7
 Deliar Noer Maya Lestari Gf, Edit Azmi Deliar Noer adalah orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dalam bidang ilmu  politik. Sebagai ilmuwan politik, banyak karya yang berkaitan dengan ilmu tersebut telah ia lahirkan. Hampir setiap karyanya menjadi bacaan penting atau malahan bacaan wajib  bagi pe mi nat il mu it u. Me ma ng se ti ap ka ry anya adal ah ha si l pe neli ti an ya ng me ngha bi skan wa ktu ya ng cukup la ma , didukung data-data ya ng lengkap da n menggunakan metodologi yang tepat dan canggih serta diperkuat dengan analisis yang komprehensif untuk sampai menjadi sebuah karya ilmiah dalam bidang ilmu politik. Tak  pelak, dengan kehadiran karya-karyanya, Deliar Noer memiliki tempat terhormat dalam komunitas ilmu politik di Indonesia sampai hari ini. Deliar Noer lahir di Medan pada 9 Februari 1926. Sewaktu lahir, Deliar Noer sebenarnya diberi nama oleh orangtuanya Muhammad Zubeir, nama yang sesungguhnya lebih ia sukai. Namun karena pada masa kecilnya sering sakit-sakitan, nama Muhammad Zubeir dianggap terlalu berat untuknya, sehingga menurut kepercayaan yang berlaku pada masa itu, namanya harus diganti. Kedua orangtua Deliar sebenarnya adalah orang Minang yang  berasal dari nagari Parak Laweh, Tilatang Kamang Agam. Ayah Deliar bernama Noer Joesoe yang bekerja di kantor pegadaian. Deliar menjalani pendidikan dasarnya pada HIS Taman Sis wa dan kemudi an pindah ke HIS di Tebing Tin ggi . Del iar melanj utkan studi nya ke MULO di Medan dan pad a masa Je pan g Del ia r mela nj utkan sekol ah menenga hnya pertamanya di Medan. Untuk meneru skan ke sekola h menenga h lanju tan, ia memilih merantau ke Jakarta. Di Jakarta, setelah menamatkan SMA, Deliar masuk ke Universitas Nasional dan mengambil Fakultas Ekonomi dan Politik, saat itu ekonomi dan 1

4552006-Deliar-Noer

  • Upload
    gislami

  • View
    98

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 1/7

Deliar Noer

Maya Lestari Gf, Edit Azmi

Deliar Noer adalah orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dalam bidang ilmu

 politik. Sebagai ilmuwan politik, banyak karya yang berkaitan dengan ilmu tersebut telah

ia lahirkan. Hampir setiap karyanya menjadi bacaan penting atau malahan bacaan wajib

  bagi peminat ilmu itu. Memang setiap karyanya adalah hasil penelitian yang

menghabiskan waktu yang cukup lama, didukung data-data yang lengkap dan

menggunakan metodologi yang tepat dan canggih serta diperkuat dengan analisis yang

komprehensif untuk sampai menjadi sebuah karya ilmiah dalam bidang ilmu politik. Tak 

 pelak, dengan kehadiran karya-karyanya, Deliar Noer memiliki tempat terhormat dalam

komunitas ilmu politik di Indonesia sampai hari ini.

Deliar Noer lahir di Medan pada 9 Februari 1926. Sewaktu lahir, Deliar Noer sebenarnya

diberi nama oleh orangtuanya Muhammad Zubeir, nama yang sesungguhnya lebih ia

sukai. Namun karena pada masa kecilnya sering sakit-sakitan, nama Muhammad Zubeir 

dianggap terlalu berat untuknya, sehingga menurut kepercayaan yang berlaku pada masa

itu, namanya harus diganti. Kedua orangtua Deliar sebenarnya adalah orang Minang yang

 berasal dari nagari Parak Laweh, Tilatang Kamang Agam. Ayah Deliar bernama Noer 

Joesoe yang bekerja di kantor pegadaian. Deliar menjalani pendidikan dasarnya pada HIS

Taman Siswa dan kemudian pindah ke HIS di Tebing Tinggi. Deliar melanjutkan

studinya ke MULO di Medan dan pada masa Jepang Deliar melanjutkan sekolah

menengahnya pertamanya di Medan. Untuk meneruskan ke sekolah menengah lanjutan,

ia memilih merantau ke Jakarta. Di Jakarta, setelah menamatkan SMA, Deliar masuk ke

Universitas Nasional dan mengambil Fakultas Ekonomi dan Politik, saat itu ekonomi dan

1

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 2/7

 politik masih digabung dalam fakultas yang sama. Di Jakarta, Deliar tidak hanya sekedar 

  belajar di bangku sekolah dan universitas, tapi ia juga bekerja. Pekerjaan sebagai

wartawan lah yang digeluti Deliar. Memang dunia tulis menulis atau kewartawanan

sudah ia sukai sejak ia masih di SMA yang mana ia dan kawan-kawan aktif menerbitkan

majalah sekolah. Tak hanya bekerja sebagai wartawan di media cetak, Deliar juga pernah

 bekerja di RRI. Berbagai media pernah menjadi wadah bagi Deliar untuk mewujudkan

kemampuan menulisnya. Ia pernah menjadi wartawan koran   Berita Indonesia, majalah

 bulanan  Nusantara. Pada masa revolusi, Deliar juga pernah bekerja di Departemen

Penerangan yang saat itu mentrinya adalah Muhammad Natsir. Sebelumnya Deliar juga

 pernah merantau ke Singapura dan berbagai pekerjaan pernah ia kerjakan di negara kota

itu, namun, yang memudahkan ia dalam mendapatkan pekerjaan adalah karena

ketrampilannya dalam bidang administrasi dan tulis menulis.

Kemampuan Deliar dalam bidang tulis menulis dan penguasaannya akan ilmu politik 

 berkembang dengan baik saat ia kuliah di Universitas Nasional. Semasa kuliah ini Deliar 

diajak oleh Adinegoro—seorang wartawan senior dan juga dosennya di Unas untuk 

 bekerja di kantor berita PIA. Karena kemampuannya yang lumayan baik dalam bahasa

Inggris, setelah dilatih, Deliar diminta mengepalai buletin dalam bahasa Inggris. Pada

masa itu pula Deliar berkenalan dengan Profesor George McT. Kahin dari Cornell

University Amerika Serikat. Deliar diajak mengikuti riset tentang gerakan Islam di

Indonesia, hal yang makin menguatkan minat Deliar untuk memperdalam pengetahuan.

Perkenalanan dengan George McT. Kahin ini adalah permulaan bagi Deliar untuk 

merambah jalan baru kehidupan. Karirnya di bidang akademis bagaikan bermula dari

sini.

2

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 3/7

Aktivitas di organisasi sudah dimulai Deliar dengan menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Islam pada tahun 1950, pada tahun itu juga ia ditunjuk menjadi Ketua HMI

Cabang Jakarta. Bersama kawan-kawannya Deliar menerbitkan buletin dengan nama

 Lembaran HMI, buletin ini menjadi media untuk berhubungan bagi sesama anggota HMI

dan juga dapat menjadi wadah bagi anggota yang berbakat untuk menulis. Aktivitas di

HMI juga memungkinkan Deliar untuk berinteraksi dengan banyak tokoh nasional seperti

Buya Hamka, Muhammad Natsir, Muhammad Roem dan banyak lagi tokoh lainnya. Pada

kongres HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1953, Deliar terpilih sebagai Ketua

Umum Pengurus Besar HMI. Pada saat itu pula lah kiprah Deliar sebagai aktivis puncak 

di organisasi yang berskala nasional dimulai.

Perkenalan dengan George McT. Kahin dalam sebuah proyek penelitian dengan Cornell

University tentang gerakan Islam di Indonesia pada abad 20 menjadikan hubungan Deliar 

dengan Kahin semakin baik. Deliar ditawarkan untuk meneruskan kuliah di Cornell

University, untuk itu Deliar harus menyelesaikan sarjana mudanya dulu di Unas. Pada

tahun 1958 Deliar berangkat ke Amerika Serikat. Pada tahun 1960 ia menyelesaikan

kuliah pada tingkat master dan pada tahun 1963 memperoleh gelar doktor dengan

disertasi The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942. Kedua gelar ilmu

 politik ini diraihnya dari Cornell University.

Kelak, disertasi Deliar ini diterbitkan dalam bentuk buku berbahasa Indonesia dengan

 judul Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Dari bukunya ini terlihat, baginya,

Islam itu modern, karena berlaku untuk semua zaman dan semua tempat. Oleh sebab itu,

Islam mengandung modernisme. Ini berarti, gerakan modern Islam berpijak pada ajaran-

ajaran pokok Islam itu sendiri. Pemahaman ini agak berbeda dengan banyak penulis lain

3

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 4/7

terutama yang berasal dari Barat yang selalu menempatkan modernisme terkait dengan

Barat.

Buku yang diterbitkan LP3ES ini kemudian menjadi bacaan “wajib” bagi para ilmuwan,

 pengamat, peneliti, mahasiswa dan para peminat ilmu politik di Indonesia, yang hendak 

mempelajari tentang sejarah perkembangan gerakan modern Islam di Indonesia, yang

tentu saja mempelajari sejarah politik Islam di Indonesia pada abad 20. Buku yang telah

menjadi klasik ini adalah karya yang secara cermat menggambarkan pergerakan politik di

Indonesia sejak awal abad 20 sampai masuknya Jepang. Dengan dukungan data yang

lengkap dan detail, buku ini menjadi sangat memuaskan bagi pembaca yang ingin tahu

tentang topik itu. Buku ini juga menunjukkan reputasi Deliar sebagai ilmuwan politik 

handal, di samping bukunya yang lain seperti  Pemikiran Politik di Negeri Barat, Partai

 Islam di Pentas Nasional, Mohammad Hatta: Biografi Politik dan banyak lagi karyanya

yang lain.

Sepulang dari Amerika Serikat, yakni dari tahun 1963-1965 Deliar mengajar di

Universitas Sumatera Utara Medan untuk mata kuliah ilmu negara yang saat itu sangat

 populer. Pada tahun-tahun mengajar di Medan ini, Deliar menyaksikan pertarungan

 politik yang sangat kuat antara pendukung ideologi nasakomnya Soekarno dengan yang

tak setuju dengan dengan nasakom. Perseteruan ideologi dan politik ini berimbas pada

kalangan muda terutama mahasiswa. Deliar yang kebetulan juga pernah menjadi Ketua

Umum PB HMI merasakan sekali pertarungan itu dan ia sendiri juga terseret ke dalam

gejolak politik itu. Deliar sendiri memang tak setuju dengan nasakom karena baginya

nasionalisme, agama, dan komunisme adalah hal-hal mustahil bisa disatukan. Kenyataan

ini menempatkan Deliar memiliki banyak musuh dari kalangan yang pro nasakom. Ia

4

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 5/7

dianggap anti revolusi. Pihak-pihak yang memusuhinya ini menyerangnya dengan segala

macam cara termasuk lewat pemberitaan di media massa. Pihak yang memusuhi ini

menuntut Deliar untuk berhenti mengajar. Sejak itu Deliar merasa bahwa Medan

 bukanlah tempat yang tepat lagi baginya untuk tinggal.

Pada tahun 1965 itu juga Deliar pindah lagi ke Jakarta. Berkat komunikasi dengan

 beberapa orang koleganya, ia kemudian ditempatkan untuk bekerja sebagai peneliti di

Departemen Urusan Riset Nasional (Durenas). Pada saat-saat itu keadaan politik nasional

makin genting sampai akhirnya Soekarno jatuh dari kekusaan dan digantikan oleh

Soeharto. Sejak tahun 1965 itu Deliar sering berhubungan dengan Bung Hatta, suatu hal

yang juga banyak dilakukan kalangan muda terutama dari kalangan Islam. Pada tahun

1967, bersama Hatta, para aktivis dan mantan aktivis HMI, dan juga bersama sebagian

tokoh Masyumi, Deliar ikut mendirikan PDII (Partai Demokrasi Islam Indonesia). Semua

yang terkait dengan keperluan partai itu sudah disiapkan termasuk menempatkan Hatta

sebagai ketua. Namun Soeharto tak mengizinkan berdirinya partai itu. Belakangan

ternayata, Soeharto juga tak mengizinkan kembali berdirinya Masyumi.

Sejak Februari 1967, mentri pendidikan mengangkat Deliar menjadi Rektor IKIP Jakarta.

Amat sulit baginya memimpin perguruan tinggi ini karena ia sama sekali tak pernah

kuliah di sini. Namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia bisa juga menjalankan

tugas dengan baik. Banyak terobosan berarti yang telah lakukan seperti pembenahan

administrasi, perbaikan kurikulum dan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam

 banyak kegiatan kampus. Setelah tujuh tahun menjabat sebagai rektor, pada tahun 1974,

di Jakarta terjadi Peristiwa Malari—demonstrasi dan aksi protes yang dilakukan

mahasiswa terutama di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Karena

5

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 6/7

  peristiwa itu banyak aktivis mahasiswa yang ditangkap dan dipenjarakan, mereka

dituding telah melakukan kekacauan. Karena tidak menerima perlakuan pemerintah

terhadap mahasiswa itu, Deliar menuliskan pembelaannya di berbagai media. Ditambah

lagi dengan pidatonya dalam dies natalis IKIP pada Mei 1974, pemerintah mencurigai

 bahwa Deliar sepertinya ikut menggerakkan aksi mahasiswa. Peristiwa Malari menjadi

awal bagi rezim Orba bertindak represif terhadap orang-orang yang berbeda pendapat

dengan rezim.

Pada September 1974 Deliar diberhentikan sebagai Rektor IKIP Jakarta. Melalui surat

dari Mentri P dan K waktu itu, Deliar bukan hanya diberhentikan sebagai rektor, ia juga

dilarang mengajar di IKIP dan di seluruh universitas yang ada di Indonesia baik swasta

maupun negeri. Ini adalah kematian perdata bagi Deliar. Ingin ia menuntut ke pengadilan

mentri bersangkutan, namun atas nasehat Natsir, Hatta dan Roem, Deliar mengurungkan

niatnya itu.

Sejak itu, karena telah mengalami kematian perdata di dalam negeri, dengan terpaksa

Deliar pergi ke luar negeri. Hampir 10 tahun ia dan keluarga tinggal di Australia dengan

 pekerjaan mengajar di berbagai universitas di negeri kangguru itu. Di samping mengajar,

Deliar aktif di berbagai kegiatan keislaman dan aktivitas keilmuan berskala internasional.

Aktivitasnya itu membawa Deliar berkunjung ke berbagai negara di dunia baik Amerikat

Serikat, negara-negara di Eropa, Asia dan juga ke negara-negara di Timur Tengah.

Sejak 1987, Deliar resmi mengundurkan diri mengajar dari Grifith University Australia.

Mulailah kembali ia menjalani hidup di Jakarta dengan aktivitas meneliti dan kembali

mengajar di berbagai perguruan tinggi. Pada periode-periode di Jakarta ini Deliar 

meyelesaikan bukunya Muhammad Hatta: Biografi Politik  dan kemudian pada tahun

6

5/9/2018 4552006-Deliar-Noer - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/4552006-deliar-noer 7/7

1996, buku otobiogarifinya  Aku Bagian Ummat Aku Bagian Bangsa diterbitkan. Inilah

sebuah buku otobigrafi yang ditulis dengan sangat lengkap tentang sang tokoh. Buku ini

mengungkap dengan detail perjalanan hidup seorang Deliar Noer, sebagaimana

diungkapkan George McT. Kahin, dari buku ini terlihat integritas intelektual dan politik 

Deliar Noer.

Sejak kembali di Jakarta, Deliar juga aktif mengikuti kegiatan di berbagai organisasi baik 

 politik, organisasi masyarakat maupun organisasi keilmuan. Dia aktif membantu Partai

Persatuan Pembangunan (PPP) dalam berbagai kegiatan walau ia tak pernah bergabung

dengan partai itu. Deliar juga sering mengikuti kegiatan yang diadakan Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) walaupun ia sebenarnya sangat kritis dengan

oraganisasi itu. Walaupun tak terlibat sebagai pendiri, Deliar juga banyak membantu

Petisi 50. Pada tahun 1991, bersama H.R. Dharsono dan Abdul Madjid, Deliar 

mendirikan Forum Pemurnian Kedaulatan Rakyat (FPKR). Di samping banyak 

aktivitasnya itu, Deliar tetap produktif menulis di berbagai media nasional terutama yang

terbit di Jakarta. Pada tahun 1998, pada masa reformasi setelah jatuhnya Soeharto,

  bersama beberapa orang tokoh, Deliar mendirikan Partai Ummat Islam. Namun pada

Pemilu 1999, partai ini hanya mendapatkan dukungan yang sedikit sekali dan tak berhasil

mendudukkan seorang wakilnya pun DPR. Sejak itu kegiatan Deliar lebih banyak terlihat

sekedar sebagai pengamat dengan berbicara di berbagai seminar dan terus menulis di

media massa. Namun, mungkin karena usia yang makin tua, keberadaan Deliar di pentas

 perpolitikan nasional makin lama makin senyap. Sekarang Deliar masih tinggal di Jakarta

 bersama istrinya Zahara Deliar Noer.

Oleh Maya Lestari Gf 

7