37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ksehatan saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di Indonesia saat ini ditinjau dari epidemiologi, Indonesia tengah mengalami transisi epidemiologi penyakit, dan pada saat bersamaan dijumpai triple burden (Tiga Beban Kesehatan). Tiga masalah / beban kesehatan itu yaitu penyakit menular atau infeksi (Ispa, Diare, Demam Berdarah Dengue, Typoid, Hepatitis), penyakit degeneratif (Diabetes Melitus, Hiperensi), dan penyaki baru (flu burung, Sars, Aids) yang telah masuk ke Indonesia. Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu. Typoid mudah menular dan setiap orang bisa

46126539-ASKEP-DEMAM-TIFOID

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yy

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia ksehatan saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di

Indonesia saat ini ditinjau dari epidemiologi, Indonesia tengah mengalami transisi

epidemiologi penyakit, dan pada saat bersamaan dijumpai triple burden (Tiga

Beban Kesehatan). Tiga masalah / beban kesehatan itu yaitu penyakit menular

atau infeksi (Ispa, Diare, Demam Berdarah Dengue, Typoid, Hepatitis), penyakit

degeneratif (Diabetes Melitus, Hiperensi), dan penyaki baru (flu burung, Sars,

Aids) yang telah masuk ke Indonesia.

Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

Salmonella thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala

demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu.

Typoid mudah menular dan setiap orang bisa terkena serangannya, dan kasus

penularan yang tertinggi ditentukan pada anak-anak.

Demam Typoid disebabkan oleh banyak factor. Factor penyebabnya antara

lain kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi

yang rendah, pengolahan makanan yang masih rendah, urbanisasi, keadaan sosio

ekonomi yang masih rendah, pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene)

yang kurang baik, makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan

lingkungan dan sanitasi lingkungan yang kurang.

2

Salah satu upaya penurunan angka kejadian demam typoid adalah

pencegahan penyakit demam typoid. Pencegahan penyakit dapat dilakukan

dengan upaya peningkatan kesehatan (Promotif) dan upaya pencegahan penyakit

(Preventif) baik itu untuk mencegah terjadinya penyakit demam typoid dan

mencegah berulang kembali penyakit demam typoid.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui konsep

medis dan konsep asuhan keperawatan pada penyakit deman tipoid.

3

C. Tinjauan Pustaka

1.1. Pengertian Demam Tifoid

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang

ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang

bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal

ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam,

sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang

pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

1.2. Etiologi

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai

oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat

terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian.

(Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi,

S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,

1997)

1.3. Epidemiologi

Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat

sporadis. Terpencar-pencar di sautu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu

kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan

sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada

anak-anak.

4

1.4. Patogenesis

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan

kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa

dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat

dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan

pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara

3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa

inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto,

2002)

5

PATHWAYS

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin

usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Pendarahan dan Nyeri perabaan

perforasi Mual/tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kurang volume cairan

(Suriadi & Rita Y, 2001)

6

1.5. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,

batuk dan epitaksis.

1.6. Diagnosis

Biarkan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biarkan darah

negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biarkan tinja positif menyokong

diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama

2 – 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.

Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1) Komplikasi : intestinal

a. Pendarahan usus

b. Perparasi usus

c. Ileus pamalitik

2) Komplikasi ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer (renjatan

sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trombositopenia

c. Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis

e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis

f. Komplikasi tulang : osteomielitis

7

g. Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium.

1.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid yaitu :

1) Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran

kuman antibiotik yang dapat digunakan.

a. Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg

b. Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 – 150 mg/kg BB. Diberikan selama

2 mingu

c. Katrimoksazol ; 2 x 2 tablet

d. Setrafalosporin generasi II dan III

2) Istirahat dan perawatan profesional ; bertujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan.

3) Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)

Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan

akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.

1.8. Prognosis

Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat

kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella.

8

BAB II

LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Asuhan Keperawatan

Menurut Depkes 1994 : 2 Proses keperawatan adalah metode ilmiah

yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip

ilmiah untuk mengkaji serta mendiagnosa masalah kesehatan klien,

merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan

mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan.

2.1.1. Pengkajian

Merupakan tahap pertama dari proses keperawatan adalah

mengumpul kan data akurat dan sistematis akan membantu penentuan

status klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan dalam

pengumpulan data penulis, menggunakan metode-metode yaitu

metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

2.1.2. Diagnosa Keperawatan

Merupakan pertanyaan yang menjelaskan status keperawatan

dalam masalah aktual dan potensial. Perawat memakai proses

perawatan dalam mengidentifikasi dan menentukan intervensi

keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah

masalah kesehatan klien yang ada tanggung jawabnya.

9

Menurut St. Carolus, Suriadi dan Rita Yuliani, 2001 : 281 – 284 :

diagnosa keperawatan pada Typhus Abdominalis adalah :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya

penyakit

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

intake makanan yang tidak adekuat.

3. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan

intake makanan yang tidak adekuat.

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang

meningkat.

2.1.3. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi

dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi,

menghilangkan dan mencegah masalah keperawtan klien.

Dx I. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

terjadinya penyakit

Intervensi dan Rasionalisasi

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang demam

- Untuk mengetahui apakah keluarga mengerti tentang demam

2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, pernapasan

- Dengan mengobservasi vital sign berguna untuk mengetahui

keadaan umum dan perkembangan penyakit

10

Dx II Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan

dengan intake makanan yang tidak adekuat.

Intervensi dan Rasionalisasi

1. Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi klien

- Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi

2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat

- Dengan memberikan makanan porsi kecil tapi sering dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Timbang BB setiap hari

- Untuk mengetahui seberapa banyak penurunan berat badan

klien selama sakit.

Dx III Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

intake makanan yang tidak adekuat.

Intervensi dan Rasionalisasi

1. Kaji keadaan umum, pasien lemah, pucat, tachikardi, serta tanda-

tanda vital

- Menetapkan data dasar klien. Untuk mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan normal.

2. Anjurkan klien untuk banyak minum

- Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume

cairan tubuh

11

Dx IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh

yang meningkat

Intervensi dan Rasionalisasi

1. Berikan Kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha

- Kompres dingin akan membantu penurunan suhu panas

2. Cipatakan lingkungan yang tenang dan sejuk

- Dengan menciptakan lingkungan yang tenang diharapkan

klien dapat beristirahat dengan baik

3. Beri obat

- Untuk menurunkan suhu tubuh

2.1.4. Penatalaksanaan / Implementasi

Adalah : pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien. Beberapa tujuan pada implementasi adalah sebagai berikut :

1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana

2. Keterampilan interpersonasi, intelektual, teknik dilakukan dengan

cermat

3. Keamanan fisik dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien

Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien “A” dengan Typhus

abdominalis dilakukan dengan perencanaan yang telah ada.

12

2.1.5. Evaluasi

Evaluasi adalah : bagian terakhir dari proses keperawatan

Dx I Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

terjadinya penyakit

Evaluasi : Klien bebas dari demam ditandai

- Klien tidak gelisah lagi

- Suhu tubuh kembali normal

Dx II Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat.

Evaluasi : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Dx III Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengan intake cairan yang tidak adekuat.

Evaluasi : Kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi

Dx IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh

yang meningkat

Evaluasi : Rasa nyaman terpenuhi

13

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “A” DENGAN TYPHOID

DI RUANGAN EMERGENSI RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN

PALEMBANG

TAHUN 2008

A. Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama : “A”

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Masuk : 30 – 12 – 2008

Tanggal pengkajian : 01 – 12 – 2008

Suku bangsa : Palembang

Diagnosa Medix : Typhoid

Alamat : Sry kembang Kec muarakuang Kob Ogan

ilir

II. Penanggung Jawab

Nama : Tn “B”

Umur : 56 tahun

Agama : Islam

14

Pekerjaan : Wira suwasta

Alamat : Sri kembang Kec muarakuang Kob Ogan

ilir

Hub dengan klien : Anak kandung

III. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Klien mengeluh panas, muntah, pusing

2. Riwayat penyakit sekarang

Sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh demam, pusing,

muntah, klien sudah berobat ke poliklinik dan spesialis Rumah Sakit

Pertamina.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada waktu usia 8 bulan klien pernah sakit demam dan pernah

berobat di RS. Pertamina kemudian sembuh

4. Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga tidk ada yang menderita penyakit tsb.

Genogram

Keterangan

Laki-laki Perempuan Klien

15

IV. Diagnosa saat mauk Rumah Sakit

Typhoid Fever / Typhus Abdominalis

V. Pengkajian saat ini

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Persepsi : klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya

Pemeliharaan ksehatan : klien mengatakan ingin sembuh dan pulang

ke rumah agar bisa bermain dengan adiknya.

Pola Kebiasaan Sehari-hari

No Aktivitas Sebelum MRS Setelah MRS

1 Pola Aktivitas

a.

Frekuensi

Bentuk

Jenis makanan

Napsu makan

b.

Frekuensi

Jenis

3 x sehari

padat

nasi putih, lauk

ada

6 gelas sehari

air putih + susu

3 x sehari

lunak

bubur, lauk

tidak ada

3 - 4 gelas sehari

air putih + susu

2. Pola Eliminasi

BAB : Biasa

BAK : Biasa

16

3. Pola Istirahat

Frekuensi : 2 x

Lama tidur : siang 3 jam / malam 6 jam

4. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri

Mandi : Dibantu oleh orang lain

Makan : Dibantu

Berpakaian : Dibantu

BAB : Dibantu

BAK : Dibantu

VI. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu : 38,50C

Nadi : 120x / mnt

Pernafasan : 24x/mnt

b. Kepala

Bentuk : Simetris

Keluhan yang berhubungan : pusing

c. Mata

Ukuran pupil : Isokor

Reaksi terhadap cahaya : normal

Konjungtiva : tidak pucat

Fungsi penglihatan : Normal

17

d. Hidung

Reaksi alergi : klien tidak alergi

Pernah mengelami flu : pernah

e. Telinga

Bentuk : simetris

Fungsi pendengaran : baik/normal

f. Mulut

Kelainan : tidak ada

Fungsi perasa / pengecapan : baik

g. Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : cukup / elastis

Kelainan : tidak ada

h. Pernafasan

Suara paru : Vesikuler

Pola napas : baik

Sputum : ada

i. Nutrisi

Jenis diit : Nasi bubur (diit lambung)

Nafsu makan : berkurang

Rasa mual dan muntah : Ada

18

j. Therapy

IVFD RL gtt xx/mnt

Amoxycilin 3 x 1 Sdo

Ambroxol 3 x 1 Sdo

Paracetamol 3 x 1 Sdo

Byolicin 1 x 1 Sdo

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : “A”

Umur : 27 thn

Diagnosa Medik : Typhoid

TglDiagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasionalisasi

01-12-

2008

Gangguan rasa

nyaman

berhubungan

dengan suhu tubuh

yang meningkat

Tupan :

Klien bebas dari

demam dan rasa

nyaman tepenuhi

Tupen

Dalam waktu 3 x

24 jam suhu

tubuh kembali

normal

-

– tanda vital

sign

-

-

banyak

-

keadaan umum dan

perkembangan

klien

-

akan membantu

menurunkan suhu

tubuh

-

minum maka

19

01-12-

2008

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

berhubungan

dengan intake

makanan yang

tidak adekuat

Kriteria, klien

tidak gelisah lagi

demam hilang

RR : 20x/mnt

N : 80x/mnt

S : 300C

Tupan :

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Tupen :

Dalam waktu 2 x

24 jam nafsu

makan klien

bertambah

Kiteria : Porsi

makan dapat

dihabiskan, rasa

mual hilang

minum

-

manfaat

makanan

nutrisi bagi

klien

-

makanan

dalam porsi

kecil tapi

sering dan

hangat

-

jumlah porsi

makanan yang

telah

dihabiskan

cairan dalam tubuh

akan seimbang

-

pengetahuan klien

tentang nutrisi

-

dah proses

perencanaan

-

pemenuhan nutrisi

bagi klien

20

-

dengan tim

dokter dan

gizi dalam

pemberian

therapy

-

penyembuhan

penyakit

IMPLEMENTASI

Nama : “A”

Umur : 27 thn

Diagnosa : Typhoid

No

DP

Tgl dan

waktuTindakan Keperawatan dan respon

T.

Tangan

I 01-12-2008

09.00 WIB

- Mengobservasi tanda-

tanda vital sign Nadi, RR, dan Suhu

- Memberikan kompres

hangat pada daerah frontalis

- Menganjurkan klien

banyak minum

- Menganjurkan klien

21

ii 01-12-2008

11.00 WIB

tidak memakai pakaian yang tebal

- Menciptakan

lingkungan yang tenang dan nyaman

- Kolaborasi dengan

tim dokteri

- Menjelaskan manfaat

makanan nutrisi bagi klien

- Mengobsevasi klien

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang telah

dihabiskan

- Memberikan

makanan dalam porsi kecil dan hangat

- Berkolaborasi dengan

tim dokter dan ahli gizi

ANALISA DATA

Nama Pasien : “A”

Umur : 27 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. RM :0900133/230049

22

Diagnosa Medis : Typhoid

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1

2

DS :

Klien (ibunya) menyatakan badan

anaknya panas dan kadang-kadang

merasa kedinginan, batuk pilek

DO :

Klien gelisah

Tanda vital sign : S : 38,50C, N :

120x/mnt, RR : 24x/mnt

DS :

Ibu lien menyatakan anak nya tidak

ada nafsu makan apabila dipaksaan

akan mual dan muntah

DO :

Klien terlihat tidak ada nafsu makan

Porsi makan yang diberikan habis

1-4 sendok makan

BB Sblm MRS 12 Kg

BB Sdh MRS 10,5 Kg

TB : 90 cm

Demam typhoid disebabkan oleh

kuman salmonella typhi dan

edotoksin

mempengaruhi pusat hipotalamus

mengakibatkan gejala demam dan

peningkatan suhu tubuh

kuman typhoid disebabkan kuman

salmonella typhi

masuk ke dalam lambung maka

sekret asam lambung

mempengaruhi pusat medula

oblongata

terjadi muntah, nafsu makan

menurun.

Peningkatan

suhu tubuh

Gangguan

pemenuhan

nutrisi tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

23

Nama : “A”

Umur : 27 thn

Diagnosa medis : Typhoid

NoTgl Masalah

Muncul

T.

TgnDiagnosa Keperawatan Tgl Teratasi ket

1

2

01-12-2008

01-12-2008

Gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan suhu

tubuh yang meningkat

Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan

intake makanan yang tidak

adekuat

02-12-2008

02-12-2008

Panas sudah

teratasi

Klien merasa

nyaman

Nafsu makan

bertambah

24

CATATAN KEPERAWATAN

Nama pasien : “A”

Umur : 27 thn

Jenis kelamin : Laki-laki

TglDiagnosa

KeperawatanPerkembangan T. Tgn

01-12-2008

01-12-2008

Gangguan rasa

nyaman

berhubungan

dengan suhu tubuh

yang meningkat

Gangguan

pemenuhan

S :

Ibu klien mengatakan panas anaknya

mulai turun, batuk dan pilek berkurang

O : Tanda-tanda vital sign : N :

100x/mnt, RR : 24x/mnt, T : 36,80C

A : Masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

S :

Klien menyatakan nafsu makan

bertambah dan tidak mual

25

kebutuhan nutrisi

berhubungan

dengan intake

makanan yang

tidak adekuat

Ibu klien menyatakan anaknya sudah

ada nafsu makan dan muntah berkurang

O : Porsi makan yang disediakan dapat

dihabiskan

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

26

BAB II

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,

pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.

Menurut Depkes 1994 : 2 Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah untuk

mengkaji serta mendiagnosa masalah kesehatan klien, merumuskan tujuan yang

ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan

keperawatan.

2. SARAN

Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya

mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus dalam

kehamilan.

Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan

program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini

terhadap kehamilan-kehamilan yang beresiko.

27

Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program

kesehatan yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan

sehingga mau bekerjasama dalam upaya peningkatan tingakat kesehatan

masyarakat, terutama menyangkut kehamilan yang beresiko ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Marilynn E. Doenges. Egc. 2000

http://www.tempointeraktif.co

askep demam tifoid pada anak- scribd