11
HEALTH BELIEF MODEL A. LATAR BELAKANG Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) berasal dari teori yang telah mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku (terutama pendekatan value-expectancy) dan sama dengan pengambilan keputusan (decision making model) yang dikemukakan Lewin, Tolman, Rotter, Edward, Atkinson, dll (Maiman dan Beckers,1954). Focus asli dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up untuk pencegahan/pemeriksaan awal (screening) misalnya tes tuberculosis dan vaksinasi / imunisasi seserti vaksinasi influenza, hepatitis B. Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberkulosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Dalam teori ini dipercaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah motif kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif dan yang subyektif. Kebutuhan kesehatan yang obyektif ialah yang diidentifikasi oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu / membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat / kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut Rosenstock , pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan.

5.Health Belief Model

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5.Health Belief Model

HEALTH BELIEF MODEL 

A.  LATAR BELAKANG Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) berasal dari teori yang

telah mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku (terutama pendekatan value-expectancy) dan sama dengan pengambilan keputusan (decision making model) yang dikemukakan Lewin, Tolman, Rotter, Edward, Atkinson, dll (Maiman dan Beckers,1954). Focus asli dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up untuk pencegahan/pemeriksaan awal (screening) misalnya tes tuberculosis dan vaksinasi / imunisasi seserti vaksinasi influenza, hepatitis B.

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberkulosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Dalam  teori ini  dipercaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah motif kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut.

Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif dan yang subyektif. Kebutuhan kesehatan yang  obyektif ialah yang diidentifikasi oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu / membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.

Pendapat / kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut Rosenstock , pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan.Artinya individu itu baru akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika dia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-apa.  Pada dasarnya model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

 

1.    Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan social) bila terkena penyakit  tersebut

2.    Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan (misalnya perkiraan subyektif mengenai kemungkinan manfaat  dari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat bahaya dan keparahan). Kemudian di bandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan (fisik, uang, dll) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan tindakan tersebut.

3.    Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada baik dari sumber internal (misalnya gejala penyakit), maupun eksternal (misalnya interaksi interpersonal, komunikasi massa). 

Page 2: 5.Health Belief Model

Dalam HBM ini dapat dipahami bahwa perbedaan factor demografis, personal, structural dan social mempengaruhi perilaku kesehatan, namun semua variable itu sebenarnya mempengaruhi persepsi dan motivasi individu, bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu tindakan (Becker dkk, 1977). Modifikasi utama yang dilakukan SV.Kasl dan S.Cobb (1966) menyangkut perilaku tertentu yang dijalankan seseorang pada saat mengalami suatu gejala penyakit, seperti rasa sakit dan kurang enak badan, tekanan psikologis, tingkat toleransi terhadap rasa sakit, kurang daya dan tenaga, dan keadaan sosiodemografik, semuanya ini memegang peranan penting.

    

B.  HIPOTESA HBM Hipotesis dalam model HBM adalah orang tidak akan mencari pertolongan

medis atau pencegahan penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan (Rosenstock,1974)

Perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan kenyakinannya terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan. Bagaimanapun juga rasa sakit dan kurang enak badan yang berkaitan dengan gejala penyakit dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap ancaman penyakit dan juga mempengaruhi perilaku, sedangkan karakteristik social, tingkat toleransi seseorang terhadap rasa sakit, kekurangan daya dan semangat diperkirakan mempunyai pengaruh tidak langsung atas suatu tindakan atau perilaku.

 C.  KOMPONEN HBM

Health Belief Model mencakup lima komponen utama (Rosenstock, 1982) yaitu ;

1. Perceived Susceptibility (Kerentanan yang dirasakan)merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentannya dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu.

1. Perceived Severity (Keparahan yang dirasakan)merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit

Page 3: 5.Health Belief Model

misal ; kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.

1. Perceived Benefit (Persepsi Manfaat)Individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya.

1. Perceived Cost (Persepsi Biaya/halangan)merupakan persepsi terhadap biaya/aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit.

1. Cues to Action (Isyarat untuk bertindak)ada faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut. Isyarat ini dapat bersifat :�  Internal    ; isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu, misal

gejala yang dirasakan�  Eksternal             ; isyarat untuk bertindak yang berasal dari interaksi

interpersonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi dengan petugas kesehatan.

 Persepsi terhadap kerentanan dan keparahan penyakit, pertimbangan manfaat dan biaya melakukan tindakan kesehatan serta isyarat untuk bertindak dipengaruhi oleh :Variabel demografi yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budayaVariabel sosiopsikologis yaitu kepribadian, kelas social, tekanan socialVariabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman tentang masalah. 

 

Gambar 1. The Basic Health Belief  Model

Page 4: 5.Health Belief Model

 

Gambar 2. The Health Belief Model-Revised(Becker, 1974, 1988;Janz & Becker, 1984)

 

 

 

 

 

 

Page 5: 5.Health Belief Model

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. The Health Belief Model-Revised(Rosenstock, Strecher & Becker, 1988)

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

D.

PENERAPAN TEORI HBM DALAM PROGRAM VCTSecara global diperkirakan terdapat 42 juta orang hidup dengan virus HIV,

mereka terdiri dari 38,6 juta orang dewasa, 50% di antaranya adalah perempuan (19,2 juta), usia di bawah 15 tahun (3,2 juta). Pada tahun 2002-2010 diproyeksikan akan ada penambahan 45 juta orang terinfeksi HIV.

Strategi pencegahan HIV adalah melalui target intervensi pada popolasi beresiko (pekerja seks, penasun), pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (Prevention Mother to Child Transmission=PMTCT), memastikan layanan darah yang aman dan Voluntary Counselling Test (VCT).

VCT sebagai salah satu strategi pencegahan HIV, membantu setiap orang untuk mendapatkan akses ke arah semua layanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi akurat dan tepat waktu dapat dicapai sehingga proses pikir, perasaan dan perilaku dapat diarahkan kepada perilaku lebih sehat. Komponen dalam VCT ; konseling pra test, test HIV, konseling post test.

                

ACTIO

  BACKGROUN

D

 

 PERCEPTIO

N

  

 

 

Page 6: 5.Health Belief Model

Seseorang ( Pekerja Seks ) akan mengikuti program VCT  dan bersedia melakukan test HIV dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut  :

 Perceived Susceptibility ; merasa dirinya rentan terhadap penyakit HIV berkaitan

dengan profesinya sebagai pekerja seks karena penyakit tersebut dapat menular melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan alat pengaman (kondom).

Perceived Seriousness ; merasa bahwa jika terkena penyakit HIV akan berakibat serius yaitu bisa menyebabkan kematian karena menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terinfeksi. Selain itu dampak sosial yang diakibatkan jika sesorang terkena penyakit HIV yaitu dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat, mendapat stigma jelek dan perlakuan diskriminasi.

Perceived Benefit ; merasa bahwa program VCT sangat bermanfaat dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS karena dapat mendeteksi secara dini (dengan test HIV), merupakan akses pengobatan dan dukungan bagi penderita HIV/AIDS.

Perceived Cost ; merasakan adanya biaya/halangan untuk mengikuti program VCT antara lain ; harus menyediakan waktu, tempat VCT jauh, rasa takut dan malu dengan petugas kesehatan, prosedur yang lama dan rumit (adanya inform consent)

Cues to action ; merasakan isyarat dari dalam dirinya (internal) misaknya ; demam, panas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dll. Selain itu juga adanya petunjuk dari luar (eksternal) misalnya ; pernah mengikuti sosialisasi penyakit HIV/AIDS dari petugas kesehatan, membaca poster tentang HIV/AIDS atau pengalaman sesama pekerja seks yang terkena penyakit HIV/AIDS.

     E.  KRITIKAN TERHADAP HBM

Banyak bukti-bukti yang ditemukan untuk mencoba mendukung model HBM, menyangkut penelitian tentang  tindakan kesehatan preventif, mencari diagnose penyakit dan kepatuhan terhadap aturan perawatan yang telah ditetapkan (Becker, 1979). Namun beberapa penelitian yang menggunakan variable HBM idak memperoleh hasil yang diharapkan. Beberapa kritikan terhadap teori HBM adalah ;1.    Secara teoritis HBM tidak terlalu baik karena didasarkan pada penelitian

terapan dalam masalah pendidikan kesehatan bukan penelitian akademis.2.    HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang diragukan seperti bahwa setiap

pilihan perilaku berdasarkan pada pertimbangan rasional.3.    HBM tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap kondisi seseorang

dalam membuat pertimbangan tertentu.4.    HBM menganggap bahwa orang mencoba tetap sehat dan secara otomatis

memperhatikan perilaku yang sehat hal ini tidak mencakup bahwa perilaku tidak sehat dapat memiliki banyak keuntungan (semu sesaat) seperti kepuasan sementara pada pecandu obat.

Page 7: 5.Health Belief Model

5.    HBM hanya memperhatikan keyakinan kesehatan yang berarti ini dapat menyesatkan karena banyak pertimbangan perilaku yang tidak ada kaitan dengan kesehatan tapi mempengaruhi kesehatan

6.    Masalah ukuran variabel HBM misalnya bagaimana mengukur kekebalan atau keseriusan yang dirasakan.

Pengembanagn / perluasan teori HBM yang dipraktekkan sekarang ;

1. HBM telah menggunakan ketertarikan dalam kebiasaan seseorang dan sifat-sifat dikaitkan dengan perkembangan dan kondisi kronis termasuk gaya hidup tertentu, misalnya merokok, diet, oleh raga, penggunaan kondom untuk mencegah AIDS.

2. Penekanan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit telah diganti kontrol dari resiko.

3. HBM diterapkan dalam perilaku itu sendiri ataupun untuk mencegah perubahan dalam perilaku (keadaan kesakitan dan perilaku peran sakit seperti dalam penelitian terjadinya gejala (symptom occurrence) dan respon terhadap gejala (symptom response) yang menggambarkan bagaimana orang menginterpretasikan keadaan tubuh dan berperilaku selektif

4. Peramalan perilaku digunakan untuk pencarian perawatan medis untuk gejala dan menaati nasihat medis.

   

 DAFTAR PUSTAKA 

1. Jane Ogden, 1996. A Text Book ; Health Phsycology . Open University Press.Buckingham, Philadelphia.

2. Solita Sarwono, 2007. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University, Yogyakarta.3. The Health Belief Model . Available at : http//www.wikipedia.com

 

Health Belief Model seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950. HBM diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari mempertimbangkan  orang-orang mengenai kesehatan. HBM digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Rosenstock (1966) HBM digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yaitu didasarkan pada perilaku individu yang ditentukan oleh motif dan kepercayaan individu itu sendiri.Focus asli dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up untuk pencegahan / pemeriksaan awal (screening) misalnya tes tuberculosis dan vaksinasi / imunisasi seserti vaksinasi influenza, hepatitis B.

Page 8: 5.Health Belief Model

HBM merupakan model kognitif yang berarti dalam proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut HBM ke mungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan

tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu ancaman

yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness) dan pertimbangan tentang keuntungan dan

kerugian (benefits and cost).

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh

mana seorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah

bahwa bila ancaman dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga meningkat. Penilaian tentang

ancaman yang dirasakan ini didasarkan pada :

Ketidakkekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang berarti orang dapat mengembangkan masalah

kesehatan menurut kondisi mereka.

Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) yaitu orang mengevaluasi keseriusan penyakit tersebut bila mereka

mengembangkan masalah kesehatannya atau membiarkan penyakitnya tidak tertangani.

Penilaian kedua adalah perbandingan antara keuntungan dengan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk

memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.

Tambahan untuk penilaian yang terhadulu, petunjuk untuk berperilaku (cues to action) diduga tepat untuk memulai

proses perilaku atau disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position) berasala dari

informasi dari luar atau nasehat mengenai permasalahan kesehatan misalnya nasehat orang lain, media massa,

kampanye, pengamalan dari orang lain yang pernah mengalami hal yang sama dan sebagainya.

Ancaman, keseriusan, ketidakkekebalan dan pertimbangan keuntungan dan kerugaian dipengaruhi oleh :

Variable demografi yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang budaya

Variable sosiopsikologis yaitu kepribadian, kelas social, tekanan social

Variabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman tentang masalah.

Kebutuhan akan kesehatan seseorang terbagi dua yaitu kebutuahn obyektif yaitu diidentifikasi oleh petugas

kesehatan berdasarkan penilaiannya yang profesional dan kebutuhan subyektif yang didasarkan individu

menentukan sendiri apakah dirinya mengendung penyakit, berdasarkan perasaan dan penilainnya sendiri. Ada

beberapa bentuk teori HBM yaitu :

1. Menurut Rosentock (1982)2. kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya

terkena suatu penyakit. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentannya dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu

3. keparahan yang dirasakan (perceived seriousness) pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diserita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang diseritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misal ; kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.

4. persepsi manfaat (perceived benefitI individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya.

5. persepsi halangan (perceived barriers) merupakan persepsi terhadap aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit.

6. Isyarat untuk bertindak (cues to action) ada faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut. Isyarat ini dapat bersifat :

7. Internal ; berasal dari dalam diri individu, misal gejala yang dirasakan8. Eksternal ; berasal dari interaksi interpersonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi

dengan petugas kesehatan.

Page 9: 5.Health Belief Model

    2. Menurut SafarinoBagan dari penggambaran Safarino lebih sederhana dan pada bagan ini mencoba mengelompokkan menjadi dua kelompok besar persepsi ancaman dan persepsi manfaat dan halangan yang mempengaruhi isyarat untuk berperilaku.Persepsi ancaman (perceived threats) merupakan persepsi dari perpaduan ancaman dan kerentanan. Makin berat resiko suatu penyakit dan makin besar resiko individu itu terserang suatu penyakit tersebut, makin dirasakan ancamannya, yang merupakan hasil perpaduan antara persepsi keseriusan dan kerentanan. Persepsi dan Faktor Modifikasi 3. Menurut Glans (2002)