Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan, yaitu penelitian tahap I
merupakan penelitan eksperimen sesungguhnya (true eksperimental research) dan
penelitian tahap II adalah studi pengembangan.Penelitian eksperimen akan
melihat pengaruh pemberian berbagai dosis ekstrak daun kelor terhadap histologi
ginjal tikus putih jantan yang dipapar oleh timbal. Tahap II akan dilakukan
pengembangan hasil penelitian eksperimen, yang akan dikembangkan menjadi
media poster pada materiStruktur dan Fungsi Sel Penyusun Jaringan pada Sistem
Ekskresi kelas XI SMA.
3.1.1 Penelitian Tahap I
Jenis penelitian pada tahap ini eksperimen sesungguhnya (true
eksperimental research). Penelitian eksperimen sesungguhnya (true eksperimental
research)yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian
perlakuan terhadap subjek penelitian. Disebut True Experiment karena peneliti
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.Ciri
utamanya yaitu sampel eksperimen dan kelompok kontrol diambil secara random
dari kelompok populasi (Nursyahidah, 2012 dalam Khaniviyah, 2015).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Factorial
Design yang terdiri dari 2 faktor. Faktor A, yaitu dosis ekstrak daun kelor dan
faktor B yaitu dosistimbal. Pada Tabel 3.1. akan ditunjukkan skema rancangan
penelitian pada penelitian ini.
38
39
Tabel 3.1 Skema Rancangan Factorial Design
Keterangan:
a. Faktor A adalah dosis ekstrak daun kelor yang terdiri dari enam kategori, yaitu: A0 = Kontrol A1 = Dosis ekstrak daun kelor 2,1 mg A2 = Dosis ekstrak daun kelor 2,8 mg A3 = Dosis ekstrak daun kelor 3,5 mg A4 = Dosis ekstrak daun kelor 4,2 mg A5 = Dosis ekstrak daun kelor 4,9 mg
b. Faktor B adalah dosis pemaparan timbal yang terdiri dua kategori, yaitu: B0 = Dosis Pb 0 mg B1 = Dosis Pb 50 mg
c. Dua belas (kombinasi) tersebut adalah A0B0 = Kontrol tanpa ekstrak daun kelor dengan dosis timbal 0 mg A1B0= Dosis ekstrak daun kelor 2,1 mg dengan dosis timbal 0 mg A2B0= Dosis ekstrak daun kelor 2,8 mg dengan dosis timbal 0 mg A3B0= Dosis ekstrak daun kelor 3,5 mg dengan dosis timbal 0 mg A4B0= Dosis ekstrak daun kelor 4,2 mg dengan dosis timbal 0 mg A5B0= Dosis ekstrak daun kelor 4,9 mg dengan dosis timbal 0 mg A0B1 = Kontrol tanpa ekstrak daun kelor dengan dosis timbal 50 mg A1B1 = Dosis ekstrak daun kelor 2,1 mg dengan dosis timbal 50 mg A2B1 = Dosis ekstrak daun kelor 2,8 mg dengan dosis timbal 50 mg A3B1 = Dosis ekstrak daun kelor 3,5 mg dengan dosis timbal 50 mg A4B1 = Dosis ekstrak daun kelor 4,2 mg dengan dosis timbal 50 mg A5B1 = Dosis ekstrak daun kelor 4,9 mg dengan dosis timbal 50 mg
Penempatan satuan-satuan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap.Rancangan Acak Lengkap merupakan jenis rancangan percobaan
dimana perlakuan diberikan secara acak kepada seluruh unit percobaan.Hal ini
dapat dilakukan karena lingkungan tempat percobaan diadakan relatif homogen
sehingga media atau tempat percobaan tidak memberikan pengaruh berarti pada
respon yang diamati (Akhmadi, 2012).Pengacakan pada unit-unit percobaan dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan acak, sistem lotere atau dengan
Faktor A A0 A1 A2 A3 A4 A5
B B0 A0B0 A1B0 A2B0 A3B0 A4B0 A5B0 B1 A0B1 A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A5B1
40
bantuan software komputer.Pengacakan perlakuan pada satuan-satuan percobaan
dalam penelitian ini menggunakan sistem lotere.
Keterangan:
I : Ulangan ke- 1
II : Ulangan ke-2
3.1.2 Penelitian Tahap II
Penelitian tahap II adalah studi pengembangan. Pada tahap ini akan
dilakukan pengembangan hasil penelitian eksperimen, yang akan dikembangkan
menjadi media poster ilmiah pada materiStruktur dan Fungsi Sel Penyusun
Jaringan pada Sistem Ekskresi kelas XI SMA.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 29 Juli–27 September
2016bertempat di Laboratorium Farmakologi Kampus 2 Universitas
Muhammadiyah Malangyang beralamat di Jl. Bendungan Sutami No. 188A
Malang.
A0B0 I A4B1 II
A0B1 II A4B0 I
A3B1 I A1B0 I
A2B0 I A0B0 II
A2B1 II A1B1 II
A4B1 I A2B0 II
A3B0 II A1B1 I
A3B1 I A5B0 II
A2B1 I A5B1 II
A0B1 I A4B0 II
A5B0 I A5B1 II
A1B0 II A3B1 II
Tabel 3.2 Denah RAL (Rancangan Acak Lengkap)
41
3.3 Populasi dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti yang memiliki kualitas
dan karakter tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2013).Populasi dari
penelitian ini adalah tikus putih jantan yang berumur 2-3 bulan dengan berat
badan 150-200 gram.
3.3.2 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling, dimana teknik ini digunakan karena setiap unit atau
anggota populasi itu bersifat homogen, sehingga anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Sampel merupakan bagian
dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian
(Khaniviyah, 2015).
Skema pengambilan sampel yang dilakukan secara simple random
sampling adalah sebagai berikut:
Keseluruhan tikus putih jantan dengan karakteristik sehat yang ditandai dengan mata bening, gerakan lincah, umur 2– 3 bulan dengan berat badan 150 – 200 gram yang di peroleh dari Laboratorium Farmakologi Universitas Muhammadiyah Malang
Randomisasi (pengambilan sampel dilakukan secara acak) yaitu tikus diambil secara acak untuk dijadikan sampel dan diberi nomor sesuai dengan perlakuan yang ada sehingga diperoleh:
24 ekor tikus putih jantan dengan karakteristik sehat yang ditandai dengan mata bening, gerakan lincah, umur 2 – 3 bulan dengan berat badan rata-rata 150 – 200 gram
++++++++++ ++++++++++ ++++++++++ ++++++++++ ++++++++++
+ + + +++ +++
Unit populasi
42
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 24 tikus putih jantan yang
dibagi menjadi 12 kelompok perlakuan.Untuk menentukan banyaknya ulangan
pada penelitian ini, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan,
yaitu:
Keterangan : r = replikasi (jumlah pengulangan) t = treatment (jumlah perlakuan) n= jumlah sampel (perlakuan)
t(– 1) (r – 1) ≥ 15
(12 – 1) (r – 1) ≥ 15
11r – 11 ≥ 15
r ≥ 15+1111
r ≥ 2,36
r ≥ 2 pengulangan
Jadi pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tikus putih
jantan yang dibagi menjadi 12 kelompok (kombinasi), masing-masing kelompok
terdiri dari 2 kali ulangan, sehingga jumlah sampel tikus pada penelitian ini
adalah:
n = banyaknya perlakuan x ulangan
= 12 x 2
= 24 jumlah sampel (perlakuan)
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipilih dan sengaja diukur dan
diubah-ubah oleh peneliti untuk diketahui hubungannya dengan variabel terikat.
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
43
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera L) dan dosis timbal.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang diobservasi dan diukur untuk
mmenentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau
tidak muncul dan berubah sesuai dengan yang ditentukan oleh peneliti. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah gambaran histologi hialin cast pada ginjal.
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
dengan konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian
ini adalah tikus putih jantan, pakan, air minum dan waktu pemberian perlakuan.
3.4.4 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan makna pada setiap variabel, maka setiap
variabel perlu didefinisikan, adapun definisi dari setiap variabel yaitu:
1. Dosis ekstrak Moringa oleifera L yang digunakan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Hazani (2014) pada mencit, yaitu ekstrak daun
Moringa oleifera L dengan dosis 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 dan 0,7 mg. Kemudian
dosis tersebut dikonversi menjadi dosis tikus, yaitu: 2,1; 2,8; 3,5; 4,2 dan
4,9 mg.
2. Dosis paparan timbal yang digunakan berdasarkan studi literatur jurnal
yang dilakukan oleh Arifuddin (2016) adalah 50 mg, pemberian dosis
tersebut sudah dapat menyebabkan efek toksik pada ginjal.
3. Histologi ginjal adalah gambaran mikroskopis sel ginjal dengan
44
pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Bagian yang diamati khususnya adalah
adanya hialin cast. Hialin cast adalah massa amorf merah muda yang
terdapat dalam lumen tubulus. Pengamatan dilakukan dengan menghitung
jumlah hialin cast pada 5 lapang pandang, yaitu keempat sudut preparat
dan bagian tengah preparat.
4. Jenis kelamin dan umur tikus yang digunakan adalah tikus putih jantan
yang berumur 2-3 bulan.
5. Berat badan tikus yang digunakan adalah 150-200 gram.
6. Jenis makanan yang digunakan adalah BR1 dan air minum yang
digunakan adalah air PAM.
7. Sanitasi kandang yaitu membersihkan kandang mengganti sekam setiap
hari Rabu dan Sabtu.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam penelitian.
1. Alat a. Bak plastik (kandang tikus) b. Tempat minum c. Alat pencekok oral (sonde) d. Timbangan analitik e. Gelas ukur f. Beaker glass g. Botol kaca h. Botol plastik i. Kaca preparat j. Alat bedah k. Mikroskop l. Sarung tangan
2. Bahan a. Tikus putih jantan b. Daun kelor
45
c. Timbal asetat d. Alkohol 70% e. Aquades f. Pakan tikus g. Infus NaCl 0,9% h. Formalin
3.5.2 Persiapan Hewan Coba
Sebelum melakukan penelitian, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain
mempersiapkan kandang tikus, sekam dan tempat minum. Sebelum mulai
perlakuan, tikus diadaptasikan selama satu minggu. Selama proses adaptasi tikus
hanya diberi makanan dan minuman tanpa tambahan apapun.
3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Bahan yang digunakan sebagai ekstrak dalam penelitian ini adalah daun
kelor (Moringa oleifera L).Pembuatan ekstrak dilakukan di UPT Materia Medica
Batu. Adapun proses pembuatan dilakukan di Laboratorium Fitokimia UPT
Materia Medica Batu dengan cara:
1. Menimbang serbuk daun kelor sebanyak 200 gram.
2. Memasukkan serbuk yang telah ditimbang ke dalam toples, diratakan dan
sambil ditambahkan pelarut etanol 70% sampai bahan terendam, total yang
ditambahkan sebanyak 1 liter.
3. Menutup toples dengan rapat selama 72 jam.
4. Kemudian dishaker di atas shaker digital 50 rpm.
5. Menyaring ekstrak cair dengan penyaring kain dan ditampung dalam
Erlenmeyer.
6. Hasil ekstrak cair diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator.
Diperlukan waktu 1 jam 30 menit untuk evaporasi.
7. Ekstrak cair yang dihasilkan kemudian dievaporasi/diuapkan kembali di atas
46
water bath selama 2 jam.
3.5.4 Perhitungan Dosis Timbal Asetat dan Ekstrak Daun Kelor (Moringa
oleifera L)
3.5.4.1 Perhitungan Dosis Timbal Asetat
Timbal dapat menyebabkan efek toksik pada ginjal. Hasil penelitian dari
Farhan (2013) menunjukkan bahwa terjadi perubahan mikroskopis pada ginjal
tikus Wistar yang terpapar plumbum asetat dengan dosis 50mg/kgbb/hari. Pada
penelitian ini dosis timbal yang digunakan adalah:
Dosis I : 0 mg/kgBB/hari
Dosis II : 50 mg/kgBB/hari
Sedangkan volume sonde yang digunakan adalah 2 ml, volume tersebut
merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan volume normal lambung
tikus, yaitu 3-5 ml. Jika volume sonde yang diberikan melebihi volume lambung
maka dapat mengakibatkan dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan
robeknya saluran cerna.
Dosis stok timbal yang dibutuhkan:
volume sonde (ml) x jumlah tikus (ekor) x lama pemberian (hari)
2 ml x 12 x 30 = 720 ml
3.5.4.2 Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hazani (2014) pemberian
ekstrak daun kelor 0,5 mg/gr mencit dapat memperbaiki kualitas spermatozoa dan
epididimis mencit jantan yang dipapar oleh Pb. Konversi dari mencit ke tikus
47
adalah 0,5 x 7 = 3,5 mg/gr BB. Pada penelitian ini menggunakan 5 rentang dosis
ekstrak daun kelor yang berbeda.
Dosis I : 0,3 mg/gr x 7 = 2,1 mg/gr BB per hari = 0,0021 gr/gr BB
Dosis II : 0,4 mg/gr x 7 = 2,8 mg/gr BB per hari = 0,0028 gr/gr BB
Dosis III : 0,5 mg/gr x 7 = 3,5 mg/gr BB per hari = 0,0035 gr/gr BB
Dosis IV : 0,6 mg/gr x 7 = 4,2 mg/gr BB per hari = 0,0042 gr/gr BB
Dosis V : 0,7 mg/gr x 7 = 4,9 mg/gr BB per hari = 0,0049 gr/gr BB
a. Dosis stok ekstrak daun kelor yang dibutuhkan:
volume sonde (ml) x jumlah tikus (ekor) x lama pemberian (hari)
2 ml x 4 x 14 = 112 ml
b. Perhitungan ekstrak daun kelor setiap dosis perlakuan:
Dosis I : 0.0021 g/2 ml = y g/112 ml, maka y = 0.1176 gr
Dosis II : 0.0028 g/2 ml = y g/112 ml, maka y = 0.1568 gr
Dosis III : 0.0035 g/2 ml = y g/112 ml, maka y = 0.196 gr
Dosis IV : 0.0042 g/2 ml = y g/112 ml, maka y = 0.2352 gr
Dosis V : 0.0049 g/2 ml = y g/112 ml, maka y = 0.2744 gr
Total kebutuhan ekstrak: 0.1176 gr + 0.1568 gr + 0.196 gr + 0.2352
gr + 0.2744 gr = 0.98 gr
Jadi stok yang dibutuhkan selama 14 hari adalah 0.98 gr
c. Perhitungan larutan stok ekstrak daun kelor
1. Dosis V : 0.98 gr x 2 ml = 0.0049 gr x k ml
k = 400 ml
48
Jadi 0.98 gr ekstrak dilarutkan dengan aquades hingga volume 400
ml, kemudian di ambil 112 ml untuk stok ekstrak dosis V untuk perlakuan
selama 14 hari. Sisa stok sebanyak 288 ml akan diencerkan dan digunakan
untuk dosis selanjutnya.
2. Dosis IV :0.0049 gr x 288 ml = 0.0042 gr x k ml
k = 336 ml
Jadi sisa dosis V sebanyak 228 ml diencerkan dengan aquades
hingga volume 336 ml kemudian di ambil 112 ml untuk stok ekstrak dosis
IV untuk perlakuan selama 14 hari. Sehingga sisa larutan sebesar 224 ml.
3. Dosis III : 0.0042 gr x 224 ml = 0.0035 gr x k ml
k = 268.8 ml
Jadi sisa dosis IV sebanyak 224 ml diencerkan dengan aquades
hingga volume 268.8 ml kemudian di ambil 112 ml untuk stok ekstrak
dosis III untuk perlakuan selama 14 hari. Sehingga sisa larutan sebesar
156.8 ml.
4. Dosis II : 0.0035 gr x 156.8 ml = 0.0028 gr x k ml
k = 196 ml
Jadi sisa dosis III sebanyak 156.8 ml diencerkan dengan aquades
hingga volume 196 ml kemudian di ambil 112 ml untuk stok ekstrak dosis
II untuk perlakuan selama 14 hari. Sehingga sisa larutan sebesar 84 ml.
5. Dosis I : 0.0028 gr x 84 ml = 0.0021 gr x k ml
k = 112 ml
49
Jadi sisa dosis V sebanyak 84 ml diencerkan dengan aquades
hingga volume 112 ml kemudian di gunakan untuk stok ekstrak dosis I
untuk perlakuan selama 14 hari sehingga tidak tersisa larutan.
3.5.5 Tahap Pelaksanaan
1. Membagi 24 ekor tiks menjadi 12 kelompok perlakuan, masing-masing
terdiri dari 2 ekor tikus.
2. Menandai tikus dengan menggunakan spidol untuk mempermudah dalam
memberi perlakuan.
3. Memberi perlakuan timbal asetat dengan menggunakan sonde selama 4
minggu.
4. Memberi perlakuan ekstrak daun kelor dengan berbagai dosis selama 2
minggu.
5. Melakukan pembedahan setelah semua perlakuan selesai untuk diambil
organ ginjalnya.
3.5.6 Tahap Pengambilan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengambilan data dengan cara
membedah dan mengambil organ ginjal terlebih dahulu. Data diperoleh dengan
cara menghitung jumlah sel abnormal yang terdapat pada organ ginjal khususnya
pada bagian tubulus proksimal. Sel dikatakan abnormal apabila terdapat
pembengkakan pada sel-sel penyusun epitel, sehingga lumen tubulus proksimal
menyempit bahkan menutup, terdapat hialin cast.Penghitungan dilihat dari 5
lapang pandang, yaitukeempat sudut preparat dan bagian tengah preparat.
1. Tahap Pengambilan Ginjal
Pada hari ke-45 dilakukan pembedahan tikus untuk diambil ginjalnya.
50
Ginjal dibersihkan menggunakan cairan infus NaCl 0,9%.Kemudian ginjal
dimasukkan ke dalam botol plastik yang sebelumnya sudah diberi larutan
formalin.
2. Tahap Pembuatan Preparat Ginjal
a. Tahap pertama Coatingyaitu memulai dengan menandai obyek glass yang
akan digunakan dengan kikir kaca pada area tepi lalu direndam dalam
alkohol 70% minimal semalam, kemudian mengeringkan obyek glass
dengan tisu dan melakukan perendaman dalam larutan gelatin 0,5%
selama 30–40 detik per slide lalu mengeringkan dengan posisi menyandar
sehingga gelatin yang melapisi kaca dapat merata.
b. Tahap kedua, mengambil organ ginjal yang sebelumnya telah disimpan
dalam larutan formalin.
c. Tahap ketiga adalah menyiapkan bahan embeddingbeserta parafin dan
mengatur pada cetakan sehingga tidak ada udara yang terperangkap.
d. Tahap keempat adalah proses infiltrasi yaitu dengan menambahkan
parafin 3 kali selama 15 menit. Menyimpan cetakan parafin selama 24 jam
dalam suhu ruang kemudian diinkubasi dalam freezer sehingga benar-
benar keras.
e. Tahap pemotongan dengan menggunakan mikrotom, memasang cutter
pada tempatnya, menjepitkan holder pada mikrotom dan menata sejajar
dengan pisau mikrotom. Pengirisan atau penyayatan dimulai dengan
mengatur ketebalan. Kemudian mengambil pita hasil irisan dengan
menggunakan kuas dan memasukkan ke dalam air dingin untuk membuka
51
lipatan, kemudian memasukkan ke dalam air hangat dan melakukan
pemilihan irisan yang terbaik.
f. Tahap deparanisasi yakni memasukkan preparatkedalam larutan xylol
sebanyak 2 kali selama 5 menit.
g. Tahap rehidrasi, memasukkan preparat ke dalam larutan etanol bertingkat
mulai dari etanol absolut (2 kali) etanol 95%, 90%, 80% dan 70% masing-
masing selama 5 menit. Kemudian merendam preparat ke dalam aquades
selama 10 menit.
h. Tahap pewarnaan, menggunakan hematoxilin selama 3 menit atau sampai
mendapatkan hasil warna yang terbaik. Selanjutnya mencuci dengan air
mengalir selama 10 menit dan membilas dengan aquades selama 5 menit.
i. Tahap dehidrasi, merendam preparat dengan etanol 80%, 90% dan 95%
dan etanol absolut (2 kali) masing-masing selama 5 menit.
j. Tahap clearing dalam larutan xylol 2 kali selama 5 menit
k. Mounting dengan entelen,mengamatimenggunakan mikroskop kemudian
memfoto dan mencatat hasilnya.
3.6 Alur Penelitian
Timbal merupakan logam berat beracun yang bersifat kumulatif. Apabila
terhirup atau tertelan oleh manusia di dalam tubuh akan mengikuti aliran darah,
diserap lagi di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Selain itu timbal juga merupakan unsur yang dapat meningkatkan pembentukan
radikal bebas dan menurunkan kemampuan antioksidan tubuh sehingga dapat
menyebabkan kerusakan organ.Organ-organ tubuh yang menjadi tempat
akumulasi timbal adalah liver, ginjal dan otak.Timbal yang digunakan dalam
52
penelitian ini adalah timbal buatan yang dapat diperoleh dari toko
kimia.Kemudian timbal ditimbang dan diencerkan untuk memperoleh dosis yang
akan digunakan sebagai bahan penelitian
Daun kelor merupakan obat alternatif yang mengandung berbagai macam
vitamin dan kandungan lainnya yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami.
Antioksidan dipercaya mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat
dicegah. Pada penelitian ini ekstrak daun kelor dibuat di UPT Materia Medica
Batu, untuk melakukan pembuatan ekstrak maka terlebih dahulu dilakukan
pencucian dan penimbangan daun kelor dan kemudian membuatnya menjadi
ekstrak hingga mencapai dosis yang diinginkan untuk diteliti.
Selanjutnya dilakukan pembagian kelompok perlakuan, dimana setiap
kelompok terdiri dari 2 ekor tikus. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan
timbal pada 6 kelompok perlakuan tikus selama 4 minggu. Setelah 4 minggu
perlakuan timbal dilanjutkan dengan pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis
2,1 mg; 2,8 mg; 3,5 mg; 4,2 mg dan 4,9 mg selama 2 minggu.
Tahap pengambilan data dilakukan pada hari ke- 45, yaitu dengan
melakukan pembedahan pada tikus yang kemudian diambil ginjalnya.Setelah itu
dilakukan pembuatan preparat untuk melihat gambaran histologi dari ginjal
tikus.Kemudian melakukan penghitungan jumlah sel abnormal pada ginjal
khususnya pada bagian tubulus proksimal.Sel dikatakan abnormal apabila terdapat
pembengkakan sel-sel penyusun epitel, sehingga lumen tubulus menjadi
menyempit bahkan menutup, dan adanya hialin cast.Hasil dari pengamatan
kemudian dikembangkan menjadi sumber belajar pada materi Struktur dan Fungsi
53
Sel Penyusun Jaringan pada Sistem Ekskresi yang berbentuk poster. Pada gambar
3.1 akan ditunjukkan alur penelitian, mulai dari persiapan bahan-bahan sampai
didapatkan hasilnya.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji
Analisis Varians (Anava) 2 jalan.Sebelumnya perlu dilakukan Uji Asumsi
Normalitas dan Homogenitas, bila data telah menyebar normal maka pengujian
dapat dilanjutkan ke Anava 2-Jalan, tetapi apabila sebaliknya data tidak homogen
Hari ke 45 melakukan pembedahan tikus dan mengambil ginjal
Membuat preparat histologi
Menghitung jumlah sel abnormal dengan 5 lapang pandang
Pengembangan hasil penelitian menjadi sumber belajar
Pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis 2,1 mg, 2,8 mg, 3,5 mg 4,2 mg, 4,9 mg
Pemaparan Pb dengan dosis 50 mg
Air PAM
Kontrol
Timbal
Pengenceran
Daun kelor
Pembuatan ekstrak daun kelor
1. 0 mg (kontrol) 2. 2,1 mg 3. 2,8 mg 4. 3,5 mg 5. 4,2 mg 6. 4,9 mg
50 mg
54
maka dapat diganti dengan uji statistik non-parametrik, jenis statistiknya adalah
Uji Friedman. Pengolahan data menggunakan program SPSS 21. Langkah-
langkah uji statistik yang digunakan dalam pengolahan data sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data normal atau tidak,
pertama dilakukan uji distribusi frekwensi, dimana prosedur ini digunakan untuk
menguji kenormalan data dengan skewness (nilai kemiringan) dan kurtosis (titik
kemiringan). Syarat nilai skewness dan nilai kurtosis terletak diantara ± 2. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1. Mengklik Analyze →Descriptive Statistics → Frequencies, maka akan
muncul kotak dialog Frequencies
2. Memindahkan variabel yang akan diuji kenormalan datanya, kemudian
mengklik Statistics.
3. Memilih Skewness dan Kurtosis kemudian mengklik Continue
4. Mengklik OK, maka akan muncul Output hasil analisis pada tabel Statistics
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian merupakan asumsi paling penting dalam
perhitungan analisis varian. Uji ini dilakukan untuk memastikan asumsi masing-
masing data sudah terpenuhi atau belum. Adapun data dapat dikatakan homogen
apabila nilai signifikasi > 0,05. Adapun langkah-langkah uji homogenitas yaitu:
1. Mengklik menu Analyze→General linear model → Univariate → Optians.
2. Memasukkan variabel yang akan diuji ke dalam menu descriptive statistic dan
Homogenity test.
55
3. Mengklik Ok, maka akan muncul Output hasil analisis yang terdiri dari
beberapa sub-tabel
3. Analisis Varian 2 Arah
Analisis dua arah merupakan salah satu uji komparatif yang digunakan
untuk menguji perbedaan rata-rata antara kelompok yang telah dibagi menjadi dua
faktor. Adapun langkah-langkah analisis yaitu:
1. Mengklik Analyze → General Linear Model → Univariate, maka akan
muncul kotak dialog univariate.
2. Memasukkan variabel ke kotak Dependent Variabel dan memasukkan variabel
lainnya ke kotak Fixed factor (s).
3. Mengklik Plot, maka akan muncul kotak dialog Univariate Profile Plots
4. Memasukkan variabel-variabel ke kotak Horizontal Axis dan kotak Separate
Lines, kemudian mengklik add dan mengklik continue untuk kembali ke kotak
dialog univariate.
5. Mengklik Post Hoc, dan memasukkan variabel pada Factor (s) ke dalam Post
Hoc Test For dan pada Equal Variance Assumed mengklik tukey. Kemudian
melanjutkan mengklik Continue untuk kembali ke kotak dialog Univariate.
6. Mengklik Option, maka akan muncul kotak dialog Univariate Options.
7. Memindahkan variabel pada factor (s) and Factor Interactions ke kotak
Display Means For.
8. Mengklik Descriptive statistics dan Homogenity test kemudian mengklik
Continue.
9. Mengklik OK, maka akan muncul Output hasil analisis yang terdiri dari
beberapa sub-tabel.
56
3.8 Pemanfaatan Hasil Penelitian Menjadi Sumber Belajar
Pemanfaatan hasil penelitian dilakukan setelah didapatkan hasil
penelitian. Pada penelitian ini hasil penelitian akan dikembangkan menjadi
sumber belajar. Pemanfaatan hasil penelitian menjadi sumber belajar harus
memenuhi persyaratan antara lain kejelasan potensi, kesesuaian dengan tujuan,
kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang diungkap, kejelasan pedoman
eksplorasi dan kejelasan perolehan yang diharapkan. Pemanfaatan menjadi
sumber belajar tersebut disesuaikan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian.
Penelitian ini akan dikembangkan sesuai dengan materi Struktur dan
Fungsi Sel Penyusun Jaringan Epitel pada Sistem Ekskresi kelas XI SMA. Hal
tersebut juga sesuai dengan kompetensi dasar 3.9 yaitu menganalisis hubungan
antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya
dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan
fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan simulasi. Diharapkan dari hasil penelitian ini siswa
dapat mengetahui fungsi, proses mekanisme dan gangguan yang terjadi pada
sistem ekskresi.