6
UJME 3 (1) (2014) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme © 2014 Universitas Negeri Semarang ISSN NO 2252-6927 Info Artikel Abstra PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING Restyanna Yanu Pratiwi , YL Sukestiyarno, M. Asikin Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Sejarah Artikel: Diterima Agustus 2013 Disetujui Agustus 2013 Dipublikasikan Oktober 2013 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding pada materi trigonometri kelas X SMK dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu, ketrampilan pemecahan masalah, dan dapat mencapai KKM pada siswa yang ditentukan pada kemampuan pemecahan masalah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive pada kelas X RPL 2 dengan 5 siswa sebagai subjek penelitian. Subjek 1 adalah siswa peringkat pertama, subjek 2, 3 dan 4 adalah siswa pada kuartil pertama, kedua dan ketiga serta subjek 5 siswa pada peringkat terakhir. Hasil penelitian menunjukkan karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah kelima subjek penelitian meningkat ditunjukkan dengan peningkatan skor gain yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara. Meningkatnya karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah siswa mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa dengan tercapainya KKM yang ditetapkan yaitu ≥71. Simpulan pada penelitian ini adalah model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding dapat meningkatkan 3 aspek hasil belajar yaitu afektif, psikomotorik, dan kognitif. Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] Key words: Character Problem Solving Scaffolding Superitem The purpose of this research was to determine whether the Superitem learning model assisted scaffolding on material trigonometry class X SMK can increase the character's curiosity, problemsolving skills, and be able to reach the students KKM specified in the problemsolving abilities. This research is descriptive qualitative research. Using purposive sampling techniques on the class X RPL 2 with 5 students as research subjects. Subject 1 was a student ranked first, subjects 2, 3 and 4 are students in the first quartile, the second and third and subject 5 on the recent ratings. The results showed the character of curiosity and problem solving skills increased five subjects exhibiting increased gain scores obtained from observations and interviews. All of subjects achieving predetermined KKM is ≥ 71 for problem solving skills. The conclusions of this research was Superitem learning model assisted scaffolding can improve 3 aspects of learning outcomes are affective, psychomotor, and cognitive.

3439-6983-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

  • UJME 3 (1) (2014)

    Unnes Journal of Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

    2014 Universitas Negeri Semarang

    ISSN NO 2252-6927

    Info ArtikelAbstrak

    Abstract

    PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUIMODEL SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING

    Restyanna Yanu Pratiwi , YL Sukestiyarno, M. Asikin

    Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229

    Sejarah Artikel:Diterima Agustus 2013Disetujui Agustus 2013Dipublikasikan Oktober 2013

    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah modelpembelajaran Superitem berbantuan scaffolding pada materi trigonometri kelas XSMK dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu, ketrampilan pemecahanmasalah, dan dapat mencapai KKM pada siswa yang ditentukan padakemampuan pemecahan masalah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatifdeskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive pada kelas XRPL 2 dengan 5 siswa sebagai subjek penelitian. Subjek 1 adalah siswa peringkatpertama, subjek 2, 3 dan 4 adalah siswa pada kuartil pertama, kedua dan ketigaserta subjek 5 siswa pada peringkat terakhir. Hasil penelitian menunjukkankarakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah kelima subjekpenelitian meningkat ditunjukkan dengan peningkatan skor gain yang diperolehdari hasil pengamatan dan wawancara. Meningkatnya karakter rasa ingin tahudan keterampilan pemecahan masalah siswa mempengaruhi kemampuanpemecahan masalah siswa dengan tercapainya KKM yang ditetapkan yaitu 71.Simpulan pada penelitian ini adalah model pembelajaran Superitem berbantuanscaffolding dapat meningkatkan 3 aspek hasil belajar yaitu afektif, psikomotorik,dan kognitif.

    Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]

    Key words:CharacterProblem SolvingScaffoldingSuperitem

    The purpose of this research was to determine whether the Superitem learningmodel assisted scaffolding on material trigonometry class X SMK can increase thecharacter's curiosity, problemsolving skills, and be able to reach the studentsKKM specified in the problemsolving abilities. This research is descriptivequalitative research. Using purposive sampling techniques on the class X RPL 2with 5 students as research subjects. Subject 1 was a student ranked first, subjects2, 3 and 4 are students in the first quartile, the second and third and subject 5 onthe recent ratings. The results showed the character of curiosity and problemsolving skills increased five subjects exhibiting increased gain scores obtained fromobservations and interviews. All of subjects achieving predetermined KKM is 71for problem solving skills. The conclusions of this research was Superitemlearning model assisted scaffolding can improve 3 aspects of learning outcomes areaffective, psychomotor, and cognitive.

  • 70

    R.Y. Pratiwi et al / UJME 3 (1) (2014)

    PendahuluanMasalah pendidikan di Indonesia

    memang selalu menjadi topik yang menarikuntuk diperbincangkan, terutama bagi parapakar pendidikan dan masyarakat yang peduliterhadap perkembangan pendidikan.Pembelajaran matematika merupakan salahsatu dari masalah pembelajaran di Indonesia.Sebab dalam pelaksanaan proses pengembangansumberdaya manusia, matematika menjadisalah satu unsur yang dibutuhkan. Hal inididukung oleh Prabowo (2008:2) yangmenyatakan bahwa matematika sebagai ilmudasar merupakan sarana berpikir untukmenumbuhkembangkan daya nalar, caraberpikir logis, sistematis dan kritis. Olehkarena itu matematika mempunyai perananpenting dalam peningkatan kualitas pendidikan.

    Salah satu aplikasi kecakapanmatematika adalah mampu mengembangkankemampuan untuk memecahkan masalah. Haltersebut sejalan dengan tujuan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matapelajaran matematika yang menyebutkan bahwapembelajaran matematika di sekolah bertujuanagar siswa memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah, merancangmodel dan menafsirkan solusi yang diperoleh.Ketrampilan dan kemampuan memecahkanmasalah merupakan hal yang penting dalampendidikan. Kehidupan yang berkembang jugamenghadapkan manusia dengan berbagaimasalah yang harus dicari pemecahannya, olehkarena itu pemecahan masalah merupakankemampuan dasar yang harus dimiliki manusiaUntuk itulah betapa pentingnya kemampuandan ketrampilan memecahkan masalahmatematika.

    Salah satu materi yang dihindari siswaadalah trigonometri. Hal ini dikarenakan materitrigonometri merupakan salah satu materi yangbanyak menyajikan masalah. Berdasarkan dataPresentase Penguasaan Soal Matematika UjianNasional SMK Tahun Pelajaran 2010/2011yang diterbitkan oleh Balitbang, Kemendiknas,Jakarta menunjukkan bahwa untuk indikatormenyelesaikan masalah yang berkaitan denganmanentukan salah panjang salah satu sisisegitiga siku-siku menggunakan perbandingantrigonometri tingkat Jawa Tengah hanyamencapai 55,23%. Lebih lanjut untuk indikatormenentukan nilai selisih dua sudut, biladiketahui perbandingan trigonometri sinus dantengen hanya mencapai 46,61% (Balitbang,

    2011). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswamasih kesulitan dalam memecahkan soaltrigonometri, dalam hal ini dikhususkan padamateri trigonometri untuk SMK.

    Masalah lain yang timbul dari bidangpendidikan di Indonesia adalah karakter. tujuanpendidikan sebagaimana amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSisdiknas No.20 tahun 2003) adalahmengembangkan kemampuan dan watak sertaperadaban bangsa yag bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan mengembangkan potensi siswa agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga yang demokratis sertabertanggung jawab. Selanjutnya dalam pasal 1dijelaskan bahwa pendidikan adalah usahasadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agarsiswa secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan negara.

    Dalam proses belajar mengajar tipehasil belajar kognitif lebih dominan jikadibandingkan dengan afektif dan psikomotorik.Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektifdan psikomotorik diabaikan sehingga tak perludilakukan penilaian. Kenyataan tersebutmendorong peneliti untuk melakukan penelitianpendidikan yang dapat membentuk ketiga aspekhasil belajar, yaitu aspek afektif melalui karakterrasa ingin tahu dan aspek psikomotorik melaluiketrampilan pemecahan masalah. Denganterbentuknya kedua aspek tersebut, makaperubahan sikap dan tingkah laku siswa akanmempengaruhi aspek kognitinya melaluikemampuan pemecahan masalah. Salah satucara yang dapat ditempuh yaitu dengan inovasipendekatan atau model pembelajarannya.

    Model pembelajaran yang dapatmenunjang peningkatan kemampuan danketrampilan pemecahan masalah adalah modelpembelajaran Superitem. Superitem adalahsebuah teknis pemberian tugas kepada siswaoleh guru, yang dimulai dari tugas yangsederhana meningkat pada yang lebih kompleksdengan memperhatikan tahap SOLO siswa.Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem yang dapat membentukkarakter rasa ingin tahu dan ketrampilan

  • R.Y. Pratiwi et al / UJME 3 (1) (2014)

    71

    pemecahan masalah siswa. Alternatifpembelajaran tersebut, dirancang agar dapatmembantu siswa dalam memahami hubunganantar konsep. Juga membantu dalam memacukematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukanagar siswa dapat memecahkan masalahmatematika dengan baik. Selain itu gurumelakukan kegiatan diagnostik terhadap responsiswa, sehingga dapat dengan segeramenentukan langkah-langkah yang diperlukandalam mencapai tujuan pembelajaran. MenurutBiggs dan Collis dalam Alagmulai (2006),berdasarkan kualitas model respons siswa, tahapSOLO siswa diklasifikasikan kedalam empattahap atau level. Empat tahap tersebut adalahunistructural, multistructural, relasional, danabstract.

    Agar proses pembelajaran matematikapada siswa juga dapat berjalan lebih optimaldengan bantuan orang dewasa yang sesuaidengan masa perkembangannya atau zoneproximal development-nya. Maka siswa perludiberikan bantuan yang tepat, yaitu denganmenggunakan scaffolding. Scaffolding adalahsalah satu teori belajar Vigotsky yangmemberikan bantuan kepada siswa selamatahap-tahap awal pembelajaran dan kemudianmengurangi bantuan tersebut dengan segerasetelah ia mampu mengerjakan sendiri, untukmemberikan kesempatan kepada anak tersebutmengambil alih tanggung jawab yang semakinbesar. Jadi dalam penelitian ini, dipilihlahscaffolding dalam penerapan model Superitemsebagai bantuan untuk membentuk karakterrasa ingin tahu dan keterampilan pemecahanmasalah sehingga dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswa.

    Desain rancangan penelitian tersebut diatas akan memberikan perlakuan pembelajaranpada satu kelas. Hal ini dimaksudkan agarperubahan aspek afektif, aspek psikomotorik,dan aspek kognitif siswa dapat diamati secaracermat dan teliti. Oleh karena itu dari satu kelassebagai populasi penelitian akan diambilbeberapa siswa secara purposive (pertimbangan)sebagai sampel atau subjek penelitian. Jadipenelitian ini akan dilakukan denganmenggunakan prosedur panalitian kualitatif.

    Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan

    adalah metode penelitian kualitatif.Pengambilan sampel sumber data dilakukansecara purposive dan snowball, penentuan

    sampel dalam penelitian kualitatif tidakdidasarkan perhitungan statistik dan bukanuntuk digeneralisasikan, namun untukmendapatkan informasi yang maksimum.Sampel sumber data dipilih orang yangmemiliki power dan otoritas pada obyek yangditeliti sehingga mampu memberikan informasisebanyak-banyaknya. Teknik pengumpulandengan trianggulasi (gabungan), analisis databersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitiankualitatif lebih menekankan makna daripadageneralisasi. (Sugiyono, 2010 : 15). Desain yangdigunakan dalam penelitian ini adalah desainpenelitian deskriptif kualitatif, artinyamenggambarkan atau mendeskripsikankejadian-kejadian yang menjadi pusat perhatiansecara kualitatif dan berdasar data kualitatif.

    Populasi pada penelitian ini adalahpeserta didik Kelas X RPL 2 SMK Negeri 10Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak38 peserta didik. Kemudian dipilih 5 orangsebagai subjek penelitian. Kelima subjekpenelitian tersebut adalah peserta didik yang tespendahuluan mendapatkan peringkat pertama,kuartil pertama, kuartil kedua, kuartil ketigadan peringkat terakhir. Kelima subjek penelitiantersebut yang akan diamati perkembangankarakter serta pemecahan masalahnya selamalima kali pertemuan.

    Metode pengumpulan data yang dipilihdalam penelitian ini adalah metode triangulasi.Dalam menggunakan metode triangulasi selainpeneliti berusahan mengumpulkan data, penelitijuga dapat mengecek kredibilitas data denganberbagai teknik pengumpulan data. Tekniktriangulasi mencakup pengumpulan data yangberbeda-beda untuk mendapatkan data darisumber yang sama. Oleh karenanya penelitimenggunakan metode observasi partisipasif,wawancara mendalam, dan sumber data yangsama secara serempak. Sedangkan metode tesadalah metode tambahan untuk mengetahuikemampuan pemecahan masalah siswa. Datayang diperoleh melalui metode tes juga akandigunakan untuk mendukung data yangdiperoleh dengan menggunakan metodetraiangulasi. Sedangkan data yang diperolehdari hasil observasi akan dihitung menggunakanrumus indeks gain dari setiap pertemuan.

    Hasil dan PembahasanSubjek penelitian berjumlah 5 orang

    yang dipilih dari 38 siswa dari kelas penelitianyang berdasarkan hasil tes pendahuluan yang

  • 72

    R.Y. Pratiwi et al / UJME 3 (1) (2014)

    telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013.Subjek penelitian terdiri dari subjek 1 (S1),subjek 2 (S2), subjek 3 (S3), subjek 4(S4), dansubjek 5 (S5). Masing-masing merupakan siswayang mendapatkan rangking pertama, kuartilpertama, kuartil kedua, kuartil ketiga, danrangking terakhir. Kepada kelima subjekdilakukan pengamatan dan wawancara selamalima kali pertemuan pembelajaran, dengantanpa mendeskriminasikan siswa lain dalamkelas penelitian.

    Pelaksanaan pembelajaranmenggunakan model Superitem berbantuanscaffolding dimulai dengan apersepsi danpembahasan tugas terstruktur, dilanjutkandengan tanya jawab untuk membahas materidan contoh soal. Kegiatan dilanjutkan denganpenyelesaian masalah berupa soal-soalsuperitem yang sesuai dengan tahap-tahaptaksonomi SOLO yang disusun dalam bukusiswa. Soal kemudian dibahas bersama-samasiswa dengan bimbingan guru. Penguatandiberikan kepada siswa yang beranimengerjakan di depan kelas danmempresentasikan jawabannya, kemudiandilanjutkan dengan evaluasi berupa latihanmandiri. Pembelajaran diakhiri dengankonfirmasi dan penarikan kesimpulan yangdibuat oleh siswa dengan bimbingan guru.Pembelajaran yang dilaksanakan sifatnyaberkembang, yaitu menyesuaikan keadaansiswa tanpa menghilangkan esensi dari rencanapembelajaran secara umum.

    Dari hasil pengamatan dan wawancaraterhadap kelima subjek penelitian, secaraumum kelima subjek penelitian memberikanperubahan yang baik yaitu denganmeningkatnya karakter rasa ingin tahu daripertemuan pertama hingga pertemuan keliamyang ditunjukkan dengan skor gain. Meskipundari kelima subjek penelitian hanya subjek 1saja yang mendapatkan kriteria tinggi, namunkeempat subjek penelitian yang lain sudahmemberikan peningkatan karakter rasa ingintahu dengan kriteria sedang. Pada dasarnya S1memang berbeda dengan subjek penelitian yanglain karena berada pada peringkat pertamadalam tes pendahuluan. Temuan ini dapatdimaknai bahwa bagi siswa dengankemampuan tinggi lebih mudah meningkatkankarakter rasa ingin tahunya daripada siswadengan kemampuan yang lebih rendah. Dalamproses pembelajaran menggunakan modelpembelajaran superitem, S1 tergolong siswayang mampu menyelesaikan soal-soal dalam

    tahap extrended abstract. Sejalan denganpenelitian Lim Hooi Lian dan Wum Thiambahwa siswa yang berada pada tahap relasionaldan extrended abstrak (berkemampuan tinggi)mampu mengkoordinasikan semua informasiyang diberikan. Informasi yang dimaksuddalam penelitian ini dikaitkan denganscaffolding yang diberikan oleh guru sebagaifasilitator bagi siswa untuk meningkatkankarakter rasa ingin tahunya. Dengan demikianpembentukan karakter rasa ingin tahu (aspekafektif) siswa dapat dilakukan melalui modelpembelajaran Superitem berbantuanscaffolding. Grafik perolehan gain karakter rasaingin tahu kelima subjek penelitian dapat dilihatpada Gambar 1 di bawah ini:

    Gambar 1. Grafik Perolehan Skor Karakter

    Rasa Ingin TahuUntuk aspek ketrampilan pemecahan

    masalah, secara umum kelima subjek penelitianjuga mengalami peningkatan. Bahkan dalamindeks gain yang dihasilkan menunjukkanbahwa kelima subjek penelitian mendapatkankriteria tinggi semua. Hasil temuan diatas,menunjukkan bahwa model pembelajaranSuperitem dapat mendukung terbentuknyaketrampilan pemecahan masalah siswa. Hal inidikarenakan model pembelajaran superitemyang diterapkan dalam penelitian inimenyajikan bentuk soal yang meningkat sesuaidengan tingkatan pada taksonomi Solo siswa.Dengan soal yang disusun berdasarkantaksonomi solo memberikan kesempatan bagisiswa untuk memahami persoalan secarabertahap sesuai dengan kesiapannya. Selain ituguru juga dapat memberikan bantuan atauscaffolding yang tepat kepada siswaberdasarkan respon dari siswa. MenurutVigotsky (Supriadi, 2005: 34) prosespeningkatan pada diri siswa terjadi sebagaiakibat dari adanya pembelajaran, diskusi yangdilakukan antara guru dan siswa dalampembelajaran mengilustrasikan interaksi sosialmampu memberikan kesempatan siswa untukmengoptimalkan proses belajarnya. Proses ini

  • R.Y. Pratiwi et al / UJME 3 (1) (2014)

    73

    mampu menjembatani siswa pada tahap yanglebih tinggi sesuai dengan yang diutarak olehVigotsky yang disebut sebagai Zone ofProximal development (ZPD). Hal ini pula yangmendasari terbentuknya ketrampilanpemecahan masalah siswa melaui modelpembelajaran Superitem berbantuanscaffolding.Grafik perolehan gain ketrampilanpemecahan masalah kelima subjek penelitiandapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:

    Gambar 2. Grafik Gain Keterampilan

    Pemecahan MasalahTes kemampuan pemecahan masalah

    dilaksanakan pada akhir penelitian untukmengetahui ketuntasan siswa pada materi yangsudah diajarkan selama 5 kali pertemuan, yaituaturan sinus, aturan kosinus, dan luas segitiga.KKM yang ditetapkan sebesar 71 untukketuntasan individual, sehingga siswa dikatakantuntas jika nilai yang diperoleh lebih dari atausama dengan 71. Berdasakan hasil tes akhirkemampuan pemecahan masalah, diperolehdata bahwa kelima siswa yang menjadi subjekpenelitian nilainya 71, sehingga kelimanyadikatakan tuntas secara individual. Hasil teskemampuan pemecahan masalah menunjukkandari kelima subjek penelitia, S1 menempatiperingkat pertama dengan nilai 99,7. Dan yangmengejutkan adalah S5, karena hasil tesakhirnya mampu mengalahkan S2, S3, dan S4sehingga menempati peringkat kedua dengannilai 75,8. S2 menempati peringkat ketigadengan selisih nilai hanya 0,2 saja dengan S5yaitu 75,6. Untuk S3 dan S4 mendapatkan nilaites akhir yang sama yaitu 73,3 dan nilai inipaling kecil dibandingkan ketiga subjek yanglain. Keberhasilan S5 mengalahkan ketigasubjek yang lain dikarenakan ketiga subjek yanglain yaitu S2, S3, dan S4 terkecoh terhadapsalah satu soal sehingga metode pemecahanmasalah atau rumus yang dipilih tidak tepatyang berpengaruh dengan skor penilaian padalangkah-langkah penyelesaian dan hasilperhitungan akhir. Secara umum keberhasilankelima subjek penelitian dalam mencapai

    ketuntasan untuk tes kemampuan pemecahanmasalah berkaitan dengan perubahan perilakudan kebiasaan terhadap karakter rasa ingin tahudan keterampilan pemecahan masalah siswa.Telah dibahas sebelumnya bahwa terjadipeningkatan pada karakter rasa ingin tahu yangdialami oleh kelima subjek penelitian.Perubahan perilaku tersebut juga menjadi salahfaktor meningkatnya kemampuan pemecahanmasalah. Dalam membentuk karakter rasa ingintahu dan ketrampilan pemecahan masalah yangdiikuti dengan meningkatnya kemampuanpemecahan masalah juga dipengaruhi olehmodel pembelajaran yang memfasilitasi ketigaaspek tersebut. Pada penelitian ini, modelpembelajaran Superitem berbantuan scaffoldingternyata dapat meningkatkan ketiga aspekdalam penelitian, yaitu karakter rasa ingin tahu(afektif), ketrampilan pemecahan masalah(psikomotorik), dan kemampuan pemecahanmasalah (afektif). Keberhasilan modelSuperitem dalam penelitian ini berkaitandengan pembelajaran model ini yangmenggunakan soal bentuk superitemberdasarkan taksonomi solo siswa. Dengandemikian, kesiapan siswa dalam menerimapermasalahan pemecahan masalah dapatdiperhatikan. Hal itu sangat sesuai dengan yangdikemukakan Ruseffendi (2006:178) dalammenghadapi pemecahan masalah siswa harusmampu menyelesaikan, baik kesiapanmentalnya maupun pengetahuan siapnya.Pembelajaran Superitem yang memperhatikantahapan dalam taksonomi solo juga sejalandengan Vygotsky. Salah satu ide kunci Vygotskytentang pembelajaran sosial adalah konsepnyatentang Zone of Proximal Development.Menurut Vygotsky, anak memiliki dua tingkatperkembangan yang berbeda, yaitu: tingkatperkembangan aktual dan tingkatperkembangan potensial. Seseorang akan dapatmenyelesaikan masalah yang tingkatkesulitannya lebih tinggi dari kemampuandasarnya setelah ia mendapat bantuan dariseseorang yang lebih mampu (lebih kompeten).Vygotsky menyebut bantuan yang demikian inidengan dukungan dinamis atau scaffolding.

    Dengan demikian semakin jelas bahwamelalui pembelajaran Superitem berbantuanscaffolding dapat membentuk karakter rasaingin tahu (afektif) dan ketrampilan pemecahanmasalah (psikomotorik) siswa. Denganterbentuknya kedua aspek tersebutmengakibatkan kemampuan pemecahanmasalah (kognitif) siswa ikut meningkat.

  • 74

    R.Y. Pratiwi et al / UJME 3 (1) (2014)

    PenutupModel pembelajaran Superitem

    berbantuan Scaffolding dapat meningkatkantiga aspek hasil belajar, yaitu aspek afektif,aspek psikomotorik dan aspek kognitif.Karakter rasa ingin tahu siswa (afektif) dalampembelajaran menggunakan model Superitemberbantuan scaffolding mengalami peningkatanyang ditunjukkan dengan peningkatan skorgain. Skor gain diperoleh melalui hasilpengamatan dan diperkuat dengan wawancara.Dari kelima subjek penelitian S1 mendapatkangain dengan kriteria tinggi sedangkan keempatsubjek yang lain yaitu S2, S3, S4, dan S5mendapatkan gain dengan kriteria sedang.Meskipun demikian kelima subjek penelitianmengalami peningkatan karakter rasa ingintahu (aspek afektif) jika dibandingkan denganawal pertemuan. Ketrampilan pemecahanmasalah (psikomotorik) siswa dalampembelajaran menggunakan model Superitemberbantuan scaffolding mengalami peningkatanyang ditunjukkan dengan peningkatan skorgain.

    Skor gain diperoleh melalui hasilpengamatan dan diperkuat dengan wawancaraselama penelitian. Selama lima kali pertemuanpembelajaran kelima subjek penelitianmenunjukkan peningkatan yang sangat baik jikadibandingkan dengan pertemuan pertama.Hasil pengamatan dengan kelima subjekpenelitian menghasilkan gain dengan kriteriatinggi semua. Meningkatnya karakter rasa ingintahu (afektif) dan ketrampilan pemecahanmasalah (psikomotorik) siswa yang ditunjukkandengan skor gain dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah (kognitif)siswa dengan tercapainya KKM yaitu lebih dariatau sama dengan 71. Peringkat pertama masihdiduduki oleh S1 dengan nilai 99,7 yang padates pendahuluan juga mendapat peringkatpertama. Peringkat kedua justru diraih oleh S2dengan nilai 75,8 yang pada tes pendahuluanmendapat peringkat terakhir. Peringkat ketigaadalah S2 dengan nilai 75,6 hanya selisih 0,2dengan S5. Selanjutnya untuk peringkatkeempat dan kelima adalah S3 dan S4 dengannilai sama yaitu 75,8. Dengan demikiankemampuan pemecahan masalah siswa dapatmeningkat melalui pembelajaran dengan modelSuperitem berbantuan scaffolding.

    Ucapan TerimakasihPenulis menyadari bahwa penyusunan

    artikel ini tidak lepas dari bantuan berbagaipihak. Pada kesempatan ini penulis inginmenyampaikan terima kasih kepada semuapihak yang telah membantu sehingga penulisanartikel ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Daftar PustakaAlagmulai, S. 2006. SOLO, RASCH, QUEST and

    Curriculum Evaluation. Tersedia dihttp://www.aare.edu.au/96pap/alags96046.txt [diakses 7 Januari 2013].

    Balitbang. 2011. Hasil Ujian Nasional Tahunpelajaran 2010/2011 untuk Perbaikan MutuPendidikan. Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Pendidikan.

    Lian, Lim Hooi, and Yew, Wun Thiam. n. d.Superitem Test: An Alternative AssessmentTool to Assess Students AlgebraicSolving Ability. Tersedia dihttp://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm [diakses 7 Januari 2013]

    Prabowo, Ardhi. 2008. Keefektifan ModelPembelajaran Bernuansa Problem BasedLearning Berbantuan Media film besertaAplikasi 3Dsmax Terhadap PenguasaanKompetensi Mahasiswa Mata KuliahGeometri Ruang. Tesis. JurusanMatematika UNNES. Tidak diterbitkan.

    Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar kepada MembantuGuru Mengembangkan Kompetensinyadalam Pengajaran Matematika untukMeningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

    Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

    Supriadi. 2005. Teori Belajar Matematika denganPendidikan Matematika Indonesia. JurnalPendidikan Dasar. Tersedia dihttp://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12Oktober_2009/TEORI_BELAJAR_MATEMATIKA_DENGAN_PENDIDIKAN_MATEMATIKA_INDONESIA.pdf [diakses 17-06-2013]

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. Tersedia diwww.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf [diakses 15-06-2013].