Upload
risk-ijlik
View
85
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
VIII - 1
A. UMUM
TATA RUANG adalah Wujud STRUKTUR RUANG dan POLA RUANG. Dimana pola ruang merupakan distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
POLA RUANG merupakan alokasi pemanfaatan ruang yang pada prinsipnya merupakan perwujudan dari upaya
pemanfaatan sumberdaya alam di suatu wilayah melalui pola pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan
suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Dalam filisofi ruangnya secara lebih tegas dinyatakan
bahwa pola ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter
kegiatan manusia dan atau kegiatan alam.
Secara umum rencana pola ruang kota Makassar, digambarkan sebagai berikut:
B. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Secara umum Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Berdasarkan Keputusan
Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung, dalam penetapan pola perencanaan
kawasan lindung kota Makassar mengakomodasi kawasan-kawasan berikut:
Gambar 8-1 Rencana Pola Ruang Kota Makassar 2010-2030
LAPORAN AKHIR
BAB VIII. RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA MAKASSAR
VIII - 2
1. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan/wilayah yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air
laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Dalam spasial pola ruang Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna bagi
sumber air. Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, memiliki struktur tanah yang mudah
meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Kawasan resapan air di Kota Makassar sangat perlu mendapat perlindungan untuk memberikan ruang yang
cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan
penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Apalagi
peningkatan dalam penggunaan lahan kosong cukup signifikan tiap tahunnya. Hal ini tentunya dapat
berpengaruh terhadap penyusutan atau berkurangnya area/ sentra-sentra daerah resapan air di ruang kota
Makassar.
Daerah resapan air di Kota Makassar berada di danau Balang Tonjong yang selama ini menjadi kawasan
prioritasnya. Namun, jika dilihat dari segmen ataupun peran dari kawasan, tidak hanya daerah tersebut yang
dapat diperuntukkan sebagai area resapan air, tetapi kawasan lain juga dapat difungsikan. Dalam arah
perencanaannya segmen daerah tersebut adalah daerah sekitar sungai Tallo dan sungai Jeneberang, dan
berada disekitar kantong-kantong danau, tambak dan rawa ataupun pesisir pantai. Yang semua itu tersebar
di area kawasan kota Makassar (Tabel 8-1).
Tabel 8-1 Daerah Resapan Air (Ha), 2009
Total Luasan Danau Rawa Sungai
84,95105999 382,6467371 530,1948464
Untuk itu dalam arah pemanfaatan maupun kebijakan dalam pengembangan kota kedepan harus mendapat
perhatian. Sehingga tercipta keseimbangan antara manusia dan lingkungan yang dinamis.
2. Kawasan Sempadan Pantai
Kota Makassar sebagai kota Water Front City memiliki panjang garis pantai
sekitar 35 Km dengan lintasan sempadan pantai dari arah utara (Untia)
sampai kearah Selatan (Tanjung Bunga).
Secara fungsi, bagian dari kawasan sempadan pantai di Kota Makassar
adalah Kawasan Hutan Mangrove yang lokasinya berada di wilayah pesisir
laut bagian utara (Pantai Untia) dan merupakan habitat alami hutan bakau
(mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan
pantai dan lautan. Hutan mangrove pada umumnya berada di muara sungai,
daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan
di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol
yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan
suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau
bahkan anaerob.
Gambar 8-2 Sempadan Pantai Losari
VIII - 3
Berdasarkan keadaan eksisting sempadan pantai sepanjang koridor pantai Losari saat ini telah dibangun
bangunan pantai yang berfungsi sebagai pemecah ombak. Dengan keadaan tersebut arus dan energi
gelombang yang berasal dari laut dalam dapat teredam karena terjadi refraksi dan difraksi gelombang di
daerah tersebut. Sehingga dapat mengurangi tingkat abrasi pada area kawasan. Selain di Losari di pantai
Tanjung Bunga juga telah dibangun pemecah gelombang (breakwater). Breakwater tersebut dibangun
semicircular ke arah muara sungai dengan tujuan sedimen yang berasal dari sungai Jeneberang dapat
terakumulasi pada kantong bangunan, sehingga tidak secara langsung tersedimentasi di pantai.
Dalam arah perencanaannya sempadan pantai yang masih alami dan tidak terjadi degradasi dilakukan
upaya-upaya pemanfaatan dengan melakukan kebijakan-kebijakan yang tentunya dapat mengkonservasi
daerah tersebut. Upaya-upaya ataupun kebijakan tersebut dapat dilakukan dengan cara mempertahankan
kawasan sekitar mangrove dan menjaga kelestarian lingkungan di area tersebut (Untia, dan pantai sekitar
teluk Losari yang membentuk lidah pasir).
Sedangkan daerah/kawasan yang telah mengalami degradasi pantai dapat dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:
Membangun breakwater terhadap sempadan pantai yang diiringi dengan penghijauan mangrove di sekitar
koridor pantai Tanjung bunga. Sehingga mengurangi derajat abrasi pantai.
Melakukan kegiatan artificial reef sebagai upaya rehabilitasi lingkungan laut. Dimana fungsi dari ekosistem
karang tersebut merupakan media peredam gelombang laut secara alami, sehingga energi gelombang
yang dihempaskan di pantai tidak cukup besar.
3. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir
dan dasar sungai, ekosistem sungai dan disekitarnya serta
mengamankan aliran sungai.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan
sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada
di luar permukiman dan sekitar 10-15 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di kawasan
permukiman. Selanjutnya, dalam arah rencana penetapannya sepanjang koridor Sungai Je‟[neberang dan
Tallo merupakan kawasan sempadan sungai di Makassar.
Dalam kondisi eksisting, Sungai Tallo telah banyak mengalami degradasi. Pada umumnya daerah sekitar
sempadan sungai ini telah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan kawasan bisnis, sehingga ruang
sempadan tersebut semakin sempit. Pengalihan fungsi kawasan inilah yang menyebabkan inkonsistensi
lingkungan, karena telah banyak campur tangan manusia di dalamnya.
Lain halnya dengan sungai Jeneberang, sungai ini masih dapat terkontrol keseimbangan lingkungannya.
Disepanjang koridor sempadan jeneberang dapat dijumpai pemanfaatan lahan sebagai objek pemanfaatan
lahan dengan adanya penanaman tanaman hias.
Dalam arah pengembangan pola ruang kota Makassar, dilakukan upaya dan rencana sebagai berikut:
Gambar 8 -3 Sungai Jeneberang, Makassar
VIII - 4
Merencanakan pemanfaatan tanggul-tanggul dengan ketinggian tertentu sehingga luapan air Sungai
pada musim penghujan tidak memberikan pengaruh yang cukup besar;
Mengatur dan menata kembali sistem drainase kota;
Pada daerah sungai yang mendapat pengaruh pasang surut air laut (hilir Jeneberang dan Tallo) dapat
dimanfaatkan sebagai area jalur hijau.
4. Kawasan Sekitar Danau
Danau secara umum memiliki pengertian yakni bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara
alamiah melebihi ruas lain dari sungai yang bersangkutan. Danau memiliki berbagai manfaat untuk pengairan
irigasi, ternak dan kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber
daya listrik dan juga sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar
dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.
Kota Makassar memiliki beberapa danau yang terletak di kawasan
permukiman terpadu, kawasan pusat kota dan kawasan riset dan
pendidikan terpadu, dengan luasan masing-masing sekitar 71,53 Ha, 6,11
Ha, dan 7,3 Ha. Pada umumnya danau di kota Makassar difungsikan
sebagai area/kawasan resapan air.
Dalam arah perencanaanya kawasan danau dapat diperuntukkan untuk:
memfungsikan ekosistem yang ada;
Memanfaatkan area sekitar danau sebagai area ruang terbuka hijau;
Memanfaatkan kawasan danau sebagai kawasan wisata/olahraga memancing.
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Bencana diartikan sebagai suatu kejadian di luar kebiasaan (kondisi normal). Bencana dapat dibagi dalam
bencana fisik dan bencana non fisik. Bencana selain disebabkan oleh faktor alam yang diluar kondisi normal
dapat juga disebabkan oleh tindakan manusia yang secara simultan dapat mendatangkan bencana.
Kawasan rawan bencana alam di Kota Makassar adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi
tinggi mengalami bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, kenaikan sea level, banjir, longsor.
a. Bencana Banjir
Berdasarkan topografinya, kota Makassar dikategorikan sebagai pedataran landai dengan ketinggian
mencapai 1-22 m dpl. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya banjir atau luapan air yang juga didukung
oleh sistem drainase kota yang belum optimal. Kawasan yang sering mengalami banjir terkonsentrasi di
daerah dengan elevasi 1-4 m dpl. Daerah tersebut seperti di kecamatan Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah
dan area sekitar kawasan sungai Jeneberang. Selain itu kota Makassar juga sering terjadi luapan air
terkhusus di daerah yang padat penduduk, daerah kumuh, dan daerah yang belum jelas system
drainasenya.
Dalam arah perencanaan dan pengembangan pola ruang kota Makassar, upaya dan kebijakan yang perlu
dilakukan adalah:
Memperbaiki atau menata kembali system drainase kota, terutama drainase yang berfungsi relatif
belum optimal. Seperti KecamatanTamalanrea dan kawasan kota yang padat penduduk;
Memfungsikan secara optimal daerah/kawasan resapan air. Jika perlu membuat danau buatan di
kawasan belum terbangun.
b. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah
Gambar 8 -4 Danau Unhas
VIII - 5
asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak dan gempa
bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
PREDIKSI GEMPA BUMI sampai sekarang masih dalam taraf PENELITIAN dan belum ada yang akurat,
prediksi bencana alam yang tepat dan teliti belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena
tanda-tandanya (precursor) tidak pasti, sehingga FAKTOR MITIGASI lebih penting untuk mencegah
kerugian dan bencana yang lebih besar. Untuk itu diperlukan ANALISA RESIKO yang mencakup
parameter gempa bumi, bangunan dan geologi setempat.
Dalam arah perencanaan dan pengembangannya, upaya dan kebijakan yang perlu dilakukan adalah :
Mengembangkan pola pembangunan pemukiman yang mengakomodasi faktor resiko dari gempa
bumi;
Menerapkan sepenuhnya pembangunan gedung-gedung dan fasilitas umum yang tahan gempa;
Membangun kesadaran Waspada Bencana bagi masyarakat kota.
c. Kenaikan Sea Level Rise
Kenaikan muka air laut tinggi telah terjadi dibeberapa daerah dan pulau di Indonesia, seperti hilangnya
salah satu pulau di Maluku, di Pulau Bonetambung Makassar telah terjadi perubahan garis pantai dan air
masuk hingga daratan pulau. Untuk daerah pesisir Makassar ancaman terbesar berada dipantai Selatan
yaitu Tanjung Bunga dan Pantai Akkarena yang saat ini juga dipengaruhi oleh abrasi pantai. Hal ini juga
akan semakin parah karena pantai tersebut tidak memiliki pelindung pantai seperti mangrove ataupun
tanggul laut yang dapat meredam gelombang pantai dan mengurangi pengaruh kenaikan muka air laut.
Sementara dipantai bagian Utara yang merupakan pantai landai, telah terdapat vegetasi mangrove
sebagai barier atau penghalang walaupun dalam jumlah kepadatan yang semakin menurun.
Dalam analisis ilmuwan didunia melalui forum UNFCC, bahwa dalam 100 tahun kedepan kenaikan muka
air laut setinggi 110 cm sebagai akibat peningkatan suhu global sebesar 6o C, dan kejadiannya akan
mengancam pulau dan daerah pesisir yang dapat merendam daratan hingga batas ketinggian diatas muka
air laut rata rata. Untuk daerah Makassar dengan ketinggian muka air laut rata rata saat ini dalam kisaran
157 cm, maka dalam prediksi 100 tahun kedepan, tinggi muka air laut rata rata meningkat hingga 267 cm,
yang mengakibatkann ancaman terhadap daerah relief rendah dan ketinggian diatas permukaan air laut
dibawah 2,5 meter.
Adapun daerah yang terancam bencana kenaikan air laut di kota Makassar adalah sebagai berikut:
Dalam arah perencanaan pengembangan kawasan dilakukan upaya atau strategi, sebagai berikut:
1. Membuat tanggul di area sepanjang pantai yang terancam kenaikan sea level rise;
Tabel 8-2 Kawasan Sebagai Ancaman Kenaikan Sea Level Rise
VIII - 6
2. Melakukan pembangunan, reklamasi pantai maupun bangunan pantai di atas nilai rata-rata sea level
rise.
d. Kawasan Rawan Bencana Longsor
Bencana Tanah longsor yang terjadi di kaki gunung Bawakaraeng tahun 2004 lalu masih menyisakan
permasalahan dan ancaman yang perlu mendapatkan perhatian serius. Ancaman itu berupa endapan
sedimentasi yang saat ini terus bertambah di kawasan Bendungan Bili-Bili.
Jika semakin menebal, sedimentasi itu bisa
menjebol Waduk Bili-Bili dan menyebabkan
banjir besar hingga ke Kota Makassar.
Gunung Bawakaraeng memiliki tingkat
longsor potensial sekitar 115 juta meter
kubik. Dari volume potensial longsor
tersebut, 22 juta meter kubik termasuk
dalam kategori level satu atau patut
diwaspadai. Sewaktu-waktu bisa saja
runtuh, terutama dimusim hujan.
Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa, saat ini menampung 60 juta m3 material longsor dari 300 juta
meter kubik potensi longsor Gunung Bawakaraeng.
Selain ancaman Banjir, peristiwa longsornya waduk Bili-Bili ini juga mempengaruhi pasokan air bersih ke 3
wilayah, Makassar, Gowa dan daerah lainnya. Berikut juga, ancamannya akan mengarah pada pasokan
energi listrik.
Untuk ke-depan, arahan kebijakan dalam penanggulangan dan antisipasi bencana longsoran Gunung
Bawakaraeng akan dilakukan sebagi berikut :
1. Menyediakan daya dukung yang maksimal pada upaya-upaya pencegahan sedimentasi di Waduk Bili-
Bili. Termasuk pula dengan pembangunan sejumlah embung atau situ-situ besar di kawasan Kota
Makassar yang memungkinkan untuk itu.
2. Merevitalisasi kawasan-kawasan aliran sungai agar bisa meminimalisir dampak bencana yang
mungkin terjadi.
3. Membangun kesadaran awal „Sadar Ancaman Bencana‟ bagi masyarakat yang termasuk dalam
kawasan rawan, agar memiliki kesadaran antisipatif terhadap ancaman bencana yang ada saat ini.
Termasuk di dalamnya, penghijauan di areal sempadan sungai sebagai penahan laju sedimentasi.
6. Rawa
Rawa adalah suatu genangan air secara alamiah yang terjadi terus
menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta
mempunyai ciri-ciri yang khusus secara fisik, kimiawi dan biologis. Rawa
secara alami berfungsi sebagai daerah resapan air, yang dalam artian
bahwa dapat menampung luapan/genangan air pada saat terjadi hujan.
Di kota Makassar rata-rata luasan rawa yang terluas adalah di kawasan
permukiman, yakni 254,79 Ha (data Eksisting, 2009). Dan luasan rawa
secara menyeluruh di Makassar sekitar 382,65 Ha. Gambar 8-5 Rawa, Makassar
VIII - 7
Dalam arah perencanaanya area rawa ini merupakan kawasan lindung yang harus mendapat perhatian
dalam penetapan kebijakan bagi pengembangan kawasan kota Makassar. Dan upaya-upaya yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Memfungsikan ekosistem lingkungan sekitar rawa;
Memanfaatkan area sekitar rawa sebagai area Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Memanfaatkan kawasan rawa sebagai area resapan/tangkapan air, atau sebagai area/kawasan
wisata/olahraga memancing.
C. RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA
1. Cagar Budaya
a. Kriteria Kawasan Cagar Budaya
Cagar Budaya adalah kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap benda-benda
alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Di Indonesia, benda cagar budaya harus berumur sekurang-kurangnya 50 tahun (UU
No.5 tahun 1992). Adapun Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah Daerah Karst
(kering dan berair), daerah dengan budaya masyarakat istimewa, dan kawasan lokasi situs
purbakala/peninggalan sejarah bernilai tinggi.
b. Eksisting Kawasan Cagar Budaya di Kota Makassar
Kawasan Cagar Budaya di Kota Makassar memiliki kriteria berupa tempat serta ruang disekitar
bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala yang mempunyai manfaat tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan nilai histori peradaban Kota Makassar. Kawasan Cagar Budaya
di Kota Makassar ini terdapat beberap kecamatan.
Adapun bangunan yang bernilai budaya di Makassar meliputi:
1. Benteng Fort Rotterdam (Kecamatan Wajo)
Fort Rotterdam yang juga akrab disebut dengan Benteng Makassar
ini akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur
era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya.
di Bagian depannya berdiri kokoh patung Sultan Hasanuddin
menunggang kuda putih, dan bila kita bertanya benteng ini kepada
penduduk sekitar akan dengan mudah kita mendapat jawabannya.
Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang
bersiap hendak masuk kedalam pantai.
Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan
baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering.
Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap
didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan
batu padas yang berwarna hitam keras.
Benteng Fort Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, sehingga
suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua semacam ini tidak begitu kental karena masih
dijumpai manusia berseliweran kian kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga
kebersihan dan kerapihan lingkungan disana masih terawat cukup baik.
Gambar 8-6 Benteng Fort Rotterdam,
Makassar
VIII - 8
Sebagai kota yang kental aspek sejarah dan kebudayaan-nya, harus ada upaya terpadu untuk
merevitlisasi keberadan serta pemanfaatan Benteng Fort Rotterdam ini. Dalam arah perencanaannya
upaya yang dilakukan untuk itu adalah :
1. Revitalisasi kondisi dan lingkungan eksisting sekitar Benteng Fort Roterdam, dengan menyediakan
kawasan yang lebih luas untuk itu. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan peninjauan kembali
gedung-gedung yang ada disekitar lokasi Benteng tersebut
2. Memaksimalkan peran dan fungsi setiap gedung yang ada dalam kompleks Benteng Fort
Rotterdam untuk kepentingan Seni Budaya. Misalnya saja dengan menyediakan toko-toko
souvenir atau cinderamata, dan menyediakan panggung serbaguna untuk kepentingan seni tradisi
budaya.
3. Menjadikan Benteng Ford Rotterdam sebagai salah satu „Land Mark Kota Makassar‟.
2. Arsitektur Masjid Al-Markaz (Kec.Bontoala)
Arsitektur masjid merupakan perpaduan dari Masjidil Haram, Masjid
Nabawi, Masjid Katangka Gowa dan rumah adat Bugis-Makasar.
Pendirian masjid diatas lahan seluas 10 hektar, yang terletak di jalan
Masjid Raya no. 57 Makasar. Bangunan utama masjid ini terdiri atas
tiga lantai dengan luas keseluruhan 6.932 m2 dengan perincian luas
lantai satu 2.932 m2, lantai dua 2.916m2, dan lantai tiga seluas 1.100
m2. Tinggi menara mencapai 84 meter dengan ukuran 3 x 3 m.
ika bangunan masjid dilihat dari arah depan atau dari sebelah timur,
tampak perpaduan arsitektur Timur Tengah dan arsitektur lokal.
Terdapat lima menara di sekeliling masjid, yang salah satu di
antaranya tinggi menjulang hingga 84 meter.
Dalam bidang keagamaan, Masjid Al-Markaz telah menjadi pusat ibadah umat. Banyak jamaah dari
dalam dan luar kota melaksanakan shalat lima waktu di masjid ini. Apalagi pada hari-hari besar Islam,
jumlah jamaah membeludak, melebihi hari-hari biasa. Secara keseluruhan, masjid ini mampu
menampung sebanyak 10.000 jamaah. Dan bila memanfaatkan halamannya untuk kegiatan ibadah
atau kegiatan keagamaan, diperkirakan bisa mencapai 50.000 jamaah. Masjid ini juga disebut-sebut
sebagai salah satu yang termegah di kawasan Asia Tenggara, karena bentuk fisiknya yang memang
begitu megah.
Arahan pemanfaatan ke depan dari Masjid Al MArkaz ini adalah :
1. Menjadikan Al Markaz sebagai pusat interaksi dan integrasi sosial masyarakat, dengan
memanfaatkan ketersediaan lahannya yang cukup luas.
2. Mendayagunakan Masjid Al Markaz sebagai pusat pengembangan nilai-nilai religious dan ke-
Islaman melalui peningkatan intensitas kajian-kajian keber-Agamanan dan studi-studi Islam lainnya.
3. Menjadikan Masjid Al Markaz sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran Islam melalui
peningkatan kapasitas perpustakaan dan studi-studi literal lainnya.
3. Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu adalah salah satu bangunan tembok besar yang dibangun mengelilingi kompleks
kerajaan Gowa yang terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Somba Opu, Kecamatan Tamalate.
Benteng ini dibangun pada abad ke-XV oleh Raja Gowa Daeng Marante Tuparisi Kallonna. Benteng
tersebut merupakan pusat pemerintahan, perniangaan dan pelayaran kerajaan Gowa di masa lampau
Gambar 8-7 Masjid Al-Markaz, Makassar
VIII - 9
hingga masa berkuasanya raja Gowa ke XVI Sultan Hasanuddin yang
diberi julukan oleh Belanda “Ayam Jantan dari Timur”.
Benteng Somba Opu pernah menjadi ajang pertempuran sengit antara
serdadu Belanda dan prajurit kerajaan Gowa pada masa itu yang
disebut “Perang Makassar” terbukti dengan terdapatnya meriam yang
jumlahnya kurang lebih 272 buah untuk melindungi benteng termasuk
satu meriam yang diberi nama “Anak Makassar” dan 30.000 peluru
meriam yang ditembakkan oleh VOC.
Benteng Somba Opu terletak dibagian selatan kota Makassar ± 7 km
dari pusat kota.
Nama lengkap Kareng Pattingalloang adalah Imangadacinna Daeng Sitaba yang merupakan putra
Raja Tallo I bernama I Mallingkung Daeng Manyonri dan ibunya bernama I Wara.
Karaeng Pattingalloang walaupun terkenal dengan ketegaran dan kewibawaannya akan tetapi ia tidak
berhasil menjabat Raja Tallo menggantikan ayahnya. Walaupun demikian saudara dari karaeng
Pattingalloang yang kemudian menjabat sebagai Raja Tallo bernama Mangkubumi yang menggantikan
Ayahnya.
Dalam arah perencanaan pola ruangnya kawasan cagar budaya tetap dipertahankan eksistensinya
sebagai kawasan yang bernilai sejarah, budaya dan pendidikan.
1. Merekonstruksi bagian-bagian Benteng Somba Opu yang terancam rusak dengan memperhatikan
sepenuhnya aspek-aspek historis. Sejauh mungkin tidak sampai merusak orisinilitas bangunan;
2. Merevitalisasi keberadaan rumah-rumah budaya dari Kabupaten/Kota di Sulsel yang ada di
sekitaran Lokasi Benteng agar bisa mendukung peran kultural-historisnya;
3. Memperkaya titik-titik informasi di kawasan Benteng Somba Opu sebagai pengenalan komprehensif
dari sejarah Benteng tersebut;
4. Memperhatikan sepenuhnya kondisi eksisting sekitar Benteng Somba Opu, terutama sedimentasi
sungai Jeneberang agar tidak mengancam keberadaan Benteng tersebut.
2. Industri (KIMA)
Kawasan industri adalah kawasan yang di dalamnya difungsikan untuk
kegiatan industri. Kawasan Industri Makassar tertetak di sebelah Utara
Kota Makassar dengan luas 759,05 Ha dan akan dikembangkan
menjadi 703 Ha merupakan tempat yang sangat ideal dan strategis
untuk mendirikan berbaga industri karena lokasinya berada disekitar 5
km dari Pusat Kota dan pelabuhan Laut Makassar serta 10 km dari
Bandara Hasanuddin. Areal Kawasan Indusrti Makassar menyediakan
kapling tanah matang yang tetah ditengkapi dengan sarana dan
prasarana. Kapling yang disediakan bervariasi antara 0,5 Ha - 5,0 Ha dan masing-masing dilengkapi
dengan fasilitas Lampu Penerangan, Jalan, Air Bersih dan Saluran Pembuangan Air Limbah serta
dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan kemudahan antara lain: .
1. Tersedia Pusat pengolahan Limbah dengan kapasitas 3000 m3/detik.
2. Tenaga listrik PLN dengan kapasitas 60.000 KVA.
3. Jaringan telepon 2.000 SST.
4. Sarana jalan yang dilengkapi dengan lampu.
Gambar 8-8 Somba Opu,
Makassar
Gambar 8-9 KIMA, Makassar
VIII - 10
5. Instalansi penglohanan limbah
6. AMDAL kawasan Industri
Dalam arah perencanaan pola ruang Kawasan Industri Terpadu, dilakukan upaya pemanfaatan ruang-
ruang sebagai berikut :
1. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana jalan penghubung untuk mendukung akselerasi di
Kawasan KIMA
2. Perluasan kawasan KIMA melalui pengembangan kawasan serupa di wilayah Gowa , Maros dan
Takalar, sebagai bentuk antisipasi terhadap peningkatan investasi di Kota Makassar.
3. Pariwisata
Kawasan pariwisata adalah kawasan yang secara anatomi ruang
memiliki keunikan atau potensi tersendiri secara alami, sehingga
dalam pemanfaatan dan pengolaannya dapat bernilai ekonomi.
Kawasan pariwisata juga merupakan medan magnet yang cukup
kuat untuk menarik para wisatawan, dan secara fisik ruangnya
dapat menjadi jati diri atau innerbeauty.
Dengan branding kawasan ”Gowa Makassar Tourism
Development”, merupakan kawasan yang diarahkan dan
diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis dan
pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi
dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Mariso.
Objek-objek pariwisata di Makassar, ada yang bersifat kultural sebagai indentitas kota Makassar, objek
wisata Alam serta objek wisata Leisure sebagai bentuk akomodasi ‟Makassar Kota Metropolitan‟. Nilai-
nilai objek wisata budaya yang sarat nilai-nilai lokal akan diintegrasikan agar saling mendukung dengan
objek wisata moderen khas Metropolitan.
Adapun strategi arahan pengembangan Pariwisata adalah :
1. Menciptakan ruang yang lebih nyaman, aman bagi para wisatamawan/pengunjung di Kota Makassar,
terutama di sekitar kawasan pariwisata;
2. Menyediakan sebuah jaringan interkoneksitas antar kawasan pariwisata, melalui penyediaan sarana
transportasi langsung yang nyaman dan efisien.
3. Menciptakan sebuah iklim integrasi antara berbagai jenis objek wisata yang ada, sehingga satu sama
lain bisa saling mengisi dan melengkapi.
4. Mengendalikan pertumbuhan kawasan di sekitar lokasi objek pariwisata supaya bisa sepenuhnya
memberi daya dukung yang maksimal terhadap keberadaan objek pariwisata tersebut.
4. Permukiman
Perkembangan Kota Makasar sebagai Kota Metropolitan, telah mengarahkan kebijakan pengembangan
kawasan pemukiman ke daerah-daerah pinggiran Kota. Selain karena keterbatasan ruang, kebijakan ini
diambil sebagai bentuk antisipatif terhadap ancaman banjir. Maraknya kawasan pemukiman telah
menghadirkan titik-titik banjir di sejumlah tempat di Kota Makassar.
Pembangunan kawasan pemukiman di pinggiran Kota ini juga sebagai bentuk implementasi tata ruang
Metropolitan Mamminasata. Titik pengembanganya nanti akan berada di empat kawasan utama dengan
keunggulan masing-masing.
Secara umum, strategi pengembangan kawasan permukiman dalam 12 kawasan terpadu dilakukan
dengan mengembangkan cara-cara progresif melalui program REVITALISASI, PEREMAJAAN
Gambar 8-10 Pantai Losari, Makassar
VIII - 11
LINGKUNGAN secara TERBATAS dan TERUKUR dan ataupun MEMBANGUN BARU dari kawasan yang
direncanakan sebagai kawasan permukiman serta mengembangkan sarana dan prasarana kawasan
secara seimbang sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
1. Mengendalikan sepenuhnya pertumbuhan kawasan pemukiman di pusat Kota dengan berlandaskan
tata aturan pemanfaatan ruang yang ada;
2. Mendorong pengembangan kawasan pemukiman vertikal sebagai adaptasi terhadap keterbatasan
lahan yang tersedia di kawasan perkotaan;
3. Mengembangkan strategi pengelolaan kawasan kumuh berat dan sedang di wilayah perkotaan,
termasuk di sepanjang aliran kanal;
4. Mendorong arah pengembangkan kawasan pemukiman baru di daerah pinggiran Kota, melalui
penyediaan berbagai fasilitas sarana dan prasarana penunjangnya;
5. Mengambangkan dan memaksimalkan pembangunan Kawasan pemukiman terpadu yang berada di
Kecamatan Manggala dan Rappocini;
6. Mengendalikan dan membatasi perubahan fungsi di tiap-tiap kawasan yang sudah ada.
D. RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Pulau Lakkang, yang merupakan kawasan delta Sungai Tallo itu,
direncanakan sebagai kawasan lindung, yaitu kawasan yang
diarahkan dan diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH).
Sumbangsih yang dikeluarkan adalah sebesar 55% dari luas
kawasan lakkang seluruhnya (487,314 Ha.)
Kawasan hijau yang berupa sempadan sungai terdapat di
Kecamatan Tamalate, Kota Makassar dan Kecamatan Palangga
dan Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Sedangkan
kawasan hijau yang terdapat di perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Maros terdapat di Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar dan Kecamatan Marusu, Kabupten Maros. Kawasan hijau yang terdapat di
perbatasan Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa terdapat di Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dan
Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa. Kawasan hijau merupakan faktor penyisih untuk pengembangan
wilayah.
Secara garis besar, kosentrasi ruang terbuka hujau di Kota Makassar terletak di tiga kecamatan, yaitu :
Kecamatan Manggala, Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalate. Di ketiga Kecamatan ini,
perbandingan antara luas ruang terbuka hijau dengan peruntukan lainya masih cukup besar.
1. Kawasan Pusat Kota :
Mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif dipekarangan;
Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai barat dan utara kota;
Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta pengadaan RTH Umum melalui
program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa kawasan;
Meningkatkan RUANG TERBUKA HIJAU di daerah permukiman padat;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;
Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai
terutama pada lingkungan padat.
2. Kawasan Pemukiman Terpadu :
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di
pekarangan rumah;
Gambar 8-11 Pulau Lakkang
VIII - 12
Mempertahankan lahan pemakaman dan lapangan olah raga yang ada;
Meningkatkan ruang terbuka hijau di daerah permukiman padat;
Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta pengadaan RTH Umum melalui
program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa kawasan;
Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai
terutama pada lingkungan padat;
Mendorong perilaku hijau bagi segenap penduduk di kawasan pemukiman terpadu.
3. Kawaan Pelabuhan Terpadu :
Mendorong peningkatan ruang terbuka hijau pada areal reklamasi pengembangan pelabuhan Sukarno
Hatta, yang sekaligus berfungsi sebagai sarana sosialisasi;
Menata bagian hilir muara Sungai Tallo;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di
pekarangan;
Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta pengadaan RTH Umum melalui
program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa kawasan;
Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai
terutama pada lingkungan padat.
4. Kawasan Bandara Terpadu :
Mengamankan RTH di sekitar kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin dengan budi daya pertanian;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan masuk Bandara serta ruang
hijau produktif di pekarangan dan areal bandara;
Mengembangkan penghijauan pada pusat-pusat kegiatan;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;
Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, terutama
pada lingkungan padat.
5. Kawasan Maritim Terpadu :
Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis PANTAI UTARA Makassar;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di
pekarangan;
Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan PERMUKIMAN NELAYAN UNTIA serta pengadaan
RTH Umum melalui program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa wilayah;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;
Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, terutama
pada lingkungan padat
6. Kawasan Industri Terpadu :
Menata jalur hijau di sepanjang JALAN TOL Ir. Sutami;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan dalam kawasan;
Mendorong tersedianya ruang terbuka hijau yang lebih seimbang pada areal kawasan industri;
Melestarikan taman-taman lingkungan di dalam kawasan industri dan kawasan permukiman sekitarnya
serta pengadaan RTH Umum melalui program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa
kawasan;
VIII - 13
Mendorong penanaman pohon pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai terutama pada
lingkungan padat.
7. Kawasan Pergudangan Terpadu :
Menata jalur hijau di sepanjang jalan tol Makassar;
Menata bagian hilir muara Sungai Tallo;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di
sepanjang jalan dalam kawasan;
Mendorong tersedianya ruang terbuka hijau yang lebih
seimbang pada areal kawasan industri;
Melestarikan taman-taman lingkungan di dalam kawasan pergudangan dan kawasan permukiman
serta pengadaan RTH Umum melalui program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa
wilayah.
8. Kawasan Riset Pendidikan Tinggi Terpadu :
Menjaga kelestarian dan penghijauan di kawasan Riset dan Pendidikan Tinggi Terpadu Tamabiring;
Mengembangkan dan mendorong penghijauan di Pusat-Pusat Kegiatan Riset dan Pendidikan
Tamabiring;
Meningkatkan ruang terbuka hijau di daerah permukiman yang ada disekitar Kawasan;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;
Mendorong Aktifitas riset dan kegiatan pendidikan yang bernuansa penghijauan.
9. Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu :
Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis PANTAI BAGIAN BARAT MAKASSAR;
Menata bagian hilir MUARA SUNGAI JENEBERANG dan BALANG BERU;
Meningkatkan penghijauan didaerah sekitar danau tanjung bunga (Sungai Balang Beru) guna menjadi
wadah rekreasi dan sosialisasi warga;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di
pekarangan;
Mempertahankan lapangan olah raga yang ada;
Meningkatkan ruang terbuka hijau di daerah permukiman padat sekitar kawasan pengembangan kota
tanjung bunga;
Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta pengadaan RTH Umum melalui
program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa kawasan sekitar kota Tanjung Bunga;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur.
10. Kawasan Bisnis Global Terpadu :
Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis PANTAI BAGIAN BARAT MAKASSAR;
Menata dan mengembangkan kawasan hijau baru dari proses REKLAMASI PANTAI LOSARI;
Menata bagian Hilir Muara KANAL KOTA;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan;
Meningkatkan ruang terbuka hijau melalui pembuatan hutan dan taman-taman kota secara seimbang
dalam kawasaan global terpadu;
Mengembangkan Center Point of Indonesia, yang nantinya akan menjadi sentrum Kawasan Hijau
Terbuka di Pusat Kota.
VIII - 14
11. Kawasan Energi Center
Memaksimalkan pemanfaatan ruang kosong di sekitar wilayah muara Sungai Tallo untuk penghijauan;
Menata jalur hijau berbunga di sepanjang jalan kawasan Energi Center;
Mendorong pengembangan areal budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur.
12. Kawasan Olahraga Terpadu
Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis PANTAI BAGIAN BARAT MAKASSAR;
Menata bagian hilir MUARA SUNGAI JE‟NEBERANG;
Meningkatkan penghijauan di dalam areal pengembangan kawasan;
Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif pada pusat-
pusat kegiatan;
Mendorong pembentukan taman-taman kota sebagai wadah sosialisasi warga;
Meningkatkan ruang terbuka hijau di pusat-pusat kegiatan.