Upload
syahid-rohman
View
197
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk
memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit (Sunarko, 2006).
Perkembangan disektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit di
Indonesia semakin pesat, untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan
berwawasan global, dan juga harus didukung dengan pendidikan agar berimbang
demi menciptakan tenaga kerja yang professional, berkualitas, serta berkompeten
di bidang perindustrian kelapa sawit.
Politeknik ketapang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai
program pendidikan Diploma III dengan waktu pendidikan selama 6 semester.
Sebagai ahli Madya, lulusan Politeknik diharapkan mampu menghasilkan lulusan
yang memiliki kemampuan, cerdas, terampil, dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Salah satu cara agar lulusan politeknik dapat dengan mudah langsung
beradaptasi dalam lingkungan kerja, maka diadakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) (Anonim, 2013). Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu
kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Diploma III Jurusan
Teknologi Pertanian Politeknik Ketapang. Selain untuk memenuhi kewajiban
2
akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi jembatan penghubung
antara dunia industri atau perusahaan dengan dunia pendidikan serta dapat
menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga mahasiswa akan mampu
mengatasi persaingan di dunia kerja. Tuntutan akan peningkatan kompetensi,
keahlian, dan profesi bidang ilmu terapan menjadikan pelaksanaan kegiatan
praktek kerja lapangan di PT. Gunajaya Karya Gemilang menjadi sarana
pencapaian baik di dalam dunia industri maupun pendidikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut :
1. Membandingkan serta mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku
perkuliahan dengan praktek kerja nyata di lapangan.
2. Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (cpo) dan
kernel.
3. Mengetahui pengawasan proses pemanenan kelapa sawit yang baik dan benar.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktek kerja lapangan adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama
di bangku perkuliahan, dan mendapatkan timbal balik ilmu terapan yang
diperolehnya dari lapangan baik dalam sistem manajemen perusahaan, proses
produksi, administrasi, dan lain-lainnya.
3
2. Memperoleh pengalaman kerja serta sebagai pengenalan awal dalam
memasuki dunia kerja nantinya.
3. Sebagai bahan penelitian dan penulisan laporan praktek kerja lapangan.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Gunajaya Karya Gemilang merupakan bagian dari perusahaan
Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group, dan merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit serta pabrik pengolahan kelapa sawit
menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. Perusahaan ini berdiri pada tahun
2007, yang terletak di Desa Banjar Sari Kecamatan Kendawangan Kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Perusahaan ini memiliki luas perkebunan
17.000 ha. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit
sendiri yang bernama Kendawangan Mill (KNDM) dan berdirinya pabrik tersebut
pada 2 januari 2011 dengan luas pabrik 12 ha.
Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA
Group adalah salah satu divisi usaha dari Harita Group, yang berawal dari akusisi
PT. Karya Makmur Bahagia (KMB) pada tahun 1997. Seiring dengan penambahan
perusahaan baru pada tahun 2004 dibentuk kelompok perusahaan di bawah
manajemen PT. Bumitama Gunajaya Agro yang kemudian dikenal dengan BGA
Group. Saat ini BGA Group beroperasi di empat propinsi yaitu Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Riau.
Perusahaan ini telah menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan
perkebunan kelas dunia asal Malaysia. Kerja sama yang dimulai pada November
5
2007 dimaksudkan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit seluas 82.350
ha di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dengan memiliki dua perusahaan,
yaitu PT. Gunajaya Karya Gemilang dan PT. Gunajaya Ketapang Sentosa.
2.1.1 Visi dan misi perusahaan
1. Visi: "Menjadi Perusahaan Berkelas Dunia".
2. Misi:
1. Keuntungan bagi pemegang saham.
2. Manfaat dan kualitas hidup bagi karyawan.
3. Berkontribusi bagi Negara.
2.1.2 Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada suatu orang atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan
jelas pemisahan kegiatan pekerja antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana
hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi. Tugas dan wewenang dari masing-masing
jabatan pada Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit Kendawangan Mill PT.
Gunajaya Karya Gemilang (PKS Kendawanagan Mill, PT. G.K.G) adalah sebagai
berikut :
1. Kepala Wilayah (Kawil)
Kawil atau kepala wilayah merupakan pimpinan tertinggi dalam struktur
organisasi Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya gemilang. Kawil mempunyai
6
tugas dan wewenang sebagai pengawas seluruh staf karyawan, baik mill manager,
assisten, dan seluruh staff karyawan di miill maupun di kebun.
2. Mill Manager (Manajer Pabrik)
Mill Manager mempunyai tugas mengendalikan operasional pabrik
kelapa sawit, dengan memadukan sumber daya yang ada, untuk mencapai
efisiensi, produktifitas dan kualitas yang tinggi yang ditetapkan menajemen.
Tanggung jawab Mill Manager adalah :
a. Memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya
dalam mempersiapkan rencana kerja dan angaran PKS.
b. Memastikan bahwa semua sarana operasi/produksi dan sarana penunjang
lainnya terpelihara secara optimal untuk menjamin kelancaran produksi.
c. Memastikan mutu bahan baku/TBS yang akam diolah dan telah melalui
proses sortasi yang benar dan dapat dipertangung jawabkan.
d. Tercapainya penghematan dalam kegiatan produksi dan pendayagunaan
sumber daya secara efisien.
e. Mengontrol pelaksanaan pembersihan dan persiapan pengolahan agar jadwal
kerja dapat terlaksana dan tepat waktu sesuai standar operasi PKS.
f. Senantiasa memonitor pembuangan limbah dalam batas ambang yang sudah
di tentukan.
g. Terlaksana pelaksanaan rencana kerja (bulanan, triwulan dan tahunan).
h. Koordinasi dengan KTU dalam hal pengolahan administrasi pabrik.
i. Melakukan pemahaman, petunjukan serta pembinaan mengenai peraturan
dan kebijaksanaan perusahaan.
7
j. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.
3. Asisten Proses
Tugas Asisten proses adalah sebagai pemimpin dalam unit kerja bagian
departemen proses pabrik kelapa sawit (PKS) dalam mengorganisir,
mengendalikan sumber daya yang ada, guna mencapai proses dengan lancar dan
efisien untuk memaksimumkan pencapaian hasil crude palm oil (CPO) dan inti
yang baik. Tanggung jawab asisten proses meliputi hal-hal berikut :
a. Membuat rencana angaran tahunan untuk bagian proses pabrik untuk dibahas
dengan pemimpin.
b. Melakukan pemeriksaan masing-masing alat/mesin di setiap stasiun (loading
ramp, sterilisasi, thresher, press, kernel, boiler, engine room, dan klarifikasi)
water treatment, final effluent, dan lain-lain dalam kondisi kerja yang baik.
c. Membuat laporan tandan buah segar (TBS) yang sudah diolah setiap harinya.
d. Memastikan setiap saat pembungan limbah cair (effluent).
e. Koordinasi dengan kebun / afdeling dalam hal kualitas tandan buah segar
yang dikirim ke pabrik.
f. Memastikan terpasangnya setiap rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di setiap tempat yang strategis.
g. Memberi masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar
guna keselamatan karyawan.
h. Mengawasi posisi dan kondisi inventaris perusahaan baik alat pabrik dan
perumahan agar tetap baik dan tidak menggangu kelancaran operasional.
i. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.
8
4. Asisten Laboratorium
Tugas Asisten Laboratorium adalah sebagai pemimpin dalam unit kerja
laboratorium/analisis untuk penerimaan TBS dan pemeriksaan mutu yang di
hasilkan untuk menghasilkan mutu CPO dan inti yang baik. Tanggung jawab
asisten laboratorium yaitu :
a. Membuat rencana anggaran tahunan untuk bagian labotarium untuk
dibahasan dengan pemimpin.
b. Membuat rencana analisis sesuai dengan pengolahan di pabrik.
c. Mengecek ketepatan hasil test dan segera mengambil tindakan sebagai reaksi
atas kesalahan.
d. Mengawasi pengambilan contoh/sampel.
e. Penjaga pengeluaran CPO/kernel dari Storage Tank atau Bulk silo penjualan.
f. Memeriksa secara berkala kualitas air minum karyawan.
g. Membuat laporan proses produksi secara up to date setiap hari, mingguan,
dan bulanan.
h. Memberikan informasi mutu CPO dan inti kepada atasan.
i. Memberikan masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar
guna keselamatan karyawan.
j. Mengawasi posisi dan kondisi inventaris perusahaan baik alat pabrik dan
perumahan agar tetap baik dan tidak menganggu kelancaran operasional.
k. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.
5. Asisten Maintenance
Tugas Asisten Maintenance sebagai pemimpin dalam perawatan pabrik
dan sarana untuk merencanakan, mengorganisir, dan mengendalikan sumber daya
yang ada, guna mencapai proses kerja pabrik yang optimal dalam mencapai target
9
jam kerja maupun mutu dari CPO dan kernel. Tanggung jawab asisten
maintenance adalah :
a. Membantu atasan dalam menyusun pembuatan anggaran maintenace.
b. Mengawasi para pekerja dalam perbaikan alat dan pemeliharaan preventif
supaya berjalan dengan baik.
c. Mengatasi semua mesin yang tidak beroperasi dan memperbaiki kembali
dalam waktu sesingkat mungkin.
d. Mengawasi penerapan dan instalasi dalam pabrik bejalan dengan baik agar
proses pengolahan berjalan dengan baik.
e. Memonitor keadaan fisik bangunan pabrik dan lantai loading ramp.
f. Memastikan terpasangnya setiap rambu-rambu K3 disetiap tempat yang
strategis.
g. Membuat laporan kerusakan dari seetiap stasiun.
h. Memberikan masukan dan pengarahan sistem pekerjaan yang baik dan benar
untuk keselamatan karyawan.
i. Mengawasi posisi dan kodisi inventaris perusahaan, baik alat maupun
perumahan agar tetap baik dan tidak mengganggu kelancaran operasional.
j. Menjaga nama baik dan rahasia perusahaan.
6. Kasie
Kasie memiliki tugas untuk mencatat serta mengurus administrasi
mengenai pengeluaran keuangan yang menyangkut perusahaan, baik gaji
karyawan, maupun yang lainnya.
10
Skema Struktur Organisasi PKS Kendawangan Mill PT. GKG dapat
dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :
Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKS Kendawangan Mill, PT.GKG
Berdasarkan struktur organisasi di atas dapat dilihat bahwa jabatan
Kepala Wilayah (Kawil) merupakan pimpinan tertinggi di Pabrik Kelapa Sawit
Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang.
2.2 Produk Yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang berupa minyak
sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan kernel, yang berasal dari pabrik
kelapa sawit Kendawangan Mill. Sedangkan di kebun menghasilkan tandan buah
segar (TBS).
a) Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak yang berasal dari hasil ekstraksi daging
buah kelapa sawit.
b) Kernel adalah produk sampingan dari hasil pengolahan kelapa sawit.
Kawil
Mill Manager
Ass. Proses
Shift II
Ass. Proses
Shift I
Kasie Ass,
Maintenance
Ass.
Laboratorium
11
Spesifikikasi mutu produk yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang
dapat dilihat pada Tabel 2.1, di bawah ini :
Tabel 2.1 Spesifikasi mutu CPO dan Kernel
Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Berdasarkan tabel di atas, spesifikasi mutu atau standar mutu dari produk
yang dihasilkan PT. Gunajaya Karya Gemilang yang berupa crude palm oil (CPO)
adalah dengan kadar moisture (kadar air) maksimal 0,150%, dirt (kadar kotoran)
maksimal 0,015%, dan free faty acid (FFA) maksimal 3,00%, sedangkan pada
kernel standar mutunya adalah dengan Moisture (kadar air) dalam limit berkisar
antara 6,0-7,0%, dirt (kadar kotoran) dalam limit berkisar anatara 5,0-6,0%, dan
Kernel pecah maksimal 15%.
2.3 Teknologi Proses Produksi
2.3.1 Bahan baku
1. Bahan Baku Utama
Bahan baku pengolahan kelapa sawit merupakan tandan buah segar
(TBS) yang berasal dari dalam kebun PT. Bumitama Gunajaya Agro Group
Wilayah VI dan VII yaitu dari PT. Gunajaya Karya Gemilang dan PT. Gunajaya
Kriteria Uji Standar
Mutu minyak sawit :
%Moisture Max 0,150%
%Dirt Max 0,015%
%FFA Max 3,00%
Mutu kernel :
%Moisture dalam limit 6,0 – 7,0%
%Dirt dalam limit 5,0 – 6,0%
%Kernel pecah max 15%
12
Ketapang Sentosa, serta pembelian bahan baku dari luar kebun Estate yaitu kebun
Koperasi Unit Desa (KUD).
Kriteria bahan baku berdasarkan tingkat kematangan dan persen (%)
brondolan lepas yang dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :
a. Buah mentah
Kategori buah mentah adalah bila tidak ada brondolan yang lepas dari
janjangan sampai dengan brondolan lepas sebanyak 4 brondolan per janjang.
b. Buah kurang matang
Kategori buah kurang matang adalah bila hanya ada 1 brondolan per kg
berat janjangan yang lepas sampai batas buah matang.
c. Buah matang
Kategori buah matang adalah bila ada 2 brondolan per kg berat janjangan
yang lepas sampai batas kriteria buah terlalu matang.
d. Buah terlalu matang
Kategori buah terlalu matang adalah bila 75% brondolan lapisan luar
telah lepas.
e. Janjangan kosong
Kategori janjangan kosong adalah bila tidak ada brondolan dalam
janjangan/tandan.
f. Parthenocarpie/buah pasir
Kategori buah pasir adalah bila 75 % brondolan di janjangan merupakan
brondolan gagal pembuahan/penyerbukan. Bentuk brondolan kecil dan tidak ada
minyaknya.
13
g. Hard bunch/buah keras
Kategori buah keras adalah bila tidak ada brondolan yang lepas walaupun
dibanting, ujungnya pecah - pecah dan bentuk brondolan agak bulat. Tabel kriteria
bahan baku yang akan di olah, dapat dilihat pada Tabel 2.2, di bawah ini :
Tabel 2.2 Tabel Kriteria Buah
Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat standar jumlah bahan baku utama
pengolahan kelapa sawit (tandan buah segar) yang akan diolah di pabrik kelapa
sawit sesuai kriteria seperti buah matang, buah kurang matang, buah abnormal,
buah dengan tangkai panjang, kebersihan, buah busuk, buah rusak, buah terlalu
Kriteria Target
a. TBS
Buah Mentah Unripe 0%
Buah Kurang Matang Under Ripe Max. 5 %
Buah Matang Ripe Min. 85 %
Buah Terlalu Matang Over Ripe Max. 5 %
Janjangan Kosong Empty Bunch Max. 1 %
Total Buah Normal 96%
Buah Pasir Parthenocarpie Max. 1 %
Buah keras Hard bunch Max. 3 %
Total Buah Abnormal Max. 4 %
Brondolan lepas Min. 7 %
Brondolan busuk Rotten Lossen Fruit Max. 5 %
Tangkai panjang ( >
2,5 cm ) 0%
Kotoran Dirty 0%
BJR < 3,5 kg 0%
Buah Dura 0%
b
.
Kerusakan akibat
digigit tikus
Tidak rusak Min. 95 %
Kerusakan ringan Max. 5 %
Kerusakan berat 0%
14
matang, buah pasir, janjang kosong, brondolan lepas, brondolan busuk dan
sebagainya.
2. Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan kelapa sawit di
Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang merupakan air pengolahan. Air
tersebut berasal dari waduk yang telah mengalami pengolahan pada stasiun Water
Treatment sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan boiler dan beberapa stasiun
lainnya.
2.3.2 Teknologi pengolahan kelapa sawit
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (Crude
Palm Oil/CPO) adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah
segar (TBS) diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut
terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara berkesinambungan dan
terkait satu sama lain.
Stasiun yang berada di Pabrik Kelapa Sawit Kendawangan Mill PT.
Gunajaya Karya Gemilang adalah sebagai berikut :
1. Stasiun Fruit Reception / Penerimaan
Stasiun ini adalah Stasiun yang mengatur penerimaan TBS / barang dan
pengeluaran hasil produksi / barang yang terdata. Secara garis besar ada tiga tahap
kegiatan dalam stasiun penerimaan yaitu, meliputi :
a. Pemeriksaan dan Pelaporan
Truk tiba di PKS dan dilakukan pencatatan data dan pemeriksaan unit
truknya maupun kelengkapan dokumen, seperti surat pengiriman buah (SPB).
15
b. Jembatan Timbang / Penimbangan
Kapasitas maksimal jembatan timbang adalah 40 ton, kegiatan di
jembatan timbang meliputi :
1. Truk Muat TBS
Truk yang masuk ke pabrik ditimbang pertama di jembatan timbang,
didapat berat Brutto. Setelah ditimbang, TBS dibongkar dari truk di
penerimaan (hopper/lantai loading ramp) dan diteruskan ke jembatan timbang
untuk penimbangan tarra kendaraan. Setelah penimbangan tarra didapat berat
netto TBS, truk meninggalkan PKS.
2. Truk muat CPO atau Kernel
Truk kosong yang masuk ditimbang pertama, didapat berat tarra, truk
ke loading sheet / gudang kernel isi CPO atau kernel, kemudian timbang kedua
didapat berat brutto. Setelah penimbangan berat brutto maka akan didapat
berat netto CPO / kernel.
c. Penampungan
Proses penampungan terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Penampungan sementara di Loading Ramp (TBS)
TBS dipindahkan dari hopper loading ramp ke lori siap untuk direbus.
Loading ramp berfungsi sebagai tempat penimbunan TBS dan sortasi. Dari
jembatan timbang, buah di bawa ke tempat penerimaan buah. Sortasi dilakukan
untuk memastikan bahwa buah masuk berada dalam kondisi yang optimal untuk
16
diekstrak minyaknya. Sudut kemiringan ramp adalah 45oC. Sortasi dilakukan
berdasarkan fraksi buah.
2) Pengisian produksi ke truk (CPO dan Kernel)
Pengisian produksi CPO dilakukan di loading sheet dan untuk kernel
dilakukan di gudang kernel atau kernel bin.
2. Stasiun Sterilizer / Rebusan
Stasiun ini adalah tempat Proses perebusan tandan buah segar (TBS)
dengan menggunakan panas dari uap yang bertekanan, secara konveksi dan
konduksi. Sterilizer adalah suatu bejana yang berfungsi untuk merebus TBS
(tandan buah segar) dengan memakai uap bertekanan ± 2,8 bar.
Sterilizer yang digunakan adalah horizontal sterilizer, kapasitas rebusan
adalah 48 ton (4 buah lori) dengan sistem perebusan triple peak (tiga puncak),
dengan tekanan pada puncak pertama adalah 1,5 bar, tekanan pada puncak kedua
adalah 2-2,5 bar, tekanan pada puncak ketiga adalah 2,8-3 bar, dan pemanasannya
dengan menggunakan steam (1350C dengan waktu 80 – 95 menit).
Buah yang telah direbus bersama lori kemudian dituangkan ke bunch
conveyor menggunakan tippler yang selanjutnya ditransfer ke threser. Hasil dari
perebusan selain diperoleh tandan hasil rebusan juga diperoleh kondensat. Dimana
terdiri dari material air dan minyak (bercampur sludge dan kotoran). Air akan
teruapkan melalui blowdown (cerobong) sedangkan minyak (bercampur sludge
dan kotoran) akan dikirim ke bak kondensat untuk dikutip minyaknya. Tujuan dari
perebusan adalah:
a) Memudahkan melepasnya berondolan dari janjangnya (bunch stalk).
17
b) Menonaktifkan enzym-enzym lipase yang dapat menyebabkan kenaikan Free
Fatty Acid (FFA)
c) Melunakkan berondolan untuk memudahkan pelepasan/pemisahan daging
buah dari nut di digester.
d) Memudahkan proses pemisahan molekul-molekul minyak dari daging
buah (di stasiun press) dan mempercepat proses pemurnian minyak (di
stasiun klarifikasi)
e) Mengurangi kadar air biji sawit (nut) sampai <20%, sehingga meningkatkan
efisiensi pemecahan biji sawit (nut).
Hal-hal yang mempengaruhi rebusan:
a. Tekanan steam dan lama perebusan.
Tekanan steam dan lama perebusan sangat menentukan hasil
perebusan, juga mempengaruhi efisiensi pabrik. Tekanan uap dan waktu yang
tidak cukup akan berpengaruh terhadap:
1) Buah kurang masak, brondolan tidak bisa lepas dari tandan dengan sempurna
pada saat proses di bantingan (thresher).
2) Pelumatan di digester kurang sempurna, karena sebagian daging buah sulit
lepas dari nutnya, sehingga juga akan berpengaruh terhadap proses
pengempaan (press).
3) Ampas fiber basah sehingga mengganggu proses pembakaran pada boiler,
karena fiber nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar boiler.
4) Merusak mutu minyak dan inti.
b. Pembuangan udara dan air kondensat.
18
Udara dan air kondensat dalam bejana jika tidak dikeluarkan secara
maksimal akan terjadi pencampuran udara dan uap (turbulensi) yang
mengakibatkan pemindahan panas ke dalam buah tidak sempurna, sebab udara
dan air kondensat (uap yang terkondensasi sisa hasil rebusan) dapat mengganggu
kenaikan uap (steam) yang masuk ke bejana
Siklus perebusan Tandan Buah Segar (TBS) tampak pada gambar 2.2 di
bawah ini :
Sumber: PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Gambar 2.2 Siklus Perebusan TBS
3. Stasiun Thresher / Bantingan
Threser merupakan drum yang berputar dengan kecepatan putaran 23-25
rpm yang berfungsi untuk pemipilan atau penebahan tandan setelah dari stasiun
perebusan. Pemipilan adalah pemisahan brondolan buah dari janjangnya.
Prinsip kerja pada threser 1 dan 2, buah masuk dari ujung drum menuju
ujung drum satunya lagi ke dibantu oleh expeller arm (ulir) yang berada di bagian
dalam threser dengan sudut kemiringan 15o, sehingga janjangan akan terbanting,
buah akan membrondol dan tandan menjadi janjangan kosong. Fungsi expeller
19
arm selain sebagai pendorong, juga berfungsi untuk mempermudah janjangan
terangkat ke atas drum. Terjadi 8 kali bantingan tandan di dalam setiap threser.
Diameter threser 3 m, panjangnya 4 m. Brondolan yang terpipil jatuh ke under
threser conveyor 1 dan 2, kemudian ke bottom cross conveyor, inclined fruit
elevator,dan terakhir melalui distribution fruit elevator untuk didistribusikan ke
digester, sedangkan janjangnya menuju empty bunch press untuk dipress
minyaknya.
4. Stasiun Press / Kempa
Stasiun ini memiliki 2 alat yaitu Digester dan Screw press. Digester
merupakan bejana yang berfungsi untuk melumatkan brondolan dengan bantuan
pisau pencincang atau pelumat dengan kapasitas 3500 Liter. Di dalam bejana
digester terdapat 5 tingkatan pisau pencincang yang tersusun berselang seling pada
suatu poros, dan satu tingkatan pisau pendorong yang terletak di bagian dasar
bejana supaya masuk ke ruang press. Kecepatan putaran pisau ini adalah 57 rpm,
dimana jenis-jenis pisau itu adalah:
1) Expeller arm, berfungsi sebagai pisau pendorong yang letaknya dibagian
dasar digester.
2) Long arm, berfungsi menekan lumatan buah ke bawah.
3) Short arm, berfungsi menekan lumatan buah ke atas
Digester merupakan pengadukkan berondolan dari thresher sampai
homogen. Untuk mempermudah proses pengadukkan, diperlukan steam dengan
suhu 85-90oC. Prinsip kerja digester yaitu: pertama-tama brondolan masuk melalui
distribution fruit conveyor ke digester sebanyak ¾ volume. Brondolan dilumatkan
20
selama 15 menit sebagai umpan, kemudian katup penghubung digester dan press
dibuka sehingga lumatan masuk ke screw press.
Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah.
Di dalam press ada 2 batang baja dengan ulir spiral (screw) yang saling berputar
berlawanan arah. Lumatan bergerak ke arah depan menuju tekanan hidrolik yang
berasal dari dua buah cone sebagai penahan hingga minyak terekstrak. Tekanan
hidrolik tersebut sebesar 60-70 bar. Screw diselubungi oleh selubung baja yang
disebut press cage, dimana pada dindingnya berlubang-lubang, melalui lubang-
lubang tersebut minyak yang telah terekstrak akan keluar sedangkan ampasnya
akan keluar melalui celah cone.
Kapasitas press adalah 15 ton/jam. Pada proses pengempaan atau
pengepresan ditambahkan air panas untuk pengenceran (water dillution) dengan
suhu 90oC sebanyak 15-20% sehingga massa bubur buah (lumatan) yang dikempa
tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah (lumatan) terlalu rapat maka akan
dihasilkan cairan minyak dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses
pemisahan ataupun pengendapan kotoran. Minyak yang terekstrak akan ditampung
sementara di oil gutter dan langsung dialirkan ke sand trap tank. Fungsi dan tujuan
dari stasiun ini adalah :
a) Mengkondisikan berondolan sebelum ke press.
b) Mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dari daging buah dengan Nut
pecah seminimal mungkin.
c) Menghantar press cake dan Nut ke cake breaker conveyor untuk
dipisahkan antara Nut dan Fibre di Depericarper.
21
d) Menyeimbangkan pencapaian kapasitas / jam, dengan operasional press
yang normal (disesuaikan kapasitas unit press yang terpasang).
5. Stasiun Clarification / Pemurnian
Stasiun ini adalah tempat perlakuan proses penjernihan crude oil dari
ekstraksi stasiun press, yang masih mengandung sejumlah kadar air, sludge dan
lumpur, melalui tahapan-tahapan klarifikasi sehingga tercapai CPO dengan
kuantitas yang maksimal dan kualitas sesuai target. Stasiun ini terdiri dari
beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi :
Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank
(CST), Oil Tank, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge
Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.
1. Sand Trap Tank
Minyak kasar (Crude Oil) dari stasiun press akan dialirkan ke sand trap
tank melalui oil gutter. Di sand trap tank terjadi proses pengendapan pasir
berdasarkan gravitasi. Suhu Sand Trap Tank adalah 90-95oC.
2. Vibrating Screen
Minyak dari sand trap tank akan melewati vibrating screen atau ayakan
bergetar. Vibrating screen yang digunakan adalah double deck vibrating screen,
dimana screen pertama berukuran 20 mesh (untuk tingkat atas) dan 40 mesh (untuk
tingkat bawah). Minyak yang terlewatkan akan terpisah menjadi 2 bagian yaitu
minyak bercampur sludge, dan kotoran padat (serat). Minyak dan sludge akan
masuk ke Crude Oil Tank (COT), sedangkan kotoran/ampas hasil saringan akan
dikirim kembali ke digester melalui Sludge Conveyor untuk dipress kembali.
22
3. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank
untuk ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan
steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95oC agar mudah
terjadi pemisahan. Di dalam Crude Oil Tank terdapat 2 sekatan, sehingga
terbentuk 3 bak. Minyak akan mengalir dari bak yang satu ke bak selanjutnya
secara overflow.
Sekatan ini bertujuan untuk mengendapkan sisa-sisa kotoran yang lolos
berdasarkan prinsip gravitasi. Fase yang memiliki berat jenis lebih berat akan
mengendap di dasar tangki sedangkan fase yang lebih ringan (minyak) akan berada
di lapisan atas yang selanjutnya akan dipompakan ke Continous settling tank
(CST).
4. Continous settling Tank (CST)
Minyak dari Crude Oil Tank (COT) dipompakan ke Continous settling
Tank (CST) dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak
masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur
(sludge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-
90oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil
tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah
dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank.
Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di blowdown untuk dibawa ke
sludge drain tank.
5. Oil Tank
Minyak dari CST ditampung ke oil tank sementara waktu sebelum
dikirim ke storage tank. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil
23
untuk mendapatkan temperatur yang digunakan adalah 75 – 80oC. Kapasitas Oil
Tank adalah 5-7 Ton/Jam.
6. Sludge Tank dan Sludge Buffer Tank
Sludge yang dialirkan secara underflow dari CST, melewati lagi vibrating
screen sehingga terpisah menjadi kotoran padat dan sludge. Kotoran padat (solid)
akan masuk ke bak solid. Sedangkan sludge akan masuk ke sludge tank. Pada
tangki ini terjadi pengendapan sludge. Suhu di sludge tank dipertahankan hingga
90-96oC agar densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang
melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap di dasar tanki.
Buffer tank merupakan tangki umpan ke separator. Dari sludge tank,
minyak kasar dipompakan ke sludge buffer tank sedangkan sludgenya yang telah
mengendap dialirkan ke sludge drain tank. Ketinggian buffer tank dan suhu yang
dipertahankan 90-98oC akan mempengaruhi kinerja separator.
7. Sand Cyclone
Sand cyclone berfungsi untuk mengambil pasir halus yang masih terdapat
di dalam sludge sebelum diolah oleh separator, agar peralatan pada separator
dapat terbebas dari keausan dini. Pemisahan dilakukan dengan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan
materi berdasarkan perbedaan massa jenis, ukuran dan bentuk.
Partikel dengan ukuran dan kerapatan yang lebih besar (pasir dan
kotoran) akan terlempar ke bagian luar vortex. Gaya gravitasi menyebabkan
partikel padat jatuh kesisi kerucut menuju pengeluaran ke bagian bawah (ceramic
cone). Sedangkan partikel dengan ukuran dan kerapatan yang lebih kecil (sludge)
akan terlempar ke bagian tengah dan dialirkan ke outlet sand cyclone menuju
sludge distribusi untuk di alirkan ke separator.
24
8. Sludge Centrifuge atau Separator
Sludge centrifuge atau separator merupakan alat yang berfungsi untuk
memisahkan sludge dan minyak berdasarkan gaya sentrifugal. Kapasitas separator
adalah 6 ton/jam. Di dalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar
dengan kecepatan 1.400 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat
12 nozzle dengan diameter lubang per nozzle 1,7 mm.
Prinsip kerja Sludge Centrifuge adalah nozzle separator berputar dengan
gaya sentifugal dimana pemisahannya yaitu fraksi berat (sludge, kotoran) akan
terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan terkumpul ke
tengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan
terdorong keluar, kemudian ditampung di Oil Recovery Tank. Sedangkan sludge
(mengandung air) yang mempunyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian
dinding bowl dan keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.
9. Vacuum Oil Dryer
Vacuum oil dryer merupakan ruangan hampa yang berfungsi untuk
mengurangi kadar air pada minyak. Di dalamnya terdapat 16 nozzle dengan
diameter 3 mm. Minyak dari oil tank yang masih mengandung air dipompakan
oleh feed oil pump ke vacuum oil dryer.
Prinsip kerja vacuum oil dryer adalah minyak melalui nozzle akan
dikabutkan sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah saat
menyentuh payung di dalam vacuum. Suhu pada Vacuum oil dryer sekitar 95-
105oC, tujuannya untuk mempermudah pemisahan air dalam minyak. Air yang
mudah menguap akan terhisap karena ruangan yang hampa dan dialirkan menuju
hot weel tank sedangkan minyak yang memiliki titik didih lebih tinggi dari air
25
akan turun ke bawah melalui pipa dan kemudian dipompakan oleh dryed oil pump
menuju storage tank.
6. Stasiun Nut & Kernel
Stasiun ini merupakan tempat pengutipan kernel (kernel extraction), di
stasiun ini terdapat beberapa alat yaitu :
a. Cake Breaker Conveyor (CBC)
CBC merupakan suatu screw conveyor yang pada tepinya dipasang plat
persegi sebagai tempat terlemparnya fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai
gumpalan fiber dengan nut sehingga fiber dan nut terpisah atau tidak menggumpal.
Ampas yang terdiri dari fiber dan nut hasil dari pengepresan yang masih
menggumpal masuk ke CBC 1 kemudian ke CBC 2, dan membawanya ke
depericarper.
b. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut dengan
bantuan fan. Fiber dan nut dari CBC masuk ke depericarper. Disini fraksi ringan
yang berupa fiber dihisap fibre cyclone dan di angkut oleh fibre and shell conveyor
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke
bawah masuk ke nut polishing drum.
c. Nut Polishing Drum
Nut polishing drum berupa drum yang berputar yang ujungnya
berlubang-lubang dengan kecepatan putaran 17 rpm. Fungsi nut polishing drum
adalah sebagai pemisah kotoran dari nut. Nut yang jatuh dari depericarper akan
mengalami perputaran sehingga nut dan kotoran terpisah. Selanjutnya nut diangkut
26
oleh wet nut cross conveyor, wet nut transport, kemudian dihisap destroner
cyclone menuju nut grading.
d. Nut Grading
Nut grading merupakan drum yang berlubang-lubang dengan 3 variasi
lubang grading. Disini akan tergrading nut yang kecil 8-14 mm, sedang 15-17 mm,
dan nut yang besar >18mm.
e. Nut Bin
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut dari nut grading.
f. Ripple Mill
Ripple mil merupakan alat yang berfungsi untuk memecah nut sehingga
inti terlepas dari cangkang, dimana alat ini terdiri dari rotor atau silinder besi yang
berputar (rotaring rotor) dan plat persegi yang diam (stationary plate). Nut dari
nut bin masuk ke ripple mill di atur oleh fibrating feeders. Rotating rotor berfungsi
sebagai alat pemecah, sedangkan stationary plate merupakan plat bergerigi tajam
yang berfungsi sebagai landasan biji. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor
(riplle bar) yang terbuat dari high carbon steel. Nut masuk melalui rotor yang
berputar sehingga akan terhimpit atau tertekan dinding stationary plate dengan
kuat dan menyebabkan cangkang pecah.
g. Light Tenera Dry Separating (LTDS) 1 dan 2
LTDS merupakan tempat pemisahan cangkang, serat/fiber dan kernel
dengan bantuan fan. Dari ripple mill kernel akan dibawa oleh Cracked Mixture
Conveyor dan Cracked Mixture Elevator menuju LTDS 1. Di LTDS 1 terdapat air
lock yang berfungsi untuk mengunci udara sehingga bagian di bawah air lock tidak
27
akan tehisap oleh fan kecuali yang berasal dari umpan dan belum melewati air
lock.
Proses pemisahan terjadi, karena fraksi-fraksi yang lebih ringan (fiber
dan cangkang ringan) akan dihisap oleh fan dan masuk ke LTDS cyclone. Fraksi
berat (kernel) akan jatuh ke wet elevator dan dikirim ke kernel silo dryer. Dan
fraksi yang agak berat (cangkang dan kernel sedang) akan masuk ke LTDS 2 yang
juga memiliki air lock dan hisapan fan lebih ringan dibanding LTDS 1. Cangkang
kembali terhisap LTDS cyclone, sedangkan kernel dan sebagian cangkang agak
berat yang belum dipisahkan lagi pada claybath.
h. Claybath
Claybath adalah alat pemisahan kernel dengan cangkang berdasarkan
perbedaan berat jenis. Proses pemisahan ini secara basah menggunakan larutan
CaCO3 (500kg/shift), dan air. Claybath berfungsi sebagai larutan pemisah antara
kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel = 1,1, berat jenis
cangkang = 1,3 sehingga berat jenis CaCO3 yang dibutuhkan adalah = 1,2 dengan
partikel CaCO3 lolos mesh 400.
Fraksi yang ringan akan mengapung (kernel) dan fraksi yang berat akan
tenggelam (cangkang). Kernel yang merupakan fraksi ringan akan melalui Wet
Kernel Conveyor dan Wet Kernel Elevator menuju kernel silo dryer, sedangkan
cangkang melalui Wet Shell Transport Fan akan dibawa ke shell bin sebagai bahan
bakar boiler.
i. Kernel Silo Dryer
Kernel silo dryer merupakan tempat pengeringan kernel dengan
menggunakan temperatur 60-70oC selama 4 jam. Kernel yang masih mengandung
air perlu dikeringkan sampai kadar airnya 7%. Prinsip kerjanya udara panas dari
28
heater fan dihembuskan ke dalam kernel silo. Kernel yang telah dikeringkan ini
akan di bawa oleh Dryed Kernel Conveyor ke Bagging Kernel untuk di kemas dan
selanjutnya dipasarkan.
7. Stasiun Final Effluent / Limbah (termasuk Land Application)
a. Bak Recovery
Bak recovery merupakan bak yang terdiri dari 2 sekatan sehingga
membentuk 3 bak yang berfungsi untuk pengendapan sludge atau tempat akhir
pengutipan minyak yang memiliki suhu sekitar 80-90oC. Sludge ini berasal dari fat
pit.
Minyak yang masih bercampur sludge mengalir melalui atas sekatan ke
sekatan lainnya dan masuk ke bak kontrol yang terletak di bagian paling ujung
sekatan. Setelah minyak terkumpul di bak kontrol, dengan bantuan skimmer
minyak dipompakan kembali ke sludge drain tank. Dari sludge drain tank dikirim
ke Oil Recovery Tank, kemudian dipompakan kembali ke CST untuk
pengendapan. Sedangkan sludge yang tertinggal di bak recovery akan dialirkan ke
cooling pond, kemudian ke kolam limbah 1-8 untuk mendapatkan penanganan
sebelum diaplikasikan ke lapangan sebagai pupuk limbah cair.
b. Cooling Pond
Cooling pond merupakan kolam pendinginan sludge yang berasal dari
recovery. Proses pendinginan pada cooling pond yaitu melalui kontak udara secara
langsung sehingga waktu pendinginan yang dibutuhkan berkisar 1 hingga 2
minggu. Apabila sludge pada cooling pond telah mencapai batas maksimal
ketinggian penampungan kolam dan menyentuh alat level switte, secara otomatis
sludge akan dipompakan ke kolam limbah.
29
c. Kolam Limbah Cair
Kolam limbah cair yang digunakan ada 8. Limbah cair (Effluent) yang
telah melalui proses pendinginan pada cooling pond akan dipompakan ke kolam
limbah untuk mendapatkan penanganan di kolam limbah cair
8. Storage Tank / Tanki Timbun.
Storage tank atau tangki timbun merupakan tempat penyimpanan
terakhir minyak CPO sebelum dipasarkan atau dijual. Kapasitas storage tank
adalah 2500 ton. Ketinggian storage tank adalah 10,9954 m. setiap hari dilakukan
pengujian mutu (analisa FFA, moist, dan dirt), pengukuran suhu, dan sounding.
Fungsi sounding adalah untuk mengukur ketinggian minyak sehingga
dapat mengetahui hasil produksi minyak/rendemen hariannya. Alat yang
digunakan dinamakan sounding tape. Suhu rata-rata di storage tank adalah 40-
50oC agar tidak terjadi pengendapan yang dapat mengakibatkan minyak
mengalami pembekuan atau viskositas tinggi. Di dalam storage, terdapat pipa-pipa
yaitu: pipa steam coil (bentuknya spiral) sebagai penyalur panas. Letaknya pada
bagian dalam dasar tangki, dan pipa steam trap untuk mengeluarkan kondensat.
2.3.3 Teknologi Penanganan Limbah
Limbah merupakan hasil samping yang dihasilkan dari proses
pengolahan di pabrik. Limbah tersebut meliputi limbah padat, cair dan gas.
1. Limbah padat
Limbah padat berupa cangkang, serat/fiber dan tandan kosong. Cangkang
dan serat digunakan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan tandan kosong
diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk organik kelapa sawit.
30
2. Limbah Cair
Limbah cair merupakan hasil samping pengolahan crude palm oil (CPO),
sebelum diaplikasikan ke lapangan, limbah cair ini harus diolah terlebih dahulu
karena sifatnya yang asam dapat merusak pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Penanganan limbah cair yang dilakukan di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya
Karya Gemilang belum ditangani secara maksimal.
Kolam limbah yang ada di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya
Gemilang terdiri dari 8 kolam dengan kapasitas volume tiap kolam adalah 13.000
m3. Setiap kolam belum berfungsi sempurna, karena masih digunakan untuk
perkembang biakan bakteri, limbah dari Cooling Pond bisa dialirkan ke kolam
mana saja tergantung kebutuhan makanan bakteri anaerobic yang sedang
dikembang biakkan.
Hal-hal yang berhubungan dengan penanganan limbah cair yaitu sebagai
berikut.
1) Menaikkan pH, untuk menaikkan pH biasanya ditambahkan abu pada
kolam yang berasal dari pembakaran tandan kosong. Abu yang
ditambahkan ditebarkan di sepanjang kolam. pH pada kolam 3 dan 4
biasanya masih 5. pH yang diharapkan adalah 6,5 hingga 7.
2) Alkalinity atau pemberian umpan untuk proses perkembangbiakan bakteri.
Pemberian umpan ini dibutuhkan untuk perkembangbiakan bakteri. Bakteri
yang dikembangbiakkan adalah bakteri anaerobik. Kapasitas umpan
(sludge) terhadap bakteri harus tepat sekitar 0,02-0,15 F/M rasio dan
diberikan setiap 1 jam sekali.
3. Limbah gas
Limbah gas di Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang belum
mengalami penanganan. Limbah gas bekas steam pemakaian langsung dialirkan
melalui cerobong (blowdown) ke lingkungan, dan asap, abu serta CO2 hasil
31
pembakaran di boiler di buang langsung ke udara melalui cerobong asap
(chimney). Diagram alir proses pengolahan minyak kelapa sawit dan kernel dapat
dilihat pada gambar 2.3, di bawah ini :
Sumber:Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Gambar 2.3 Flow Chart Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan
Kernel
32
2.3.4 Pengawasan Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar spesifikasi mutu minyak produksi, kernel produksi dan losses
dapat dilihat pada Tabel 2.3, di bawah ini :
Tabel 2.3. Spesifikasi Mutu Minyak, Kernel, dan Losses di Kendawangan
Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang
No Kualitas Produksi Standar
1 Mutu Minyak
%Moisture
%Dirt
%FFA
Maks 0,15 %
Maks 0,015 %
Maks 3,00 %
2 Mutu Inti/Kernel
%Moisture dalam limit
%Dirt dalam limit
%Kernel pecah maksimal
6,0 – 7,0%.
5,0 – 6,0%.
Maks 15%.
3 Oil Losses
%kehilangan minyak di janjang kosong
%kehilangan minyak di brondolan terikut di janjang kosong
%kehilangan minyak di fibre
%kehilangan minyak di nut %kehilangan minyak di final effluent maksimal
maks 0,43%
maks 0,06%
maks 0,61% maks 0,05%
maks 0,55%
4 Kernel Losses
%Kehilangan kernel di brondolan terikut di janjang kosong
%kehilangan kernel di fibre cyclone
%kehilangan kernel di LTDS %kehilangan kernel di claybath
maks 0,03% maks 0,14% maks 0,04% maks 0,03%
Sumber: Kendawangan Mill, PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui spesifikasi mutu minyak, kernel
dan losses yang meliputi kadar FFA, Dirt, Moisture, serta losses minyak dan
losses kernel.
33
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
3.1 Deskripsi Kerja.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PT. Gunajaya Karya
Gemilang, desa Banjarsari, kecamataan Kendawangan, kabupaten Ketapang,
selama delapan minggu mulai dari 11 februari hingga 06 april 2013.
1. Minggu pertama tanggal 11-16 Februari 2013
Kegiatan pertama adalah penjelasan-penjelasan program praktek kerja
lapangan kepada Manager Membuluh Sejahtera Estate (MSJE) dan pembagian
tugas. Setelah pembagian tugas dan ditempatkan di divisi III dengan dipandu oleh
mandor 1 untuk mengawasi proses pemanenan di blok L33-L35, blok M33-M40,
dan blok N33-N45. Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang
matang dan mengutip brondolan kemudian selanjutnya di kumpulkan ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH). Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara
menempatkan karyawan (pemanen) pada suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak
artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan. Sistem
yang digunakan adalah hancak tetap, yaitu sistem hancakan diamana mandor dan
karyawan telah memiliki daerah yang telah ditentukan (hancak tetap), tidak boleh
pemanen lain memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini
rasa tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor panen akan lebih
mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan. Pedoman
yang digunakan untuk menentukan buah siap dipanen didasarkan pada jumlah
34
brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per kg Tandan Buah Segar
(TBS).
2. Minggu kedua tanggal 18-23 Februari 2013
Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan ancak dan mutu buah di
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Pemeriksaan ancak dan mutu buah di tempat
pengumpulan hasil merupakan kegiatan pemeriksaan ancak, gawangan, dan jalur
dengan mengecek per pokok panen pada suatu blok tertentu setelah proses
pemanenan. pemeriksaan ancak dan mutu buah di tempat pengumpulan hasil
bertujuan untuk mengetahui adanya brondolan tidak terkutip, jajang tinggal,
pelepah sengkleh, buah busuk, tinggi rendahnya losses (kehilangan janjang
maupun brondolan yang menyebabkan kehilangan minyak), serta kualitas tenaga
kerja (pemanen).
3. Minggu ketiga tanggal 25 Fabruari –2 Maret 2013
Kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan Taksasi Potong Buah.
Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan
produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka
dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat
transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase
kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen.
Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang
akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).
Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran,
maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi
35
sebesar 10% dari tiap total pokok produktif pada 2 blok tersebut. Jadi jika luas
satu blok adalah 33Ha, maka panen besok adalah 66Ha. Sensus dilakukan 10%
dari 66Ha, yaitu 7Ha. Jika kerapatan /populasi tanaman=136pokok/ Ha, maka akan
melakukan sensus pada 882 pokok.
4. Minggu ke-empat 4-9 Maret 2013
Kegiatan yang dilakukan pada minggu ini yaitu, melakukan pengawasan
panen, taksasi potong buah, dan mengisi administrasi di kantor divisi.
5. Minggu kelima tanggal 11-16 Maret 2013
Aktifitas yang dilakukan di kantor divisi III dipandu oleh krani panen.
Materi yang disampaikan tentang administrasi sistem panen yaitu pengawas biaya
berupa formulir administrasi, organisasi panen, rotasi panen, dan pengawasan dan
denda panen. Kemudian kegiatan dilanjutkan di lapangan yang dipandu oleh
mandor panen. Kegiatan yang dilakukan yaitu menyaksikan pelaksanaan panen,
alat panen, dan cara panen pada areal tanaman menghasilkan (TM). Untuk
memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik dan
konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai
hal ini merupakan tujuan panen. Oleh karena itu bila terjadi ada buah matang yang
tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dan
buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, akan segera dicari
solusinya. Agar sistem panen dapat dilakukan lebih efektif perlu dibuat uraian
tanggung jawab yang jelas terhadap pemanen dan petugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan panen. Masing-masing petugas tersebut diberikan wewenang oleh
Manajer, untuk memberikan denda kepada bawahannya bila bawahannya
36
melakukan kesalahan dalam pengawasan/sortasi. Bila ternyata masih sering ada
buah yang lolos tidak disortasi di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan dijumpai
di loading ramp, Manajer bisa langsung melakukan sortasi di tempat pengumpulan
hasil (TPH) dengan konsekuensi seluruh petugas tersebut dikenakan denda.
6. Minggu ke-enam tanggal 18-24 Maret 2013
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan panen, taksasi potong
buah, dan mengisi administrasi di kantor divisi. Aktivitas selanjutnya yaitu
dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Gunajaya Karya Gemilang. Kegiatan
yang dilakukan adalah perkenalan dengan Asisten Kepala Kendawagan Mill, PT.
Gunajaya Karya Gemilang, serta diskusi tentang pengolahan kelapa sawit.
Kegiatan dilanjutkan dengan melihat secara langsung proses pengolahan kelapa
sawit hingga menjadi crude palm oil (CPO).
7. Minggu ketujuh 25-30 Maret 2013
Kegiatan selama di pabrik, yaitu mempelajari kegiatan di departemen
proses, meliputi jembatan timbang, sterilizer, threser, digester dan press, stasiun
klarifikasi dan stasiun kernel, dan departemen laboratorium meliputi pengambilan
sampel basah, sonding, analisa kadar air, kadar kotoran serta kadar asam lemak
bebas.
8. Minggu kedelapan 1 Maret-6 April 2013
Kegiatan yang dilakukan di laboratorium adalah mengikuti Sample boy
cairan, yaitu merupakan orang yang bertanggung jawab untuk melakukan
pengambilan sampel cair atau khusus minyak. Selama di laboratorium, selain
belajar melakukan pekerjaan analisa juga belajar dalam melakukan pengambilan
37
sampel basah untuk mengetahui losses minyak di beberapa titik tertentu seperti di
separator 1,2,3,4,5,6, final efluent, kondensat sebelum recovery, kondensat setelah
recovery, dimana pengambilan sampel ini dilakukan setiap 2 jam sekali setelah
pabrik mulai beroperasi.
Pengambilan sampel basah untuk menganalisa asam lemak bebasnya
pada beberapa tempat oil produksi setelah Vakum drier,. Dan yang terakhir
pengambilan sampel basah untuk menganalisa persentase minyak, sludge, air dan
pasir dengan sistem sentrifugasi yaitu pada, Sludge underflow, COT, dan fat pit.
3.2 Sistem Penugasan
Selama melalukkan PKL di PT. Gunajaya Karya Gemilang dari tanggal
11 februari 2013 s.d 20 maret 2013, penulis ditempatkan di divisi III Membuluh
Sejahtera Estate (MSJE) PT.G.K.S, yang berlokasi di kecamatan Kendawangan,
Kabupaten Ketapang. Penulis diberi tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas
(Pembantu Mandor Panen) di divisi tersebut oleh Asisten kebun divisi III.
Tanggal 21 maret 2013 sampai dengan 6 April 2013, penulis ditempatkan
di Kendawangan Mill (KNDM) PT. Gunajaya Karya Gemilang, serta ditugaskan
langsung oleh asisten kepala di bawah instruksi Mill Manager untuk belajar di
berbagai departemen kecuali departemen maintenance dan administrasi karena
jangka waktu yang singkat untuk melanjutkan praktek kerja lapangan. Selama di
pabrik kelapa sawit, penulis ditempatkan di departemen laboratorium.
38
BAB IV
TUGAS KHUSUS/ PROBLEM SOLVING
ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) dari CPO FRESH,
CPO OUTSPEC DAN CPO BLENDING DI KENDAWANGAN
MILL PT. GUNAJAYA KARYA GEMILANG
4.1 Latar Belakang Masalah
Mutu minyak sawit (CPO) dalam dunia perdagangan mempunyai arti
yang sangat penting. Adanya bahan-bahan yang tidak semestinya terikut dalam
CPO akan menurunkan mutu dan harga jualnya, maka perlu diupayakan agar
kualitas CPO selalu dapat dijaga. Salah satu standar mutu CPO yang harus
diperhatikan adalah kadar asam lemak bebasnya (Tim Penulis, P.S, 2000)
Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada
proses hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase
yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak.
Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan
mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan
minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk
gliserol dan asam lemak bebas (Mangoensoekarjo, 2003).
Pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi oleh adanya
mikroorganisme pada keadaan lembab dan kotor. Oleh sebab itu, pada saat
pengolahan harus diperhatikan kondisi buah kelapa sawit yang akan diolah serta
proses pengolahan dan peralatan yang baik. Hal ini dilakukan untuk menekan
39
produksi asam lemak bebas didalam minyak sawit (CPO) yang dihasilkan (Pahan,
2006).
CPO yang dihasilkan setelah proses pengolahan akan disimpan sementara
didalam storage tank (tangki timbun). Kadar ALB pada CPO akan selalu
bertambah seiring dengan adanya penyimpanan CPO tersebut di dalam tangki
timbun sebelum dipasarkan. Sebelum dipasarkan, harus terlebih dahulu dilakukan
analisa untuk mengetahui kadar ALB dalam minyak sawit.
Kadar asam lemak bebas yang memenuhi standar mutu PKS adalah
maksimal 3,0% dan untuk eksport (perdagangan) adalah maksimal 5%. Asam
lemak bebas pada CPO didalam storage tank tidak dapat dihilangkan, melainkan
akan selalu bertambah terlebih dalam waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika
kadar ALB pada CPO > 5%, maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau
melewati batas standar mutu dan tidak layak untuk dipasarkan. ALB pada CPO
outspec tersebut dapat diturunkan dengan cara melakukan blending (pencampuran)
dengan CPO yang memiliki kadar ALB rendah (CPO fresh), sehingga CPO
outspec tersebut tidak bermutu rendah dan dapat dipasarkan kembali.
Proses blending (pencampuran) CPO tersebut dilakukan dengan
menggunakan rumusan secara teoritis, dan pada dasarnya akan menghasilkan
kadar ALB CPO blending rendah dibandingkan dengan CPO sebelumnya (CPO
ALB tinggi/ CPO Outspec). Akan tetapi setelah dilakukan proses pemblendingan
dan di analisa, kadar ALB CPO blending menghasilkan nilai yang berbeda dengan
kadar ALB CPO blending secara perhitungan (teoritis). Atas dasar inilah penulis
ingin membuat tugas khusus yang berjudul “Analisa Asam Lemak Bebas (ALB)
40
dari CPO Fresh, CPO Outspec, dan CPO Blending di Kendawangan Mill Pt.
Gunajaya Karya Gemilang ”.
4.2 Tujuan
1. Mengetahui kadar ALB dari CPO Fresh, CPO Outspec, dan CPO blending.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari
CPO blending secara analisa dan secara teoritis.
4.3 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut.
1. Berapakah kadar ALB pada CPO fresh, CPO outspec, dan CPO blending ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari CPO
blending secara analisa dan secara teoritis?
4.4 Pembahasan/Problem Solving
Kadar asam lemak bebas CPO yang memenuhi standar mutu perusahaan
adalah ≤ 3,0% dan untuk eksport (perdagangan) adalah ≤ 5%, dan merupakan
CPO yang berada pada keadaan fresh. Namun, jika kadar ALB pada CPO > 5%,
maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau melewati batas standar mutu
dan tidak layak untuk dipasarkan lagi, namun CPO outspec yang memiliki kadar
asam lemak bebas > 5% tidak mungkin dibuang begitu saja. Dan dilakukanlah
proses blendingan CPO outspec dengan CPO fresh.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadar asam lemak bebas pada
CPO meningkat, diantaranya adalah kadar air dan kadar zat pengotor. Kedua
faktor ini menyebabkan aktifitas enzim lipase dan oksidase yang terdapat pada
41
CPO meningkat. CPO yang diolah dengan peralatan yang tidak 100% bersih dapat
menyebabkan banyaknya zat pengotor pada CPO, selain itu CPO tidak langsung
dipasarkan melainkan disimpan terlebih dahulu di dalam tangki timbun (storage
tank).
Proses pemblendingan yang telah dilakukan, menunjukan kadar ALB pada
CPO fresh yang diperoleh di PKS Kendawangan Mill adalah 4,41% yaitu sampel
yang ada pada storage 2 dengan stok 1.953.208 kg, sedangkan kadar ALB CPO
outspec adalah 6,83% dengan stok 141.818 kg yaitu sampel dari storage 1.
Hasil analisa, menunjukkan bahwa kadar ALB CPO blending secara
teoritis diperoleh 4,12% dan secara analisa diperoleh kadar ALB yang mengalami
sedikit kenaikan yaitu 4,20%. Adanya perbedaan pada hasil akhir ALB secara
analisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya, pada saat proses
pemblendingan/pencampuran, suhu pada storage 1 adalah 300C, sedangkan pada
storage 2 adalah 540C. Seharusnya ketika melakukan pencampuran, harus
dilakukan pada suhu 50°C dan diaduk agar CPO blending tersebut homogen.
Kesalahan pada proses pengadukan serta pengaturan suhu dapat menyebabkan
kadar ALB CPO blending yang dihasilkan akan lebih besar karena CPO blending
tersebut tidak homogen. Jika suhu yang digunakan lebih besar dari 50°C, struktur
CPO akan rusak. Sedangkan jika lebih kecil, CPO fresh dan CPO outspec tidak
akan homogen dan justru mengarah pada hasil CPO blending yang tetap outspec,
selain faktor tersebut, CPO outspec (ALB = 6,83%) yang sudah melewati batas
standar mutu tersebut dapat diturunkan kadar asam lemak bebasnya dengan proses
blendingan sehingga diperoleh CPO blending dengan standar mutu yang sesuai,
yaitu 4,20%.
42
Tabel 4.1 Hasil Analisa Asamlemak Bebas (ALB)
Storage
tank
Berat
sampel
(gr)
Volume Naoh
(ml) Normalitas Naoh %Alb
Storage 2
(fresh) 3,0012 4,5 0,1017 3,93%
Storage 1
(outspec) 3,0092 7,9 0,1017 6,83%
Storage 2
(blending) 3,0085 4,8 0,1017 4,20%
Sumber : Kendawangan Mill, PT.GKG (4-april2013)
Tabel 4.2 analisa harian CPO di storage tank
Storage tank Stock (kg) Temperatur
Storage 1 141.818 300c
Storage 2 1.953.208 540c
Storage 2 (setelah
blending) 2.095.026 48
0c
Sumber : Kendawangan Mill, PT.GKG (4-april2013)
4.5 Kesimpulan
1. Kadar asam lemak bebas (ALB) CPO outspec yang digunakan adalah 6,83%
dan kadar ALB CPO fresh yang digunakan adalah 3,93%. Setelah dilakukan
proses blending, maka diperoleh kadar ALB 4,20%.
2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar ALB dari CPO blending secara
analisa dan secara teoritis diantaranya adalah suhu, dan proses pengadukan.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Gunajaya Karya
Gemilang (GKG), Desa Banjarsari, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat, diperoleh pengalaman serta ilmu pengetahuan
secara langsung (praktek) tentang proses pengolahan kelapa sawit.
2. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di
Kendawangan Mill meliputi tahapan-tahapan proses yang saling
berkesinambungan, unit-unit proses tersebut adalah : stasiun penerimaan
buah,stasiun sterilizer, stasiun threser, stasiun press, stasiun klarifikasi,
storage tank.
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengawasan panen kelapa
sawit adalah pusingan potong buah, taksasi potong buah, dan Quallity Control
ancak dan mutu buah di TPH.
5.2 Saran
1. Perlu adanya pengawasan yang baik dan tepat terhadap karyawan terutama
dalam tahap pemanenan dan pengolahan kelapa sawit di PKS agar dapat
meminimalisir kesalahan-kesalahan sehingga output produksi lebih optimal.
2. Demi kerjasama yang lebih baik lagi dalam pengembangan Praktek Kerja
Lapangan, akses antara institusi Politeknik Ketapang dan industri harus
berjalan dengan lancar.
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Buku Panduan Praktek Kerja Lapangan. Ketapang. Politeknik
Ketapang.
Mangoensoekarjo, S, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta,
UGM-Press.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sunarko, 2006. Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Penerbit UI-Press,
Jakarta.
Tim Penulis, P.S. 2000. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1. Dokumentasi SOP Penentuan % FFA
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
46
Lampiran2. Daftar Hadir Praktek Kerja Lapangan
47
48
Lampiran3. Laporan Mingguan Praktek Kerja Lapangan
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Lampiran4. Dokumentasi Jembatan Timbang
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Lampiran5. Dokumentasi Loading Ramp
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
58
Lampiran6. Dokumentasi sterilizer
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
Lampiran7. Dokumentasi Thresher
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)
59
Lampiran8. Dokumentasi Storage Tank
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang (2013)