68
46 Universitas Kristen Petra 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan beberapa hal seperti: a. Tujuan penyebaran kuesioner Adapun tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengetahui keluhan-keluhan apa saja yang dirasakan oleh petugas sortir dalam melakukan pekerjaannya. b. Bentuk dan isi pertanyaan Bentuk pertanyaan yang digunakan pada kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup, dimana dalam menjawab pertanyaan responden hanya memilih alternatif jawaban yang ada. Isi pertanyaan yang digunakan harus jelas dan sederhana. Jelas dalam arti bahwa responden harus dapat menjawab pertanyaan dan memahami maksud pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sedangkan yang dimaksud sederhana, yaitu: hendaknya pertanyaan yang diajukan hanya mempunyai satu penafsiran dan tidak mungkin memberikan penafsiran yang lain. c. Menentukan bentuk respon dari pertanyaan Bentuk respon dari setiap pertanyaan adalah berupa skala likert, penulis memberikan skala 1-5 dimana arti pemberian setiap skala adalah: (Lihat Lampiran 1) Pertanyaan 1 Angka 1 variabel penelitian bersifat sangat tidak membantu Angka 2 variabel penelitian bersifat tidak membantu Angka 3 variabel penelitian bersifat membantu Angka 4 variabel penelitian bersifat agak membantu Angka 5 variabel penelitian bersifat sangat membantu

4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

  • Upload
    others

  • View
    44

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

46Universitas Kristen Petra

4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4.1. Pengolahan Data

4.1.1. Penyusunan Kuesioner

Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan beberapa hal seperti:

a. Tujuan penyebaran kuesioner

Adapun tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengetahui

keluhan-keluhan apa saja yang dirasakan oleh petugas sortir dalam melakukan

pekerjaannya.

b. Bentuk dan isi pertanyaan

Bentuk pertanyaan yang digunakan pada kuesioner ini adalah pertanyaan

tertutup, dimana dalam menjawab pertanyaan responden hanya memilih

alternatif jawaban yang ada.

Isi pertanyaan yang digunakan harus jelas dan sederhana. Jelas dalam arti

bahwa responden harus dapat menjawab pertanyaan dan memahami maksud

pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sedangkan yang dimaksud sederhana,

yaitu: hendaknya pertanyaan yang diajukan hanya mempunyai satu penafsiran

dan tidak mungkin memberikan penafsiran yang lain.

c. Menentukan bentuk respon dari pertanyaan

Bentuk respon dari setiap pertanyaan adalah berupa skala likert, penulis

memberikan skala 1-5 dimana arti pemberian setiap skala adalah: (Lihat

Lampiran 1)

• Pertanyaan 1

Angka 1 à variabel penelitian bersifat sangat tidak membantu

Angka 2 à variabel penelitian bersifat tidak membantu

Angka 3 à variabel penelitian bersifat membantu

Angka 4 à variabel penelitian bersifat agak membantu

Angka 5 à variabel penelitian bersifat sangat membantu

Page 2: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

47

• Pertanyaan 2

Angka 1 à variabel penelitian bersifat sangat tidak terang

Angka 2 à variabel penelitian bersifat tidak terang

Angka 3 à variabel penelitian bersifat terang

Angka 4 à variabel penelitian bersifat agak terang

Angka 5 à variabel penelitian bersifat sangat terang

• Pertanyaan 3

Angka 1 à variabel penelitian bersifat sangat tidak tepat

Angka 2 à variabel penelitian bersifat tidak tepat

Angka 3 à variabel penelitian bersifat tepat

Angka 4 à variabel penelitian bersifat agak tepat

Angka 5 à variabel penelitian bersifat sangat tepat

• Pertanyaan 4 dan 5

Angka 1 à variabel penelitian bersifat sangat tidak nyaman

Angka 2 à variabel penelitian bersifat tidak nyaman

Angka 3 à variabel penelitian bersifat nyaman

Angka 4 à variabel penelitian bersifat agak nyaman

Angka 5 à variabel penelitian bersifat sangat nyaman

• Pertanyaan 6 dan 7

Angka 1 à variabel penelitian bersifat sangat tidak menunjang

Angka 2 à variabel penelitian bersifat tidak menunjang

Angka 3 à variabel penelitian bersifat menunjang

Angka 4 à variabel penelitian bersifat agak menunjang

Angka 5 à variabel penelitian bersifat sangat menunjang

4.1.2. Penentuan Jumlah Responden

Populasi penelitian ini adalah petugas sortir yang ada di Unit II, V, dan

VII. Jumlah petugas sortir pada Unit II adalah 16 orang, Unit V berjumlah 24

orang, dan Unit VII berjumlah 24 orang. Kuesioner dibagikan pada semua petugas

sortir.

Page 3: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

48

4.1.3. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan di tiga unit yaitu Unit II, V, dan VII

sesuai dengan jumlah populasi di masing-masing unit yang bersangkutan. Hasil

penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.4. Korelasi Bivariate dan Uji Reliabilitas

Korelasi bivariate dilakukan dengan menggunakan software SPSS 14.0.

Korelasi bivariate digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi (hubungan)

di antara variabel-variabel yang ada. Setelah angka korelasi didapat dari uji

bivariate ini, maka bagian kedua dari output SPSS adalah menguji apakah angka

korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat digunakan untuk

menjelaskan hubungan dua variabel. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan

tanda * pada output uji bivariate. Tanda * menunjukkan bahwa korelasi antar

variabel signifikan pada saat á = 0,01 dan untuk yang bertanda ** mempunyai

korelasi antar variabel yang signifikan pada saat á = 0,05.

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan

yang merupakan dimensi suatu variabel (Singgih Santoso, 1999). Uji reliabilitas

bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda pada variabel-variabel pada kuesioner bila dilakukan

pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Reliabilitas suatu variabel

dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.

Hasil output dari korelasi bivariate dan uji reliabilitas pada Unit II dapat

dilihat pada Lampiran 3. Semua variabel-variabel pada dimensi penerangan,

kenyamanan kursi dan kondisi udara dapat dikatakan signifikan atau semua

variabel bisa mewakili dimensinya. Output nilai Cronbach’s Alpha dari uji

reliabilitas semua butir pertanyaan ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Page 4: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

49

Tabel 4.1. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner pada Unit II

No. DimensiCronbach’s

Alpha1 Penerangan 0,6972 Kenyamanan kursi 0,7583 Kondisi udara 0,685

Diperoleh bahwa semua nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 yang berarti semua butir

pertanyaan telah reliabel.

Hasil output dari korelasi bivariate dan uji reliabilitas pada Unit V dapat

dilihat pada Lampiran 4. Semua variabel-variabel pada dimensi penerangan,

kenyamanan kursi dan kondisi udara dapat dikatakan signifikan atau semua

variabel bisa mewakili dimensinya. Output nilai Cronbach’s Alpha dari uji

reliabilitas semua butir pertanyaan ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner pada Unit V

No. DimensiCronbach’s

Alpha1 Penerangan 0,7662 Kenyamanan kursi 0,6013 Kondisi udara 0,867

Diperoleh bahwa semua nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 yang berarti semua butir

pertanyaan telah reliabel.

Hasil output dari korelasi bivariate pada Unit VII dapat dilihat pada

Lampiran 5. Semua variabel-variabel pada dimensi penerangan, kenyamanan

kursi, dan kondisi udara dapat dikatakan signifikan atau semua variabel bisa

mewakili dimensinya. Output nilai Cronbach’s Alpha dari uji reliabilitas semua

butir pertanyaan ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner pada Unit VII

No. DimensiCronbach’s

Alpha1 Penerangan 0,0132 Kenyamanan kursi 0,7053 Kondisi udara 0,803

Page 5: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

50

Diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada dimensi kenyamanan kursi dan

kondisi udara lebih besar dari 0,6 yang berarti semua butir pertanyaan pada

dimensi tersebut telah reliabel. Cronbach’s Alpha pada dimensi penerangan < 0,6.

Hal ini dapat terjadi karena jawaban pada dimensi tersebut tidak saling

mendukung satu sama lain, pertanyaan pada butir ketiga yang menjelaskan posisi

pemasangan lampu menghasilkan jawaban yang tidak mendukung pertanyaan

butir pertama dan kedua. Pencahayaan lampu pada siang hari dan malam hari

dapat membantu petugas sortir, namun posisi pemasangan lampu tidak tepat.

4.1.5. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan salah satu metode dalam statistika yang

menyajikan data-data penelitian dalam bentuk angka-angka atau gambar-gambar

tanpa melakukan pengujian hipotesis. Berikut ini dijelaskan secara deskriptif

tentang tanggapan responden penelitian pada masing-masing variabel pertanyaan.

Tabel 4.4. Respon Responden Unit II terhadap Variabel-variabel Kuesioner

Skala Jawaban RespondenNo. Pernyataan

1 2 3 4 50 0 7 0 9

1Peneranganlampu siang hari 0.00% 0.00% 43.75% 0.00% 56.25%

0 6 5 4 12

Peneranganlampu malamhari 0.00% 37.50% 31.25% 25.00% 6.25%

0 2 4 3 73

Posisipemasanganlampu 0.00% 12.50% 25.00% 18.75% 43.75%

0 9 2 0 54 Dudukan kursi

0.00% 56.25% 12.50% 0.00% 31.25%0 2 6 6 2

5 Ketinggian kursi0.00% 12.50% 37.50% 37.50% 12.50%

8 8 0 0 06 Kualitas udara

50.00% 50.00% 0.00% 0.00% 0.00%8 5 3 0 0

7 Suhu udara50.00% 31.25% 18.75% 0.00% 0.00%

Page 6: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

51

Tabel di atas menunjukkan jawaban responden dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Penerangan lampu pada siang hari sangat membantu petugas sortir dalam

melakukan pekerjaannya apalagi letak matahari yang selalu bergeser dan

keadaan rumah sortir bagian depan yang tertutup sehingga cahaya matahari

tidak sepenuhnya masuk ke dalam rumah sortir.

2. Penerangan pada malam hari masih kurang terang apalagi bila melihat cacat-

cacat yang kecil.

3. Posisi pemasangan lampu sudah tepat untuk melihat cacat-cacat pada keramik

karena tidak menimbulkan silau.

4. Dudukan kursi tidak nyaman karena masih terlalu keras.

5. Ketinggian kursi sudah cukup baik untuk melihat kecacatan dengan jelas.

6. Kualitas udara dalam pabrik tidak menunjang kenyamanan petugas sortir

dalam bekerja. Polusi yang ada dikarenakan adanya asap forklift dan debu

molen Unit I yang letaknya berdekatan dengan area sortir.

7. Suhu udara di sekitar rumah sortir tidak menunjang kenyamanan petugas sortir

dalam bekerja apalagi pada siang hari suhunya cukup tinggi (di atas 30° C).

Tabel 4.5. Respon Responden Unit V terhadap Variabel-variabel Kuesioner

Skala Jawaban RespondenNo. Pernyataan

1 2 3 4 50 0 8 8 8

1Peneranganlampu siang

hari 0.00% 0.00% 33.33% 33.33% 33.33%

0 0 8 8 82

Peneranganlampu

malam hari 0.00% 0.00% 33.33% 33.33% 33.33%

0 8 4 8 43

Posisipemasangan

lampu 0.00% 33.33% 16.66% 33.33% 16.66%

4 19 1 0 04

Dudukankursi 16.66% 79.16% 4.16% 0.00% 0.00%

4 5 10 5 05

Ketinggiankursi 16.66% 20.83% 41.66% 20.83% 0.00%

4 12 8 0 06

Kualitasudara 16.66% 50.00% 33.33% 0.00% 0.00%

8 12 4 0 07 Suhu udara

33.33% 50.00% 16.66% 0.00% 0.00%

Page 7: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

52

Tabel di atas menunjukkan jawaban responden dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Penerangan lampu pada siang hari membantu petugas sortir dalam melakukan

pekerjaannya karena bila menggunakan cahaya matahari saja masih kurang

jelas dan ada beberapa kecacatan yang harus menggunakan bantuan cahaya

lampu seperti gelombang dan garis.

2. Penerangan pada malam hari sudah cukup terang.

3. Posisi pemasangan lampu kurang tepat karena masih ada cacat-cacat yang

tidak dapat terlihat seperti retak yang sangat tipis dan masih ada daerah gelap

pada area sortir.

4. Dudukan kursi tidak nyaman karena masih terlalu keras.

5. Ketinggian kursi masih kurang karena petugas sortir kurang leluasa melihat

cacat yang ada di sisi atas keramik.

6. Kualitas udara dalam pabrik tidak menunjang kenyamanan petugas sortir

dalam bekerja karena adanya debu glasir dan debu dari mesin amplas yang

berterbangan ke arah rumah sortir.

7. Suhu udara di sekitar rumah sortir tidak menunjang karena di atas 30° C.

Tabel 4.6. Respon Responden Unit VII terhadap Variabel-variabel Kuesioner

Skala Jawaban RespondenNo. Pernyataan

1 2 3 4 50 2 11 11 0

1Peneranganlampu sianghari 0.00% 8.33% 45.83% 45.83% 0.00%

2 14 2 2 42

Peneranganlampumalam hari 8.33% 58.33% 8.33% 8.33% 16.66%

0 0 20 2 23

Posisipemasanganlampu 0.00% 0.00% 83.33% 8.33% 8.33%

0 12 6 3 34

Dudukankursi 0.00% 50.00% 25.00% 12.50% 12.50%

0 1 3 9 115

Ketinggiankursi 0.00% 4.16% 12.50% 37.50% 45.83%

11 0 11 0 26

Kualitasudara 45.83% 0.00% 45.83% 0.00% 8.33%

5 17 0 2 07 Suhu udara

20.83% 70.83% 0.00% 8.33% 0.00%

Page 8: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

53

Tabel di atas menunjukkan jawaban responden dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Selain cahaya matahari, penerangan lampu pada siang hari cukup membantu

petugas sortir dalam melakukan pekerjaannya karena ada beberapa motif yang

butuh penerangan lampu untuk melihat kecacatannya.

2. Penerangan pada malam hari masih tidak terang karena masih banyak lampu

yang belum berfungsi dengan baik, kadang-kadang masih ada cacat-cacat

kecil yang tidak terlihat.

3. Posisi pemasangan lampu sudah tepat untuk menerangi keramik yang lewat

karena jatuhnya cahaya yang merata dan posisi pemasangan lampu di bawah

pandangan mata tidak menyebabkan silau.

4. Dudukan kursi tidak nyaman karena masih terlalu keras dan panas apabila

duduk terlalu lama.

5. Ketinggian kursi sudah cukup baik untuk menyortir.

6. Kualitas udara dalam pabrik tidak menunjang kenyamanan petugas sortir

dalam bekerja karena adanya asap dari pabrik KPA yang mencemari ruangan.

Asap forklift kadang mengganggu pernafasan petugas sortir apalagi bila

kecepatan forklift terlalu tinggi.

7. Suhu udara di sekitar rumah sortir tidak menunjang kenyamanan petugas sortir

dalam bekerja apalagi pada siang hari suhunya cukup tinggi (di atas 30° C)

dan keramik yang langsung keluar dari kiln akan menambah panas dari rumah

sortir.

4.2. Pemetaan Unit II

4.2.1. Layout Rumah Sortir

Layout dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Keterangan:

1. Rumah Sortir

2. Mesin Packing

3. Tempat Standar

4. Kipas Angin

5. Petugas Sortir

6. Lampu Rumah Sortir (tipe 18/54)

Page 9: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

54

7. 1. Lampu Sebelum Rumah Sortir (tipe 36/54)

2. Lampu Sebelum Rumah Sortir (tipe 18/54)

8. Arah Keramik dari KilnU

nit

2

44

33

7.1

6

6

6

7.2

6

6

6

22

Line

1Li

ne

2

55

8

11

Gambar 4.1. Layout Rumah Sortir Unit II

Page 10: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

55

4.2.2. Data dan Analisis Penyebab Terjadinya Tolakan

4.2.2.1. Pareto Chart Tolakan dan Analisis

Gambar 4.2. Pareto Chart Tolakan Unit II September-Desember 2006

Pareto Chart di atas menyajikan 80% penyebab tolakan yang disebabkan

oleh jenis cacat sebagai berikut:

a. B10 (beda warna), beda warna dapat terjadi karena komposisi yang digunakan

dalam glasir mengalami perubahan, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Hal ini dapat berpengaruh besar pada warna yang dihasilkan setelah keramik

dibakar dalam kiln. Perbedaan warna atau tonality sering menjadi masalah dan

menimbulkan pengaduan terbesar dari customer, petugas sortir sering

kelolosan dalam menyeleksi perbedaan tonality ini.

b. E1 (cacat identifikasi), kecacatan ini disebabkan karena mesin printing tidak

menjalankan input data sebagaimana mestinya, sehingga menghasilkan cacat

identifikasi pada karton pembungkus keramik.

c. C6 (ukuran), kecacatan ukuran dapat disebabkan terjadinya ketidakstabilan

suhu dalam kiln. Suhu yang tidak sesuai dengan standar pembakaran dapat

menyebabkan ukuran menjadi melenceng dari batas toleransi.

OthersC5C2B9B 6B5B3D1B7C6E1

B10

7 2 2 2 2 2 2 6 7 82580

4.8 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 4.1 4.8 5.517.255.2

100.0 95.2 93.8 92.4 91.0 89.7 88.3 86.9 82.8 77.9 72.4 55.2

150

100

50

0

100

80

60

40

20

0

Defect

CountPercentCum %

Per

cen

t

Cou

ntTolakan Unit II Sept-Des 2006

Page 11: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

56

d. B7 (lubang/pinhole and spothole), lubang jarum (pinhole) adalah lubang-

lubang kecil yang tersebar di permukaan keramik sedangkan spothole adalah

lubang-lubang yang ukurannya lebih besar dari pinhole.

Kelolosan cacat identifikasi berada di luar kuasa petugas sortir karena hal

ini murni dari kesalahan pembacaan input data pada mesin printing. Begitu juga

dengan kecacatan ukuran, petugas sortir tidak dapat mengetahui secara kasat mata

mengenai perbedaan ukuran karena hal tersebut hanya dapat diukur oleh petugas

QA dan mesin stacker yang secara otomatis mendeteksi perubahan ukuran. Oleh

karena itu, penulis menyimpulkan bahwa selama bulan September-Desember

2006 penyebab tolakan yang berasal dari kelolosan dari petugas sortir adalah jenis

cacat B10 dan B7.

4.2.2.2. Penyebab Terjadinya Tolakan dan Analisis

Penyebab terjadinya kelolosan beda warna dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Acuan standar kurang jelas

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Beda Warna

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.3. Fishbone Penyebab Kelolosan Beda Warna

Page 12: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

57

Penyebab terjadinya kelolosan lubang dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan Lampu Kurang

Tepat

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Lubang

Machine/Tools

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.4. Fishbone Penyebab Kelolosan Lubang

Dari Gambar 4.3. dan Gambar 4.4. dapat dilihat beberapa penyebab

terjadinya kelolosan kecacatan yang paling dominan pada Unit II. Berikut adalah

analisis mengenai penyebab terjadinya kelolosan tersebut:

a. Kedatangan keramik terlalu padat

Keramik selalu melewati rumah sortir dengan berjarak tertentu setiap 5 pieces

dalam kondisi normal. Apabila terjadi masalah pada kiln maupun mesin

packing, maka keramik akan disimpan dulu untuk kemudian dihanyutkan

setelah masalah tersebut dapat diatasi, keramik yang dihanyutkan tersebut

akan berpapasan dengan keramik yang berasal dari kiln, dan tentunya jarak

antar keramik menjadi saling berdekatan. Jika hal ini terjadi dalam jangka

waktu yang lama maka petugas sortir akan bekerja lebih ekstra untuk melihat

kondisi keramik dan tentunya kelolosan kecacatan dapat terjadi.

b. Posisi pemasangan lampu kurang tepat

Kurang jelasnya petugas sortir dalam melihat kecacatan dapat disebabkan

karena posisi pemasangan lampu kurang tepat, kombinasi lampu yang

digunakan serta penempatan lampu yang membuat suasana menjadi terlalu

gelap maupun terlalu terang sehingga dapat menyebabkan perbedaan warna

maupun lubang menjadi kurang jelas. Berikut adalah hasil pengukuran kuat

penerangan dan gambar posisi pemasangan lampu pada Unit II:

Page 13: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

58

Tabel 4.7. Pengukuran Kuat Penerangan pada Unit II

Hari: Rabu Tanggal: 14-3-2007 Unit: II Kuat Penerangan (lux)

Waktu Pengamatan09.35 11.11 13.26 14.40 18.30

LinePosisi 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Titik 1 450 - 450 - 400 - 400 - 242 283Titik 2 - 550 - 650 - 550 - 500 398 304Titik 3 600 600 600 600 500 500 400 550 481 314Titik 4 1800 1300 1900 1500 1850 1450 1800 1400 1860 > 2000

Unit 2

1 2 3 4 1 2 3 4

Kipas Angin

Kipas Angin

PetugasSortir

Tempat Standar

36/5418/54

18/54 18/54

18/5418/54

18/54 18/54

Line 1 Line 2

PetugasSortir

Gambar 4.5. Posisi Pemasangan Lampu pada Unit II

Hasil pengukuran di atas dengan disertai pendapat petugas sortir menunjukkan

bahwa posisi pemasangan lampu kurang tepat. Mengingat bahwa standar

penerangan yang memadai untuk pekerjaan menyortir antara ± 1500 luks,

penerangan lampu sudah memadai namun masih perlu dilakukan perbaikan

posisi, dipastikan suasana yang terlalu gelap saat ini dapat memperbesar resiko

terjadinya kelolosan kecacatan. Selain itu lampu sebelum rumah sortir yang

berguna untuk mendeteksi kecacatan lebih dini perlu diatur ulang

peletakannya, dengan kondisi saat ini lampu tersebut menyilaukan mata

petugas sortir karena letaknya terlalu dekat dengan benda kerja.

c. Kelelahan

Menyortir merupakan pekerjaan berulang-ulang yang memerlukan konsentrasi

tinggi untuk menyeleksi kecacatan, pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Page 14: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

59

cenderung membuat orang menjadi bosan dan cepat lelah, hal ini tentunya

akan menyebabkan hilangnya konsentrasi sehingga memungkinkan terjadinya

kelolosan dalam menyortir. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

kelelahan antara lain:

• Mata berkontraksi sepanjang waktu kerja, hal ini akan menimbulkan

kepusingan yang mengarah pada hilangnya konsentrasi.

• Kecenderungan menyortir dalam posisi badan membungkuk sehingga

tulang belakang menjadi nyeri. Letak sandaran kursi petugas sortir terlalu

jauh, sehingga pada waktu jeda menunggu keramik datang mereka jarang

menggunakan sandaran tersebut.

• Pemanfaatan ketetapan jam istirahat berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama

antara perusahaan dengan karyawan yang kurang efektif. Selama ini waktu

pergantian petugas sortir adalah tiap 1 jam sekali dan petugas sortir yang

digantikan cenderung langsung membantu rekannya tanpa beristirahat

cukup di ruang istirahat untuk memulihkan kelelahan.

• Terdapat gangguan fisik maupun jiwa yang menyebabkan hilangnya

konsentrasi. Manusia adalah makhluk individu dan sosial, dalam menjalani

fungsinya tentu tidak akan luput dari berbagai macam permasalahan hidup.

Dalam melakukan pekerjaan yang diperlukan konsentrasi seperti menyortir

ini, tentunya sikap individu manusia harus dikesampingkan untuk

memperoleh hasil yang optimal. Permasalahan pribadi, keluarga, teman,

bahkan sistem kerja akan membuat sikap individu manusia menjadi

semakin tinggi dan akan berpengaruh pada pekerjaan yang dilakukan.

Apabila hal ini sampai terjadi secara terus menerus, maka pekerjaan akan

terabaikan dan dalam hal ini konsentrasi untuk menyortir akan terpecah

sehingga dapat mengakibatkan banyaknya keramik cacat yang lolos sortir.

Berikut adalah gambar rumah sortir beserta kursi yang sekarang digunakan

pada Unit II:

Page 15: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

60

75 c

m

45 c

m

45 cm

36

cm

11 c

m 3 c

m

102

cm

127 cm

60 cm

95 c

m

Sandaran

Lampu TL

Atap rumah sortir

Konveyor

Pijakan kaki

Gambar 4.6. Kursi dan Meja Sortir pada Unit II

d. Jarak pandang yang kurang tepat

Setiap rumah sortir memiliki desain yang berbeda, begitu pula dengan jarak

pandang yang memungkinkan mata dapat melihat dengan jelas. Setiap petugas

sortir tentunya memiliki cara pandang yang tepat untuk melihat kecacatan

pada keramik, dimana mereka merasa nyaman dan jelas ketika menyortir.

Pada saat ini belum terdapat standar desain kursi yang benar sehingga jarak

pandang mereka cenderung berubah-ubah dalam melihat kecacatan. Cara

pandang petugas sortir dapat dilihat pada Lampiran 6.

e. Acuan standar kurang jelas

Setiap keramik hasil produksi tentunya memiliki acuan standar yang telah

disepakati bersama dan ini menjadi dasar bagi petugas sortir dalam

menyeleksi keramik. Setiap petugas sortir wajib dihadapkan pada acuan

standar agar dapat menyortir dengan benar. Penempatan acuan standar harus

pada tempat yang memudahkan petugas sortir melihat dengan jelas. Pada saat

ini terdapat rumah sortir yang tidak memiliki tempat acuan standar maupun

Page 16: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

61

penempatan acuan standar yang kurang tepat untuk memudahkan petugas

sortir dalam membandingkan keramik hasil produksi, dengan kurang jelasnya

pembanding maka kelolosan akibat beda warna menjadi semakin besar.

f. Informasi kurang akurat

Dalam melakukan pekerjaannya, petugas sortir tidak lepas dari bantuan

petugas QA yang membantu memberikan informasi mengenai kondisi

keramik saat itu, misal: warna keramik hasil produksi yang dihasilkan terlalu

muda sehingga harus menjadi kualitas B, atau warnanya masih dapat

ditoleransi, dan lain-lain. Karena petugas QA yang melakukan sampling warna

tentunya mereka lebih tahu dari petugas sortir. Akan tetapi kelemahannya

adalah petugas QA melakukan sampling warna setiap beberapa periode, dan

mereka tidak akan mengetahui kondisi yang akan terjadi saat mereka tidak

melakukan sampling. Petugas sortir yang tanggap seharusnya sesering

mungkin berhubungan dengan petugas QA mengenai kondisi yang sewaktu-

waktu terjadi apabila berada di luar sepengetahuan petugas QA. Pada saat ini

petugas sortir tidak memiliki pembagian job description yang jelas sehingga

alur informasi yang berjalan menjadi kurang akurat sehingga setelah terjadi

tolakan akibat kelolosan warna, petugas sortir menjadi lebih waspada.

g. Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Petugas sortir mendapat fasilitas sarung tangan untuk bekerja dan demi

keselamatan mereka, keramik kualitas D maupun dumping dipisahkan dengan

diambil menggunakan sarung tangan melihat suhu keramik yang panas karena

langsung exit kiln. Kondisi yang terjadi adalah petugas sortir jarang

menggunakan sarung tangan dengan berbagai alasan, hal ini dapat

menyebabkan kelolosan kecacatan karena mereka enggan mengambil keramik

cacat yang telah melewati rumah sortir dengan alasan keramik panas.

h. Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah sortir

Cahaya matahari yang menembus atap fiber secara langsung dan cahaya

lampu mercury dapat membantu penerangan untuk melihat kecacatan pada

keramik. Pada siang hari beberapa petugas sortir cenderung mematikan lampu

dengan alasan panas dan sinar matahari sudah cukup membantu, tetapi hal ini

dapat membuat pandangan menjadi tidak nyaman karena lampu pada rumah

Page 17: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

62

sortir yang seharusnya berfungsi sebagai penerangan utama tidak akan berarti

jika dibandingkan cahaya lain tersebut, hal ini dapat mengakibatkan kelolosan

kecacatan.

i. Kondisi udara

Kondisi udara pada Unit II terbagi atas kualitas dan suhu udara. Masing-

masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kualitas udara

Bahan-bahan pencemar udara di sekitar rumah sortir pada Unit II meliputi:

bahan pencemar biologis (virus, bakteri dan jamur), volatile organic

compounds (cat, pembersih, kosmetik, bahan bangunan, dan lain-lain),

combustion products (CO, NO2, SO2) dan partikel debu. Dalam penelitian

ini hanya difokuskan pada partikel debu dan combustion products (CO,

NO2, SO2). Sumber pencemaran combustion products (CO, NO2, SO2)

pada area sortir Unit II berasal dari:

• Hasil pembakaran kendaraan bermotor (forklift)

Jenis kendaraan bermotor forklift seringkali melintas di daerah rumah

sortir, yang tentu saja sangat menganggu kinerja petugas sortir karena

hasil pembakaran yang dikeluarkan mengandung karbon monoksida

(CO) dan nitrogen oksida (NO dan NO2). CO yang terikat dalam darah

terutama hemoglobin akan menghambat fungsi oksigen dalam

sirkulasi, sedangkan NO dapat menyebabakan iritasi pada mata dan

saluran pernafasan. Pada Unit II, tempat lintasan untuk kendaraan

forklift sempit dan berdekatan dengan rumah sortir sehingga asap yang

dikeluarkan secara langsung terhirup oleh hidung. Selain itu asap yang

dikeluarkan berwarna hitam, hal ini dapat disebabkan oleh faktor usia

dan kurangnya maintenance pada kendaraan.

• Asap rokok

Peraturan untuk tidak merokok di dalam ruangan memang sudah

tertera dimana-mana, namun masih sering dijumpai karyawan yang

merokok di dalam ruangan karena kurangnya kesadaran dari karyawan.

Asap rokok yang dikeluarkan mengandung karbon monoksida (CO)

yang merupakan salah satu pencemar udara, selain itu rokok bisa

Page 18: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

63

menyebabkan kebakaran apabila terkontaminasi dengan bahan-bahan

yang mudah terbakar.

• Bau-bauan

Bau-bauan yang kurang sedap dapat mengganggu konsentrasi kerja

petugas sortir. Bau-bauan ini timbul dari limbah cat glasir yang

dialirkan pada selokan yang jaraknya berdekatan dengan area sortir.

• Debu

Partikel debu bisa berasal dari dalam dan luar ruangan. Sumber

partikel debu dari luar bisa masuk ke dalam ruangan karena ada angin

yang membawa debu-debu tersebut. Sedangkan debu di dalam ruangan

berasal dari debu liat yang masih menempel pada keramik.

2. Suhu Udara

Pada saat ini petugas sortir menyeleksi keramik yang panas karena

langsung keluar dari kiln. Tentunya suhu udara di sekitar rumah sortir

menjadi tinggi akibat panas keramik, apalagi ditambah panas yang

dilepaskan oleh lampu-lampu di dalam rumah sortir. Kondisi pada siang

hari dengan suhu udara mencapai 30° C dengan ditambah panas yang

dilepaskan oleh keramik dan lampu akan membuat petugas sortir menjadi

tidak nyaman dalam bekerja, berikut hasil pengukuran suhu dan

kelembaban udara pada Unit II:

Tabel 4.8. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara pada Unit II

Suhu (° C) dan Kelembaban Udara (%) Tanggal 14-3-2007 22-3-2007 1-5-2007 Waktu Pengamatan 9.34 11.11 13.26 14.40 9.05 14.20 10.26 13.03 19.50 Line 1 2 1 2 1Suhu 33.3 33.2 35.6 33.6 32.9 34.3 35.6 35.8 31.5Kelembaban 52 50 41 49 61 52 51 50 54

Page 19: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

64

Dengan standar suhu kerja ideal di bawah 30� C maka kondisi kerja pada

Unit II menjadi tidak ideal dan hal ini dapat mengurangi konsentrasi kerja

petugas sortir sehingga kurang mengenali apabila terdapat kecacatan.

4.2.3. Solusi Pemecahan

Berikut merupakan beberapa pemecahan yang penulis rancang untuk

mengatasi penyebab terjadinya tolakan pada Unit II:

Unit 2

1 2 3 4 1 2 3 4

Kipas Angin

Kipas Angin

PetugasSortir

Tempat Standar

36/5418/54

18/54 18/54

18/5418/54

18/54 18/54

Line 1 Line 2

PetugasSortir

Gambar 4.7. Layout Awal Rumah Sortir pada Unit II

Unit 2

1 2

3

1 2

Kipas Angin

Kipas Angin

PetugasSortir

Tempat Standar

36/54

18/54

18/33

18/54

18/33

Line 1 Line 2

PetugasSortir

3

36/54

Tempat Standar

Gambar 4.8. Layout Usulan Rumah Sortir pada Unit II

Page 20: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

65

1. Merancang ulang peletakan lampu

Dengan merancang ulang peletakan lampu, maka kuat penerangan akan

mencapai ideal sehingga suasana menjadi lebih baik dan kecacatan yang

sebelumnya kurang terlihat akan menjadi terlihat. Penerangan di dalam rumah

sortir cukup dilengkapi dengan dua lampu saja karena arah sinar lampu dapat

membentuk sudut 45º, sehingga dapat memantulkan cahaya lebih baik.

Memperpendek ketinggian lampu hingga tepat di atas mata petugas sortir, dan

memberi lapisan dof untuk mengurangi silau. Memiringkan posisi lampu pada

titik 3 karena cahaya dapat langsung mengenai beberapa keramik sekaligus.

Selain itu juga memperhatikan jenis lampu yang dipasang, pada titik 1 dengan

lampu tipe 18/54, titik 2 dengan lampu tipe 18/33, titik 3 dengan lampu tipe

36/54. Alasan pembedaan jenis lampu ini adalah memudahkan petugas sortir

untuk menyeleksi kecacatan dengan kombinasi cahaya lampu seperti pada

tempat hamparan keramik. Lampu sebelum rumah sortir lebih ditinggikan dan

diletakkan 1 meter sebelum rumah sortir dengan posisi menyilang di atas

keramik, dengan demikian hal ini dapat lebih memfungsikan penggunaan

lampu tersebut.

2. Memberi tempat acuan standar pada masing-masing rumah sortir

Tempat acuan standar ini diperlukan untuk memperjelas perbedaan antara

keramik hasil produksi dengan standar produksi yang telah ada, penulis

memberikan alternatif peletakan tempat acuan standar sebagai berikut:

a. Peletakan standar keramik acuan tepat di depan petugas sortir. Adapun

kelebihan dan kekurangan dari solusi ini adalah sebagai berikut:

• Kelebihan: tempat yang luas pada sisi depan petugas sortir dapat

menampung keramik standar yang mempunyai lebih dari 4 tonality.

Selain itu dapat digunakan untuk menyimpan keramik acuan lain yang

akan diproduksi pada saat itu juga.

• Kekurangan: pandangan mata petugas sortir kemungkinan terlalu jauh

untuk membedakan warna antara acuan dengan hasil produksi.

b. Penambahan tempat tepat di bawah conveyor. Adapun kelebihan dan

kekurangan solusi ini adalah sebagai berikut:

Page 21: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

66

• Kelebihan: petugas sortir dapat melihat perbedaan warna dengan cepat

karena keramik acuan tepat berada di bawah keramik hasil produksi

yang sedang berjalan.

• Kekurangan: apabila petugas sortir belum terbiasa maka dapat menjadi

bingung dengan adanya dua keramik yang saling tumpang tindih dan

secara terus menerus berjalan.

3. Desain kursi kerja

Mendesain kursi kerja baru dapat mengurangi kelelahan petugas sortir dalam

melakukan pekerjaannya, yaitu: memajukan sandaran kursi. Selain itu dengan

adanya desain kursi ini maka petugas sortir dapat bekerja dengan posisi duduk

karena menyortir merupakan pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang

dan memerlukan ketelitian. Penulis membuat kursi dengan memperhitungkan

jarak pandang yang diambil saat petugas sortir duduk nyaman dalam

melakukan sortir. Masing-masing orang mempunyai jarak pandang yang

berbeda-beda dalam melihat keramik, untuk itu penulis membuat standar jarak

pandang yang diperoleh dengan menggunakan data tinggi mata ke keramik (t)

dan data jarak mata ke keramik (D). Dari pengukuran persentil, maka

diperoleh jarak pandang minimum dan maksimum yang ideal untuk melihat

keramik. Persentil digunakan sesuai dengan Lampiran 7. Dengan 95-th

persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau pada ukuran

tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada

pada atau di bawah ukuran itu. Langkah-langkah untuk mendapatkan jarak

pandang yang ideal pada Unit II adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata dan standar deviasi tinggi mata ke keramik (t)

mean = 41 cm

SD = 2,4495

Menghitung rata-rata dan standar deviasi jarak mata ke keramik (D)

mean = 30,8333 cm

SD = 2,4833

b. Menghitung 95-th persentil dari tinggi mata ke keramik (t) dan jarak mata

ke keramik (D)

95-th untuk t = mean + (1,645 x standar deviasi)

Page 22: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

67

= 41 + (1,645 x 2,4495)

= 45,0294 cm

95-th untuk D = mean + (1,645 x standar deviasi)

= 30,8333 + (1,645 x 2,4833)

= 34,9183 cm

c. Menghitung 5-th persentil dari tinggi mata ke keramik (t) dan jarak mata

ke keramik (D)

5-th untuk t = mean - (1,645 x standar deviasi)

= 41 - (1,645 x 2,4495)

= 36,9706 cm

5-th untuk D = mean - (1,645 x standar deviasi)

= 30,8333 - (1,645 x 2,4833)

= 26,7483 cm

d. Menghitung jarak pandang minimum dan maksimum mata ke keramik

Ukuran keramik = 20 x 25 cm

Dari 95-th persentil data tinggi mata ke keramik (t) dan jarak mata ke

keramik (D) diperoleh jarak pandang minimum yang ideal adalah 56,98

cm dan jarak pandang maksimumnya adalah 74,95 cm. Desain kursi kerja

yang penulis rancang dapat dilihat pada Lampiran 8.

Page 23: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

68

4. Pemanfaatan jam istirahat sesuai Perjanjian Kerja Bersama antara perusahaan

dengan karyawan

Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama antara perusahaan dengan karyawan,

setiap orang yang telah bekerja selama beberapa waktu harus mendapatkan

waktu istrirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan. Selama ini belum

terdapat pemanfaatan yang tepat mengenai jam istirahat tersebut, pada

kesempatan ini penulis mengusulkan pengaturan yang dapat diterapkan secara

fleksibel, dan diharapkan dengan usulan ini kelelahan yang dialami petugas

sortir dapat lebih berkurang. Usulan penulis mengenai pengaturan jam

istirahat dapat dilihat pada Lampiran 9.

5. Tempat keramik kualitas D dan dumping

Untuk mempermudah pergerakan petugas sortir, penulis menyarankan untuk

memisahkan tempat keramik kualitas D dan dumping dengan kursi. Berikut

adalah tempat keramik kualitas D dan dumping yang selama ini dipergunakan

pada Unit II:

60 c

m

100 cm

Tempat dudukTempat dumping

Gambar 4.9. Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi (tampakatas) pada Unit II

Pada gambar di atas, kursi dan tempat dumping menjadi satu seperti yang

sudah diterapkan sekarang, hal ini kurang memudahkan petugas sortir untuk

bergerak. Pada kesempatan ini penulis mencoba memberikan usulan

rancangan kursi sortir yang baru, yakni dengan memisahkan kursi dengan

tempat dumping seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 24: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

69

60

cm

40 cm

40 c

m

40 cm

Tempat dudukTempat

dumping

Gambar 4.10. Usulan Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi(tampak atas) pada Unit II

Alasan penulis untuk memisahkan tempat duduk dan dumping adalah:

• Agar kursi lebih mudah untuk dipindahkan apabila posisi kursi kurang tepat

(kurang maju atau kurang mundur).

• Pemilahan keramik kualitas D dan dumping menjadi lebih jelas.

6. Pembagian job description antar petugas sortir

Pembagian job description sangat diperlukan untuk menjaga alur informasi

dalam lantai produksi, antar petugas sortir memerlukan koordinasi untuk

menjaga kelangsungan proses produksi, begitu juga petugas sortir dengan

petugas QA terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan keramik hasil

produksi. Usulan mengenai pembagian job description yang jelas dapat dilihat

pada Lampiran 10.

7. Memberi fasilitas botol tinta

Dengan menggunakan botol tinta maka coretan pada keramik menjadi lebih

terarah dibandingkan menggunakan kuas karena selain tidak perlu melakukan

pengisian cairan tinta berkali-kali, coretan tidak menyebar pada permukaan

keramik sehingga pembacaan sensor menjadi lebih akurat. Masing-masing line

sortir dapat menyediakan minimal 2 botol tinta, botol pertama digunakan

untuk bekerja dan botol kedua digunakan sebagai cadangan apabila botol

pertama habis dan petugas sortir tidak sempat untuk mengisinya kembali.

Adapun kelebihan dan kekurangan menggunakan botol tinta adalah sebagai

berikut:

Kelebihan:

• Lebih fokus dalam melakukan proses sortir karena frekuensi pengisian

tinta lebih sedikit daripada menggunakan kuas.

Page 25: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

70

• Memudahkan identifikasi karena coretan tinta pada permukaan keramik

lebih terarah.

• Meja sortir menjadi lebih bersih karena tetesan tinta dapat lebih dikurangi

sehingga lingkungan menjadi bersih.

Kekurangan:

• Selalu memperhatikan keadaan spon karena spon yang keras akan

mempersulit keluarnya tinta.

• Cenderung memerlukan penekanan ketika mencoret agar sensor dapat

membaca dengan jelas.

8. Mengadakan peninjauan kualitas udara

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan maintenance pada

kendaraan forklift, terutama yang telah berumur sehingga sisa hasil

pembakaran yang dikeluarkan lebih ramah lingkungan. Untuk menghindari

adanya asap rokok dalam ruangan maka harus diberikan sanksi yang tegas

bagi karyawan yang melanggar peraturan merokok. Salah satu cara untuk

mengurangi bau-bauan adalah dengan menutup rapat-rapat semua selokan

yang ada dan tempat pembuangan atau pengolahan limbah diletakkan terpisah

dari lingkungan kerja. Daerah yang paling banyak terdapat debu liat adalah di

daerah mesin press, untuk itu tempat mesin press harus dipisahkan dari

lingkungan kerja. Pemberian ekstraktor (penghisap debu) yang dipasang

berdekatan dengan mesin press sehingga debu tidak berkesempatan

mempolusi lingkungan kerja. Alternatif lain dapat dilakukan dengan

memasang local exhaust ventilation untuk mengeluarkan partikel debu.

Petugas sortir harus selalu menggunakan masker agar udara kotor atau debu

liat tidak masuk ke dalam hidung.

4.3. Pemetaan Unit V

4.3.1. Layout Rumah Sortir

Layout dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Keterangan:

1. Rumah Sortir

2. Mesin Packing

Page 26: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

71

3. Petugas Sortir

4. Lampu Rumah Sortir (tipe 36/33)

5. Kiln

Uni

t5

2 255

1

1

3

3 3

3

4

4

Gambar 4.11. Layout Rumah Sortir Unit V

Page 27: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

72

4.3.2. Data dan Analisis Penyebab Terjadinya Tolakan

4.3.2.1. Pareto Chart Tolakan dan Analisis

Gambar 4.12. Pareto Chart Tolakan Unit V September-Desember 2006

Pareto Chart di atas menyajikan 80% penyebab tolakan yang disebabkan

oleh jenis cacat:

a. B10 (beda warna), beda warna dapat terjadi karena komposisi yang digunakan

dalam glasir mengalami perubahan, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Hal ini dapat berpengaruh besar pada warna yang dihasilkan setelah keramik

dibakar dalam kiln. Perbedaan warna atau tonality sering menjadi masalah dan

menimbulkan pengaduan terbesar dari customer, petugas sortir sering

kelolosan dalam menyeleksi perbedaan tonality ini.

b. D1 (gupil stacker), gupil stacker disebabkan karena hentakan mesin stacker

pada keramik setelah melewati sensor untuk dipisahkan dalam kualitas A, B,

atau, C.

c. E1 (cacat identifikasi), hal tersebut disebabkan karena mesin printing tidak

menjalankan input data sebagaimana mestinya, sehingga menghasilkan cacat

identifikasi pada karton pembungkus keramik.

B10 D1 E1 D2 B9 C1 B1 B2 B3 B5 B7 C5Others

20 10 7 5 2 2 1 1 1 1 1 1 2

37 19 13 9 4 4 2 2 2 2 2 2 4

37 56 69 78 81 85 87 89 91 93 94 96 100

0

10

20

30

40

50

0

20

40

60

80

100

Defect

CountPercentCum %

Pe

rcen

t

Co

unt

Tolakan Unit V Sept-Des 2006

Page 28: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

73

d. D2 (coretan lolos sensor), coretan lolos sensor disebabkan karena coretan pada

keramik untuk menentukan kualitas kurang jelas sehingga mesin stacker tidak

dapat membaca dengan benar.

e. B9 (cacat printing), cacat printing disebabkan karena mesin printing tidak

mencetak gambar dengan benar pada keramik sehingga menghasilkan cacat

permanen.

Kelolosan cacat identifikasi berada di luar kuasa petugas sortir karena hal

ini murni dari kesalahan pembacaan input data pada mesin printing. Begitu juga

dengan kecacatan gupil stacker, hentakan mesin stacker yang keras terhadap

keramik sehingga menghasilkan gupil pada bagian ujung, hal ini tentunya berada

di luar kuasa petugas sortir. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa selama

bulan September-Desember 2006 penyebab tolakan yang berasal dari kelolosan

petugas sortir adalah jenis cacat B10, D2, dan B9.

4.3.2.2. Penyebab Terjadinya Tolakan dan Analisis

Penyebab terjadinya kelolosan beda warna dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Acuan standar kurang jelas

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Beda Warna

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.13. Fishbone Penyebab Kelolosan Beda Warna

Page 29: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

74

Penyebab terjadinya coretan lolos sensor dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Alat untuk mencoret kurang memadai

Kelelahan

Ragu-ragu dalam mencoret

CoretanLolos Sensor

Machine/Tools

Kedatangankeramik terlalu

padat

Gambar 4.14. Fishbone Penyebab Coretan Lolos Sensor

Penyebab terjadinya kelolosan cacat printing dapat dilihat pada fishbone

di bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Acuan standar kurang jelas

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Cacat Printing

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.15. Fishbone Penyebab Kelolosan Cacat Printing

Dari fishbone di atas dapat dilihat beberapa penyebab terjadinya

kelolosan kecacatan yang paling dominan pada Unit V, berikut adalah analisis

mengenai penyebab terjadinya kelolosan tersebut:

Page 30: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

75

a. Kedatangan keramik terlalu padat

Pada kondisi normal, keramik selalu melewati rumah sortir dengan berjarak

tertentu setiap 5 pieces. Apabila terjadi masalah pada kiln maupun mesin

packing, maka keramik tentunya akan disimpan dulu untuk kemudian

dihanyutkan setelah masalah tersebut dapat diatasi, keramik yang dihanyutkan

tersebut akan berpapasan dengan keramik yang berasal dari kiln, dan tentunya

jarak antar keramik menjadi saling berdekatan. Jika hal ini terjadi dalam

jangka waktu yang lama maka petugas sortir akan bekerja lebih ekstra untuk

melihat kondisi keramik dan tentunya kelolosan kecacatan dapat terjadi.

b. Posisi pemasangan lampu kurang tepat

Kurang jelasnya petugas sortir dalam melihat kecacatan ini karena posisi

pemasangan lampu kurang tepat, kombinasi lampu yang digunakan serta

penempatan lampu yang membuat suasana menjadi terlalu gelap maupun

terlalu terang sehingga dapat menyebabkan perbedaan warna maupun lubang

menjadi kurang jelas. Berikut adalah hasil pengukuran kuat penerangan dan

posisi pemasangan lampu pada Unit V:

Tabel 4.9. Pengukuran Kuat Penerangan pada Unit V

Hari: Jumat Tanggal: 16-3-2007 Unit: V Kuat Penerangan (lux)

Waktu Pengamatan08.58 09.58 10.54 13.41 14.36 19.00

LinePosisi 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Titik 1 650 1450 710 1500 830 1700 > 2000 1100 300 900 88 630Titik 2 900 550 640 650 900 800 850 1040 510 350 253 262Titik 3 1200 1300 920 1500 1200 > 2000 800 1350 740 250 622 61Titik 4 1260 - 610 - 1300 - 1100 - 400 - 132 91

Page 31: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

76

Unit5

33

36/33

36/33

11

22

44

PetugasSortir Petugas

Sortir

Gambar 4.16. Posisi Pemasangan Lampu pada Unit V

Dari hasil pengukuran di atas ditambah hasil pendapat petugas sortir,

didapatkan bahwa posisi pemasangan lampu kurang tepat. Pada titik 1 sampai

titik 3 sinar lampu kurang terang sedangkan pada titik 4 bergantung pada sinar

matahari. Mengingat bahwa standar penerangan yang memadai untuk

pekerjaan menyortir antara ± 1500 luks, maka dipastikan suasana yang terlalu

gelap ini memperbesar resiko terjadinya kelolosan kecacatan.

c. Pengaruh cahaya lain selain rumah sortir

Cahaya matahari yang menembus atap fiber secara langsung dan cahaya

lampu mercury dapat membantu penerangan untuk melihat kecacatan pada

keramik. Beberapa petugas sortir cenderung mematikan lampu dengan alasan

panas dan sinar matahari sudah cukup membantu tetapi hal ini dapat membuat

pandangan menjadi tidak nyaman karena lampu pada rumah sortir yang

seharusnya berfungsi sebagai penerangan utama tidak akan berarti jika

dibandingkan cahaya lain tersebut, hal ini dapat mengakibatkan kelolosan

kecacatan.

d. Kelelahan

Menyortir merupakan pekerjaan berulang-ulang yang memerlukan konsentrasi

tinggi untuk menyeleksi kecacatan, pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

cenderung membuat orang menjadi bosan dan cepat lelah, hal ini tentunya

akan menyebabkan hilangnya konsentrasi sehingga memungkinkan terjadinya

kelolosan dalam menyortir. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

kelelahan antara lain:

Page 32: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

77

• Mata berkontraksi sepanjang waktu kerja, hal ini akan menimbulkan

kepusingan yang mengarah pada hilangnya konsentrasi.

• Kecenderungan menyortir dalam posisi badan membungkuk sehingga

tulang belakang menjadi nyeri. Sandaran kursi yang diperlukan untuk

membuat tulang belakang rileks tidak ada, sehingga pada waktu jeda

menunggu keramik datang mereka tidak dapat sedikit rileks dengan

menyandarkan punggung pada sandaran.

• Pemanfaatan jam istirahat yang kurang efektif. Selama ini waktu

pergantian petugas sortir adalah tiap satu jam sekali dan petugas sortir

yang digantikan cenderung membantu rekannya tanpa beristirahat sejenak

di ruang istirahat untuk memulihkan kelelahan.

• Terdapat gangguan fisik maupun jiwa yang menyebabkan hilangnya

konsentrasi. Manusia adalah makhluk individu dan sosial, dan dalam

menjalani fungsinya tentu tidak akan lepas dari berbagai macam

permasalahan hidup. Dalam melakukan pekerjaan yang diperlukan

konsentrasi seperti menyortir ini, tentunya sikap individu manusia harus

dikesampingkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Permasalahan

pribadi, keluarga, teman, bahkan sistem kerja akan membuat sikap

individu manusia menjadi semakin tinggi dan akan berpengaruh pada

pekerjaan yang dilakukan. Apabila hal ini sampai terjadi secara terus

menerus, maka pekerjaan akan terabaikan dan dalam hal ini konsentrasi

untuk menyortir akan terpecah sehingga dapat mengakibatkan banyaknya

keramik cacat yang lolos sortir.

e. Jarak Pandang yang kurang tepat

Setiap rumah sortir memiliki desain yang berbeda, begitu pula dengan

jarak pandang yang memungkinkan mata dapat melihat dengan jelas.

Setiap petugas sortir tentunya memiliki cara pandang yang tepat untuk

melihat kecacatan pada keramik, dimana mereka merasa nyaman dan jelas

ketika menyortir. Pada saat ini belum terdapat standar desain kursi yang

benar sehingga jarak pandang mereka cenderung berubah-ubah dalam

melihat kecacatan. Cara pandang petugas sortir dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Page 33: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

78

f. Acuan standar kurang jelas

Setiap keramik hasil produksi tentunya memiliki acuan standar yang telah

disepakati bersama dan ini menjadi dasar bagi petugas sortir dalam

menyeleksi keramik. Setiap petugas sortir wajib dihadapkan pada acuan

standar agar dapat menyortir dengan benar. Penempatan acuan standar

harus pada tempat yang memudahkan petugas sortir melihat dengan jelas.

Pada saat ini terdapat rumah sortir yang tidak memiliki tempat acuan

standar maupun penempatan acuan standar yang kurang tepat yang

memudahkan petugas sortir untuk membandingkan keramik hasil

produksi, dengan kurang jelasnya pembanding maka kelolosan akibat beda

warna menjadi semakin besar.

g. Informasi kurang akurat

Dalam melakukan pekerjaannya, petugas sortir tidak lepas dari bantuan

petugas QA yang membantu memberikan informasi mengenai kondisi

keramik saat itu, misal: warna keramik hasil produksi yang dihasilkan

terlalu muda sehingga harus menjadi kualitas B, atau warnanya masih

dapat ditoleransi, dan lain-lain. Karena petugas QA yang melakukan

sampling warna tentunya mereka lebih tahu dari petugas sortir. Akan tetapi

kelemahannya adalah petugas QA melakukan sampling warna setiap

beberapa periode, dan mereka tidak akan mengetahui kondisi yang akan

terjadi saat mereka tidak melakukan sampling. Petugas sortir yang tanggap

seharusnya sesering mungkin berhubungan dengan petugas QA mengenai

kondisi yang sewaktu-waktu terjadi apabila berada di luar sepengetahuan

petugas QA. Pada saat ini petugas sortir tidak memiliki pembagian job

description yang jelas sehingga alur informasi yang berjalan menjadi

kurang akurat sehingga setelah terjadi tolakan akibat kelolosan warna,

petugas sortir menjadi lebih waspada.

h. Hal mencoret

Dalam bekerja, petugas sortir menggunakan botol tinta untuk memberikan

coretan pada keramik dalam menentukan kualitas keramik yang lewat di

depannya. Kain kassa pada botol tinta yang digunakan terkadang tidak

mengeluarkan tinta dengan tepat sehingga coretan menjadi terlalu tipis, hal

Page 34: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

79

ini dapat menyebabkan sensor pembaca tidak dapat mengenali coretan

tersebut, dan kelolosan dapat terjadi. Begitu pula dengan keragu-raguan

yang dirasakan petugas sortir ketika akan memutuskan keramik tersebut

akan menjadi kualitas apa, hal ini dapat menyebabkan tangan menjadi

tidak sinkron dengan pemikiran, sehingga coretan menjadi tidak beraturan,

dan menyebabkan sensor menjadi rancu. Untuk kualitas A tidak dicoret,

untuk kualitas B dicoret pada bagian tengah, sedangkan untuk kualitas C

dicoret pada bagian pinggir depan atau pinggir belakang ubin keramik.

Kw A (tanpa coretan) Kw B (coret tengah) Kw C (coret pinggir) Kw C (coret pinggir)

Gambar 4.17. Coretan pada Keramik

i. Kondisi Udara

Kondisi udara pada Unit V terbagi atas kualitas dan suhu udara. Masing-

masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kualitas udara

Bahan-bahan pencemar udara di sekitar rumah sortir pada Unit V

meliputi: bahan pencemar biologis (virus, bakteri, dan jamur), volatile

organic compounds (cat, pembersih, kosmetik, bahan bangunan, dan

lain-lain), combustion products (CO, NO2, SO2) dan partikel debu.

Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada partikel debu dan

combustion products (CO, NO2, SO2). Sumber pencemaran

combustion products (CO, NO2, SO2) pada area sortir Unit V berasal

dari:

• Hasil pembakaran kendaraan bermotor (forklift)

Jenis kendaraan bermotor forklift seringkali melintas di daerah

rumah sortir, yang tentu saja sangat menganggu kinerja petugas

Page 35: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

80

sortir karena hasil pembakaran yang dikeluarkan mengandung

karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NO dan NO2). CO

yang terikat dalam darah terutama hemoglobin akan menghambat

fungsi oksigen dalam sirkulasi, sedangkan NO dapat

menyebabakan iritasi pada mata dan saluran pernafasan.

• Asap rokok

Peraturan untuk tidak merokok di dalam ruangan memang sudah

tertera dimana-mana, namun masih sering dijumpai karyawan yang

merokok di dalam ruangan karena kurangnya kesadaran dari

karyawan. Asap rokok yang dikeluarkan mengandung karbon

monoksida (CO) yang merupakan salah satu pencemar udara,

selain itu rokok bisa menyebabkan kebakaran apabila

terkontaminasi dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti

zat-zat yang terkandung dalam glasir.

• Debu

Sumber pencemaran karena partikel debu bisa berasal dari dalam

dan luar ruangan. Sumber partikel debu dari luar bisa masuk ke

dalam ruangan karena ada angin yang membawa debu-debu

tersebut. Sedangkan debu di dalam ruangan berasal dari debu liat

yang masih menempel pada keramik dan debu mesin amplas.

Daerah yang paling banyak terdapat debu liat adalah di daerah

mesin press, untuk itu tempat mesin press harus dipisahkan dari

lingkungan kerja. Pada Unit V mesin amplas berdekatan dengan

rumah sortir line 2 sehingga besar kemungkinannya bila debu yang

dihasilkan berterbangan ke arah rumah sortir.

2. Suhu Udara

Pada saat ini petugas sortir menyeleksi keramik yang panas karena

langsung keluar dari kiln. Tentunya keadaan udara di sekitar rumah

sortir menjadi panas akibat panas keramik, apalagi panas yang

dilepaskan oleh lampu-lampu di dalam rumah sortir. Kondisi pada

siang hari dengan suhu udara mencapai 30° C dan ditambah panas

yang dilepaskan oleh keramik dan lampu akan membuat petugas sortir

Page 36: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

81

menjadi tidak nyaman dalam bekerja, berikut hasil pengukuran suhu

dan kelembaban udara pada Unit V:

Tabel 4.10. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara pada Unit V

Suhu (° C) dan Kelembaban Udara (%) Tanggal 13-3-2007 16-3-2007 1-5-2007 Waktu Pengamatan 08.58 10.00 10.59 13.00 13.53 14.49 08.58 9.58 19.10 Line 2 1 2 1 2 1 1 2 1Suhu 31.9 32 32.4 35.9 37 31.8 31.9 35.9 31.4Kelembaban 59 58 57 46 41 56 58 47 54

Dengan standar suhu kerja ideal di bawah 30° C maka kondisi kerja pada Unit V

menjadi tidak ideal dan hal ini dapat mengurangi konsentrasi kerja petugas sortir

sehingga kurang mengenali apabila terdapat kecacatan.

4.3.3. Solusi Pemecahan

Berikut merupakan beberapa pemecahan yang penulis rancang untuk

mengatasi penyebab terjadinya tolakan pada Unit V:

Unit5

33

36/33

36/33

11

22

44

PetugasSortir Petugas

Sortir

Gambar 4.18. Layout Awal Rumah Sortir Unit V

Page 37: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

82

Unit5

221

18/54

18/54

1

18/33

18/33

3

3

Kipas Angin

Kipas Angin

36/54

36/54

Gambar 4.19. Layout Usulan Rumah Sortir Unit V

a. Merancang ulang peletakan lampu

Dengan merancang ulang peletakan lampu, maka kuat penerangan akan

mencapai ideal sehingga suasana menjadi lebih baik dan kecacatan yang

sebelumnya kurang terlihat akan menjadi terlihat. Penerangan di dalam

rumah sortir cukup dilengkapi dengan dua lampu saja karena arah sinar

lampu dapat membentuk sudut 45º, sehingga dapat memantulkan cahaya

lebih baik. Memperpendek ketinggian lampu hingga tepat di atas mata

petugas sortir, dan memberi lapisan dof untuk mengurangi silau. Selain itu

juga memperhatikan jenis lampu yang dipasang, pada titik 1 dengan

lampu tipe 18/33, titik 2 dengan lampu tipe 18/54, titik 3 dengan lampu

tipe 18/54. Alasan pembedaan jenis lampu ini adalah memudahkan

petugas sortir untuk menyeleksi kecacatan dengan kombinasi cahaya

lampu seperti pada tempat hamparan keramik. Menambahkan lampu yang

ditempatkan 1 meter sebelum rumah sortir akan membantu mendeteksi

kecacatan lebih dini dan hal ini akan lebih memudahkan petugas sortir

dalam menentukan kualitas keramik yang lewat di depannya, dengan

demikian keragu-raguan petugas sortir dalam menentukan keputusan dapat

menjadi lebih berkurang.

Page 38: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

83

b. Memberi tempat acuan standar pada masing-masing rumah sortir

Tempat acuan standar ini diperlukan untuk memperjelas perbedaan antara

keramik hasil produksi dengan standar produksi yang telah ada, penulis

memberikan alternatif peletakan tempat acuan standar sebagai berikut:

1. Peletakan standar keramik acuan tepat di depan petugas sortir. Adapun

kelebihan dan kekurangan dari solusi ini adalah sebagai berikut:

• Kelebihan: tempat yang luas pada sisi depan petugas sortir dapat

menampung keramik standar yang mempunyai lebih dari 4

tonality. Selain itu dapat digunakan untuk menyimpan keramik

acuan lain yang akan diproduksi pada saat itu juga.

• Kekurangan: pandangan mata petugas sortir kemungkinan terlalu

jauh untuk membedakan warna antara acuan dengan hasil produksi.

2. Penambahan tempat tepat di bawah conveyor. Adapun kelebihan dan

kekurangan solusi ini adalah sebagai berikut:

• Kelebihan: petugas sortir dapat melihat perbedaan warna dengan

cepat karena keramik acuan tepat berada di bawah keramik hasil

produksi yang sedang berjalan.

• Kekurangan: apabila petugas sortir belum terbiasa maka dapat

menjadi bingung dengan adanya 2 keramik yang saling tumpang

tindih dan secara terus-menerus berjalan.

c. Desain kursi kerja

Mendesain kursi kerja baru dapat mengurangi kelelahan petugas sortir

dalam melakukan pekerjaannya, yaitu: memajukan sandaran kursi. Selain

itu dengan adanya desain kursi ini maka petugas sortir dapat bekerja

dengan posisi duduk karena menyortir merupakan pekerjaan ringan

dengan pergerakan berulang dan memerlukan ketelitian. Langkah-langkah

untuk mendapatkan jarak pandang sama seperti pada Unit II, dengan hasil

pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 11. Desain kursi kerja dapat

dilihat pada Lampiran 8.

d. Pemanfaatan ketetapan jam istirahat sesuai Perjanjian Kerja Bersama

antara perusahaan dengan karyawan

Page 39: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

84

Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama antara perusahaan dengan

karyawan, setiap orang yang telah bekerja selama beberapa waktu harus

mendapatkan waktu istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.

Selama ini belum terdapat pemanfaatan yang benar mengenai jam istirahat

tersebut, pada kesempatan ini penulis mengusulkan pengaturan yang dapat

diterapkan secara fleksibel, dan diharapkan dengan usulan ini kelelahan

yang dialami petugas sortir dapat lebih berkurang. Usulan penulis

mengenai pengaturan jam istirahat dapat dilihat pada Lampiran 9.

e. Tempat keramik kualitas D dan dumping

Untuk mempermudah pergerakan petugas sortir, penulis menyarankan

untuk memisahkan tempat keramik kualitas D dan dumping dengan kursi.

Berikut adalah desain kursi yang selama ini dipergunakan pada Unit V:

66 c

m

66 cm

Tempat duduk

Tempat dumping

Gambar 4.20. Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi(tampak atas) pada Unit V

Pada gambar di atas, kursi dan tempat dumping menjadi satu seperti yang sudah

diterapkan sekarang, hal ini kurang memudahkan petugas sortir untuk bergerak.

Pada kesempatan ini penulis mencoba memberikan usulan rancangan kursi sortir

yang baru, yakni dengan memisahkan kursi dengan tempat dumping seperti yang

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 40: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

85

60

cm

40 cm

40 c

m

40 cm

Tempat dudukTempat

dumping

Gambar 4.21. Usulan Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi(tampak atas) pada Unit V

Alasan penulis untuk memisahkan tempat duduk dan dumping adalah:

• Agar kursi lebih mudah untuk dipindahkan apabila posisi kursi kurang

tepat (kurang maju atau kurang mundur).

• Pemilahan keramik kualitas D dan dumping menjadi lebih jelas.

f. Memberi atap tambahan pada rumah sortir

Memberi atap tambahan dapat mengurangi pengaruh cahaya matahari

yang menembus atap fiber secara langsung dan cahaya lampu mercury.

Selama ini petugas sortir cenderung mematikan lampu karena pengaruh

cahaya matahari yang berpadu dengan lampu rumah sortir dapat

menyebabkan silau. Dengan adanya atap ini, maka lampu pada rumah

sortir yang seharusnya berfungsi sebagai penerangan utama akan lebih

berarti.

g. Pembagian job description antar petugas sortir

Pembagian job description sangat diperlukan untuk menjaga alur

informasi dalam lantai produksi, antar petugas sortir memerlukan

koordinasi untuk menjaga kelangsungan proses produksi, begitu juga

petugas sortir dengan petugas QA terkait segala sesuatu yang berhubungan

dengan keramik hasil produksi. Usulan mengenai pembagian job

description yang jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.

h. Mengadakan peninjauan kualitas udara

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan maintenance pada

kendaraan forklift, terutama yang telah berumur sehingga sisa hasil

pembakaran yang dikeluarkan lebih ramah lingkungan. Untuk

menghindari adanya asap rokok dalam ruangan maka harus diberikan

Page 41: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

86

sanksi yang tegas bagi karyawan yang melanggar peraturan merokok.

Daerah yang paling banyak terdapat debu liat adalah di daerah mesin

press, untuk itu tempat mesin press harus dipisahkan dari lingkungan

kerja. Pemberian ekstraktor (penghisap debu) yang dipasang berdekatan

dengan mesin press sehingga debu tidak berkesempatan mempolusi

lingkungan kerja. Alternatif lain dapat dilakukan dengan memasang local

exhaust ventilation untuk mengeluarkan partikel debu. Petugas sortir harus

selalu menggunakan masker agar udara kotor atau debu liat tidak masuk ke

dalam hidung.

i. Memberi fasilitas kipas angin

Dengan kondisi suhu kerja yang ideal berdasarkan referensi pengukuran,

suhu yang memungkinkan orang masih dapat konsentrasi adalah di bawah

30º C, oleh karena itu diperlukan penyejuk udara untuk mencapai suhu

ideal. Kipas angin sangat diperlukan untuk membuang panas dari keramik,

apalagi dengan kondisi keramik langsung keluar dari kiln. Panas dari

keramik akan menambah suhu dari rumah sortir sehingga akan

berpengaruh pada kinerja dari petugas sortir (misal: konsentrasi sortir

berkurang karena udara panas). Sebaiknya kipas angin tidak diarahkan

pada wajah petugas sortir karena bisa menyebabkan kantuk. Kipas angin

lebih baik diletakkan di samping depan petugas sortir sehingga arah angin

selain sedikit mengarah ke petugas sortir sekaligus mengarah ke keramik

untuk membuang panas pada keramik. Kipas angin juga harus sering

dibersihkan agar kebersihan tetap terjaga.

j. Memberi blower yang diletakkan sebelum rumah sortir

Blower berfungsi untuk mengurangi panas keramik yang berasal langsung

dari exit kiln, dengan kondisi keramik yang mencapai 78º C dipastikan

akan mempengaruhi suhu udara di sekitar rumah sortir. Blower ini dapat

mengurangi panas keramik hingga 10º C, tentunya hal ini dapat membantu

petugas sortir ketika sedang bekerja.

Page 42: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

87

4.3.4. Implementasi pada Unit V

Masa evaluasi implementasi pada Unit V mulai pada tanggal 1–20 Juni

2007. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa dengan mengimplementasikan

fasilitas dan sarana kerja yang baru dapat menurunkan tolakan hingga mencapai

0,81%, sehingga perancangan yang dilakukan berhasil menurunkan angka tolakan

pada Unit V. Proses sortir menjadi lebih baik sehingga output yang dihasilkan

lebih terjamin.

Tabel 4.11. Perbandingan Jumlah Tolakan Sebelum dan SesudahImplementasi pada Unit V

SebelumImplementasi

SesudahImplementasi

Maret April Mei Rata-rata Juni

%Penurunan

Tolakan

Jumlah Tolakan(dalam dos) 1825 3396 1708 2310 641

Hasil Produksi(dalam dos) 215510 201299 236858 217889 258735

%Tolakan/Produksi 0,85 1,69 0,72 1,06 0,25 0,81

Tabel 4.12. menyajikan status solusi pemecahan yang penulis rancang

untuk mengurangi tolakan pada Unit V. Beberapa implementasi belum dilakukan

karena keterbatasan waktu maupun beberapa faktor lain yang tidak dapat

disebutkan secara seksama. Akan tetapi usulan solusi pemecahan tersebut telah

mendapat tanggapan positif dari Kepala Unit, dan akan diimplementasikan dalam

beberapa waktu ke depan dengan melihat kondisi yang tepat untuk

pelaksanaannya

Page 43: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

88

Tabel 4.12. Status Solusi Pemecahan pada Unit V

Solusi Pemecahan Status

Diimplementasikan Belum

Diimplementasikan

Merancang Ulang Peletakan Lampu �

Memberi Tempat Acuan Standar �

Desain Kursi Kerja �

Pemanfaatan Jam Istirahat Berdasarkan �

Perjanjian Kerja Bersama

Tempat Kualitas D dan dumping �

Atap Tambahan Pada Rumah Sortir �

Pembagian job description �

Peninjauan Kualitas Udara �

Fasilitas Kipas Angin � Menambahkan blower sebelum line

sortir �

4.3.5. Perbandingan Rancangan Sebelum dan Sesudah Implementasi

Tabel di bawah ini merupakan analisis kondisi sebelum dan sesudah

implementasi beserta kelebihan dan kekurangan rancangan pada Unit V:

Tabel 4.13. Perbandingan Rancangan Sebelum dan Sesudah Implementasi

Solusi YangDilakukan

KondisiSebelum

KondisiSesudah

Kelebihan Kekurangan

Merancangulangpeletakanlampu

Pengamatanpada malamhari(dalam lux):Titik 1: 630Titik 2: 262Titik 3: 61

Pengamatanpada malamhari(dalam lux):Titik 1: 1030Titik 2: 1190Titik 3: 1130

1. Perancangan ini dapat

menambahkuatpeneranganpada rumahsortir hinggamendekati± 1500 lux.

2. Hasil yang didapat tidak

mencapai1500 lux,

Terbatasnyawaktuuntukimplementasitidakmemungkinkanpenulismelakukanevaluasi secaraberkalamengenai kuatpeneranganlampu

Page 44: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

89

Tabel 4.13. Perbandingan Rancangan Sebelum dan Sesudah Implementasi(sambungan)

Solusi YangDilakukan

KondisiSebelum

KondisiSesudah

Kelebihan Kekurangan

tetapi bukanberartipemasanganini tidakberhasilmelainkankondisisetelahimplementasisudah cukupterang untukmenunjangproses sortir.

sehinggapercobaanuntuk beberapaalternatif posisipemasanganbelumdilakukan.

Desain kursikerja

1. Petugas sortir selalu

membungkukdalambekerja.

2. Jarakpandangselaluberubah-ubah.

1. Petugassortir

menyandar ketika bekerja.2. Jarak

pandangmenjaditepat.

Denganadanyasandaran,kelelahanpetugas sortirakan lebihberkurangsehinggadapat bekerjadenganoptimal.

Terbatasnyawaktuimplementasitidakmemungkinkanpenulis untukmengambilkesimpulanmengenaikecacatan apasaja yangdengan adanyakursi kerjabaru menjadikurang terlihat.

Tempatkualitas Ddan dumping

1. Bersatudengan

kursi kerja, kursi kerja berbentuk persegi panjang.

tanpasandaran.

2. Dumping dan kualias D diletakkan di belakang petugas

1. Dipisahkandengankursi kerja.

2. Dumpingdankualitas Ddiletakkandi depanpetugassortiruntukmemudah-kanpergerakan

1. Keramikkualitas Ddandumpingdapatdenganmudahdipindahdandipilahkan.

2. Petugassortir dapatlebih fokusbekerjatanpa harus

Keramikkualitas Ddan dumpingpada tempatyang harusselalu rutindicek agartidak terlalutinggi sehinggadapatmenghalangipenglihatanpetugas sortir.

Page 45: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

90

Tabel 4.13. Perbandingan Rancangan Sebelum dan Sesudah Implementasi(sambungan)

Solusi YangDilakukan

KondisiSebelum

KondisiSesudah

Kelebihan Kekurangan

sortir sehingga petugas sortir sering melakukan gerakanmemutarbadan yangdapatmenimbulkankelelahanmengingatselamamenyortirmereka akanseringmemindah-kan dumpingmaupunkualitas Dtersebut.

petugassortir.

memutarbadansepertisebelumadanyapemisahantempatdumping dankualitas Dyang baru.

Fasilitas kipasangin

Tidak terdapatkipas angin.

Diletakkanpada seberangpetugas sortirberlawanandengan arahdatangnyakeramik.

Selainmengurangipanaskeramik, jugamenggerakkanudara didalam rumahsortirsehinggasedikit lebihdingin.

Terbatasnyawaktumembuatpenulis tidakdapatmengukursuhu udarasetelah adanyafasilitas kipasangin ini.

Page 46: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

91

Tabel 4.13. Perbandingan Rancangan Sebelum dan Sesudah Implementasi(sambungan)

SolusiYang

Dilakukan

KondisiSebelum

KondisiSesudah

Kelebihan Kekurangan

Ataptambahanpada rumahsortir

Tidak terdapatatap tambahansehingga sinarmatahariseringkalimengaburkankecacatan yangdapat dilihatmenggunakanpantulan cahayalampu.

Diletakkan diatas rumahsortir denganposisi agakmenjorokkeluar untukmenghalangisinarmatahari.

1. Lampu dalamrumah sortirmenjadi lebihberfungsi.

2. Pengaruh sinarmatahariterhadapterlihatnyacacat dapatlebihdikurangi.

Bahan untukatap yangseadanya masihbelum dapatmenunjangpekerjaanpetugas sortirmengingat padabeberapa sisimasih terdapatpengaruh sinarmatahari yanglangsungmenembus atapfiber, rumahsortir initerletak tepatdibawah atapfiber tersebut.

Pemasanganblower padalinesebelumrumah sortir

Pengamatansebelumterdapat blower:1. 98º C2. 100º C3. 96,5º C4. 100,4º C5. 98,1º C6. 99,5º C7. 98,6º C8. 100,4º C9. 102,1º C10. 100º C

Pengamatansetelahterdapatblower:1. 86,2º C2. 89º C3. 88,2º C4. 87,2º C5. 88,6º C6. 91º C7. 90º C8. 89,8º C9. 92,2º C10. 86,6º C

Dapatmenurunkansuhu keramikhingga 10º C

Implementasi rumah sortir dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Page 47: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

92

45°

144.0

60.040.0

31.0131.0

40.0

40.0

40.0

15°

95.0

2 lampu TL 18/33

1 lampu TL 18/54

2 lampu TL 18/54

Mesin Stacker

100.0

60.0

Kiln

Blower

Kipas angin

Gambar 4.22. Implementasi Rumah Sortir pada Unit V

Un

iversitas Kristen

Petra 92

Page 48: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

93

4.4. Pemetaan Unit VII

4.4.1. Layout Rumah Sortir

Layout dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Keterangan:

1. Rumah Sortir

2. Mesin Packing

3. Tempat Standar

4. Kipas Angin

5. Petugas Sortir

6. Lampu Rumah Sortir (tipe 18/54)

7. 1. Lampu Sebelum Rumah Sortir (tipe 36/54)

2. Lampu Sebelum Rumah Sortir (tipe 18/54)

8. Arah Keramik dari kiln

Page 49: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

94

Uni

t7

3 3 3

3 3

3

2 2 2

v v v

v v v

1

1 1

4 4 4

55 5

Gambar 4.23. Layout Rumah Sortir Unit VII

Page 50: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

95

4.4.2. Data dan Analisis Penyebab Terjadinya Tolakan

4.4.2.1. Pareto Chart Tolakan dan Analisis

Gambar 4.24. Pareto Chart Tolakan Unit VII September-Desember 2006

Pareto Chart di atas menyajikan 80% penyebab tolakan yang disebabkan

oleh jenis cacat sebagai berikut:

a. A3 (retak body/sisi), retak body adalah retak yang terdapat pada permukaan

keramik, retak sisi adalah retak yang terdapat pada sisi keramik, ukuran yang

terjadi biasanya ± 1 cm.

b. B10 (beda warna), beda warna dapat terjadi karena komposisi yang digunakan

dalam glasir mengalami perubahan, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Hal ini dapat berpengaruh besar pada warna yang dihasilkan setelah keramik

dibakar dalam kiln. Perbedaan warna atau tonality sering menjadi masalah dan

menimbulkan pengaduan terbesar dari customer, petugas sortir sering

kelolosan dalam menyeleksi perbedaan tonality ini.

c. C1 (gupil kiln), gupil kiln terjadi pada saat keramik melalui proses

pembakaran, kondisi gupil tidak terlapisi oleh glasir sehingga dapat terlihat

dengan jelas.

OthersB9B2A1D1B7B3D2FE1B 11C6C1B10A3

32 9 18 19 20 21 25 28 31 32 33 37 81140220

4 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5111929

100 96 95 92 90 87 84 81 77 73 68 64 59 48 29

700

600

500

400

300

200

100

0

100

80

60

40

20

0

Defect

CountPercentCum %

Pe

rce

nt

Co

unt

Tolakan Unit VII Sept-Des 2006

Page 51: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

96

d. C6 (ukuran), kecacatan ukuran dapat disebabkan terjadinya ketidak stabilan

suhu dalam kiln. Suhu yang tidak sesuai dengan standar pembakaran dapat

menyebabkan ukuran menjadi melenceng dari batas toleransi.

e. B11 (retak yuyu/glasir), retak yuyu sering dikenal dengan retak kuku, retak ini

berada di permukaan glasir dengan ukuran tidak terlalu besar (< 1 cm), retak

ini tersamarkan oleh glasir sehingga susah terdeteksi.

f. E1 (cacat identifikasi), hal tersebut disebabkan karena mesin printing tidak

menjalankan input data sebagaimana mestinya, sehingga menghasilkan cacat

identifikasi pada karton pembungkus keramik.

g. F (laminasi/gelombang), laminasi dapat disebabkan karena bodi keramik

terkena pengaruh dari mesin-mesin yang dilewatinya, seperti oli dari

perjalanan melalui glasir, kadar air yang disemprotkan terlalu basah, maupun

tekanan mesin press kurang.

h. D2 (coretan lolos sensor), coretan lolos sensor disebabkan karena coretan pada

keramik untuk menentukan kualitas kurang jelas sehingga mesin stacker tidak

dapat membaca dengan benar.

Kelolosan cacat identifikasi berada di luar kuasa petugas sortir karena hal

ini murni dari kesalahan pembacaan input data pada mesin printing. Begitu juga

dengan kecacatan ukuran, petugas sortir tidak dapat mengetahui secara kasat mata

mengenai perbedaan ukuran karena hal tersebut hanya dapat diukur oleh petugas

QA dan mesin stacker yang secara otomatis mendeteksi perubahan ukuran. Oleh

karena itu, penulis menyimpulkan bahwa selama bulan September-Desember

2006 penyebab tolakan yang berasal dari kelolosan dari petugas sortir adalah jenis

cacat A3, B10, C1, B11, F, dan D2.

Page 52: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

97

4.4.2.2. Penyebab Terjadinya Tolakan dan Analisis

Penyebab terjadinya kelolosan retak bodi dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Retak Bodi

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.25. Fishbone Penyebab Kelolosan Retak Bodi

Penyebab terjadinya kelolosan beda warna dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Acuan standar kurang jelas

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Beda Warna

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.26. Fishbone Penyebab Kelolosan Beda Warna

Page 53: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

98

Penyebab terjadinya kelolosan gupil kiln dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Kelolosan Gupil Kiln

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.27. Fishbone Penyebab Kelolosan Gupil Kiln

Penyebab terjadinya kelolosan retak yuyu dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Retak Yuyu

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.28. Fishbone Penyebab Kelolosan Retak Yuyu

Page 54: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

99

Penyebab terjadinya kelolosan laminasi dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Method Environment

Kondisi Udara

Posisi Pemasangan

Lampu Kurang Tepat

Kedatangankeramik terlalu

padat

Machine/Tools

Informasi kurang akurat

Kelelahan

Jarak Pandang yang kurang

tepat

Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah

sortir

Kelolosan Laminasi

Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Gambar 4.29. Fishbone Penyebab Kelolosan Laminasi

Penyebab terjadinya coretan lolos sensor dapat dilihat pada fishbone di

bawah ini:

Man

Alat untuk mencoret kurang memadai

Kelelahan

Ragu-ragu dalam mencoret

CoretanLolos Sensor

Machine/Tools

Kedatangankeramik terlalu

padat

Gambar 4.30. Fishbone Penyebab Coretan Lolos Sensor

Fishbone di atas menyajikan beberapa penyebab terjadinya kelolosan

kecacatan yang paling dominan pada Unit VII, berikut merupakan analisis

mengenai penyebab terjadinya kelolosan tersebut:

Page 55: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

100

a. Kedatangan keramik terlalu padat

Keramik selalu melewati rumah sortir dengan jarak tertentu setiap 6 pieces

pada kondisi normal. Apabila terjadi masalah pada kiln maupun mesin

packing, maka keramik tentunya akan disimpan dulu untuk kemudian

dihanyutkan setelah masalah tersebut dapat diatasi, keramik yang dihanyutkan

tersebut akan berpapasan dengan keramik yang berasal dari kiln, dan tentunya

jarak antar keramik menjadi saling berdekatan. Jika hal ini terjadi dalam

jangka waktu yang lama maka petugas sortir akan bekerja lebih ekstra untuk

melihat kondisi keramik dan tentunya kelolosan kecacatan dapat terjadi.

b. Posisi pemasangan lampu kurang tepat

Kurang jelasnya petugas sortir dalam melihat kecacatan dapat disebabkan

karena posisi pemasangan lampu kurang tepat, kombinasi lampu yang

digunakan serta penempatan lampu yang membuat suasana menjadi terlalu

gelap maupun terlalu terang sehingga dapat menyebabkan perbedaan warna

maupun lubang menjadi kurang jelas. Berikut adalah hasil pengukuran kuat

penerangan dan posisi pemasangan lampu pada Unit VII:

Tabel 4.14. Pengukuran Kuat Penerangan pada Unit VII

Hari: Jumat Tanggal: 16-3-2007 Unit: VII Kuat Penerangan (lux)

Waktu Pengamatan9.34 10.35 11.29

LinePosisi 1 2 3 1 2 3 1 2 3Titik 1 1020 1480 1410 1100 1490 1490 1100 1450 1410Titik 2 1200 1610 1550 1250 1590 1590 1350 1550 1350Titik 3 700 1500 700 1700 1950 > 2000 1850 > 2000 > 2000

Page 56: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

101

Tabel 4.14. Pengukuran Kuat Penerangan pada Unit VII (sambungan)

Hari: Jumat Tanggal: 16-3-2007 Unit:VII

Kuat Penerangan (lux)Waktu Pengamatan

13.00 14.00 18.00Line

Posisi 1 2 3 1 2 3 1 2 3Titik 1 1400 1600 1400 1300 1610 1100 190 581 822Titik 2 1410 1840 1300 1200 1810 1240 628 810 1170Titik 3 > 2000 > 2000 1700 > 2000 > 2000 1290 318 662 464

Unit7

2 1

2 1

2 118/33

18/33

18/33

18/33

18/33

18/33

PetugasSortir

PetugasSortir

PetugasSortir

3

3

3

Gambar 4.31. Posisi Pemasangan Lampu Rumah Sortir pada Unit VII

Hasil pengukuran di atas dengan disertai pendapat petugas sortir

menunjukkan bahwa posisi pemasangan lampu kurang tepat. Mengingat

bahwa standar penerangan yang memadai untuk pekerjaan menyortir antara ±

1500 luks, penerangan lampu sudah memadai namun masih perlu dilakukan

perbaikan posisi, dipastikan suasana yang terlalu terang maupun terlalu gelap

saat ini dapat memperbesar resiko terjadinya kelolosan kecacatan. Penempatan

lampu sebelum rumah sortir sekarang masih terlalu jauh dan memberikan

waktu adaptasi yang panjang untuk melihat keramik dari kondisi peralihan

gelap menjadi terang, mata akan berakomodasi dengan cepat untuk

Page 57: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

102

menyesuaikan diri dan hal ini dapat menyebabkan kelelahan, dengan demikian

tentunya resiko terjadinya kelolosan akan semakin besar.

c. Kelelahan

Menyortir merupakan pekerjaan berulang-ulang yang memerlukan konsentrasi

tinggi untuk menyeleksi kecacatan, pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

cenderung membuat orang menjadi bosan dan cepat lelah, hal ini tentunya

akan menyebabkan hilangnya konsentrasi sehingga memungkinkan terjadinya

kelolosan dalam menyortir. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

kelelahan antara lain:

• Mata berkontraksi sepanjang waktu kerja, hal ini akan menimbulkan

kepusingan yang mengarah pada hilangnya konsentrasi.

• Kecenderungan menyortir dalam posisi badan membungkuk sehingga

tulang belakang menjadi nyeri. Sandaran kursi yang diperlukan untuk

membuat tulang belakang rileks tidak ada, sehingga pada waktu jeda

menunggu keramik datang mereka tidak dapat sedikit rileks dengan

menyandarkan punggung pada sandaran.

• Pemanfaatan ketetapan jam istirahat berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama

antara perusahaan dengan karyawan yang kurang efektif. Selama ini waktu

pergantian petugas sortir adalah tiap satu jam sekali dan petugas sortir

yang digantikan cenderung langsung membantu rekannya tanpa

beristirahat sejenak di ruang istirahat untuk memulihkan kelelahan.

• Terdapat gangguan fisik maupun jiwa yang menyebabkan hilangnya

konsentrasi. Manusia adalah makhluk individu dan sosial, dan dalam

menjalani fungsinya tentu tidak akan luput dari berbagai macam

permasalahan hidup. Dalam melakukan pekerjaan yang diperlukan

konsentrasi seperti menyortir ini, tentunya sikap individu manusia harus

dikesampingkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Permasalahan

pribadi, keluarga, teman, bahkan sistem kerja akan membuat sikap

individu manusia menjadi semakin tinggi dan akan berpengaruh pada

pekerjaan yang dilakukan. Apabila hal ini sampai terjadi secara terus

menerus, maka pekerjaan akan terabaikan dan dalam hal ini konsentrasi

Page 58: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

103

untuk menyortir akan terpecah sehingga dapat mengakibatkan banyaknya

keramik cacat yang lolos sortir.

d. Jarak Pandang yang kurang tepat

Setiap rumah sortir memiliki desain yang berbeda, begitu pula dengan jarak

pandang yang memungkinkan mata dapat melihat dengan jelas. Setiap petugas

sortir tentunya memiliki cara pandang yang tepat untuk melihat kecacatan

pada keramik, dimana mereka merasa nyaman dan jelas ketika menyortir.

Pada saat ini belum terdapat standar desain kursi yang benar sehingga jarak

pandang mereka cenderung berubah-ubah dalam melihat kecacatan. Cara

pandang petugas sortir dapat dilihat pada Lampiran 6.

e. Acuan standar kurang jelas

Setiap keramik hasil produksi tentunya memiliki acuan standar yang telah

disepakati bersama dan ini menjadi dasar bagi petugas sortir dalam

menyeleksi keramik. Setiap petugas sortir wajib dihadapkan pada acuan

standar agar dapat menyortir dengan benar. Penempatan acuan standar harus

pada tempat yang memudahkan petugas sortir melihat dengan jelas. Pada saat

ini rumah sortir yang ada tidak memiliki tempat acuan standar maupun

penempatan acuan standar yang kurang tepat yang memudahkan petugas sortir

untuk membandingkan keramik hasil produksi, dengan kurang jelasnya

pembanding maka kelolosan kecacatan menjadi besar.

f. Informasi kurang akurat

Dalam melakukan pekerjaannya, petugas sortir tidak lepas dari bantuan

petugas QA yang membantu memberikan informasi mengenai kondisi

keramik saat itu, misal: warna keramik hasil produksi yang dihasilkan terlalu

muda sehingga harus menjadi kualitas B, atau warnanya masih dapat

ditoleransi, dan lain-lain. Karena petugas QA yang melakukan sampling warna

tentunya mereka lebih tahu dari petugas sortir. Akan tetapi kelemahannya

adalah petugas QA melakukan sampling warna setiap beberapa periode, dan

mereka tidak akan mengetahui kondisi yang akan terjadi saat mereka tidak

melakukan sampling. Petugas sortir yang tanggap seharusnya sesering

mungkin berhubungan dengan petugas QA mengenai kondisi yang sewaktu-

waktu terjadi apabila berada di luar sepengetahuan petugas QA. Pada saat ini

Page 59: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

104

petugas sortir tidak memiliki pembagian job description yang jelas sehingga

alur informasi yang berjalan menjadi kurang akurat sehingga setelah terjadi

tolakan akibat kelolosan warna, petugas sortir menjadi lebih waspada.

g. Pengaruh cahaya lain selain lampu rumah sortir

Unit VII merupakan unit yang paling luas sehingga pencahayaan alami sinar

matahari lebih banyak, hal ini dapat memberikan pengaruh ketika petugas

sortir menyeleksi kecacatan. Keramik memantulkan cahaya yang bercampur

antara lampu dengan sinar matahari, cahaya tersebut menjadi semakin terang

dan menyilaukan mata. Pada akhirnya terdapat kecacatan yang lolos karena

tidak terlihat akibat silau tersebut.

h. Kurangnya pemanfaatan fasilitas dan sarana kerja

Petugas sortir mendapat fasilitas sarung tangan untuk bekerja dan demi

keselamatan mereka, keramik kualitas D maupun dumping dipisahkan dengan

diambil menggunakan sarung tangan melihat suhu keramik yang panas karena

langsung exit kiln. Kondisi yang terjadi adalah petugas sortir jarang

menggunakan sarung tangan dengan berbagai alasan, hal ini dapat

menyebabkan kelolosan kecacatan karena mereka enggan mengambil keramik

cacat yang telah melewati rumah sortir dengan alasan keramik panas.

i. Ragu-ragu dalam mencoret

Seleksi yang dilakukan petugas sortir berdasarkan keputusan yang diambil

dengan cepat cenderung membuat ragu-ragu dalam mencoret keramik, hal ini

tentunya membuat coretan menjadi tidak jelas sehingga pembacaan sensor

menjadi rancu. Hal ini tentu akan berakibat terjadinya peletakan keramik yang

tidak sesuai dengan kualitasnya, dan akhirnya menimbulkan tolakan.

j. Alat untuk mencoret kurang memadai

Saat ini petugas sortir menggunakan kuas yang dicelupkan dalam tinta

fluorosesnce untuk mencoret dalam menentukan kualitas B maupun C, coretan

tersebut cenderung banyak dan menyebar sehingga sering membuat rancu

pembacaan sensor. Hal ini tentu akan berakibat terjadinya peletakan keramik

yang tidak sesuai dengan kualitasnya, dan akhirnya menimbulkan tolakan.

Page 60: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

105

k. Kondisi Udara

Kondisi udara pada Unit VII terbagi atas kualitas udara dan suhu udara.

Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Kualitas udara

Yang dimaksud dengan kualitas udara adalah keadaan udara dimana

terdapat bahan-bahan pencemar udara. Bahan-bahan pencemar udara di

sekitar rumah sortir pada Unit VII meliputi: bahan pencemar biologis

(virus, bakteri dan jamur), volatile organic compounds (cat, pembersih,

kosmetik, bahan bangunan, dan lain-lain), combustion products (CO, NO2,

SO2) dan partikel debu. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada

partikel debu dan combustion products (CO, NO2, SO2). Sumber

pencemaran combustion products (CO, NO2, SO2) pada area sortir Unit

VII berasal dari:

• Hasil pembakaran kendaraan bermotor (forklift)

Jenis kendaraan bermotor forklift seringkali melintas di daerah rumah

sortir, yang tentu saja sangat menganggu kinerja petugas sortir karena

hasil pembakaran yang dikeluarkan mengandung karbon monoksida

(CO) dan nitrogen oksida (NO dan NO2). CO yang terikat dalam darah

terutama hemoglobin akan menghambat fungsi oksigen dalam

sirkulasi, sedangkan NO dapat menyebabakan iritasi pada mata dan

saluran pernafasan. Pada Unit VII jalan untuk forklift agak lebar,

sehingga asap yang dikeluarkan tidak sampai tercium oleh petugas

sortir, namun secara tidak langsung pasti akan terhirup oleh hidung

walaupun dengan jumlah yang kecil.

• Asap rokok

Peraturan untuk tidak merokok di dalam ruangan memang sudah

tertera dimana-mana, namun masih sering dijumpai karyawan yang

merokok di dalam ruangan karena kurangnya kesadaran dari karyawan.

Asap rokok yang dikeluarkan mengandung karbon monoksida (CO)

yang merupakan salah satu pencemar udara, selain itu rokok bisa

menyebabkan kebakaran apabila terkontaminasi dengan bahan-bahan

yang mudah terbakar seperti zat-zat yang terkandung dalam glasir.

Page 61: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

106

• Asap pengolahan batu bara

Letak Unit VII berdekatan dengan pabrik KPA yang merupakan pabrik

pengolahan batu bara. Asap yang dikeluarkan dari cerobong masuk ke

area kerja Unit VII melalui ventilasi udara dan pintu. Hal ini sangat

menganggu kinerja petugas sortir maupun pekerja lainnya, karena

jumlah asap yang masuk tidaklah sedikit. Selain menyebabkan

gangguan pernafasan juga membuat mata menjadi pedas, sehingga

tingkat konsentrasi pekerja sortir menurun dan kelolosan akan terjadi.

• Debu

Sumber pencemaran karena partikel debu bisa berasal dari dalam dan

luar ruangan. Sumber partikel debu dari luar bisa masuk ke dalam

ruangan karena ada angin yang membawa debu-debu tersebut.

Sedangkan debu di dalam ruangan berasal dari debu liat yang masih

menempel pada keramik.

2. Suhu Udara

Saat ini petugas sortir menyeleksi keramik yang panas karena langsung

keluar dari kiln. Tentunya keadaan udara di sekitar rumah sortir menjadi

panas akibat panas keramik, apalagi panas yang dilepaskan oleh lampu-

lampu di dalam rumah sortir. Kondisi pada siang hari dengan suhu udara

mencapai 30° C dan ditambah panas yang dilepaskan oleh keramik dan

lampu akan membuat petugas sortir menjadi tidak nyaman dalam bekerja,

berikut hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara pada Unit VII:

Tabel 4.15. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara pada Unit VII

Unit: VII Suhu (° C) dan Kelembaban Udara (%)Tanggal

13-3-2007Waktu Pengamatan

09.33 10.34 11.33 13.35 14.28 15.24Line

2 1 3 2 1 3Suhu 33.3 33.2 35.6 33.6 32.9 34.3

Kelembaban 52 50 41 49 61 52

Page 62: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

107

Tabel 4.15. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara pada Unit VII (sambungan)

Unit: VII Suhu (° C) dan Kelembaban Udara (%) Tanggal 16-3-2007 Waktu Pengamatan 09.34 10.36 11.29 13.00 14.00 18.47 Line 3 1 3 3 2 3Suhu 33.3 33.2 35.6 33.6 32.9 31.6Kelembaban 52 50 41 49 61 50

Dengan standar suhu kerja ideal di bawah 30° C maka kondisi kerja pada

Unit VII menjadi tidak ideal dan hal ini dapat mengurangi konsentrasi

kerja petugas sortir sehingga kurang mengenali apabila terdapat kecacatan.

4.4.3. Solusi Pemecahan

Berikut merupakan beberapa pemecahan yang penulis rancang untuk

mengatasi penyebab terjadinya tolakan pada Unit VII:

Unit7

2 1

2 1

2 1

18/33

18/33

18/33

18/33

18/33

18/33

PetugasSortir

PetugasSortir

PetugasSortir

3

3

3

Gambar 4.32. Layout Awal Rumah Sortir pada Unit VII

Page 63: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

108

Unit7

22

2

18/33

18/33

18/33

18/54

18/54

18/54

11

1

3

36/54

3

36/54

336/54

Kipas Angin

Kipas Angin

Kipas Angin

Gambar 4.33. Layout Rumah Sortir Usulan pada Unit VII

a. Merancang ulang peletakan lampu

Merancang ulang peletakan lampu dapat membuat kuat penerangan akan

mencapai ideal sehingga suasana menjadi lebih baik dan kecacatan yang

sebelumnya kurang terlihat akan menjadi terlihat. Penerangan di dalam rumah

sortir sudah memadai dengan 2 lampu tetapi pemasangan lampu perlu diubah

searah pandangan petugas sortir karena arah sinar lampu dapat membentuk

sudut 45º, sehingga akan memantulkan cahaya lebih baik. Lampu yang berada

pada ujung belokan sebelum rumah sortir lebih didekatkan untuk

memudahkan penglihatan karena dengan posisi yang sekarang petugas sortir

harus secara kontinyu melihat dari terang-gelap-terang. Berdasarkan

penelitian, mata membutuhkan waktu untuk beradaptasi dari terang-gelap-

terang dan hal ini tidak dapat dilakukan dalam hitungan detik. Selain itu

memberi lapisan dof dapat berguna untuk mengurangi silau pantulan cahaya

ke mata. Dengan memperhatikan jenis lampu yang dipasang, maka idealnya

pada titik 1 dengan lampu tipe 18/54, titik 2 dengan lampu tipe 18/33, titik 3

dengan lampu tipe 36/54. Alasan pembedaan jenis lampu ini adalah

memudahkan petugas sortir untuk menyeleksi kecacatan dengan kombinasi

cahaya lampu seperti pada tempat hamparan keramik. Dengan lebih

mendekatkan jarak lampu sebelum rumah sortir akan mengurangi kelelahan

mata, yang pada posisi pemasangan lampu sebelumnya mata harus

Page 64: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

109

berakomodasi dengan cepat untuk menyesuaikan diri dari keadaan gelap

menjadi terang.

b. Memberi tempat acuan standar pada masing-masing rumah sortir

Tempat acuan standar ini diperlukan untuk memperjelas perbedaan antara

keramik hasil produksi dengan standar produksi yang telah ada, penulis

memberikan alternatif peletakan tempat acuan standar sebagai berikut:

1. Peletakan standar keramik acuan tepat di depan petugas sortir. Adapun

kelebihan dan kekurangan dari solusi ini adalah sebagai berikut:

• Kelebihan: tempat yang luas pada sisi depan petugas sortir dapat

menampung keramik standar yang mempunyai lebih dari 4 tonality.

Selain itu dapat digunakan untuk menyimpan keramik acuan lain yang

akan diproduksi pada saat itu juga.

• Kekurangan: pandangan mata petugas sortir kemungkinan terlalu jauh

untuk membedakan warna antara acuan dengan hasil produksi.

2. Penambahan tempat tepat di bawah conveyor. Adapun kelebihan dan

kekurangan solusi ini adalah sebagai berikut:

• Kelebihan: petugas sortir dapat melihat perbedaan warna dengan cepat

karena keramik acuan tepat berada di bawah keramik hasil produksi

yang sedang berjalan.

• Kekurangan: apabila petugas sortir belum terbiasa maka dapat menjadi

bingung dengan adanya 2 keramik yang saling tumpang tindih dan

secara terus-menerus berjalan.

c. Desain kursi kerja

Mendesain kursi kerja baru dapat mengurangi kelelahan petugas sortir dalam

melakukan pekerjaannya, yaitu: memajukan sandaran kursi. Selain itu dengan

adanya desain kursi ini maka petugas sortir dapat bekerja dengan posisi duduk

karena menyortir merupakan pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang

dan memerlukan ketelitian. Langkah-langkah untuk mendapatkan jarak

pandang sama seperti pada Unit II, dengan hasil pengukuran dapat dilihat pada

Lampiran 12. Desain kursi kerja dapat dilihat pada Lampiran 8.

Page 65: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

110

d. Pemanfaatan ketetapan jam istirahat sesuai Perjanjian Kerja Bersama antara

perusahaan dengan karyawan

Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama antara perusahaan dengan karyawan,

setiap orang yang telah bekerja selama beberapa waktu harus mendapatkan

waktu istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan. Selama ini belum

terdapat pemanfaatan yang benar mengenai jam istirahat tersebut, pada

kesempatan ini penulis mengusulkan pengaturan yang dapat diterapkan secara

fleksibel, dan diharapkan dengan usulan ini kelelahan yang dialami petugas

sortir dapat berkurang. Usulan penulis mengenai pengaturan jam istirahat

dapat dilihat pada Lampiran 9.

e. Tempat keramik kualitas D dan dumping

Untuk mempermudah pergerakan petugas sortir, penulis menyarankan untuk

memisahkan tempat keramik kualitas D dan dumping dengan kursi. Berikut

adalah desain kursi yang selama ini dipergunakan pada Unit VII:

60 c

m

100 cm

Tempat dudukTempat dumping

Gambar 4.34. Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi(tampak atas) pada Unit VII

Pada gambar di atas, kursi dan tempat dumping menjadi satu seperti yang

sudah diterapkan sekarang, hal ini kurang memudahkan petugas sortir untuk

bergerak. Pada kesempatan ini penulis mencoba memberikan usulan

rancangan kursi sortir yang baru, yakni dengan memisahkan kursi dengan

tempat dumping seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 66: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

111

60

cm

40 cm

40 c

m

40 cm

Tempat dudukTempat

dumping

Gambar 4.35. Usulan Tempat Keramik Kualitas D dan Dumping dengan Kursi(tampak atas) pada Unit VII

Alasan penulis untuk memisahkan tempat duduk dan dumping adalah:

• Agar kursi lebih mudah untuk dipindahkan apabila posisi kursi kurang tepat

(kurang maju atau kurang mundur).

• Pemilahan keramik kualitas D dan dumping menjadi lebih jelas.

f. Memberi fasilitas kipas angin

Dengan kondisi suhu kerja yang ideal berdasarkan referensi pengukuran, suhu

yang memungkinkan orang masih dapat konsentrasi adalah di bawah 30º C,

oleh karena itu diperlukan penyejuk udara untuk mencapai suhu ideal. Kipas

angin sangat diperlukan untuk membuang panas dari keramik, apalagi dengan

kondisi keramik langsung keluar dari kiln. Panas dari keramik akan menambah

suhu dari rumah sortir sehingga akan berpengaruh pada kinerja dari petugas

sortir (misal: konsentrasi sortir berkurang karena udara panas). Sebaiknya

kipas angin tidak diarahkan pada wajah petugas sortir karena bisa

menyebabkan kantuk. Kipas angin lebih baik diletakkan di samping depan

petugas sortir sehingga arah angin selain sedikit mengarah ke petugas sortir

sekaligus mengarah ke keramik untuk membuang panas pada keramik. Kipas

angin juga harus sering dibersihkan agar kebersihan tetap terjaga.

g. Memberi fasilitas botol tinta

Dengan menggunakan botol tinta maka coretan pada keramik menjadi lebih

terarah dibandingkan menggunakan kuas karena selain tidak perlu melakukan

pengisian cairan tinta berkali-kali, coretan tidak menyebar pada permukaan

keramik sehingga pembacaan sensor menjadi lebih. Masing-masing line sortir

dapat menyediakan minimal 2 botol tinta, botol pertama digunakan untuk

bekerja dan botol kedua digunakan sebagai cadangan apabila botol pertama

Page 67: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

112

habis dan petugas sortir tidak sempat untuk mengisinya kembali. Adapun

kelebihan dan kekurangan menggunakan botol tinta adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

• Lebih fokus dalam melakukan proses sortir karena frekuensi pengisian

tinta lebih sedikit daripada menggunakan kuas.

• Memudahkan identifikasi karena coretan tinta pada permukaan keramik

lebih terarah.

• Meja sortir menjadi lebih bersih karena tetesan tinta dapat lebih dikurangi

sehingga lingkungan menjadi lebih bersih.

Kekurangan:

• Selalu memperhatikan keadaan spon karena spon yang keras akan

mempersulit keluarnya tinta

• Cenderung memerlukan penekanan ketika mencoret agar sensor dapat

membaca dengan jelas.

h. Mengadakan peninjauan kualitas udara

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan maintenance pada

kendaraan forklift, terutama yang telah berumur sehingga sisa hasil

pembakaran yang dikeluarkan lebih ramah lingkungan. Untuk menghindari

adanya asap rokok dalam ruangan maka harus diberikan sanksi yang tegas

bagi karyawan yang melanggar peraturan merokok. Daerah yang paling

banyak terdapat debu liat adalah di daerah mesin press, untuk itu tempat mesin

press harus dipisahkan dari lingkungan kerja. Pemberian ekstraktor

(penghisap debu) yang dipasang berdekatan dengan mesin press sehingga

debu tidak berkesempatan mempolusi lingkungan kerja. Alternatif lain dapat

dilakukan dengan memasang local exhaust ventilation untuk mengeluarkan

partikel debu. Petugas sortir harus selalu menggunakan masker agar udara

kotor atau debu liat tidak masuk ke dalam hidung.

i. Pembagian job description antar petugas sortir

Pembagian job description sangat diperlukan untuk menjaga alur informasi

dalam lantai produksi, antar petugas sortir memerlukan koordinasi untuk

menjaga kelangsungan proses produksi, begitu juga petugas sortir dengan

petugas QA terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan keramik hasil

Page 68: 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data · 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Penyusunan Kuesioner Dalam menyusun kuesioner, penulis memperhatikan

Universitas Kristen Petra

113

produksi. Usulan mengenai pembagian job description yang jelas dapat dilihat

pada Lampiran 10.