1
Belum Bagikan Almamater, Fakultas Berdalih Sulit Cari Penjahit Editorial Berita Utama W ARTA Diamma Edisi #5 | Oktober/2012 Dilarang Mencabut/ Merusak, Dibuat dengan Uang Mahasiswa Progresif Mengukir Perubahan P enyebab keterlambatan pembagian jaket almamater kepada mahasiswa yang berdomisili di kampus I Hanglekir yakni FISIP, FE, dan FKG, disinyalir karena minimnya dana yang dianggarkan oleh pihak yayasan. Akibatnya terjadi tarik ulur dalam pengadaan almamater dari jaket ke model baru yang berbentuk jas antara fakultas dan yayasan. Paiman Raharjo Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan FISIP menuturkan, untuk sebuah perubahan yang baik ini (Almamater Baru-Red) mahasiswa baru tidak dikenakan tambahan biaya sepeser pun dan semua ditanggung oleh pihak yayasan. Sayangnya, yang menjadi kendala pembuatan jas almamater ini adalah estimasi dana dari pihak fakultas ke yayasan. Paiman membeberkan, sebelumnya fakultas telah memberikan estimasi dana sebesar Rp. 200.000,- untuk pembuatan satu jas almamater dan pembuatan sebuah almamater dengan model jas itu dinilai sudah sangat murah, karena mengingat harga pembuatan sebuah jas biasanya lebih dari itu. Setelah estimasi sebesar Rp.200.000 itu disepakati, pihak Fikom mengajukan anggaran yang lebih murah, Rp. 190.000,- untuk satu jas almamater. Hingga akhirnya estimasi dana yang diajukan pihak Fikom lah yang kemudian digunakan oleh semua fakultas. Sebelumnya, biaya jaket almamater yang lama sekitar Rp. 90.000/almamater. Tapi minimnya anggaran yang baru disetujui pada Oktober serta membengkaknya biaya produksi sebesar Rp. 100.000, membuat beberapa fakultas kelimpungan dalam mencari penjahit. Terlebih untuk Fakultas Ekonomi yang jumlah mahasiswanya relatif sedikit. Untuk FE, menurut Agung Setyo Hadhi Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan menjelaskan bahwa tingkat kesadaran mahasiswa tentang pentingnya jas almamater turut menjadi penghalang sendiri. Berbagai sosialisasi dan himbauan telah dilakukan pihak fakultas agar mahasiswa melakukan pengukuran jas almamater. Namun, hingga reporter Diamma menemuinya pada Selasa (23/10) lalu, Agung mengatakan bahwa belum semua mahasiswa 2012 melakukan pengukuran. Lantaran itu, hal ini menjadi penghalang tersendiri, mengingat pihak fakultas enggan membuat jas dengan ukuran yang tidak sesuai dengan kehendak mahasiswa. Perihal biaya, Agung mengatakan bahwa penjahit tersebut telah dikontrak oleh fakultas untuk mengerjakan jas almamater sesuai dengan jumlah mahasiswa FE. Sehingga walaupun ada keterlambatan penyerahan ukuran, penjahit tidak akan mengenakan biaya tambahan. Sementara saat Diamma ingin mengkonfirmasi keterlambatan pengadaan jas almamater ke Wakil Dekan III Fikom Bidang Kemahasiswaan Prasetya Yoga, beliau menolak untuk diwawancarai. Meski demikian, saat ditanyai perihal kapan jas almamater tersebut selesai, baik FE maupun FISIP serempak akan merampungkannya sekitar satu bulan mendatang, atau sekitar bulan November. Reporter: Dila Putri & Frieska Maulidiyah Pemimpin Redaksi: Tri Susanto Setiawan, Redaktur Pelaksana: Frieska Maulidiyah, Kord Desain : Kevin Erens Giri Layouter: Tri Susanto Setiawan, Aslan La Ode, Pemimpin Perusahaan: Novita Uli Utami, Percetakan: Karlina Nur Hayati, Pemasaran: Kharis Karim, Reporter: Frieska Maulidiyah, Dila Putri. Alamat Redaksi: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Pusgiwa 04, Jln. Hanglekir I/8 Kebayoran Lama Jakarta Pusat. Web: www.diamma.com Email: [email protected] Twitter: @diammamoestopo. T arik ulur masalah keterlambatan almamater berwarna biru langit berlambang burung hantu seperti menjadi fenomena yang terulang pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2011. Tapi kejadian itu hanya lah terjadi di Fakultas Ilmu Komunikasi. Kini perbedaan mencolok malah terjadi di tahun 2012, berakar dari keinginan pihak universitas atau fakultas yang menginginkan adanya perubahan model almamater ini. Baik Fakultas Ilmu Komunikasi ditambah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Ekonomi belum mendapatkan almamater yang seharusnya sudah dimiliki disaat kegiatan masa orietansi bulan September lalu, terlebih untuk mahasiswa angkatan 2012. Dilain pihak, tersiar desas-desus yang terhirup dikalangan kelembagaan bahwa semua kebijakan ini berasal dari keinginan jajaran rektorat yang ingin mengubah ke model jas. Padahal kalau dihitung-hitung, biaya produksi almamater memakan biaya dua kali lipat lebih dari model yang lama. Namun pihak terkait bersikukuh untuk tetap melanjutkan pembuatan jas almamater itu dengan estimasi biaya Rp. 190.000/ almamater atau lebih tinggi Rp. 100.000,. dari harga sebelumnya yang hanya Rp. 90.000,. Lantaran itu, dari kejadian ini mahasiswa bertanya-tanya, dari manakah anggaran yang meluap itu bisa tertutupi? Belum lagi masih banyak fasilitas-fasilitas yang harus dibenahi ketimbangan hanya untuk membawa gengsi dari penampilan mahasiswa. Kalau merujuk ke prestasi mahasiswa, tidak sedikit para mahasiswa yang meraih beberapa prestasi dikancah Nasional maupun Internasional. D iamma Online Portal Berita Mahasiswa UPDM(B) Jakarta diamma. com @diammamoestopo LPM Diamma Simlabim, Dana Minim Meluaplah Membengkaknya biaya produksi almamater dari Rp. 90.000, ke Rp. 190.000, membuat pihak fakultas merasa kelimpungan mencari penjahit. Laporan Khusus Melacak Jejak Almamater Model Jas Duh! Website Tak Update Akun Sosial Tak Punya J aket almamater merupakan hak bagi seluruh mahasiswa. Namun berbeda untuk tahun ini, terutama bagi fakultas- fakultas di kampus I Hanglekir. Saat dikonfirmasikan mengenai keterlambatan pengadaan jaket almamater, Wakil Dekan III Fikom Bidang Kemahasiswaan, Prasetya Yoga menolak untuk diwawancarai. Sementara Wakil Dekan III FISIP, Paiman Raharjo menuturkan bahwa keterlambatan pembagian jaket almamater tersebut bukanlah tanpa sebab. Adanya perubahan model dari jaket menjadi jas serta bahan yang digunakan salah satunya. Transformasi ini, menurut Paiman merupakan upaya agar mahasiswa UPDM(B) terlihat lebih rapih dan elegan di mata rekan-rekan kampus lain, terlebih ketika menghadiri berbagai undangan. Verdinan salah satu Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fikom angkat bicara mengenai hal ini. “Yang saya tahu baru tahun ini mahasiswa tidak memakai almamater pada saat ujian, karena menurut peraturan fakultas mahasiswa harus memakai almamater saat ujian. Mengenai keterlambatan, disebabkan karena adanya kesalahan dari pihak penjahit, personilnya empat orang sakit jadi menghambat operasional penjahitan almamater, sehingga tidak sesuai dengan yang telah dijadwalkan.” Verdinan menambahkan adanya kebijakan dari Wakil Rektor II Bidang Keuangan yang memberlakukan sistem sentralisasi. Jadi semua harus sama, yaitu peralihan jaket almamater menjadi model jas. Tapi kebijakan sentralisasi itu tidak terjadi karena dari Fakultas Kedokteran Gigi telah membuat jaket almamater terlebih dahulu dengan model yang lama Dilain tempat Siti Wulandari ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP mengatakan, untuk keterlambatan pembagian jaket almamater sendiri telah menimbulkan tanda tanya bagi mahasiswa baru. Menurut keterangannya, mereka banyak yang mempertanyakan jaket almamaternya terutama menjelang pelaksanaan ziarah. Selain itu, Paiman menerangkan terdapat tarik ulur ketika ada pihak yang tidak komitmen dengan perubahan model dan bahan jas almamaternya tersebut. Alih- alih demikian, baik FE maupun FISIP memilih untuk mengamankan kebijakan yang telah disepakati demi memperbaiki penampilan mahasiswa. Reporter: Dilla Putri T idak update-nya website UPDM(B) yang beralamat moestopo.ac.id serta ketiadaan akun sosial media sebagai penyumber informasi bagi mahasiswa, disayangkan oleh para mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai kampus. Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Yoga Lukman mengatakan, dirinya kecewa melihat website kampus yang kurang update. Yoga menduga, bahwa kurang inovatifnya tampilan website disebabkan oleh penanggung jawab Information Technologi (IT) nya yang kurang aktif mengelola. Selain itu, ketua BPM yang belum sebulan menjabat ini berpendapat agar tampilan website bisa cepat tanggap terhadap sumber informasi yang ada dikampus, jadi mahasiswa bisa mendapatkan cukup informasi yang dibutuhkan. Sedangkan dari kalangan mahasiswa umum Emi Istika mahasiswi Fikom 2009 menyayangkan tidak adanya akun jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook dikampus ini. “Sosial media itu penting, kita bisa dapat berbagai macam informasi. Jika dikaitkan dengan kampus, sayang sekali penggunaan sosial media tidak maksimal, karena itu semua bisa sebagai ladang promosi untuk menjaring mahasiswa baru, menaikan citra kampus. Jika tidak ada keduanya, seakan tidak ada kreatifitas. Dan pastinya miris, orang-orang diluar sana jadi engggak tahu eksistensi kampus kita, padahal kalau ada event bisa dipublish lewat Twitter atau Facebook.” Senada dengan Emi, Rabfine Pharmadika Putri mahasiswi Akuntansi 2009 mengaku merasakan begitu pentingnya sosial media. Menurutya, sosial media penting dalam menjalin komunikasi. Rabfine berharap agar pihak kampus membuat akun jejaring sosial serta jangan sekedar dibuat saja, tetapi diurus juga, supaya tetap up to date. Sementara ketika diamma ingin menanyakan perihal tidak aktifnya website kampus serta tidak adanya jejaring sosial kepada pihak terkait, yakni Humas UPDM(B), Gunawan, beliau sulit ditemui. Sedangkan ketika ingin mengkonfirmasi kepada penanggung jawab website, Panggih, beliau menolak untuk diwawancarai. Reporter: Frieska Maulidiyah Foto: Ilustrasi/google.com Foto: Ilustrasi/google.com Laporan Khusus Ilustrasi: Fadhis Abby Putra

#5 Warta Diamma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

#5 Warta Diamma

Citation preview

Page 1: #5 Warta Diamma

Belum Bagikan Almamater, Fakultas Berdalih Sulit Cari Penjahit

EditorialBerita Utama

WARTA Diamma Edisi #5 | Oktober/2012

Dilarang Mencabut/ Merusak, Dibuat dengan

Uang MahasiswaProgresif Mengukir Perubahan

Penyebab keterlambatan pembagian jaket almamater kepada mahasiswa yang berdomisili di kampus I Hanglekir

yakni FISIP, FE, dan FKG, disinyalir karena minimnya dana yang dianggarkan oleh pihak yayasan. Akibatnya terjadi tarik ulur dalam pengadaan almamater dari jaket ke model baru yang berbentuk jas antara fakultas dan yayasan. Paiman Raharjo Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan FISIP menuturkan, untuk sebuah perubahan yang baik ini (Almamater Baru-Red) mahasiswa baru tidak dikenakan tambahan biaya sepeser pun dan semua ditanggung oleh pihak yayasan. Sayangnya, yang menjadi kendala pembuatan

jas almamater ini adalah estimasi dana dari pihak fakultas ke yayasan. Paiman membeberkan, sebelumnya fakultas telah memberikan estimasi dana sebesar Rp. 200.000,- untuk pembuatan satu jas almamater dan pembuatan sebuah almamater dengan model jas itu dinilai sudah sangat murah, karena mengingat harga pembuatan sebuah jas biasanya lebih dari itu. Setelah estimasi sebesar Rp.200.000 itu disepakati, pihak Fikom mengajukan anggaran yang lebih murah, Rp. 190.000,- untuk satu jas almamater. Hingga akhirnya estimasi dana yang diajukan pihak Fikom lah yang kemudian digunakan oleh semua fakultas.

Sebelumnya, biaya jaket almamater yang lama sekitar Rp. 90.000/almamater. Tapi minimnya anggaran yang baru disetujui pada Oktober serta membengkaknya biaya produksi sebesar Rp. 100.000, membuat beberapa fakultas kelimpungan dalam mencari penjahit. Terlebih untuk Fakultas Ekonomi yang jumlah mahasiswanya relatif sedikit. Untuk FE, menurut Agung Setyo Hadhi Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan menjelaskan bahwa tingkat kesadaran mahasiswa tentang pentingnya jas almamater turut menjadi penghalang sendiri. Berbagai sosialisasi dan himbauan telah dilakukan pihak fakultas agar mahasiswa melakukan pengukuran jas almamater. Namun, hingga reporter Diamma menemuinya pada Selasa (23/10) lalu, Agung mengatakan bahwa belum semua mahasiswa 2012 melakukan pengukuran. Lantaran itu, hal ini menjadi penghalang tersendiri, mengingat pihak fakultas enggan membuat jas dengan ukuran yang tidak sesuai dengan kehendak mahasiswa. Perihal biaya, Agung mengatakan bahwa penjahit tersebut telah dikontrak oleh fakultas untuk mengerjakan jas almamater sesuai dengan jumlah mahasiswa FE. Sehingga walaupun ada keterlambatan penyerahan ukuran, penjahit tidak akan mengenakan biaya tambahan. Sementara saat Diamma ingin mengkonfirmasi keterlambatan pengadaan jas almamater ke Wakil Dekan III Fikom Bidang Kemahasiswaan Prasetya Yoga, beliau menolak untuk diwawancarai. Meski demikian, saat ditanyai perihal kapan jas almamater tersebut selesai, baik FE maupun FISIP serempak akan merampungkannya sekitar satu bulan mendatang, atau sekitar bulan November. Reporter: Dila Putri & Frieska Maulidiyah

Pemimpin Redaksi: Tri Susanto Setiawan, Redaktur Pelaksana: Frieska Maulidiyah, Kord Desain : Kevin Erens Giri Layouter: Tri Susanto Setiawan, Aslan La Ode, Pemimpin Perusahaan: Novita Uli Utami, Percetakan: Karlina Nur Hayati, Pemasaran: Kharis Karim, Reporter: Frieska Maulidiyah, Dila Putri. Alamat Redaksi: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Pusgiwa 04, Jln. Hanglekir I/8 Kebayoran Lama Jakarta Pusat. Web: www.diamma.com Email: [email protected] Twitter: @diammamoestopo.

Tarik ulur masalah keterlambatan almamater berwarna biru langit berlambang burung hantu seperti

menjadi fenomena yang terulang pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2011. Tapi kejadian itu hanya lah terjadi di Fakultas Ilmu Komunikasi. Kini perbedaan mencolok malah terjadi di tahun 2012, berakar dari keinginan pihak universitas atau fakultas yang menginginkan adanya perubahan model almamater ini. Baik Fakultas Ilmu Komunikasi ditambah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Ekonomi belum mendapatkan almamater yang seharusnya sudah dimiliki disaat kegiatan masa orietansi bulan September lalu, terlebih untuk mahasiswa angkatan 2012. Dilain pihak, tersiar desas-desus yang terhirup dikalangan kelembagaan bahwa semua kebijakan ini berasal dari keinginan jajaran rektorat yang ingin mengubah ke model jas. Padahal kalau dihitung-hitung, biaya produksi almamater memakan biaya dua kali lipat lebih dari model yang lama. Namun pihak terkait bersikukuh untuk tetap melanjutkan pembuatan jas almamater itu dengan estimasi biaya Rp. 190.000/almamater atau lebih tinggi Rp. 100.000,. dari harga sebelumnya yang hanya Rp. 90.000,. Lantaran itu, dari kejadian ini mahasiswa bertanya-tanya, dari manakah anggaran yang meluap itu bisa tertutupi? Belum lagi masih banyak fasilitas-fasilitas yang harus dibenahi ketimbangan hanya untuk membawa gengsi dari penampilan mahasiswa. Kalau merujuk ke prestasi mahasiswa, tidak sedikit para mahasiswa yang meraih beberapa prestasi dikancah Nasional maupun Internasional.

Diamma Online

Portal Berita Mahasiswa UPDM(B) Jakar ta d i a mm a . c om

@diammamoestopo LPM Diamma

Simlabim, Dana Minim Meluaplah

Membengkaknya biaya produksi almamater dari Rp. 90.000, ke Rp. 190.000, membuat pihak fakultas merasa kelimpungan mencari penjahit.

Laporan KhususMelacak Jejak Almamater Model Jas

Duh! Website Tak Update Akun Sosial Tak Punya

Jaket almamater merupakan hak bagi seluruh mahasiswa. Namun berbeda untuk tahun ini, terutama bagi fakultas-

fakultas di kampus I Hanglekir. Saat dikonfirmasikan mengenai keterlambatan pengadaan jaket almamater, Wakil Dekan III Fikom Bidang Kemahasiswaan, Prasetya Yoga menolak untuk diwawancarai. Sementara Wakil Dekan III FISIP, Paiman Raharjo menuturkan bahwa keterlambatan pembagian jaket almamater tersebut bukanlah tanpa sebab. Adanya perubahan model dari jaket menjadi jas serta bahan yang digunakan salah satunya. Transformasi ini, menurut Paiman merupakan upaya agar mahasiswa UPDM(B) terlihat lebih rapih dan elegan di mata rekan-rekan kampus lain, terlebih ketika menghadiri berbagai undangan. Verdinan salah satu Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fikom angkat bicara mengenai hal ini. “Yang saya tahu baru tahun ini mahasiswa tidak memakai almamater pada saat ujian, karena menurut peraturan fakultas mahasiswa harus memakai almamater saat ujian. Mengenai keterlambatan, disebabkan karena adanya kesalahan dari pihak penjahit, personilnya

empat orang sakit jadi menghambat operasional penjahitan almamater, sehingga tidak sesuai dengan yang telah dijadwalkan.” Verdinan menambahkan adanya kebijakan dari Wakil Rektor II Bidang Keuangan yang memberlakukan sistem sentralisasi. Jadi semua harus sama, yaitu peralihan jaket almamater menjadi model jas. Tapi kebijakan sentralisasi itu tidak terjadi karena dari Fakultas Kedokteran Gigi telah membuat jaket almamater terlebih dahulu dengan model yang lama Dilain tempat Siti Wulandari ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP mengatakan, untuk keterlambatan pembagian jaket almamater sendiri telah menimbulkan tanda tanya bagi mahasiswa baru. Menurut keterangannya, mereka banyak yang mempertanyakan jaket almamaternya terutama menjelang pelaksanaan ziarah. Selain itu, Paiman menerangkan terdapat tarik ulur ketika ada pihak yang tidak komitmen dengan perubahan model dan bahan jas almamaternya tersebut. Alih-alih demikian, baik FE maupun FISIP memilih untuk mengamankan kebijakan yang telah disepakati demi memperbaiki penampilan mahasiswa. Reporter: Dilla Putri

Tidak update-nya website UPDM(B) yang beralamat moestopo.ac.id serta ketiadaan akun sosial media sebagai

penyumber informasi bagi mahasiswa, disayangkan oleh para mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai kampus. Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Yoga Lukman mengatakan, dirinya kecewa melihat website kampus yang kurang update. Yoga menduga, bahwa kurang inovatifnya tampilan website disebabkan oleh penanggung jawab Information Technologi (IT) nya yang kurang aktif mengelola. Selain itu, ketua BPM yang belum sebulan menjabat ini berpendapat agar tampilan website bisa cepat tanggap terhadap sumber informasi yang ada dikampus, jadi mahasiswa bisa mendapatkan cukup informasi yang dibutuhkan. Sedangkan dari kalangan mahasiswa umum Emi Istika mahasiswi Fikom 2009 menyayangkan tidak adanya akun jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook dikampus ini. “Sosial media itu penting, kita bisa dapat

berbagai macam informasi. Jika dikaitkan dengan kampus, sayang sekali penggunaan sosial media tidak maksimal, karena itu semua bisa sebagai ladang promosi untuk menjaring mahasiswa baru, menaikan citra kampus. Jika tidak ada keduanya, seakan tidak ada kreatifitas. Dan pastinya miris, orang-orang diluar sana jadi engggak tahu eksistensi kampus kita, padahal kalau ada event bisa dipublish lewat Twitter atau Facebook.” Senada dengan Emi, Rabfine Pharmadika Putri mahasiswi Akuntansi 2009 mengaku merasakan begitu pentingnya sosial media. Menurutya, sosial media penting dalam menjalin komunikasi. Rabfine berharap agar pihak kampus membuat akun jejaring sosial serta jangan sekedar dibuat saja, tetapi diurus juga, supaya tetap up to date. Sementara ketika diamma ingin menanyakan perihal tidak aktifnya website kampus serta tidak adanya jejaring sosial kepada pihak terkait, yakni Humas UPDM(B), Gunawan, beliau sulit ditemui. Sedangkan ketika ingin mengkonfirmasi kepada penanggung jawab website, Panggih, beliau menolak untuk diwawancarai. Reporter: Frieska Maulidiyah

Foto

: Ilu

stra

si/g

oogl

e.co

m

Foto

: Ilu

stra

si/g

oogl

e.co

m

Laporan Khusus

Ilust

rasi

: Fa

dhis

Abb

y Pu

tra