan disintesis serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Hasil analisis dan pengembangan inilah kemudian dilatih dan dipelajari dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Pengalaman langsung dalam kegiatan kesenian akan jauh lebih bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik daripada mereka dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan teoritis.

Misalnya, kegiatan pembelajaran teater yang ideal dapat diberikan kepada peserta didik melalui sebuah naskah drama baku yang dipersiapkan oleh guru atau bahkan oleh peserta didik sendiri. Melalui naskah inilah seluruh aspek pembelajaran berkembang secara kontekstual dan kondisional. Pada sebuah naskah, guru dan peserta didik akan menemukan bagaimana memerankan, menciptakan sebuah permainan teater, mengolah pentas, menguasai pentas, menyusun properti pentas, menyutradarai, mempersiapkan sebuah pementasan, mempelajari manajemen produksi, melaksanakan pementasan, dan sebagainya.

Dalam pembelajaran musik, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan baik berupa motif-motif lagu, ritmik yang dapat dikembangkan oleh peserta didik secara eksploratif menjadi sebuah karya musik yang menarik. Proses eksplorasi ini dapat menggunakan instrumen musik yang ada di sekitar sekolah atau bahkan dengan memanfaatkan sumber-sumber suara yang ada dan mudah diperoleh (misalnya vokal anak-anak, kaleng bekas, meja, ballpoint, dan sebagainya).

Bagaimana bahan ajar ini dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran?

• Pada awal pembelajaran dimulai (pada awal semester atau awal tahun pelajaran), guru mata pelajaran diharapkan telah mempersiapkan teks pembelajaran yang sesuai dengan tingkat usia perkembangan peserta didik serta jenis seni yang akan dipelajari. Teks ini diusahakan terdiri atas berbagai ragam bentuk. Dalam pengadaan teks pembelajaran, guru mata pelajaran dapat memanfaatkan fungsi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau lembaga-lembaga kesenian yang menangani kesenian.

• Perkenalkan naskah ini secara langsung kepada peserta didik untuk diamati,

dipelajari, dan diidentifikasi setiap unsur yang terdapat di dalamnya. Pada tahap ini, rangsanglah peserta didik untuk belajar menyusun karya seni sendiri berdasarkan kegiatan dan kehidupan mereka sehari-hari

C. Sistem Penilaian

Penilaian berkaitan dengan kelompok mata pelajaran estetika sering banyak menemukan kendala terutama berkaitan dengan sifat subjetivitas, dengan paradikma lama yang beranggapan tidak ada nilai 10 untuk peserta didik dan tidak ada nilai di bawah 4 yang mengacu pada Patokan acuan normatif bahwa 10 nilai Tuhan, 9 nilai guru dan 8 nilai peserta didik.

Page 19: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 17

Berkaitan dengan itu maka perlu perubahan salah satunya dibuatkan kriteria penilaian dan pemilihan teknik yang sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran estetika Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yang sesuai. Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya

1. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: • langkah-langkah kerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk

menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. • Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. • Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. • Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua

dapat diamati. • Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati

2. Penilaian Sikap

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Page 20: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 18

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. • Sikap terhadap materi pelajaran. • Sikap terhadap guru/pengajar. • Sikap terhadap proses pembelajaran.. • Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi

pelajaran. • Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan

dengan mata pelajaran. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

3. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

• Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

• Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

• Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

4. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

Page 21: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 19

Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

• Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

• Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

• Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

• Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

• Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

5. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:

• Karya peserta didik adalah benar-benar karya nya sendiri. • Saling percaya antara guru dan peserta didik • Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik • Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru • Kepuasan • Kesesuaian • Penilaian proses dan hasil • Penilaian dan pembelajaran

6. Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 22: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 20

• Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.

• Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.

• Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.

• Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

• Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.

• Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

• Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

• Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

7. Penilaian Diri (self assessment)

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.

Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Page 23: 33_Model Kurikulum Inov Dikdas

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 21

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

• Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. • Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. • Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda

chek, atau skala penilaian. • Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. • Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta

didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. • Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian

terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.