Upload
abdulloh-nasikhin
View
252
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
4_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 10
Citation preview
186
Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukanpembuatan alur atau proses pemotongan benda kerja adalah sebagai berikut.a. Cairan pendingin diberikan sebanyak mungkinb. Ujung pahat diatur pada sumbu benda kerjac. Posisi pahat atau pemegang pahat tepat 90° terhadap sumbu benda kerja
(Gambar 6.41)d. Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda kerja
sependek mungkin agar pahat atau benda kerja tidak bergetare. Dipilih batang pahat yang terbesarf. Kecepatan potong dikurangi (50% dari kecepatan potong bubut rata)g. Gerak makan dikurangi (20% dari gerak makan bubut rata)h. Untuk alur aksial, penyayatan pertama dimulai dari diameter terbesar untuk
mencegah berhentinya pembuangan beram.
9. Perencanaan Proses Membubut/Membuat KartelKartel (knurling) adalah proses membuat injakan ke permukaan benda kerja
berbentuk berlian (diamond) atau garis lurus beraturan untuk memperbaikipenampilan atau memudahkan dalam pemegangan (Gambar 6.42). Bentuk injakankartel (Gambar 6.43) ada dalam berbagai ukuran yaitu kasar (14 pitch), medium(21 pitch), dan halus (33 pitch).
Gambar 6.40 Proses pemotongan benda kerja (parting)
187
Pembuatan injakan kartel dimulai dengan mengidentifikasi lokasi dan panjangbagian yang akan dikartel, kemudian mengatur mesin untuk proses kartel. Putaranspindel diatur pada kecepatan rendah (antara 60-80 rpm) dan gerak makan medium(sebaiknya 0,2 sampai 0,4 mm per putaran spindel). Pahat kartel harus dipasangpada tempat pahat dengan sumbu dari kepalanya setinggi sumbu mesin bubut,dan permukaannya paralel dengan permukaan benda kerja. Harus dijaga bahwa rolpahat kartel dapat bergerak bebas dan pada kondisi pemotongan yang bagus,kemudian pada roda pahat yang kontak dengan benda kerja harus diberi pelumas.
Gambar 6.41 Proses pembuatan kartel bentuk lurus, berlian,dan alat pahat kartel
Gambar 6.42 Bentuk dan kisar injakan kartel
188
Agar supaya tekanan awal pada pahat kartel menjadi kecil, sebaiknya ujungbenda kerja dibuat pinggul (chamfer), lihat Gambar 6.44 dan kontak awal untukpenyetelan hanya setengah dari lebar pahat kartel. Dengan cara demikian awalpenyayatan menjadi lembut. Kemudian pahat ditarik mundur dan dibawa ke luarbenda kerja.
Setelah semua diatur, maka spindel mesin bubut kemudian diputar, dan pahatkartel didekatkan ke benda kerja menyentuh benda sekitar 2 mm, kemudian gerakmakan dijalankan otomatis. Setelah benda kerja berputar beberapa kali (misalnya20 kali), kemudian mesin bubut dihentikan. Hasil proses kartel dicek apakah hasilnyabagus atau ada bekas injakan yang ganda (Gambar 6.45). Apabila hasilnya sudahbagus, maka mesin dijalankan lagi. Apabila hasilnya masih ada bekas injakan ganda,maka sebaiknya benda kerja dibubut rata lagi, kemudian diatur untuk membuatkartel lagi. Selama proses penyayatan kartel, gerak makan pahat tidak bolehdihentikan jika spindel masih berputar, karena di permukaan benda kerja akan munculring/cincin (Gambar 6.45c). Apabila ingin menghentikan proses, misalnya untukmemeriksa hasil, maka mesin dihentikan dengan menginjak rem.
Gambar 6.44 (a) Injakan kartel yang benar, (b) injakan kartel ganda (salah), dan(c) cincin yang ada pada benda kerja karena berhentinya gerakan pahat kartel sementara
benda kerja tetap berputar
Gambar 6.43 Benda kerja dibuat menyudut pada ujungnyaagar tekanan pada pahat kartel menjadi kecil dan
penyayatannya lembut
189
BAB 7MENGENAL PROSES FRAIS
(Milling)
190
P roses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerjamenggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar.Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini
bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisaberbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa jugaberbentuk kombinasi dari beberapa bentuk. Mesin (Gambar 7.1) yang digunakan untukmemegang benda kerja, memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin frais(milling machine).
Mesin frais (Gambar 7.2) ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensionalmanual) dan ada yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisispindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Mesin frais dengan kendaliCNC hampir semuanya adalah mesin frais vertikal (beberapa jenis mesin frais dapatdilihat pada Lampiran 3).
Gambar 7.1 Skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari(a) Mesin frais vertikal tipe column and knee, dan (b) Mesin frais horizontal tipe
column and knee
191
A. Klasifikasi Proses FraisProses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis
pisau, arah penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda kerja (Gambar 7.3).
1. Frais Periperal (Slab Milling)Proses frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais dihasilkan
oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbudari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan bendakerja yang disayat.
Gambar 7.2 Mesin frais turret vertikal horizontal
Gambar 7.3 Tiga klasifikasi proses frais : (a) Frais periperal (slab milling),(b) frais muka (face milling), dan (c) frais jari (end milling)
192
2. Frais Muka (Face Milling)Pada frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar
tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses fraisdihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.
3. Frais Jari (End Milling)Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus
permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkanpermukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau danujung badan pisau.
B. Metode Proses FraisMetode proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesin
frais terhadap putaran pisau (Gambar 7.4). Metode proses frais ada dua yaitu fraisnaik dan frais turun.
1. Frais Naik (Up Milling )Frais naik biasanya disebut frais konvensional (conventional milling). Gerak
dari putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais(Gambar 7.4). Sebagai contoh, pada proses frais naik apabila pisau berputar searahjarum jam, benda kerja disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram(chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalanminimal kemudian menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais konvensional/manual, karena pada mesin konvensional backlash ulir transportirnya relatif besardan tidak dilengkapi backlash compensation.
Gambar 7.4 (a) Frain naik (up milling) dan (b) Frais turun(down milling)
193
2. Frais Turun (Down Milling)Proses frais turun dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau sama
dengan arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau berputarberlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang melintangbentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali denganketebalan maksimal kemudian menipis. Proses frais ini sesuai untuk mesin fraisCNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir dari bola baja, dandilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais konvensional tidakdirekomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena meja mesin frais akantertekan dan ditarik oleh pisau.
Proses pemesinan dengan mesinfrais merupakan proses penyayatanbenda kerja yang sangat efektif,karena pisau frais memiliki sisi potongjamak. Apabila dibandingkan denganpisau bubut, maka pisau frais analogdengan beberapa buah pisau bubut(Gambar 7.5). Pisau frais dapat me-lakukan penyayatan berbagai bentukbenda kerja, sesuai dengan pisau yangdigunakan. Proses meratakan bidang,membuat alur lebar sampai dengan mem-bentuk alur tipis bisa dilakukan oleh pisaufrais (Gambar 7.6).
Gambar 7.5 Pisau frais identikdengan beberapa pahat bubut
Gambar 7.6 Berbagai jenis bentuk pisau frais untuk mesin fraishorizontal dan vertikal
194
C. Jenis Mesin FraisMesin frais yang digunakan dalam proses pemesinan ada tiga jenis, yaitu:
1. Column and knee milling machines2. Bed type milling machines3. Special purposes
Mesin jenis column and knee dibuat dalam bentuk mesin frais vertikal dan horizontal(lihat Gambar 7.7). Kemampuan melakukan berbagai jenis pemesinan adalahkeuntungan utama pada mesin jenis ini. Pada dasarnya pada mesin jenis ini meja(bed), sadel, dan lutut (knee) dapat digerakkan. Beberapa asesoris seperti cekam,meja putar, dan kepala pembagi menambah kemampuan dari mesin frais jenis ini.Walaupun demikian mesin ini memiliki kekurangan dalam hal kekakuan dan kekuatanpenyayatannya. Mesin frais tipe bed (bed type) memiliki produktivitas yang lebih tinggidari pada jenis mesin frais yang pertama. Kekakuan mesin yang baik, serta tenagamesin yang biasanya relatif besar, menjadikan mesin ini banyak digunakan padaperusahaan manufaktur (Gambar 7.8). Mesin frais tersebut pada saat ini telah banyakyang dilengkapi dengan pengendali CNC untuk meningkatkan produktivitas danfleksibilitasnya.
Gambar 7.7 Mesin frais tipe bed Gambar 7.8 Mesin frais tipecoloumn and knee
195
Produk pemesinan di industri pemesinan semakin kompleks, maka mesin fraisjenis baru dengan bentuk yang tidak biasa telah dibuat. Mesin frais tipe khusus ini(contoh pada Gambar 7.9), biasanya digunakan untuk keperluan mengerjakan satujenis penyayatan dengan produktivitas/duplikasi yang sangat tinggi. Mesin tersebutmisalnya mesin frais profil, mesin frais dengan spindel ganda (dua, tiga, sampai limaspindel), dan mesin frais planer. Dengan menggunakan mesin frais khusus ini makaproduktivitas mesin sangat tinggi, sehingga ongkos produksi menjadi rendah, karenamesin jenis ini tidak memerlukan setting yang rumit.
Gambar 7.9 Mesin frais tipe khusus (special purposes)mesin frais dengan dua buah spindel
Gambar 7.10 Mesin frais CNC tipe bed (bed type CNC milling machine)
196
Selain mesin frais manual, pada saat ini telah dibuat mesin frais dengan jenis yangsama dengan mesin konvensional tetapi menggunakan kendali CNC (Computer Nu-merically Controlled). Dengan bantuan kendali CNC (Gambar 7.10), maka mesin fraismenjadi sangat fleksibel dalam mengerjakan berbagai bentuk benda kerja, efisien waktudan biaya yang diperlukan, dan produk yang dihasilkan memiliki ketelitian tinggi.Beberapa mesin frais yang lain dapat dilihat pada Lampiran 7.
D. Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin FraisMaksud dari parameter yang dapat diatur adalah parameter yang dapat langsung
diatur oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin frais. Seperti padamesin bubut, maka parameter yang dimaksud adalah putaran spindel (n), gerak makan(f ), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa langsung diatur dengan caramengubah posisi handle pengatur putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengancara mengatur handle gerak makan sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Gerakmakan (Gambar 7.11) ini pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan pergigi (mm/gigi), dan gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diaturdengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau.
Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potongditentukan oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potongadalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisaudalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus kecepatanpotong pada mesin bubut. Pada proses frais besarnya diameter yang digunakan adalahdiameter pisau. Rumus kecepatan potong:
v = 1.000
dnπ . . . (7.1)
Di mana:v = kecepatan potong (m/menit)d = diameter pisau (mm)n = putaran benda kerja (putaran/menit)
Setelah kecepatan potong diketahui, maka gerak makan harus ditentukan. Gerakmakan (f ) adalah jarak lurus yang ditempuh pisau dengan laju konstan relatif terhadapbenda kerja dalam satuan waktu, biasanya satuan gerak makan yang digunakan adalahmm/menit.
Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awalterhadap tebal benda kerja akhir. Untuk kedalaman potong yang relatif besar diperlukanperhitungan daya potong yang diperlukan untuk proses penyayatan. Apabila daya potongyang diperlukan masih lebih rendah dari daya yang disediakan oleh mesin (terutamamotor listrik), maka kedalaman potong yang telah ditentukan bisa digunakan.
197
E. Geometri Pisau FraisPada dasarnya bentuk pisau frais adalah identik dengan pisau bubut. Dengan
demikian nama sudut atau istilah yang digunakan juga sama dengan pisau bubut.Nama-nama bagian pisau frais rata dan geometri gigi pisau frais rata ditunjukkan padaGambar 7.12. Pisau frais memiliki bentuk yang rumit karena terdiri dari banyak gigipotong, karena proses pemotongannya adalah proses pemotongan dengan mata potongmajemuk (Gambar 7.13). Jumlah gigi minimal adalah dua buah pada pisau frais ujung(end mill).
Pisau untuk proses frais dibuat dari material HSS atau karbida. Material pisauuntuk proses frais pada dasarnya sama dengan material pisau untuk pisau bubut.Untuk pisau karbida juga digolongkan dengan kode P, M, dan K. Pisau frais karbidabentuk sisipan dipasang pada tempat pisau sesuai dengan bentuknya. Standar ISOuntuk bentuk dan ukuran pisau sisipan dapat dilihat pada Gambar 7.14. Standar tersebutmengatur tentang bentuk sisipan, sudut potong, toleransi bentuk, pemutus tatal(chipbreaker), panjang sisi potong, tebal sisipan, sudut bebas, arah pemakanan, dankode khusus pembuat pisau. Pisau sisipan yang telah dipasang pada pemegang pisaudapat dilihat pada Gambar 7.15.
Gambar 7.11 Gambar jalur pisau frais menunjukkan perbedaan antara gerak makanper gigi (ft) dan gerak makan per putaran (fr)
198
Gambar 7.13
Gambar 7.12 Bentuk dan nama-nama bagian pisau frais rata
199
Gambar 7.14 Standar ISO pisau sisipan untuk frais (milling)
200
F. Peralatan dan Asesoris untuk Memegang Pisau FraisProses penyayatan menggunakan mesin frais memerlukan alat bantu untuk
memegang pisau dan benda kerja. Pisau harus dicekam cukup kuat sehingga prosespenyayatan menjadi efektif, agar pisau tidak mengalami selip pada pemegangnya.Pada mesin frais konvensional horizontal pemegang pisau adalah arbor dan porosarbor (lihat kembali Gambar 7.1). Gambar skematik arbor yang digunakan pada mesinfrais horizontal dapat dilihat pada Gambar 7.16. Arbor ini pada porosnya diberi alur untukmenempatkan pasak sesuai dengan ukuran alur pasak pada pisau frais. Pasak yangdipasang mencegah terjadinya selip ketika pisau menahan gaya potong yang relatifbesar dan tidak kontinyu ketika gigi-gigi pisau melakukan penyayatan benda kerja.
Pemegang pisau untuk mesin frais vertikal yaitu kolet (collet, lihat Gambar 7.17). Koletini berfungsi mencekam bagian pemegang (shank) pisau. Bentuk kolet adalah silinderlurus di bagian dalam dan tirus di bagian luarnya. Pada sisi kolet dibuat alur tipis beberapabuah, sehingga ketika kolet dimasuki pisau bisa dengan mudah memegang pisau.
Gambar 7.15 Pisau frais bentuk sisipan dipasang pada tempat pisau yang sesuai
Gambar 7.16 Gambar skematik arbor mesin frais
201
Sesudah pisau dimasukkan ke kolet kemudian kolettersebut dimasukkan ke dalam pemegang pisau (toolholder). Karena bentuk luar kolet tirus maka pemegangpisau akan menekan kolet dan benda kerja dengan sangatkencang, sehingga tidak akan terjadi selip ketika pisaumenerima gaya potong.
Pemegang pisau (tool holder) standar bisa digunakanuntuk memegang pisau frais ujung (end mill). Beberapaproses frais juga memerlukan sebuah cekam (chuck) untukmemegang pisau frais. Pemegang pisau ini ada dua jenisyaitu dengan ujung tirus morse (morse taper) dan lurus(Gambar 7.18). Pemegang pisau yang lain adalah kepalabor (Gambar 7.19). Kepala bor ini jarak antara ujung pisauterhadap sumbu bisa diubah-ubah, sehingga dinamakanoffset boring heads. Pemegang pisau ini biasanyadigunakan untuk proses bor (boring), perataan permukaan(facing), dan pembuatan champer (chamfering).
Gambar 7.17 (a) Kolet pegas yang memiliki variasi ukurandiameter, (b) kolet solid pemasangan pisau dengan baut
Gambar 7.18(a) Pemegang pisau frais ujung(end mill), (b) pemegang pisau
shell end mill Gambar 7.19 Kepala bor (offset boring head)
(b)
(a)
202
G. Alat Pencekam dan Pemegang Benda Kerja pada MesinFraisAlat pemegang benda kerja pada mesin frais berfungsi untuk memegang benda
kerja yang sedang disayat oleh pisau frais. Pemegang benda kerja ini biasanyadinamakan ragum. Ragum tersebut diikat pada meja mesin frais dengan menggunakanbaut T. Jenis ragum cukup banyak, penggunaannya disesuaikan dengan bentuk bendakerja yang dikerjakan di mesin. Untuk benda kerja berbentuk balok atau kubus ragumyang digunakan adalah ragum sederhana atau ragum universal (Gambar 7.20). Ragumsederhana digunakan bila benda kerja yang dibuat bidang-bidangnya saling tegak lurusdan paralel satu sama lain (kubus, balok, balok bertingkat). Apabila digunakan untukmembuat bentuk sudut digunakan ragum universal (Gambar 7.20), atau bilamenggunakan ragum sederhana bentuk pisau yang dipakai menyesuaikan bentuk sudutyang dibuat.
Apabila bentuk benda kerja silindris, maka untuk memegang benda kerja digunakankepala pembagi (dividing head). Kepala pembagi (Gambar 7.21) ini biasanya digunakanuntuk memegang benda kerja silindris, terutama untuk keperluan:• Membuat segi banyak• Membuat alur pasak• Membuat roda gigi (lurus, helix, payung)• Membuat roda gigi cacing
(a) (b)
Gambar 7.20 (a) Ragum sederhana (plain vise), (b) Ragum universalyang biasa digunakan pada ruang alat
203
Ragum biasa yang dipasang langsung pada meja mesin frais hanya dapatdigunakan untuk mengerjakan benda kerja lurus atau bertingkat dengan bidang dataratau tegak lurus. Apabila benda kerja yang dibuat ada bentuk sudutnya, maka ragumdiletakkan pada meja yang dapat diatur sudutnya (identik dengan meja sinus). Mejatersebut (Gambar 7.22), diikat pada meja mesin frais.
Alat bantu pemegang benda kerja di mesin frais yang lain yaitu meja putar (rotarytable). Meja putar, (Gambar 7.23) ini diletakkan di atas meja mesin frais, kemudianragum atau cekam rahang tiga bisa diletakkan di atasnya. Dengan bantuan meja putarini proses penyayatan bidang-bidang benda kerja bisa lebih cepat, karena untukmenyayat sisi- sisi benda kerja tidak usah melepas benda kerja, cukup memutar handlemeja putar dengan sudut yang dikekendaki. Selain itu dengan meja putar ini bisa dibuatbentuk melingkar, baik satu lingkaran penuh (360°) atau kurang dari 360°.
Benda kerja yang dikerjakan di mesin frais tidak hanya benda kerja yang bentuknyateratur. Benda kerja yang berbentuk plat lebar, piringan dengan diameter besar dantipis, dan benda hasil tuangan sulit dicekam dengan ragum. Untuk keperluanpemegangan benda kerja seperti itu, maka benda kerja bisa langsung diletakkan dimeja mesin frais kemudian diikat dengan menggunakan bantuan klem (clamp). Berbagaibentuk klem dan baut pengikatnya biasanya digunakan untuk satu benda kerja yangrelatif besar.
Gambar 7.22 Kepala pembagi (dividinghead) untuk membuat segi banyak, roda gigi,
atau helix
Gambar 7.21 Meja yang dapat diatursudutnya dalam beberapa arah, digunakanuntuk alat bantu pengerjaan benda kerjayang memiliki sudut lebih dari satu arah
204
Selain pemegang benda kerja, pada mesin frais juga ada beberapa macam asesorisyang berguna untuk membantu pengaturan mesin frais, maupun penempatan bendakerja. Asesoris tersebut misalnya (a) parallel yang berguna untuk meninggikan posisibenda kerja pada ragum, (b) line finder untuk membantu mencari posisi garis pinggirbenda kerja, (c) line finder dipasang pada kolet, (d) edge finder yang digunakan untukmencari posisi pojok benda kerja, (e) pembatas ragum (vise stop) yang berguna untukbatas peletakan benda kerja di ragum, (f) pembatas ragum, (g) blok V untuk membantumemegang benda kerja berbentuk silindris, dan (h) klem (clamp) untuk membantumemegang benda kerja. Gambar perlengkapan mesin frais tersebut dapat dilihat padaGambar 7.24.
Gambar 7.23 (a) Meja putar (rotary table) yang bisa digunakanuntuk Mesin frais vertikal maupun horizontal,
(b) Meja putar yang dapat diatur sudutnya
(b)
(a)
205
Gambar 7.24 Berbagai macam asesoris yang digunakan padamesin frais
(a) Paralel (b) Line finder
(c) Line finder dipasang pada kolet (d) Edge finder, digunakan untukmencari posisi pojok benda kerja
(e) Pembatas ragum (vise stop) yangdipasang menyatu dengan mulut ragum
(f) Pembatas ragum
(g) Blok V (h) Satu set klem
206
H. Elemen Dasar Proses FraisElemen dasar proses frais hampir sama dengan elemen dasar proses bubut. Elemen
diturunkan berdasarkan rumus dan Gambar 7.25 berikut.
Gambar 7.25 Gambar skematis proses frais vertikaldan frais horizontal
207
Keterangan:Benda Kerja:w = lebar pemotongan (mm)lw = panjang pemotongan (mm)lt = lv + lw + ln (mm)a = kedalaman potong (mm)
Pisau frais:d = diameter luar (mm)z = jumlah gigi/mata potongXr = sudut potong utama (90o)untuk pisau frais selubung
Mesin frais:n = putaran poros utama (rpm)vf = kecepatan makan (mm/putaran)
1. Kecepatan potong:
v = 1.000
dnπ ; m/menit . . . (7.2)
2. Gerak makan per gigi:
fz = vf / z n; mm/menit . . . (7.3)
3. Waktu pemotongan:
tc = t
f
lv
; menit . . . (7.4)
4. Kecepatan penghasilan beram:
Z = vf a w/1.000;cm3/menit . . . (7.5)
Rumus-rumus (7.2 sampai 7.5) tersebut di atas digunakan untuk perencanaanproses frais. Proses frais bisa dilakukan dengan banyak cara menurut jenis pisau yangdigunakan dan bentuk benda kerjanya. Selain itu jenis mesin frais yang bervariasimenyebabkan analisis proses frais menjadi rumit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalamperencanaan bukan hanya kecepatan potong dan gerak makan saja, tetapi juga carapencekaman, gaya potong, kehalusan produk, getaran mesin dan getaran benda kerja.Dengan demikian hasil analisa/perencanaan merupakan pendekatan bukan merupakanhasil yang optimal.
208
I. Pengerjaan Benda Kerja dengan Mesin FraisBeberapa variasi bentuk benda kerja bisa dikerjakan dengan mesin frais.
Perencanaan proses frais dibahas satu kesatuan dengan beberapa pengerjaan prosesfrais.
1. Proses Frais Datar/RataProses frais datar/rata (dinamakan juga surface milling atau slab milling) adalah
proses frais dengan sumbu pisau paralel terhadap permukaan benda kerja,(Gambar 7.26). Frais rata dilakukan dengan cara permukaan benda kerja dipasangparalel terhadap permukaan meja mesin frais dan pisau frais dipasang pada arbormesin. Benda kerja dicekam dengan ragum biasa, (Gambar 7.20), sebaiknya bagianbenda kerja yang menonjol di atas ragum tidak terlalu tinggi agar benda kerja tidakbergetar, (Gambar 7.27). Arbor dipasang horizontal didukung oleh spindel mesindan penahan arbor di sisi yang lain.
Gambar 7.26 Proses frais rata (surface/slab milling)
209
Pisau yang digunakan untuk proses pengasaran (roughing) sebaiknya dipilihpisau frais yang ukuran giginya relatif besar, dengan kecepatan potong dipilih yangminimal dari kecepatan potong yang diperbolehkan untuk pasangan pisau danbenda kerja yang dikerjakan (Tabel 7.1). Untuk proses finishing pisau yang
Gambar 7.27 Cara pencekaman benda kerja, bagiankanan pencekaman yang salah (incorrect) dan bagian
kiri pencekaman yang benar (correct)
Benda kerja di tengah ragum Benda kerja di pinggir ragum
Benda kerja didukung paralel Benda kerja tidak didukung paralel
Benda kerja yang menonjol diusahakanserendah mungkin
Benda kerja yang menonjolterlalu tinggi
210
digunakan dipilih pisau yang memiliki gigi yang relatif kecil dengan kecepatan potongdipilih harga terbesar dari kecepatan potong yang diijinkan. Gerak makan per gigiditentukan berdasarkan ketebalan beram yang diinginkan (direncanakan). Tebalberam dapat dipilih berdasarkan benda kerja dan pisau yang digunakan, mesin,sistem pencekaman, dan kecepatan potong. Tebal beram untuk proses fraisdisarankan seperti pada Tabel 7.2.
Tabel 7.1 Kecepatan Potong untuk Proses Frais untuk Pasangan Benda Kerja dan Pisau HSS
CUTTING SPEED (sfpm)1 2
MATERIAL PLAIN MILLING CUTTERS END MILLING CUTTERS
Roughing Finishing Roughing Finishing
Aluminum .................... 400 to 1.000 400 to 1.000 400 to 1.000 400 to 1.000Brass, composition ..... 125 to 200 90 to 200 90 to 150 90 to 150Brass, yellow .............. 150 to 200 100 to 250 100 to 200 100 to 200Bronze, phosphor and
manganese ............. 30 to 80 25 to 100 30 to 80 30 to 80Cast iron (hard) ........... 25 to 40 10 to 30 25 to 40 20 to 45Cast iro (soft and
medium) .................. 40 to 75 25 to 80 35 to 65 30 to 80Monel metal ................ 50 to 75 50 to 75 40 to 60 40 to 60Steel, hard .................. 25 to 50 25 to 70 25 to 50 25 to 70Steel, soft .................... 60 to 120 45 to 110 50 to 85 45 to 110
a) Untuk pisau karbida harga kecepatan potong angka pada tabel dikalikan 2.b) Apabila satuan kecepatan potong (cutting speed diubah menjadi m/menit angka
pada tabel dibagi 3,28).Tabel 7.2 Tebal Beram per Gigi untuk Beberapa Tipe Pisau Frais dan Benda Kerja yangDikerjakan (Satuan dalam Inchi)
TYPE OF CUTTER
FACE MILLS
HELICAL MILLS
SIDE CUTINGMILLS
END MILLS
FORM RELIEVEDCUTTERS
CIRCULAR SAWS
HSS
.007 to.022
.006 to.018
.004 to.013
.003 to.011
.002 to.007
.002 to.005
ALUMINUM
CARBIDE
.007 to.020
.006 to.016
.004 to.012
.003 to.010
.002 to.006
.002 to.005
BRONZE CAST IRONFREE
MACHININGSTEEL
ALLOY STEEL
HSS
.005 to.014
.003 to.011
.003 to.008
.003 to.007
.001 to.004
.001 to.003
CARBIDE
.004 to.012
.004 to.010
.003 to.007
.002 to.006
.001 to.004
.001 to.003
HSS
.004 to.016
.004 to.018
.002 to.009
.002 to.008
.002 to.005
.001 to.004
CARBIDE
.006 to.020
.002 to.018
.003 to.012
.003 to.010
.002 to.006
.002 to.006
HSS
.003 to.012
.002 to.010
.002 to.007
.001 to.006
.001 to.004
.001 to.003
CARBIDE
.004 to.016
.003 to.013
.003 to.009
.002 to.008
.002 to.005
.001 to.004
HSS
.002 to.008
.002 to.007
.001 to.005
.001 to.004
.001 to.003
.005 to.002
CARBIDE
.003 to.014
.003 to.012
.002 to.008
.002 to.007
.001 to.004
.001 to.004
211
Perhitungan elemen mesin yang lain (rumus 7.2 sampai 7.5), bisa dilakukansetelah kecepatan potong dan gerak makan per gigi ditentukan. Perhitungan elemenpemesinan untuk proses frais yang lain (Gambar 7.28) identik dengan langkah diatas.
Gambar 7.28 Beberapa variasi proses frais yang dilakukan pada mesin frais
212
2. Proses Frais Roda GigiProses frais gigi (Gambar 7.29), sebenarnya sama dengan frais bentuk pada
Gambar 7.28, tetapi karena bentuknya yang spesifik, serta proses pencekamandan pemilihan pisau berbeda maka akan dibahas lebih detail. Dari informasi yangdiperoleh dari gambar kerja, untuk proses frais roda gigi diperoleh data tentangjumlah gigi, bentuk profil gigi, modul, sudut tekan, dan dimensi bakal roda gigi.
Dari informasi tersebut perencana proses frais gigi harus menyiapkan: kepalapembagi (Gambar 7.21), pisau frais gigi, dan perhitungan elemen dasar (putaranspindel, gerak makan, dan kedalaman potong). Kepala pembagi digunakan sebagaipemegang bakal roda gigi (dengan bantuan mandrel). Pada kepala pembagiterdapat mekanisme yang memungkinkan operator mesin frais memutar bendakerja dengan sudut tertentu.
Gambar 7.28 (Lanjutan). Beberapa proses frais:frais bentuk dan dan frais alur
213
Kepala pembagi (dividing head) digunakan sebagai alat untuk memutar bakalroda gigi. Mekanisme perubahan gerak pada kepala pembagi adalah roda gigicacing dan ulir cacing dengan perbandingan 1 : 40. Dengan demikian apabila
engkol diputar satu kali, maka spindelnya berputar 140 kali. Untuk membagi putaran
pada spindel sehingga bisa menghasilkan putaran spindel selain 40 bagian, makapada bagian engkol dilengkapi dengan piringan pembagi dengan jumlah lubang
tertentu, dengan demikian putaran engkol bisa diatur (misal 12 , 1
3 , 14 , 1
5 putaran).Pada piringan pembagi diberi lubang dengan jumlah lubang sesuai dengan tipenyayaitu:
1. Tipe Brown and Sharpea. Piringan 1 dengan jumlah lubang: 15, 16, 17, 18, 19, 20b. Piringan 2 dengan jumlah lubang: 21, 23, 27, 29, 31, 33c. Piringan 3 dengan jumlah lubang: 37, 39, 41, 43, 47, 49
2. Tipe Cincinnati (satu piringan dilubangi pada kedua sisi)a. Sisi pertama dengan jumlah lubang:
24, 25, 28, 30, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43b. Sisi kedua (sebaliknya) dengan jumlah lubang:
46, 47, 49, 51, 53, 54, 57, 58, 59, 62, 66
Gambar 7.29 Proses frais roda gigi dengan mesin frais horizontal
214
Misalnya akan dibuat pembagian 160 buah. Pengaturan putaran engkol padakepala pembagi sebagai berikut (Gambar 7.30).• Dipilih piringan yang memiliki lubang 20, dengan cara sekrup pengatur arah
radial kita setel sehingga ujung engkol yang berbentuk runcing bisa masuk kelubang yang dipilih (Gambar 7.30c)
• Gunting diatur sehingga melingkupi 5 bagian atau 6 lubang (Gambar 7.30d)• Sisi pertama benda kerja dimulai dari lubang no.1• Sisi kedua dilakukan dengan cara memutar engkol ke lubang no. 6 (telah
dibatasi oleh gunting)
• Dengan demilian engkol berputar 14 lingkaran dan benda kerja) berputar
14 × 1
40 = 1160 putaran
• Gunting digeser sehingga bilah bagian kiri di no. 6• Pemutaran engkol selanjutnya mengikuti bilah gunting.
Gambar 7.30 Kepala pembagi dan pengoperasiannya
215
Pemilihan pisau untuk memotong profil gigi (biasanya profil gigi involute) harusdipilih berdasarkan modul dan jumlah gigi yang akan dibuat. Nomer pisau frais gigiberdasarkan jumlah gigi yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 7.3. Penentuan elemendasar proses frais yaitu putaran spindel dan gerak makan pada proses frais gigitetap mengikuti rumus 7.2 dan 7.3. Kedalaman potong ditentukan berdasarkantinggi gigi dalam gambar kerja atau sesuai dengan modul gigi yang dibuat (antara2 sampai 2,25 modul).
Tabel 7.3 Urutan Nomer Pisau Frais Gigi Involut
Nomer Pisau/ Digunakan untuk Membuat Roda GigiCutter dengan Jumlah Gigi
1 135 sampai dengan rack
1,5 80 sampai 134
2 55 sampai 134
2,5 42 sampai 54
3 35 sampai 54
3,5 30 sampai 34
4 25 sampai 34
4,5 23 sampai 25
5 21 sampai 25
5,5 19 sampai 20
6 17 sampai 20
6,5 15 sampai 16
7 14 sampai 16
7,5 13
8 12 dan 13
216
LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Diktat Praktikum Proses Pemesinan II (CNC TU2A dan CNC TU3A)Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta.
Alois SCHONMETZ. 1985. Pengerjaan Logam Dengan Perkakas Tangan dan MesinSederhana. Bandung: Angkasa.
Avrutin.S, tt, Fundamentals of Milling Practice, Foreign Languages Publishing House,Moscow.
B.H. Amstead, Bambang Priambodo. 1995. Teknologi Mekanik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Boothroyd, Geoffrey. 1981. Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools.Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.
Bridgeport, 1977, Bridgeport Textron , Health and Safety at Work Act, Instalation,Operation, Lubrication, Maintenance, Bridgeport Mahines Devision of TextronLimited PO Box 22 Forest Road Leicester LE5 0FJ: England.
Courtesy EDM Tech. Manual. 2007. EDM ProcessMecanism. Poco Graphite Inc.
C. van Terheijden, Harun. 1994. Alat-alat Perkakas 3. Bandung: Binacipta.
EMCO.1980. A Center Lathe, EMC O Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein: Austria.
EMCO. 1980. Maximat Super 11 Installation Manual, Instructions and Operating Manual,Maintenance Manual, EMCO Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein:Austria.
EMCO. 1991. Teacher’s Handbook CNC TU-2A. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.
EMCO. 1991. Teacher’s Handbook CNC TU-3A. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.
EMCO. 1991. Teacher’s Handbook Compact 5 PC. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.
217
LAMPIRAN A
EMCO. 1991. Student’s Handbook CNC TU-3A, Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.
EMCO MAIER Ges.m.bh, 1990. Teacher’s Handbook EMCO TU-2A, A-5400 Hallein,Austria.
EMCO MAIER Ges.m.bh, 1990. Students’s Handbook EMCO TU-2A, A-5400 Hallein,Austria.
Fischer, Kilgus, Leopold. Rohrer, Schiling, Tabellenbunch Metall, Keliner Werth 50, 560Wuppertal 2.
Fox Valley Technnical College. 2007. Machine Shop 3: ”Milling Machine” Accessories(http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).
Fox Valley Technnical College. 2007. Machine Shop 3 : ”Types of Milling Machines”Work Holding (http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).
Fox Valley Technnical College, 2007, Machine Shop 3 : ”Milling Machines” Tool Holding(http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).
George Schneider Jr, Cutting Tool Applications, Prentice Hall(www.toolingandproduction.com).
Gerling, Heinrichi. 1974. All about Machine Tools. New Delhi: Wiley Eastern.
Hand Out Politeknik Manufaktur Bandung. 1990. Teori Gerinda Datar. Bandung: ITB
Hand Out Politeknik Manufaktur Bandung. 1990. Teori Gerinda Silindris. Bandung: ITB
Headquartes Department of The Army USA. 1996. Training Circular N0 9-524:Fundamentals of Machine Tools. Headquartes Department of The Army USA:Washington DC
218
LAMPIRAN A
John W. Sutherland. 1998. Turning (www.mfg.mtu.edu/marc/primers/turning/turn.html),Michigan Technological University’s Turning Information Center: Michigan.
———–—————. 2007. A TUTORIAL ON CUTTING FLUIDS IN MACHINING.http://www.mfg.mtu.edu/testbeds/cfest/fluid.html#cfintro_name.
Taufiq Rochim. 1990. Teori Kerja Bor. Bandung: Politeknik Manufaktur Bandung.
Taufiq Rochim. 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Proyek HEDS.
The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Basic Machining andFitting.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.
The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Marking Out, Measurement, Fitting &Assembly. http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.
The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Metal Cutting Processes1–Turning.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.
The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Metal Cutting Processes2-Milling.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.
The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Safety Instruction,http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.
219
LAMPIRAN A
220
LAMPIRAN B
Lampiran 1. Standar ISO untuk pengkodean pemegang pahat sisipan/tool holders.
221
LAMPIRAN B
Lampiran 1. Standar ISO untuk pengkodean pemegang pahat sisipan, (Lanjutan).
222
LAMPIRAN B
223
LAMPIRAN B
Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut konvensional dan CNC.
Sumber: Katalog PT. Kawan Lama
224
LAMPIRAN B
Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).
Sumber: Katalog PT. Kawan Lama
225
LAMPIRAN B
Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).
226
LAMPIRAN B
Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).
Sumber: IMTS 2006 (www.toolingandproduction.com)
227
LAMPIRAN B
Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais.
Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais konvensional dan CNC, (Lanjutan).
HEAVY DUTY DOUBLE HOUSING PLAING MILL
CP-160-200-250-300
VERTICAL HORIZONTAL TURRET MILLING
228
LAMPIRAN B
Sumber: Katalog PT. Kawan Lama
229
LAMPIRAN B
Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais, (Lanjutan).
Sumber: IMTS 2006 (www.toolingandproduction.com)
230
LAMPIRAN B
Lampiran 4. Beberapa macam mesin gurdi (drilling) konvensional dan CNC.
Mesin Bor Radial
Lampiran 4. Beberapa macam mesin gurdi (drilling), (Lanjutan).
Mesin gurdi manual dan mesin gurdi & Tap CNC
RADIAL DRILLING MACHINE-TYPE Z3020 x 10
CNR DRILLING AND TAPPING MACHINE
231
LAMPIRAN B
Lampiran 5. Proses pembuatan ulir dan tabel.
232
LAMPIRAN B
Lampiran 6. Besarnya toleransi fundamental dari a sampai zc.
Fundalmental Deviatons a to jFundamental Deviation (es) (ei)
a b c cd d e ef f fg g js j5 j6 j7hOver Up-to
(Incl.)
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
500
–270
–270
–280
–290
–290
–300
–300
–310
–320
–340
–360
–380
–410
–460
–520
–580
–660
–740
–820
–920
–1.050
–1.200
–1.350
–1.500
–1.650
–140
–140
–150
–150
–150
–160
–160
–170
–180
–190
–200
–220
–240
–260
–280
–310
–340
–380
–420
–480
–540
–600
–680
–760
–840
–60
–70
–80
–95
–95
–110
–110
–120
–130
–140
–150
–170
–180
–200
–210
–230
–240
–260
–280
–300
–330
–360
–400
–440
–480
–34
–46
–56
–20
–30
–40
–50
–50
–65
–65
–80
–80
–100
–100
–120
–120
–145
–145
–145
–170
–170
–170
–190
–190
–210
–210
–230
–230
–14
–20
–25
–32
–32
–40
–40
–50
–50
–60
–60
–72
–72
–85
–85
–85
–100
–100
–100
–110
–110
–125
–125
–135
–135
–10
–14
–18
–6
–10
–13
–16
–16
–20
–20
–25
–25
–30
–30
–36
–36
–43
–43
–43
–50
–50
–50
–56
–56
–62
–62
–68
–68
–4
–6
–8
–2
–4
–5
–6
–6
–7
–7
–9
–9
–10
–10
–12
–12
–14
–14
–14
–15
–15
–15
–17
–17
–18
–18
–20
–20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
–2
–2
–2
–3
–3
–3
–3
–4
–4
–5
–7
–9
–9
–11
–11
–11
–13
–13
–13
–16
–16
–18
–18
–20
–20
–2
–2
–2
–3
–3
–3
–3
–4
–4
–5
–7
–9
–9
–11
–11
–11
–13
–13
–13
–16
–16
–18
–18
–20
–20
–4
–4
–5
–6
–6
–8
–8
–10
–10
–12
–12
–15
–15
–18
–18
–18
–21
–21
–21
–26
–26
–28
–28
–32
–32
Fundamental Deviation (es) (ei)
a b c cd d e ef f fg g js j5 j6 j7hOver Up-to
(Incl.)
233
LAMPIRAN B
Lampiran 6. Besarnya toleransi fundamental dari a sampai zc, (Lanjutan).
Fundalmental Deviatons k to zcFundamental Deviation (ei)
m n p r s t u v x z za zb zcyOver Up-to
(Incl.)
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
4
6
7
7
8
8
9
9
11
11
13
13
15
15
15
17
1
17
20
20
21
21
23
23
4
8
10
12
12
15
15
17
17
20
20
23
23
27
27
27
31
31
31
34
34
37
27
40
40
6
12
15
18
18
22
22
26
26
32
32
37
37
43
43
43
50
50
50
56
56
62
62
68
68
10
15
19
23
23
28
28
34
34
41
43
51
54
63
65
68
77
80
84
94
98
108
114
126
132
14
19
23
28
28
35
35
43
43
53
59
71
79
92
100
108
122
130
140
158
170
190
208
232
252
41
48
54
66
75
91
104
122
134
146
166
180
196
218
240
268
294
330
360
18
23
28
33
33
41
48
60
70
87
102
124
144
170
190
210
236
258
284
315
350
390
435
490
540
39
47
55
68
81
102
120
146
172
202
228
252
284
310
340
385
425
475
530
595
660
20
28
34
40
45
54
64
80
97
122
146
178
210
248
280
310
350
385
425
475
525
590
660
740
820
63
75
94
114
144
174
214
254
300
340
380
425
470
520
580
650
730
820
920
1.000
26
35
42
50
60
73
88
112
136
172
210
258
310
365
415
465
520
575
640
710
790
900
1.000
1.100
1.250
32
42
52
64
77
98
118
148
180
226
274
335
400
470
535
600
670
740
820
920
1.000
1.50
1.300
1.450
1.600
40
50
67
90
108
136
160
200
242
300
360
445
525
620
700
780
880
960
1.050
1.200
1.300
1.500
1.650
1.850
2.100
60
80
97
130
150
188
218
274
325
405
480
585
690
800
900
1.000
1.150
1.250
1.350
1.550
1.700
1.900
2.100
2.400
2.600
Fundamental Deviation (ei)
m n p r s t u v x z za zb zcyOver Up-to
(Incl.)
k4–k7(inc)
Otherk
k4–k7(inc)
Otherk
0
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
234
LAMPIRAN B
Lampiran 7. ISO Shaft Limit Nearest Zero (Fundamental Deviation ), shaft size500–3.150 mm.
Deviations in µmetres = (m–6)
235
LAMPIRAN B
Lampiran 7. (Lanjutan).
Fundamental Deviatons d to uFundamental Deviation (ei)
ef f fg g h js k m n r s t upOver Up-to
(Incl.)
500
560
630
710
800
900
1.000
1.120
1.250
1.400
1.600
1.800
2.000
2.240
2.500
2.800
560
630
710
800
900
1.000
1.120
1.250
1.400
1.600
1.800
2.000
2.240
2.500
2.800
3.150
–145
–145
–160
–160
–170
–170
–195
–195
–220
–220
–240
–240
–260
–260
–290
–290
–76
–76
–80
–80
–86
–86
–98
–98
–220
–220
–240
–240
–260
–260
–290
–290
–22
–22
–24
–24
–26
–26
–28
–28
–30
–30
–32
–32
–34
–34
–38
–38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
26
30
30
34
40
40
48
48
58
58
58
68
68
76
76
44
44
50
50
56
56
66
66
78
78
92
92
110
110
135
135
78
78
88
88
100
100
120
120
140
140
170
170
195
195
240
240
150
155
175
185
210
220
250
260
300
330
370
400
440
460
550
580
280
310
340
380
430
470
520
580
640
720
820
920
1.000
1.100
1.250
1.400
400
450
500
560
620
680
780
840
960
1.050
1.200
1.350
1.500
1.650
1.900
2.100
600
660
740
840
940
1.050
1.150
1.300
1.450
1.600
1.850
2.000
2.300
2.500
2.900
3.200
Over Up-to(Incl.)
–260
–26
–290
–290
–320
–320
–350
–350
–390
–390
–430
–430
–480
–480
–520
–520
Fundamental Deviation (es)
ed
Fundamental Deviation (ei)Fundamental Deviation (es)
ef f fg g h js k m n r s t uped
236
LAMPIRAN B
Lampiran 8. ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes0–400mm.
237
LAMPIRAN B
Deviations in µµµµµmetres = (m 6)Fundamental Deviation (EI)
C CD D E EF F FG G H J6 J7 J8 K7JSOver Up-to
(Incl.)
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
500
140
140
150
150
150
160
160
170
180
190
200
220
240
260
280
310
340
380
420
480
450
600
680
760
840
60
70
80
95
95
110
110
120
130
140
1580
170
180
200
210
230
240
260
280
300
330
360
400
440
480
34
46
56
20
30
40
50
50
65
65
80
80
100
100
120
120
145
145
145
170
170
170
190
190
210
210
230
230
14
20
25
32
32
40
40
50
50
60
60
72
72
85
85
85
100
100
100
110
110
125
125
135
135
10
14
18
6
10
13
16
16
20
20
25
25
30
30
36
36
43
43
43
50
50
50
56
56
62
62
68
68
4
6
8
2
4
5
6
6
7
7
9
9
10
10
12
12
14
14
14
15
15
17
17
18
18
18
20
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
2
5
5
6
6
8
8
10
10
13
13
16
16
18
18
18
22
22
22
25
25
29
29
33
33
4
6
8
10
10
12
12
14
14
18
18
22
22
26
26
26
30
30
30
36
36
39
39
43
43
6
10
12
15
15
20
20
24
24
28
28
34
34
41
41
41
47
47
47
55
55
60
60
66
66
0+
3
5
6
6
6
6
7
7
9
9
10
10
12
12
12
13
13
13
16
16
17
17
18
18
Over Up-to(Incl.)
270
270
280
290
290
300
300
310
320
340
360
380
410
460
520
580
660
740
820
920
1.050
1.200
1.350
1.500
1.650
A B K8
0
5
6
8
8
10
10
12
12
14
14
16
16
20
20
20
22
22
22
25
25
28
28
29
29
>K8
0
Fundamental Deviation (Es)
Fundamental Deviation (EI)
C CD D E EF F FG G H J6 J7 J8 K7JSA B K8 >K8
Fundamental Deviation (Es)
238
LAMPIRAN B
Important Note: For Fundamental deviations P-ZC ITn’s > 7 only applies . For ITs6 & 7 refer to table below.
Fundamental Deviation (Es)
>M8 N7 N8 >N8 P R S T U X Y Z ZAVOver Up-to
(Incl.)
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
500
–2
2
1
2
5
4
6
5
7
5
8
6
10
8
8
11
9
9
12
9
12
11
13
59
25
–2
–4
–6
–7
–7
–8
–8
–9
–9
–11
–11
–13
–13
–15
–15
–15
–17
–17
–17
–20
–20
–21
–21
–23
–23
–5
–4
–4
–5
–5
–7
–7
–8
–8
–9
–9
–10
–10
–12
–12
–12
–14
–14
–14
–14
–14
–16
–16
–17
–17
–4
–2
–3
–3
–3
–3
–3
–3
–3
–4
–4
–4
–4
–4
–4
–4
–5
–5
–5
–5
–5
–5
–5
–6
–6
–4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
–6
–12
–15
–18
–18
–22
–22
–26
–26
–32
–32
–37
–37
–43
–43
–43
–50
–50
–50
–56
–56
–62
–62
–68
–68
–10
–15
–19
–23
–23
–28
–28
–34
–34
–41
–43
–51
–54
–63
–65
–68
–77
–80
–84
–94
–98
–108
–114
–126
–132
–14
–19
–23
–28
–28
–35
–35
–43
–43
–53
–59
–71
–79
–92
–100
–108
–122
–130
–140
–158
–170
–190
–208
–232
–252
–41
–48
–54
–66
–75
–91
–104
–122
–134
–146
–166
–180
–196
–218
–240
–268
–294
–330
–360
–18
–23
–28
–33
–33
–41
–48
–60
–70
–87
–102
–124
–144
–170
–190
–210
–236
–258
–284
–315
–350
–390
–435
–490
–540
–39
–47
–55
–68
–81
–102
–120
–146
–172
–202
–228
–252
–284
–310
–340
–385
–425
–475
–530
–595
–660
–20
–28
–34
–40
–45
–54
–65
–80
–97
–122
–146
–178
–210
–248
–280
–310
–340
–385
–425
–475
–525
–590
–660
–740
–820
–63
–75
–94
–114
–144
–174
–214
–254
–300
–340
–380
–425
–475
–520
–580
–650
–730
–820
–920
–1.000
–26
–42
–52
–50
–60
–73
–88
–112
–136
–172
–210
–258
–310
–365
–415
–465
–520
–575
–640
–710
–790
–900
–1.000
–1.100
–1.250
–32
–42
–52
–64
–77
–98
–118
–148
–180
–226
–274
–335
–400
–470
–535
–600
–670
–740
–820
–920
–1.000
–1.150
–1.300
–1.450
–1.600
Over Up-to(Incl.)
–2
0
0
0
1
0
1
0
2
0
2
0
2
0
0
2
0
0
3
0
1
0
2
48
25
M7 M8 ZB
–40
–50
–67
–90
–108
–136
–160
–200
–242
–300
–360
–445
–525
–620
–700
–780
–880
–960
–1.050
–1.200
–1.300
–1.500
–1.650
–1.850
–2.100
ZC
–60
–80
–97
–130
–150
–188
–218
–274
–325
–405
–490
–585
–690
–800
–900
–1.000
–1.150
–1.250
–1.350
–1.550
–1.700
–1.900
–2.100
–2.400
–2.600
Fundamental Deviation (Es)
>M8 N7 N8 >N8 P R S T U X Y Z ZAVM7 M8 ZB ZC
239
LAMPIRAN B
Important Note: For Fundamental deviations (P to Z) For ITn = 6 & 7 refer to tablebelow.
Fundamental Deviation (Es)
R6 R7 S6 S7 T6 T7 U6 U7 V6 X6 X7 Y6 Y7V7Over Up-to
(Incl.)
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
3
6
10
14
18
24
30
40
50
65
80
100
120
140
160
180
200
225
250
280
315
355
400
450
500
–6
–8
–9
–11
–11
–14
–14
–17
–17
–21
–21
–24
–24
–28
–28
–28
–33
–33
–33
–36
–36
–41
–41
–45
–45
–10
–12
–16
–20
–24
–24
–29
–29
–29
–35
–37
–44
–47
–56
–58
–61
–68
–71
–75
–85
–89
–97
–103
–113
–119
–10
–11
–13
–16
–16
–20
–20
–25
–25
–30
–32
–38
–41
–48
–50
–53
–60
–63
–67
–74
–78
–87
–97
–103
–109
–14
–16
–20
–25
–25
–31
–31
–38
–38
–47
–53
–64
–72
–85
–93
–105
–113
–121
–131
–149
–161
–179
–197
–219
–239
–14
–15
–17
–21
–21
–27
–27
–34
–34
–42
–48
–58
–66
–77
–85
–93
–105
–113
–123
–138
–150
–169
–187
–209
–229
–37
–43
–49
–60
–69
–84
–97
–115
–127
–139
–157
–171
–187
–209
–231
–257
–283
–317
–347
–33
–39
–45
–55
–64
–78
–91
–107
–119
–131
–149
–163
–179
–198
–220
–247
–273
–307
–337
–18
–20
–25
–30
–30
–37
–44
–55
–65
–81
–96
–117
–137
–163
–183
–203
–227
–249
–275
–306
–341
–379
–424
–477
–527
–18
–19
–22
–26
–26
–33
–40
–51
–61
–76
–91
–111
–131
–155
–175
–195
–219
–241
–267
–295
–330
–369
–414
–467
–517
–36
–43
–51
–63
–76
–96
–114
–139
–165
–195
–221
–245
–275
–301
–331
–376
–416
–464
–519
–582
–647
–32
–39
–47
–59
–72
–91
–109
–133
–159
–187
–213
–237
–267
–293
–323
–365
–405
–454
–509
–572
–637
–20
–25
–31
–37
–42
–50
–60
–75
–92
–116
–140
–171
–203
–241
–273
–303
–331
–376
–416
–466
–516
–579
–649
–727
–807
–20
–24
–28
–33
–38
–46
–56
–71
–88
–111
–135
–165
–197
–233
–265
–295
–323
–368
–408
–455
–505
–569
–649
–727
–807
–59
–71
–89
–109
–138
–168
–207
–247
–293
–333
–373
–416
–461
–511
–571
–641
–719
–809
–907
–987
–55
–67
–85
–105
–133
–163
–201
–241
–285
–325
–365
–408
–453
–503
–560
–630
–709
–799
–897
–977
Over Up-to(Incl.)
–6
–9
–12
–15
–15
–18
–18
–21
–21
–26
–26
–30
–30
–36
–36
–36
–41
–41
–41
–47
–47
–51
–51
–55
–55
P7 P7 Z6
–26
–32
–39
–47
–57
–69
–84
–107
–11
–166
–204
–251
–303
–358
–408
–458
–511
–566
–631
–701
–781
–889
–989
–1.087
–1.237
Z7
–26
–31
–36
–43
–53
–65
–80
–103
–127
–161
–199
–245
–297
–350
–400
–450
–503
–558
–623
–690
–770
–879
–979
–1.077
–1.227
Fundamental Deviation (Es)
R6 R7 S6 S7 T6 T7 U6 U7 V6 X6 X7 Y6 Y7V7P7 P7 Z6 Z7
240
LAMPIRAN B
Lampiran 9. ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes400-3.150mm.
241
LAMPIRAN B
Deviations in µmetres = (m–6)Fundamental Deviation Fundamental Deviation (Es)
D E F G H JS K M N P S T UROver Up-to
(Incl.)
500
560
63
710
800
900
1.000
1.120
1.250
1.400
1.600
1.800
2.000
2.240
2.500
2.800
560
630
710
800
900
1.000
1.120
1.250
1.400
1.600
1.800
2.000
2.240
2.500
2.800
3.150
260
260
290
290
320
320
350
350
390
390
430
430
480
480
520
520
145
145
160
160
170
170
195
195
220
220
240
240
260
260
290
290
76
76
80
80
86
86
98
98
110
110
120
120
130
130
145
145
22
22
24
24
26
26
28
28
30
30
32
32
34
34
38
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
ITn/2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
–26
–26
–30
–30
–34
–34
–40
–40
–48
–48
–58
–58
–68
–68
–76
–76
–44
–44
–50
–50
–56
–56
–66
–66
–78
–78
–92
–92
–110
–110
–135
–135
–78
–78
–88
–88
–100
–100
–120
–120
–140
–140
–170
–170
–195
–195
–240
–240
–150
–155
–175
–185
–210
–220
–250
–260
–300
–330
–370
–400
–440
–460
–550
–580
–280
–310
–340
–380
–430
–470
–520
–580
–640
–720
–820
–920
–1.000
–1.100
–1.250
–1.400
–400
–450
–500
–560
–620
–680
–780
–840
–960
–1.050
–1.200
–1.350
–1.500
–1.650
–1.900
–2.100
–600
–660
–740
–840
–940
–1.050
–1.150
–1.300
–1.450
–1.600
–1.850
–2.000
–2.300
–2.500
–2.900
–3.200
Over Up-to(Incl.)
Fundamental Deviation Fundamental Deviation (Es)
D E F G H JS K M N P S T UR
242
Ukuran Nominal (mm)/D
Dari
Sampai
TingkatanIT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
250
315
6
8
12
16
23
32
52
81
130
210
320
520
810
1.300
315
400
7
9
13
18
25
36
57
89
140
230
360
570
890
1.400
400
500
8
10
15
20
27
40
63
97
155
250
400
630
970
1.550
500
630
9
11
16
22
32
44
70
110
175
280
440
700
1.100
1.750
630
800
11
15
21
28
40
56
90
140
230
360
560
900
1.400
2.300
800
1.000
11
15
21
28
40
56
90
140
230
360
560
900
1.400
2.300
1.000
1.250
13
18
24
33
47
66
105
165
260
420
660
1.050
1.650
2.600
1.250
1.600
15
21
29
39
55
75
125
195
310
500
750
1.250
1.950
3.100
1.600
2.000
18
25
35
46
65
92
150
230
370
600
920
1.500
2.300
3.700
2.000
2.500
22
30
41
55
75
110
175
280
440
700
1.100
1.750
2.800
4.400
2.500
3.150
26
36
50
68
96
135
210
330
450
860
1.350
2.100
3.300
5.400
Penyimpangan (dalam µm)
LAMPIRAN B
Lampiran 10. Penyimpangan fundamental dari ukuran 250 sampai dengan 3.150 mm.
untukuntukSekolah Sekolah Menengah Menengah KejuruanKejuruan
11
1
6 1
25,586.00