5-11

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

OPTIMASI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN LOKAL UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SKENARIO ENERGI MIX NASIONAL I Made Ardita, Catur Wahyu Prasetyo, Agung SulistyoDepartemen Teknik Elektro - Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus FTUI, Pondok Cina Depok 16424

ABSTRACTStructure of primary energy utility for electricity generation in Indonesia has yet been based upon the fossilized energy; oil and natural gas, which is categorized as unrenewable energy (URE). The shortage of oil and gas as well as their increasing price at world market, in consequence, has led Indonesia to suffer from energy crisis. Recently, the utility of renewable energy (RE) to generate electricity has not reached its optimization since the renewable energy (RE) itself remains less competitive than the fossilized (oil and gas). One way to optimize it is by implementing the National Mixed Energy Scenario (NMES); that is to optimize it based on the optimum result of all energy resource potentials available, either the renewable (RE) or unrenewable (URE). The NMES analysis focuses on the provision of energy required for electricity generation. The optimization is then expected to decrease the domination of oil and gas; thus, it will decrease their consumption, which, at present, has reached approximately up to 54 %, into at least 20 % for the year of 2025. The main objective is to prompt the acceleration of the local renewable energy utility such as, geothermal, hydro, bio-mass, solar and others. Key words: Optimization, utilization, renewable energy, electricity generation, NMES

1. PENDAHULUAN Tenaga listrik merupakan kebutuhan vital untuk pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, andal, aman dan dengan harga yang terjangkau merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian rakyat yang dapat meningkatkan taraf hidup. Penyediaan tenaga listrik dimaksud tidak terlepas dari pembangunan pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan data historis, pada tahun 2005, konsumsi energi final di sektor ketenagalistrikan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7 % per tahun atau sebesar 113,760 GWh. Dari total konsumsi energi final tersebut, sebagian besar disuplai dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi fosil yang merupkan energi tak terbarukan (ETT) sebagai bahan bakar. Sebaliknya dalam kurun waktu yang sama pemanfaatan energi terbarukan (ET) belum optimal disebabkan ET belum kompetitif dibanding dengan energi konvensional minyak bumi dan gas bumi. Salah satu penyebab kurang berkembangnya pemanfaatan ET adalah harga listrik yang dibangkitkan dari ET masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan energi fosil. Untuk itu, perlu diusahakan agar dapat memanfaatkan sumber daya ETT secara bijaksana, sebaliknyaISBN : 978-979-1165-74-7 V-86

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

mengusahakan pemanfaatan ET secara optimal, sehingga pengurangan BBM dapat terlaksana. Kebijakan pemanfaatan energi primer setempat untuk pembangkit tenaga listrik dapat terdiri dari fosil (migas) maupun non-fosil (air, panas bumi, biomassa, dan lain-lain). Pemanfaatan energi primer setempat tersebut memprioritaskan pemanfaatan ET dengan tetap memperhatikan aspek teknis, ekonomi, dan keselamatan lingkungan. Sedangkan kebijakan di sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik antara lain: kebijakan diversifikasi energi untuk tidak bergantung pada satu sumber energi khususnya energi fosil dan konservasi energi. Sumbersumber energi tersebut di atas, perlu dioptimalkan berdasarkan kajian pemerintah mengenai Skenario Energi Mix Nasional dalam jangka waktu tertentu (2005-2025), yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN). Melalui optimasi tersebut, diharapkan dapat diperoleh kebijaksanaan energi yang realistis yang dapat mendukung pengelolaan energi dan kelangsungan pembangunan nasional yang berkelanjutan di Indonesia. Analisis (energi mix) nasional didasarkan pada hasil optimasi dari seluruh potensi sumberdaya energi yang tersedia baik yang berupa ETT maupun ET dalam memenuhi kebutuhan energi pada sektor ketenagalistrikan secara optimal. Sesuai dengan KEN bahwa penggunaan ET untuk pembangkit tenaga listrik perlu ditingkatkan pemanfaatannya sehingga target pada tahun 2020 sekurang-kurangnya 5% dari penggunaan energi berasal dari ET antara lain; panas bumi, biomassa, tenaga air dan energi terbarukan lainnya untuk pembangkit tenaga listrik dapat tercapai.

2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini, pertama melakukan studi literatur dan melakukan identifikasi permasalahan. Permasalahan energi keseluruhan yang ada saat ini adalah Indonesia memiliki potensi sumberdaya energi yang sangat beragam mulai dari tenaga air, panas bumi, mini/micro hydro, biomasa, tenaga surya, tenaga angin sampai nuklir. Akan tetapi dari potensi sumber daya yang dimiliki tersebut di atas baru sebagian kecil yang benar-benar bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti energi minyak bumi. Langkah kedua yaitu mengumpulkan data, dalam hal ini data sekunder, karena analisis ini merupakan bagian dari penelitian mengenai kajian dalam perencanaan kebijakan energi nasional. Langkah ketiga membuat analisa data berdasarkan data potensi sumber daya ET, data perencanaan kebutuhan energi listrik sampai dengan tahun 2025. Langkah terakhir menyimpulkan hasil analisis seperti yang dipaparkan pada kesimpulan makalah ini. Tenaga Air Potensi tenaga air yang tersebar pada wilayah Indonesia adalah 75.674 MW dan telah dimanfaatkan hingga akhir tahun 2004 adalah 3.210 MW. Selain itu terdapat

minihidro/mikrohidro yang berpotensi untuk dimanfaatkan pada pembangkit listrik skala kecil,ISBN : 978-979-1165-74-7 V-87

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

namun secara keseluruhan yang telah dimanfaatkan baru sekitar 4-5% terhadap potensi tenaga air Indonesia, sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Potensi Minihidro di IndonesiaPulau Sumatera Jawa Bali, Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi aluku & Irian Jaya Indonesia Belum Dimanfaatkan (kW) 169.033,70 287.751,10 19.513,00 225.094,60 47.823,40 11.328,00 760.543,80 Sudah Dimanfaatkan (kW) 9.460,25 17.492,85 3.037,50 230,00 5.915,00 2.191,00 38.326,60 Total (kW) 178.493,95 305.243,95 22.550,50 225.324,60 53.738,40 13.519,00 798.870,40

Sumber: Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral Potensi Panas Bumi Secara keseluruhan, Indonesia mempunyai potensi panas bumi sebesar 27.140 MWe yang terdiri dari proven reserve sebesar 2.305 MWe, probable reserve sebesar 728 MWe, possible reserve sebesar 10.027 MWe, hypothetical resource sebesar 4.613 MWe dan speculative resource sebesar 9.467 MWe sebagaimana yang terlihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Potensi Panasbumi IndonesiaProvinsi Sumatera Jawa Sulawesi Bali, NTB, NTT Maluku, Papua Kalimantan Total Indonesia Produksi (MWe) 2 885 20 0 0 0 807 Potential Energi (MWe) Total Pot. Energi Cadangan Sumber Daya (MWe) Mungkin Terduga Hipotetis Spekulatif 15 5.413 2.444 6.455 13.158 503 2.775 1.591 2.395 10.253 110 672 325 850 1.822 0 801 353 425 1.593 0 142 117 325 584 0 0 0 050 50 728 10.027 4.613 9.467 27.140 13.060 14.080

Terbukti 389 1.837 65 14 0 0 2.305

Sumber: Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral Potensi Tenaga Matahari (Surya) Di seluruh wilayah Indonesia, tenaga matahari berpotensi untuk dimanfaatkan pada Pembangkit Listrik. Besarnya rata-rata intensitas radiasi adalah sekitar 4 kWh/m2. Hasil pengukuran intensitas radiasi di seluruh Indonesia ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3ISBN : 978-979-1165-74-7 V-88

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Intensitas Radiasi di Indonesia per PropinsiPropinsi NAD Sumatera Selatan Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Gorontalo Sulawesi Tengah Papua Bali NTB NTT Pidie Ogan Komerin Ulu Lampung Selatan Jakarta Utara Tangerang Lebak Bogor Bandung Semarang Yogyakarta Pacitan Pontianak Kabupaten Berau Kota Baru Gorontalo Donggala Jayapura Denpasar Sumbawa Ngada Lokasi Tahun Pengukuran 1980 1979-1981 1972-1979 1965- 1981 1980 1991 - 1995 1980 1980 1979-1981 1980 1980 1991-1993 1991-1995 1991 - 1995 1991-1995 1991-1994 1992-1994 1977- 1979 1991-1995 1975-1978o

Posisi Geografis 4o15 LS; 96o52 BT 3 10 LS; 104 42 BT 4o28 LS; 105o48 BT 6 11 LS; 106 05 BT 6o07 LS; 106o30 BT 6o11 LS; 106o30 BT 6 11 LS; 106 39 BT 6o56 LS; 107o38 BT 6 59 LS; 110 23 BT 7o37 LS; 110o01 BT 7 18 LS; 112 42 BT 4o36 LS; 9o11 BT 0o32 LU; 117o52 BT 3 25 LS; 114 41 BT 1o32 LU; 124o55 BT 0 57 LS; 120 0 BT 8o37 LS; 122o12 BT 8o40 LS ; 115o13 BT 9o37 LS; 120o16 BT 10o9 LS; 123o36 BTo o o o o o o o o o o o o

Intensitas Radiasi (KWh/m2) 4,097 4,951 5,234 4,187 4,324 4.446 2,558 4,149 5,488 4,500 4,300 4,552 4,172 4,573 4,911 5,512 5,720 5,263 5,747 5,117

Sumber: BPPT Potensi Tenaga Angin Indonesia mempunyai potensi tenaga angin yang cukup beragam, yaitu dari skala kecil hingga skala besar, namun hanya lokasi - lokasi tertentu saja terutama daerah pantai di Kawasan Timur Indonesia, seperti NTB, NTT, Sulawesi Selatan, serta pantai selatan pulau Jawa yang bisa dikembangkan dengan skala besar. Secara umum, kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 24 m di Indonesia mencapai sekitar 3 hingga 6 m/detik. Kecepatan angin sebesar 6 m/detik hanya terjadi Rote Kupang-NTT. Berdasarkan hasil pengukuran NREL (US Departement of Energy National Renewable Energy Laboratory) di NTT, khususnya di Sumba dan Timor pada ketinggian 30 m menunjukkan bahwa pada ketinggian tersebut kecepatan angin tertinggi di Sumba dapat mencapai 8,2 9,1 m/detik, sedangkan di Timor adalah 6,2 10,1 m/detik. Potensi Sumber ET Yang Telah Termanfaatkan Masih belum optimalnya pemanfaatan potensi ET bisa terlihat dari masih kecilnya prosentase potensi sumber ET yang telah termanfaatkan terhadap total potensi sumber ET yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, sebagaimana terlihat pada Tabel 4 berikut:

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-89

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Tabel 4 Potensi Sumber ET Yang Telah TermanfaatkanET Panas Bumi Hydro Surya Angin Biomass Biogas Unit MW MW GW MW MW MW Total 27140 75000 1200 9290 49810 680 Existing 807 4125 0.008 0.6 445 0 Prosentase 3.0 5.5 0.007 0.0065 0.9 0

Sumber: KEN

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya ratio elektrifikasi di Indonesia menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan energi listrik nasional. Peningkatan kebutuhan energi listrik harus diimbangi dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik. Selama kurun waktu 2005-2025 untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang diasumsikan meningkat sebesar 8,3% per tahun, dibutuhkan tambahan total kapasitas listrik di Indonesia sebesar 134,38 GW (87,06 GW di Jawa, 24,97 GW di Sumatera, 10,95 GW di Kalimantan, dan 11,4 GW di Pulau Lain), dari total penambahan kapasitas pembangkit listrik tersebut, diperlukan pemanfaatan ET secara optimal guna mengurangi penggunaan BBM sesuai dengan KEN. Sampai dengan tahun 2005 komposisi energi primer yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik adalah seperti terlihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Komposisi Energi Primer yang Digunakan Sebagai Bahan Bakar Pembangkit ListrikKapasitas Pembangkit per jenis bahan bakar MW % 18.182,2 63.8 1.365,4 4.8 4095 14.4 3.221 11.3 1.090 3.8 445 1.6 BBM Gas Batubara Hydro P. Bumi Biomassa ET Lainn ya 98 0.3 28.496,6 100 Total

Sumber: KEN

Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Dalam perhitungan proyeksi kebutuhan energi listrik, pendekatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk dengan mempertimbangkan perubahan - perubahan faktor - faktor sosial, ekonomi, dan teknologi yang dapat mempengaruhi tingkat pemakaian energi listrik. Pada dasarnya dalam memperkirakan kebutuhan energi listrik digunakan persamaan 1 di bawah.

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-90

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

EDt = [ED/DF]t=0 * ImpRt * DFt .... (1) Keterangan : EDt = [ED/DF]t=0 = ImpRt = DFt = Kebutuhan energi listrik pada tahun t Intensitas energi listrik pada tahun dasar Koefisien dari perbaikan intensitas energi listrik Faktor penggerak pada tahun t, parameter penggerak kebutuhan energi listrik

Berdasarkan analisa proyeksi kebutuhan energi listrik di atas, dapat diperkiraan besarnya kebutuhan energi listrik sampai dengan tahun 2025 seperti ditunjukkan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Perencanaan Besarnya Kebutuhan Energi ListrikURAIAN KEBUTUHAN PERTUMBUHAN PRODUKSI BEBAN PUNCAK KAPASITAS TERPASANG (EXISTING) DAYA YANG DIBUTUHKAN DAYA YANG DIBUTUHKAN PERTAHUN GWH % GWH MW MW MW MW 2006 114989 7,3 132026 20128 21929 11881 516 2009 141737 7,2 162730 24826 24485 11619 3392 2010 151762 7,1 173932 26512 17812 32419 -262 2015 213225 7,0 242204 36874 15570 41437 4164 2017 243834 6,9 275039 41837 14819 46198 5170 2018 260712 6,9 294065 44773 14044 53774 4761 2020 298136 6,9 335608 51130 11618 83629 4481 2025 419723 7,2 468862 71637 26893 516 6724

Sumber : RUKN DJLPE Indikator Indikator Perencanaan Pengembangan ET Dalam perencanaan pengembangan ET untuk pembangkit tenaga listrik perlu memperhatikan beberapa indikatorindikator perencanaan pengembangan ET, antara lain : Pertumbuhan ekonomi ratarata diasumsikan sebesar 6,4%/thn; Ratio elektrifikasi sebesar 97,3% pada tahun 2018 dan mencapai 100% pada tahun 2020; Kebutuhan tenaga listrik tumbuh rata-rata sebesar 7%/thn, dimana kebutuhan tahun 2010 sebesar 151.762 GWh dan mencapai 419.723 GWh pada tahun 2025; Porsi BBM terhadap terhadap total sebesar 15% pada tahun 2010 dan turun mencapai 6,9% pada tahun 2025. Berdasarkan indikator-indikator perencanaan pengembangan ET, serta perencanaan DJLPE, dapat diperkiraan besarnya tambahan kapasitas pembangkit dengan pemanfaatan ET di Indonesia dan perkiraan besarnya biaya investasi pemanfaatan ET untuk pembangkit tenaga listrik sampai dengan tahun 2025 seperti ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah.

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-91

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Tabel 7 Prakiraan Pemanfaatan ET Untuk Menambah Kapasitas Pembangkit Listrik (GW)Pembangkit Listrik Minihidro PLTP PLTA PLTS PLTB Total 2006 0 0,11 0 0 0 0,11 2009 0,17 0,24 0 0 0 0,41 2010 0 0,28 0,2 0,02 0 0,50 2015 0 0,05 0,09 0,03 0 0,17 2017 0,09 0,23 0,1 0,04 0,02 0,48 2018 0,11 0,53 0,15 0,04 0,02 1,20 2020 0 0,98 0,1 0,04 0,02 5,10 2025 0 2 0,15 0,1 0,02 2,27

Sumber: Perencanaan DJLPE Peningkatan kapasitas terbesar terjadi pada PLTP yang diikuti oleh PLTA, sedangkan pembangkit listrik tenaga angin dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga surya masih belum banyak dimanfaatkan. Tabel 8 Prakiraan Biaya Investasi Pemanfaatan ET Untuk Pembangkit Listrik (Juta US$)Pembangkit Listrik Minihidro PLTP PLTA PLTS PLTB Total 2006 0 131.04 0 0 5.96 137.00 2009 811.62 293.51 0 0 5.96 1111.09 2010 0 327.64 434.93 112.58 5.96 881.11 2015 0 64.59 180.98 108.22 10.52 364.49 2017 447.02 270.48 198.15 135.11 78.88 1129.64 2018 527.41 631.19 287.9 135.44 78.88 1660.82 2020 0 1159.78 197.97 135.7 84.13 1577.58 2025 0 2377.63 268.5 293.02 84.83 3023.28

Sumber: Perencanaan DJLPE Perencanaan Penyebaran Pemanfaatan ET Lokal Untuk Pembangkit Tenaga Listrik Upaya pemanfaatan ET lokal untuk menambah kapasitas pembangkit sebagai upaya optimasi pemanfaatan ET lokal dalam mencapai SEMN ditunjukkan dalam Tabel 9, 10, 11, dan 12. Tabel 9. Perencanaan Pemanfaatan ET Lokal Pada Daerah Jawa-Bali dan SumateraJawa Bali PLTA P. S. Upper PLTA P. S. Upper PLTP Kamojang 5 PLTP Cibuni PLTP Kamojang 4 PLTP Wayang Windu PLTP Dieng PLTP Dieng PLTP Drajat 3 PLTP Patuha PLTP Patuha PLTP Bedugul Subtotal Kapasitas 500 MW 500 MW 60 MW 10 MW 60 MW 110 MW 60 MW 60 MW 110 MW 60 MW 110 MW 10 MW 1660 MW Tahun 2012 2013 2010 2007 2006 2007 2007 2008 2007 2006 2009 2007 Status Plan Plan Plan Plan Committed Committed Committed Committed Committed Committed Committed Committed Sumatera PLTA Renun PLTA Musi PLTA Asahan III PLTA Peusangan 1,2 PLTA Asahan I PLTA Merangin PLTP Lumut Balai PLTP Sarulla PLTP Sarulla Subtotal Sumatera Tersebar PLTM Mangani PLTM Telun Berasap Subtotal Kapasitas 20 MW 3 x 70 154 MW 2 x 43 180 MW 350 MW 110 MW 110 MW 55 MW 1275 MW 1.2 MW 8 MW 9.2 MW Tahun 2005 2006 2011 2012 2010 2013 2012 2009 2010 Status On On Committ Plan Committ Plan Plan Plan Plan

2007 2007

Plan Plan

Sumber: Perencanaan PT. PLN (Persero)

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-92

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Tabel 10 Perencanaan Pemanfaatan ET Lokal Pada Daerah Kalimantan dan SulawesiKalimantan PLTP Kusan Subtotal Kalimantan PLTM Merasap PLTM Muara PLTM Puruk Cahu PLTM Gendang Subtotal Kapasitas 2 x 65 130 MW 1.5 MW 0.6 MW 0.4 MW 0.4 MW 2.9 MW Tahun 2011 Status Plan Sulawesi Minahasa PLTP Lahendong PLTP Lahendong PLTA Poigar-2 PLTA Sawangan PLTA Bone Subtotal Makasar PLTA Bili-bili PLTA Malea PLTA Poko PLTA Bonto Batu Subtotal Kapasitas 20 MW 20 MW 30 MW 19 MW 17 MW 106 MW 20 MW 182 MW 234 MW 100 MW 536 MW Tahun 2007 2008 2008 2013 2013 Status Committ Committ Committ Plan Plan

2007 2010 2012 2013

Committed Plan Plan Plan

2006 2012 2014 2015

On Plan Plan Plan

Sumber: Perencanaan PT. PLN (Persero) Tabel 11 Perencanaan Pemanfaatan ET Lokal Pada Daerah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua TersebarNusa Tenggara PLTM Ndungga PLTM Sintong PLTP Ulumbu PLTP Mataloko PLTP Sembalun PLTA Brangbeh Subtotal Maluku dan Papua PLTA Isal PLTA Isal PLTA Warsamson Subtotal Kapasitas 2 x 0.95 MW 0.85 MW 2 x 3 MW 2 x 2.5 MW 10 MW 30 MW 53.75 MW 20 MW 20 MW 31 MW 71 MW Tahun 2007 2008 2007 2009 2010 2015 Status Committed Committed Committed Plan Plan Plan Maluku & Papua Tersebar PLTM Amai PLTM Kalibumi PLTM Prafi PLTM Sanoba PLTM Tatui PLTM Walesi PLTM Walesi PLTM Wamena PLTM Kombemur PLTM Serui PLTM Wamena PLTM Wamena PLTM Wanggar PLTP Tuteh Sub Total Kapasitas 1.1 MW 0.9 MW 1.6 MW 0.3 MW 1.2 MW 0.3 MW 0.3 MW 2 x 0.5 2.0 MW 0.8 MW 2.6 MW 2.6 MW 7.5 MW 2 x 5 MW 32.2 MW Tahun 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2008 2007 2009 2010 2010 2014 2015 2010 Status Plan Committe Committe Plan Committe On going On going Plan Plan Committe Plan Plan Plan Plan

2013 2015 2014

Plan Plan Plan

Sumber: Perencanaan PT. PLN (Persero)

Tantangan Dalam Pengembangan ET Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan ET sampai saat ini : Penyebaran penduduk yang tidak merata (dimana 80% penduduk Indonesia tinggal di Jawa Bali sedangkan sumber energi primer mayoritas berada di luar Jawa Bali); Penggunaan energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik masih mengandalkan BBM (cadangan batubara dibeberapa daerah cukup melimpah, namun penyediaan tenaga listrik didominasi PLTD); dan Keterbatasan dana investasi pemerintah di sektor ketenagalistrikan (diperlukan untuk membangun tambahan pembangkit, sarana transmisi dan distribusi). Untuk bisa mengatasi tantangan tersebut dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap BBM, kebijakan pengembangan pembangkit listrik jenis ET diarahkan melalui regulasi dan pemberian insentif

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-93

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

yang dapat menjadikan biaya pembangkitan listrik dengan menggunakan ET mampu bersaing dengan jenis energi yang telah komersial; Penetapan harga energi seyogyanya ditetapkan sesuai dengan nilai keekonomiannya; Pembangunan infrastruktur energi disesuaikan dengan milestone dari setiap sektor energi bersangkutan; dan Melakukan konservasi energi diberbagai sektor mulai dari hulu sampai hilir.

Hasil Komposisi Energi Primer Berdasarkan Skenenario Energi Mix Nasional Komposisi energi primer pada pembangkit listrik berdasarkan skenario energi mix nasional pada tahun 2010, 2015, 2020 hingga tahun 2025 ditunjukan pada Tabel 12 sebagaimana berikut.

Tabel 12 Komposisi Energi Primer yang Digunakan Sebagai Bahan Bakar PembangkitPembangkit 2010 2015 2020 2025

Batubara Air Gas Panas bumi BBM Uranium

39.9% 5.7% 34.0% 5.4% 15.0% 0.0%

44.2% 5.8% 34.2% 4.6% 11.1% 0.0%

52.5% 3.8% 29.1% 3.2% 7.1% 4.5%

51.3% 3.8% 27.1% 3.7% 6.9% 7.1%

Sumber: KEN

4. KESIMPULAN 1. Pembangkit listrik di Indonesia sampai dengan saat ini masih didominasi dengan pembangkit listrik energi fosil : ETT - BBM - Gas MW) - Batubara : 14,4% (4.095 MW) : 63,8% (18.182,20 MW) : 4,8% (1.365 MW) ET - Air - Panas Bumi : 11,3% (3.221 MW) : 3,8% (1.090

2. Pembangkit listrik di Indonesia sampai dengan tahun 2025 berdasarkan skenario energi mix nasional terjadi penurunan tingkat pemakaian BBM : ETT - BBM - Gas - Batubara : 6,9% ET - Air - Panas Bumi : 3,8% : 3,7%

: 27,1% : 51,3%

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-94

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

3. Untuk lebih meningkatkan pemanfaatan ET, khususnya ET lokal, perlu peran pemerintah yang lebih dominann melalui regulasi dan pemberian insentif yang dapat menjadikan biaya pembangkitan listrik dengan menggunakan ET mampu bersaing dengan jenis energi yang telah komersial.

UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih kepada Ir. Agus R. Utomo, M.T. dan rekan - rekan mahasiswa pasca sarjana DTE-FTUI, atas segala diskusi dalam penyusunan makalah ini;

DAFTAR PUSTAKA BPPT, Energy Demand Forecast for the Period 2002 up to 2025 Using MAED Model.Jakarta. DJLPE, Kepmen Rencana Umum Katenagalistrikan Nasional (RUKN) 2005-2025. Oktober 2005. PLN, Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Indonesia 2005-2014. September 2005. Sekretariat Kabinet, Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang KEN, Januari 2006. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Statistik Ketenagalistrikan dan Energi Tahun 2003 dan 2004. 2005.

ISBN : 978-979-1165-74-7

V-95