Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
19
Universitas Kristen Petra
4. PEMBAHASAN
4.1. Kebijakan Perusahaan
Sebagai perusahaan terbesar di Indonesia dalam bidang kopi, PT Santos Jaya
Abadi selalu berusaha untuk menunjukkan performa yang terbaik dengan cara
memperhatikan beberapa values sebagai berikut.
Customer Focus. Sesuai dengan salah satu misi yang ingin dicapai oleh
perusahaan, yaitu “Memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan” yang menjadi
fokus utama kerja bagi PT. Santos Jaya Abadi. Perusahaan akan terus bekerja
sesuai dengan kebutuhan pelanggan supaya kepuasan pelanggan menjadi terjamin.
Apapun bentuk kritik dan saran yang diberikan, semaksimal mungkin perusahaan
akan berupaya untuk memperbaiki hal-hal yang membuat ketidakpuasan
pelanggan tersebut.
Continuous Improvement. Tidak hanya kepuasan pelanggan yang menjadi fokus
kerja dari perusahaan ini, tetapi juga dilakukan suatu continuous improvement
supaya terjadi peningkatan pada mutu kerja. Continuous improvement yang
dilakukan tidak hanya untuk hasil dari produk jadi, tetapi juga pada semua aspek
kerja yang ada di dalam perusahaan, seperti melakukan pencapaian lingkungan
yang ideal supaya dapat memenuhi standar ISO 14001 dan melakukan perbaikan
dan meningkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (K3) supaya dapat
meminimalkan atau bahkan mengeliminasi kecelakaan kerja yang terjadi.
Perusahaan akan terus melakukan penyempurnaan standar kerja supaya misi
perusahaan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Teamwork. Dalam pencapaian kesempurnaan visi perusahaan “Menjadi pemimpin
pasar dalam produk makanan dan minuman berbasis kopi di Asia”, sangat
diperlukan penerapan sistem team work. Karyawan PT Santos Jaya Abadi selalu
berusaha meningkatkan skill dan pengetahuan melalui kerja sama yang baik antar
tim. Salah satu hal yang dilakukan oleh karyawan untuk mempererat tim kerja
20
Universitas Kristen Petra
mereka adalah melalui makan siang bersama antar divisi agar saat makan dapat
berbagi pengalaman dan cerita, sehingga secara tidak langsung ada pengetahuan
tambahan yang didapatkan dari mereka dan adanya keterbukaan antara satu
dengan yang lainnya. Diharapkan dari kegiatan tersebut, tim kerja yang dibentuk
dapat semakin solid.
Innovation. Dalam peningkatan kepuasan pelanggan, inovasi juga merupakan
salah satu nilai yang sangat diperhatikan perusahaan. Perusahaan terus melakukan
inovasi dengan memunculkan ide dan metode baru. Diharapkan dengan adanya
inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang terjadi dan dapat meningkatkan
daya saing perusahaan.
4.2. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
PT Santos Jaya Abadi merupakan perusahaan yang berskala multinasional,
yang mana memiliki ribuan karyawan. Hal ini membuat perusahaan harus
memperhatikan kesehatan dan keselamatan karyawan. Apabila K3 tidak diperhatikan
oleh perusahaan, biaya pengobatan kecelakaan karyawan dapat membengkak. Maka
dari itu, perusahaan menerapkan program K3 supaya hal ini dapat meminimalkan
tingkat kecelakaan yang terjadi dan proses kerja menjadi lebih lancar.
Dalam menjalankan program K3, PT Santos Jaya Abadi ini telah membuat
kebijakan K3 yang berisi bahwa perusahaan telah berkomitmen untuk melaksanakan
beberapa prinsip sebagai berikut:
Kesehatan, yaitu perusahaan akan melindungi kesehatan para karyawannya di
lingkungan perusahaan.
Keselamatan, yaitu perusahaan akan menjaga pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta bertanggung jawab pada keselamatan karyawan, rekan kerja dan tamu di
lingkungan perusahaan.
Peraturan, yaitu perusahaan akan mematuhi dan memenuhi peraturan perundangan
K3 yang terkait.
21
Universitas Kristen Petra
Perbaikan berkesinambungan, yaitu perusahaan akan melakukan continuous
improvement dan peningkatan kinerja K3.
Kebijakan K3 merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung
jawab ini tidak dapat dialihkan, namun dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat
yang lebih rendah. Meskipun tanggung jawab milik bersama, tetapi tanggung jawab
utama tetap berada di tangan manajamen puncak.
Langkah awal yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan K3 adalah
membentuk tim K3, yang mana bertujuan untuk menjadi penanggung jawab atas
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3 yang terjadi di dalam perusahaan. Tim
K3 juga mempunyai tugas dalam pembuatan semua program K3 dan program
tersebut nantinya akan diajukan kepada pihak HRD. Pihak HRD mempunyai kuasa
dalam memberikan fasilitas dari pengajuan program K3 tersebut. Langkah yang harus
dilakukan oleh tim K3 supaya program K3 dapat disetujui oleh pihak HRD adalah
membuat proposal dengan alasan yang lengkap dan detail. Apabila program K3
sudah disetujui oleh pihak HRD, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
program K3 kepada manajer yang bersangkutan untuk dijalankan. Kemudian
pengimplementasian program K3 tersebut akan berlanjut sampai kepada para
karyawan. Akhirnya tim K3 akan melakukan pemantauan secara rutin setiap 1 bulan
sekali untuk memantau apakah program K3 sudah berjalan dengan baik atau tidak.
4.3. Program K3 yang Sudah Berjalan
Perusahaan telah menjalankan program K3 sejak tahun 2009. Seiring dengan
berjalannya program K3, perusahaan terus mengupayakan perbaikan sedikit demi
sedikit di lingkungan perusahaan. Program K3 yang sudah berjalan sampai sekarang
adalah dengan memberikan beberapa prosedur kerja, instruksi kerja, APD (Alat
Pelindung Diri) dan rambu peringatan di dalam perusahaan, namun yang menjadi
kendala dalam pemenuhan program K3 adalah program K3 yang dibuat masih sedikit
(belum dilakukan secara maksimal) dan banyak karyawan yang tidak disiplin, serta
kurangnya kesadaran akan pentingnya program K3. Awareness karyawan akan
pentingnya K3 masih sangat rendah.
22
Universitas Kristen Petra
Fasilitas pendukung yang ada di PT Santos Jaya Abadi untuk melancarkan
program K3 adalah dengan memberikan fasilitas pengobatan secara gratis di klinik
yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya fasilitas tersebut, kecelakaan kerja
yang terjadi dapat segera ditangani dengan cepat dan baik.
4.4. Ruang Lingkup K3 Perusahaan
Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan yang diamati
meliputi area office, area luar, area workshop, area maintenance dan area gudang
sparepart.
Office merupakan tempat karyawan melakukan berbagai macam aktivitas,
seperti bekerja, makan dan meeting. Pada area office terbagi lagi menjadi beberapa
area, yaitu ruang HRD (Human Resources Development), gedung utama (lantai 1-3),
ruang check clock karyawan pria dan wanita.
Area luar mencakup beberapa area lagi, yaitu area jalan, area tangki solar, area
lingkungan gedung utama dan gedung utama lantai 4. Pada area luar ini terdapat
beberapa macam aktivitas kerja, seperti aktivitas penyeberangan, perbaikan material
baik di tempat ketinggian maupun tidak di ketinggian, pengaturan kendaraan,
pengisian solar, perawatan dan perbaikan tangki solar, memperbaiki panel listrik dan
lain sebagainya.
Area workshop merupakan tempat modifikasi mesin, perbaikan mesin atau
material yang rusak dan pembuatan material atau mesin baru sesuai dengan
kebutuhan dari bagian produksi. Pada area workshop ini meliputi berbagai macam
aktivitas kerja, seperti proses pengelasan, proses bending, proses pemotongan dengan
plasma, proses pemotongan dengan pisau, proses drilling, proses gerinda dan lain
sebagainya. Pada area ini banyak berhubungan dengan material-material yang tajam,
keras dan berat.
Area maintenance merupakan tempat perawatan dan perbaikan komponen
mesin yang rusak, serta tempat peletakan material mesin. Pada area maintenance ini
terdiri dari beberapa macam aktivitas kerja, seperti proses pengelasan, proses gerinda,
proses bubut, pengambilan komponen mesin dan lain sebagainya.
23
Universitas Kristen Petra
Area gudang sparepart merupakan tempat penyimpanan berbagai macam
material mesin, cairan kimia ,grease dan oli. Pada area gudang, terdiri dari beberapa
macam aktivitas kerja, yaitu proses pengambilan dan peletakkan material mesin,
cairan kimia, grease maupun oli di dalam lemari, penerimaan kemasan baru dan lain
sebagainya.
4.5. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya dilakukan di beberapa area perusahaan non-produksi, yang
mana didasarkan atas potensi bahaya yang ditemukan sesuai dengan pertimbangan
beberapa aspek yang terdapat pada bab 2.3.1.
a. Area Office
Potensi bahaya pada area office diklasifikasikan secara ringkas berdasarkan
faktor man (perilaku manusia), machine (mesin yang digunakan), material
(material yang digunakan), method (metode yang digunakan) dan environment
(pengaruh lingkungan). Berikut adalah pendefinisian sumber bahaya dan hasil
klasifikasi bahaya pada area office.
Pendefinisian sumber bahaya:
Lantai licin: lantai yang dibersihkan masih belum kering, lantai dalam keadaan
basah.
Kurangnya penerangan: kondisi lampu redup/tidak terang.
Data standart rata-rata kekuatan cahaya pada beberapa ruangan (Grandjean,
1997):
a. Kamar mandi: 50-100 lux
b. Ruangan kantor: 300-700 lux
Peletakan rak terlalu pendek: peletakan meja dan kursi di bawah rak. Lebih
jelasnya dapat melihat gambar 4.1 di bawah ini.
24
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1 Peletakan Rak Terlalu Pendek
Lantai tidak rata: permukaan lantai tidak rata. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4.2 Lantai Tidak Rata
Tertabrak saat keluar-masuk toilet: toilet di dalam ruangan hanya terdapat 1,
sehingga terdapat kemungkinan terjadi tabrakan saat hendak keluar/masuk
toilet. Dampak tabrakan dapat menyebabkan seseorang menjadi marah/emosi,
yang mana marah termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan K3.
Getaran akibat truk besar lewat: Ruangan HRD terletak di daerah depan
perusahaan, sehingga pada saat truk besar melewati ruang HRD, ruangan
menjadi ikut bergetar. Selain itu, ruangan HRD juga terletak di depan ruang
produksi, yang mana mesin di dalam ruangan produksi mempunyai getaran di
25
Universitas Kristen Petra
luar batas. Dampaknya dapat dirasakan dan dilihat dari getaran meja di ruangan
HRD. Tabel 4.1 di bawah ini merupakan nilai ambang batas getaran tubuh
manusia.
Tabel 4.1 Nilai Ambang Batas Getaran Tubuh Manusia
Jumlah jam
kerja
Getaran
m/s2 gram
4 - < 8 jam 4 0.4
2 - < 4 jam 6 0.61
1 - < 2 jam 8 0.81
< 1 jam 12 1.22
Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 Tahun 1999
26
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Bekerja dengan
komputer
Posisi badan membungkuk Punggung sakit, pinggang
terasa pegal
Pemberian modul posisi
kerja pemakaian
komputer
Pandangan mata tidak sejajar
dengan peletakan posisi monitor
komputer
Kelelahan pada leher
Tidak berhadapan dengan posisi
komputer
Punggung sakit, pinggang
terasa pegal
Buang air
besar/kecil di
dalam toilet
Membuang sampah di dalam
kloset
Bau tidak sedap, kloset
menjadi buntu Pemberian gambar
petunjuk Tidak menyiram kloset setelah
menggunakan
Bau tidak sedap,
penyebaran penyakit
Tertabrak saat keluar-masuk
toilet Marah/emosi
Pemberitahuan untuk
berhati-hati
Mengambil air
mineral
Kesalahan dalam penekanan
tombol air panas pada dispenser
air
Tangan tersiram air panas Pemberian keterangan
pada dispenser air
Fotokopi Cover mesin fotokopi mengenai
tangan Tangan terjepit
Pemberitahuan untuk
berhati-hati
27
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Memperbaiki
panel listrik Tidak berhati-hati Kesetrum
Pemberian prosedur
memperbaiki panel listrik
Naik-turun tangga Tidak berhati-hati Tersandung anak tangga,
terjatuh, terpeleset
Pemberian rambu dan
peringatan hati-hati
Duduk di kursi
beroda Tidak berhati-hati Terjatuh
Pemberian modul
pemakaian kursi beroda
yang benar
Bekerja di
ketinggian
Tidak berhati-hati, tidak
menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri)
Terjatuh Pemberian prosedur
bekerja di ketinggian
Berjalan di
permukaan lantai
yang tidak rata
Tidak berhati-hati Kaget, terjatuh Pemberian keset
Menelepon
Meletakkan air minum di dekat
alat elektronik (komputer,
telepon, dll)
Alat elektronik rusak
Pemberitahuan untuk
tidak meletakkan air
minum/minuman di
dekat elektronik
28
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Berjalan di dalam
ruangan
Kursi lipat yang diletakkan di
dinding terjatuh Kaki tertimpa kursi Pemindahan kursi lipat
Barang diletakkan sembarangan Tersandung
Pemberian rambu
peringatan untuk tidak
meletakkan barang
sembarangan
Kabel dipasang di tengah jalan Tersandung Kabel diberi
penutup/pengaman
Mengambil kunci Letak kotak kunci terlalu dalam
dan memojok
Tangan/badan mengenai
kepala karyawan yang
duduk di daerah tersebut,
punggung dan pinggang
terasa pegal
Pemindahan kotak kunci
Mencuci tangan
Tidak ada kain lap Lantai basah dan licin Pemberian kain lap,
instruksi cuci tangan
Sabun habis Tangan tidak steril Pengecekan sabun setiap
hari
29
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Bekerja di bawah
rak
Meja dan kursi kerja diletakkan
di bawah rak
Kepala terbentur rak saat
berdiri
Pemindahan meja dan
kursi
Berjalan ke luar
gedung saat
sedang hujan
Tidak ada payung Terkena hujan, tidak dapat
segera keluar gedung
Pemberian payung di
dalam ruangan dekat
pintu masuk/keluar
Menanggulangi
keadaan darurat
kebakaran
Smoke detector tidak ada Tidak diketahui adanya
kebakaran
Pemberian smoke
detector
Lampu emergency tidak ada
Tidak ada bantuan
penerangan untuk
membantu evakuasi
Pemberian lampu
emergency
Lokasi fire extinguisher tidak
diketahui
Kesulitan mencari letak
fire extinguisher
Pemberian penunjuk
lokasi dry chemical dan
standarisasi lokasi
Material
Bekerja dengan
komputer
Radiasi cahaya monitor
komputer tinggi
Pusing, mata kering,
cahaya menyilaukan mata,
otot mata tegang
Pemberian modul posisi
kerja pemakaian
komputer
Menancapkan
kabel
Letak sumber listrik di bawah
meja
Kepala terbentur, tersengat
listrik Menggunakan rol kabel
30
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Material
Bekerja dengan
komputer
Kabel listrik komputer
terkelupas Tersengat listrik
Pemberian modul posisi
kerja pemakaian
komputer Kabel panel listrik terkelupas
Duduk di kursi
beroda
Kursi terlalu tinggi sehingga
kaki tidak dapat menempel di
lantai
Kaki terasa pegal
Pemberian modul
pemakaian kursi beroda
yang benar
Naik-turun tangga Karet tangga terlepas dan
terkelupas Terpeleset dan tersandung
Penggantian karet,
maintenance 2 minggu
sekali
Menanggulangi
keadaan darurat
kebakaran
APAR tidak dapat berfungsi
saat dibutuhkan
Pemadaman api jadi
terhambat
Pemberian modul tips
penggunaan APAR
Method
Buang air
besar/kecil
Cara buang air kecil/besar yang
salah (jongkok di atas kloset)
Gangguan kesehatan,
kloset retak
Pemberian gambar
petunjuk
Bekerja dengan
komputer
Mengetik dengan sumbu
pergelangan yang tidak baik
Otot pergelangan tangan
kaku, pergelangan tangan
menjadi sakit
Pemberian modul posisi
kerja pemakaian
komputer
31
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Office (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Environment
Berjalan di dalam
ruangan Lantai licin Terpeleset
Pemberian peringatan
lantai licin
Bekerja di dalam
ruangan
Lampu mati Tersandung dan terjatuh Pemberian emergency
lighting
AC mati Ruangan panas dan
pengap Jendela ruangan dibuka
Getaran akibat truk besar lewat
Mengganggu konsentrasi
kerja, mudah lelah,
gangguan kesehatan
Mengubah ulang
konstruksi bangunan
Suara informasi tidak terdengar
jelas
Tidak dapat mendengar
informasi penting
Setiap ruangan diberi
speaker agar informasi
dapat terdengar jelas
Makan di ruang
makan
Polusi/asap kendaraan (mobil,
truk) masuk ke dalam ruangan
Meja dan kursi menjadi
berdebu
Pembersihan dilakukan
setiap hari
Keluar-masuk
kamar mandi Kurangnya penerangan Terbentur
Penambahan atau
penggantian lampu
32
Universitas Kristen Petra
b. Area Luar
Potensi bahaya pada area luar diklasifikasikan secara ringkas berdasarkan man
(perilaku manusia), machine (mesin yang digunakan), material (material yang
digunakan) dan environment (pengaruh lingkungan). Berikut adalah pendefinisian
sumber bahaya dan hasil klasifikasi bahaya pada area luar.
Pendefinisian sumber bahaya:
Lalu lintas padat: Banyaknya kendaraan, seperti truk, mobil, sepeda motor dan
sepeda yang keluar-masuk perusahaan dan melewati jalur penyeberangan.
Jalan sempit: Jalur masuk ke perusahaan untuk karyawan sangat sempit, yang
mana dengan lebar jalur masuk tersebut hanya dapat diisi oleh 2 karyawan saja.
Sedangkan karyawan mempunyai kebiasaan berjalan secara bergerombolan.
Apabila karyawan berjalan melebihi garis pedestrian yang sudah ditentukan
tersebut, maka hal itu menandakan bahwa karyawan sedang berada di jalur
yang berbahaya. Hal ini dikarenakan jalur tersebut merupakan jalur untuk
kendaraan, seperti mobil, truk, sepeda motor dan sepeda. Standar ketentuan
lebar aisle perusahaan adalah 120 cm.
Karyawan tidak disiplin: Banyak karyawan perusahaan saat menyeberang tidak
melakukannya dengan hati-hati. Hal ini dapat dilihat saat hendak menyeberang,
karyawan satu dengan yang lainnya saling mengobrol tanpa melihat kondisi
jalan yang ramai.
Pintu gerbang sempit: Pintu gerbang perusahaan dikatakan sempit dikarenakan
jalur keluar/masuk perusahaan hanya terdapat 1, yang mana kendaraan-
kendaraan yang hendak keluar/masuk perusahaan harus antri terlebih dahulu.
Contohnya, apabila ada truk yang hendak keluar/masuk perusahaan, maka
mobil harus dihentikan terlebih dahulu karena pintu gerbang perusahaan
sempit. Dengan lebar gerbang yang dimiliki perusahaan saat ini, tidak
memungkinkan 2 kendaraan dapat keluar/masuk dalam waktu yang bersamaan.
33
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Luar
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Menyeberang Tidak disiplin dan tidak
berhati-hati
Terserempet kendaraan,
tertabrak kendaraan
Pemberian peringatan
berhati-hati
Bekerja di
ketinggian Tidak berhati-hati Terjatuh
Pemberian prosedur
bekerja di ketinggian
Memperbaiki
lampu dan sumber
listrik
Tidak berhati-hati dan tidak
menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri)
Kesetrum
Pemberian prosedur
mutu panel listrik,
instruksi kerja
penanganan korban
tersengat listrik dan
rambu peringatan
Security
memeriksa
kendaraan yang
keluar-masuk
Tidak berhati-hati/ceroboh Tangan terjepit pintu Pemberitahuan untuk
berhati-hati
Sopir antar jemput
menurunkan
karyawan
Mobil melaju di jalur
pedestrian
Menyerempet/ menabrak
orang
Pemberian rambu jalur
pedestrian
34
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Luar (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Pengisian solar
Pengemudi mobil pertamina
menabrak tangki solar Meledak
Pemberian prosedur
mutu tangki minyak
solar, instruksi kerja
penanganan kontak
langsung dengan minyak
solar dan rambu
peringatan
Tidak berhati-hati saat mengisi
solar Solar tercecer
Sedang menelepon di area
tangki solar Meledak
Pemberian rambu
peringatan dilarang
telepon
Naik-turun tangga Tidak berhati-hati Tersandung anak tangga,
terjatuh
Pemberian rambu
peringatan untuk
berhati-hati
Hendak check
clock Pintu mobil tidak ditutup
Menabrak pengendara
sepeda motor,
menyerempet mobil
Pemberian instruksi
kerja security
35
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Luar (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Naik-turun tangga
menuju lantai 4
Kardus diletakkan di
sembarang tempat Tersandung, terjatuh
Pemberian rambu
peringatan
Mobil parkir di
area tangki solar Mobil menabrak tangki solar Meledak
Pemberian rambu
peringatan dilarang
parkir
Machine Memasuki lantai 4
Banyak mesin-mesin seperti
blower AC, parabola di bagian
tengah jalan
Tersandung, terluka
Pemberian rambu
peringatan untuk tidak
memasuki area lantai 4
tanpa keperluan dan ijin
yang jelas
Material Pengisian solar
Saluran solar bocor Solar meluber
Pemberian prosedur
mutu tangki minyak
solar, instruksi kerja
penanganan kontak
langsung dengan minyak
solar dan rambu
peringatan
Tangki bocor Solar meluber
36
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Luar (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Environment
Menyeberang Lalu lintas padat
Terserempet kendaraan/
orang, tertabrak
kendaraan/ orang
Pemberian rambu
peringatan hati-hati,
penyediaan zebra cross
Keluar-masuk truk
dan mobil
Pintu gerbang sempit
Terserempet kendaraan/
orang, tertabrak
kendaraan/ orang, gerbang
tertabrak
Security standby
Banyaknya gas emisi
kendaraan Polusi udara
Pemberian instruksi
kerja security
Bising akibat bunyi kendaraan
Ketajaman pendengaran
berkurang, merusak
pendengaran
Paving berdebu dan kotor Gangguan kesehatan
Getaran akibat truk besar lewat
Mengganggu konsentrasi
kerja, mudah lelah,
gangguan kesehatan
37
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Luar (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Environment
Parkir sepeda motor
Tempat parkir motor
berdekatan dengan pintu
masuk
Terserempet kendaraan/
orang, tertabrak
kendaraan/ orang
Security standby,
pemberian peringatan
untuk berhati-hati
Security berdiri untuk
mengatur keluar
masuknya mobil
Udara panas saat sedang
bekerja
Terasa panas, mengalami
kelelahan
Pemberian instruksi
kerja security
Mobil berhenti di
pinggir untuk
melakukan check
clock/melapor ke
security
Arah mobil masuk dan
keluar menjadi satu (tidak
jelas)
Terserempet mobil,
tertabrak mobil,
mengantri, menyerempet
orang yang menyeberang,
menabrak orang yang
menyeberang
Pemberian rambu
untuk arah masuk dan
keluar
Naik-turun tangga
menuju lantai 4
Penerangannya gelap
(lampu dalam keadaan mati) Tersandung, terjatuh
Pemberian petunjuk
letak saklar
Berjalan di bagian
belakang pabrik
Tidak ada jalur pedestrian
dan zebra cross di bagian
belakang pabrik
Karyawan berjalan dan
menyeberang di
sembarangan jalur
Pemberian jalur
pedestrian dan zebra
cross beserta rambu
38
Universitas Kristen Petra
c. Area Workshop
Potensi bahaya pada area workshop diklasifikasikan secara ringkas
berdasarkan man (perilaku manusia), machine (mesin yang digunakan), method
(metode yang digunakan) dan environment (pengaruh lingkungan). Berikut adalah
pendefinisian sumber bahaya dan hasil klasifikasi bahaya pada area workshop.
Pendefinisian sumber bahaya:
Karyawan kurang berkompetensi (karyawan non-workshop): banyak karyawan
dari divisi lain yang mempunyai kebiasaan meminjam mesin atau alat kerja
yang ada di workshop. Seringkali karyawan yang meminjam alat kerja
workshop merupakan karyawan yang tidak berkompeten dalam menggunakan
alat kerja tersebut. Hasilnya, banyak mesin atau alat kerja yang rusak atau
hilang tanpa adanya tanggung jawab dari karyawan non-workshop yang
meminjam.
Tidak tersedianya obat: obat yang terdapat di dalam kotak P3K (Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan) seringkali dalam kondisi tidak lengkap dan
kadaluarsa. Para teknisi kurang memperhatikan ketersediaan obat beserta
dengan tanggal kadaluarsanya.
Jam buka klinik terbatas: jam buka klinik yang ada di dalam perusahaan
terbatas, yaitu pukul 14.30-16.00. Saat terjadi kecelakaan sebelum jam buka
klinik, maka kecelakaan seringkali ditangani oleh para teknisi sendiri dengan
pengetahuan penanganan kecelakaan yang terbatas.
Lokasi APAR tidak mudah dijangkau: APAR diletakkan di bagian dalam
ruangan, sehingga pada saat terjadi kebakaran, APAR tidak mudah dijangkau
dengan cepat.
Jalan sempit: Area jalan di dalam workshop cukup lebar, yaitu 190 cm, namun
yang membuat ruang jalan menjadi sempit, sehingga hal ini membuat tidak
sesuai dengan standart K3 adalah banyaknya mesin rusak yang diletakkan di
sepanjang area jalan.
39
Universitas Kristen Petra
Kondisi tubuh berkeringat lalu masuk ke ruangan ber-AC: kondisi lingkungan
workshop panas, sehingga pada saat teknisi sedang mencari ide untuk membuat
mesin/alat kerja, mereka mempunyai kebiasaan masuk di dalam ruangan ber-
AC. Jika dilihat dari sisi kesehatan, kondisi tubuh yang berkeringat tidak
dianjurkan untuk langsung berada di ruangan yang dingin. Hal ini dapat
menyebabkan sick building syndrome, yang mana efek dari sindrom tersebut
adalah sakit kepala, lemas, sesak nafas bahkan sulit berkonsentrasi.
40
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Workshop
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Mengoperasikan
mesin
Tidak berhati-hati saat
menggunakan mesin bending Tangan tergulung
Pemberian instruksi
kerja mesin
Tidak berhati-hati saat
menggunakan mesin drilling
dan mesin gerinda
Tersangkutnya anggota
tubuh
Tidak berhati-hati saat
menggunakan mesin bubut Terkena anggota tubuh
Mencari ide untuk
projek yang
diberikan
Masuk ke ruangan dingin saat
dalam kondisi berkeringat Lemas, sakit kepala
Pemberitahuan untuk
tidak langsung ke
ruangan ber-AC
Mengendarai
forklift
Mengijinkan karyawan lain
ikut menumpang di forklift
Ruang gerak pengendara
menjadi sempit, karyawan
terjatuh
Pemberian instruksi
kerja forklift
Mengangkat plat Tidak menggunakan sarung
tangan saat mengangkat plat Tangan terluka (tergores)
Penggunaan sarung
tangan
Bekerja di
workshop
Banyak material keras dan
tajam yang tercecer di lantai
Kaki tertimpa material,
tersandung
Pemberian prosedur
mutu workshop
41
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Workshop (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Konsumsi air Peletakan air minum dekat
sampah Air terkontaminasi
Pemindahan lokasi air
minum
Penanganan
kecelakaan kerja
Obat yang tersedia tidak lengkap Cedera tidak dapat segera
ditangani
Penyediaan Kotak P3K
beserta kelengkapan
obat
Jam buka klinik terbatas Pertolongan pertama tidak
dapat segera diatasi
Pemberian instruksi
kerja pertolongan
pertama pada
kecelakaan, poster first
aid
Pemadaman api Lokasi APAR tidak mudah
dijangkau
Api tidak dapat segera
ditangani
Pemindahan lokasi
APAR
Berjalan di
sepanjang area
workshop
Pipa panjang diletakkan di atas
lemari yang tidak tinggi
Mengenai kepala, pipa
terjatuh
Pemberitahuan untuk
tidak meletakkan pipa
panjang di atas lemari
42
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Workshop (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Bekerja di
ruangan ber-AC Tidak ada penyangga AC
Udara AC menghadap ke
arah kepala teknisi
Pemberian penyangga
AC
Melanjutkan
pekerjaan
kembali yang
berhubungan
dengan listrik
Tidak ada kain lap Tersengat listrik Pemberian kain lap
Machine Mengoperasikan
mesin
Mesin pengelasan mengeluarkan
api busur listrik, sinar
ultraviolet, percikan api, arus
listrik, asap
Gangguan kesehatan pada
tubuh
Pemberian instruksi
kerja mesin
Mesin drilling mengeluarkan
serpihan logam
Mesin pengelasan dengan argon
mengeluarkan api busur listrik,
sinar ultraviolet, percikan api,
arus listrik, asap, radiasi
43
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Workshop (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Machine
Mengoperasikan
mesin
Mesin pemotongan dengan
plasma mengeluarkan percikan
api, asap, partikel halus,
serpihan logam Gangguan kesehatan pada
tubuh
Pemberian instruksi
kerja mesin Mesin gerinda mengeluarkan
percikan api, asap, partikel
halus, serpihan logam
Mengendarai
forklift Klakson forklift rusak
Menyerempet orang/
kendaraan lain, menabrak
orang/ kendaraan lain
Pemberian instruksi
kerja forklift
Method Bekerja di
workshop
Bekerja dengan posisi jongkok
dalam waktu yang lama
Kaki terasa sakit dan
pegal
Pemberitahuan untuk
bekerja dengan
menggunakan bantuan
kursi kecil
Environment Bekerja di
workshop Berdebu Gangguan pernafasan
Pemberian prosedur
mutu, instruksi kerja
44
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Workshop (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Environment
Bekerja di
workshop Bising akibat aktivitas kerja
Ketajaman pendengaran
berkurang, merusak
pendengaran
Penggunaan ear plug
Bekerja di
ruangan mesin
bubut
Ruang mesin bubut terlalu panas Teknisi tidak nyaman saat
bekerja
Pemberian exhaust
fan/kipas angin
Bekerja di
ruangan ber-AC AC mati
Ruangan panas dan
pengap Jendela ruangan dibuka
Berjalan di
sepanjang area
workshop
Jalan yang dilalui sempit Tersenggol orang,
menginjak material Pemberian layout baru
Masuk/keluar
ruangan dengan
bersepeda
Peletakan mesin brander cutting
yang tidak strategis membuat
selang terinjak sepeda
Selang terkelupas, selang
rusak Pemberian layout baru
45
Universitas Kristen Petra
d. Area Maintenance
Potensi bahaya pada area maintenance diklasifikasikan secara ringkas
berdasarkan man (perilaku manusia), machine (mesin yang digunakan), method
(metode yang digunakan) dan environment (pengaruh lingkungan). Berikut adalah
pendefinisian sumber bahaya dan hasil klasifikasi bahaya pada area maintenance.
Pendefinisian sumber bahaya:
Posisi pallet belum pas: posisi garpu forklift tidak pas pada pallet saat pallet
yang berisi material/komponen mesin diturunkan dari forklift.
Meletakkan grease di dekat proses pengelasan: grease merupakan cairan
kimia yang bersifat tidak mudah terbakar, namun apabila di dekatkan dengan
sesuatu yang berbahan api dapat menyebabkan terbakar. Grease diletakkan di
sebelah proses pengelasan, sehingga peletakkan grease ini digolongkan
berbahaya karena proses pengelasan menghasilkan percikan api.
Obat tidak disediakan dengan lengkap: obat yang terdapat di dalam kotak P3K
(Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) seringkali dalam kondisi tidak
lengkap dan kadaluarsa. Para teknisi kurang memperhatikan ketersediaan obat
beserta dengan tanggal kadaluarsanya.
Jam buka klinik terbatas: jam buka klinik yang ada di dalam perusahaan
terbatas, yaitu pukul 14.30-16.00. Saat terjadi kecelakaan sebelum jam buka
klinik, maka kecelakaan seringkali ditangani oleh para teknisi sendiri dengan
pengetahuan penanganan kecelakaan yang terbatas.
46
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Maintenance
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Membersihkan
kipas angin
Tidak berhati-hati saat bekerja
dengan menggunakan forklift Terjatuh
Pemberian prosedur
bekerja di ketinggian
Mengoperasikan
panel listrik
Banyak barang diletakkan di
daerah panel listrik Tersengat listrik
Pemindahan semua
barang yang diletakkan
di sebelah panel listrik
Melanjutkan
pekerjaan
kembali yang
berhubungan
dengan listrik
Tangan basah Tersengat listrik Pemberian kain lap
Mengambil
barang di lemari
bagian atas
Memanjat lemari Terjatuh Pemberian prosedur
bekerja di ketinggian
Mengoperasikan
forklift
Mengijinkan karyawan lain ikut
menumpang di forklift
Ruang gerak pengendara
menjadi sempit, karyawan
terjatuh
Pemberian instruksi
kerja forklift
47
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Maintenance (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Keluar-masuk ruangan
saat forklift sedang
beroperasi
Kurang berhati-hati Terserempet, tertabrak
Pemberitahuan agar
saat forklift sedang
beroperasi, karyawan
dilarang melewati
daerah tersebut sampai
operasi forklift selesai
Mengambil/meletakkan
pallet dengan
menggunakan forklift
Posisi pallet belum pas Barang terjatuh
Pemberian modul
posisi tubuh saat
mengangkat beban
secara ergonomis
Melakukan proses
pengelasan
Meletakkan grease di dekat
proses pengelasan Terbakar Pemindahan grease
Penanganan
kecelakaan kerja
Obat tidak disediakan dengan
lengkap
Cedera tidak dapat
segera ditangani
Persediaan obat
diperlengkap
Konsumsi air Tempat air tidak diberi
penutup Air tekontaminasi
Tempat minum diberi
penutup
48
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Maintenance (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man Penanganan
kecelakaan kerja Jam buka klinik terbatas
Pertolongan pertama
tidak dapat segera
diatasi
Pemberian instruksi
kerja pertolongan
pertama pada
kecelakaan, poster first
aid
Machine
Mengoperasikan mesin
Mesin pengelasan
mengeluarkan percikan api,
cahaya percikan api Gangguan kesehatan
pada tubuh
Pemberian instruksi
kerja mesin Mesin frais, gerinda, bubut
mengeluarkan sisa kotoran
Mengendarai forklift Klakson forklift rusak
Menyerempet orang/
kendaraan lain,
menabrak orang/
kendaraan lain
Pemberian instruksi
kerja forklift
49
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Maintenance (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Method Melakukan proses
pengelasan
Bekerja dengan posisi
jongkok dalam waktu yang
lama
Kaki terasa sakit dan
pegal
Pemberitahuan untuk
bekerja dengan
menggunakan bantuan
kursi kecil
Environment Bekerja di ruangan
ber-AC AC mati
Ruangan panas dan
pengap Jendela ruangan dibuka
50
Universitas Kristen Petra
e. Area Gudang Sparepart
Potensi bahaya pada area gudang sparepart diklasifikasikan secara ringkas
berdasarkan man (perilaku manusia), machine (mesin yang digunakan), material
(material yang digunakan), method (metode yang digunakan) dan environment
(pengaruh lingkungan). Berikut adalah pendefinisian sumber bahaya dan hasil
klasifikasi bahaya pada area gudang sparepart.
Pendefinisian sumber bahaya:
Menumpuk stop kontak: pemasangan stop kontak yang benar adalah tidak
bertumpuk. Namun keadaan pemasangan stop kontak yang ada di dalam
gudang sparepart ini adalah bertumpuk.
Posisi pallet belum pas: posisi garpu forklift tidak pas pada pallet saat pallet
yang berisi material diturunkan dari forklift.
Jam buka klinik terbatas: jam buka klinik yang ada di dalam perusahaan
terbatas, yaitu pukul 14.30-16.00. Saat terjadi kecelakaan sebelum jam buka
klinik, maka kecelakaan seringkali ditangani oleh para teknisi sendiri dengan
pengetahuan penanganan kecelakaan yang terbatas.
Tidak berhati-hati dan tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat
mengambil barang dengan menggunakan hand lift: hand lift digunakan saat
hendak mengambil barang di lemari bagian paling atas. Saat mengambil
barang, karyawan akan naik di atas pallet, kemudian pallet akan diangkat oleh
hand lift. Karyawan mempunyai kebiasaan tidak menggunakan APD saat naik
di atas pallet.
51
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Gudang Sparepart
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Keluar-masuk ruangan
saat forklift sedang
beroperasi
Kurang berhati-hati Terserempet, tertabrak
Pemberitahuan agar
saat forklift sedang
beroperasi, karyawan
dilarang melewati
daerah tersebut sampai
operasi forklift selesai
Mengoperasikan stop
kontak Menumpuk stop kontak Listrik konslet
Pemberian modul
keselamatan dan
kesehatan kerja listrik
Membuka kemasan
dengan cutter Tidak berhati-hati Tangan tergores
Pemberitahuan untuk
berhati-hati
Mengambil oli Tidak berhati-hati sehingga
oli tercecer di lantai Lantai licin
Pemberian rambu
untuk tetap menjaga
kebersihan
Mengambil barang
dengan menggunakan
hand lift
Tidak berhati-hati dan tidak
menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri)
Terjatuh Pemberian prosedur
bekerja di ketinggian
52
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Gudang Sparepart (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Mengoperasikan
forklift
Mengijinkan karyawan lain
ikut menumpang di forklift
Ruang gerak
pengendara menjadi
sempit, karyawan
terjatuh
Pemberian instruksi
kerja forklift
Mengoperasikan hand
lift
Memposisikan pallet tidak
seimbang dengan posisi hand
lift
Barang terjatuh,
karyawan terjatuh
Pemberian modul
posisi tubuh saat
mengangkat beban
secara ergonomis
Mengambil/meletakkan
pallet dengan
menggunakan forklift
Posisi pallet belum pas Barang terjatuh
Pemberian modul
posisi tubuh saat
mengangkat beban
secara ergonomis
Meletakkan barang di
lemari bagian atas Peletakan barang tidak dalam Tertimpa
Pemberitahuan untuk
meletakkan barang
sedikit dalam
53
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Gudang Sparepart (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Man
Mengambil barang
Peletakan pallet beserta
barang/kardus di tengah
jalan
Tersandung, mengambil
barang di lemari tidak bisa
dilakukan dengan cepat
Pemberitahuan untuk
tidak meletakkan
barang di tengah jalan
Penanganan
kecelakaan kerja Jam buka klinik terbatas
Pertolongan pertama tidak
dapat segera diatasi
Pemberian instruksi
kerja pertolongan
pertama pada
kecelakaan, poster first
aid
Mengambil barang Tangga diletakkan di
lantai yang licin
Terjatuh, tertimpa material,
material jatuh
Pemberian instruksi
penggunaan tangga
Bekerja di meja bagian
luar ruangan ber-AC
Sampah diletakkan di
sebelah meja tanpa ada
penutupnya
Bau tidak sedap
Sampah diberi penutup
dan tidak diletakkan di
sebelah meja
Method Menarik/mendorong
hand pallet
Posisi tubuh tidak
ergonomis Sakit pinggang/punggung
Pemberian modul
posisi tubuh saat
mengangkat beban
secara ergonomis
54
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Gudang Sparepart (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Method
Mengangkat material
ke dalam lemari
Posisi tubuh yang salah
(membungkuk)
Punggung sakit, pinggang
terasa pegal
Pemberian modul
posisi tubuh saat
mengangkat beban
secara ergonomis
Membuka kemasan Membuka kemasan dalam
posisi jongkok
Kaki pegal, sakit
pinggang/punggung
Pemberitahuan agar
membuka kemasan di
atas meja supaya tubuh
tidak membungkuk
Machine Mengendarai forklift Klakson forklift rusak
Menyerempet orang/
kendaraan lain, menabrak
orang/ kendaraan lain
Pemberian instruksi
kerja forklift
Material
Mengambil barang Kaki kursi tidak rata Terjatuh Penggantian kursi
Naik-turun tangga Kondisi tangga sudah
tidak layak pakai Terjatuh
Mengganti tangga yang
sudah tidak layak pakai
Environment Bekerja di gudang saat
malam hari
Penerangan di meja bagian
luar ruangan ber-AC
cukup gelap
Gangguan mata
Pemberian lampu
tambahan di meja
bagian luar
55
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Identifikasi Bahaya Area Gudang Sparepart (sambungan)
Faktor Kegiatan Sumber Bahaya Bahaya yang Terjadi Program K3
Environment Bekerja di ruangan ber-
AC AC mati
Ruangan panas dan
pengap Jendela ruangan dibuka
56
Universitas Kristen Petra
4.6. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Penilaian resiko merupakan hasil lanjut dari identifikasi bahaya. Dalam
melakukan penilaian resiko, PT Santos Jaya Abadi memiliki tabel penilaian resiko
tersendiri yang disebut sebagai tabel HIRAS (Hazard Identification and Risk
Assessment). Pada tabel HIRAS ini berisi kegiatan, sumber bahaya, bahaya yang
terjadi, akibat yang ditimbulkan, kondisi kegiatan dan juga penilaian resiko beserta
dengan level resiko yang dapat dilihat lebih jelasnya pada lampiran 1.
Berdasarkan tabel HIRAS perusahaan, metode yang digunakan terdiri dari 3
macam parameter, yaitu frekuensi, kemungkinan (likelihood) dan keparahan
(severity). Pada metode tersebut, penilaian resiko dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
sebelum ada metode pengamanan dari pihak perusahaan dan setelah ada metode
pengamanannya. Kemudian dilakukan penilaian level resiko untuk mengetahui
seberapa besar tingkat resiko dari sumber bahaya yang ada, sehingga dapat diambil
suatu tindakan pengamanannya. Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada beberapa
penjelasan hasil penilaian resiko di 5 area yang diamati di bawah ini. Tabel 4.7 di
bawah ini merupakan potongan hasil penilaian resiko pada area luar, yaitu area jalan.
57
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7 Tabel HIRAS Area Jalan
PT SANTOS JAYA ABADI
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM
Departemen : Jumlah Personel : 3 orang
Area : Area Jalan PIC : Fajar R
Tanggal Pelaksanaan : 3 Januari 2011 Tim Penilai : Fajar R, Wenny, Daniel, Danny
Tanggal Review : 25 April 2011
No. Risk Assessment : 1
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
No. Kegiatan
Sumber Bahaya,
Kondisi Tidak
Aman, Tindakan
Tidak Aman
S/H Bahaya yang
Terjadi
Akibat yang
Ditimbulkan
Kondisi Penilaian Resiko Metode
Pengamanan
(Jika Ada)
Resiko Akhir
Level
Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko
1 Penyeberangan
Lalu lintas padat S Tertabrak
Terluka
Rutin
3 2 3 18
Security standby
2 2 3 12 Trivial
Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial
Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial
Jalan sempit S Tertabrak
Terluka 3 2 3 18 2 2 3 12 Trivial
Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial
Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial
Karyawan tidak disiplin
S Tertabrak
Terluka 3 2 3 18 2 2 3 12 Trivial
Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial
Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial
58
Universitas Kristen Petra
Di area jalan ditemukan potensi bahaya, yaitu di bagian penyeberangan.
Sumber bahaya dari penyeberangan salah satunya adalah lalu lintas padat
dikarenakan banyaknya kendaraan seperti mobil, truk, sepeda motor dan sepeda yang
melewati area penyeberangan. Sumber bahaya tersebut dapat berdampak pada
keselamatan seseorang (S: Safety/Keselamatan). Bahaya yang dapat terjadi saat
karyawan menyeberang di kondisi lalu lintas yang padat adalah tertabrak. Dampak
dari tertabrak menghasilkan 3 macam kemungkinan akibat, yang mana dinilai mulai
dari kemungkinan akibat yang paling ringan sampai yang paling berat. Kemungkinan
akibat yang paling ringan adalah terluka, kemudian dilanjutkan dengan patah tulang.
Sedangkan kemungkinan terberatnya dari sebuah tabrakan adalah kematian. Kegiatan
penyeberangan ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut merupakan
penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya lalu lintas padat.
Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko)
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya adalah 3 (mingguan). Pemberian nilai tersebut
didasarkan atas padatnya arus masuk kendaraan, sehingga kegiatan menyeberang
menjadi hal yang cukup berbahaya. Kegiatan menyeberang dikatakan cukup
berbahaya karena masih belum ada metode pengamanannya, sehingga apabila
penyeberangan tidak dilakukan secara hati-hati, maka kecelakaan akan rawan
terjadi.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya adalah 2 (jarang terjadi). Meskipun lalu lintas
padat dan potensi terjadi tabrakan cukup besar, namun pada kenyataannya
kemungkinan terjadi tabrakan dikatakan jarang terjadi. Kemungkinan ini dapat
terjadi apabila karyawan menyeberang dengan tidak hati-hati.
- S (keparahan)
a. Terluka: menurut tabel severity, terluka terletak pada level resiko tingkat 3.
b. Patah tulang: patah tulang diklasifikasikan sebagai terluka berat, sehingga
level resikonya adalah tingkat 4.
59
Universitas Kristen Petra
c. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko
tingkat 5.
- Resiko
a. Terluka: resiko terluka didapatkan dari 3 x 2 x 3 = 18.
b. Patah tulang: resiko patah tulang didapatkan dari 3 x 2 x 4= 24.
c. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 3 x 2 x 5= 30.
Penilaian resiko setelah ada metode pengamanan (Resiko Akhir)
- F (frekuensi)
Metode pengamanan yang perusahaan berikan untuk menyikapi potensi bahaya
tersebut adalah dengan memberikan security, yang mana bertugas untuk
mengatur lalu lintas di dalam perusahaan. Dengan adanya bantuan dari pihak
security, frekuensi terjadinya bahaya pasti dapat berkurang, yaitu menjadi
bulanan. Hal ini dikarenakan setiap ada karyawan yang hendak menyeberang,
security akan membantu menyeberangkan, sehingga potensi terjadi tabrakan
akan berkurang.
- L (kemungkinan terjadi)
Meskipun terdapat metode pengamanannya, namun kemungkinan untuk
terjadinya bahaya tabrakan tentu masih ada, sehingga nilai kemungkinan terjadi
pada tabrakan adalah 2, yaitu jarang terjadi.
- S (keparahan)
a. Terluka: menurut tabel severity, terluka terletak pada level resiko tingkat 3.
b. Patah tulang: patah tulang diklasifikasikan sebagai terluka berat, sehingga
level resikonya adalah tingkat 4.
c. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko
tingkat 5.
- Resiko
a. Terluka: resiko terluka didapatkan dari 2 x 2 x 3 = 12.
b. Patah tulang: resiko patah tulang didapatkan dari 2 x 2 x 4= 16.
60
Universitas Kristen Petra
c. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 2 x 2 x 5= 20.
- Level Resiko
a. Terluka: menurut tabel level resiko, resiko= 12 termasuk trivial.
b. Patah tulang: menurut tabel level resiko, resiko= 16 termasuk trivial.
c. Meninggal: menurut tabel level resiko, resiko= 20 termasuk trivial.
Level resiko dari kegiatan penyeberangan yang pada awalnya (sebelum ada
metode pengamanannya) ada yang mencapai acceptable, setelah diberi metode
pengamanan menjadi berkurang hingga mencapai trivial pada semua akibat. Jadi
dapat dikatakan dengan adanya security, cukup membantu mengurangi potensi
kecelakaan yang dapat terjadi.
Pengertian trivial dari level resiko yang didapat tersebut menandakan bahwa
sumber bahaya yang didapatkan di dalam perusahaan masih dalam batas aman. Hal
ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari
sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus,
kecuali untuk sumber bahaya yang sampai dapat menyebabkan kematian. Perusahaan
harus tetap melakukan pemantauan secara rutin khusus untuk sumber bahaya yang
dapat menyebabkan kematian.
Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan
penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah
trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak
diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat
sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan
terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.
Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah
membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya
sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan
mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil
form pengajuan program pada area luar, yaitu area jalan.
61
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8 Form Pengajuan Program K3 Area Jalan
FORM PENGAJUAN PROGRAM
No. Kegiatan Lokasi Sumber
Bahaya
Potensi
Bahaya
Akibat yang
Ditimbulkan Program K3 Target
1 Penyeberangan Area
Jalan
Lalu lintas padat
Tertabrak
Terluka
Peringatan hati-hati, penyediaan zebra cross
1 hari
Patah tulang
Meninggal
Jalan sempit
Tertabrak
Terluka
Patah tulang
Meninggal
Karyawan tidak disiplin
Tertabrak
Terluka
Patah tulang
Meninggal
Meninggal
Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya lalu lintas padat
adalah dengan memberikan rambu peringatan hati-hati agar karyawan atau tamu
dapat menyeberang dengan hati-hati meskipun dalam kondisi yang mendesak
sekalipun. Selain itu, akan lebih baik apabila jalan penyeberangan dibuat jalur zebra
cross supaya karyawan dan tamu dapat mengetahui letak jalur penyeberangan dengan
cepat dan tidak menyeberang di sembarang jalur. Program K3 ini dapat dijalankan
selama 1 hari.
62
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Tabel HIRAS Area Office
PT. SANTOS JAYA ABADI
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM
Departemen : Jumlah Personel : 3 orang
Area : Gedung Utama (Lantai 1-3) PIC : Fajar R
Tanggal Pelaksanaan : 6 Januari 2011 Tim Penilai : Fajar R, Wenny, Daniel, Danny
Tanggal Review : 11 April 2011
No. Risk Assessment : 6
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
No. Kegiatan
Sumber Bahaya,
Kondisi Tidak
Aman, Tindakan
Tidak Aman
S/H
Bahaya
yang
Terjadi
Akibat yang
Ditimbulkan
Kondisi Penilaian Resiko Metode
Pengamanan
(Jika Ada)
Resiko Akhir
Level
Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko
1 Memadamkan
kebakaran
Lokasi fire extinguisher tidak diketahui
S
Kesulitan mencari letak fire extinguisher
Luka bakar
Emergency
1 1 4 4
Tidak ada
1 1 4 4 Trivial
Kesulitan mengambil fire extinguisher
Meninggal 1 1 5 5 1 1 5 5 Trivial
Kebakaran gedung
1 1 4 4 1 1 4 4 Trivial
63
Universitas Kristen Petra
Di area office ditemukan potensi bahaya, salah satunya yaitu memadamkan
kebakaran. Sumber bahaya dari memadamkan kebakaran adalah lokasi fire
extinguisher tidak diketahui. Fire extinguisher tidak diletakkan di tempat yang
standar. Sumber bahaya tersebut dapat berakibat pada keselamatan seseorang (S:
Safety/Keselamatan). Dampak dari sumber bahaya tersebut adalah kesulitan mencari
letak fire extinguisher dan kesulitan mengambil fire extinguisher. Akibat yang
ditimbulkan dari kesulitan mencari letak fire extinguisher adalah luka bakar. Luka
bakar merupakan dampak akhir dari tidak ditemukan fire extinguisher dikarenakan
kesulitan mencari fire extinguisher. Hal ini menyebabkan kebakaran semakin meluas
dan akhirnya mengenai seseorang, sehingga orang tersebut mengalami luka bakar.
Sedangkan akibat lainnya dari kesulitan mengambil fire extinguisher adalah
meninggal dan kebakaran gedung. Fire extinguisher diletakkan di tempat yang
memojok dan terlalu dalam, sehingga hal inilah yang menyebabkan fire extinguisher
sulit diambil. Apabila kebakaran sudah meluas dan mengenai seseorang, maka
dampak terburuk yang bisa terjadi pada orang tersebut adalah meninggal. Sedangkan
dampak lainnya adalah gedung ikut terbakar. Kondisi kegiatan memadamkan
kebakaran ini dilakukan saat emergency, yaitu ketika terjadi kebakaran saja. Berikut
merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya lokasi fire
extinguisher tidak diketahui.
Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko)
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya adalah 1 (tahunan). Pemberian nilai tersebut
didasarkan atas jarangnya sumber bahaya kebakaran terjadi, sehingga fire
extinguisher tidak digunakan selama kebakaran belum terjadi.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya adalah 1 (tidak pernah terjadi). Dari berdirinya
perusahaan sampai saat ini, musibah kebakaran belum pernah terjadi, sehingga
kemungkinan terjadi dikategorikan tidak pernah terjadi. Jika kemungkinan
64
Universitas Kristen Petra
sumber bahaya ini tidak pernah terjadi, maka kesulitan dalam mencari dan
mengambil fire extinguisher juga dikategorikan tidak pernah terjadi.
- S (keparahan)
a. Luka bakar: menurut tabel severity, luka bakar terletak pada level resiko
tingkat 4.
b. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko
tingkat 5.
c. Kebakaran gedung: kebakaran gedung dikategorikan pada level resiko tingkat
4 karena kebakaran gedung merupakan musibah yang serius.
- Resiko
a. Luka bakar: resiko luka bakar didapatkan dari 1 x 1 x 4 = 4.
b. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 1 x 1 x 5= 5.
c. Kebakaran gedung: resiko kebakaran gedung didapatkan dari 1 x 1 x 4= 4.
Perusahaan tidak memiliki metode pengamanan dari sumber bahaya yang ada.
Oleh karena itu, penilaian resiko akhir sama dengan penilaian resiko sebelum ada
metode pengamananya.
Level Resiko
a. Luka bakar: menurut tabel level resiko, resiko= 4 termasuk trivial.
b. Meninggal: menurut tabel level resiko, resiko= 5 termasuk trivial.
c. Kebakaran gedung: menurut tabel level resiko, resiko= 4 termasuk trivial.
Level resiko dari kegiatan memadamkan kebakaran dari semua sumber bahaya
adalah trivial, yang mana hal ini menggambarkan bahwa sumber bahaya tersebut
masih dalam batas aman. Hal ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang
paling rendah, sehingga dari sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu
tindakan atau catatan khusus, kecuali untuk sumber bahaya yang sampai dapat
menyebabkan kematian. Perusahaan harus tetap melakukan pemantauan secara rutin
khusus untuk sumber bahaya yang dapat menyebabkan kematian.
65
Universitas Kristen Petra
Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan
penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah
trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak
diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat
sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan
terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.
Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah
membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya
sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan
mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil
form pengajuan program pada area luar, yaitu area office.
Tabel 4.10 Form Pengajuan Program K3 Area Office
FORM PENGAJUAN PROGRAM
No. Kegiatan Lokasi Sumber
Bahaya
Potensi
Bahaya
Akibat yang
Ditimbulkan
Program
K3 Target
1 Memadamkan kebakaran
Gedung
Utama (Lantai 1-3)
Lokasi fire
extinguisher tidak diketahui
Kesulitan mencari letak fire extinguisher
Luka bakar
Penggantian letak fire extinguisher
1 hari Kesulitan mengambil fire extinguisher
Meninggal
Kebakaran gedung
Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya lokasi fire
extinguisher tidak diketahui adalah dengan melakukan penggantian letak fire
extinguisher (melakukan standarisasi letak fire extinguisher) supaya saat mencari dan
mengambil fire extinguisher dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Peletakan fire
extinguisher akan distandarkan di dekat pintu masuk/keluar. Program K3 ini dapat
dijalankan selama 1 hari.
66
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11 Tabel HIRAS Area Workshop
PT. SANTOS JAYA ABADI
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM
Departemen : Engineering Jumlah Personel : 3 Orang
Area : Workshop PIC : Mustofa
Tanggal Pelaksanaan : 18 Januari 2011 Tim Penilai : Mustofa, Wenny, Daniel, Danny
Tanggal Review : 20 April 2011
No. Risk Assessment : 9
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
No. Kegiatan
Sumber Bahaya,
Kondisi Tidak
Aman, Tindakan
Tidak Aman
S/H Bahaya yang
Terjadi
Akibat yang
Ditimbulkan
Kondisi Penilaian Resiko Metode
Pengamanan
(Jika Ada)
Resiko Akhir
Level
Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko
1
Bekerja
di workshop
Banyak material
keras tercecer di
lantai
S
Kaki tertimpa
material Memar
Rutin
3 2 2 12
Safety shoes
3 2 1 6 Trivial
Banyak material tajam tercecer di lantai
Kaki tertimpa material Luka sayat
3 2 3 18 3 2 1 6 Trivial
Tersandung 4 3 3 36 4 2 1 8 Trivial
67
Universitas Kristen Petra
Di area workshop ditemukan potensi bahaya, yaitu bekerja di workshop.
Sumber bahaya dari bekerja di workshop adalah banyaknya material keras dan tajam
yang tercecer di lantai. Para teknisi mempunyai kebiasaan selesai bekerja, material
tidak dirapikan terlebih dahulu, namun material-material yang digunakan dibiarkan
begitu saja tercecer di lantai. Apabila tidak berhati-hati saat berjalan di dalam ruangan
workshop, maka kecelakan kerja dapat terjadi. Sumber bahaya tersebut berefek pada
keselamatan seseorang (S: Safety/Keselamatan). Bahaya yang dapat terjadi saat
banyak material keras dan tajam tercecer di lantai adalah kaki tertimpa material dan
tersandung. Akibat yang ditimbulkan memar dan luka sayat. Kegiatan bekerja di
workshop ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut merupakan penjelasan
dari penilaian resiko pada sumber bahaya bekerja di workshop.
Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko)
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 3 (mingguan).
Pemberian nilai tersebut didasarkan atas seringnya material tercecer di lantai,
sehingga kemungkinan kaki tertimpa material cukup sering. Sedangkan
tersandung, frekuensi terjadinya bahaya adalah 4 (bulanan) karena kejadian
tersandung jarang terjadi di workshop.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 2 (jarang
terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang tercecer di atas lantai,
sehingga ada sedikit kemungkinan kaki tertimpa material apabila seseorang
berjalan tidak dengan hati-hati. Sedangkan kemungkinan tersandung adalah 3
(kadang-kadang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang besar
berada di atas lantai, sehingga apabila tidak berhati-hati, seseorang dapat
tersandung material tersebut.
- S (keparahan)
a. Memar: menurut tabel severity, memar terletak pada level resiko tingkat 2.
68
Universitas Kristen Petra
b. Luka sayat: luka sayat diklasifikasikan sebagai terluka, sehingga level
resikonya adalah tingkat 3.
- Resiko
a. Memar: resiko memar didapatkan dari 3 x 2 x 2 = 12.
b. Luka sayat: luka sayat terbagi menjadi 2, yang mana dikarenakan kaki
tertimpa material dan tersandung. Untuk resiko kaki tertimpa material
didapatkan dari h 3 x 2 x 3= 18. Sedangkan untuk resiko tersandung
didapatkan dari 4 x 3 x 3= 36.
Penilaian resiko setelah ada metode pengamanan (Resiko Akhir)
Metode pengamanan yang diberikan oleh perusahaan untuk mengatasi sumber
bahaya adalah dengan penggunaan safety shoes saat berada di area workshop.
Penggunaan safety shoes ini hanya berefek pada tingkat severity saja. Sedangkan
untuk frekuensi dan kemungkinan terjadinya sumber bahaya belum dapat teratasi
dengan baik melalui metode pengamanan yang diberikan tersebut.
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 3 (mingguan).
Pemberian nilai tersebut didasarkan atas seringnya material tercecer di lantai,
sehingga kemungkinan kaki tertimpa material cukup sering. Sedangkan
tersandung, frekuensi terjadinya bahaya adalah 4 (bulanan) karena kejadian
tersandung jarang terjadi di workshop.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 2 (jarang
terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang tercecer di atas lantai,
sehingga ada sedikit kemungkinan kaki tertimpa material apabila seseorang
berjalan tidak dengan hati-hati. Sedangkan kemungkinan tersandung adalah 3
(kadang-kadang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang besar
berada di atas lantai, sehingga apabila tidak berhati-hati, seseorang dapat
tersandung material tersebut.
69
Universitas Kristen Petra
- S (keparahan)
a. Memar: setelah ada metode pengamanan, yaitu dengan menggunakan safety
shoes, maka tingkat severity menjadi berkurang. Biarpun kaki tertimpa
material tajam dan keras, kaki tidak mengalami luka apapun, sehingga level
resiko berada pada tingkat 1 (tidak terjadi luka).
b. Luka sayat: setelah ada metode pengamanan, yaitu dengan menggunakan
safety shoes, maka tingkat severity menjadi berkurang. Biarpun tersandung,
namun kaki tidak mengalami luka apapun, sehingga level resiko berada pada
tingkat 1 (tidak terjadi luka).
- Resiko:
a. Memar: resiko memar didapatkan dari 3 x 2 x 1 = 6.
b. Luka sayat: luka sayat terbagi menjadi 2, yang mana dikarenakan kaki
tertimpa material dan tersandung. Untuk resiko kaki tertimpa material
didapatkan dari 3 x 2 x 1= 6. Sedangkan untuk resiko tersandung didapatkan
dari 4 x 2 x 1= 8.
- Level Resiko:
a. Memar: menurut tabel level resiko, resiko memar= 6 termasuk trivial.
b. Luka sayat: menurut tabel level resiko, resiko luka sayat akibat kaki tertimpa
material= 6 termasuk trivial. Sedangkan untuk resiko luka sayat akibat
tersandung= 8 termasuk trivial.
Level resiko dari kegiatan bekerja di workshop yang pada awalnya (sebelum
ada metode pengamanannya) ada yang mencapai acceptable, setelah diberi metode
pengamanan menjadi berkurang hingga mencapai trivial pada semua akibat. Jadi
dapat dikatakan dengan adanya penggunaan safety shoes cukup membantu
mengurangi potensi kecelakaan yang dapat terjadi.
Pengertian trivial dari level resiko yang didapat tersebut menandakan bahwa
sumber bahaya yang didapatkan di dalam perusahaan masih dalam batas aman. Hal
ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari
sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus.
70
Universitas Kristen Petra
Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan
penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah
trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak
diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat
sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan
terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.
Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah
membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya
sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan
mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil
form pengajuan program pada area workshop.
Tabel 4.12 Form Pengajuan Program K3 Area Workshop
FORM PENGAJUAN PROGRAM
No. Kegiatan Lokasi Sumber
Bahaya
Potensi
Bahaya
Akibat yang
Ditimbulkan Program K3 Target
1 Bekerja di workshop
Workshop
Banyak material keras tercecer di lantai
Kaki tertimpa material Memar
Pemberian prosedur mutu, instruksi kerja
1 hari Tersandung
Banyak material tajam tercecer di lantai
Kaki tertimpa material Luka sayat
Tersandung
Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya di area workshop
adalah dengan memberikan prosedur mutu dan instruksi kerja. Di dalam prosedur dan
instruksi kerja membimbing para teknisi untuk selalu merapikan material-material
yang tercecer di lantai selesai bekerja. Hal ini bertujuan agar kondisi lantai menjadi
bersih, sehingga aman dilalui oleh banyak orang. Program K3 ini dapat dijalankan
selama 1 hari.
71
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.13 Tabel HIRAS Area Maintenance
PT. SANTOS JAYA ABADI
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM
Departemen : Technic Jumlah Personel : 3 orang
Area : Maintenance PIC : Januardi
Tanggal Pelaksanaan : 18 Januari 2011 Tim Penilai : Januardi, Wenny, Daniel, Danny
Tanggal Review : 22 Maret 2011
No. Risk Assessment : 10
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
No. Kegiatan
Sumber
Bahaya,
Kondisi
Tidak Aman,
Tindakan
Tidak Aman
S/H
Bahaya
yang
Terjadi
Akibat yang
Ditimbulkan
Kondisi Penilaian Resiko Metode
Pengamanan
(Jika Ada)
Resiko Akhir Level Resiko
R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko
1 Mengambil barang di lemari
Memanjat lemari
S Terjatuh
Memar dan
keseleo
Rutin
2 2 2 8
Tidak ada
2 2 2 8 Trivial
Patah tulang 2 2 4 16 2 2 4 16 Trivial
Meninggal 2 2 5 20 2 2 5 20 Trivial
72
Universitas Kristen Petra
Di area maintenance ditemukan potensi bahaya, yaitu mengambil barang di
lemari. Sumber bahaya dari mengambil barang di lemari adalah memanjat lemari.
Para teknisi mempunyai kebiasaan saat mengambil barang di lemari bagian atas, cara
mengambil barangnya tidak menggunakan tangga atau alat bantu lainnya, tetapi
dengan memanjat lemari. Jika dilihat dari sisi waktu, memanjat lemari lebih cepat,
namun jika dilihat dari sisi K3 hal seperti ini sangat berbahaya dan tidak diijinkan.
Bahaya yang dapat terjadi saat memanjat lemari adalah terjatuh. Dampak dari
memanjat lemari menghasilkan 3 macam kemungkinan akibat, yang mana dinilai
mulai dari kemungkinan akibat yang paling ringan sampai yang paling berat.
Kemungkinan akibat yang paling ringan adalah memar dan keseleo, kemudian
dilanjutkan dengan patah tulang. Sedangkan kemungkinan terberatnya adalah
meninggal. Kegiatan mengambil barang di lemari ini dilakukan secara rutin, yaitu
setiap hari. Berikut merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya
mengambil barang di lemari.
Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko)
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya terjatuh adalah 2 (bulanan). Pemberian nilai tersebut
didasarkan atas seringnya para teknisi memanjat lemari saat hendak mengambil
barang di lemari bagian atas. Namun kejadian terjatuh jarang dialami oleh para
teknisi, sehingga frekuensi terjatuh termasuk pada level resiko tingkat 2.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya terjatuh adalah 2 (jarang terjadi). Hal ini
dikarenakan para teknisi sudah terbiasa mengambil barang dengan memanjat
lemari, sehingga probabilitas terjatuh cukup kecil. Biarpun probabilitas kecil,
namun masih terdapat sedikit kemungkinan para teknisi dapat jatuh saat
memanjat lemari jika dilakukan tidak dengan hati-hati.
- S (keparahan)
a. Memar dan keseleo: menurut tabel severity, memar dan keseleo terletak pada
level resiko tingkat 2.
73
Universitas Kristen Petra
b. Patah tulang: patah tulang diklasifikasikan sebagai terluka berat, sehingga
level resikonya adalah tingkat 4.
c. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko
tingkat 5.
- Resiko
a. Memar dan keseleo: resiko memar dan resiko didapatkan dari 2 x 2 x 2 = 8.
b. Patah tulang: resiko patah tulang didapatkan dari 2 x 2 x 4= 16 .
c. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 2 x 2 x 5= 20.
Perusahaan tidak memiliki metode pengamanan dari sumber bahaya memanjat
lemari. Oleh karena itu, penilaian resiko akhir sama dengan penilaian resiko
sebelum ada metode pengamananya.
Level Resiko
a. Memar dan keseleo: menurut tabel level resiko, resiko= 8 termasuk trivial.
b. Patah tulang: menurut tabel level resiko, resiko= 16 termasuk trivial.
c. Meninggal: menurut tabel level resiko, resiko= 20 termasuk trivial.
Level resiko dari kegiatan mengambil barang di lemari adalah trivial, yang
mana hal ini menggambarkan bahwa sumber bahaya tersebut masih dalam batas
aman. Hal ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah,
sehingga dari sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau
catatan khusus, kecuali untuk sumber bahaya yang sampai dapat menyebabkan
kematian. Perusahaan harus tetap melakukan pemantauan secara rutin khusus untuk
sumber bahaya yang dapat menyebabkan kematian.
Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan
penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah
trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak
diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat
74
Universitas Kristen Petra
sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan
terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.
Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah
membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya
sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan
mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil
form pengajuan program pada area luar, yaitu area maintenance.
Tabel 4.14 Form Pengajuan Program K3 Area Maintenance
FORM PENGAJUAN PROGRAM
No. Kegiatan Lokasi Sumber
Bahaya
Potensi
Bahaya
Akibat yang
Ditimbulkan
Program
K3 Target
1 Mengambil barang di lemari
Ruang Maintenance
Memanjat lemari
Terjatuh
Memar dan keseleo
Pemberian
prosedur bekerja di ketinggian
1 hari Patah tulang
Meninggal
Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya memanjat lemari
adalah dengan memberikan prosedur bekerja di ketinggian supaya para teknisi
dianjurkan untuk mengambil barang dengan alat bantu sesuai dengan ketinggian
lemari beserta dengan APD (Alat Pelindung Diri). Program K3 ini dapat dijalankan
selama 1 hari.
75
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.15 Tabel HIRAS Area Gudang Sparepart
PT. SANTOS JAYA ABADI
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM
Departemen : Jumlah Personel : 3 orang
Area : Gudang Sparepart PIC : Dwi
Tanggal Pelaksanaan : 18 Januari 2011 Tim Penilai : Dwi, Wenny, Daniel, Danny
Tanggal Review : 22 Maret 2011
No. Risk Assessment : 11
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
No. Kegiatan
Sumber
Bahaya,
Kondisi Tidak
Aman,
Tindakan
Tidak Aman
S/H Bahaya yang
Terjadi
Akibat yang
Ditimbulkan
Kondisi Penilaian Resiko
Metode
Pengamanan
(Jika Ada)
Resiko Akhir
Level
Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko
1 Bekerja saat malam hari
Penerangan tidak terang di meja bagian luar
H Gangguan mata
Tidak dapat bekerja dengan baik
Rutin 5 3 1 15 Tidak ada 5 3 1 15 Trivial
76
Universitas Kristen Petra
Di area gudang sparepart ditemukan potensi bahaya, yaitu bekerja saat malam
hari. Sumber bahaya dari bekerja saat malam hari adalah penerangan tidak terang di
meja bagian luar. Ruangan gudang spare part cukup gelap karena ruangan tersebut
sangat tertutup. Lampu yang ada di gudang saat ini belum cukup terang, sehingga saat
bekerja di malam hari, para karyawan mempunyai kesulitan dalam membaca atau
menulis. Sumber bahaya ini dapat berdampak pada kesehatan (H:
Healthy/Kesehatan). Bahaya yang terjadi saat penerangan tidak terang adalah
gangguan mata. Akibat yang ditimbulkan adalah tidak dapat bekerja dengan baik.
Kegiatan bekerja saat malam hari ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut
merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya penerangan tidak
terang.
Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko)
- F (frekuensi)
Frekuensi terjadinya bahaya gangguan mata adalah 5 (setiap shift). Pemberian
nilai tersebut didasarkan atas setiap shift malam, para karyawan sering
mengalami kesulitan saat bekerja di meja bagian luar dikarenakan gelap.
Seringkali para karyawan memaksa mata mereka untuk membaca atau menulis di
malam hari.
- L (kemungkinan terjadi)
Kemungkinan terjadinya bahaya gangguan mata adalah 3 (kadang-kadang
terjadi). Hal ini dikarenakan tidak setiap hari para karyawan membaca atau
menulis saat bekerja pada shift malam. Jika ada pengambilan barang saja,
karyawan baru memeriksa kertas-kertas yang diberikan.
- S (keparahan)
Menurut tabel severity, tidak dapat bekerja dengan baik diklasifikasikan tidak
terjadi luka, sehingga level resikonya adalah tingkat 1.
- Resiko
Resiko tidak dapat bekerja dengan baik didapatkan dari 5 x 3 x 1 = 15.
77
Universitas Kristen Petra
Perusahaan tidak memiliki metode pengamanan dari sumber bahaya penerangan
tidak terang. Oleh karena itu, penilaian resiko akhir sama dengan penilaian resiko
sebelum ada metode pengamananya.
Level Resiko
Menurut tabel level resiko, resiko= 15 termasuk trivial.
Level resiko dari kegiatan bekerja saat malam hari adalah trivial, yang mana hal
ini menggambarkan bahwa sumber bahaya tersebut masih dalam batas aman. Hal ini
dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari sumber
bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus.
Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan
penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah
trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak
diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat
sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan
terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.
Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah
membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya
sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan
mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil
form pengajuan program pada area luar, yaitu area gudang spare part.
Tabel 4.16 Form Pengajuan Program K3 Area Gudang Sparepart
FORM PENGAJUAN PROGRAM
No. Kegiatan Lokasi Sumber
Bahaya
Potensi
Bahaya
Akibat yang
Ditimbulkan Program K3 Target
1
Bekerja saat malam hari
Ruang Gudang
Sparepart
Penerangan tidak terang di meja bagian luar
Gangguan mata
Tidak dapat bekerja
dengan baik
Pemberian lampu tambahan di
meja bagian luar
1 hari
78
Universitas Kristen Petra
Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya penerangan tidak
terang adalah dengan memberikan lampu tambahan di meja bagian luar supaya
karyawan dapat melakukan aktifitasnya di malam hari dengan baik tanpa adanya
gangguan. Program K3 ini dapat dijalankan selama 1 hari.
4.7. Implementasi Program K3
PT Santos Jaya Abadi telah melakukan implementasi program K3 pada area
workshop dikarenakan area tersebut rawan akan kecelakaan kerja. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya aktifitas kerja yang mengandung potensi bahaya yang cukup
berbahaya. Oleh karena itu, PT Santos Jaya Abadi ingin mereduksi atau bahkan
mengeliminasi potensi-potensi bahaya yang ada di workshop melalui pola PDCA
(Plan, Do, Check, Act). Alasan pemilihan pola PDCA adalah untuk meningkatkan
pemantauan dalam penerapan K3 supaya implementasi ini tidak hanya ditujukan
untuk para teknisi, tetapi juga untuk seluruh jabatan yang ada di dalam workshop.
Diharapkan melalui penerapan pola tersebut, implementasi dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Berikut merupakan tabel pola PDCA yang dilakukan dalam proses
pengimplementasian.
Tabel 4.17 Pola PDCA
Pola PDCA Penjelasan
Plan - Identifikasi bahaya
- Penilaian resiko
- Penetapan pengendalian
- Pengajuan program K3
Do Implementasi program K3
Check Pemantauan dan pemeriksaan dokumen HIRAS
Act Perbaikan dengan pemberian rekomendasi
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan perencanaan terlebih dahulu
dengan cara mengidentifikasi bahaya, menilai resiko, menetapkan pengendalian dan
79
Universitas Kristen Petra
juga mengajukan program K3. Kemudian dilanjutkan dengan pengimplementasian
program K3 yang diajukan. Saat melakukan implementasi, dilakukan penyuluhan
terlebih dahulu pada para teknisi workshop. Dilakukan penjelasan singkat mengenai
teori K3, setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan mengenai program K3 yang
dibuat. Program K3, seperti prosedur mutu dan instruksi kerja kemudian
diimplementasikan dengan cara menempel instruksi-instruksi kerja di samping mesin-
mesin yang ada di workshop. Sedangkan prosedur diberikan kepada kepala area
workshop supaya kepala area dapat terus melakukan pemantauan kepada para teknisi.
Kemudian dilakukan pemantauan dan pemeriksaan dokumen HIRAS, apakah
implementasi program K3 sudah berjalan dengan baik atau belum. Jika program K3
belum dilakukan dengan baik, maka dilakukan langkah selanjutnya, yaitu melakukan
perbaikan dengan cara memberikan rekomendasi supaya program-program K3 yang
belum berjalan dengan baik diperbaiki kembali. Jadi apabila ditemukan suatu hal
yang tidak sesuai dengan prosedur maupun instruksi kerja yang ada, maka kepala area
wajib memberikan peringatan atau pemberitahuan kepada teknisi dengan tegas.
Langkah tersebut kemudian dilanjutkan kembali dengan suatu perencanaan baru, lalu
dilakukan pengimplementasian dan seterusnya. Dilakukan pola PDCA guna untuk
membuat program K3 berjalan dengan baik, lancar dan efektif.
4.7.1. Hasil Evaluasi Sebelum Dilakukan Implementasi (Kondisi Awal
Workshop)
Sebelum dilakukannya pengimplementasian program K3 pada area ini,
workshop merupakan area yang tidak terawat, yang mana hanya mementingkan hasil
outputnya saja tanpa mementingkan kesehatan dan keselamatan kerja para teknisi.
Hal ini dapat dilihat dari peletakan mesin yang tidak teratur, kondisi lingkungan kerja
yang kotor, berdebu, bising dan bau, peletakan material yang tidak pada tempatnya,
obat yang disediakan juga kadaluarsa dan tidak lengkap, tidak menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan lengkap dan lain sebagainya. Gambar 4.3 di bawah ini
merupakan gambar layout kondisi awal workshop.
80
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3 Kondisi Awal Layout Workshop Engineering
81
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan layout di atas, ditemukan beberapa hal yang tidak memenuhi unsur
K3, yaitu peletakan mesin atau material yang tidak tepat, seperti mesin plasma
cutting berdekatan dengan area tabung gas (bottle area), peletakan mesin cutting dan
welding berdekatan dengan panel listrik, area tempat minum berdekatan dengan
tempat sampah, peletakan APAR terlalu dalam dan peletakan tempat finish job tidak
tepat.
Plasma cutting merupakan proses kerja yang menghasilkan percikan api,
sehingga hal ini menjadi sangat berbahaya jika didekatkan dengan tabung gas karena
dapat meledak. Tidak hanya itu saja, tabung gas juga tidak dalam kondisi di rantai.
Jika dilihat dari sisi keamanannya, peletakan mesin plasma cutting sangat tidak tepat.
Selain itu, peletakan mesin cutting dan welding berdekatan dengan panel listrik,
serta berjauhan dengan ventilasi. Ventilasi terletak di daerah mesin plat bending area,
argon welding area, snei pipa area dan plasma cutting area. Hal ini dikatakan
berbahaya karena mesin cutting dan welding menghasilkan percikan api, sehingga
tidak diperbolehkan berdekatan dengan panel listrik karena dapat menyebabkan
kebakaran apabila percikan api mengenai panel listrik. Selain percikan api, mesin
tersebut juga menghasilkan asap. Untuk mesin yang menghasilkan asap, seharusnya
didekatkan dengan ventilasi supaya bau asap tidak menyebar ke dalam ruangan.
Namun kenyataan dari kondisi awal workshop adalah peletakan mesin cutting dan
welding berjauhan dengan ventilasi, sehingga kondisi lingkungan workshop menjadi
bau.
Area tempat minum didekatkan dengan tempah sampah, yang mana tempat
sampah diletakkan di sebelah wastafel. Seringkali tempat sampah dibiarkan dalam
keadaan terbuka (tanpa tutup). Peletakan tempat minum seperti ini sangat tidak baik
bagi kesehatan tubuh pekerja karena air minum tersebut sudah terkontaminasi oleh
bakteri sampah.
APAR diletakkan di sebelah kantor bengkel teknik. Peletakkan yang seperti itu
sangat tidak efisien karena peletakkannya terlalu dalam dan jauh dari pintu
masuk/keluar. Pintu terletak di sebelah bottle area.
82
Universitas Kristen Petra
Peletakan tempat finish job juga dikatakan tidak tepat karena tempat finish job
diletakkan cukup jauh dari pintu masuk/keluar. Tempat finish job merupakan suatu
tempat yang digunakan untuk mengambil material yang sudah selesai
dibuat/diperbaiki. Saat karyawan mengambil material di tempat finish job, maka
mereka harus melewati area plat bending, argon welding, snei pipa, plasma cutting
dan tabung gas terlebih dahulu. Apabila saat melewati area tersebut, karyawan tidak
melakukannya dengan hati-hati, maka kecelakaan kerja bisa mengenai karyawan
tersebut.
4.7.2. Hasil Evaluasi Sesudah Dilakukan Implementasi (Kondisi Baru
Workshop)
Proses implementasi yang dilakukan adalah menjalankan prosedur mutu
workshop, instruksi kerja semua mesin dan perubahan layout. Kemudian dilakukan
pemantauan pada para teknisi workshop untuk mengetahui apakah program K3 yang
diimplementasikan tersebut sudah berjalan dengan baik. Selain pemantauan juga
dilakukan sosialisasi khusus pada tiap teknisi yang ada di workshop agar saat
menjalankan program K3, mereka melakukannya tidak dengan paksaan, tetapi dengan
kesadaran.
Setelah dilakukan evaluasi hasil implementasi, ada dua hasil yang didapat,
yaitu ada yang menjalankan program K3 dengan baik dan ada juga yang tidak
menjalankan program K3 dengan baik. Berikut penjabaran lebih lanjut pada hasil
implementasi di workshop.
Menjalankan program K3 dengan baik
Dalam menunjukkan kesadaran akan pentingnya K3, para teknisi workshop
mau bekerja sama untuk menjalankan program K3 ini dengan baik. Ada beberapa
hal dari program K3 yang sudah dilakukan oleh teknisi, yaitu:
- Ada beberapa teknisi saat mengoperasikan mesin menggunakan safety glasses,
safety shoes, safety gloves dan safety helmet sesuai dengan mesin yang
digunakan. Meskipun pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) masih belum
83
Universitas Kristen Petra
lengkap, namun mereka mau untuk diarahkan menggunakan APD lengkap
secara perlahan.
- Saat melakukan proses pengelasan dan gerinda, teknisi mempunyai kebiasaan
mengerjakannya dengan posisi jongkok tanpa adanya alat bantu, seperti kursi
kecil. Namun sekarang, semua teknisi saat bekerja selalu menggunakan bantuan
kursi kecil agar menghindari posisi jongkok.
- Setelah selesai menggunakan alat brander cutting, teknisi sudah membiasakan
diri untuk merapikan kembali alat kerja ke tempat semula, seperti
mengembalikan selang brander cutting ke tempat asalnya.
- Teknisi bubut juga mulai membiasakan diri untuk membersihkan sisa-sisa
kotoran bubut setelah selesai bekerja atau saat sedang menunggu material,
sehingga kondisi lingkungan yang awalnya kotor dan berdebu, kini menjadi
lebih bersih.
Tidak menjalankan program K3 dengan baik
Selama melakukan pengimplementasian program K3, ada 6 hal yang belum
terpenuhi dengan baik atau tidak sesuai dengan dokumen HIRAS, yaitu:
- Penggunaan APD. Masih ditemui banyak teknisi yang tidak menggunakan APD
secara lengkap. Misalnya pada penggunaan mesin las argon, APD yang
seharusnya digunakan adalah welding helmet, safety shoes, welding gloves,
masker, baju lengan panjang dan apron. Namun faktanya, APD yang digunakan
hanya welding helmet dan safety shoes.
- Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan workshop masih kurang rapi dan
teratur. Hal ini dapat dilihat dari peletakan material yang berceceran di lantai.
Setelah adanya pengimplementasian, kondisi lingkungan workshop bisa
dikatakan menjadi lebih baik dibandingkan kondisi lingkungan awal. Pada
kondisi awal, semua area terlihat tidak rapi. Banyak material-material yang
dicecer di lantai. Sedangkan untuk sekarang ini, material yang tercecer hanya di
bagian gerinda saja. Kedua, ruang jalan di dalam area workshop menjadi
84
Universitas Kristen Petra
sempit. Hal ini dikarenakan banyaknya mesin-mesin yang rusak diletakkan di
sepanjang jalan, sehingga saat melintasi daerah tersebut harus dilakukan dengan
hati-hati. Ketiga, kondisi lingkungan workshop cukup bising dikarenakan
penggunaan dari alat gerinda. Alat gerinda menghasilkan bunyi yang cukup
bising dan bunyi bising tersebut sangat tidak baik bagi kesehatan teknisi.
Keempat, kondisi udara di ruang mesin bubut sangat panas dikarenakan
ruangan mesin bubut tertutup. Dengan adanya ventilasi pada ruangan tersebut,
hal ini masih belum bisa mengatasi rasa panas.
- Peletakan material. Peletakan APAR di area workshop ini tidak tepat karena
letaknya terlalu dalam atau jauh dari pintu masuk/keluar, sehingga saat
mengambil APAR harus masuk ke dalam ruangan dan melewati area-area
mesin terlebih dahulu. Kedua, banyak teknisi yang meletakkan sarung tangan
tidak pada tempatnya, melainkan di lantai. Teknisi workshop mempunyai
kebiasaan setelah menggunakan mesin, sarung tangan langsung diletakkan di
atas lantai. Ketiga, di ruang mesin bubut tidak terdapat pengelompokkan
material, yang mana material-material bercampuran menjadi satu. Banyak
material diletakkan di atas lantai dan sedikit material yang diletakkan di dalam
lemari. Jadi saat hendak mengambil material, harus mencari-cari terlebih
dahulu. Saat mencari material, kabel-kabel menjadi ikut terinjak. Keempat, fire
extinguisher di ruang mesin bubut diletakkan tanpa adanya pengait, sehingga
hal ini akan menjadi berbahaya apabila fire extinguisher tidak sengaja
tersenggol dan jatuh mengenai anggota tubuh teknisi.
- Penggunaan material. Para teknisi mempunyai kebiasaan untuk tidak langsung
mengembalikan tabung gas yang sudah dalam keadaan kosong ke tempat
tabung. Namun kebiasaan yang dilakukan adalah mengambil tabung gas yang
baru tanpa mengembalikan terlebih dahulu tabung gas yang kosong. Hal ini
membuat kondisi tempat kerja menjadi lebih sempit. Selain itu, teknisi juga
tidak merantai tabung gas yang masih baru atau yang sedang tidak digunakan.
Kondisi tabung dibiarkan begitu saja tanpa adanya rantai.
85
Universitas Kristen Petra
- Posisi dan cara kerja. Teknisi bubut mempunyai kebiasaan mengambil
serabut/sisa hasil bubut dengan menggunakan jari pada saat mesin sedang
berputar. Hal ini sangat berbahaya dilakukan karena jika jari sampai masuk ke
dalam mesin bubut, jari teknisi bisa terlepas dan terluka. Selain itu, jarak antar
teknisi yang bekerja dengan menggunakan alat gerinda dengan teknisi lainnya
sangat berdekatan. Hal ini cukup berbahaya karena gerinda menghasilkan
banyak percikan api, yang mana percikan api dapat mengenai teknisi lainnya
yang berada dekat dengan teknisi yang menggunakan alat gerinda.
- Layout. Workshop telah melakukan sedikit perubahan layout, namun perubahan
layout saat ini masih belum dikategorikan aman. Hal ini dapat dilihat dari
peletakan mesin cutting dan welding yang masih berdekatan dengan panel
listrik, serta peletakan APAR yang masih di tempat semula (peletakan APAR
terlalu jauh dengan pintu masuk/keluar). Sedangkan yang mengalami
perubahan adalah peletakan mesin plasma cutting sudah dijauhkan dengan area
tabung gas. Perubahan layout dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini.
86
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4 Perubahan Layout Workshop Engineering
87
Universitas Kristen Petra
4.7.3. Rekomendasi
Ada beberapa rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi hasil
implementasi yang belum tepat dari sisi K3, yaitu:
- Penggunaan APD. Penggunaan APD secara lengkap ini tidak bisa dilakukan
dengan sekejap, tetapi bisa dilakukan secara perlahan-lahan. Membutuhkan
pantauan, pemberitahuan dan sosialisasi pada tiap teknisi melalui pola PDCA.
- Kondisi lingkungan. Untuk kondisi lingkungan yang tidak rapi dan teratur, yang
mana dikarenakan banyaknya material yang tercecer di lantai bisa diatasi dengan
cara mengumpulkan material-material tersebut menjadi satu bagian dan diletakkan
di pinggir mesin apabila material tersebut masih digunakan kembali. Jadi sebisa
mungkin material tidak dicecer di atas lantai. Sedangkan untuk ruang jalan yang
sempit dikarenakan banyaknya mesin-mesin di sepanjang jalan dapat diatasi
dengan cara menata mesin secara rapi dan rata supaya hal ini tidak memakan
banyak tempat. Selain itu, kondisi ruangan yang cukup bising dikarenakan
penggunaan alat gerinda dapat diatasi dengan cara penggunaan ear plug. Teknisi
harus dibiasakan menggunakan ear plug supaya ketajaman pendengaran mereka
tidak berkurang. Sebaiknya perusahaan memberikan fasilitas ear plug supaya
teknisi workshop bisa menggunakan ear plug di saat kondisi lingkungan
bising.Kondisi udara di ruang mesin bubut yang panas ini dikarenakan ruangan
mesin bubut tertutup dapat diatasi dengan cara memberikan exhaust fan atau kipas
angin pada ruangan tersebut supaya teknisi bubut dapat bekerja dengan nyaman.
- Peletakan material. Peletakan APAR yang tidak strategis ini sebaiknya dipindah
dekat pintu masuk/keluar supaya saat mengambil APAR dapat dilakukan dengan
cepat dan lebih mudah dijangkau. Kedua, sarung tangan yang diletakkan dengan
sembarangan oleh para teknisi, dapat diatasi dengan cara kepala area workshop
harus memberi peringatan kepada para teknisi untuk selalu meletakkan sarung
tangan pada tempatnya. Ketiga, di ruang mesin bubut yang tidak terdapat
pengelompokan material, sehingga material bercampuran menjadi satu dapat
diatasi dengan cara memberikan wadah khusus untuk meletakkan material-
88
Universitas Kristen Petra
material yang berukuran kecil sampai sedang. Sedangkan untuk material yang
berukuran besar dapat diletakkan di dalam lemari. Hal ini bertujuan untuk
membuat lebih ringkas dan rapi, sehingga proses pencarian barang dapat dilakukan
dengan cepat.Keempat, fire extinguisher di ruang mesin bubut yang diletakkan
tanpa adanya pengait dapat diatasi dengan cara memberikan pengait pada fire
extinguisher supaya tidak mudah tersenggol ataupun jatuh.
- Penggunaan material. Para teknisi mempunyai kebiasaan untuk tidak langsung
mengembalikan tabung gas yang sudah dalam keadaan kosong ke tempat tabung
dapat diatasi dengan cara memberi peringatan kepada para teknisi untuk selalu
membiasakan mengembalikan tabung gas yang kosong terlebih dahulu pada
tempat tabung gas dan mengambil tabung gas yang baru. Untuk tabung gas yang
masih baru atau sedang tidak digunakan dalam keadaan yang tidak di rantai, maka
sebaiknya mulai dibiasakan untuk merantai tabung-tabung gas supaya lebih aman.
- Posisi dan cara kerja. Untuk mengatasi teknisi bubut yang mempunyai kebiasaan
mengambil serabut/sisa hasil bubut dengan menggunakan jari adalah dengan cara
melarang teknisi untuk mengambil serabut dengan menggunakan anggota
tubuhnya. Serabut boleh diambil pada saat mesin dimatikan atau menggunakan
alat bantu, seperti sumpit dan lain sebagainya. Sedangkan jarak antar teknisi yang
bekerja dengan menggunakan alat gerinda dengan teknisi lainnya sangat
berdekatan dapat diatasi dengan cara memberitahukan kepada para teknisi untuk
tidak bekerja terlalu dekat dengan teknisi yang sedang menggerinda.
- Penyediaan APD. Fasilitas APD yang ada di workshop masih belum lengkap.
Masih ada beberapa APD yang seharusnya digunakan, namun dikarenakan tidak
diberi fasilitas, sehingga teknisi tidak menggunakan APD tersebut. APD yang
diperlukan oleh teknisi workshop, antara lain ear plug, apron dan masker khusus
(bukan masker kain).
- Layout. Layout yang sudah mengalami perubahan sebaiknya diperbaharui kembali
karena masih ditemukan beberapa sumber bahaya yang letaknya saling berdekatan,
seperti peletakan mesin cutting dan welding berdekatan dengan panel listrik,
89
Universitas Kristen Petra
peletakan APAR yang terlalu dalam, mesin-mesin yang menghasilkan percikan api
dan asap berjauhan dengan ventilasi dan exhaust fan, serta meja finisih job
diletakkan di bagian yang cukup dalam. Usulan layout baru akan dibuat dengan
bantuan Activity Relationship Chart atau biasa dikenal dengan Rel Chart. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini.
90
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5 Activity Relationship Chart Usulan Layout Baru
Tabel 4.18 Tabel Kode Alasan Activity Relationship Chart Usulan Layout Baru
Nilai Alasan
1 Safety
2 Healthy
3 Special condition
Pada gambar diagram di atas, peletakan mesin dan material dikelompokkan
dalam beberapa hubungan, yaitu A untuk hubungan yang mutlak harus didekatkan,
I untuk hubungan yang harus didekatkan karena penting, O untuk hubungan yang
didekatkan karena cukup penting, U untuk hubungan yang tidak perlu didekatkan
karena tidak penting dan X untuk hubungan yang tidak boleh didekatkan karena
91
Universitas Kristen Petra
berbahaya. Penjelasan diagram Rel Chart lebih lanjutnya dapat dilihat pada bab
2.5.
Welding area mempunyai hubungan A dengan fitting table karena setelah
melakukan pengelasan, teknisi selalu mengepaskan/mencocokkan hasil las dengan
komponen mesin lainnya di fitting table. Jika dilihat dari sisi K3, peletakkan mesin
welding yang berdekatan dengan fitting table kurang tepat karena proses welding
menghasilkan asap, sehingga perlu didekatkan dengan ventilasi. Sedangkan
apabila welding area didekatkan dengan fitting table, maka hal tersebut berjauhan
dengan ventilasi. Fitting table tidak bisa dipindahkan, sehingga welding area yang
harus didekatkan dengan fitting table. Maka dari itu, diberikan alasan special
condition untuk welding area dengan fitting table.
Snei pipa area, cutting area, plasma cutting area dan argon welding area
mempunyai hubungan I dan harus didekatkan antara satu dengan yang lainnya
karena mesin-mesin tersebut menghasilkan asap, sehingga harus didekatkan
ventilasi. Maka dari itu, alasan pendekatan mesin-mesin tersebut adalah untuk
kesehatan (healthy) para teknisi supaya ruangan terhindar dari bau asap.
Finish job mempunyai hubungan O dengan semua mesin dikarenakan semua
material/komponen mesin yang sudah selesai dikerjakan akan diletakkan di meja
finish job. Maka dari itu, meja finish job cukup penting untuk didekatkan dengan
mesin-mesin yang ada di workshop.
Terdapat beberapa mesin yang mempunyai hubungan U dengan mesin
lainnya. Hal itu menandakan bahwa tidak ada hubungan yang penting mesin
tersebut didekatkan.
Selain itu, ada beberapa mesin yang tidak diperbolehkan berdekatan dengan
area lain dikarenakan sangat berbahaya, seperti welding area berbahaya apabila
didekatkan dengan panel listrik, plasma cutting area berbahaya apabila didekatkan
dengan bottle area dan lain sebagainya. Mesin tersebut tidak diijinkan berdekatan
dengan panel listrik maupun bottle area karena alasan keselamatan (safety). Maka
dari itu, hubungan penempatan area tersebut adalah X.
92
Universitas Kristen Petra
Langkah berikutnya setelah dibuatnya diagram Rel Chart adalah
penggambaran layout. Layout yang dibuat tidak mutlak sesuai dengan keadaan
diagram Rel Chart, tetapi ada beberapa penempatan yang dilakukan adjustment
khusus. Hal ini dikarenakan ada beberapa kondisi nyata yang tidak memungkinkan
dilakukan perubahan letak sesuai dengan diagram Rel Chart. Area-area yang tidak
bisa dipindah, antara lain fitting table, bottle area, panel listrik, rak barang teknik,
tool inventory dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat beberapa area yang tidak berkaitan dengan sisi K3 yang
dilakukan perubahan letak, yaitu mushola, loker teknisi dan penambahan meja
koordinasi. Perubahan letak dilakukan berdasarkan keinginan dari pihak HRD
sendiri tanpa adanya hubungan dengan sisi K3. Usulan layout baru dapat dilihat
lebih jelasnya pada gambar 4.6 di bawah ini.
93
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6 Usulan Layout Workshop Engineering