Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
75
Universitas Kristen Petra
Gam
bar
4.1
. B
agan
seja
rah g
ereja
dan p
erkem
bang
an g
aya
Pem
bangu
nan g
ereja
ini
dil
akukan p
ada
tahun 1
86
2,
ber
dek
atan
den
gan m
uncu
lnya
gaya
neo
goti
k d
an m
asa
revo
lusi
indu
stri
. O
leh k
arena
itu,
bes
ar k
em
ungk
inan G
PIB
Im
manuel P
robo
linggo
ter
pen
gar
uh g
aya
neo
goti
k d
an m
asa
rev
olu
si i
ndust
ri.
4. ANALISIS
Berikut adalah bagan perkembangan sejarah gereja dan perkembangan gaya.
76
Universitas Kristen Petra
Gereja mula-mula terbentuk pada sekitar tahun 30-34 Masehi. Pada masa
ini, gaya yang berkembang adalah gaya Byzantium dan Romanik. Kemudian pada
tahun 1200 muncul gaya gotik. Gaya ini muncul untuk menunjukkan kemegahan
gereja dengan tujuan untuk memberikan kesan besarnya kekuatan Tuhan dan orang-
orang yang menyembahnya. Bangunan tinggi dan menjulang ke langit
menggambarkan aspirasi yang tinggi dan harapan untuk mencapai surga. Namun,
pembangunan gereja dengan gaya gotik memakan waktu yang cukup lama dan
biaya yang sangat besar karena bangunan pada umumnya terbuat dari batu.
Pada tahun 1700, mulai muncul gagasan-gagasan untuk menghidupkan
kembali gaya gotik yang sudah lama dilupakan masyarakat. Kebangkitan kembali
gaya gotik ini disebut dengan neogotik atau gothic revival. Gaya ini sangat mirip
dengan gaya gotik lama, perbedaannya hanya terletak pada ornamen yang
disederhanakan. Selain itu, gaya neogotik menggunakan material yang lebih
modern seperti besi sehingga teknik flying buttress tidak lagi digunakan.
Disisi lain, terjadi revolusi industri pada tahun 1750-1850. Hal ini
menyebabkan banyak produksi beralih kearah fabrikasi. Material besi menjadi
salah satu alternatif bahan bangunan karena dapat diproduksi massal dan
menghemat waktu serta biaya.
Gereja Protestan terbentuk setelah pecahnya Kristen Katolik dan Protestan
yang dipelopori oleh Martin Luther (tahun 1517). Pengenalan agama Protestan
sendiri dimulai pada tahun 1860 di Indonesia. GPIB Immanuel Probolinggo
merupakan salah satu gereja Protestan di Indonesia yang dibangun pada tahun 1862.
Oleh karena itu, besar kemungkinan GPIB Immanuel Probolinggo terpengaruh
gaya neogotik dan masa revolusi industri.
Berikut adalah analisis gaya yang mempengaruhi GPIB Immanuel
Probolinggo. Bagian-bagian yang akan dianalisis meliputi bentuk bangunan,
layout, elemen interior pembentuk ruang, elemen pengisi ruang, dan elemen
transisi.
77
Universitas Kristen Petra
4.1. Bentuk Bangunan
Berikut adalah tabel perbandingan bentuk bangunan GPIB Immanuel Probolinggo.
Data Literatur Data Lapangan
Gambar 4.2. Contoh bangunan gereja
bergaya gotik
sumber: Grodecki, Louis (1977)
Gambar diatas merupakan contoh
gereja dengan gaya gotik. Salah satu
ciri dari gaya gotik adalah bangunan
menggunakan atap pelana (Grodecki:
1977).
Gaya neogotik pembangunanya lebih
bersifat modern dan efisien. Salah
satunya adalah penggunaan
konstruksi besi yang merupakan salah
satu produk dari revolusi industri.
(Pile, John: 2000).
Gambar 4.3. Tampak depan GPIB
Immanuel
Gambar diatas merupakan tampak
depan GPIB Immanuel Probolinggo.
Dapat dilihat pada gambar bahwa gereja
ini menggunakan atap pelana.
Selain itu, material yang digunakan
gereja ini adalah besi. Hal ini juga
merupakan salah satu ciri dari gaya
neogotik.
Analisis:
Bentuk bangunan gereja ini memiliki persamaan dengan gereja yang terpengaruh
gaya gotik dan neogotik. Hal ini dapat dilihat dari bentuk atap, yaitu atap pelana.
Material besi yang digunakan juga merupakan salah satu ciri dari gaya neogotik.
Tabel 4.1. Perbandingan bentuk bangunan GPIB Immanuel Probolinggo
78
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Layout GPIB Immanuel
Gambar diatas merupakan layout GPIB Immanuel probolinggo. Pada bagian
bertanda merah, terdapat rangka besi sebagai penopang utama bangunan ini.
Gambar 4.5. Potongan GPIB Immanuel
Gambar diatas merupakan potongan GPIB Immanuel Probolinggo.
Konstruksi besi penyangga
79
Universitas Kristen Petra
Pengaruh revolusi industri (1750-1850) berakibat pada cara pembuatan dan
pemasangan suatu bangunan. Setelah terjadinya revolusi industri, peranan industri
besi menjadi hal yang sangat penting karena seluruh produksi lebih kearah fabrikasi
(teknik pengerjaan dengan mesin) dan bukan oleh tangan lagi seperti sebelumnya.
Oleh karena itu, besi lebih banyak digunakan karena telah ditemukannya metode
yang lebih mudah dan murah untuk membuat cor besi serta dapat diproduksi secara
massal. Contoh bangunan yang menggunakan besi sebagai material substitusi untuk
kolom struktural dan rusuk atap untuk bangunan dan komersial adalah sebagai
berikut.
Analisis:
Mengamati struktur dan tampak bangunan, GPIB Immanuel ini juga terpengaruh
masa revolusi industri karena sebagian besar materialnya menggunakan besi
dengan proses fabrikasi (menggunakan mesin). Material besi digunakan karena
dianggap lebih efektif dan efisien dibandingkan material batu seperti pada gaya
gotik abad pertengahan.
Gambar 4.7. Crystal Palace
(1850-1851)
Seluruh struktur bangunan
menggunakan rangka besi dan
ditutup oleh kaca lembaran
Arsitek: Joseph Paxton
Gambar 4.6. Rangka GPIB
Immanuel Probolinggo
80
Universitas Kristen Petra
4.2. Layout
Berikut adalah tabel perbandingan layout gereja bergaya gotik dan GPIB Immanuel
Probolinggo.
Data Literatur Data Lapangan
Gambar 4.8. Bentuk Layout gereja
yang dibangun dengan gaya gotik
sumber: Fletcher :1938
Gambar 4.9. Layout GPIB Immanuel
Probolinggo
Denah bangunan pada gereja bergaya
gotik memiliki bentuk layout
menyerupai salib (Fletcher :1938)
Layout GPIB Immanuel Probolinggo
berbentuk linier dan memanjang
kebelakang.
Tabel 4.2. Perbandingan Layout GPIB Immanuel Probolinggo
Analisis:
Layout GPIB Immanuel Probolinggo berbeda dengan layout bangunan bergaya
gotik. Hal ini berarti layout GPIB Immanuel Probolinggo tidak terpengaruh gaya
gotik.
81
Universitas Kristen Petra
4.3. Elemen Interior Pembentuk Ruang
Elemen interior pembentuk ruang yang akan dibahas meliputi lantai, plafon, pilar,
dan tangga. Sedangkan dinding tidak dibahas karena tidak memiliki nilai estetis
atau terpengaruh gaya desain tertentu.
4.3.1. Lantai
Berikut adalah pembagian ruang pada GPIB Immanuel Probolinggo.
Gambar 4.10. Pembagian area lantai
A
B
C
82
Universitas Kristen Petra
A. Teras
Gambar 4.11. Lantai teras
Pada bagian teras, lantai menggunakan material besi yang diproduksi secara
fabrikasi dan satu set dengan bangunan gereja. Lantai kemudian dicat berwarna
merah sesuai dengan warna gereja dan terdapat tulisan “Gebound Anno 1862”
yang artinya dibuat tahun 1862.
B. Bagian dalam bangunan
Gambar 4.12. Lantai bagian dalam bangunan
Sedangkan pada bagian dalam bangunan, material yang digunakan adalah batu
granit. Pola yang digunakan adalah geometris.
Pada gaya neogotik bahan lantai yang banyak digunakan adalah batu, ubin,
marmer, dengan bermacam-macam warna dengan menggunakan pola geometris
dan ornamen yang lebih sederhana (Pile, John: 2000).
83
Universitas Kristen Petra
C. Balkon lantai 2
Gambar 4.13. Lantai bagian balkon
Pada balkon lantai 2, lantai menggunakan material kayu yang dilapisi cat
berwarna merah. Pak Tahapari selaku majelis GPIB Immanuel Probolinggo
mengatakan, material ini tidak 1 set dengan bangunan gereja, melainkan
penambahan pada saat pembangunan gereja dilakukan.
Analisis:
Material asli lantai pada GPIB Immanuel Probolinggo adalah besi, karena gereja
ini merupakan bangunan yang diproduksi 1 set dengan sistem knockdown (pada
lantai teras terdapat tulisan dibuat 1862) . Namun seiring dengan berjalannya waktu
terjadi penambahan material granit (batu alam) pada bagian dalam bangunan untuk
menyesuaikan dengan bentuk bangunan yang terkesan bergaya neogotik. Hal ini
sesuai dengan karakteristik gaya gotik yang paling utama yaitu penggunaan batu
alam sebagai bahan pembangunannya (Pile, John: 2000). Material kayu sendiri
digunakan pada balkon lantai 2 karena penyesuaian terhadap bahan yang ada di
lingkungan sekitar pada jaman itu.
84
Universitas Kristen Petra
baut
4.3.2. Plafon
Gambar 4.14. Plafon GPIB Immanuel
Gambar 4.15. Teknik sambungan pada besi
sumber: Fabro, Mario Dal. (1976)
Plafon GPIB Immanuel berbentuk pelana (meruncing keatas) dan terbuat dari besi
dengan lapisan plywood dibagian dalamnya. Rangka plafon seluruhnya terbuat dari
besi dengan sistem knockdown.
Analisis:
Pada bagian plafon, tidak terdapat ornamen tertentu. Rangka besi dan sambungan-
sambungannya diekspos untuk menunjukkan konstruksi knock down sebagai hasil
dari era industrialisasi pada jamannya (akibat revolusi industri).
85
Universitas Kristen Petra
4.3.3. Pilar
Gambar 4.16. Pilar GPIB Immanuel
Terdapat 2 pilar pada bagian dalam bangunan. Kedua pilar ini terletak di bawah
balkon, berfungsi sebagai penyalur beban dari lantai 2 ke lantai 1. Pilar memiliki 2
bagian, yaitu kepala dan tubuh.
Analisis:
Pilar terbuat dari material besi yang dibuat dengan sistem fabrikasi. Menurut
majelis gereja GPIB Immanuel Probolinggo, Pak Tahapary, ornamen flora yang
terdapat pada kepala pilar memiliki arti bunga lily. Hal ini sesuai dengan salah satu
ciri dari gaya gotik, yaiu pada kepala pilar biasanya dihiasi dengan ukir-ukiran flora
(bunga ataupun daun-daunan) (Pile, John: 2000).
86
Universitas Kristen Petra
4.3.5. Tangga
Gambar 4.17. Detail tangga
Tangga pada bangunan GPIB Immanuel ini juga menggunakan material besi
dengan proses fabrikasi. Pada bagian ujung handle tangga terdapat ornamen bunga
lily yang merupakan salah satu lambang dalam agama Kristen.
Analisis:
Tangga pada GPIB Immanuel Probolinggo juga menggunakan material besi dengan
beberapa motif bunga lily pada bagian handle. Hal ini berarti bagian tangga juga
terpengaruh masa revolusi industri karena dibuat dengan sistem fabrikasi.
87
Universitas Kristen Petra
4.4. Elemen Transisi
Elemen transisi yang akan dibahas meliputi pintu dan jendela yang ada pada GPIB
Immanuel Probolinggo.
4.4.1. Pintu
Pintu yang akan dibahas pada bagian ini adalah pintu masuk utama dan pintu masuk
konsistori. Sementara pintu lain tidak dibahas karena tidak memiliki nilai estetika
atau terpengaruh gaya desain tertentu.
Gambar 4.18. Elemen transisi pada layout GPIB Immanuel
A
B
a a
b b
c c
88
Universitas Kristen Petra
Data Literatur Data Lapangan
Gambar 4.19. Pintu pada bangunan
bergaya gotik
Pintu utama pada gaya gotik dijadikan
pusat perhatian dengan cara diberi
banyak hiasan dan ornamen yang
bernilai seni tinggi. Dinding diantara
kerangka biasanya berbentuk
melengkung dan mengarah keatas
(Boediono 1997:97-104).
A. Pintu masuk utama
Gambar 4.20. Pintu masuk utama
Pintu masuk utama menggunakan
material kayu dengan bentuk
melengkung dan mengarah keatas.
Bentuk ini merupakan salah satu ciri
dari gaya gotik. Biasanya pada gaya
gotik terdapat banyak ornamen yang
bernilai seni tinggi. Namun, pada pintu
utama GPIB Immanuel tidak terlalu
banyak ornamen.
B. Pintu masuk konsistori
Gamba 4.21. Pintu masuk konsistori
Pintu masuk konsistori juga
menggunakan material kayu dengan
bentuk melengkung dan mengarah
keatas. Pintu masuk konsistori juga
tidak memiliki terlalu banyak ornamen.
Tabel 4.3. Perbandingan Pintu GPIB Immanuel Probolinggo
89
Universitas Kristen Petra
Analisis:
Pada pintu masuk utama (A) dan pintu masuk konsistori (B) dapat disimpulkan
terpengaruh gaya neogotik karena bentuk pintu mirip dengan gaya gotik yaitu
melengkung dan mengarah keatas namun pada bagian ornamennya mengalami
penyederhanaan.
4.4.2. Jendela
Data Literatur Data Lapangan
Gambar 4.22. Contoh jendela pada
bangunan bergaya gotik
Tiang dan kerangka jendela gotik yang
diberi hiasan ukiran dan ornamen
biasanya disebut dengan masswerk.
Sama seperti jendela lainnya,
masswerk juga terbuat dari bahan
stained glass yang berwarna-warni
(Boediono 1997:97-104).
a. Jendela 1 daun
Gambar 4.23. Jendela 1 daun
Bentuk jendela pada bangunan ini juga
melengkung dan mengarah keatas
dengan beberapa ornamen bunga lily
menggunakan kaca patri. Jendela
dibuka kearah vertikal.
b. Jendela 2 daun
Gambar 4.24. Jendela 2 daun
Sama seperti jendela 1 daun, bentuk
jendela ini juga melengkung dan
90
Universitas Kristen Petra
mengarah keatas. Hanya saja, ornamen
yang terdapat pada jendela ini lebih
sederhana. Jendela dibuka kearah
horizontal.
c. Jendela mati
Gambar 4.25. Jendela mati
Terdapat 2 macam jendela mati. Yang
pertama, jendela dengan bentuk mirip
jendela 1 dan 2 daun. Perbedaannya
terletak pada fungsinya. Jendela
dengan daun selain berfungsi untuk
pencahayaan juga berfungsi sebagai
sirkulasi udara didalam ruangan
(penghawaan). Sedangkan jendela mati
hanya berfungsi sebagai pencahayaan
saja.
Gambar 4.26. Rose window
Pada bangunan bergaya gotik, biasanya
dihiasi dengan sebuah jendela bulat
besar yang berbentuk bunga mawar dan
terbuat dari kaca mosaik yang
Yang kedua, jendela berbentuk bulat
dengan ornamen yang disebut dengan
91
Universitas Kristen Petra
berwarna-warni (Boediono 1997:97-
104).
Gambar 4.27. Rose window dengan
motif floral
sumber: Aldrich, Megan. (1994)
rose window. Jendela ini terbuat dari
kaca patri berwarna dengan tema motif
floral dan terdiri dari 8 titik.
Gambar 4.28. Rose window pada
GPIB Immanuel
Tabel 4.4. Perbandingan Jendela GPIB Immanuel Probolinggo
Analisis:
Bentuk jendela pada GPIB Immanuel Probolinggo mirip dengan jendela pada
bangunan bergaya gotik. Namun, ornamen pada bangunan gereja ini terlihat lebih
sederhana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jendela-jendela pada gereja ini
terpengaruh oleh gaya neogotik.
92
Universitas Kristen Petra
4.5. Elemen Pengisi Ruang
Elemen pengisi ruang yang akan dibahas adalah mimbar pelayan firman.
Sedangkan furniture yang lain tidak dibahas karena tidak memiliki nilai estetika
atau terpengaruh gaya desain tertentu.
4.5.1. Mimbar
a. Mimbar Pelayan Firman
Berikut adalah tabel perbandingan mimbar pelayan firman pada GPIB Immanuel
Semarang Probolinggo.
Data Literatur Data Lapangan
Gambar 4.29. Meja altar pada gereja
bergaya gotik
sumber: Boediono, 1997
Meja altar pada gereja bergaya gotik
memiliki ornamen dekoratif pada
bagian kaki yang sangat rumit
(Boediono: 1997).
Gambar 4.30. Mimbar pelayan firman
GPIB Immanuel Probolinggo
Mimbar ini memiliki konstruksi
melayang. Mimbar ini merupakan
elemen pengisi ruang paling tinggi
karena mimbar ini digunakan untuk
pendeta pada saat berkhotbah. Pendeta
merupakan alat Tuhan untuk
menyampaikan firmanNya sehingga
harus lebih dekat dengan Tuhan.
Mimbar ini terbuat dari material besi
hasil fabrikasi.
Tabel 4.5. Perbandingan Mimbar Pelayan Firman
93
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.31. Detail mimbar
Analisis:
Mimbar pada GPIB Immanuel Probolinggo berbeda dengan altar pada gereja
bergaya gotik. Hal ini berarti mimbar pada GPIB Immanuel Probolinggo tidak
terpengaruh gaya gotik ataupun neogotik, melainkan terpengaruh masa revolusi
industri karena menggunakan material besi hasil fabrikasi.