59
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit (Sunarko, 2006). Perkembangan disektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin pesat, untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan berwawasan global, dan juga harus didukung dengan pendidikan agar berimbang demi menciptakan tenaga kerja yang professional, berkualitas, serta berkompeten di bidang perindustrian kelapa sawit. Politeknik ketapang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai program pendidikan Diploma III dengan waktu pendidikan selama 6 semester. Sebagai ahli Madya, lulusan Politeknik diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan, cerdas, terampil, dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Salah satu cara agar lulusan politeknik dapat dengan mudah langsung beradaptasi dalam lingkungan kerja, maka diadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) (Anonim, 2013). Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Diploma III Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Ketapang. Selain untuk memenuhi kewajiban

3.isi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3.isi.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa

non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam

perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk

memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit (Sunarko, 2006).

Perkembangan disektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit di

Indonesia semakin pesat, untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan

berwawasan global, dan juga harus didukung dengan pendidikan agar berimbang

demi menciptakan tenaga kerja yang professional, berkualitas, serta berkompeten

di bidang perindustrian kelapa sawit.

Politeknik ketapang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai

program pendidikan Diploma III dengan waktu pendidikan selama 6 semester.

Sebagai ahli Madya, lulusan Politeknik diharapkan mampu menghasilkan lulusan

yang memiliki kemampuan, cerdas, terampil, dalam mengatasi masalah yang

dihadapi. Salah satu cara agar lulusan politeknik dapat dengan mudah langsung

beradaptasi dalam lingkungan kerja, maka diadakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) (Anonim, 2013). Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu

kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Diploma III Jurusan

Teknologi Pertanian Politeknik Ketapang. Selain untuk memenuhi kewajiban

Page 2: 3.isi.pdf

2

akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi jembatan penghubung

antara dunia industri atau perusahaan dengan dunia pendidikan serta dapat

menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga mahasiswa akan mampu

mengatasi persaingan di dunia kerja. Tuntutan akan peningkatan kompetensi,

keahlian, dan profesi bidang ilmu terapan menjadikan pelaksanaan kegiatan

praktek kerja lapangan di PT. Gunajaya Karya Gemilang menjadi sarana

pencapaian baik di dalam dunia industri maupun pendidikan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut :

1. Membandingkan serta mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku

perkuliahan dengan praktek kerja nyata di lapangan.

2. Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (cpo) dan

kernel.

3. Mengetahui pengawasan proses pemanenan kelapa sawit yang baik dan benar.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktek kerja lapangan adalah

sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama

di bangku perkuliahan, dan mendapatkan timbal balik ilmu terapan yang

diperolehnya dari lapangan baik dalam sistem manajemen perusahaan, proses

produksi, administrasi, dan lain-lainnya.

Page 3: 3.isi.pdf

3

2. Memperoleh pengalaman kerja serta sebagai pengenalan awal dalam

memasuki dunia kerja nantinya.

3. Sebagai bahan penelitian dan penulisan laporan praktek kerja lapangan.

Page 4: 3.isi.pdf

4

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Gunajaya Karya Gemilang merupakan bagian dari perusahaan

Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group, dan merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit serta pabrik pengolahan kelapa sawit

menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. Perusahaan ini berdiri pada tahun

2007, yang terletak di Desa Banjar Sari Kecamatan Kendawangan Kabupaten

Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Perusahaan ini memiliki luas perkebunan

17.000 ha. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit

sendiri yang bernama Kendawangan Mill (KNDM) dan berdirinya pabrik tersebut

pada 2 januari 2011 dengan luas pabrik 12 ha.

Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok

perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA

Group adalah salah satu divisi usaha dari Harita Group, yang berawal dari akusisi

PT. Karya Makmur Bahagia (KMB) pada tahun 1997. Seiring dengan penambahan

perusahaan baru pada tahun 2004 dibentuk kelompok perusahaan di bawah

manajemen PT. Bumitama Gunajaya Agro yang kemudian dikenal dengan BGA

Group. Saat ini BGA Group beroperasi di empat propinsi yaitu Kalimantan

Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Riau.

Perusahaan ini telah menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan

perkebunan kelas dunia asal Malaysia. Kerja sama yang dimulai pada November

Page 5: 3.isi.pdf

5

2007 dimaksudkan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit seluas 82.350

ha di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dengan memiliki dua perusahaan,

yaitu PT. Gunajaya Karya Gemilang dan PT. Gunajaya Ketapang Sentosa.

2.1.1 Visi dan misi perusahaan

1. Visi: "Menjadi Perusahaan Berkelas Dunia".

2. Misi:

1. Keuntungan bagi pemegang saham.

2. Manfaat dan kualitas hidup bagi karyawan.

3. Berkontribusi bagi Negara.

2.1.2 Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada suatu orang atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan

jelas pemisahan kegiatan pekerja antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana

hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi. Tugas dan wewenang dari masing-masing

jabatan pada Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit Kendawangan Mill PT.

Gunajaya Karya Gemilang (PKS Kendawanagan Mill, PT. G.K.G) adalah sebagai

berikut :

1. Kepala Wilayah (Kawil)

Kawil atau kepala wilayah merupakan pimpinan tertinggi dalam struktur

organisasi Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya gemilang. Kawil mempunyai

Page 6: 3.isi.pdf

6

tugas dan wewenang sebagai pengawas seluruh staf karyawan, baik mill manager,

assisten, dan seluruh staff karyawan di miill maupun di kebun.

2. Mill Manager (Manajer Pabrik)

Mill Manager mempunyai tugas mengendalikan operasional pabrik

kelapa sawit, dengan memadukan sumber daya yang ada, untuk mencapai

efisiensi, produktifitas dan kualitas yang tinggi yang ditetapkan menajemen.

Tanggung jawab Mill Manager adalah :

a. Memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya

dalam mempersiapkan rencana kerja dan angaran PKS.

b. Memastikan bahwa semua sarana operasi/produksi dan sarana penunjang

lainnya terpelihara secara optimal untuk menjamin kelancaran produksi.

c. Memastikan mutu bahan baku/TBS yang akam diolah dan telah melalui

proses sortasi yang benar dan dapat dipertangung jawabkan.

d. Tercapainya penghematan dalam kegiatan produksi dan pendayagunaan

sumber daya secara efisien.

e. Mengontrol pelaksanaan pembersihan dan persiapan pengolahan agar jadwal

kerja dapat terlaksana dan tepat waktu sesuai standar operasi PKS.

f. Senantiasa memonitor pembuangan limbah dalam batas ambang yang sudah

di tentukan.

g. Terlaksana pelaksanaan rencana kerja (bulanan, triwulan dan tahunan).

h. Koordinasi dengan KTU dalam hal pengolahan administrasi pabrik.

i. Melakukan pemahaman, petunjukan serta pembinaan mengenai peraturan

dan kebijaksanaan perusahaan.

Page 7: 3.isi.pdf

7

j. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.

3. Asisten Proses

Tugas Asisten proses adalah sebagai pemimpin dalam unit kerja bagian

departemen proses pabrik kelapa sawit (PKS) dalam mengorganisir,

mengendalikan sumber daya yang ada, guna mencapai proses dengan lancar dan

efisien untuk memaksimumkan pencapaian hasil crude palm oil (CPO) dan inti

yang baik. Tanggung jawab asisten proses meliputi hal-hal berikut :

a. Membuat rencana angaran tahunan untuk bagian proses pabrik untuk dibahas

dengan pemimpin.

b. Melakukan pemeriksaan masing-masing alat/mesin di setiap stasiun (loading

ramp, sterilisasi, thresher, press, kernel, boiler, engine room, dan klarifikasi)

water treatment, final effluent, dan lain-lain dalam kondisi kerja yang baik.

c. Membuat laporan tandan buah segar (TBS) yang sudah diolah setiap harinya.

d. Memastikan setiap saat pembungan limbah cair (effluent).

e. Koordinasi dengan kebun / afdeling dalam hal kualitas tandan buah segar

yang dikirim ke pabrik.

f. Memastikan terpasangnya setiap rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di setiap tempat yang strategis.

g. Memberi masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar

guna keselamatan karyawan.

h. Mengawasi posisi dan kondisi inventaris perusahaan baik alat pabrik dan

perumahan agar tetap baik dan tidak menggangu kelancaran operasional.

i. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.

Page 8: 3.isi.pdf

8

4. Asisten Laboratorium

Tugas Asisten Laboratorium adalah sebagai pemimpin dalam unit kerja

laboratorium/analisis untuk penerimaan TBS dan pemeriksaan mutu yang di

hasilkan untuk menghasilkan mutu CPO dan inti yang baik. Tanggung jawab

asisten laboratorium yaitu :

a. Membuat rencana anggaran tahunan untuk bagian labotarium untuk

dibahasan dengan pemimpin.

b. Membuat rencana analisis sesuai dengan pengolahan di pabrik.

c. Mengecek ketepatan hasil test dan segera mengambil tindakan sebagai reaksi

atas kesalahan.

d. Mengawasi pengambilan contoh/sampel.

e. Penjaga pengeluaran CPO/kernel dari Storage Tank atau Bulk silo penjualan.

f. Memeriksa secara berkala kualitas air minum karyawan.

g. Membuat laporan proses produksi secara up to date setiap hari, mingguan,

dan bulanan.

h. Memberikan informasi mutu CPO dan inti kepada atasan.

i. Memberikan masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar

guna keselamatan karyawan.

j. Mengawasi posisi dan kondisi inventaris perusahaan baik alat pabrik dan

perumahan agar tetap baik dan tidak menganggu kelancaran operasional.

k. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.

5. Asisten Maintenance

Tugas Asisten Maintenance sebagai pemimpin dalam perawatan pabrik

dan sarana untuk merencanakan, mengorganisir, dan mengendalikan sumber daya

yang ada, guna mencapai proses kerja pabrik yang optimal dalam mencapai target

Page 9: 3.isi.pdf

9

jam kerja maupun mutu dari CPO dan kernel. Tanggung jawab asisten

maintenance adalah :

a. Membantu atasan dalam menyusun pembuatan anggaran maintenace.

b. Mengawasi para pekerja dalam perbaikan alat dan pemeliharaan preventif

supaya berjalan dengan baik.

c. Mengatasi semua mesin yang tidak beroperasi dan memperbaiki kembali

dalam waktu sesingkat mungkin.

d. Mengawasi penerapan dan instalasi dalam pabrik bejalan dengan baik agar

proses pengolahan berjalan dengan baik.

e. Memonitor keadaan fisik bangunan pabrik dan lantai loading ramp.

f. Memastikan terpasangnya setiap rambu-rambu K3 disetiap tempat yang

strategis.

g. Membuat laporan kerusakan dari seetiap stasiun.

h. Memberikan masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar

untuk keselamatan karyawan.

i. Mengawasi posisi dan kodisi inventaris perusahaan, baik alat maupun

perumahan agar tetap baik dan tidak mengganggu kelancaran operasional.

j. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.

6. Kasie

Kasie memiliki tugas untuk mencatat serta mengurus administrasi

mengenai pengeluaran keuangan yang menyangkut perusahaan, baik gaji

karyawan, maupun yang lainnya.

Page 10: 3.isi.pdf

10

Skema Struktur Organisasi PKS Kendawangan Mill PT. GKG dapat

dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKS Kendawangan Mill, PT.GKG

Berdasarkan struktur organisasi di atas dapat dilihat bahwa jabatan

Kepala Wilayah (Kawil) merupakan pimpinan tertinggi di Pabrik Kelapa Sawit

Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang.

2.2 Produk Yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang berupa minyak

sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan kernel, yang berasal dari pabrik

kelapa sawit Kendawangan Mill. Sedangkan di kebun menghasilkan tandan buah

segar (TBS).

a) Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak yang berasal dari hasil ekstraksi daging

buah kelapa sawit.

b) Kernel adalah produk sampingan dari hasil pengolahan kelapa sawit.

Kawil

Mill Manager

Ass. Proses

Shift II

Ass. Proses

Shift I

Kasie Ass,

Maintenance

Ass.

Laboratorium

Page 11: 3.isi.pdf

11

Spesifikikasi mutu produk yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang

dapat dilihat pada Tabel 2.1, di bawah ini :

Tabel 2.1 Spesifikasi mutu CPO dan Kernel

Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Berdasarkan tabel di atas, spesifikasi mutu atau standar mutu dari produk

yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang yang berupa crude palm oil (CPO)

adalah dengan kadar moisture (kadar air) maksimal 0,150%, dirt (kadar kotoran)

maksimal 0,015%, dan free faty acid (FFA) maksimal 3,00%, sedangkan pada

kernel standar mutunya adalah dengan Moisture (kadar air) dalam limit berkisar

antara 6,0-7,0%, dirt (kadar kotoran) dalam limit berkisar anatara 5,0-6,0%, dan

Kernel pecah maksimal 15%.

2.3 Teknologi Proses Produksi

2.3.1 Bahan baku

1. Bahan Baku Utama

Bahan baku pengolahan kelapa sawit merupakan tandan buah segar

(TBS) yang berasal dari dalam kebun PT. Bumitama Gunajaya Agro Group

Wilayah VI dan VII yaitu dari PT. Gunajaya Karya Gemilang dan PT. Gunajaya

Kriteria Uji Standar

Mutu minyak sawit :

%Moisture Max 0,150%

%Dirt Max 0,015%

%FFA Max 3,00%

Mutu kernel :

%Moisture dalam limit 6,0 – 7,0%

%Dirt dalam limit 5,0 – 6,0%

%Kernel pecah max 15%

Page 12: 3.isi.pdf

12

Ketapang Sentosa, serta pembelian bahan baku dari luar kebun Estate yaitu kebun

Koperasi Unit Desa (KUD).

Kriteria bahan baku berdasarkan tingkat kematangan dan persen (%)

brondolan lepas yang dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :

a. Buah mentah

Kategori buah mentah adalah bila tidak ada brondolan yang lepas dari

janjangan sampai dengan brondolan lepas sebanyak 4 brondolan per janjang.

b. Buah kurang matang

Kategori buah kurang matang adalah bila hanya ada 1 brondolan per kg

berat janjangan yang lepas sampai batas buah matang.

c. Buah matang

Kategori buah matang adalah bila ada 2 brondolan per kg berat janjangan

yang lepas sampai batas kriteria buah terlalu matang.

d. Buah terlalu matang

Kategori buah terlalu matang adalah bila 75% brondolan lapisan luar

telah lepas.

e. Janjangan kosong

Kategori janjangan kosong adalah bila tidak ada brondolan dalam

janjangan/tandan.

f. Parthenocarpie/buah pasir

Kategori buah pasir adalah bila 75 % brondolan di janjangan merupakan

brondolan gagal pembuahan/penyerbukan. Bentuk brondolan kecil dan tidak ada

minyaknya.

Page 13: 3.isi.pdf

13

g. Hard bunch/buah keras

Kategori buah keras adalah bila tidak ada brondolan yang lepas walaupun

dibanting, ujungnya pecah - pecah dan bentuk brondolan agak bulat. Tabel kriteria

bahan baku yang akan di olah, dapat dilihat pada Tabel 2.2, di bawah ini :

Tabel 2.2 Tabel Kriteria Buah

Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat standar jumlah bahan baku utama

pengolahan kelapa sawit (tandan buah segar) yang akan diolah di pabrik kelapa

sawit sesuai kriteria seperti buah matang, buah kurang matang, buah abnormal,

buah dengan tangkai panjang, kebersihan, buah busuk, buah rusak, buah terlalu

Kriteria Target

a. TBS

Buah Mentah Unripe 0%

Buah Kurang Matang Under Ripe Max. 5 %

Buah Matang Ripe Min. 85 %

Buah Terlalu Matang Over Ripe Max. 5 %

Janjangan Kosong Empty Bunch Max. 1 %

Total Buah Normal 96%

Buah Pasir Parthenocarpie Max. 1 %

Buah keras Hard bunch Max. 3 %

Total Buah Abnormal Max. 4 %

Brondolan lepas Min. 7 %

Brondolan busuk Rotten Lossen Fruit Max. 5 %

Tangkai panjang ( >

2,5 cm ) 0%

Kotoran Dirty 0%

BJR < 3,5 kg 0%

Buah Dura 0%

b

.

Kerusakan akibat

digigit tikus

Tidak rusak Min. 95 %

Kerusakan ringan Max. 5 %

Kerusakan berat 0%

Page 14: 3.isi.pdf

14

matang, buah pasir, janjang kosong, brondolan lepas, brondolan busuk dan

sebagainya.

2. Bahan Baku Pembantu

Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan kelapa sawit di

Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang merupakan air pengolahan. Air

tersebut berasal dari waduk yang telah mengalami pengolahan pada stasiun Water

Treatment sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan boiler dan beberapa stasiun

lainnya.

2.3.2 Teknologi pengolahan kelapa sawit

Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (Crude

Palm Oil/CPO) adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah

segar (TBS) diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut

terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara berkesinambungan dan

terkait satu sama lain.

Stasiun yang berada di Pabrik Kelapa Sawit Kendawangan Mill PT.

Gunajaya Karya Gemilang adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Fruit Reception / Penerimaan

Stasiun ini adalah Stasiun yang mengatur penerimaan TBS / barang dan

pengeluaran hasil produksi / barang yang terdata. Secara garis besar ada tiga tahap

kegiatan dalam stasiun penerimaan yaitu, meliputi :

a. Pemeriksaan dan Pelaporan

Truk tiba di PKS dan dilakukan pencatatan data dan pemeriksaan unit

truknya maupun kelengkapan dokumen, seperti surat pengiriman buah (SPB).

Page 15: 3.isi.pdf

15

b. Jembatan Timbang / Penimbangan

Kapasitas maksimal jembatan timbang adalah 40 ton, kegiatan di

jembatan timbang meliputi :

1. Truk Muat TBS

Truk yang masuk ke pabrik ditimbang pertama di jembatan timbang,

didapat berat Brutto. Setelah ditimbang, TBS dibongkar dari truk di

penerimaan (hopper/lantai loading ramp) dan diteruskan ke jembatan timbang

untuk penimbangan tarra kendaraan. Setelah penimbangan tarra didapat berat

netto TBS, truk meninggalkan PKS.

2. Truk muat CPO atau Kernel

Truk kosong yang masuk ditimbang pertama, didapat berat tarra, truk

ke loading sheet / gudang kernel isi CPO atau kernel, kemudian timbang kedua

didapat berat brutto. Setelah penimbangan berat brutto maka akan didapat

berat netto CPO / kernel.

c. Penampungan

Proses penampungan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1) Penampungan sementara di Loading Ramp (TBS)

TBS dipindahkan dari hopper loading ramp ke lori siap untuk direbus.

Loading ramp berfungsi sebagai tempat penimbunan TBS dan sortasi. Dari

jembatan timbang, buah di bawa ke tempat penerimaan buah. Sortasi dilakukan

untuk memastikan bahwa buah masuk berada dalam kondisi yang optimal untuk

Page 16: 3.isi.pdf

16

diekstrak minyaknya. Sudut kemiringan ramp adalah 45oC. Sortasi dilakukan

berdasarkan fraksi buah.

2) Pengisian produksi ke truk (CPO dan Kernel)

Pengisian produksi CPO dilakukan di loading sheet dan untuk kernel

dilakukan di gudang kernel atau kernel bin.

2. Stasiun Sterilizer / Rebusan

Stasiun ini adalah tempat Proses perebusan tandan buah segar (TBS)

dengan menggunakan panas dari uap yang bertekanan, secara konveksi dan

konduksi. Sterilizer adalah suatu bejana yang berfungsi untuk merebus TBS

(tandan buah segar) dengan memakai uap bertekanan ± 2,8 bar.

Sterilizer yang digunakan adalah horizontal sterilizer, kapasitas rebusan

adalah 48 ton (4 buah lori) dengan sistem perebusan triple peak (tiga puncak),

dengan tekanan pada puncak pertama adalah 1,5 bar, tekanan pada puncak kedua

adalah 2-2,5 bar, tekanan pada puncak ketiga adalah 2,8-3 bar, dan pemanasannya

dengan menggunakan steam (1350C dengan waktu 80 – 95 menit).

Buah yang telah direbus bersama lori kemudian dituangkan ke bunch

conveyor menggunakan tippler yang selanjutnya ditransfer ke threser. Hasil dari

perebusan selain diperoleh tandan hasil rebusan juga diperoleh kondensat. Dimana

terdiri dari material air dan minyak (bercampur sludge dan kotoran). Air akan

teruapkan melalui blowdown (cerobong) sedangkan minyak (bercampur sludge

dan kotoran) akan dikirim ke bak kondensat untuk dikutip minyaknya. Tujuan dari

perebusan adalah:

a) Memudahkan melepasnya berondolan dari janjangnya (bunch stalk).

Page 17: 3.isi.pdf

17

b) Menonaktifkan enzym-enzym lipase yang dapat menyebabkan kenaikan Free

Fatty Acid (FFA)

c) Melunakkan berondolan untuk memudahkan pelepasan/pemisahan daging

buah dari nut di digester.

d) Memudahkan proses pemisahan molekul-molekul minyak dari daging

buah (di stasiun press) dan mempercepat proses pemurnian minyak (di

stasiun klarifikasi)

e) Mengurangi kadar air biji sawit (nut) sampai <20%, sehingga meningkatkan

efisiensi pemecahan biji sawit (nut).

Hal-hal yang mempengaruhi rebusan:

a. Tekanan steam dan lama perebusan.

Tekanan steam dan lama perebusan sangat menentukan hasil

perebusan, juga mempengaruhi efisiensi pabrik. Tekanan uap dan waktu yang

tidak cukup akan berpengaruh terhadap:

1) Buah kurang masak, brondolan tidak bisa lepas dari tandan dengan sempurna

pada saat proses di bantingan (thresher).

2) Pelumatan di digester kurang sempurna, karena sebagian daging buah sulit

lepas dari nutnya, sehingga juga akan berpengaruh terhadap proses

pengempaan (press).

3) Ampas fiber basah sehingga mengganggu proses pembakaran pada boiler,

karena fiber nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar boiler.

4) Merusak mutu minyak dan inti.

b. Pembuangan udara dan air kondensat.

Page 18: 3.isi.pdf

18

Udara dan air kondensat dalam bejana jika tidak dikeluarkan secara

maksimal akan terjadi pencampuran udara dan uap (turbulensi) yang

mengakibatkan pemindahan panas ke dalam buah tidak sempurna, sebab udara

dan air kondensat (uap yang terkondensasi sisa hasil rebusan) dapat mengganggu

kenaikan uap (steam) yang masuk ke bejana

Siklus perebusan Tandan Buah Segar (TBS) tampak pada gambar 2.2 di

bawah ini :

Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Gambar 2.2 Siklus Perebusan TBS

3. Stasiun Thresher / Bantingan

Threser merupakan drum yang berputar dengan kecepatan putaran 23-25

rpm yang berfungsi untuk pemipilan atau penebahan tandan setelah dari stasiun

perebusan. Pemipilan adalah pemisahan brondolan buah dari janjangnya.

Prinsip kerja pada threser 1 dan 2, buah masuk dari ujung drum menuju

ujung drum satunya lagi ke dibantu oleh expeller arm (ulir) yang berada di bagian

dalam threser dengan sudut kemiringan 15o, sehingga janjangan akan terbanting,

buah akan membrondol dan tandan menjadi janjangan kosong. Fungsi expeller

Page 19: 3.isi.pdf

19

arm selain sebagai pendorong, juga berfungsi untuk mempermudah janjangan

terangkat ke atas drum. Terjadi 8 kali bantingan tandan di dalam setiap threser.

Diameter threser 3 m, panjangnya 4 m. Brondolan yang terpipil jatuh ke under

threser conveyor 1 dan 2, kemudian ke bottom cross conveyor, inclined fruit

elevator,dan terakhir melalui distribution fruit elevator untuk didistribusikan ke

digester, sedangkan janjangnya menuju empty bunch press untuk dipress

minyaknya.

4. Stasiun Press / Kempa

Stasiun ini memiliki 2 alat yaitu Digester dan Screw press. Digester

merupakan bejana yang berfungsi untuk melumatkan brondolan dengan bantuan

pisau pencincang atau pelumat dengan kapasitas 3500 Liter. Di dalam bejana

digester terdapat 5 tingkatan pisau pencincang yang tersusun berselang seling pada

suatu poros, dan satu tingkatan pisau pendorong yang terletak di bagian dasar

bejana supaya masuk ke ruang press. Kecepatan putaran pisau ini adalah 57 rpm,

dimana jenis-jenis pisau itu adalah:

1) Expeller arm, berfungsi sebagai pisau pendorong yang letaknya dibagian

dasar digester.

2) Long arm, berfungsi menekan lumatan buah ke bawah.

3) Short arm, berfungsi menekan lumatan buah ke atas

Digester merupakan pengadukkan berondolan dari thresher sampai

homogen. Untuk mempermudah proses pengadukkan, diperlukan steam dengan

suhu 85-90oC. Prinsip kerja digester yaitu: pertama-tama brondolan masuk melalui

distribution fruit conveyor ke digester sebanyak ¾ volume. Brondolan dilumatkan

Page 20: 3.isi.pdf

20

selama 15 menit sebagai umpan, kemudian katup penghubung digester dan press

dibuka sehingga lumatan masuk ke screw press.

Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah.

Di dalam press ada 2 batang baja dengan ulir spiral (screw) yang saling berputar

berlawanan arah. Lumatan bergerak ke arah depan menuju tekanan hidrolik yang

berasal dari dua buah cone sebagai penahan hingga minyak terekstrak. Tekanan

hidrolik tersebut sebesar 60-70 bar. Screw diselubungi oleh selubung baja yang

disebut press cage, dimana pada dindingnya berlubang-lubang, melalui lubang-

lubang tersebut minyak yang telah terekstrak akan keluar sedangkan ampasnya

akan keluar melalui celah cone.

Kapasitas press adalah 15 ton/jam. Pada proses pengempaan atau

pengepresan ditambahkan air panas untuk pengenceran (water dillution) dengan

suhu 90oC sebanyak 15-20% sehingga massa bubur buah (lumatan) yang dikempa

tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah (lumatan) terlalu rapat maka akan

dihasilkan cairan minyak dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses

pemisahan ataupun pengendapan kotoran. Minyak yang terekstrak akan ditampung

sementara di oil gutter dan langsung dialirkan ke sand trap tank. Fungsi dan tujuan

dari stasiun ini adalah :

a) Mengkondisikan berondolan sebelum ke press.

b) Mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dari daging buah dengan Nut

pecah seminimal mungkin.

c) Menghantar press cake dan Nut ke cake breaker conveyor untuk

dipisahkan antara Nut dan Fibre di Depericarper.

Page 21: 3.isi.pdf

21

d) Menyeimbangkan pencapaian kapasitas / jam, dengan operasional press

yang normal (disesuaikan kapasitas unit press yang terpasang).

5. Stasiun Clarification / Pemurnian

Stasiun ini adalah tempat perlakuan proses penjernihan crude oil dari

ekstraksi stasiun press, yang masih mengandung sejumlah kadar air, sludge dan

lumpur, melalui tahapan-tahapan klarifikasi sehingga tercapai CPO dengan

kuantitas yang maksimal dan kualitas sesuai target. Stasiun ini terdiri dari

beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi :

Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank

(CST), Oil Tank, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge

Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

1. Sand Trap Tank

Minyak kasar (Crude Oil) dari stasiun press akan dialirkan ke sand trap

tank melalui oil gutter. Di sand trap tank terjadi proses pengendapan pasir

berdasarkan gravitasi. Suhu Sand Trap Tank adalah 90-95oC.

2. Vibrating Screen

Minyak dari sand trap tank akan melewati vibrating screen atau ayakan

bergetar. Vibrating screen yang digunakan adalah double deck vibrating screen,

dimana screen pertama berukuran 20 mesh (untuk tingkat atas) dan 40 mesh (untuk

tingkat bawah). Minyak yang terlewatkan akan terpisah menjadi 2 bagian yaitu

minyak bercampur sludge, dan kotoran padat (serat). Minyak dan sludge akan

masuk ke Crude Oil Tank (COT), sedangkan kotoran/ampas hasil saringan akan

dikirim kembali ke digester melalui Sludge Conveyor untuk dipress kembali.

Page 22: 3.isi.pdf

22

3. Crude Oil Tank (COT)

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank

untuk ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan

steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95oC agar mudah

terjadi pemisahan. Di dalam Crude Oil Tank terdapat 2 sekatan, sehingga

terbentuk 3 bak. Minyak akan mengalir dari bak yang satu ke bak selanjutnya

secara overflow.

Sekatan ini bertujuan untuk mengendapkan sisa-sisa kotoran yang lolos

berdasarkan prinsip gravitasi. Fase yang memiliki berat jenis lebih berat akan

mengendap di dasar tangki sedangkan fase yang lebih ringan (minyak) akan berada

di lapisan atas yang selanjutnya akan dipompakan ke Continous settling tank

(CST).

4. Continous settling Tank (CST)

Minyak dari Crude Oil Tank (COT) dipompakan ke Continous settling

Tank (CST) dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak

masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur

(sludge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-

90oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil

tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah

dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank.

Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di blowdown untuk dibawa ke

sludge drain tank.

5. Oil Tank

Minyak dari CST ditampung ke oil tank sementara waktu sebelum

dikirim ke storage tank. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil

Page 23: 3.isi.pdf

23

untuk mendapatkan temperatur yang digunakan adalah 75 – 80oC. Kapasitas Oil

Tank adalah 5-7 Ton/Jam.

6. Sludge Tank dan Sludge Buffer Tank

Sludge yang dialirkan secara underflow dari CST, melewati lagi vibrating

screen sehingga terpisah menjadi kotoran padat dan sludge. Kotoran padat (solid)

akan masuk ke bak solid. Sedangkan sludge akan masuk ke sludge tank. Pada

tangki ini terjadi pengendapan sludge. Suhu di sludge tank dipertahankan hingga

90-96oC agar densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang

melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap di dasar tanki.

Buffer tank merupakan tangki umpan ke separator. Dari sludge tank,

minyak kasar dipompakan ke sludge buffer tank sedangkan sludgenya yang telah

mengendap dialirkan ke sludge drain tank. Ketinggian buffer tank dan suhu yang

dipertahankan 90-98oC akan mempengaruhi kinerja separator.

7. Sand Cyclone

Sand cyclone berfungsi untuk mengambil pasir halus yang masih terdapat

di dalam sludge sebelum diolah oleh separator, agar peralatan pada separator

dapat terbebas dari keausan dini. Pemisahan dilakukan dengan prinsip gaya

sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan

materi berdasarkan perbedaan massa jenis, ukuran dan bentuk.

Partikel dengan ukuran dan kerapatan yang lebih besar (pasir dan

kotoran) akan terlempar ke bagian luar vortex. Gaya gravitasi menyebabkan

partikel padat jatuh kesisi kerucut menuju pengeluaran ke bagian bawah (ceramic

cone). Sedangkan partikel dengan ukuran dan kerapatan yang lebih kecil (sludge)

akan terlempar ke bagian tengah dan dialirkan ke outlet sand cyclone menuju

sludge distribusi untuk di alirkan ke separator.

Page 24: 3.isi.pdf

24

8. Sludge Centrifuge atau Separator

Sludge centrifuge atau separator merupakan alat yang berfungsi untuk

memisahkan sludge dan minyak berdasarkan gaya sentrifugal. Kapasitas separator

adalah 6 ton/jam. Di dalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar

dengan kecepatan 1.400 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat

12 nozzle dengan diameter lubang per nozzle 1,7 mm.

Prinsip kerja Sludge Centrifuge adalah nozzle separator berputar dengan

gaya sentifugal dimana pemisahannya yaitu fraksi berat (sludge, kotoran) akan

terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan terkumpul ke

tengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan

terdorong keluar, kemudian ditampung di Oil Recovery Tank. Sedangkan sludge

(mengandung air) yang mempunyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian

dinding bowl dan keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

9. Vacuum Oil Dryer

Vacuum oil dryer merupakan ruangan hampa yang berfungsi untuk

mengurangi kadar air pada minyak. Di dalamnya terdapat 16 nozzle dengan

diameter 3 mm. Minyak dari oil tank yang masih mengandung air dipompakan

oleh feed oil pump ke vacuum oil dryer.

Prinsip kerja vacuum oil dryer adalah minyak melalui nozzle akan

dikabutkan sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah saat

menyentuh payung di dalam vacuum. Suhu pada Vacuum oil dryer sekitar 95-

105oC, tujuannya untuk mempermudah pemisahan air dalam minyak. Air yang

mudah menguap akan terhisap karena ruangan yang hampa dan dialirkan menuju

hot weel tank sedangkan minyak yang memiliki titik didih lebih tinggi dari air

Page 25: 3.isi.pdf

25

akan turun ke bawah melalui pipa dan kemudian dipompakan oleh dryed oil pump

menuju storage tank.

6. Stasiun Nut & Kernel

Stasiun ini merupakan tempat pengutipan kernel (kernel extraction), di

stasiun ini terdapat beberapa alat yaitu :

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)

CBC merupakan suatu screw conveyor yang pada tepinya dipasang plat

persegi sebagai tempat terlemparnya fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai

gumpalan fiber dengan nut sehingga fiber dan nut terpisah atau tidak menggumpal.

Ampas yang terdiri dari fiber dan nut hasil dari pengepresan yang masih

menggumpal masuk ke CBC 1 kemudian ke CBC 2, dan membawanya ke

depericarper.

b. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut dengan

bantuan fan. Fiber dan nut dari CBC masuk ke depericarper. Disini fraksi ringan

yang berupa fiber dihisap fibre cyclone dan di angkut oleh fibre and shell conveyor

sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke

bawah masuk ke nut polishing drum.

c. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berupa drum yang berputar yang ujungnya

berlubang-lubang dengan kecepatan putaran 17 rpm. Fungsi nut polishing drum

adalah sebagai pemisah kotoran dari nut. Nut yang jatuh dari depericarper akan

mengalami perputaran sehingga nut dan kotoran terpisah. Selanjutnya nut diangkut

Page 26: 3.isi.pdf

26

oleh wet nut cross conveyor, wet nut transport, kemudian dihisap destroner

cyclone menuju nut grading.

d. Nut Grading

Nut grading merupakan drum yang berlubang-lubang dengan 3 variasi

lubang grading. Disini akan tergrading nut yang kecil 8-14 mm, sedang 15-17 mm,

dan nut yang besar >18mm.

e. Nut Bin

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut dari nut grading.

f. Ripple Mill

Ripple mil merupakan alat yang berfungsi untuk memecah nut sehingga

inti terlepas dari cangkang, dimana alat ini terdiri dari rotor atau silinder besi yang

berputar (rotaring rotor) dan plat persegi yang diam (stationary plate). Nut dari

nut bin masuk ke ripple mill di atur oleh fibrating feeders. Rotating rotor berfungsi

sebagai alat pemecah, sedangkan stationary plate merupakan plat bergerigi tajam

yang berfungsi sebagai landasan biji. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor

(riplle bar) yang terbuat dari high carbon steel. Nut masuk melalui rotor yang

berputar sehingga akan terhimpit atau tertekan dinding stationary plate dengan

kuat dan menyebabkan cangkang pecah.

g. Light Tenera Dry Separating (LTDS) 1 dan 2

LTDS merupakan tempat pemisahan cangkang, serat/fiber dan kernel

dengan bantuan fan. Dari ripple mill kernel akan dibawa oleh Cracked Mixture

Conveyor dan Cracked Mixture Elevator menuju LTDS 1. Di LTDS 1 terdapat air

lock yang berfungsi untuk mengunci udara sehingga bagian di bawah air lock tidak

Page 27: 3.isi.pdf

27

akan tehisap oleh fan kecuali yang berasal dari umpan dan belum melewati air

lock.

Proses pemisahan terjadi, karena fraksi-fraksi yang lebih ringan (fiber

dan cangkang ringan) akan dihisap oleh fan dan masuk ke LTDS cyclone. Fraksi

berat (kernel) akan jatuh ke wet elevator dan dikirim ke kernel silo dryer. Dan

fraksi yang agak berat (cangkang dan kernel sedang) akan masuk ke LTDS 2 yang

juga memiliki air lock dan hisapan fan lebih ringan dibanding LTDS 1. Cangkang

kembali terhisap LTDS cyclone, sedangkan kernel dan sebagian cangkang agak

berat yang belum dipisahkan lagi pada claybath.

h. Claybath

Claybath adalah alat pemisahan kernel dengan cangkang berdasarkan

perbedaan berat jenis. Proses pemisahan ini secara basah menggunakan larutan

CaCO3 (500kg/shift), dan air. Claybath berfungsi sebagai larutan pemisah antara

kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel = 1,1, berat jenis

cangkang = 1,3 sehingga berat jenis CaCO3 yang dibutuhkan adalah = 1,2 dengan

partikel CaCO3 lolos mesh 400.

Fraksi yang ringan akan mengapung (kernel) dan fraksi yang berat akan

tenggelam (cangkang). Kernel yang merupakan fraksi ringan akan melalui Wet

Kernel Conveyor dan Wet Kernel Elevator menuju kernel silo dryer, sedangkan

cangkang melalui Wet Shell Transport Fan akan dibawa ke shell bin sebagai bahan

bakar boiler.

i. Kernel Silo Dryer

Kernel silo dryer merupakan tempat pengeringan kernel dengan

menggunakan temperatur 60-70oC selama 4 jam. Kernel yang masih mengandung

air perlu dikeringkan sampai kadar airnya 7%. Prinsip kerjanya udara panas dari

Page 28: 3.isi.pdf

28

heater fan dihembuskan ke dalam kernel silo. Kernel yang telah dikeringkan ini

akan di bawa oleh Dryed Kernel Conveyor ke Bagging Kernel untuk di kemas dan

selanjutnya dipasarkan.

7. Stasiun Final Effluent / Limbah (termasuk Land Application)

a. Bak Recovery

Bak recovery merupakan bak yang terdiri dari 2 sekatan sehingga

membentuk 3 bak yang berfungsi untuk pengendapan sludge atau tempat akhir

pengutipan minyak yang memiliki suhu sekitar 80-90oC. Sludge ini berasal dari fat

pit.

Minyak yang masih bercampur sludge mengalir melalui atas sekatan ke

sekatan lainnya dan masuk ke bak kontrol yang terletak di bagian paling ujung

sekatan. Setelah minyak terkumpul di bak kontrol, dengan bantuan skimmer

minyak dipompakan kembali ke sludge drain tank. Dari sludge drain tank dikirim

ke Oil Recovery Tank, kemudian dipompakan kembali ke CST untuk

pengendapan. Sedangkan sludge yang tertinggal di bak recovery akan dialirkan ke

cooling pond, kemudian ke kolam limbah 1-8 untuk mendapatkan penanganan

sebelum diaplikasikan ke lapangan sebagai pupuk limbah cair.

b. Cooling Pond

Cooling pond merupakan kolam pendinginan sludge yang berasal dari

recovery. Proses pendinginan pada cooling pond yaitu melalui kontak udara secara

langsung sehingga waktu pendinginan yang dibutuhkan berkisar 1 hingga 2

minggu. Apabila sludge pada cooling pond telah mencapai batas maksimal

ketinggian penampungan kolam dan menyentuh alat level switte, secara otomatis

sludge akan dipompakan ke kolam limbah.

Page 29: 3.isi.pdf

29

c. Kolam Limbah Cair

Kolam limbah cair yang digunakan ada 8. Limbah cair (Effluent) yang

telah melalui proses pendinginan pada cooling pond akan dipompakan ke kolam

limbah untuk mendapatkan penanganan di kolam limbah cair

8. Storage Tank / Tanki Timbun.

Storage tank atau tangki timbun merupakan tempat penyimpanan

terakhir minyak CPO sebelum dipasarkan atau dijual. Kapasitas storage tank

adalah 2500 ton. Ketinggian storage tank adalah 10,9954 m. setiap hari dilakukan

pengujian mutu (analisa FFA, moist, dan dirt), pengukuran suhu, dan sounding.

Fungsi sounding adalah untuk mengukur ketinggian minyak sehingga

dapat mengetahui hasil produksi minyak/rendemen hariannya. Alat yang

digunakan dinamakan sounding tape. Suhu rata-rata di storage tank adalah 40-

50oC agar tidak terjadi pengendapan yang dapat mengakibatkan minyak

mengalami pembekuan atau viskositas tinggi. Di dalam storage, terdapat pipa-pipa

yaitu: pipa steam coil (bentuknya spiral) sebagai penyalur panas. Letaknya pada

bagian dalam dasar tangki, dan pipa steam trap untuk mengeluarkan kondensat.

2.3.3 Teknologi Penanganan Limbah

Limbah merupakan hasil samping yang dihasilkan dari proses

pengolahan di pabrik. Limbah tersebut meliputi limbah padat, cair dan gas.

1. Limbah padat

Limbah padat berupa cangkang, serat/fiber dan tandan kosong. Cangkang

dan serat digunakan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan tandan kosong

diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk organik kelapa sawit.

Page 30: 3.isi.pdf

30

2. Limbah Cair

Limbah cair merupakan hasil samping pengolahan crude palm oil (CPO),

sebelum diaplikasikan ke lapangan, limbah cair ini harus diolah terlebih dahulu

karena sifatnya yang asam dapat merusak pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Penanganan limbah cair yang dilakukan di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya

Karya Gemilang belum ditangani secara maksimal.

Kolam limbah yang ada di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya

Gemilang terdiri dari 8 kolam dengan kapasitas volume tiap kolam adalah 13.000

m3. Setiap kolam belum berfungsi sempurna, karena masih digunakan untuk

perkembang biakan bakteri, limbah dari Cooling Pond bisa dialirkan ke kolam

mana saja tergantung kebutuhan makanan bakteri anaerobic yang sedang

dikembang biakkan.

Hal-hal yang berhubungan dengan penanganan limbah cair yaitu sebagai

berikut.

1) Menaikkan pH, untuk menaikkan pH biasanya ditambahkan abu pada

kolam yang berasal dari pembakaran tandan kosong. Abu yang

ditambahkan ditebarkan di sepanjang kolam. pH pada kolam 3 dan 4

biasanya masih 5. pH yang diharapkan adalah 6,5 hingga 7.

2) Alkalinity atau pemberian umpan untuk proses perkembangbiakan bakteri.

Pemberian umpan ini dibutuhkan untuk perkembangbiakan bakteri. Bakteri

yang dikembangbiakkan adalah bakteri anaerobik. Kapasitas umpan

(sludge) terhadap bakteri harus tepat sekitar 0,02-0,15 F/M rasio dan

diberikan setiap 1 jam sekali.

3. Limbah gas

Limbah gas di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang belum

mengalami penanganan. Limbah gas bekas steam pemakaian langsung dialirkan

melalui cerobong (blowdown) ke lingkungan, dan asap, abu serta CO2 hasil

Page 31: 3.isi.pdf

31

pembakaran di boiler di buang langsung ke udara melalui cerobong asap

(chimney). Diagram alir proses pengolahan minyak kelapa sawit dan kernel dapat

dilihat pada gambar 2.3, di bawah ini :

Sumber:Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Gambar 2.3 Flow Chart Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan

Kernel

Page 32: 3.isi.pdf

32

2.3.4 Pengawasan Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar spesifikasi mutu minyak produksi, kernel produksi dan losses

dapat dilihat pada Tabel 2.3, di bawah ini :

Tabel 2.3. Spesifikasi Mutu Minyak, Kernel, dan Losses di Kendawangan

Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang

No Kualitas Produksi Standar

1 Mutu Minyak

%Moisture

%Dirt

%FFA

Maks 0,15 %

Maks 0,015 %

Maks 3,00 %

2 Mutu Inti/Kernel

%Moisture dalam limit

%Dirt dalam limit

%Kernel pecah maksimal

6,0 – 7,0%.

5,0 – 6,0%.

Maks 15%.

3 Oil Losses

%kehilangan minyak di janjang kosong

%kehilangan minyak di brondolan terikut di janjang kosong

%kehilangan minyak di fibre

%kehilangan minyak di nut %kehilangan minyak di final effluent maksimal

maks 0,43%

maks 0,06%

maks 0,61% maks 0,05%

maks 0,55%

4 Kernel Losses

%Kehilangan kernel di brondolan terikut di janjang kosong

%kehilangan kernel di fibre cyclone

%kehilangan kernel di LTDS %kehilangan kernel di claybath

maks 0,03% maks 0,14% maks 0,04% maks 0,03%

Sumber: Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui spesifikasi mutu minyak, kernel

dan losses yang meliputi kadar FFA, Dirt, Moisture, serta losses minyak dan

losses kernel.

Page 33: 3.isi.pdf

33

BAB III

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

3.1 Deskripsi Kerja.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PT. Gunajaya Karya

Gemilang, desa Banjarsari, kecamataan Kendawangan, kabupaten Ketapang,

selama delapan minggu mulai dari 11 februari hingga 06 april 2013.

1. Minggu pertama tanggal 11-16 Februari 2013

Kegiatan pertama adalah penjelasan-penjelasan program praktek kerja

lapangan kepada Manager Membuluh Sejahtera Estate (MSJE) dan pembagian

tugas. Setelah pembagian tugas dan ditempatkan di divisi III dengan dipandu oleh

mandor 1 untuk mengawasi proses pemanenan di blok L33-L35, blok M33-M40,

dan blok N33-N45. Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang

matang dan mengutip brondolan kemudian selanjutnya di kumpulkan ke Tempat

Pengumpulan Hasil (TPH). Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara

menempatkan karyawan (pemanen) pada suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak

artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan. Sistem

yang digunakan adalah hancak tetap, yaitu sistem hancakan diamana mandor dan

karyawan telah memiliki daerah yang telah ditentukan (hancak tetap), tidak boleh

pemanen lain memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini

rasa tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor panen akan lebih

mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan. Pedoman

yang digunakan untuk menentukan buah siap dipanen didasarkan pada jumlah

Page 34: 3.isi.pdf

34

brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per kg Tandan Buah Segar

(TBS).

2. Minggu kedua tanggal 18-23 Februari 2013

Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan ancak dan mutu buah di

Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Pemeriksaan ancak dan mutu buah di tempat

pengumpulan hasil merupakan kegiatan pemeriksaan ancak, gawangan, dan jalur

dengan mengecek per pokok panen pada suatu blok tertentu setelah proses

pemanenan. pemeriksaan ancak dan mutu buah di tempat pengumpulan hasil

bertujuan untuk mengetahui adanya brondolan tidak terkutip, jajang tinggal,

pelepah sengkleh, buah busuk, tinggi rendahnya losses (kehilangan janjang

maupun brondolan yang menyebabkan kehilangan minyak), serta kualitas tenaga

kerja (pemanen).

3. Minggu ketiga tanggal 25 Fabruari –2 Maret 2013

Kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan Taksasi Potong Buah.

Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan

produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka

dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat

transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase

kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.

Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang

akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).

Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran,

maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi

Page 35: 3.isi.pdf

35

sebesar 10% dari tiap total pokok produktif pada 2 blok tersebut. Jadi jika luas

satu blok adalah 33Ha, maka panen besok adalah 66Ha. Sensus dilakukan 10%

dari 66Ha, yaitu 7Ha. Jika kerapatan /populasi tanaman=136pokok/ Ha, maka akan

melakukan sensus pada 882 pokok.

4. Minggu ke-empat 4-9 Maret 2013

Kegiatan yang dilakukan pada minggu ini yaitu, melakukan pengawasan

panen, taksasi potong buah, dan mengisi administrasi di kantor divisi.

5. Minggu kelima tanggal 11-16 Maret 2013

Aktifitas yang dilakukan di kantor divisi III dipandu oleh krani panen.

Materi yang disampaikan tentang administrasi sistem panen yaitu pengawas biaya

berupa formulir administrasi, organisasi panen, rotasi panen, dan pengawasan dan

denda panen. Kemudian kegiatan dilanjutkan di lapangan yang dipandu oleh

mandor panen. Kegiatan yang dilakukan yaitu menyaksikan pelaksanaan panen,

alat panen, dan cara panen pada areal tanaman menghasilkan (TM). Untuk

memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik dan

konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai

hal ini merupakan tujuan panen. Oleh karena itu bila terjadi ada buah matang yang

tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dan

buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, akan segera dicari

solusinya. Agar sistem panen dapat dilakukan lebih efektif perlu dibuat uraian

tanggung jawab yang jelas terhadap pemanen dan petugas yang berkaitan dengan

pelaksanaan panen. Masing-masing petugas tersebut diberikan wewenang oleh

Manajer, untuk memberikan denda kepada bawahannya bila bawahannya

Page 36: 3.isi.pdf

36

melakukan kesalahan dalam pengawasan/sortasi. Bila ternyata masih sering ada

buah yang lolos tidak disortasi di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan dijumpai

di loading ramp, Manajer bisa langsung melakukan sortasi di tempat pengumpulan

hasil (TPH) dengan konsekuensi seluruh petugas tersebut dikenakan denda.

6. Minggu ke-enam tanggal 18-24 Maret 2013

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan panen, taksasi potong

buah, dan mengisi administrasi di kantor divisi. Aktivitas selanjutnya yaitu

dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Gunajaya Karya Gemilang. Kegiatan

yang dilakukan adalah perkenalan dengan Asisten Kepala Kendawagan Mill, PT.

Gunajaya Karya Gemilang, serta diskusi tentang pengolahan kelapa sawit.

Kegiatan dilanjutkan dengan melihat secara langsung proses pengolahan kelapa

sawit hingga menjadi crude palm oil (CPO).

7. Minggu ketujuh 25-30 Maret 2013

Kegiatan selama di pabrik, yaitu mempelajari kegiatan di departemen

proses, meliputi jembatan timbang, sterilizer, threser, digester dan press, stasiun

klarifikasi dan stasiun kernel, dan departemen laboratorium meliputi pengambilan

sampel basah, sonding, analisa kadar air, kadar kotoran serta kadar asam lemak

bebas.

8. Minggu kedelapan 1 Maret-6 April 2013

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium adalah mengikuti Sample boy

cairan, yaitu merupakan orang yang bertanggung jawab untuk melakukan

pengambilan sampel cair atau khusus minyak. Selama di laboratorium, selain

belajar melakukan pekerjaan analisa juga belajar dalam melakukan pengambilan

Page 37: 3.isi.pdf

37

sampel basah untuk mengetahui losses minyak di beberapa titik tertentu seperti di

separator 1,2,3,4,5,6, final efluent, kondensat sebelum recovery, kondensat setelah

recovery, dimana pengambilan sampel ini dilakukan setiap 2 jam sekali setelah

pabrik mulai beroperasi.

Pengambilan sampel basah untuk menganalisa asam lemak bebasnya

pada beberapa tempat oil produksi setelah Vakum drier,. Dan yang terakhir

pengambilan sampel basah untuk menganalisa persentase minyak, sludge, air dan

pasir dengan sistem sentrifugasi yaitu pada, Sludge underflow, COT, dan fat pit.

3.2 Sistem Penugasan

Selama melalukkan PKL di PT. Gunajaya Karya Gemilang dari tanggal

11 februari 2013 s.d 20 maret 2013, penulis ditempatkan di divisi III Membuluh

Sejahtera Estate (MSJE) PT.G.K.S, yang berlokasi di kecamatan Kendawangan,

Kabupaten Ketapang. Penulis diberi tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas

(Pembantu Mandor Panen) di divisi tersebut oleh Asisten kebun divisi III.

Tanggal 21 maret 2013 sampai dengan 6 April 2013, penulis ditempatkan

di Kendawangan Mill (KNDM) PT. Gunajaya Karya Gemilang, serta ditugaskan

langsung oleh asisten kepala di bawah instruksi Mill Manager untuk belajar di

berbagai departemen kecuali departemen maintenance dan administrasi karena

jangka waktu yang singkat untuk melanjutkan praktek kerja lapangan. Selama di

pabrik kelapa sawit, penulis ditempatkan di departemen laboratorium.

Page 38: 3.isi.pdf

38

BAB IV

TUGAS KHUSUS/ PROBLEM SOLVING

ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) dari CPO FRESH,

CPO OUTSPEC DAN CPO BLENDING DI KENDAWANGAN

MILL PT. GUNAJAYA KARYA GEMILANG

4.1 Latar Belakang Masalah

Mutu minyak sawit (CPO) dalam dunia perdagangan mempunyai arti

yang sangat penting. Adanya bahan-bahan yang tidak semestinya terikut dalam

CPO akan menurunkan mutu dan harga jualnya, maka perlu diupayakan agar

kualitas CPO selalu dapat dijaga. Salah satu standar mutu CPO yang harus

diperhatikan adalah kadar asam lemak bebasnya (Tim Penulis, P.S, 2000)

Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada

proses hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase

yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak.

Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan

mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan

minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk

gliserol dan asam lemak bebas (Mangoensoekarjo, 2003).

Pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi oleh adanya

mikroorganisme pada keadaan lembab dan kotor. Oleh sebab itu, pada saat

pengolahan harus diperhatikan kondisi buah kelapa sawit yang akan diolah serta

proses pengolahan dan peralatan yang baik. Hal ini dilakukan untuk menekan

Page 39: 3.isi.pdf

39

produksi asam lemak bebas didalam minyak sawit (CPO) yang dihasilkan (Pahan,

2006).

CPO yang dihasilkan setelah proses pengolahan akan disimpan sementara

didalam storage tank (tangki timbun). Kadar ALB pada CPO akan selalu

bertambah seiring dengan adanya penyimpanan CPO tersebut di dalam tangki

timbun sebelum dipasarkan. Sebelum dipasarkan, harus terlebih dahulu dilakukan

analisa untuk mengetahui kadar ALB dalam minyak sawit.

Kadar asam lemak bebas yang memenuhi standar mutu PKS adalah

maksimal 3,0% dan untuk eksport (perdagangan) adalah maksimal 5%. Asam

lemak bebas pada CPO didalam storage tank tidak dapat dihilangkan, melainkan

akan selalu bertambah terlebih dalam waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika

kadar ALB pada CPO > 5%, maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau

melewati batas standar mutu dan tidak layak untuk dipasarkan. ALB pada CPO

outspec tersebut dapat diturunkan dengan cara melakukan blending (pencampuran)

dengan CPO yang memiliki kadar ALB rendah (CPO fresh), sehingga CPO

outspec tersebut tidak bermutu rendah dan dapat dipasarkan kembali.

Proses blending (pencampuran) CPO tersebut dilakukan dengan

menggunakan rumusan secara teoritis, dan pada dasarnya akan menghasilkan

kadar ALB CPO blending rendah dibandingkan dengan CPO sebelumnya (CPO

ALB tinggi/ CPO Outspec). Akan tetapi setelah dilakukan proses pemblendingan

dan di analisa, kadar ALB CPO blending menghasilkan nilai yang berbeda dengan

kadar ALB CPO blending secara perhitungan (teoritis). Atas dasar inilah penulis

ingin membuat tugas khusus yang berjudul “Analisa Asam Lemak Bebas (ALB)

Page 40: 3.isi.pdf

40

dari CPO Fresh, CPO Outspec, dan CPO Blending di Kendawangan Mill Pt.

Gunajaya Karya Gemilang ”.

4.2 Tujuan

1. Mengetahui kadar ALB dari CPO Fresh, CPO Outspec, dan CPO blending.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari

CPO blending secara analisa dan secara teoritis.

4.3 Permasalahan

Permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut.

1. Berapakah kadar ALB pada CPO fresh, CPO outspec, dan CPO blending ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari CPO

blending secara analisa dan secara teoritis?

4.4 Pembahasan/Problem Solving

Kadar asam lemak bebas CPO yang memenuhi standar mutu perusahaan

adalah ≤ 3,0% dan untuk eksport (perdagangan) adalah ≤ 5%, dan merupakan

CPO yang berada pada keadaan fresh. Namun, jika kadar ALB pada CPO > 5%,

maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau melewati batas standar mutu

dan tidak layak untuk dipasarkan lagi, namun CPO outspec yang memiliki kadar

asam lemak bebas > 5% tidak mungkin dibuang begitu saja. Dan dilakukanlah

proses blendingan CPO outspec dengan CPO fresh.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadar asam lemak bebas pada

CPO meningkat, diantaranya adalah kadar air dan kadar zat pengotor. Kedua

faktor ini menyebabkan aktifitas enzim lipase dan oksidase yang terdapat pada

Page 41: 3.isi.pdf

41

CPO meningkat. CPO yang diolah dengan peralatan yang tidak 100% bersih dapat

menyebabkan banyaknya zat pengotor pada CPO, selain itu CPO tidak langsung

dipasarkan melainkan disimpan terlebih dahulu di dalam tangki timbun (storage

tank).

Proses pemblendingan yang telah dilakukan, menunjukan kadar ALB pada

CPO fresh yang diperoleh di PKS Kendawangan Mill adalah 4,41% yaitu sampel

yang ada pada storage 2 dengan stok 1.953.208 kg, sedangkan kadar ALB CPO

outspec adalah 6,83% dengan stok 141.818 kg yaitu sampel dari storage 1.

Hasil analisa, menunjukkan bahwa kadar ALB CPO blending secara

teoritis diperoleh 4,12% dan secara analisa diperoleh kadar ALB yang mengalami

sedikit kenaikan yaitu 4,20%. Adanya perbedaan pada hasil akhir ALB secara

analisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya, pada saat proses

pemblendingan/pencampuran, suhu pada storage 1 adalah 300C, sedangkan pada

storage 2 adalah 540C. Seharusnya ketika melakukan pencampuran, harus

dilakukan pada suhu 50°C dan diaduk agar CPO blending tersebut homogen.

Kesalahan pada proses pengadukan serta pengaturan suhu dapat menyebabkan

kadar ALB CPO blending yang dihasilkan akan lebih besar karena CPO blending

tersebut tidak homogen. Jika suhu yang digunakan lebih besar dari 50°C, struktur

CPO akan rusak. Sedangkan jika lebih kecil, CPO fresh dan CPO outspec tidak

akan homogen dan justru mengarah pada hasil CPO blending yang tetap outspec,

selain faktor tersebut, CPO outspec (ALB = 6,83%) yang sudah melewati batas

standar mutu tersebut dapat diturunkan kadar asam lemak bebasnya dengan proses

blendingan sehingga diperoleh CPO blending dengan standar mutu yang sesuai,

yaitu 4,20%.

Page 42: 3.isi.pdf

42

Tabel 4.1 Hasil Analisa Asamlemak Bebas (ALB)

Storage

tank

Berat

sampel

(gr)

Volume Naoh

(ml) Normalitas Naoh %Alb

Storage 2

(fresh) 3,0012 4,5 0,1017 3,93%

Storage 1

(outspec) 3,0092 7,9 0,1017 6,83%

Storage 2

(blending) 3,0085 4,8 0,1017 4,20%

Sumber : Kendawangan Mill, PT.GKG (4-april2013)

Tabel 4.2 analisa harian CPO di storage tank

Storage tank Stock (kg) Temperatur

Storage 1 141.818 300c

Storage 2 1.953.208 540c

Storage 2 (setelah

blending) 2.095.026 48

0c

Sumber : Kendawangan Mill, PT.GKG (4-april2013)

4.5 Kesimpulan

1. Kadar asam lemak bebas (ALB) CPO outspec yang digunakan adalah 6,83%

dan kadar ALB CPO fresh yang digunakan adalah 3,93%. Setelah dilakukan

proses blending, maka diperoleh kadar ALB 4,20%.

2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari CPO blending secara

analisa dan secara teoritis diantaranya adalah suhu, dan proses pengadukan.

Page 43: 3.isi.pdf

43

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Gunajaya Karya

Gemilang (GKG), Desa Banjarsari, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten

Ketapang, Kalimantan Barat, diperoleh pengalaman serta ilmu pengetahuan

secara langsung (praktek) tentang proses pengolahan kelapa sawit.

2. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di

Kendawangan Mill meliputi tahapan-tahapan proses yang saling

berkesinambungan, unit-unit proses tersebut adalah : stasiun penerimaan

buah,stasiun sterilizer, stasiun threser, stasiun press, stasiun klarifikasi,

storage tank.

3. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengawasan panen kelapa

sawit adalah pusingan potong buah, taksasi potong buah, dan Quallity Control

ancak dan mutu buah di TPH.

5.2 Saran

1. Perlu adanya pengawasan yang baik dan tepat terhadap karyawan terutama

dalam tahap pemanenan dan pengolahan kelapa sawit di PKS agar dapat

meminimalisir kesalahan-kesalahan sehingga output produksi lebih optimal.

2. Demi kerjasama yang lebih baik lagi dalam pengembangan Praktek Kerja

Lapangan, akses antara institusi Politeknik Ketapang dan industri harus

berjalan dengan lancar.

Page 44: 3.isi.pdf

44

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan. Ketapang. Politeknik

Ketapang.

Mangoensoekarjo, S, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta,

UGM-Press.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Sunarko, 2006. Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Penerbit UI-Press,

Jakarta.

Tim Penulis, P.S. 2000. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 45: 3.isi.pdf

45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Dokumentasi SOP Penentuan % FFA

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Page 46: 3.isi.pdf

46

Lampiran2. Daftar Hadir Praktek Kerja Lapangan

Page 47: 3.isi.pdf

47

Page 48: 3.isi.pdf

48

Lampiran3. Laporan Mingguan Praktek Kerja Lapangan

Page 49: 3.isi.pdf

49

Page 50: 3.isi.pdf

50

Page 51: 3.isi.pdf

51

Page 52: 3.isi.pdf

52

Page 53: 3.isi.pdf

53

Page 54: 3.isi.pdf

54

Page 55: 3.isi.pdf

55

Page 56: 3.isi.pdf

56

Page 57: 3.isi.pdf

57

Lampiran4. Dokumentasi Jembatan Timbang

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Lampiran5. Dokumentasi Loading Ramp

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Page 58: 3.isi.pdf

58

Lampiran6. Dokumentasi sterilizer

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Lampiran7. Dokumentasi Thresher

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)

Page 59: 3.isi.pdf

59

Lampiran8. Dokumentasi Storage Tank

Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)