42-122-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

Uji Sensitivitas dan Spesifitas Anti -HIV MetodeImmunochromatography pada IDU (infecting Drug User )Sensitivity and Specifity Test of ImmunochromatographyAnti-HIV Method for IDU (Infecting Drug User)Azmil Laily Fardhani1 , Anik Handayati2 , Sri Wahyuni21 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya2Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes SurabayaAbstractHealth Ministrys routine report showed the occurrence of the rapid increasing for HIV new cases, especially in the last 3 years. The number of HIV infection cases was causing the need for a reagent evaluation method, to confirm such a good and adequate quality in order to establish HIV infection diagnostic. ELISA technique was a gold standard on HIV infection screening due to its advantages, but over time, competitors with immunochromatography emerged because of its practicality and cheap price. Elisa test result was an objective measurement due to its numeric shape compared to immunochromatography method result which in the form of visible eye result. Nonetheless, ELISA method had weaknesses namely long period working and the need of extra skills and precision. The design used in this research was descriptive which described sensitivity and specivity test of anti HIV immunochromatography method for IDU (Infecting Drug User) using simple random sampling. The result of anti HIV immunochromatography method was obtained that sensitivity value was 88% and specivity value was 98%. Hence, it indicated that IT reagent did not meet the criteria recommended by Health Ministry of Indonesian Republic.Keywords : Sensitivity, Specivity, Anti-HIV, Immunochromatography, Infecting Drug UserPENDAHULUANHIV singkatan dari Human Immuno deficiency Virus yang merupakan suatu subgroup retrovirus yang dikenal sebagai slow viruses, karena perjalanan infeksi virus ini ditandai oleh rentang waktu yang panjang sejak awal infeksi hingga muncul gejala. Sedangkan AIDS singkatan dariAcquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh oleh karena virus HIV. HIV merupakan infeksi virus yang mempunyai tingkat penularan yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi HIV, sehingga menjadi sumber penularan bagi orang lain. Seseorang terkena HIV biasanya diketahui jika telah terjadi AIDS yang ditandai antara lain penurunan berat badan, diare berkepanjangan dan beberapa gejala lainnya (Depkes RI, 2006).Berdasarkan laporan rutin Kementerian Kesehatan sampai dengan 2010, terjadi laju peningkatan kasus baru HIV yang semakin cepat terutama jumlah kasus baru HIV dalam 3 tahun terakhir. Dengan banyaknya kasus infeksi HIV, maka kebutuhan suatu metode dan evaluasi reagensia sangat dibutuhkan untuk memastikan mutu yang baik dan adekuat dalam menegakkan diagnostik infeksi HIV. Teknik ELISA merupakan baku emas atau gold standart dalam screening infeksi HIV karena dianggap mempunyai beberapa kelebihan, namun dengan per kembangan waktu terdapat kompetitor yang mengunggulkan metode immunochromatogra phy karena praktis dan murah.149Analis Kesehatan Sains Vol. 3 No. 1 - Juni 2014Analis Kesehatan Sains Vol. 3 No. 1 - Juni 2014ISSN2302 - 3635Menurut Handojo (2003) hasil tes ELISA ini merupakan pengukuran yang obyektif karena dapat berbentuk numerik dibandingkan dengan hasil metode immunochromatography yang berupa visible way atau hasil pengamatan mata dari pengamatnya. Namun Putra (2003) menyatakan metode ELISA juga memiliki kelemahan diantaranya dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya serta diperlukan keterampil an dan ketelitian yang lebih.Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitiannya adalah menganalisis sensitivitas dan spesifisitas anti-HIV metode Immuno chromatography terhadap hasil pemeriksaan anti-HIV metode ELISA(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) pada IDU (Injecting Drug User).TINJAUAN PUSTAKAHIV (Human Immuno deficiency Virus)HIV merupakan suatu subgroup retroviruses yang dikenal sebagai slow viruses. Perjalanan infeksi virus ini ditandai oleh rentang waktu yang panjang sejak awal infeksi hingga muncul gejala yang berat. Jenis retrovirus ini memiliki kemampuan untuk menggunakan RNA dan DNA sel induk untuk membuat DNA virus baru.Sumber : Yuni, 2011Tipe dan Sub-tipe HIVTerdapat dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Secara global, yang dominan adalah HIV-1. Transmisi dari kedua tipe virus tersebut tidak berbeda dan secara klinis tampilan AIDS tidak dapat dibedakan, tetapi HIV-2 penyebarannya lebih sulit, dan inkubasi periodenya lebih lama atau lebih panjang.Cara Penularan HIV (Depkes, 2006)Kontak seksual atau hubungan seksual dengan penetrasi atau sengaja. Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari semua cara penularan. Penetrasi atau sengaja berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal dan oral seksual antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindungi dari individu yang terinfeksi HIV.Pajanan oleh darah terinfeksi, produk darah atau transplantasi organ dan jaringan. Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak dilakukan uji saring untuk antibodi HIV. Pajanan HIV pada organ dapat terjadi dalam proses transplantasi jaringan atau organ di pelayanan kesehatan. Penularan dari ibu ke anak. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir. Faktor Risiko Tinggi Tertular HIVFaktor risiko perilaku, yaitu perilaku seksual yang berisiko terhadap penularan HIV atau AIDS, yang meliputi partner hubungan seks lebih dari satu, seks anal, pemakaian kondom. Seperti contoh Pekerja Seks Komersial, Homoseksual dan Waria. Faktor risiko parenteral, yaitu faktor risiko penularan HIV atau AIDS yang berkaitan dengan pemberian cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. Faktor ini meliputi riwayat transfusi darah, pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang secara suntik yang disebut IDU atau Injecting Drug User. Faktor risiko infeksi menular seksual, yaitu riwayat penyakit infeksi bakteri atau virus yang ditularkan melalui hubungan seksual yang pernah diderita responden, seperti sifilis, condiloma acuminata, dan gonorrhoea. Pemeriksaan HIVDiagnosis HIV ( Pemeriksaan antibodi atau antigen )Tes Saring (screening) Tes Konfirmasi Diagnosis awal untuk bayi Antigen p24 PCR DNA atau RNA Menginisiasi dan memantau pengobatan150U ji Se ns i t i vi t as d a n Sp es i f i t as A nt i - H IV *Azmil Laily Fardhani hlm. 149-153Analis Kesehatan Sains Vol. 3 No. 1 - Juni 2014ISSN2302 - 3635CD4 Viral load Terapi HIVTerapi ARV atau Anti Retroviral adalah pengobatan untuk HIV dengan obat anti retroviral yang lebih dikenal dengan obat ARV. ARV sudah terbukti dapat menghambat replikasi HIV sehingga kadar virus dalam darah yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan akibatnya kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat.Keputusan penggunaan terapi ARV ditentukan oleh dokter yang terlatih dengan mem pertimbangkan kondisi sebagai berikut :Penilaian sejarah gejala klinis dari hasil kunjungan rutin ke dokter seperti munculnya infeksi oportunistik tertentu seperti TB, jamur di dalam mulut atau vagina, dll. Pemantauan tingkat kekebalan tubuh yang terus menurun hingga mencapai jumlah CD4 sampai 200 atau ke bawah dan tidak ada tanda tanda akan meningkat. Pemantauan kadar virus (viral load) yang menunjukkan peningkatan. Tes viral load terbatas dan mahal. Terlambat minum obat ARV atau berhenti minum obat ARV akan membuat virus semakin bertambah aktif bereplikasi dan mengakibat kan resistensi obat terhadap replikasi virus (Kemenkes, 2010). METODERancangan yang digunakan adalah deskriptif dengan menggambarkan uji sensitivitas dan spesifisitas anti-HIV metode immunochromato graphy pada IDU (Injecting Drug User)Populasi dalam penelitian ini adalah 190 pasien dari komunitas IDU (Injecting Drug User) yang melakukan pemeriksaan anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada bulan April Juni 2013 di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 pasien dari komunitas IDU (Injecting Drug User) yang melakukan pemeriksaan anti-HIV (Human Immuno deficiency Virus) dengan menggunakan metode simple random sampling . Penelitian dilakukan di Laboratorium Imunologi Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, pada bulan April - Juni 2013Reagensia yang digunakan adalah reagensia rapid immunochromatography yang belum pernah diteliti sebelumnya dengan inisial IT, sedangkan reagensia metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yang digunakan adalah Microelisa system Vironostika HIV Ag/Ab Biomerieux yang telah dievaluasi oleh RSCM pada tahun 2010 memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%HASIL PENELITIANHasil pemeriksaan anti-HIV metode immuno chromatography terhadap sampel reaktif dan sampel non reaktif metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Asssay) pada pasien IDU (Injecting Drug User).Hasil pemeriksaan anti-HIV metode immuno chromatography terhadap 50 sampel reaktif metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) pada pasien IDU (Injecting Drug User) diperoleh dengan hasil true positive sebesar 44 sampel dan false negative sebesar 6 sampel.Hasil pemeriksaan anti-HIV metode immuno chromatography terhadap 50 sampel non reaktif metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) pada pasien IDU (Injecting Drug User) diperoleh dengan hasil true negative sebesar 49 sampel dan false positive sebesar 1 sampelNilai Prediktif Positif (NPP) atau Nilai Ramal Positif merupakan persentase kepercayaan hasil pemeriksaan reaktif, spesimen yang diperiksa memang mengandung antibodi terhadap HIV.Nilai Prediktif Negatif (NPN) atau Nilai Ramal Negatif merupakan persentase kepercayaan hasil pemeriksaan non reaktif, spesimen yang diperiksa memang tidak mengandung antibodi terhadap HIV.151U ji Se ns i t i vi t as d a n Sp es i f i t as A nt i - H IV *Azmil Laily Fardhani hlm. 149-153Analis Kesehatan Sains Vol. 3 No. 1 - Juni 2014ISSN2302 - 3635Efisiensi Diagnostik (Kebenaran Diagnostik) merupakan persentase tepat guna atau ukuran keberhasilan suatu tes untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV.PEMBAHASANMenurut Kementerian Kesehatan RI, reagensia yang dipilih untuk pemeriksaan didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia. Reagensia dengan sensitivitas minimal 99%, spesifisitas minimal sebesar 98%,dan nilai ramal positif di atas 99% direkomendasikan dipakai untuk pemeriksaan anti-HIV, sedangkan penelitian ini didapatkan nilai sensitivitas sebesar 88 %, nilai spesifisitas sebesar 98% dan nilai ramal positif sebesar 98%. Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa reagensia IT tidak sesuai dengan kriteria yang di rekomendasikan dan tidak sesuai dengan hasil evaluasi yang tertera pada package insert yang mencantumkan sensitivitas 100 % dan spesifisitas 100%.Faktor faktor seperti kelembaban, kontak langsung dengan sinar matahari, jenis antigen yang dilekatkan dan kadar anti-HIV pada ELISA merupakan faktor faktor yang yang ada kaitannya dengan keterbatasan sensitivitas rapid immunocromato graphy. Sebab rapid test merupakan salah satu metode yang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan dan mudah rusak. Sehingga salah satu penyebab timbulnya false negative pada metode immunochromato graphy karena pada kadar absorbance rendah metode ELISA, maka rapid immunochromato graphy tidak bisa mendeteksi dan salah satu penyebab timbulnya false positive bisa diantaranya karena faktor perbedaan antigen yang dilekatkan pada conjugate masing masing dan hanya metode ELISA yang dapat mendeteksi antigen dan antibodi, sedangkan metode immuno chromatography hanya dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV.Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh beberapa hal penting. Ternyata tidak semua reagensia untuk pemeriksaan antibodi terhadap HIV, yang beredar memiliki data tentang kinerja yang telah dipublikasikan. Hasil penelitian ini berdasarkan evaluasi terhadap reagensia yang beredar di Indonesia masih perlu diberikan kesempatan pada produsen reagensia untuk melakukan perbaikan mutu reagensia serta dievaluasi ulang di masa mendatang.Hasil evaluasi terhadap reagensia untuk pemeriksaan anti-HIV ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi oleh penentu kebijak an atau pengguna akhir yaitu laboratorium pemeriksa untuk memilih reagensia yang dapat memberikan hasil yang tepat, dapat juga sebagai sumber informasi dalam menentukan kebijakan yang adekuat dalam hal pemberian izin pendaftaran dan penjualannya di Indonesia.SimpulanHasil penelitian anti-HIV metode immuno chromatography pada IDU (Injecting Drug User) diperoleh nilai sensitivitas sebesar 88% dan nilai spesifisitas sebesar 98 %.SaranDalam melakukan pemeriksaan hitung jumlah sel darah menggunakan metode manual diharapkan memperhatikan mengenai alat-alat yang digunakan dan prosedur pemeriksaan agar faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan dapat diminimalkanDAFTAR PUSTAKADepartemenKesehatan RI. 2004. PedomanPemeriksaan HIV. JakartaDepartemenKesehatan RI. 2004. PedomanPenatalaksanaan IMS. JakartaDepartemenKesehatan RI. 2004. PedomanSurveilans Sentinel HIV. JakartaDepartemen Kesehatan RI. 2005. Buku Panduan Prosedur Operasional Baku Diagnosis Laboratorium Infeksi HIV & Opor tunistik. JakartaDepartemen Kesehatan RI. 2006. Hasil EvaluasiReagensia HIV di Indonesia. Jakarta152U ji Se ns i t i vi t as d a n Sp es i f i t as A nt i - H IV *Azmil Laily Fardhani hlm. 149-153Analis Kesehatan Sains Vol. 3 No. 1 - Juni 2014ISSN2302 - 3635Departemen Kesehatan RI. 2006. Pelatihan Konseling dan Tes HIV secara Sukarela bagi Konselor. JakartaDepartemenKesehatan RI. 2008. ModulPelatihan PMTCT Nasional. JakartaDepartment of Health & Human Services. 2012.Sexual Risk Factors. www.aids.govDirektorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.Pedoman Konseling dan Tes HIV secara Sukarela. Jakarta : Departemen Kesehatan RIHandojo, Indro. 2003. Pengantar ImunoasaiDasar. Surabaya : Airlangga UniversityPressKementerian Kesehatan RI. 2010. PedomanPelayanan Konseling dan Testing HIV diBerbagai Tatanan. JakartaKementerian Kesehatan RI. 2012. PelatihanPemeriksaan Terkait HIV bagi PetugasLaboratorium. JakartaPutra, Rahmad K. 2010. Karakteristik Anak Buah Kapal yang Mengikuti Skrining HIV di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan Tahun 2006-2008. Sumatera Utara. www.repository.ac.idWahyu, Cokorda. 2011. Mengenal HIV / AIDS. www.cokordaw.blogspot.comWorld Health Organization. 2003. IntercountryTraining VCT. SearoWorldHealth Organization. 2006. HIVCounseling for Asia Pasific. JakartaYuni. 2011. Jaga Diri Anda dari HIV. www.wordpress.com153U ji Se ns i t i vi t as d a n Sp es i f i t as A nt i - H IV *Azmil Laily Fardhani hlm. 149-153