9
PERANAN BIOLOGI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA Kombes Pol Drs. Siswanto Kepala Laboratorium Forensik BARESKRIM POLRI Cabang Semarang Pendahuluan Perkembangan teknologi serta arus globalisasi di satu sisi dan minimnya tingkat kesejahteraan masyarakat memicu meningkatnya tingkat kejahatan dengan modus dan operandi yang baru. Disisi lain, asas presumption of innocence, menempatkan seseorang yang patut diduga melakukan sebuah tindak kejahatan harus teteap dilindungi hak-haknya. Kedua hal tersebut menuntut pengembangan teknik dan metode pendekatan penyidikan yang baru. Crime Science Investigation (CSI) adalah suatu metode pendekatan penyidikan dengan mengedepankan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna mengungkap suatu kasus yang terjadi. Dengan menggunakan metode CSI, pengakuan tersangka ditempatkan pada urutan terakhir dari alat bukti yang akan diajukan ke pengadilan, sebab metode CSI menitikberatkan analisis yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna mengungkap suatu tindak kejahatan. Membuat barang bukti (benda mati) atau Tempat Kejadian Perkara (TKP) ‘berbicara’ tentang suatu tindak kejahatan yang terjadi merupakan pokok bahasan dari bidang Forensik. Forensik berasal dari bahasa Latin yaitu ‘forum’ yang berarti tempat untuk melakukan transaksi. Pada perkembangan selanjutnya, forensik diperlukan pada pengungkapan suatu kasus tindak pidana dengan cara menyusun kembali (rekontruksi) suatu tindak pidana itu dapat terjadi, sudah barang tentu berdasarkan bukti-bukti yang ada. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam sesuatu sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau pengalaman (empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indranya (positivesme), analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal, baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang Seminar Nasional Biologi 2010 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 36

4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

PERANAN BIOLOGI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA

Kombes Pol Drs. Siswanto

Kepala Laboratorium Forensik BARESKRIM POLRI Cabang Semarang

Pendahuluan

Perkembangan teknologi serta arus globalisasi di satu sisi dan minimnya

tingkat kesejahteraan masyarakat memicu meningkatnya tingkat kejahatan dengan

modus dan operandi yang baru. Disisi lain, asas presumption of innocence,

menempatkan seseorang yang patut diduga melakukan sebuah tindak kejahatan

harus teteap dilindungi hak-haknya. Kedua hal tersebut menuntut pengembangan

teknik dan metode pendekatan penyidikan yang baru.

Crime Science Investigation (CSI) adalah suatu metode pendekatan

penyidikan dengan mengedepankan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna

mengungkap suatu kasus yang terjadi. Dengan menggunakan metode CSI,

pengakuan tersangka ditempatkan pada urutan terakhir dari alat bukti yang akan

diajukan ke pengadilan, sebab metode CSI menitikberatkan analisis yang

melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna mengungkap suatu tindak

kejahatan. Membuat barang bukti (benda mati) atau Tempat Kejadian Perkara

(TKP) ‘berbicara’ tentang suatu tindak kejahatan yang terjadi merupakan pokok

bahasan dari bidang Forensik.

Forensik berasal dari bahasa Latin yaitu ‘forum’ yang berarti tempat untuk

melakukan transaksi. Pada perkembangan selanjutnya, forensik diperlukan pada

pengungkapan suatu kasus tindak pidana dengan cara menyusun kembali

(rekontruksi) suatu tindak pidana itu dapat terjadi, sudah barang tentu berdasarkan

bukti-bukti yang ada. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan

alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam

sesuatu sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau pengalaman

(empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui

indranya (positivesme), analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk

akal, baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 201036

Page 2: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat

luas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu).

Cabang-cabang ilmu forensik lainnya adalah: kedokteran forensik,

toksikologi forensik, odontologi forensik, psikiatri forensik, entomologi forensik,

antrofologi forensik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi / biologi

molekuler forensik. Biologi molekuler forensik lebih dikenal dengan ”DNA-

forensic”.

Sejarah Forensik

Tercatat pertama kali pada abad ke 19 di Perancis Josep Bonaventura

Orfila pada suatu pengadilan dengan percobaan keracunan pada hewan dan

dengan buku toksikologinya dapat meyakinkan hakim, sehingga menghilangkan

anggapan bahwa kematian akibat keracunan disebabkan oleh mistik.

Sementara itu, Alphonse Bertillon (1853-1914) adalah seorang ilmuwan

yang pertamakali secara sistematis meneliti ukuran tubuh manusia sebagai

parameter dalam personal indentifikasi. Sampai awal 1900-an metode dari

Bertillon sangat ampuh hingga dikenal sebagai bapak identifikasi.

Francis Galton (1822-1911) pertama kali meneliti sidik jari dan

mengembangkan metode klasifikasi dari sidik jari. Hasil penelitiannya sekarang

ini digunakan sebagai metode dasar dalam personal identifikasi. Leone Lattes

(1887-1954) seorang profesor di institut kedokteran forensik di Universitas Turin,

Itali. Dalam investigasi dan identifikasi bercak darah yang mengering “a dried

bloodstain”, Lattes menggolongkan darah ke dalam 4 klasifikasi, yaitu A, B, AB,

dan O. Dasar klasifikasi ini masih kita kenal dan dimanfaatkan secara luas sampai

sekarang.

Pada perkembangan selanjutnya, pengertian forensik adalah suatu

kesatuan dari beberapa ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membuat terang

suatu kasus tindak pidana, sehingga penyidikan yang dilakukan oleh polisi

berdasarkan kepada Crime Science Investigation. Pada dekade terakhir muncul

banyak sekali sub disiplin ilmu yang mendukung forensik diantaranya komputer

forensik, psikologi forensik, kedokteran forensik, kimia forensik dan biologi

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 37

Page 3: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

forensik. Di bidang Biologi muncul kajian Ilmu entomologi forensik, toksikologi

forensik, botani forensik, mikrobiologi forensik, molekuler forensik, dan masih

banyak lagi.

Sejarah Laboratorium Forensik POLRI

Perjalanan panjang Laboratorium Forensik POLRI dimulai pada tanggal

15 Januari 1954 dengan dikeluarkan surat Kepala Kepolisian Negara Nomor :

1/VIII/1954, dibentuklah Seksi Interpol dan Seksi Laboratorium, di bawah Dinas

Reserse Kriminil. Akan tetapi pada tahun 1960, dengan peraturan Menteri Muda

Kepolisian Nomor : 1/PRT/MMK/1960 tanggal 20 Januari 1960, Seksi

Laboratorium dipisahkan dari Dinas Reserse Kriminil Markas Besar Polisi Negara

dan ditempatkan langsung di bawah Komando dan Pengawasan Menteri Muda

Kepolisian dengan nama Laboratorium Departemen Kepolisian.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1963, dengan Instruksi

Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian No. Pol : 4/Instruksi/1963 tanggal 25

Januari 1963, dilakukan penggabungan Laboratorium Departemen Kepolisian

dengan Direktorat identifikasi menjadi Lembaga Laboratorium dan Identifikasi

Departemen Kepolisian. Perubahan kembali terjadi pada tahun 1964, dilakukan

pemisahan kembali Direktorat Identifikasi dengan Laboratorium Kriminal dengan

Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian No. Pol :

11/SK/MK/1964 tanggal 14 Pebruari 1964.

Pada tahun 1970, Laboratorium Kriminal yang berada langsung dibawah

Kepala Kepolisian Negara dikembalikan di bawah Komando Utama Pusat Reserse

dengan nama Laboratorium Kriminil Koserse dengan Surat Keputusan Menteri

Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Nomor: Skep/A

/385/VIII/1970. Pada tahun 1992 terjadi perubahan nama dari Laboratorium

Kriminal menjadi Laboratorium Forensik berdasarkan Surat Keputusan Pangab

No. Kep/11/X/1992, tanggal 5 Oktober 1992.

Dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 terjadi

perubahan nama dari Korserse menjadi Bareskrim maka sampai sekarang

Puslabfor berkedudukan di bawah Bareskrim Polri atau menjadi Puslabfor

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 201038

Page 4: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

Bareskrim Polri, dan sampai saat ini Puslabfor telah mempunyai 6 Labforcab yang

tersebar di seluruh Indonesia.

1. Laboratorium Forensik Cabang Surabaya (didirikan tahun 1957)

2. Laboratorium Forensik Cabang Medan (didirikan tahun 1972)

3. Laboratorium Forensik Cabang Semarang (didirikan tahun 1982)

4. Laboratorium Forensik Cabang Makasar (didirikan tahun 1985)

5. Laboratorium Forensik Cabang Denpasar (didirikan tahun 1999)

6. Laboratorium Forensik Cabang Palembang (didirikan tahun 1999)

Sesuai dengan Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 pada tiap-tiap

laboratorium cabang memiliki empat unit dengan didukung oleh beberapa disiplin

ilmu pengetahuan, unit tersebut adalah :

1. Unit Balistik dan Metalurgi Forensik.

2. Unit Dokumen dan Uang Palsu Forensik.

3. Unit Kimia dan Biologi Forensik.

4. Unit Fisika, Instrumen dan Komputer Forensik.

Sementara itu berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk memeperkuat

pemeriksaan di Laboratorium Forensik POLRI antara lain adalah ilmu Biologi,

Kimia, Fisika, Metalurgi, Komputer, Teknik Kimia, Teknik Arsitektur, Teknik

Sipil, Teknik Elektro, Farmasi, Analis Kesehatan, Kesehatan Masyarakat.

Peranan Ilmu Biologi dalam bidang Forensik

Seperti telah diketahui pada Pasal 184 ayat 1 Kitab Hukum Acara Pidana

(KUHP) menyebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah :

1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli

3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

Hal inilah yang menuntuk pemeriksa pada Laboratorium Forensik bekerja,

membuat suatu barang bukti, Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan petunjuk-

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 39

Page 5: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

petunjuk yang lain dalam suatu kasus tindak pidana untuk ‘berbicara’. Setelah

dilakukan pemeriksaan secara in situ (di TKP) maupun ex situ (di laboratorium)

maka hasil dari pemeriksaan tersebut dituangkan dalam bentuk Berita Acara

Pemeriksaan (surat) atau bila dianggap perlu maka pemeriksa di Laboratorium

Forensik dapat dipanggil di pengadilan sebagai saksi ahli (keterangan ahli).

Mengingat pentingnya hal diatas, maka seorang pemeriksa di

Laboratorium Forensik POLRI haruslah memiliki kekuatan ilmu dasar yang kuat,

berpandangan holistik terhadap suatu kasus, ketekukan, sifat pantang menyerah,

inisiasi yang sempurna dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya ke dalam suatu

kasus yang ditanganinya. Hal ini dikarenakan tanggungjawab yang diemban oleh

seorang pemeriksa forensik akan dipertanggungjawabkan baik di depan

pengadilan dan akan menentukan nasib seseorang (tersangka), apakah dia terlibat

tindak pidana ataukah tidak. Kesalahan dalam menentukan metode pemeriksaan

yang akan dipakai akan berakibat pada kesalahan kesimpulan yang akan diambil,

sebab forensik bekerja pada tataran barang bukti yang dipaksa ‘bicara’ dan tidak

mengandalkan pengakuan dari tersangka.

Hal ini juga terjadi pada sarjana-sarjana Biologi yang bekerja di

Laboratorium Forensik POLRI. Penguasaan terhadap ilmu yang dimilikinya

merupakan sesuatu yang wajib dan harus ‘mengakar’ dalam tubuhnya. Baik itu

ilmu mengenaik biokimia, entomologi, histologi, fisiologi, anatomi, mikrobiologi,

toksikologi, ekologi bahkan biologi molekuler. Bila tidak memiliki kemampuan di

bidang tersebut seorang biolog yang terjun dalam suatu lingkungan forensik akan

sulit sekali menentukan langkah apa yang harus diambil untuk menguak suatu

kasus tindak pidana. Ilmu dasar yang dimiliki di lingkungan forensik bak sebilah

pisau, ketajamannya sangat diperlukan, akan tetapi apalah arti sebilah pisau yang

tajam bila sang pemegang pisau tidak dapat menggunakannya. Banyak contoh

kasus yang dapat diselesaikan dengan pendekatan ilmu Biologi, baik itu kasus

pembunuhan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, toksikologi lingkungan

(pencemaran), atau bahkan keracunan.

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 201040

Page 6: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

1. Kasus Pembunuhan Romo Wasi, Purworejo

Banyak contoh kasus di lingkungan Laboratorium Forensik POLRI yang

terpecahkan dengan menggunakan analisis dari ilmu biologi. Salah satu kasus

yang ditengani dengan mengedepankan aspek biologi adalah kasus pembunuhan

seorang pemuka agama di Purworejo, Romo Wasi, pada tahun 2004. Korban

ditemukan pada pukul 06.00 WIB di depan garasi mobil sebuah rumah

peristirahatan (ret ret) umat nasrani oleh seorang tukang kebun dan dilaporkan

olehnya ke Polres Purworejo. Korban meninggal dunia akibat luka di kepala

akibat benda tumpul yang menyebabkan darah keluar dari mulut, mata dan hidung

korban.

Titik cerah pengungkapan kasus tindak pidana ini diperoleh setelah

ditemukannya satu helai daun dari famili Gramineae di tubuh korban (menempel

pada lengan kiri korban), padahal di tempat ditemukannya korban tidak ada

tumbuhan anggota dari famili Gramineae. Hal ini menggugah penyidik akan locus

delicti (tempat terjadinya tindak pidana) dari kasus ini tidak berada ditempat

tersebut. Pemeriksaan TKP dikembangkan ke tampat lain dengan petunjuk

tumbuhan dari famili Gramineae tersebut. Dari pengembangan TKP ditemukan

ada empat tempat yang tumbuh tumbuhan dari famili Gramineae, dari empat

tempat tersebut ada satu tempat yang juga ditemukan noda yang diduga darah,

menempel pada salah satu daun dari tumbuhan anggota Gramineae.

Pengenalan, identifikasi dan penetapan fisiologi noda yang diduga darah

yang telah mengering dengan metode ‘Leone Lattes’ mentukan apakah darah

tersebut adalah darah korban. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan bahwa noda

yang melekat pada daun tumbuhan famili Gramineae tersebut adalah darah

korban. Pengembangan TKP tidak berhenti sampai disini, di dekat lokasi

ditemukan daun tersebut diidentifikasi bahwa tempat itu adalah kamar dari

tukang kebun rumah peristirahatan umat nasrani tersebut. Maka pemeriksaan

dengan metode ‘Leone Lattes’ juga dilakukan di kran air di dalam kamar, baju

yang digunakan, jari-jari tangan dan kaki, dan alas kaki tukang kebun tersebut.

Hasilnya, ditemukan bahwa darah korban tertransfer ke kran air,

ruitsletting celana, sela-sela kuku tangan dan kaki, serta palu milik tukang kebun

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 41

Page 7: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

yang berada di dalam kamar. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya noda darah

kering diantara tegel antara daun yang terdapat noda darah (dibelakang rumah

ret ret) hingga tempat ditemukannya korban, sehingga dimungkinkan korban

diseret dari samping kamar tukang kebun hingga di depan garasi mobil, hal ini

dilakukan untuk mengecoh penyidik agar seolah-olah telah terjadi perampokan

di rumah ret ret tersebut. Sehingga dengan keyakinan dan dalam waktu kurang

dari 12 jam maka penyidik menetapkan tukang kebun tersebut sebagai pelaku

pembunuhan terhadap Romo Wasi, padahal tukang kebun itu sendiri yang

melaporkan tindak pidana tersebut ke Mapolres Purworejo.

2. Kasus Keracunan di Kecamatan Grabag Magelang

Kasus lain adalah kasus toksikologi, keracunan massal di Kecamatan

Grabag Kabupaten Purworejo pada pertengahan tahun 2007. Kejadian ini

mengakibatkan 10 orang meninggal dunia dalam waktu 3 hari, karena dipandang

meresahkan masyarakat maka diturunkanlah tim Laboratorium Forensik POLRI

bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Pemeriksaan di TKP yang

dilakukan oleh Laboratorium Forensik meliputi vegetasi di (satu-satunya)

sumber air di daerah tersebut, sample air, sampel udara, makanan, muntahan,

dan autopsi korban yang meninggal dunia. Pemeriksaan vegetasi dengan

menggunakan instrument AAS menyimpulkan bahwa tidak ditemukan

akumulasi logam berat pada daerah tersebut. Sampel air diperiksa kualitas dan

kuantitasnya, meliputi BOD, COD, logam terlarut, conductivity dan beberapa

parameter lainnya.

Sementara itu, makanan, muntahan dan analisis lambung korban yang

telah meninggal dilakukan untuk mengetahui makanan apa saja yang masuk ke

tubuh korban dalam waktu 3 jam terakhir. Data terakhir yang dikumpulkan

adalah dari autopsi, dengan membuat preparat histologi untuk organ otak,

lambung, hepar, paru-paru dan ginjal untuk korban yang telah meninggal. Dari

semua data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kematian yang terjadi

diakibatkan oleh Pseudomonas sp. dan insektisida secara bersamaan. Hal ini

diperkuat dengan ditemukannya kelainan pada pemeriksaan histologi dari hepar,

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 201042

Page 8: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

otak dan paru-paru. Selain itu pemeriksaan sampel air juga ditemukan adanya

insektisida dalam jumlah diluar ambang batas dan di sampel makanan dan

muntahan (analisis lambung korban dengan metode biokimia-mikrobiologi) juga

ditemukan Pseudomonas sp.

3. Kasus Kasus Lingkungan

Untuk kasus ekologi, pemeriksaan limbah seringkali dilakukan

Laboratorium Forensik POLRI untuk beberapa perusahaan. Bersama instansi

terkait Laboratorium Forensik POLRI mengambil sampel di inlet, outlet,

upstream dan downstream. Penentuan titik sampel harus benar2 dimengerti sebab

sautu ketika upstream suatu perusahan merupakan downstream dari perusahaan

lainnya. Pengertian limbah domestik dari suatu perusahaan dan limbah dari proses

industri menentukan dimana kita akan menentukan inlet dari perusahaan tersebut.

Selain itu pemahaman tentang modul dari AMDAL juga sangat diperlukan di

dalam bidang pemeriksaan limbah industri. Pengambilan sampel ini dilanjutkan

dengan pemeriksaan di laboratorium meliputi beberapa parameter seperti yang

telah ditetapkan oleh UU Lingkungan Hidup maupun PERDA.

Masih banyak sekali kasus-kasus yang dipecahkan dengan

mengedepankan analisis dalam aspek Biologi. Saat ini sedang dikembangkan

penanda molekuler untuk barang bukti ganja. Hal ini dilakukan untuk

menghentikan peredaran gelap ganja yang semakin marak di Indonesia. Dengan

pengembangan penanda molekuler ganja maka akan didapatkan beberapa cluster

peredaran di Indonesia dan hal ini dapat dijadikan evaluasi terhadap jaringan yang

berkembang. Beberapa aspek yang saat ini menjadi trend di dunia forensik adalah

mikrobiologi forensik, entomologi forensik, botani forensik dan ekologi forensik.

Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa ilmu Biologi sangat

diperlukan guna mendukung dalam proses pengungkapan suatu kasus tindak

pidana dengan menggunakan dasar Crime Science Investigation. Kemampuan

dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah merupakan syarat

mutlak untuk menjadi seorang perwira pemeriksa forensik, sebab seorang perwira

pemeriksa forensik nantinya dituntut untuk dapat menentukan arah pemeriksaan

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 43

Page 9: 4 Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana

yang akan dilakukan guna membuat terang suatu tindak pidana dalam waktu

secepat-cepatnya. Penentuan arah pemeriksaan tersebut meliputi dari metode yang

akan digunakan, analisis dan evaluasi terhadap hasil yang akan diperoleh dari

metode tersebut, hingga kepada penentuan tersangka, waktu, dan tempat kejadian

suatu tindak pidana itu terjadi. Setelah hal tersebut ditentukan oleh perwira

pemeriksa forensik maka penyidik di kewilayahan akan melanjutkan kepada

tingkatan pemberkasan selanjutnya diajukan ke pengadilan.

Dalam rangka meningkatkan mutu laboratorium, maka Laboratorium

Forensik POLRI terus melakukan pembenahan meliputi peningkatan sumber daya

manusia, peningkatan teknis pemeriksaan di laboratorium (meliputi pengadaan

instrument terbaru, pengembangan metode pemeriksaan dan refresh teknis dan

teknik pemeriksaan kepada anggota) dan melakukan kerjasama dengan instansi

terkait. Peningkatan sumber daya manusia meliputi rekruitment anggota melalui

jalur Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS) dan atau pengembangan keilmuan

pada anggota yang telah ada melalui kerjasama dengan Sekolah Pasca Sarjana di

beberapa Universitas di Indonesia maupun di luar negeri. Karena penguasaan

kemampuan ilmu dasar bagi perkembangan teknik dan teknis penyidikan

berdasarkan metode Crime Science Investigation sangat mutlak diperlukan di

lingkungan forensik pada umumnya dan Laboratorium Forensik POLRI (Labfor

POLRI) pada khususnya.

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 201044