Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan
4.1.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (dahulu Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), disingkat BKKBN adalah Lembaga
Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera. BKKBN
pernah sukses dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja.
Namun, untuk menghormati hak asasi manusia, BKKBN memiliki slogan dua
anak lebih baik. Saat ini, BKKBN kembali dengan slogan dua anak cukup. ( Arsip
BKKBN, 2016)
Tugas dari BKKBN adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang
keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dan memiliki fungsi untuk pengkajian dan
penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera, mengkoordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN,
memfasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSM
dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera,
menyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. ( Arsip
BKKBN, 2016)
Selain itu BKKBN juga memiliki kewenangan diantaranya yaitu,
menyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya, merumusan kebijakan
dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro, merumusan
kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian , bayi dan
anak, menetakan sistem informasi dibidangnya, dan Kewenangan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu, merumusan
dan pelaksanaan kegiatan tertentu di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera dan merumusan pedoman pengembangan kualitas keluarga (Arsip
BKKBN, 2016).
39 Universitas Kristen Petra
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) pusat memiliki visi dan
misi yaitu “Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas” dengan cara melakukan
Mengutamakan pembangunan berwawasan Kependudukan, Menyelenggarakan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Memfasilitasi Pembangunan
Keluarga, Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, Membangun dan menerapkan
daya kerja organisasi secara konsisten. (Arsip BKKBN, 2016)
Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota
Pasuruan merupakan bagian dari BKKBN yang berada di daerah, semenjak ada
peraturan otonomi daerah Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dimana setiap kota besar dan kota kecil memiliki keterbatasan dalam
membawahi dinas, maka Dinas Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencara
tergang menjadi satu kesatuan. Maka dari itu visi dan misi yang ada di BPPKB
Kota Pasuruan juga mengikuti dan menyesuaikan. Dimana visi dan misinya
berfokus pada mewujudkan masyarakat kota Pasuruan yang perduli perempuan
dan anak serta berkeluarga berencana. ( Arsip BKKBN, 2016)
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) dengan Badan
Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) merupakan sebuah
instansi yang membantu pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan
penduduk yang semakin hari semakin meningkat. Pada mulanya BKKBN menjadi
pusat instansi pemerintah yang menangani persoalan kependudukan. Seiring
berjalannya waktu pada tahun 2015 ada perubahan peraturan daerah UU
Pemerintah Daerah no.9 tahun 2015 mengenai Otonomi Daerah. Dimana
berdasarkan UU No 9 tahun 2015 memberikan definisi Otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Mengacu pada definisi normatif dalam UU No
no.9 tahun 2015, maka unsur otonomi daerah adalah Hak, Wewenang dan
Kewajiban Daerah Otonom. Ketiga hal tersebut dimaksudkan untuk mengatur dan
mengurus sendiri, urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Didalam UU NO no.9 tahun 2015
40 Universitas Kristen Petra
yang dimaksud hak dalam konteks otonomi daerah adalah hak-hak daerah yang
dijabarkan sebagaiberikut bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah
mempunyai hak: a. bahwa untuk kesinambungan kepemimpinan di provinsi,
kabupaten/kota diperlukan mekanisme peralihan kepemimpinan daerah di masa
jabatannya yang demokratis untuk dapat menjamin pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat; b. bahwa ketentuan tugas dan wewenang dewan perwakilan
rakyat daerah provinsi, kabupaten/kota perlu dilakukan penyesuaian dengan
undang-undang yang mengatur pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota ( Arsip
BKKBN, 2016)
Bedasarkan peraturan itulah pemerintah Kota Pasuruan melakukan
pengelolahan peraturan daerahnya, dengan memberikan kebijakan antara dinas
Pemberdaya Perempuan dan BKKBN daerah sehingga di Kota Pasuruan di kenal
dengan nama Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB).
Hal ini memang terlihat seperti ada perbedaan visi dan misi antara BKKBN Pusat
dan BPPKB daerah, namun pada dasarnya BPPKB juga menjalankan program
yang diusung dari BKKBN namun dengan penyesuaian sesuai dengan daerah
masing-masing, serta fokus yang kedua lembaga ini bawa tetap sama yaitu
mewujudkan masyarakat yang berkeluarga berencana. ( Arsip BKKBN, 2016)
4.1.2. Sejarah BKKBN – Badan Pemberdayaan dan Keluarga Berencana
Periode Perintisan (1950-an – 1966)
Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan
Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter
Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood
Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-keluarga yang
sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau
menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat
perkawinan. ( Arsip BKKBN, 2016)
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan
41 Universitas Kristen Petra
pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air. Dengan
lahirnya Orde Baru pada lan maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus
perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan
politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan
keluarga berencana di Indonesia. Setelah simposium Kontrasepsi di Bandung pada
l Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari
1967. ( Arsip BKKBN, 2016)
Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional
Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan
sebagai berikut:
1. PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga
berencana yang akan dijadikan program pemerintah
2. PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai Program
Pemerintah segera dilaksanakan.
3. PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan program
KB sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat dirasakan seluruh
lapisan masyarakat. ( Arsip BKKBN, 2016)
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan
atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga
sebagai hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang
DPRGR, Presiden Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh
perhatian secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan
konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral
Pancasila”. Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra
membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program
KB dijadikan Program Nasional. ( Arsip BKKBN, 2016)
42 Universitas Kristen Petra
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang
isinya antara lain:
1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
2. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri
atas unsur Pemerintah dan masyarakat. (Arsip BKKBN, 2016)
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober
1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang
Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga
Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan
beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha
KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968.
Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.
Periode Pelita I (1969-1974)
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN
adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 keluar
Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja
BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.Untuk melaksanakan
program keluarga berencana di masyarakat dikembangkan berbagai pendekatan
yang disesuaikan dengan ketuhan program dan situasi serta kondisi masyarakat.
Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach) karena
pada awal program, tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih sangat
kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.
43 Universitas Kristen Petra
Periode Pelita II (1974-1979)
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai
lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan
umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan
kependudukan yang mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi
pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya,
yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam
kaitan ini pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan
sebagai pilot project. ( Arsip BKKBN, 2016)
Periode Pelita III (1979-1984)
Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang
didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta
KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang
baru yang diset Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan
mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan
fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan
pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang
dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”. ( Arsip BKKBN, 2016)
Periode Pelita IV (1983-1988)
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono
Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat
yang dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan
baru antara lain melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh
pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi
44 Universitas Kristen Petra
aktif tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu
selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan
pula strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program.
Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada
tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta
KB Lestari di Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan
dengan kampanye LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan
tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB. ( Arsip BKKBN,
2016)
Periode Pelita V (1988-1993)
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono
Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas
petugas dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian
diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis
kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk
pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu
ada 16 jenis kontrepsi. ( Arsip BKKBN, 2016)
Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan
Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan
untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia
perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga. ( Arsip BKKBN, 2016)
Periode Pelita VI (1993-1998)
Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga”
yang bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB
nasional. Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai
45 Universitas Kristen Petra
dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri
Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN
setingkat Kementerian. ( Arsip BKKBN, 2016)
Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan
merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua lan berselang dengan terjadinya gerakan
reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi
Kabinet Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono
Suyono menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan
Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus
Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan. ( Arsip BKKBN, 2016)
Periode Pasca Reformasi
Dari tir-tir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah
ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program untuk
meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2000. ( Arsip BKKBN, 2016)
Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan
keluarga berencana nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai
dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres
Nomor 09 Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan
bahwa sebagian urusan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada
pemerintah kapaten dan kota selambat-lambatnya Desember 2003. Hal ini sejalan
dengan esensi UU Nomor 22 Tahun 1999 (telah diubah menjadi Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama
Keluarga Berencana Nasional dalam era desentralisasi. ( Arsip BKKBN, 2016)
46 Universitas Kristen Petra
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29
Oktober 2009, berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi
BKKBN. Undang-Undang tersebutt mengamanatkan perubahan kelembagaan
BKKBN yang semula adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN
adalah “Penduduk Tumh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai
tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56
Undang-Undang tersebut di atas. Dalam rangka pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat
BKKBD di tingkat provinsi dan kapaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya memiliki hungan fungsional dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan
2). ( Arsip BKKBN, 2016)
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor
92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya. ( Arsip
BKKBN, 2016)
47 Universitas Kristen Petra
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian:
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap
oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar
Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada
tahun 2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang
kemudian terjadi kekosongan. Pada tanggal 10 November 2003, Kepala
Litbangkes Departemen Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi
Kepala BKKBN oleh Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki
masa pensiun pada tahun 2006. Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief,
MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006. (
Arsip BKKBN, 2016)
Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN
kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, kan lagi badan
koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri
Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN). ( Arsip BKKBN, 2016)
Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli
Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). ( Arsip BKKBN, 2016)
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangan Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan dengan Visi “Seluruh
keluarga ikut KB serta Terwujudnya Kesetaraan, Keadilan Gender dan
Perlindungan Anak” Visi ini dimaksudkan untuk mewujudkan Keluarga yang
sejahtera, sehat, rajin, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan
48 Universitas Kristen Petra
kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Misi
1. Meningkatkan manajemen, akuntabilitas dan peningkatan kualitas SDM
aparatur, sarana dan prasarana.
2. Membangun setiap keluarga untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga serta penguatan
kelembagan dan jaringan KB.
3. Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta
kesejahteraan dan perlindungan anak.
49 Universitas Kristen Petra
4.1. Bagan Struktur Organisasi
Bagan 4.1. Struktur Organisasi
Sumber : Arsip BPPKP Kota Pasuruan, 2016
Kepalah Badan
50 Universitas Kristen Petra
4.2. Profil Informan
Bidang Advokasi dan KIE di Badan Permberdaya Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Pasuruan merupakan divisi yang sangat
kompleks dalam pekerjaannya. Bidang Advokasi dan KIE melakukan aktivitas
Public Relations, hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh Aulia selaku
Humas BKKBN Provinsi Jawa Timur. Dalam kegiatan sosialisasi program
Kampung KB, BPPKB Kota Pasuruan memiliki peran masing-masing terutama
bidang Advokasi dan KIE yang ikut berpartisipasi aktif dalam melakukan
pendekatan dan strategi untuk mewujudkan program Kampung KB. Program
Kampung KB ini diusung untuk menjawab Nawacita Presiden Jokowi dapat
berjalan dengan baik dan mencapai target yang diinginkan, yaitu mewujudkan
masyarakat pinggiran yang sejaterah.
Wawancara telah dilakukan oleh peneliti terhadap empat orang informan.
Adapaun keempat orang tersebut adalah, Suwaji (Kepala Penyuluh KB Kota
Pasuruan), Nuraini ( Kepala Sub Bidang KIE, Suaibah ( RW ), Maulita (
Advokasi dan KIE BKKBN Provinsi Jawa Timur) Salah satu diantaranya adalah
informan utama dalam penelitian yang akan digunakan sebagai sumber data.
Sedangkan tiga orang lainnya akan dijadikan sebagai informan pendukung.
4.2.1. Suwaji
Pria separuh baya yang bernama Suwaji ini merupakan seorang
Kepala Koordinator Penyuluh KB di Badan Pemberdaya Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Pasuruan. Sejak lahir pada 11 Mei 1968 hingga
saat ini beliau tetap tinggal di Kota Pasuruan, beliau mendedikasikan
hidupnya untuk menekuni profesinya dalam mendukung pemerintah dalam
menekan angka kelahiran yang ada di Kota Pasuruan. Setelah
menyelesaikan pendidikannya sampai dengan mendapatkan gelar Sarjana
Hukum, beliau memutuskan untuk masuk dalam dunia pemerintah yaitu
beliau memutuskan untuk mengikuti pendidikan atau training dari
BKKBN pada tahun 1984.
Beliau yang sudah mengabdi pada Kota Pasuruan sejak tahun 1984
ini memulai jelak perjalannya dari tempat yang paling dekat dengan
51 Universitas Kristen Petra
masyarakat, yaitu sebagai petugas lapangan dimana beliau berinteraksi
secara lansung dengan masyarakat untuk dapat mengenal KB pada saat itu.
Kemudian menjadi penyuluh KB, sebagai seorang penyuluh beliau sering
mengadakan seminar atau sosialisasi agar masyarakat dapat lebih mengerti
pentingnya ber-KB. Lalu beliau menjadi Koordinator Penyuluh KB yang
mana beliau bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh penyuluh
KB dan memastikan bahwa semua penyulu melakukan semua proses
sesuai dengan prosedur yang ada.
Semangat Suwaji tak bertenti disitu saja, saat ini beliau
mengemban tugas yang lebih penting lagi sebagai pegawai negeri
fungsional beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Organisasi Profesi
IPeKB (Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana) Cabang Pasuruan. Dengan
menjabat sebagai Ketua Organisasi IPeKB tentunya tanggungjawab yang
diterima juga semakin besar. Beliau sebagai panutan untuk semua
penyuluh yang ada di Kota Pasuruan untuk dapat selalu melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sesuai dengan
prosedur. Beliau selalu mengingatkan agar terus bersemangat, selalu
mencari celah untuk dapat meyakinkan masyarakat untuk menerima
informasi mengenai KB dan dapat membuat masyarakat merubah cara
pikir mengenai KB dan menjadi masyarakat yang ber-KB.
Saat ini beliau mengemban dua tugas yaitu mengajak para
penyuluh untuk tetap berpartisipasi aktif dalam menyukseskan program
KB dan sebagai ketua koordinator yang memastikan agar penyuluh
lapangan menjalankan prosedur sesuai dengan prosedur. Saat ini beliau
membawahi tiga kecamatan yang ada di Kota Pasuruan, yaitu kecamatan
gul Kidul, Kecamatan Gadingrejo, dan Kecamatan Purworejo. Tempat
yang menjadi fokus dari kampung KB ada di kecamatan gul Kidul,
tepatnya di kelurahan Panggungrejo. Disetiap kecamatan dan kelurahan
ada penyuluh kb dan petugas lapangan yang mengontrol, dan setiap lan
akan melaporkan perkembangan dan kendalah apa saja yang terjadi kepada
Suwaji. Dan sebagai Kepala Koordinator beliau memberikan kritik dan
52 Universitas Kristen Petra
saran untuk semua sosialisasi atau program yang dijalankan dapat
dijalnkan dengan baik dan harapannya dapat berhasil.
4.2.2. Nurani
Nurani perempuan kelahiran Pasuruan, 28 September 1965 ini
merupakan seorang Kepala Sub Bidang KIE yang berada di bawah bidang
Advokasi dan KIE. yang akrab disapa Nur ini sudah memulai karirnya
sejak tahun 1984 sampai saat ini. Beliau juga telah memulai karirnya dari
posisi paling bawah dalam struktural organisasi, yaitu beliau memulai
dengan menjabat sebagai pegawai administrasi, kemudian beliau menjadi
penyuluh kb dan kemudian pada awal tahun 2015, Nurani dipercaya
sebagai Kepala Sub Bidang KIE Kota Pasuruan.
Sebagai Kepala Sub Bidang KIE, beliau berusaha dengan keras
untuk mencari cara agar KB ini dapat diterima oleh masyarakat Kota
Pasuruan. Beliau mengusahakan agar proses penyampai informasi bisa
mengena pada masyarakat. Maka dari itu beliau aktif mengajak beberapa
penyuluh untuk berdiskusi bagaimana keadaan masyarakat yang ada di
wilayah masing-masing. Dengan mendengarkan masukan tersebut Nur
sering sekali membuat inovasi dalam penyampaian informasi melalui hal-
hal yang menarik, seperti contohnya mengadakan pertemuan di rumah
warga, sehingga mengurangi kesan kaku atau formal. Dengan begitu
masyarakat dapat merasa lebih nyaman. Informasi yang diberikan juga
sesuai dengan apa yang diperlukan oleh masyarakat, jadi Nur menyaring
setiap wilayah memiliki ketuhan yang berbeda-beda, sehigga informasi
yang akan diberikan pun juga berbeda.
Beliau biasanya mengemas semua informasi dengan seah
pertunjukan seni, atau juga cangrukan (mengobrol santai) dan juga
berdiskusi dengan menggunakan alat peraga. Sehingga masyarakat lebih
merasa tertarik dengan informasi yang diberikan oleh penyuluh.
Selain sebagai Kepala Su Bidang KIE, ternyata Nur merupakan
RT di wilayah tempat tinggalnya. Secara tidak langsung beliau juga
bergerak sebagai kader dari Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga
Berencana. Banyak informasi yang beliau bagikan kepada masyarakat
53 Universitas Kristen Petra
yang ada disekitar rumahnya mengenai KB. Biasanya Nur membagikan
informasinya pada saat arisan lanan dan juga saat ada kegiatan keakraban
lainnya yang diadakan di lingkungan rumahnya.
4.2.3. Suaibah
Suaibah yang biasa dikenal dengan Suh ini merupakan tokoh
masyarakat di kelurahan Panggungrejo. Beliau merupakan seorang RW
04, maka secara tidak langsung beliau juga seorang kader KB dari Badan
Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan. Latar
belakang pendidikan Suh hanya sampai di Sekolah Dasar (SD) saja,
kemudian beliau melanjukan kesekolah Madrasha (sekolah keagamaan),
dan tak lama diusianya yang masih dini yang sekitar 16 tahun beliau
memutuskan untuk menikah.
Awalnya Suh juga tidak mengenal KB, karena faktor pendidikan
perempuan kelahiran 1 Maret 1964 ini sekarang memiliki empat orang
anak bahkan saat ini beliau juga memiliki tiga ornag cucu. Namun seiring
berjalannya waktu, saat ini Suh sudah mulai memahami bahwa ber-KB ini
sangatlah penting. Selain penting untuk si namun juga untuk kehidupan
anak kedepannya. Maka dari itu suh memutuskan untuk aktif menjadi
Kader Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana. Sehingga
warga RW 04 kelurahan panggung rejo dapat merencanakan kelahiran
anaknya, yang nantinya dapat menyuapkan kehidupan yang sejahterah
untuk anak-anaknya.
Dengan niatan yang mulia itu Suh sering mengadakan rujakan,
arisan, dan kegiatan memasak bersama dengan - yang ada di daerah RW
04 agar mau mendengarkan mengenai keluarga berencana, setelah itu
beliau juga berperan aktif untuk mengajak - agar selalu datang dalam
semua sosialisasi mengenai keluarga berencana. Suh juga menghimbau
masyarakatnya untuk dapat merencanakan kelahiran anak-anak nya, itu
semua Suh lakukan agar dapat membantu Badan Pemberdaya Perempuan
dan Keluarga Berencana menekan angka kelahiran dan juga
54 Universitas Kristen Petra
menyelamatkan masa depan generasi muda yang nanti dilahirkan agar
mendatkan kehidupan yang lebih layak.
Selain itu setiap kali ada masalah yang terjadi di wilayahnya Suh
selalu menghungi petugas lapangan untuk dapat menjembatani masalah
yang terjadi. Serta pada saat ada warga yang ingin ikut ber-KB beliau juga
menyampaikan ke petugas lapangan agar warga tersebut dapat
mendapatkan KB yang sesuai dengan yang dinginkan.
4.2.4. Maulita Oktavani
Perempuan yang bernama Maulita Oktavani berlatar belakang
pendididikan Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga. Maulitah
lahir pada 14 Oktober 1989 di Sidoarjo. Maulitah termasuk orang baru di
BKKBN Jawa Timur, namun beliau sudah mengemban tugas yang cukup
besar yaitu di bagian Analisis Advokasi dan KIE. Selama kurang lebih dua
tahun beliau mengabdikan diri di BKKBN Provinsi Jawa Timur.
Maulitah bertugas untuk menghimpun laporan dari setiap daerah
yang ada di Jawa Timur dari segi Advokasi dan KIE. Kemudian
menganalisis apakah yang Advokasi dan KIE yang dilakukan disetiap
daerah sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jika ada daerah
yang kurang sesuai, beliau akan memberikan arahan dan masukan serta tak
jarang beliau turun ke lapangan untuk melihat langsung keadaan
dilapangan. Hal ini dilakukan oleh beliau agar beliau dapat membantu
Advokasi dan KIE yang ada di daerah dalam menentukan strategi
komunikasi yang tepat baik dari cara pendekatan dengan pemerintahan
daerah dan juga media komunikasi yang akan dipakai dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat.
55 Universitas Kristen Petra
4.3 Setting Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana. Peneliti melakukan pra observasi pada lan April akhir
untuk mengambil data-data yang dtuhkan oleh peneliti. Adapun data-data yang
dtuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan strategi komunikasi Bidang Advokasi dan KIE di Badan Pemberdaya
Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mensosialisasikan program kampung
KB.
Dalam melakukan penelitian, peneliti melibatkan pihak-pihak lain selain
dari divisi Advokasi dan KIE, diantaranya adalah Penyuluh KB di Kota
Pasuruan, RW 04 Kelurahan Panggung Rejo, dan Humas BKKBN Provinsi
Jawa Timur. Peneliti melakukan wawancara yang berlangusng di berbagai lokasi
diantaranya, di kantor BKKBN Provinsi Jawa Timur, Di kantor Dinas PP&KB
kota Pasuruan, dan juga di area Kelurahan Panggung Rejo Kota Pasuruan.
Proses wawancara pertama kali dimulai pada awal April 2016 di Kantor
BKKBN Provinsi Jawa Timur.
4.3.1. Suwaji
Pada hari Ra, 7 September 2016, sekitar pukul 08.00 peneliti mendatangi
kantor Bandan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana untuk melakukan
proses wawancara yang pertama dengan Suwaji. Ini merupakan pertemuan ke dua
peneliti dengan Suwaji. Setelah mengikuti apel dinas, Suwaji menyamt peneliti
dengan senyum yang lebar, dan sambil membawah beberapa ku yang saat itu
beliau memakai pakaian dinasnya.
Tak menunggu lama beliau bersiap, peneliti dipersilahkan untuk masuk
diruangan kantor Kelapa Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana.
Ruangannya cukup luas ada meja kantor, ada lemari-lemari yang berisikan KIE
KIT, selain itu ada meja tamu dan sofa. Suasana pagi itu sangat asrih karena
terdengar suara rung dan sedikit suara kendaraan yang lintas di depan kantor
Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana yang masuk melalui bilik
jendela. Pada saat akan memulai wawancara suasana masih sedikit kaku, namun
56 Universitas Kristen Petra
setelah mengetaui bahwa proses dikumentasi hanya menggunakan suara, Suwaji
terlihat lebih santai dan nyaman pada saat akan memulai proses wawancara.
Saat wawancara Suwaji dapat menjawab pertanyaan dengan baik karena
beliau sudah sangat berpengalaman dalam dunia Keluarga Berencana. Sesekali
beliau tertawa terbahak-bahak saat beliau menyadari apa yang telah beliau dan tim
penyuluh lalui, terlihat bernostalgia. Beliau menyikapi bahwa opini masyarakat
dan cara berfikir mereka sangat unik dan sebagai penyuluh yang gigih, beliau
menertawakan usahanya untuk dapat menjadi dekat dengan masyarakat.
Diakhir proses wawancara, ada tamu lain dari luar yang akan memakai
ruangan kantor Kepala Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana.
Untuk itu peneliti dan Suwaji sempat menghentikan sementara proses wawancara
dan kembali melanjutkannya di ruang tamu depan kantor. Suasananya
sebenaranya baik hanya ruangan sedikit panas karena tidak ada pendingin ruangan
dan lebih sedikit berisik karena suara kendaraan yang lalu lalang. Meskipun
demikian proses wawancara tetap berjalan dengan baik, dan dapat diakhiri dengan
baik pula. Peneliti sempat berfoto bersama dengan Suwaji dan juga beberapa
petugas lapangan yang saat itu melewati ruang tamu.
4.3.2. Nurani
Dalam proses wawancara ini, sebelumnya peneliti dan Nurani sudah
pernah bertemu kurang lebih 6 kali dari proses observasi sampai hari proses
wawancara ini berlangsung. Dikarenakan kendala waktu dari peneliti dan Nurani,
maka disepakati bahwa proses wawancara dilakukan di rumah Nurani yang berada
di Perumahan Tembok Rejo. Malam itu Nurani menerima peneliti dengan raut
wajah yang bahagia. Proses wawancara ini berlangsung pada hari Ra, 27
September 2016 . Peneliti dipersilahkan masuk kedalam ruang tamu, ruangan
yang cukup luas, terletak seah meja tamu, dan sofa.
Pada saat menyamt peneliti Nurani masih memakai roll ramt, dan
memakai pakaian semi formal. Namun pada saat sudah diruang tamu, roll ramt
tersebut dilepas dan beliau merapikan ramtnya. Nurani memang sangat ramah dan
santai saat diajak berbicara, maka pada saat memulai wawancara tidak ada rasa
canggung diantara peneliti dan juga Nurani. Saat proses wawancara Nurani selalu
57 Universitas Kristen Petra
menjawab pertanyaan dengan detail dan penuh semangat. Dari pertemuan ini
peneliti mengetahui bahwa beliau juga adalah seorang RT yang ada di daerah
perumahannya.
Suasananya pun sangat asrih karena beliau suka menanam tanaman di
depan halaman rumahnya dan menyebabkan ada udara yang masuk kedalam
ruangannya, sehingga tidak terasa panas pada saat proses wawancara.
Kesederhanan ada dalam dirinya dan keluarganya, saat ditengah-tengah proses
wawancara beliau membuatkan peneliti secangkir teh. Saat proses wawancara
Nurani sempat bercerita dan sedikit kecewa dengan kebijakan yang ada
dipemerintahan. Namun itulah yang membuat Nurani tetap semangat mengemban
tugasnya karena jika dibiarkan, pertumhan penduduk akan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Proses wawancara dilakukan kurang lebih
satu jam dua puluh lima menit. Setelah proses wawancara berakhirpun Nurani
mengantarkan peneliti sampai di depan rumahnya.
4.3.3. Suaibah
Rabu, 27 September 2016 merupakan pertemuan kedua antara peneliti dan
Suaibah selaku RW 04 Kelurahan Panggungrejo, sebelumnya peneliti dan
Suaibah bertemu pada saat sosialisasi kampung KB yang pertama sekitar lan Mei
2016. Proses wawan cara ini berlangsung di Pendopo Kelurahan Panggungrejo,
tidak ada meja dan kursi. Peneliti dan Suaibah duduk di lantai pendopo yang
memang lantainya bersih meskipun sedikit berdeh karena bentuk pelataran.
Suasana sore itu sunyi dengan ada angin yang bertiup sepoi-sepoi,
sehingga tidak terasa terik panasanya matahari. Sesekali ada suara mobil dan
sepeda motor yang lalu lalang, ada suara anak-anak kecil yang bermain di jalanan.
Sore itu Suaibah yang berhiijab memakai kaos lengan panjang berwana coklat tua
dan celana panjang hitam. Awal mula wawancara Suaibah masih terlihat sangat
tegang dan takut menjawab, namun peneliti membuat proses wawancara ini
berlansung sesantai mungkin. Dengan proses wawancara yang menggunakan
bahasa jawa Suaibah merasa lebih nyaman saat mengungkapkan perasaannya dan
jawabannya saat proses wawancara ini berlangsung.
1.3.4. Maulita Oktavia
58 Universitas Kristen Petra
Senin, 9 Mei 2016 merupakan pertemuan pertama antara peneliti dan
Maulitah selaku perwakilan Advokasi dan KIE Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (BKKBN) Provinsi Jawa Timur. Dengan sangat ramah beliau
menyambut peneliti untuk masuk kedalam ruang tamu di kantor BKKBN. Ruang
tamu yang menjadi tempat peneliti dan Maulitah berdiskusi merupakan ruang
tamu outdoor. Suasana yang ada cukup hening dengan bertiupkan angin yang
spoi-spoi.
Beliau merupakan perempuan berhijab, setiap pertemuan wawancara
berliau memakai selalu memakai hijabnya. Seperti dengan pertemuan kedua pada
tanggal 7 Oktober 2016, Maulitah memakai hijabnya dengan baju berbahan kain
berlengan panjang berwarna putih dan memakai rok kain panjang berwarna hitam.
Tetap di tempat ruang tamu outdoor wawancara kedua ini dilakukan. Proses
wawancara berjalan lancar tanpa ada gangguan yang berarti karena suasasana di
lingkungan kantor juga cukup hening, karena kebanyakan dari staff kantor sering
berada langsung dilapangan.
4.4. Temuan Data
Berikut adalah hasil temuan data yang berhungan dengan strategi
komunikasi Bidang Advokasi dan KIE Badan Pemberdaya Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Pasuruan dalam Mensosialisasikan Program Kampung
KB. Perlu diperhatikan bahwa dalam pembahasan kedepan, “Badan Pemberdaya
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan akan ditulis BPPKB Kota
Pasuruan”. Untuk menggambarkan strategi komunikasi Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana dalam Mensosialisasikan program kampung
kb, peneliti memperhatikan aspek-aspek yang perlu di perhatikan dalam tahapan
strategi komunikasi. Berikut adalah temuan data berdasarkan delapan aspek yaitu
persiapan identifikasi visi dan misi, menentukan program kegiatan, menentukan
tujuan dan hasil, seleksi audience, mengembangkan pesan, komunitator, media
komunikasi, dan persaingan.
4.4.1. Mengidentifikasi Visi dan Misi
Dalam tahapan mengidentifikasi visi dan misi dari BPPKB ini, melalui
hasil observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga informan, peneliti
mendapatkan bahwa fokus yang sedang diusung melalui program kampung KB
59 Universitas Kristen Petra
adalah mewujudkan masyarakat kota Pasuruan yang perduli kepada perempuan
dan anak serta berkeluarga berencana, sehingga dapat selaras dengan proses
pembangunan keluarga. Hal ini dipertegas dengan pernyataan yang di sampaikan
oleh Suwaji bahwa visi dan misi yang dilakukan adalah untuk membangun
masyarakat Kota Pasuruan yang perduli perempuan dan berkeluarga berencana.
Kemudian Nurani juga memiliki pendapat yang sama mengenai visi dan misi
yang ada di BPPKB kota pasuruan.
“Iya visi dan misi program KB itu bagaimana mewujudkan
masyarakat kota pasuruan berkeluarga berencana dan perduli
perempuan dan anak”(Nurani, Kepala Sub Bidang KIE Kota
Pasuruan, 27 September 2016)
Sedikit bebeda dengan yang di ungkapakan Suaibah yang berasal dari luar
BPPKB, dimana beliau sebagai target dari program ini, menurut
sepengatahuan beliau visi dan misi dari BPPKB adalah lebih untuk
membatasi masyarakat agar tidak memiliki banyak anak dan dapat
memajukan kehidupan masyarakat dalam sudut ekonominya.
Selain visi dan misi ada harapan kedepan untuk masyarakat kota Pasuruan
sendiri di harapkan sudah dapat lebih mengenal apa inti dari Keluarga Berencana
(KB), sehingga nanti kedepannya secara perlahan pertumhan pendduk di Kota
Pasuruan dapat terkontrol dengan baik dan masyarakat pinggiran menjadi hidup
lebih sejaterah. Suwaji juga berharap bahwa kedepan harapannya masyarakat
menjadi lebih mengerti apa maksud dari Keluarga Berencana itu sendiri yang pada
kenyataannya kan terus-menerus mengenai membatasi angka kelahiran saja.
Nurani juga berharap agar nantinya masyarakat Kota Pasuruan ini tanpa di paksa-
paksa sudah sadar dengan sendirinya untuk mengatur masa hamilnya. Karena itu
tidak semata-mata untuk menekan angka kelahiran namun juga untuk kebaikan
bersama dalam hal ini yang dimaksudkan adalah menyiapkan mental orang tua
terlebih dahulu dan kesiapan ekonomi agar generasi penerus ini nantinya
mendapatkan hidup yang sejahtera.
Berbicara mengenai strategi komunikasi, setiap lembaga pasti memiliki
rencana jangka panjang maupun jangka pendek sebagai tahapan yang akan
dilakukan. BPPKB Kota Pasuruan dalam rencana jangka pendek ingin menekan
60 Universitas Kristen Petra
kembali angka kelahiran yang belakangan sempat tak terkontrol. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan yang disampaikan oleh Suwaji.
“Disetiap lembaga manapun ada rencana pembangunan jangka
menengah, jangka panjang, harapannya kita bisa menurunkan TFF
(angka kelahiran kasar), dimanapun program KB dapat menurunkan
angka kelahiran kasar. Karena angka kelahiran kasar ini tanpa
dikendalikan kelahirannya mustahil” (Suwaji, Ketua Penyuluh KB
Kota Pasuruan, 7 September 2016)
Kemudian Nurani juga memiliki pemikiran serupa dimana beliau berharap
angka kelahiran dapat ditekan dengan baik, serta kamum wanita menjadi lebih
mandiri dan melindungi dirinya, dan calon anank-anak generasi penerus dapat
hidup lebih sejaterah kedepannya. Suaibah sebagai kader dan warga yang
menerima sosialisasi dari Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga juga
berpendapat serupah bahwa kedepannya yang diharapkan adalah masyarakat
dapat merencanakan kehamilan terlebih dahulu.
4.4.2. Mengidentifikasi Penentuan Program Kegiatan
Pada tahapan mengidentifikasi dalam menentukan program kegiatan dari
BPPKB ini, melalui hasil observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga
informan, peneliti mendapatkan bahwa program kampung KB adalah program
milik BPPKB telah telah lama dijalankan. Program ini pula mendukung salah satu
poin Nawacita Presiden Jokowi yaitu dapat membangun masyarakat pinggiran
yang mana mencerminkan visi dan misi dari BPPKB. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Nuraini:
“ Kampung KB ini sudah ada sejak lama bentuk kegiatannya, cuman
pas Pak Jokowi jadi Presiden itu kan ada salah satu poin dari
Nawacita atau salah satu harapannya untuk bisa membangun
masyarakat pinggiran. Dari situ kita membrand new kembali
sehingga muncul namanya Kampung KB”
Suwaji menuturkan bahwa program kampung KB terbentuk karena
wilayah-wilayah didaerah kumuh kurang mendapat penyuluhan mengenai
pentingnya KB. Hal lainnya adalah karena ketersediaan KB di beberapa daerah
masih rendah serta sumber daya manusia yang tidak memadai. Oleh karena hal
inilah kampung KB hadir untuk memberikan penyuluhan mengenai KB.
Pada program Kampung KB, masyarakat diberikan binaan dan edukasi
yang benar mengenai pentingnya ber-KB. Hal ini sejalan dengan visi dan misi
61 Universitas Kristen Petra
dari BPPKB yaitu; mewujudkan masyarakat berkeluarga berencana dan peduli
perempuan dan anak-anak. Hasil dari program kampung KB tidak di evaluasi
secara khusus oleh BPPKB, tetapi hanya melihat pendataan keluarga setiap tahun
yang dilakukan oleh kader di lapangan. Informasi ini peneliti dapatkan dari hasil
wawancara dengan Nuraini, yang mengatakan bahwa:
“Kalau riset khusus tidak ada, kita tidak melakukannya. Tetapi kita
punya data yang setiap tahun kita perbaharui. Dari data yang kita
tarik dari kader-kader di lapangan kan sudah bisa memberikan
gambaran dilapangan seperti apa”
“ Jadi tidak perlu melakukan riset kembali, lagian ini sebenarnya
juga melanjutkan kegiatan yang sudah ada”
Tidak hanya Nuraini, Suwaji juga mengatakan bahwa BPPKB tidak
melakukan riset, tetapi mengambil data dari agenda tahunan yaitu Pendataan
Keluarga (PK) setiap tahun. Bagi BPPKB, program kampung KB merupakan
langkah awal yang baik untuk mengenalkan masyarakat kepada KB. Apabila
masyarakat telah berada pada tahap mengetahui KB, maka melalui edukasi dan
binaan yang rutin diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai
Keluarga Berencana. Menurut Suaibah, selaku RW 04 kelurahan Panggung Rejo
sekaligus kader dari BPPKB, program kampung KB adalah program yang bagus.
Program ini dapat membantu masyarakat untuk membatasi jumlah anak serta
membantu - rumah tangga agar dapat meningkatkan perekonomian.
4.4.3. Mengidentifikasi Penentuan Tujuan dan Hasil
Pada tahapan mengidentifikasi tujuan dan hasil program kampung KB milik
BPPKB ini, melalui hasil observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga
informan, peneliti mendapatkan bahwa tujuan dari program kampung KB adalah
untuk membangun masyarakat pinggiran agar dapat hidup sejahtera, dalam hal ini
diwujudkan melalui keikutsertaan ber-KB. Melalui program kampung KB,
BPPKB berharap dapat meningkatkan kesejateraan keluarga dan dapat
menurunkan angka kelahiran di kota Pasuruan. Hal ini selaras dengan tujuan
kampung KB yang diutarakan oleh Suwaji yaitu untuk meningkatkan semua
potensi yang ada di wilayah kampung, agar wilayah didaerah tidak tertinggal
dengan masyarakat yang berada di kota. Nurairi pula menegaskan tujuan dari
kampung KB yaitu;
62 Universitas Kristen Petra
“Yah membangun masyarakat pinggiran untuk setidaknya bisa hidup
sejahterah. Nah dari situlah ada gagasan untuk membentuk Kampung
KB. Karena di program BKKBN disitu juga ada pembangunan
keluarga. Jadi mulai dari pinggiran kita bangun keluarga. Karena
dari pinggiran itu banyak kekurangan, baik dari segi ekonomi ,
pendidikan, apalagidari capaian kesertaan ber KB”
Melalui program kampung KB diharapkan dapat terjadi peningkatan
ekonomi masyarakat dan angka keikutsertaan KB menjadi meningkat. Harapan
ini merupakan harapan dari tiga informan yang peneliti wawancara. Suaibah
sebagai salah satu target program (masyarakat) juga menambahkan bahwa selain
agar banyak warga RW 04 yang mulai mengikuti KB, RW 04 dapat menjadi
contoh bagi RW lain baik dari segi angka kelahiran hingga ekonomi dan
kebersihan.
Berbagaimacam cara dilakukan oleh BPPKB kota Pasuruan dalam
mewujudkan harapannya, yaitu; dengan sering melakukan edukasi dan sosialisasi
ke masyarakat, berkordinasi dengan kader-kader di lapangan mengenai
penyuluhan ke warga, bahkan BPPKB bekerjasama dengan ulama setempat agar
membantu dalam menyuluhkan program KB. Suwaji menyampaikan cara-cara
untuk mencapai tujuan dari program kampung KB yaitu selalu intensif dan
berkoordinasi dengan kader-kader yang berada di kelurahan, melakukan
pembinaan yang terjadwal sehingga masyarakat dapat memahami secara
keseluruhan mengenai KB, serta mengawasi kendala-kendala yang temui selama
program berlangsung di lapangan. Suaibah sebagai kader di lapangan
menyampaikan cara-caranya sebagai kader dalam mencapai tujuan kampung KB
yaitu;
“yah selalu mengingatkan warga saya mbak, untuk selalu hadir dan
diluar acara sosialisasi itu kalau malam biasa kita mraktekan mbak.
Jadi nggak di denger tok, tapi saya menghimbau untuk dicoba
dilakuno.”(Suaiba, RW 04 – Kelurahan Panggung Rejo, 27
September 2016)
4.4.4. Mengidentifikasi Seleksi Stakeholder
Pada tahapan ini, peneliti mengidentifikasi stakeholder atau publik dari
program kampung KB milik BPPKB. Hasil observasi dan wawancara peneliti
dengan ketiga informan, peneliti mendapatkan bahwa proses penentuan kelompok
stakeholder adalah seluruh pihak yang berkaitan dengan program Kampung KB.
63 Universitas Kristen Petra
Pembagian stakeholder pada program Kampung KB dapat dipetakan sebagai
berikut, stakeholder pemerintah daerah Kota Pasuruan, stakeholder tokoh
masyarakat di Panggungrejo, tokoh agama di Panggungrejo, dan stakeholder yang
utama dalam program Kampung KB ini adalah masyarakat di Panggungrejo.
Semua stakeholder memiliki peranan masing-masing dan proses pendekatan yang
dilakukan dari Bidang Advokasi dan KIE BPPKB Kota Pasuruan kepada masing-
masing stakeholder juga bermacam-macam.
Sebelum melakukan pendekatan kepada mayarakat Bidang Advokasi dan
KIE BPPKB Kota Pasuruan melakukan pendekatan dengan Pemerintah Daerah
dimana dengan adanya kebijakan yang akan ditentukan oleh pemerintah juga akan
berdampak pada program Kampung KB. Selanjutnya setelah mendapatkan ijin
dan persetujuan dari Pemerintah Daerah Kota Pasuruan, Bidang advokasi Dan
KIE Kota Pasuruan mulai pendekatan dengan Dinas-Dinas terkait, hal ini
dilakukan untuk mengajak semua Dinas yang ada di Kota Pasuruan untuk
bersama-sama dalam membangun Kota Pasuruan yang dimulai dengan program
Kampung KB. Setelah mendapatkan kata sepakat dari Dinas terkait, dilanjutkan
dengan pendekatan ke arah yang lebih sempit yaitu ke Kecamatan dan Kelurahan.
Setelah mendapatkan persetujuan untuk dapat mengadakan kegiatan atau program
“Kampung KB” maka dilanjutkan untuk pendekatan kepada Tokoh Masyarakat
setempat yaitu RT/RW Panggungrejo.
Setelah diadakan Rapat Koordinasi Desa (RAKORDES) semakin diketeahui
bahwa RW 04 lah yang keadaan masyarakatnya paling membutuhkan. Hal ini
juga ditegaskan oleh Suwaji bawah daerah yang menjadi sasaran dari program
Kampung Kb adalah daerah yang merupakan pinggiran pesisir yang kumuh,
sumber daya manusia yang tidak memadai, perekonomiannya kurang, dan tingkat
kesertaan ber-KB juga masih sangat rendah. Setelah adanya keputusan mengenai
program Kampung KB akan diadakan di RW 04 Kelurahan Panggungrejo, pihak
BPPKB mulai melakukan pendekatan interpersonal dengan Tokoh Agama. Hal ini
dilakukan karena meliahat karakteristik dari masyarakat yang masih menganggap
KB merupakan hal yang diharamkan oleh agama mereka.
Setelah melakukan pendekatan dengan Tokoh Agama dan mendapatkan
kata kesepakatan, maka secara bertahap mulai memberikan pendekatan dan
64 Universitas Kristen Petra
informasi kepada masyarakat mengenai program Kampung KB yang akan
diadakan di Kelurahan Panggungrejo.
Cara untuk mendekati masyarakat yang dilakukan oleh BPPKB adalah
memulai dari kelompok binaan yang telah dimiliki, setelah itu dilanjutkan dengan
meminta ijin kepada perangkat desa atau RT/RW (stakeholder tokoh masyarakat).
Setelah mendapatkan ijin barulah BPPKB terjun ke masyarakat kelompok binaan
yang telah dibina dan belum dibina. Pengumpulan partisipan sosialisasi juga
dibantu oleh kader-kader yang mana merupakan pengurus RT atau RW. Oleh
karena hal ini kehadiran partisipan dapat mencapai 75% dari target (Nurani,
Kepala Sub Bidang KIE, 27 September 2016).
Pihak BPPKB berperan sebagai penyuluh dari program kampung KB.
Penyuluh merupakan pihak yang memberikan arahan, dan melakukan kordinasi
dengan pihak-pihak lain yang merupakan pihak terkait (dinas, pemerintah di
daerah, dan warga RW 4 Panggung Rejo) dari program kampung KB. Menurut
informasi yang diberikan oleh Suaiba, kegiatan dari program kampung KB
melibatkan banyak pihak seperti camat lurah hingga Walikota Pasuruan.
Program kampung KB yang menjadi fokus dalam penelitian ini dilakukan di
kelurahan Panggung Rejo. Pada awal proses perencanaan program, pihak BPPKB
mengundang pihak terkait program (RW/RW dan dinas) untuk memberitahu
maksud mereka untuk menjalankan program. Hal ini diperkuat oleh hasil
wawancara dengan Suwaji dan Suaibah yang mengatakan bahwa;
“Jadi kami mengundang RT,RW, dinas-dinas terkait diundang. Kita
sampaikan bahwa di RW 4 Panggung rejo itu akan diadakan kampung
KB, Pak saruwan di RW 4 itu mendukung karena kondisinya memang
memprihatikan. Jadi kita rekrut melalui kader, kader yang mengajak
masyarakat.” (Suwaji, Ketua Penyuluh KB Kota Pasuruan, 7
September 2016)
“kalau matnya ya nggak mbak, Cuma ditanya-tanya aja masalah yang
dirasakan warga itu apa.”(Suaiba, RW 04 – Kelurahan Panggung
Rejo, 27 September 2016)
Pemilihan kelurahan ini didasari oleh data milik BPPKB yang menunjukkan
bahwa daerah ini merupakan daerah yang pinggiran yang kumuh serta kurang
65 Universitas Kristen Petra
dalam hal pendidikan, ekonomi dan sumber daya manusia. Sehingga wilayah ini
dinilai layak untuk mewakili program Kampung KB.
4.4.5. Mengidentifikasi Pengembangan Pesan
Pada tahapan ini, peneliti mengidentifikasi pengembangan pesan dalam
program kampung KB. Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga
informan, peneliti mendapatkan bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh
BPPKB melalui program kampung KB adalah untuk mensejahterakan keluarga,
peduli kepada perempuan dan mengatur angka kelahiran. Pesan-pesan ini diambil
dari berbagai cerminan program yang berada di dalam program kampung KB. Hal
ini senada dengan yang diutarakan oleh Suwaji yaitu;
“banyak pesan , sehingga di kampung KB ini ada banyak cerminan
program, namun dasarnya untuk mengajak masyarakat ini sadar akan
pertingnya ber-KB, minimal dalam mengatur jarak kelahiran anak
yang dikondisikan dengan keadaan ekonomi” (Suwaji, Ketua
Penyuluh KB Kota Pasuruan, 7 September 2016)
Suaibah selaku kader yang terjun langsung mengajak masyarakat untuk
mengikuti sosialisasi menyampaikan bahwa pesan yang ingin disampaikan dalam
program kampung KB adalah agar seluruh warga aktif dalam mengikuti KB.
Selain hal itu, BPPKB pula memberikan wawasan untuk pengembangan
keteranpilan rumah tangga sehingga perekonomian keluarga dapat dibantu.
Seluruh informasi mengenai keluarga berencana, kewirausahaan dan
sebagainya disampaikan kepada masyarakat melalui pertemuan yang diadakan
dalam penyuluhan program kampung KB. Hal ini merujuk akan hasil wawancara
dengan Suwaji yang mengatakan bahwa;
“Jadi dengan ada pertemuan itu, akan mendapatkan informasi
mengenai program KB sehingga bisa memprakekan sendiri maupun
memberi contoh ke keluarga lain” (Suwaji, Ketua Penyuluh KB Kota
Pasuruan, 7 September 2016)
Nuraini menegaskan bahwa informasi yang disampaikan ketika sosialisasi
adaah informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi kebaikan warga. Hal-hal
yang disampaikan dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar
wilayah terbebas dari wilayah kumuh.
Evaluasi yang dilakukan untuk mengukur efektivitasan program ini adalah
dengan menghimpun data dari puskesmas-puskesmas atau kader di lapangan
66 Universitas Kristen Petra
mengenai angka kelahiran di setiap daerahnya. Evaluasi dilakukan setiap akhir
program atau minimal 6 (enam) lan sekali. Keefektifan program dilihat dari angka
keikutsertaan ber-KB dan angka kelahiran di wilayah tersebut. Secara detail
dijabarkan oleh Suwaji sebagai berikut;
“Kita mngukurnya dengan melakukan evalusi. Kita bekerja sama
dengan puskesmas, dimana setiap lan siapa saja penerima KB baru
akan dilaporkan ke kita. Kita juga punya target capaian KB dari
provinsi.Kemudian dengan adanya Kampung Kb, apa reaksinya. Itu
bisa untuk mengukur.selain itu intansi terkait juga akan mengevaluasi
(Suwaji, Ketua Penyuluh KB Kota Pasuruan, 7 September 2016
4.4.6. Mengidentifikasi Komunikator
Pada tahapan ini, peneliti mengidentifikasi komunikator dalam program
kampung KB. Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga informan,
peneliti mendapatkan bahwa pihak BPPKB merupakan orang-orang yang berada
dibawah jabatan struktural. Oleh karena inilah, pihak BPPKB jarang untuk turun
langsung ke lapangan dan menemui masyarakat. Pihak BPPKB memiliki kader-
kader di lapangan yang melakukan interaksi langsung dengan warga sehingga
pihak BPPKB lebih sering berinteraksi dengan kader-kadernya untuk
penyampaian informasi, lalu diteruskan oleh kader kepada warga.
Seperti yang dilakukan oleh Suwaji, dimana beliau hanya
mengkoordinasikan saja, sedangkan penyuluh yang berada di lapanganlah yang
bertanggung jawab kepada beliau atas apa yang terjadi di lapangan dan beliau
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan.
Namun demikian, beliau juga menyampaikan bahwa sebagai penyuluh sekurang-
kurangnya mengadakan komunikasi atau berdiskusi dengan warga yang berada di
bawah pengawasannya sebanyak dua kali dalam selan. Penyuluh melakukan
kegiatan komunikasi ini tidak selalu dalam kondisi yang formal, namun biasanya
juga dilakukan pada saat ada posyandu lanan, hari keluarga, dan juga setiap ada
kegiatan warga.
Sedikit berbeda dengan Nuranu yang berada dibawah garis struktural yang
kurang berinteraksi dengan lapangan.Beliau lebih sering berada di kantor BPPKB
untuk merencanakan bagaimana arah program ini akan dijalankan, mengawasih
jalannya program dan memastikan bahwa bentuk komunikasi informasi dan
edukasi yang di lakukandi lapangan itu sudah tepat pada sasaran. Beliau lebih
67 Universitas Kristen Petra
banyak melakukan komunikasi dan koordinasi dengan dinas-dinas terkait dan
sesekali setiap program sosialisasi kampung kb ini berjalan, beliau melakukan
pendampingan untuk dapat menjembatani ketuhan warga yang nantinya akan
berusaha di jawab oleh dinas-dinas yang terkait.
Sebagai penerima informasi Suaibah lebih menyukai bentuk komunikasi
yang langsung dan terarah. Beliau juga mengatakan bawaha dengan adanya
inovasi saya menyampaikan informasi akan membuat warga khususnya RW 04
kelurahan panggungrejo menjadi semakin memahami dan mengerti informasi apa
yang sedang disampaikan. Dengan memanfaatkan media komunikasi yang ada
seperti lembar balik, LCD, dan juga media KIT lainnya.
4.4.7. Mengidentifikasi Media Komunikasi
Pada tahapan ini, peneliti mengidentifikasi media komunikasi yang
digunakan dalam menyampaikan informasi dalam program kampung KB. Hasil
observasi dan wawancara peneliti dengan ketiga informan, peneliti mengetahui
bahwa media komunikasi yang digunakan adalah media komunikasi yang dapat
membuat masyarakat memahami KB dengan mudah yaitu media kit (media yang
berisi gambar dan panduan lengkap mengenai KB), menggunakan LCD (apabila
memungkinkan), dan melalui komunikasi antar pribadi antara kader dan warga.
Suwaji juga mengatakan banyak media komunikasi yang dapat
dimanfaaatkan oleh penyuluh KB dalam memperlancar proses menyampaian
informasi kepada masyarakat. Media komunikasi yang digunakan diantaranya ada
media KIT, komunikasi interpersonal, dan juga ada pertemuan-pertemuan khusus.
Yang dimaksud dengan media KIT adalah media Komunikasi Informasi
Teknologi, dimana media yang digunakan seperti LCD, ipad, dan juga media
lainnya yang sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi. Selain itu juga ada
semacam brosur yang di dalamnya bersikan informasi mengenai KB yang
dikemas secara menarik dan full dengan gambar, hal ini diharapkan agar
masyarakat merasa lebih tertarik dan berinisiatif untuk membaca.
Nurani juga berpendapat demikian bahwa biasanya media komunikasai
yang digunakan adalah LCD, karena dengan menggunakan LCD, penyuluh dapat
menyiapkan presentasi yang menarik, yang menggunakan gambar dan video
sesuai dengan masalah apa yang dibahas pada saat itu. Hal ini dilakukan untuk
68 Universitas Kristen Petra
mengurangi rasa jenuh yang kemungkinan ada, dan membuat suasana sosialisasi
kampung KB menjadi lebih menari.
Suaibah pun juga mempertegas bawah beliau dan warga selama ini
mendapatkan informasi melalui berbagai cara dan media. Dari yang memakai
LCD, lembar balik, dan alat peraga yang ada. Beliau merasa lebih nyaman dan
lebih mengerti saat ada media tersebut dibandingkan jika tidak menggunakan apa-
apa, karena terkadang masih sulit untuk membayangkan gambaran informasi yang
disampaikan. Sesuai dengan penyataan yang ditegaskan oleh Suaibah bahwa
“biasanya pakai layar itu mbak, kalau nggak ya pake lembar balik
sama ada alat-alat nya yang warga bisa liat langsung
contohnya.”(Suaiba, RW 04 – Kelurahan Panggung Rejo, 27
September 2016)
4.4.8. Mengidentifikasi Persaingan
Pada tahapan ini, peneliti mengidentifikasi kendala serta respon dari
masyarakat dalam program kampung KB. Hasil observasi dan wawancara peneliti
dengan ketiga informan, peneliti mengetahui bahwa terdapat berbagai kendala
dari awal program ini dimulai. Kendala yang dijumpai adalah penolakan dari
masyarakat mengenai Keluarga Berencana. Penolakan disebabkan karena adanya
faktor agama dan kepercayaan terhadap daya-daya tertentu (seperti; banyak anak
banyak rejeki, ber-kb itu diharamkan dan sebagainya).
Banyak hal yang menjadi kenadala dalam proses sosialisasi kampung KB,
diantaranya menurut Suwaji adalah pola pikir masyarakat yang masih belum bisa
maju, faktor pendidikan, ada juga faktor keagamaan. Sebagian besar masyarakat
ini menganggap bahwa KB ini haram, atau kb ini merupakan hal yang taboo untuk
dibicarakan, ada juga yang berpendapat bahwa anak merupakan rejeki yang
dititipkan depada manusia sehingga tidak boleh ditolak dan dihindari. Seperti
pernyataan yang ditegaskan kembali oleh Suwaji bahwa,
“Kendalanya kalau KB sampe hari gini masih ada orang-orang yang
gak mau KB. Alasannya macam-macam ada yang berdasarkan agama
,apa itu mereka katanya taboo ka-ka.jadi ada yang katanya KB itu
haram ada juga ehh ada yg beranggapan nduwe anak akeh lhoo
sampean gak melok ngingoni, aku seng ngingoni..(ketawa) kn aku a
seng nginoni pak. Padahal tujuan kita kan itu, dengan sedikit saja
anak tapi di rumat seng gena.supaya apa supaya anak ini
69 Universitas Kristen Petra
berkualitas”(Suwaji, Ketua Penyuluh KB Kota Pasuruan, 7 September
2016)
Tak banyak berbeda dengan Nurani yang beranggapan bahwa memang
benar faktor kendala utama adalah latar belakang agama dan juga ketakutan-
ketakutan yang tidak beralasan yang dialami oleh warga. Ketakutan yang dialami
oleh warga seperti takut setelah ber-KB tidak akan bisa memiliki keturunan
kembali, ada juga yang takut akan ada perubahan dalam tuhnya. Hal ini ternyata
sesuai dengan yang sidampaikan oleh Suaibah, beliau juga mengatakan bahwa
memang dalam dalam agama yang dianutnya menyatakan bahwa anak itu adalah
rejeki, dan selayaknya rejaki itu tidak boleh dihalangi atau pun ditolak, jika
melakukan perlawanan berarti akan melakukan dosa. Sebagian masyarakat ini
percaya meskipun tidak ada ayat dalam ku agama yang mereka anut menyebutkan
dengan jelas bahwa ber-KB ini haram dan tidak boleh dilakukan. Seperti yang
Suaibah tegaskan dalam wawancara bahwa,
“yah beberapa banyak yang takut awalnya mbak.”
“yah kan kami yang umat muslim beranggapan bahwa anak itu rejeki
mbak, masak rejeki dihalangi,kan dosa kalau gitu mbak. Yah cuman
setelah dijelaskan sama Pak ustad Alhamdullilah sebagian warga mau
mendengarkan, mau mengerti, mangkanya ikut seta sampai
sekarang.”(Suaiba, RW 04 – Kelurahan Panggung Rejo, 27
September 2016)
4.6. Analisis dan Interpretasi Data
Pada analisis dan interpretasi data, peneliti menganalisis dengan
membandingkan temuan data hasil wawancara dan observasi yang di dapatkan
dari ketiga informan yaitu Suwaji, Nurani, dan Suaiba dengan teori-teori yang
digunakan. Kemudian peneliti juga melakukan triangulasi dengan Maulita selaku
Advokasi dan KIE Badan Koordinasi Keluarga Berencana Provinsi Jawa Timur.
Aspek-aspek yang akan dianalisi meliputi, riset penentuan program, penentuan
publik sasaran, komunikasi mengenai Kampung KB, dan Evaluasi.
4.6.1. Riset Penentuan Program
Pada saat merancang sebuah program dan kegiatan Public Relations, hal
ini dapat mengacu pada empat tahapan proses Public Relations yang dimulai dari
70 Universitas Kristen Petra
mendefinisikan problem (peluang), perencanaan dan pemrograman, mengambil
tindakan dan berkomunikasi, serta mengevaluasi program (Cutlip, 2009, p.320).
Konsep tersebut berbicara mengenai tahapan proses Public Relations, dimana
sebelum melakukan implementasi program, perlu adanya tahap mendefinisikan
problem atau peluang, selanjutnya perlu adanya perencanaan program. Pada
proses penentuan program Kampung KB di Kelurahan Panggungrejo, Bidang
Advokasi dan KIE sebelumnya juga melakukan identifikasi mengenai
permasalahan yang ada dilapangan dimana yang menunjukan bahwa masyarakat
di Pangggungrejo memiliki tingkat pendidikan yang kurang, pola berpikir yang
kolot, dan perlunya edukasi mengenai sosialisasi Kampung KB.
Gambar 4.1. Launching Kampung KB
Sumber: (Dokumentasi BPPKB Kota Pasuruan, 27 April 2016)
Sebelum memulai dalam perencanaan program, setelah melakukan riset
BPPKB Kota Pasuruan pemetakan stakeholder. Pemetakan stakeholder pada
program Kampung KB dapat dipetakan sebagai berikut, stakeholder pemerintah
daerah Kota Pasuruan, stakeholder tokoh masyarakat di Panggungrejo, tokoh
agama di Panggungrejo, dan stakeholder yang utama dalam program Kampung
KB ini adalah masyarakat di Panggungrejo. Semua stakeholder memiliki peranan
masing-masing dan proses pendekatan yang dilakukan dari Bidang Advokasi dan
KIE BPPKB Kota Pasuruan kepada masing-masing stakeholder juga bermacam-
macam.
71 Universitas Kristen Petra
Aspek-aspek pendekatan atau strategi Public Relations (Ruslan; 2002,p.
131- 133 ), yaitu Strategi Operasional Yaitu melaksanakan program Public
Relations dengan melakukan pendekatan kemasyarakatan ( sosiologi approach ),
Strategi Pendekatan Persuasif dan kondusif Strategi Public Relations dalam
menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi,
Strategi Pendekatan Tanggungjawab Sosial Humas Strategi ini menumbuhkan
sikap bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai bukan hanya untuk
memperoleh keuntungan sepihak dari publik sasaranya, Strategi Pendekatan Kerja
Sama Strategi yang berupaya membina hubungan harmonis antara organisasi atau
perusahaan dengan berbagai kalangan, dan Strategi Pendekatan Koordinatif dan
Integratif untuk memperluas peranan Public Relations di masyarakat maka fungsi
Public Relations
Dalam arti sempit hanya mewakili lembaga atau institusinya, tetapi peranan
lebih luas berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan
mewujudkan Ketahanan Nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
Hankamnas ( Ruslan,2002, p.131-133 )
Sebelum melakukan pendekatan kepada mayarakat Bidang Advokasi dan
KIE BPPKB Kota Pasuruan melakukan pendekatan dengan Pemerintah Daerah
dimana dengan adanya kebijakan yang akan ditentukan oleh pemerintah juga akan
berdampak pada program Kampung KB. Selanjutnya setelah mendapatkan ijin
dan persetujuan dari Pemerintah Daerah Kota Pasuruan, Bidang advokasi Dan
KIE Kota Pasuruan mulai pendekatan dengan Dinas-Dinas terkait, hal ini
dilakukan untuk mengajak semua Dinas yang ada di Kota Pasuruan untuk
bersama-sama dalam membangun Kota Pasuruan yang dimulai dengan program
Kampung KB. Setelah mendapatkan kata sepakat dari Dinas terkait, dilanjutkan
dengan pendekatan ke arah yang lebih sempit yaitu ke Kecamatan dan Kelurahan.
Setelah mendapatkan persetujuan untuk dapat mengadakan kegiatan atau program
“Kampung KB” maka dilanjutkan untuk pendekatan kepada Tokoh Masyarakat
setempat yaitu RT/RW Panggungrejo.
Setelah diadakan Rapat Koordinasi Desa (RAKORDES) semakin diketeahui
bahwa RW 04 lah yang keadaan masyarakatnya paling membutuhkan. Hal ini
juga ditegaskan oleh Suwaji bawah daerah yang menjadi sasaran dari program
72 Universitas Kristen Petra
Kampung Kb adalah daerah yang merupakan pinggiran pesisir yang kumuh,
sumber daya manusia yang tidak memadai, perekonomiannya kurang, dan tingkat
kesertaan ber-KB juga masih sangat rendah. Setelah adanya keputusan mengenai
program Kampung KB akan diadakan di RW 04 Kelurahan Panggungrejo, pihak
BPPKB mulai melakukan pendekatan interpersonal dengan Tokoh Agama. Hal ini
dilakukan karena meliahat karakteristik dari masyarakat yang masih menganggap
KB merupakan hal yang diharamkan oleh agama mereka.
Setelah melakukan pendekatan dengan Tokoh Agama dan mendapatkan
kata kesepakatan, maka secara bertahap mulai memberikan pendekatan dan
informasi kepada masyarakat mengenai program Kampung KB yang akan
diadakan di Kelurahan Panggungrejo.
Stakeholder adalah semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Stakeholder is a group or an individual who can affect, or be
affected by, the success or failure of an organization (Luk, Yau, Tse, Alan, Sin,
Leo, dan Raymond, dalam Nor Hadi. 2011, p.93). Dengan demikian, stakeholder
merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti pemerintah, perusahaan
pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan
(LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan,
kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi perusahaan. James E Grunig( dalam Ruslan, 2002, p.130) juga
menjelaskan hal serupa bahwa Stakeholder merupakan kategori umum dan orang
yang terkena aktual atau berpotensi mendapat konsekuensi dari strategi atau
kepentingan dari keputusan organisasi atau dampak dari program yang dibuat oleh
public relations.
4.6.1.1. Sumber Daya Manusia yang Kurang
Masyarakat yang ada di Panggungrejo merupakan masyarakat pinggiran
daerah pesisir Kota Pasuruan. Tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih sangat
lemah dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan oleh Suwaji bahwa,
“Karena dari pinggiran itu banyak kekurangan, dari ekonomi ,
pendidikan, apalagi dari capaian kesertaan ber KB”
73 Universitas Kristen Petra
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa kurangnya kualitas hidup manusia
dapat mempengaruhi pola pikirnya dalam memutuskan sesuatu termasuk untuk
berpartisipasi aktif dalam mengikuti program KB.
Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan yang
didapat juga akan semakin sedikit sehingga akan mempengaruhi pola berpikir.
Definisi kemiskinan dengan menggunakan ketuhan dasar seperti diterapkan oleh
Departemen Sosial, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam
memenuhi ketuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2003,
p.3). Dimana yang dimaksud dengan ketuhan pokok ini meliputi ketuhan akan
makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
Kelurahan Panggungrejo termasuk daerah pinggiran dan masyarakatnya
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, ekonomi yang lemah dan masih belum
sejaterah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka pengetahuan dan
wawasan yang didapat juga sangat terbatas. Hal itulah yang menyebabkan
masyarakat masih tidak dapat menerima program KB dengan mudah. Ketakutan
akan memakai KB yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan, seperti misalnya
masyarakat takut akan ada perubahan bentuk tuh, takut setelah pemakaian KB
tidak akan dapat memiliki anak lagi, dan ketakutan akan dampak negatif lainnya.
Hal ini ditegaskan oleh Suaibah bahwa
“iya mbak kalau pakai KB nanti badan bisa melar, jerawatan, macem-
macem wes alasane - itu.
Pemikiran atau ketakutan seperti itulah yang menghambat proses
pemberian informasi mengenai KB kepada masyarakat. Dengan gagalnya
pemberian informasi maka membuat masayarakat semakin tidak mengetahui
informasi yang benar, sehingga BPPKB Kota Pasuruan melalui program
Kampung KB berusaha untuk terus melakukan upaya dalam memberitahukan
informasi yang benar kepada masyarakat khususnya di Kelurahan Panggungrejo.
4.6.1.2. Pola Pikir yang Kolot
Program KB sebenaranya sudah ada sejak lama, namun karena adanya
isue yang diyakini oleh masyarakat ma ka membuat hal ini menjadi terhambat.
Sebagian besar masyarakat yang ada di Panggungrjo merupakan masyarakat yang
74 Universitas Kristen Petra
beragama Islam. Sebagian besar dari masyarakat itu beranggapan bahwa program
Kb atau seseorang yang ikut ber-KB itu berarti melakukan tindakan yang salah
atau melakukan hal yang diharamkan oleh agamanya (Islam). Selain itu juga
dikarenakan ada mindset bahwa semakin banyak anak akan menambah banyak
rejeki, dimana mindset itu adalah pola berpikir lama yang sudah tidak sesuai lagi
jika di pergunakan.
Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi
seseorang dan konteks sosialnya. Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002, p.10)
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.. Anak memang merupakan seah titipan
yang paling berharga dari Yang Maha Kuasa kepada umatnya, namun yang di
harapkan Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan
kan melarang pasangan suami istri untuk memiliki anak. Namun lebih bisa
mengatur apakah dari segi ekonomi menyanggupi untuk membiayai ketuhan anak,
apakah sudah mengatur jarak usia anak pertama dan anak selanjutnya. Hal ini jika
tidak di atur atau tidak diperhatikan akan menyebabkan kehidupan keluarga dan
terutama calon anak atau generasi penerus ini menjadi tidak sejaterah.
Hal ini juga dibenarkan oleh Maulitah selaku Bidang Advokasi dan KIE
Provinsi Jawa Timur bahwa
“Iya dek, masyarakat kita khususnya yang di daerah apalagi seperti
Pasuruan yang sudah identik dengan Kota Santri dimana agamanya
kuat sekali, sering kali mereka ini salah menafsirkan. Sehingga
mereka beranggapan bahwa dalam keyakinan yang mereka anut itu
ber-KB ini merupakan hal yang tidak baik atau haram. Untuk
merubah pola berpikir seperti ini sangat sulit sekali, tidak bisa
dalam satu dua kali pendekatan, tetapi pendekatan yang terus
menerus.”
4.6.1.3. Perlunya Edukasi mengenai Sosialisasi Kampung KB
Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan perlu untuk melakukan edukasi
mengenai sosialisasi Kampung KB. Alo Liliweri Salah satu dari unsur penting
dalam melakukan sosialisasi menurut Alo Liliweri adalah proses sosialisasi
mengandung maksud cara-cara bagaimana kebudayaan (kepercayaan, tradisi, gaya
hidup, bahasa, aturan kehidupan moral dan variasi ketrampilan) dibagi atau
75 Universitas Kristen Petra
diperlukan. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat yang ada di Panggungrejo
memiliki kepercayaan yang begitu kuat pada isue yang ada di agama yang mereka
yakini, serta adanya mindset lama yang mereka implementasikan dalam
kehidupannya. Hal inilah yang mendasari perlunya edukasi mengenai sosialisasi
Kampung Kb di Panggungrejo.
Gambar 4.2. Proses Sosialisasi Kampung KB
(Dokumentasi Peneliti , 19 Mei 2016)
Seperti yang Suwaji ungkapkan mengenai respon dari masyarakat
mengenai program Kampung Kb memiliki kendala pada awalnya bahwa,
“Kendalanya kalau KB sampe hari gini masih ada orang-orang yang
gak mau KB. Alasannya macam-macam ada yang berdasarkan
agama ,apa itu mereka katanya taboo ka-ka.jadi ada yang katanya
KB itu haram ada juga ehh ada yg beranggapan nduwe anak akeh
lhoo sampean gak melok ngingoni, aku seng ngingoni..(ketawa) kn
aku a seng nginoni pak. Padahal tujuan kita kan itu, dengan sedikit
saja anak tapi di rumat seng gena.supaya apa supaya anak ini
berkualitas”
Dengan pola berpikir dan adanya pengertian yang kurang tepat akan membuat
masyarakat membuat keputusan yang kurang tepat pula. Dengan menyakini suatu
keyakinan yang tidak memiliki dasar, akan merugikan masyarakat itu sendiri.
Dalam artian, dengan adanya pertentangan untuk tidak berpartisipasi aktif dalam
76 Universitas Kristen Petra
ber-KB akan mempengaruhi kesejaterahan keluarga. Hal ini dikarenakan adanya
banyak anak yang tidak direncankan dengan matang dan keadaan ekonomi yang
tidak mendukung, akan membuat kemungkinan-kemungkinan yang ruk dapat
terjadi. Misalnya tidak dapat memberikan kehidupan yang layak untuk anak, hal
ini dalam artian makanan yang bergizi, pendidikan yang berkualitas dan juga
kehidupan keluarga yang harmonis dimana orang tua memiliki waktu untuk
memperhatikan anaknya.
Hal ini dibenarkan oleh Maulitah selaku Advokasi dan KIE Provinsi Jawa
Timur yang mengatakan bahwa,
“ Yah gimana ya dek, Sumber Daya Manusia di Indonesia
khususnya yang di daerah kan tidak bisa dipungkiri bahwa jauh dari
kata sejaterah. Kalau sudah tidak sejaterah dapat dikatakan tingat
pendidikannya rendah, kalau tingkat pendidikannya rendah
berujung pada wawasannya pun juga terbatas. Semua yang masih
dalam keterbatasan ini yang menyebabkan pola berpikirnya sangat
sempit dan apa lagi kalau karakternya sulit untuk mau menerima
masukan dari luar.”
4.6.2. Penentuan Stakeholder
4.6.2.1. Dinas –Dinas Terkait
Program kampung kb merupakan program yang dat untuk menjawab
Nawacita dari Presiden Jokowi, untuk membangun masyarakat pinggiran agar
menjadi hidup sejahterah. Maka dari itu BPPKB Kota Pasuruan, melakukan
koordinasi bersama dengan Pemerintah Kota Pasuruan dan dinas-dinas terkait
yang ada didalamnya. Sebelum memulai program ini, Hermin selaku Kepala
Advokasi dan KIE melakukan pendekatan dan meminta ijin kepada Wali Kota
untuk dapat mendukung program kampung KB ini.Hal ini ternyata disamt baik
oleh Walikota Pasuruan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghungi semua dinas
terkait yang ada di kota Pasuruan, melalui surat itu semua dinas terkait secara
langsung terundang untuk membantu dan mendukung program kb ini secara
penuh. Semua dinas memiliki peran dan fungsinya masing-masing, pada awalnya
dinas-dinas ini hanya melakukan kesepakatan waktu untuk melakukan sosialisasi,
dan menyiapkan meteri yang sekiranya dapat membantu pembangunan untuk
77 Universitas Kristen Petra
masyrakat yang ada di panggungrejo. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Nurani bahwa:
“Dinas - dinas terkait, Pemerintah daerah,dan warga khususnya
RW 4 Panggung Rejo”
“yah seperti yang tadi saya bilang mbak kami mengundang RT,RW,
dinas-dinas terkait diundang. Kita sampaikan bahwa di RW 4
Panggung rejo itu akan diadakan kampung KB, Rw di RW 4 itu
mendukung karena kondisinya memang memprihatikan.
Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara
terencanan dan berkesinamngan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat
baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya” (Jefkins, 2003, p.9).
Dengan adanya dukungan dari semua pihak terutama dari Pemerintah yang
berwenang dalam hal ini Walikota Pasuruan, program kampung KB ini semakin
menemukan titik terang untuk dapat dilangsungkan. Pada saat menjelang
launching pihak BPPKB pun meminta partisipasi dari pihak pemerintah untuk
ikut serta dalam acara, dan selain itu Walikota sendiri yang meresmikan program
kampung KB yang ada di Panggungrejo. Hal ini mendorong semua dinas-dinas
terkait untuk mau turut serta dalam menyukseskan prorgam kampung KB. Setelah
ada peresmian kampung kb, tak lama dari itu ada sosialisasi yang pertama.
Dimana proses ini adalah mempertemukan warga dengan dinas terkait yang
sebelumnya telah terundang untuk memberikan materi. Dalam proses ini dinas-
dinas terkait memiliki beban moral yang secara tidak langsung mendorong mereka
untuk dpat memberikan yang terbaik untuk warga di Panggungrejo.
4.6.2.2. Tokoh Masyarakat
Opinion leaders lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya,
lebih kompeten dan lebih tahu memelihara norma yang ada. Kemampuan dirinya
memelihara norma menjadi salah satu konsekuensi logis bentuk pelayanan atau
suri teladan yang diberikan atau ditunjukkan kepada masyarakatnya. Menurut
Homanas,”Seseorang yang memiliki status sosial tinggi (pemimpin pendapat)
akan senantiasa memelihara nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat
minimal dalam mempertahankan statusnya.” (Depari dan Andrew, 2008, p.32 ).
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Opinion leaders merupakan orang-
78 Universitas Kristen Petra
orang yang berpengaruh, dimana orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi
sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial.
BPPKB Kota Pasuruan menyadari bahwa masyarakat kota Pasuruan
memerlukan seorang opinion leader sebagai contoh yang mereka panuti. Tokoh
masyarakat ini merupakan warga yang memiliki jabatan dalam pemerintahan,
seperti Camat, Lurah, RW dan RT yang ada diwilayah setempat. Sangat penting
mendapatkan dukungan dari Tokoh masyarakat ini karena saat oranga yang
dipandang oleh masyarakat memberikan dukungan, secara tidak langsung akan
mempengaruhi masyarakat untuk juga berpartisipasi. Sebelum program kampung
kb berlangsung BPPKB melalui penyuluh lapangan melakukan pendekatan
dengan semua jajaran yang ada. Dimana ada proses menjelaskan dan memberikan
pengertian mengenai program Kampung KB yang akan dilakukan dan
menjelaskan kedepannya apa saja yang akan dilakukan. Setelah mencapai kata
sepakat maka, barulah para Tokoh masyarakat ini mulai untuk menginformasikan
secara garis besar kepada masyarakat mengenai program kampung KB yang akan
dilakukan.
Untuk mencapai kata sepakat harus melalui proses yang cukup panjang,
dimana BPPKB secara ruting dua minggu sekali akan mengadakan Rakordes (
Rapat Koordinasi Desa) dimana didalamnya ada Camat, Lurah, RW dan RT. Dari
diskusi yang dilakukan terus menerus itulah, secara tidak langsung tanpa diminta
lagi pemegang wewenangan yang ada di daerah panggungrejo ini memberikan
informasi kepada warganya secara non-formal dari mulut ke mulut. Dari
pemberitauan awal informasi yang dilakukan dengan non-formal, terlihat respon
dari masyarakat yang bermacam-macam. Disini Suaibah selaku RW 04 kelurahan
berperan aktif untuk menghimbau dan mengajak warganya untuk juga
berpartisipasi dalam program kampung KB ini.
Seperti dengan pernyataan yang dikatakan oleh Suaibah bahwa :
“yah selain jadi RW 4 di Panggung Rejo, saya juga menjadi Kader
dari Badan PP & KB. Jadi saya yang membantu untuk menggerakan
warga di Panggung Rejo yang khususnya yah yang warga RW 4.”
79 Universitas Kristen Petra
Hal ini menunjukan bahwa secara sadar namun tanpa paksaan aparatur
daerah ini dengan sendirinya menyebarkan informasi kepada warganya untuk
dapat berperan aktif dala membangun keluarga berencana yang sejaterah.
4.6.2.3. Tokoh Agama
Seperti yang dieketahui bersama bahwa mayoritas masyarakat yang ada di
kota Pasuruan khususnya di wilayah Panggungrejo beragama Islam. Dan
masyarakat ini masih merasa bahwa mengguna KB ini merupakan hal yang
berdosa, karena mereka beranggapan bahwa anak merupakan titipan yang
berharga dari Tuhan, dan sudah patunya mereka mensyukuri berkat yang akan di
titipkan Tuhan kepada mereka, kan menghalangi maupun mencegah. Perbedaan
polah berfikir ini terjadi ditengah-tengah masyarakat khususnya yang beragama
Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Suaibah bahwa
“yah kan kami yang umat muslim beranggapan bahwa anak itu
rejeki mbak, masak rejeki dihalangi,kan dosa kalau gitu mbak.
Bidang Advokasi dan KIE BPPKB Kota Pasuruan melakukan komunikasi
atau pendekatan dari aspek strategi oprasional dimana dengan memalui
pendekatan opreasional ini dilakukan pendekatan secara kemasyarakatan.Dengan
sebelumnya BPPKB Kota Pasuruan yang telah mengetahui keadaan masyarakat
mengenai opini dan nilai-nilai apa yang mereka yakini, maka pendekatan dengan
Tokoh Agama merupakan pendekatan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
isue yang berkembang bahwa masyarakat yang beragama muslim tidak boleh
melakukan ber-KB karena masyarakat meyakini bahwa itu merupakan hal yang
berdosa atau haram. Namun dari kacamata agama setelah adanya pendekatan dari
Bidang Advokasi dan KIE kepada Tokoh Agama yang ada di wilayah
Panggungrejo ternyata konsep “haram” yang dimaksud sangatlah berbeda.
Suwaji mengatakan bahwa yang diharamkan adalah niatannya ber-KB
untuk melepas tanggungan yang lebih besar baik dari segi ekonomi dan non
ekonomi. Hal ini akan halal jika motivasinya untuk mempersiapkan diri sebagai
orang tua yang bertanggung jawab secara maetril dan non materil. Suwaji juga
menjelaskan bahwa memang ada ayat yang menyatakan bahwa kami umat Islam
tidak diijinkan menghalangi proses terjadinya kehidupan, namun jika dilandasi
dengan alasan yang baik dan benar hal ini diperbolehkan. Hal yang dibenarkan
adalah jika menyangkut kesehatan, dan keberlangsungan hidup calon anak
80 Universitas Kristen Petra
kedepannya apa calon orang tua memiliki kemampuan dalam merawat dan
mendidik.
Setelah terjadi proses komunikasi dan pertukaran informasi serta adanya
kata sepakat dari Tokoh Agama di Kelurahan Panggungrejo mengenai
pemahaman bahwa sosialisasi Kampung KB ini memiliki niatan dan tujuan yang
baik kedepannya maka Tokoh Agama di Panggungrejo menyambut dengan baik
program Kampung KB ini.Dengan suasana yang lebih santai seperti setelah
pengajian atau sekedar duduk bersama Tokoh Agama dalam hal ini adalah Ustad
yang ada di Panggungrejo menghimbau atau istilahnya “melempar bahasa”
kepada masyarakat setempat bahwa ber-KB merupakan hal yang baik dan
menjelaskan letak haram dan hallalnya.
Melalui pendekatan oleh Tokoh Agama kepada masyarakat yang
mayoritas beragama muslim ini mulai perlahan mau mengerti dan merubah cara
berpikir. Dimana Suaibah juga menjelaskan bahwa melalui penjelasan dari Tokoh
agama yang ada di sekitar wilayah, masyarakat perlahan mau menerima
informasi, mau mengerti maksud baiknya, dan perlahan masyarakat yang
mayoristas muslim ini mau merubah pola pikirnya mengenai ber-KB. Hal ini
dipertegas dengan pernyataan Suaibah bahwa
“Yah cuman setelah dijelaskan sama Pak ustad waktu ppengajian,
Alhamdullilah sebagian warga mau mendengarkan, mau mengerti,
mangkanya ikut seta sampai sekarang.”
Sama hal nya seperti yang dikatakan oleh Maulitah selaku Advokasi dan
KIE Provinsi Jawa Timur bahwa,
“ Iya, kita tidak bisa mempungkiri bahwa masyarakat kita ini masih
suka ikut-ikutan, apa lagi yang mereka jadikan contoh adalah orang
yang sudah dianggap memiliki ilmu agama lebih tinggi seperti Ustad
atau tokoh ulama lainnya. Dari situ kami pun menghimbau penyuluh
lapangan untuk menjalin silahturami yang baik dengan toko agama
setempat, supaya mempermudah penyuluh lapangan untuk bisa
berinteraksi dengan masyarakat.”
Proses pendekatan dengan Tokoh Agama ini di lakukan oleh BPPKB
karena dianggap sangat perlu, karena isue yang terjadi dilapangan kan hanya
berlatar belakang mengenai pengetahuan akademis saja, namun sudah masuk
kerana keyakinan yang dianut. Maka dari itu, BPPKB melakukan pendekatan
dengan Tokoh Agama, dengan cara memberikan edukasi, meminta masukan,
berdiskusi, sampai pada di suatu titik kedua belah pihak menyatukan pemikiran,
81 Universitas Kristen Petra
sehingga Tokoh Agama juga mengerti akan pentingnya ber-KB dan menjelaskan
dari sisi agama mana yang sebenarnya yang diharamkan dan mana yang tidak.
Sehingga setelah tercapai kesepahaman atau kata sepakat, baru mulailah Tokoh
Agama mulai menghimbau masyarakat baik secara langsung saat sedang duduk
santai maupun pada saat melakukan pengajian.
4.6.3. Komunikasi Mengenai Kampung KB
Dalam melakukan proses strategi komunikasi mengenai sosialisasi
Kampung KB banyak strategi komunikasi yang dilakukan oleh Bidang Advokasi
dan KIE BPPKB Kota Pasuruan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh Bidang
Advokasi dan KIE dalam mensosialisasikan Kampung KB diantaranya rapat
koordinasi desa, dan masyarakat-word of mouth.
4.6.3.1. Rapat Koordinasi Desa
Sebelum membuat atau meresmikan program Kampung KB Bidang
Advokasi dan KIE melakukan pendekatan dengan pemangku kepentingan dari
Pemerintahan Kota, Kecamatan, Kelurahan, sampai ke RT dan RW. Pendekatan
dimulai dengan melakukan pertemuan untuk meminta persetujuan serta dukungan
dari pemangku kepentingan agar program Kampung KB dapat dijalankan. Setelah
mendapatkan persetujuan Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan mengadakan
Rapat Koordinasi Desa atau yang biasa dikenal dengan (RAKORDES).
Cutlip, Center & Brown menyebutkan “public relations is the distinctive
management function which help establish and mutual lines communications,
understanding, acceptance, and cooperation between an organization and its
public.” yang artinya Public Relations atau humas adalah fungsi manajemen
secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam
komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dengan
berbagai publiknya (Soemirat & Ardianto, 2010,p.14)
RAKORDES diadakan setiap dua minggu sekali, dengan tujuan agar
setiap apa yang terjadi dilapangan dapat saling dikomunikasikan dan terjadi
proses saling mengerti dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan.Sehingga
kedepannya akan terbentuk kerjasama yang baik dan berkesinambungan dengan
pihak-pihak yang lain. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Suwaji bahwa
saya harus berkoordinasi dengan kelurahan.kemudian kita
berencana membuat pertemuan rakordes (rapat koordinasi
82 Universitas Kristen Petra
desa).tentunya saya sebagai penyulu perannya macem-macem,
kadang jadi moderator, kadang jadi narasumber. Jadi kita msuk
kedalamnya disitu kita juga sudah berkoordinsi dan meng hadirkan
tokoh masyarakat dan kader KB
Sehingga jika nanti terjadi hal yang kurang sejalan dapat segera di atasi. Selain itu
dalam Rakordes ini juga membicarakan mengenai pendanaan untuk program yang
dalam artian pendanaan ini untuk diberikan kembali kepada masyarakat berupa
fasilitas KB. Dalam Rakordes juga di bahas mengenai permasalahan apa atau hal
apa yang dikeluhkan oleh masyarakat yang ada di kelurahan di Panggungrejo.
Sehingga nantikan akan mendapatkan solusi untuk kendala-kendala yang terjadi
atau hal yang selama ini mengganjal di masyarakat.
Dengan adanya Rakordes ini Penyuluh Lapangan yang mewakili Bidang
Advokasi dan KIE Kota Pasuruan dapat menyampaikan pendapat dari masyarakat
di kelurahan Panggungrejo, dan harapannya dalam setiap Rakordes yang diadakan
akan membuat Tokoh masyarakat dalam hal ini Camat,Lurah, dan RT/RW saling
berkesinamngan dalam mengatasi keluhan masyarakat. Dan dari sisi lain secara
tidak langsung ada partisipasi aktif yang diberikan dari jajaran pemerintahan
untuk menyukseskan program Kampung KB ini.
4.6.3.2. Masyarakat -Word Of mouth
Sebagai lembaga yang mengemban tugas untuk menggerakan masyarakat,
BPPKB Kota Pasuruan sadar bahwa target utama mereka adalah semua
masyarakat, baik pasutri, tua atau muda, dan sudah menikah atau belum. Semua
lapisan masyarakat diharapkan untuk ikut serta dalam menyukseskan program
pemerintah untuk menekan angka pertumhan penduduk. Pendekatan dengan
masyarakat ini tidak bisa dilakukan sekali atau dua kali,namun secara bertahap
dan perlahan. Hal ini dilakukan agar masyarakat tergerak sendiri kan karena unsur
dipaksa. Biasanya penyuluh melakukan pendekatan dengan komunikasi
interpesonal, dalam artian mencoba berbicara sebagai teman kan sebagai orang
yang lebih pintar atau orang yang menghakimi mengenai pola pikir yang di anut
oleh masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Suwaji bahwa beliau melakukan
komunikasi interpersonal, dan beliau meningkatkan intensitas pertemuan dengan
masyarakat setidaknya dua kali dalam sebulan.
83 Universitas Kristen Petra
Pada saat berkomunikasi dengan masyarakat penyuluh dari BPPKB Kota
Pasuruan selalu menyesuaikan cara mereka berkomunikasi dengan konteks
pembicaraan yang akan mereka bahas. Jika membicarakan mengenai himbauan
untuk mengikuti program KB atau dalam hal ini untuk meghimbau agar
masyarakat ikut dalam program kampung KB penyuluh lebih memilih cara
berkomunikasi yang informal, hal ini dikarenakan untuk membuat suasana lebih
santai, dengan membuat suasana lebih santai dan nyaman akan membuat
penyuluh lebih mudah untuk memberitaukan infomasi mengenai program atau
informasi secara mengalir sehingga masyarakat tidak sadar bahwa yang sedang
dilakukan adalah mempersuasi masyarakat untuk mendukung program pemerintah
untuk menekan angka kelahiran yang ada serta untuk menjaga kesehatan
reproduksi dan menjamin kesejateahan keluarga. Hal ini ditegaskan oleh Suwaji
mengenai cara pendekatan yang dilakukan oleh penyuluh bahwa
Supaya lebih cepat dipahami oleh masyarakat,kita ngikut saja sambil
lempar-lempar program. Kalau da prosedural nanti kaku,
masyarakatanya jadi nggak nyaman”
Disisi lain juga ada kekuatan word of mouth yang maksud adalah
komunikasi dari mulut ke mulut. Dimana Menurut Effendy (2003, p. 305)
menyatakan bahwa komunikasi dari mulut kemulut memiliki nilai pemasaran
yang tinggi, dan word of mouth memiliki model hirarki respon yaitu
attention,interest, desire, decision, action. Dari sini dapat dijabarkan lebih luas
lagi bahwa masyarakat yang sudah mau sedikit memka diri untuk nemerima
informasi akan memberikan perhatian (attention). Selanjutnya setelah mereka
mengetahui bahwa sebenarnya program Kampung KB ini bermanfaat bagi
kehidupannya akan muncul rasa tertarik (interest). Kemudian setelah mengetahui
lebih dalam mengenai program Kampung KB atau sesudah mengikuti sosialisasi
awal yang diadakan, mereka baru akan muncul penilaian suka dan tidak suka
(desire). Setelah muncul opini tersebut mereka masuk dalam tahapan memutuskan
untuk mau ikut mencoba mengetahui lebih dalam atau berhenti dan tidak
mengikuti sosialisasi lebih lanjut lagi (dessicion). Dan pada tahapan akhirnya
adalah cerminan tindakan yang mereka lakukan yaitu jita tidak mereka tidak akan
84 Universitas Kristen Petra
mengikuti kegiatan Kampung KB lagi dan jika iya mereka akan terus mengikuti
kegiatan.
Dari runtutan diatas masyarakat tidak berdiam diri dan bergumul dengan
dirinya namun melakukan pemastian atau mencari pendapat orang lain untuk
meyakinan dirinya. Pada saat melakukan peyakinan diri secara tidak langsung
mereka juga menyebarakan informasi mengenai program Kampung KB. Dari
situlah kekuat word of mouth muncul dan menjadi salah satu media komunikasi
yang sangat efektif di kelurahan Panggungrejo.
Menurut James E.Grunig yang dikutip oleh Ruslan (2010, p. 105) Salah
satu model komunikasi Public relations yaitu model komunikasi simetris dua arah
(Model-Two Way Symmetrical) yang menggambarkan bahwa suatu komunikasi
propaganda (Kampanye) melalui dua arah timbal balik yang berimbang. Melalui
model ini, akan lebih mudah untuk membentuk pemahaman publik dengan
strategi komunikasi yang sudah ditentukan sebelumnya karena model ini dianggap
lebih etis dalam penyampaian pesanpesan (informasi) melalui teknik komunikasi
membujuk (persuasive communication) untuk membentuk saling pengertian,
dukungan dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Balance
Two way Communications
Flow
Bagan 4.1. Model Two Way Symmetrical
Sumber : Ruslan, 2010
Dari penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa model
komunikasi public relations simetris dua arah (Model-Two Way Symmetrical)
merupakan model komunikasi memiliki komunikasi timbal balik sehingga lebih
dapat dipercaya dalam penyampaian pesannya dan lebih mudah mencapai strategi
komunikasi yang diinginkan. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah Advokasi
dan KIE BPPKB Kota Pasuruan melakukan proses komunikasi dua arah dalam
menyosialisasikan program “Kampung KB”. Dimana dari awal proses pendekatan
Bidang Advokasi dan KIE BPPKB Kota Pasuran sebelumnya telah meminta
pendapat dari semua stakehoder, melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
Source
(Organization)
Receiver
(Public)
85 Universitas Kristen Petra
masyarakat melalui perkenalan pertama pada saat di pendopo Kelurahan
Panggungrejo. Sampai pada akhirnya mendapat berbagai macam respond yang
salah satunya adalah penyampaian informasi dari mulut ke mulut.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara peneliti dilapangan,
peneliti menemukan bahwa peran stakeholder sangat penting bagi berlangsungnya
proses word of mouth ditengah masyarakat. Dimana melalui peran dari
stakeholder yang dalam hal ini stakeholdernya adalah Tokoh Masyarakat dan
Tokoh Agama yang ada di daerah Panggungrejo, yang mana stakeholder
menyampaikan informasi melalui pertemuan informal pada saat selesai pengajian,
PKK, dan juga pada saat duduk santai bersama didepan rumah. Melalui
penyampaian informasi informal yang dilakukan oleh stakeholder dari BPPKB
Kota Pasuruan membuat masayarakat yang ada di sekitar Panggungrejo menjadi
lebih percaya dan membuat masyarakat mau dengan perlahan menerima
informasi.
Hal ini berdampak positif bagi BPPKB Kota Pasuruan dimana jika dilihat
dari sisi masyarakat, yang mungkin tidak sadar bahwa mereka telah melakukan
penyebaran informasi pada saat duduk santai bercerita (cangkrukan), pada saat
ibu-ibu melakukan rujakan atau kegiatan masyarakat lainnya. Proses komunikasi
dan penyebaran dari mulut ke mulut telah terjadi secara spontan karena adanya
rasa kedekatan karena yang menyampaikan informasi adalah orang-orang yang
ada di sekitar mereka seperti Tokoh Masyarakat dan Tokoh agama. Hal ini secara
tidak langsung menghimbau, mengajak dan membuata masyarakat yang awalnya
tidak perduli mengenai KB sakarang menjadi mau mengetahui, yang tadinya tidak
mau ikut serta dalam kegiatan sosialisasi Kampung KB sekarang mau ikut serta,
dan harapannya masyarakat yang belum ber-KB perlahan akan melakukan proses
ber-KB.
4.6.4. Evaluasi
Dalam pengadaan sebuah program maka akan ada evaluasi dimana fungsi
utama evaluasi, pertama memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh ketuhan, nilai dan kesempatan
yang telah dicapai melalui tindakan public. Kedua, evaluasi memberi sumbangan
pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan
86 Universitas Kristen Petra
dan target, nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan
dan taget dalam hungan dengan masalah yang dituju yang dapat menganalisis
alternative sumber nilai (misalnya kepentingan kelompok) maupun landasan
mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (misalnya teknis, ekonomis, legal,
social, substantif). Dalam Nugroho (2004, p.85) mengatakan bahwa evaluasi akan
memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan
yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui
tindakan public.
Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan dalam mengevaluasi program
Kampung KB ini melakukan dua kali proses evaluasi. Proses evaluasi yang
pertama dimana penilaian secara resmi dari BKKBN Pusat yang sudah berupa
lembaran serperti kuisioner yang diisi oleh semua peserta program Kampung KB.
Setelah terisi selanjutnya di scan secara sitematis dan dikirimkan ke BKKBN
Pusat, dan proses penilaian di lakukan secara intern di BKKBN Pusat. Proses
evaluasi yang kedua dilakukan oleh Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan
secara manual dengan memakai tolak ukur berupa kenaikan jumlah kesertaan
pasutri untuk ber-KB yang data diterima dari puskesmas, dan turunnya angka
kelahiran (TRF). Seperti yang ditegaskan oleh Suwaji mengenai proses evaluasi
bahwa,
“Kita mengukurnya dengan melakukan evaluasi. Kita bekerja sama
dengan puskesmas, dimana setiap lan siapa saja penerima KB baru
akan dilaporkan ke kita. Kita juga punya target capaian KB dari
provinsi.Kemudian dengan adanya Kampung KB, apa reaksinya. Itu
bisa untuk mengukur.selain itu intansi terkait juga akan
mengevaluasi.
Dari peyataan tersebut dapat dikatakan bahwa proses evaluasi sudah
dilakukan secara menyeluruh dan ada target capaian yang harus dipenuhi oleh
Bidang Advokasi dan KIE Kota Pasuruan memalui program Kampung KB ini.
Dimana kembali kepada tujuan utamanya yaitu untuk membuat masyarakat
menjadi sadar akan pentingnya ber-KB, meningkatkan kesertaan ber-KB dan
menurunkan angka kelahiran (TRF). Hal ini dibenarkan oleh Maulitah selaku
Advokasi dan KIE Provinsi Jawa Timur bahwa,
87 Universitas Kristen Petra
“Semua evaluasi untuk program Kampung KB ini dibuat sama
seluruh Indonesia dan yang mengakumulasi penilaian juga dari
BKKBN Pusat, ini supaya dapat dilihat apa program Nasional ini
mendapat respon yang positif dimasyarakat dan penilaiannya
langsung secara global. Tapi laporan yang setiap tahun yang secara
rinci dilihat dari angka keberhasilan capaian kesertaan KB dan juga
turunya angka kelahiran yang dilaporkan menyeluruh setiap
semester perjalanan program”
Pada tahapan terakhir yang disebut dengan evaluasi ini, adalah sebuah
teknik pengukuran hasil dari program yang telah dilakukan oleh Public
Relations atau dalam hal ini yang dilakukan oleh Bidang Advokasi dan KIE
BPPKB Kota Pasuruan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses program
tersebut masih sedang berjalan (Elvinaro Ardianto, 2011, p.217). Hal ini
menjelaskan bahwa proses evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam sebuah
strategi komunikasi. Pada tahapan ini, perusahaan akan mendapatkan hasil
jawaban dari program yang telah dibuat oleh Public Relations pada sebuah
perusahaan. Dimana hasil ini akan menunjukan tingkat keberhasilan seperti apa
yang di dapat bagi perusahaan melalui program yang telah dibuat. Dalam hal ini
Bidang Advokasi dan KIE melakukan evaluasi atau proses pengukuran tingkat
keberhasilan yang mana dapat dilihat dari naiknya tingkat kesertaan ber-KB,
turunnya angka TRF (kelahiran) yang menunjukan ≤ 2,2 % , dan adanya
keterbukaan dari masyarakat di Panggungrejo dalam menerima informasi
mengenai program Kampung KB.
Hasil runtutan strategi komunikasi yang dilakukan oleh Bidang Advokasi dan KIE
Badan Pemberdaya Perempuan Kota Pasuruan dalam Mensosialisasikan Program
Kampung KB dapat di gambarkan sebagai berikut:
88 Universitas Kristen Petra
Berikut ini adalah runtutan Strategi Komunikasi Bidang Advokasi dan
KIE Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan
dalam Menyosialisasikan Program Kampung KB
Bagan 4.2. Runtutan Stategi Komunikasi
Sumber : Olahan Penulis, 2016
Strategi Komunikasi Bidang Advokasi dan KIE Badan Pemberdaya Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Pasuruan dalam Mensosialisasikan Program Kampung KB di
Panggungrejo Kota Pasuruan.
Visi dan Misi BPPKB
Mewujudkan masyrakat Kota Pasuruan yang perduli perempuan dan anak serta
berkeluarga berencana
Nawacita Presiden Jokowi
Membangun Indonesia dari pinggiran dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Strategi Komunikasi
Program Kampung KB
Riset:
Identifikasi wilayah (daerah kumuh, SDM rendah, ekonomi lemah,
dan tingkat kesertaan ber-Kb rendah
Pendekatan dengan Stakeholder
Pemerintah Daerah Kota Pasuruan,Dinas-Dinas Kota Pasuruan,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat Kelurahan
Panggungrejo
Komunikasi- Word of Mouth
Penyebaran informasi dari BPPKB kepada Stakeholder
Stakeholder menyebarkan ke masyarakat
Masyarakat satu ke masyarakat lain
Evaluasi
Kuisioner
Angka TRF (Kelahiran)≤ 2,2