53
BAB II OKSIGENASI A. Fisiologi Pernapasan Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Pernafasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru-paru. Otot-oto pernafasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting dalam ventilasi, perfusi, dan difusi. a. Ventilasi : merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar par-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi oto paru dan toraks yang elastic dan persarafan yang utuh. Oto pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi olhe saraf frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat. Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan. Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon terhadap Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 3

5. BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5. BAB II

BAB II

OKSIGENASI

A. Fisiologi Pernapasan

Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia yang melibatkan

oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara di

lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi,

perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006).

Pernafasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan

fungsi paru-paru. Otot-oto pernafasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting dalam

ventilasi, perfusi, dan difusi.

a. Ventilasi : merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar par-

paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi oto paru dan toraks yang elastic dan

persarafan yang utuh. Oto pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma

dipersarafi olhe saraf frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal

keempat.

Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru

berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan

nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon

terhadap peningkatan tekanan intraalveolar. Kompliansi menurun pada penyakit, seperti

edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau

congenital seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi

di paru oleh sel tipe dua alveolar yang mempertahankan tegangan permukaan alveolar dan

mecegahnya dari kolaps. Tahanan jalan nafas merupakan perbedaan tekanan antara

mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan

nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas

kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah

udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif

normal yang bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot

atau tidak sama sekali. Recoil elastic dihasilkan oleh serabut elastic di jaringan paru dan

oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melapisi alveoli. Klien yang mengalami

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 3

Page 2: 5. BAB II

penyakit pulmonary obstruksi kronis lanjut akan kehilangan recoil elastic paru dan

thoraks. Akibatnya kerja nafas klien meningkat.

Otot bantu nafas dapat meningkatkan volume paru selama inspirasi. Klien yang

mengalami penyakit pulmonary obstruksi kronis sering menggunakan oto ini untuk

meningkatkan volume paru. Selama pengkajian perawat dapat mengobservasi peningkatan

klavikula klien selama respirasi. Kompliansi yang meningkat, tahanan jalan nafas yang

meningkat, ekspirasi yang aktif, atau penggunaan oto bantu nafas meningkatkan kerja

pernafasan, ,menyebabkan penggunaan energy meningkat. Untuk memenuhi penggunaan

energy ini, tubuh meningkat kecepatan mentabolismenya dan kebutuhan akan oksigem,

sama seperti eliminasi karbondioksida. Rangkaian ini merupakan siklus sebab akibat pada

klien yang mengalami kerusakan ventilasi.

VOLUME PARU

Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer mengukur

volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru

dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau

kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot

bantu pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.

TEKANAN PARU

Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan

intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada

permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura

harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli.

b. Perfusi : fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dan dari

membrane kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi

pulmonary merupakan suatu reservoar untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan

volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang

besar. Sirkulasi pulmonary juga berfungsi sebagai suatu filter yang menyaring

thrombus kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital.

Sirkulasi pulmonary dimulai pada arteri pulmonary yang menerima darah vena yang

membawa campuran oksigen dari ventrikel kanan. Aliran darah yang melalui system ini

bergantung pada kemampuan pompa ventrikel kanan, yang mengeluarkan darah sekitar 4-

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 4

Page 3: 5. BAB II

6 l/menit. Darah mengalir dari arteri pulmonary melalui arteriol pulmonary ke kapiler

pulmonary tempat darah kontak dengan membrane kapiler-alveolar dan berlangsung

pertukaran gas pernafasan. Darah yang kaya oksigen kemudia bersirkulasi melalui venula

pulmonary dan vena pulmonary kembali ke atrium kiri. Tekanan dalam system sirkulasi

pulmonary adalah rendah jika dibandingkan dengan tekanan dalam system sirkulasi

sistemik. Tekanan arteri sistolik pulmonary yang normal antara 20-30mmHg, tekanan

diastolic kurang dari 12 mmHg dan tekanan rata-rata kurang dari 20 mmHg. Dinding

pembuluh darah pulmonary lebih tipis daripada dinding pembuluh darah di dalam

sirkulasi sistemik dan berisi lebih sedikit oto halus karena tekanan dan tahanan yang

rendah. Paru-paru menerima curah jantung total dari ventrikel kanan dan tidak

meneruskan aliran darah dari sati daerah ke daerah lain kecuali kasus hipoksia alveolar.

c. Difusi : gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih

tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di

membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan

membrane. Peningkatan ketebalan tersebut membuat gas lebih lama untuk melewati

membrane tersebut. Daerah permukaan membrane dapat mengalami perubahan

sebagai akibat suatu penyakit kronis. Apabila alveoli berfungsi lebih sedikit , maka

daerah permukaan menjadi berkurang.

System transportasi oksigen terdiri dari system paru dan system kardiovaskular. Proses

penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),

aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa

oksigen. Kapasitas darah tersebut dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam

plasma, jumlah hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen dalam

plasma relative kecil hanya sekitar 3 %. Sebagian besar oksigen ditransportasikan oleh

hemoglobin yang berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida. Molekul

hemoglobin akan bercampur dengan oksigen menjadi oksihemoglobin. Pembentukan

oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel) sehingga memungkinkan hemoglobin

dan oksigem berpisah, membuat oksigen menjadi bebas, sehingga oksigen ini bisa masuk

ke dalam jaringan.

Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit dan dengan cepat dihidrasi menjadi asam

karbonat H2CO3 akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudia berpisah

menjadi ion hydrogen H+ dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hydrogen dibufer oleh

hemoglobin dan HCO3- berdifusi ke dalam plasma. Selain itu beberapa karbondioksida

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 5

Page 4: 5. BAB II

yang ada dalam eritrosit bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa karbamino.

Reaksi ini dapat terjadi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang

(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbondioksida lebih mudah daripada

oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentransportasikan sebagian besar

karbondioksida.

KAPASITAS DAN VOLUME PARU

Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem

pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat

diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.

1. Volume Paru

Volume paru akan berubah-ubah saat pernapasan berlangsung. Saat inspirasi akan

mengembang dan saat ekspirasi akan mengempis. Pada keadaan normal, pernapasan

terjadi secara pasif dan berlangsung tanpa disadari

Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :

a. Volume tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara paru yang masuk dan

keluar paru pada pernapasan biasa. Besarnya TV pada orang dewasa sekitar 500 ml.

b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume udara

yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inpirasi biasa, besarnya IRV pada

orang dewasa adalah sekitar 3100 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV), adalah volume

udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya

ERV pada orang dewasa sekitar 1000-1200 ml.

d. Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa didalam paru

sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1100ml. TV, IRV, ERV dapat langsung diukur

dengan spirometer, sedangkan RV = TLC – VC

2. Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau

paru-paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke

dalam paru ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan.

Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin

banyak. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru adalah :

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 6

Page 5: 5. BAB II

a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC), adalah volume udara yang masuk

paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah volume tidal (IC = IRV + TV).

b. Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC), volume udara yang dapat dikeluarkan

melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal

(sekitar 4000ml). Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan

ditambah volume tidal (VC = IRV + ERV + TV).

c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capasity = TLC), adalah kapasitas vital ditambah

volume sisa (TLC = VC + RV atau TLC = IC + ERV + RV).

d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capasity = FRC ), adalah volume

ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC = ERV + RV).

B. Definisi Oksigenasi

a) Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan

dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh

mempertahankan hidup dan aktivitas nberbagai organ atau sel.(Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2009.)

b) Oksigenasi adalah salah satu komponen

gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan

hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara

menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh

sistem respirasi kardioaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah, Tarwoto.2003).

c) Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis

yang paling penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk

bertahan hidup. Oksigen harus secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-

paru, pembuluh darah, dan jaringan. Pada beberapa titik dalam kehidupannya, klien

berisiko untuk tidak memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Kebutuhan tersebut

mungkin kronik, seperti pada penyakit emfisema. Keadaan demikian dapat terpenuhi

kebutuhannya dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula atau masker,

fisioterapi dada, dan cara pengeluaran sputum. Tujuan pemberian oksigenasi adalah

mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan untuk menurunkan kerja paru-

paru dan jantung.(Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik:2005.vol.1,hlm.613)

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 7

Page 6: 5. BAB II

C. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenisasi dan

Proses Oksigenasi

Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan

keadaan hematologi.

a. Sistem respirasi (pernapasan)

Sistem pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu ParuParu-paru dan

Sebuah pompa ventilasi yg terdiri dari atas dinding dada, otot-otot pernafasan,

ototdiafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.Pada

keadaan istirahat frekuensi pernafasan antara 12-15 kali/mnt.

Bernafas atau pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu

dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang

(ekspirasi).

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1) Ventilasi

Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru

atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada

perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,

dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan

ekspirasi merupakan gerakan pasif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

Tekanan udara atmosfir

Jalan nafas yang bersih

Pengembangan paru yang adekuat

2) Difusi

Difusi adalah pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus

dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang

bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang

lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan

pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran

respirasi.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 8

Page 7: 5. BAB II

Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi

membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien

tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar

40 mmHg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

Luas permukaan paru

Tebal membran respirasi

Jumlah darah

Keadaan/jumlah kapiler darah

Afinitas

Waktu adanya udara di alveoli

3) Transpor

Tranpor adalah pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan

sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.Oksigen perlu

ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus

ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %

oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa

ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam

cairan plasma dan sel-sel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

Curah jantung (cardiac Output / CO)

Jumlah sel darah merah

Hematokrit darah

Latihan (exercise)

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 9

Page 8: 5. BAB II

b. Sistem Kardiovaskuler

Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung

utk memompa darah sebagai transpor oksigen.Darah masuk ke atrium kiri dari vena

pulmonaris.Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.

Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik Melalui arteri,

arteriol dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yg kemudian dialirkan ke

jantung melalui atrium kanan.Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan

melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup

pulmonalis kmd dialirkan ke paru2 kanan dan kiri utk berdifusi.

Darah mengalir di dlm vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi

scr sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada

kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida.

c. Hematologi

Oksigen membutuhkan transpor dari paru2 ke jaringan dan karbon dioksida dari

jaringan ke paru2.sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yg telah berikatan

dgn hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma.

D. Faktor Yang Mempengeruhi Oksigenasi

1. Fisiologis

Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 10

Page 9: 5. BAB II

Proses Pengaruh Pada Oksigenasi

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggiMenurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena

konsentasi oksigen atmosfer yang lebih rendah.

DemamMeningkatkan frekuensi metabolism dan kebutuhan

oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan

dinding dada (kerusakan

muskulo)

Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan diameter

anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan

volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :

- Kehamilan

- Obesitas

- Kelainan musculoskeletal

- Konfigurasi structural yang abnormal

- Trauma

- Penyakit otot

- Penyakit system persarafan

- Perubahan system saraf pusat

- Pengaruh penyakit kronis.

2. Perkembangan

a. Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga

disebabkan defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan

berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ke tujuh dan

demikian bayi preterm tidak memiliki surfaktan.

b. Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) hasil

pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu, selama

proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang

memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.

ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.

c. Anak usia sekolah dan remaja : mengisap rokok dan asap rokok.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 11

Page 10: 5. BAB II

d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan : factor risiko nya berupa diet yang tidak

sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok.

e. Lansia : plak arteriosklerosis sehingga tekanan darah sistemik meningkat,

kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia berhubungan dengan

osteoporosis, dan kalfisifikasi tulang rawan kosta, otot otot pernafasan melemah dan

sirkulasi pembuluh darah menjadi kurang dapat berdistensi, jumlah silia fungsional

menurun.

3. Perilaku

- Nutrisi : obesitas menyebabkan penurunan ekspansi paru, meningkatkan kebutuhan

oksigen karena metabolism, berisiko anemia.

- Latihan fisik : meningkatkan aktivitas metabolism dan kebutuhan oksigen. Individu

yang melakuka latihan fisik 3-4 kali dakam satu minggu selama 20-40 minggu

memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah.

- Merokok : dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit

paru obstrukti kronis, dan kanker paru.

- Penyalahgunaan substansi : kadang kala memiliki asupan nutrisi yang buruk akibat

penggunaan alcohol dan obat-obatan dan dapat mendepresi pernafasan, menurunkan

frekuensi dam kedalaman pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.

4. Lingkungan

- Daerah perkotaan (polutan berupa debu)

- Ansietas : akan meningkatkan laju metabolism tubuh dan kebutuhan akan oksigen.

Tubuh berespon terhadap ansietas akan meningkatkan frekuensi dan kedalaman

pernafasan.

5. Faktor Emosi

Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap emosi seperti takut,

cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh impuls dari

pusat yang lebih tinggi di otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat

cardiac (Penghambat dan pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan penggerak pusat

tersebut membawa impuls ke para sympatis nerves dan sympatis yang kemudian

mengirim impuls ke jantung. 

6. Faktor Kesehatan

Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam

sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hypoxemia, karena

hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 12

Page 11: 5. BAB II

7. Faktor Latihan

Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam

tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal

ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain kimiawi,

neural dan perubahan.

8. Faktor Gaya hidup

Penting untuk mengkaji gaya hidup seseorang khususnya kebutuhan oksigen. Data

menunjukkan bahwa merokok dan penghisapan udara berpolusi dapat memberikan

indikasi atau gambaran keadaan paru seseorang.

E. Mekanisme dan Jenis Pernafasan

Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke dalam

bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan udara.

Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau inhalasi

dan ekspirasi atau ekshalasi. 5

1. Inspirasi

Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma dan

musculus intercostalis externus kontraksi (Gambar 7). Dalam keadaan yang santai,

diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar

(menurun). musculus intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke

atas dan ke luar. Setelah kontraksi diafragma dan musculus intercostalis externus,

volume rongga dada akan lebih besar daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya

volume toraks, memperluas paru-paru. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut

tekanan intrapulmonari) menurun, menciptakan vakum parsial. Dengan kata lain,

tekanan alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar paru-

paru), dan udara secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran pernapasan dan

masuk ke alveoli.

Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena telah

membuka; udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa

terkadang dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif. Pembentukan

vakum parsial dalam alveoli menyebabkan udara masuk paru-paru. Sementara inspirasi

adalah fase aktif bernapas, aliran udara aktual ke alveoli bersifat pasif.

Inspirasi

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 13

Page 12: 5. BAB II

1. Impuls saraf perjalanan pada saraf frenikus untuk serat otot di diafragma, dan

diafragma kontraksi

2. Diafragma bergerak ke bawah berbentuk kubah, rongga dada mengembang

3. Pada saat yang sama, musculus intercostalis externus kontraksi, meningkatkan

dan memperluas rusuk torakalis sehingga rongga lebih luas.

4. Penurunan tekanan intra-alveolar.

5. Tekanan atmosfer yang lebih besar di luar, membuat udara masuk ke saluran

pernapasan menuju alveoli.

6. Paru-paru terisi oleh udara.

Inspirasi

Gambar 7

2. Ekspirasi

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 14

Page 13: 5. BAB II

Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan tidak ada upaya dibutuhkan

untuk mewujudkannya. Selama ekspirasik, diafragma dan otot-otot interkostal

relaksasi. Oleh karena itu, diafragma membentuk kubah dan tulang rusuk bergerak ke

bawah (Gambar 8). Saat volume rongga toraks berkurang, paru-paru bebas untuk

mundur. Sekarang tekanan udara dalam alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di

atas tekanan atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh .

Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan

juga, sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini

cenderung membuat alveoli tetap terbuka. Pentingnya tekanan intrapleural dikurangi

ditunjukkan saat kecelakaan, yaitu udara memasuki ruang intrapleural.

Sementara inspirasi adalah fase aktif pernapasan, ekspirasi biasanya pasif yaitu,

diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi saat berakhir. Namun, ketika

bernapas lebih dalam dan / atau lebih cepat, berakhirnya juga dapat aktif. Kontraksi

musculus intercostalis internus dapat memaksa tulang rusuk bergerak ke bawah dan ke

dalam.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 15

Page 14: 5. BAB II

Ekspirasi

Ekspirasi 5

1. Diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi.

2. Jaringan elastis paru-paru dan toraks kandang, yang yang membentang

selama inspirasi, tiba-tiba mengerut, dan tegangan permukaan dinding

alveolar menurun

3. Jaringan sekitar paru-paru meningkatkan tekanan intra-alveolar.

4. Udara keluar dari paru-paru.

Jenis Pernapasan

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang

rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga

dada menjadi kecil.Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon

dioksida keluar.

b. Pernapasan perut

Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu :

1) Fase inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar

mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya

mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan

udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk.

2) Fase ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut

berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga

dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga

udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.

Jenis – jenis respirasi :

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 16

Page 15: 5. BAB II

1) Pernapasan Eupnoe : Pernafasan normal dan tenang.

Proses pernapasan normal terdiri dari :

- IRV (Inspiration Reserve Volume)

Jumlah udara yang masuk paru pada pernapasan normal, kurang lebih 1500 cc.

- TV (Tidal Volume)

Jumlah udara yang keluar masuk paru pada pernafasan normal 500 cc.

- ERV (Expiration Reserve Volume)

Jumlah udara yang keluar dari paru setelah ekspirasi 1000 cc

- RV (Residual Volume)

Jumlah udara yang tertinggi dalam paru setelah ekspirasi maksimum 1200 cc

2) Pernapasan Cheyne stokes : Pernafasan kadang-kadang apnoe, frekuensi pernafasan

di bawah 20x/menit.

3) Pernafasan Biot : Pernafasan yang tidak teratur ritmenya dan kadang-kadang diikuti

apnoe

4) Pernafasan Kussmaul : Pernapasan yang kadang-kadang cepat dan lambat sehingga

frekuensi tidak teratur. 

F. Mekanisme Pertukaran Gas

1. Pengangkutan O2

Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh,

melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus

selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut

deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).

Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut

dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya

akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh.

2. Pengangkutan CO2

Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam

darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara

pernapasan.

Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :

1) Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%.

2) Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%.

3) Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 17

Page 16: 5. BAB II

G. Masalah Kebutuhan Oksigenasi

a. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen

dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di

tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum,

terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi

O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi

yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

b. Perubahan Pola Pernapasan

1) Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per

menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi

emboli.

2) Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat,

kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan

peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan

narkotika atau sedatif.

3) Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah

oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai

dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada,

menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan

karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis.

Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu

berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap

pusat pernapasan menurun.

4) Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan

pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.

5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida

dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya

dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan

kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi

akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan,

tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 18

Page 17: 5. BAB II

menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat

menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2

meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf

pusat.

6) Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat

disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja

berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.

7) Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau

berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif

paru.

8) Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik

kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru

9) Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak

berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan

atelektaksis.

10) Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan

tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan

selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.

11) Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada

saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau

obstruksi laring.

c. Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada

kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang

dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,

imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti

CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat.efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.

Tanda Klinis:

a) Batuk tidak efektif atau tidak ada.

b) Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.

c) Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.

d) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

d. Pertukaran Gas

Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik

oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 19

Page 18: 5. BAB II

disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,

depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan

pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain

disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar

kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy,

dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan

CO2„ dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:

Dispnea pada usaha napas.

Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.

Agitasi.

Lelah, letargi.

Meningkatnya tahanan vaskular paru.

Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2

Sianosis.

H. Pemberian Terapi Oksigen

Di rumah sakit:

1. Cara pemberian arus rendah:

1) Kanula hidung

Adalah suatu pipa plastic lunak dengan ujung buntu yang dikaitkan ke telinga dan

di bawah leher. Dapat pipakai untuk dewasa, anak, dan bayi. Kanula dihubungkan

dengan pipa kecil dan disambung ke humidifier. Kecepatan aliran antara 2-6

L/menit. FiO2 0,28-0,4.

2) Masker

Dipergunakan bila level oksigen yang diberikan lebih tinggi dibandingkan kanula

hidung.

Terdiri dari beberapa jenis:

a. Masker simple

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 20

Page 19: 5. BAB II

Digunakan pada wajah dengan mengikatkan pita kepala plastic. Kecepatan

aliran oksigen bervariasi antara 5-10L/menit, FiO2 0,3-0,6.

b. Masker reservoir

Terdiri dari:

1. Masker rebreathing

2. Masker nonrebreathing

Kedua masker tersebut beratnya ringan, platik transparan dengan reservoir

di bawah dagu. Perbedaan kedua masker ini adalah pemakaian katup.

Reservoir umumnya menampung sampai 600 mL.

Pada masker nonrebreathing dihubungkan dengan katup/klep di antara

reservoir dan masker.

Dengan adanya klep, pada waktu ekspirasi udara dapat keluar melalui

lubang samping antara katup dan reservoir, sehingga saat inspirasi hanya

oksigen yang dihisap reservoir.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 21

Page 20: 5. BAB II

Kecepatan aliran 10-12 L/menit, FiO2 0,35-1.

2. Cara pemberian arus tinggi:

1) Venturi mask

Konsentrasi O2 terbentuk dalam masker dengan udara di dalamnya, dengan cara ini

oksigen diberikan dengan angka pasti. Alat yang digunakan nonaerosol dengan

persen tetap (24, 28, 31, 36, 40, 50%).

2) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

Sistem CPAP dengan regulator digunakan melalui sebuah flow meter menuju

masker dan diakhiri dengan sebuah alat yang dapat mengukur tekanan antara 2,5-20

cmH2O. Masker dipasang pada wajah menggunakan pengikat kepala.

Pemberian Oksigen di rumah:

Alat penghasil oksigen yang dapat digunakan di rumah adalah:

1. Silinder

Bentuk besar dengan ukuran 240-622 L, lama pemberian 2-5,5 jam bila digunakan

dengan kecepatan aliran 2 L/menit.

Digunakan pada pasien yang tidak banyak bergerak.

Harga relative murah.

Jika habis, perlu penggantian silinder.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 22

Page 21: 5. BAB II

2. Sistem Oksigen liquid

Ringan, bila digunakan dengan kecepatan aliran 2 L/menit, lama pemberiian 7 hari

dapat dibawa sambil berjalan

Harga lebih mahal, dapat diisi ulang.

3. Konsentrator

Mengambil udara ruangan.

Memiliki sistem filtrasi partikel besar, bakteri, gas non O2.

Menggunakan listrik, tidak membutuhkan isi ulang.

Keamanan

Untuk pasien :

- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan.

- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.

- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.

Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 23

Page 22: 5. BAB II

a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan

pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna

kulit, peningkatan saturasi oksigen.

b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk

menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2 dan

PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x FiO2.

c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa

hidung terhadap iritasi.

d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen

yang lain.

e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada

pasien .Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2

yang diberikan.

Resiko Terapi Oksigen

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila

oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.

Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang

sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak

alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada

bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada

manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres

substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam

mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya

mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru

(displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti

prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada

matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada

tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan

otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2

tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2

terlarut dalam darah. Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 24

Page 23: 5. BAB II

kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari :

Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan

listrik tanpa “Ground”.

I. Spirometri

Suatu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan alat  spirometer yang bertujuan 

untuk mengukur ventilasi yaitu  mengukur volume  statik  dan  volume  dinamik paru.

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume

udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk

spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah

drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam

drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang

menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang

ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang

berputar.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 25

Page 24: 5. BAB II

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 26

Page 25: 5. BAB II

Pemeriksaan Spirometri

Indikasi Spirometri

Diagnostik

Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal

Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru

Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru

Untuk menilai risiko pra-operasi

Untuk menilai prognosis

Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program

Monitoring

Untuk menilai intervensi terapeutik

Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru

Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui

Penurunan nilai evaluasi

Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 27

Page 26: 5. BAB II

Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi

Untuk menilai orang karena alasan hukum

Kesehatan masyarakat

Survei epidemiologi

Penurunan persamaan referensi

Penelitian klinis (PFT2)

Kontra Indikasi

• Absolut:  Tidak ada  

• Relatif   :  

• Kondisi  akut   yang  dapat mempengaruhi  pemeriksaan: muntah,  vertigo  

• Hemoptisis,   penumothorax  

• Pasca  bedah:   Abdomen,  thorax,   mata 

• Infark  miokard akut   dalam 1   bulan  terakhir dan   atau  angina  tidak  stabil

Caranya :

1. Pointer vitalometer disesuaikan dengan tanda nol

2. Aktivitas gagang vitalometer itu terhubung ke mulut pasien

3. Pasien diminta untuk mengeluarkan napas biasanya ke spirometer setelah inspirasi

normal melalui hidung untuk merekam volume tidal

4. Pointer disesuaikan kembali lagi ke nol.

5. The subjek diminta untuk mengeluarkan napas paksa ke spirometer pada akhir

berakhirnya normal setelah inspirasi biasa melalui hidung dan mencatat volume

cadangan ekspirasi

6. Pointer telah disesuaikan kembali lagi ke nol.

7. Pasien diminta untuk membuat inspirasi dalam melalui hidung dengan mulut di mulut,

sekarang lubang hidung ditutup dengan tangannya sendiri dan diminta untuk

mengeluarkan napas secara paksa untuk maksimum melalui mulut ke spirometer.

Kapasitas vital direkam.

8. Prosedur di atas diulang tiga kali dengan jarak 2 menit interval di antara dan nilai

tertinggi dilaporkan.7

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 28

Page 27: 5. BAB II

Spirometri

J. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi

1. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

a) Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik

maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui

hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat

pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya /

penyakitnya.

b) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada

saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya

mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).

c) Riwayat perkembangan

a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt

b. Bayi : 44 x/mnt

c. Anak : 20 - 25 x/mnt

d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 29

Page 28: 5. BAB II

e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

d) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /

penyakit yang sama.

e) Riwayat social

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,

pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

f) Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya.

b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup.

c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.

d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy.

g) Riwayat spiritual

h) Pemeriksaan fisik

a. Hidung dan sinus

Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,

eksudat, darah), kesimetrisan hidung.

Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.

b. Faring

Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak.

c. Trakhea

Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada

bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping

sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

d. Thoraks

Inspeksi :

Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis

klavikulanya menjadi elevasi ke atas.

Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk

bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter

tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior

dan tranversal adalah 1 : 2 Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :

Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal

sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 30

Page 29: 5. BAB II

depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan

dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter

antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-

posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan tulang

belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung

melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke

depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang

belakang ke salah satu sisi.

Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah

pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24

x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau

tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt,

atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16

x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji

volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara

dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang

ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang

ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan

apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai

dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan

yang ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama

pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien

mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian

menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu

pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan

yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.

Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas

yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu

kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri. Perlu juga

dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur

yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu

bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing

yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak

atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi

napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 31

Page 30: 5. BAB II

batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk

yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan

keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.

Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah

takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu

denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.

Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri

yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu

keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu

suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu

berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal

atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa

membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb,

ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat

kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.

Palpasi :

Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,

peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus

Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem

bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih

terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih

besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif

Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas. Tanda-

tandanya :

Bunyi napas yang abnormal.

Batuk produktif atau non produktif.

Cianosis.

Dispnea.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 32

Page 31: 5. BAB II

Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :

Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi.

Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).

Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada.

Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan.

Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.

Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit

untuk di expektoran.

Immobilisasi.

Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi.

2) Pola napas tidak efektif

Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak

akuat. Tanda-tandanya :

Dispnea.

Peningkatan kecepatan pernapasan.

Napas dangkal atau lambat.

Retraksi dada.

Pembesaran jari (clubbing finger).

Pernapasan melalui mulut.

Penambahan diameter antero-posterior.

Cianosis, flail chest, ortopnea.

Vomitus.

Ekspansi paru tidak simetris.

Kemungkinan faktor penyebab :

Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri.

Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat

anasthesi.

Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan

kolaps paru.

CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli.

Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.

Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan

spasme bronchial atau oedema.

Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 33

Page 32: 5. BAB II

3) Gangguan pertukaran gas

Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis

respiratori.

4) Penurunan kardiak output

Tanda-tandanya :

Kardiak aritmia.

Tekanan darah bervariasi.

Takikhardia atau bradikhardia.

Cianosis atau pucat.

Kelemahan, vatigue.

Distensi vena jugularis.

Output urine berkurang.

Oedema.

Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

Kemungkinan penyebab :

Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung.

Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan

reaksi kegagalan jantung.

Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.

Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah.

3. Intervensi Keperawatan

a) Mempertahankan terbukanya jalan napas

Pemasangan jalan napas buatan

Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang

dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari

lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi

Rute pemasangan :

Orotrakheal : mulut dan trachea.

Nasotrakheal : hidung dan trachea.

Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang

diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3.

Intubasi endotrakheal.

Latihan napas dalam dan batuk efektif

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 34

Page 33: 5. BAB II

Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi

Cara kerja :

Pasien dalam posisi duduk atau baring.

Letakkan tangan di atas dada.

Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang.

Tahan napas untuk beberapa detik.

Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi.

Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali.

Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu

keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara.

Ulangi sesuai kemampuan pasien.

Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada

daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk,

untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri.

Posisi yang baik

Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru

maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma.

Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan

posisi, ambulasi dan latihan

Pengisapan lendir (suctioning)

Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan

napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal

atau trakheostomi tube.

Pemberian obat bronchodilator

Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa

bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan

pertukaran udara.

Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi

atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

b) Mobilisasi sekresi paru

Hidrasi

Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien

mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas

kemampuan/cadangan jantung.

Humidifikasi

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 35

Page 34: 5. BAB II

Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

Postural drainage

Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di

dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam

bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap

sekresinya.

Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur atau istirahat.

Tekniknya :

Sebelum postural drainage, lakukan :

Nebulisasi untuk mengalirkan secret.

Perkusi sekitar 1 - 2 menit.

Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.

Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

c) Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru

Latihan napas

Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui

peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui

pengontrolan pernapasan

Jenis latihan napas :

Pernapasan diafragma.

Pursed lips breathing.

Pernapasan sisi iga bawah.

Pernapasan iga dan lower back.

Pernapasan segmental.

Pemasangan ventilasi mekanik

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran /

penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat

mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.

Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

Pemasangan chest tube dan chest drainage

Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur

thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui

pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 36

Page 35: 5. BAB II

Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open

pneumothoraks, flail chest.

Tujuannya :

Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau

rongga thoraks dan rongga mediastinum.

Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal

kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis

dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.

Tipenya :

The single bottle water seal system.

The two bottle water.

The three bottle water.

d) Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia.

Dengan pemberian O2 dapat melalui :

Nasal canule

Bronkhopharingeal khateter

Simple mask

Aerosol mask / trakheostomy collars

ETT (endo trakheal tube)

e) Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output

Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :

Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas.

Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke

hidung.

Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi

buatan.

Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :

Health promotion

Ventilasi yang memadai

Hindari rokok

Pelindung / masker saat bekerja

Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)

Pakaian yang nyaman

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 37

Page 36: 5. BAB II

Health restoration and maintenance

Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan secret.

Teknik batuk dan postural drainage.

Suctioning.

Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,

significant other.

Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang

bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang

sesuai, ROM.

Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian

tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas,

atur posisi.

Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan

makanan yang mudah dikunyah dan dicerna.

Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan

ajarkan latihan.

Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip

medikal asepsis.

Terapi O2.

Terapi ventilasi.

Drainage dada.

4. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi

Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai

tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.

Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 38