Upload
amin
View
124
Download
25
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penyajian data evapro
Citation preview
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Profil Puskesmas
A. Data Puskesmas
Puskesmas Pahandut sudah berdiri sejak 1957, dengan luas tanah sekitar 8250 m2. Untuk
luas puskesmasnya sekitar 6500 m2 dengan luas wilayah kerja sekitar 25 km. Puskesmas
Pahandut beralamat di jalan Darmosugondo no. 1, kecamatan Pahandut. Jumlah penduduk di
kecamatan Pahandut sekitar 28.457 dengan jumlah kepala keluarga sekitar 6792. Puskesmas
Pahandut juga merupakan Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap di kota Palangka Raya.
Puskesmas Pahandut memiliki wilayah kerja di kelurahan Pahandut dengan luas wilayah
9,50 km2, kelurahan Pahandut seberang 44,00 km2 dan kelurahan Tumbang Rungan 23,00 km2.
Puskesmas ini memiliki 4 pustu yaitu puskesmas pembantu Murjanin, puskesmas pembantu
Rindang Binua, puskesmas pembantu Tumbang Rungan, dan puskesmas pembantu Pahandut
seberang.
20
B. Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut per Januari 2012
C. Sarana dan Prasarana Puskesmas Pahandut
Tabel 4.1 Fasilitas gedung kesehatan puskesmas pahandut
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ruang Tunggu
Loket pendaftaran
Ruang rawat inap
Ruang IGD
Ruang poli kesehatan
Ruang apotek
2
1
3
1
4
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
21
Tabel 4.2 Fasilitas umum puskesmas pahandut
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kursi panjang
Papan informasi
Tempat sampah
Cermin seluruh badan
Toilet
Halaman parkir
8
3
5
1
2
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tabel 4.3 Fasilitas khusus puskesmas pahandut
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Komputer
Mesin ketik manual
Pesawat telepon
Printer
AC
Kipas angin
Kursi
Meja
Lemari
6
1
1
2
3
5
40
47
12
Baik/tidak baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik/tidak baik
Baik
Baik
Fasilitas Medis yang tersedia di puskesmas pahandut antara lain sphygmomanometer,
USG, EKG, ambulan. Fasilitas non medis tempat tidur berjumlah 10 buah dan fasilitas
penyuluhan berupa LCD, proyektor, leaflet, brosur, poster.
D. Sumber Daya Puskesmas
Tabel 4.4 Sumber Daya Puskesmas
No Profesi Jumlah
1
2
3
4
Dokter
Perawat
Petugas administrasi
Analis laboratorium
7
25
8
3
22
5
6
7
8
9
Bidan
Kesehatan lingkungan
Nutrisi
Apoteker
Asisten apoteker
13
2
2
1
2
Sumber dana didapat dari dinas kesehatan Kota Palangka Raya. Pada tahun 2012 total
dana yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sebesar Rp 292.172.488 dengan pengalokasian
selama 4 triwulan sebagai berikut
Triwulan Jumlah (Rp)
I 70.775.838
II 73.075.550
III 71.575.550
IV 72.425.550
4.1.2. Program Puskesmas
Tabel 4.5 Ketersediaan 18 Program Pokok PuskesmasNo. Program Puskesmas Ada Tidak ada1 Upaya kesehatan ibu dan anak 2 Upaya keluarga berencana 3 Upaya peningkatan gizi 4 Upaya kesehatan lingkungan 5 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 6 Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat
karena kecelakaan
7 Upaya penyuluhan kesehatan 8 Upaya kesehatan sekolah 9 Upaya kesehatan olahraga 10 Upaya perawatan kesehatan masyarakat 11 Upaya kesehatan kerja 12 Upaya kesehatan gigi dan mulut 13 Upaya kesehatan jiwa 14 Upaya kesehatan mata 15 Upaya laboratorium sederhana
23
16 Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
17 Upaya kesehatan lanjut usia 18 Upaya pembinaan pengobatan tradisional
UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAKKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Imunisasi dasar 3 orang Ruangan lebih besar
Daerah strategis
Melayani jampersal kota
Sarana & prasarana dirasa masih kurang, seperti matras untuk senam ibu hamil tidak tersedia
7 kegiatan outdoor yang ada pada puskesmas ini keseluruhnya terealisasi.
2. Pelayanan balita sakit 2 orang3. Ante Natal Care
(ANC)5 orang
4. 7 Kegiatan outdoor : P4K (Program
Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi)
Penyuluhan KB & KIA
Pemantauan ibu hamil resiko tinggi
Motivasi untuk membuat Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)
Kesehatan ibu nifas
Deteksi dini tumbuh kembang anak
Kelas ibu hamil
5 orang + bidan pustu
UPAYA KELUARGA BERENCANAKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Pelayanan KB 2 orang Ruangan lebih besar
Daerah strategis
Sarana & prasarana dirasa masih kurang
UPAYA PENINGKATAN GIZIKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
24
1. Pemeriksaan antropometri
BB TB Status gizi KMS
3 orang - Alat pengukur TB rusak
Ruangan yang panas
2. Konseling gizi
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Penyuluhan meliputi 18 posyandu
1 orang kepala
Lebih dekat dengan masyarakat
Alokasi dana yang kurang untuk kegiatan penyuluhan sehingga banyak kader yang enggan untuk ikut serta dalam penyuluhan
Waktu pelaksanaan : senin – jum’at
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULARKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Poli umum 5 orang - - -2. Program khusus
untuk penanggulangan TB
1 orang Pemeriksaan mikrobiologis BTA dapat dilakukan
Kekurangan dalam hal tenaga pelaksana & dana.
Puskesmas ini merupakan puskesmas rujukan untuk pemeriksaan mikrobiologis BTA untuk daerah dalam kota
AUPAYA PENGOBATAN TERMASUK PELAYANAN DARURAT KARENA
KECELAKAANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Kegawatdaruratan (UGD)
3 orang Layanan emergency call
UGD 24 jam
Sarana & prasarana yang dirasa masih kurang sehingga ada tindakan-tindakan yang sebenarnya bisa
Puskesmas ini merupakan satu-satunya puskesmas dalam kota yang
2. Rawat jalan
25
dilakukan di puskesmas tetapi terpaksa dirujuk ke RS karena keterbatasan alat-alat.
Obat-obatan
memiliki pelayanan UGD
UPAYA PENYULUHAN KESEHATANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Penyuluhan diposyandu. Puskesmas merangkul 15 posyandu yang masuk diwilayah kerjanya.
3 orang + kader dari masyarakat sekitar
- Peralatan elektronik yang masih kurang
3x/bulan; jam 8 pagi atau 3 sore
2. Kegiatan penyuluhan di Taman Kanak-kanak (TK)
Bagian gizi dan kebidanan
1x/tahun
UPAYA KESEHATAN SEKOLAHKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. UKGS (Upaya kesehatan Gigi Sekolah)
1 dokter gigi didampingi 4 perawat
- Kekurangan alat lengkap, dan banyak peralatan medis yang rusak.
1x/tahun
UPAYA PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKATKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Penyuluhan 1 orang kepala
Lebih dekat dengan masyarakat
Alokasi dana yang kurang
Kurangnya kader
UPAYA KESEHATAN GIGI & MULUTKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
26
1. Pemeriksaan dasar gigi
1 dokter gigi dan 4 perawat pembantu
Mengundang antusias masyarakat
Keterbatasan alat
Perawatan tidak rutin
Banyak alat yang sudah rusak
2. Penambalan 18 SD dan 12 TK
3. Pencabutan sederhana
UPAYA LABORATORIUM SEDERHANAKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.
1. Pemeriksaan darah sederhana : Hemoglobin LED Leukosit Gol.darah Plasmodium Gula darah Test widall/ tifoid Protein urin Reduksi urin Sedimen Tes kehamilan Pemeriksaan
BTA
2 analis Puskesmas rujukan mikrobiologi (BTA)
Alat dan bahan reagen kurang memadai.
Ruangan yang sudah lama
UPAYA PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM RANGKA SISTEM INFORMASI KESEHATAN
KEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.1. Rekapitulasi data
rekam medik & program-program puskesmas lainnya
8 orang - Semua data terarsip dengan baik
-
4.1.3. Studi Kasus Tuberkulosis Puskesmas Pahandut Palangkaraya
Tabel 4.6 Hasil studi Kasus TB di Puskesmas Pahandut
Hal yang diamati Tolok ukur penanggulangan TB (Kepmenkes No. 364/MENKES/SK/V/2009 Puskesmas
27
Bagan Alur
Diagnosis TB Paru
SESUAI
Indikator Program TB 2011 2012
1. Angka
Penjaringan
Suspek
713/ 100.000
Penduduk
696/ 100.000
Penduduk
2. Proporsi
Pasien TB
BTA Positif
Diantara
Suspek
6,8 % 13,6 %
3. Proporsi
Pasien TB
Paru Positif
Diantara
Semua Pasien
TB Paru
Tercatat/Diob
ati
25 % 64 %
4. Proporsi
Pasien TB
Anak Diantara
Seluruh
Pasien TB
14 % 1 %
5. Angka
Penemuan
Kasus (Case
Detection
Rate = CDR)
14 % 20%
6. Angka
Notifikasi
28
Kasus (Case
Notification
Rate = CNR)
48 % 39 %
7. Angka
Konversi
(Conversion
Rate)
81 % 87 %
8. Angka
Kesembuhan (
Cure Rate)
83 % 84 %
9. Angka
Keberhasilan
Pengobatan
88 % 86 %
10. Angka
Kesalahan
Laboratorium
TIDAK TERSEDIA
1. Angka Penjaringan Suspek TB per 100.000 Penduduk
Angka penjaringan suspek TB di wilayah kerja puskesmas Pahandut dari tahun 2011-
2012 menunjukkan adanya penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor karena
rendahnya frekuensi penyuluhan, kunjungan, dan survey kontak serumah pasien TB dan
lingkungan sekitarnya.
Rendahnya frekuensi penyuluhan, kunjungan, dan survey kontak serumah pasien TB dan
lingkungan sekitarnya diakibatkan keterbatasan tenaga dan dana dari puskesmas Pahandut
sendiri.
2. Proporsi Pasien TB BTA Positif Diantara Suspek
Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek adalah prosentase pasien BTA positif
yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini meggambarkan
mutu dan proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
Standar angka proporsi ini adalah 5 – 15 %. Dari data yang telah diperoleh, prosentase proporsi
pasien TB BTA positif diantara suspek di puskesmas Pahandut pada tahun 2011 adalah 6,8 %,
sedangkan tahun 2012 13,6 %. Angka ini menandakan bahwa di puskesmas Pahandut
kemungkinan tidak ditemukan adanya permasalahan dalam diagnosis pasien.
29
3. Proporsi Pasien TB Paru Positif Diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat/Diobati
Adalah prosentase pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru tercatat.
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh
pasien TB paru yang diobati. Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut ditemukan
prosentase pada tahun 2011 adalah 25 % dan tahun 2012 adalah 64 %. Angka proporsi pasien TB
paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat/ diobati ini sebaiknya tidak kurang dari 65 %.
Pada tahun 2011 ditemukan prosentase yang jauh lebih rendah, hal ini menandakan bahwa mutu
diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA positif). Namun, pada tahun 2012 ditemukan prosentase yang meningkat secara
signifikan yaitu 64%, hal ini menandakan bahwa mutu diagnosis sudah cukup baik walaupun
masih kurang dari 65%.
4. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB
Adalah prosentase pasien TB anak (< 15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.
Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB
pada anak. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan perbedaan prosentase yang cukup
signifikan pada tahun 2011-2012, dimana pada tahun 2011 ditemukan 14 % pasien TB pada anak
diantara seluruh pasien TB, sedangkan pada tahun 2012 hanya ditemukan 1 % pasien TB anak.
Standar angka proporsi ini bekisar pada 15 %. Dari data yang di peroleh di puskesmas Pahandut
ditemukan penurunan prosentase yang cukup signifikan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai
hal, salah satunya adalah keberhasilan pihak puskesmas dalam melakukan penyuluhan mengenai
pencegahan penularan TB atau pun melakukan survey kontak serumah pasien TB. Namun,
keberhasilan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama dari pasien maupun
keluarga pasien, yang membutuhkan kedisplinan dalam mencapai kesembuhan.
5. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA yang ditemukan dan diobati dibanding
jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. CDR ini
menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target
Nasional CDR pada program TB minimal 70 %. Namun target ini mungkin akan sulit dicapai,
30
hal ini dikarenakan strategi penemuan kasus untuk menanggulangi kasus TB dilakukan secara
pasif, hal ini pula lah yang mungkin menjadi penyebab dari rendahnya angka penemuan kasus di
puskesmas Pahandut. Selain itu, keterbatasan tenaga yang mengakibatkan terbatasnya frekuensi
untuk melakukan promosi aktif juga berpengaruh sehingga hanya sedikit angka penemuan kasus
yang terjaring.
6. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat
diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulan serial, akan
menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah puskesmas
Pahandut. CNR ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Pada kasus ini, di wilayah puskesmas
Pahandut menunjukkan kecenderungan menurunnya penemuan pasien.
7. Angka Konversi (Conversion Rate)
Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi
BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka minimal konversi adalah 80%.
Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prosentase dari tahun 2011-2012. Hal ini menandakan bahwa pengawasan langsung menelan
obat dilakukan dengan benar.
8. Angka Kesembuhan ( Cure Rate)
Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat. Angka kesembuhan minimal yang harus dicapai adalah 85 %. Dari data yang telah
diperoleh dari puskesmas Pahandut, didapatkan prosentase meningkat dari tahun 2011-2012,
namun belum mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai
kemungkinan, misalnya ketidak disiplinan pasien dalam meminum obat. Namun, dalam hal ini
sebenarnya angka kesembuhan ini sudah cukup baik.
9. Angka Keberhasilan Pengobatan
31
Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien
baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dari data di puskesmas Pahandut didapatkan angka
kebrhasilan pengobatan yang juga meningkat selama 2 tahun terakhir. Hal ini menandakan
bahwa penanggulangan pada kasus TB sudah cukup baik, yang dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan, salah satunya adalah keberhasilan tenaga kesehatan dalam melakukan penyuluhan
atau promosi aktif dalam menanggulangi kasus TB.
10. Angka Kesalahan Laboratorium
Dari evaluasi yang telah dilakukan di puskesmas Pahandut, program untuk mengetahui
angka kesalahan laboratorium belum dilaksanakan/ tersedia. Pada saat ini penanggulangan TB
sedang dalam uji coba untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan
metode Lot Quality Sampling Assessment (LQSA) di beberapa provinsi. Untuk masa yang akan
datang akan diterapkan metode LQSA diseluruh sarana pelayanan kesehatan.
4.1.4. Identifikasi Masalah
4.1.4.1. Kerangka Konsep
32
Ditemukannya lebih dari satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena
adanya keterbatasan dana dan sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan kriteria matriks seperti pada tabel dibawah.
Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:
a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari:
Besarnya masalah (Prevalence = P)
Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI
Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB
Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) = DU
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB
Suasana politik (political climate) = PC
c) Kelayakan teknologi (technilcal feasibility) = T
d) Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R
Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat
penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.
Tabel 4.7 Prioritas MasalahNo Daftar Masalah Importance T R Jumlah
P=I x T x RP S RI DU SB PB PC
1. Rendahnya angka penjaringan
suspek
4 3 3 5 5 2 3 3 3 225
2. Proporsi pasien TB paru positif
diantara semua pasien TB paru
tercatat / diobati
3 2 2 4 5 2 3 3 3 189
3. Rendahnya angka penemuan
kasus (Case Detection Rate =
CDR)
5 4 5 5 5 2 3 3 3 261
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Rendahnya angka penemuan kasus. Adapun urutan prioritas masalah yang
berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya angka penemuan kasus
2. Rendahnya angka penjaringan suspek
34
3. Proporsi pasien TB paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat / diobati
Rendahnya angka penemuan kasus merupakan masalah yang menjadi prioritas. Angka
penemuan kasus menggambarkan jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
dalam wilayah puskesmas. Rendahnya angka penemuan kasus berarti banyaknya kasus suspek
TB yang tidak diperiksa lebih lanjut ataupun karena jumlah suspek/penderitanya yang sedikit,
ataupun dikarenakan kesalahan pemeriksaan laboratorium. terjaring dan kurangnya keaktifan
puskesmas dalam upaya penjaringan suspek TB. Berdasarkan alasan-alasan diatas, akibat yang
ditimbulkan (severity) oleh rendahnya angka penemuan kasus diberikan nilai paling besar.
Angka penjaringan suspek TB berarti angka penemuan suspek TB yang dahaknya
diperiksa pada wilayah puskesmas dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke
waktu. Rendahnya angka penjaringan suspek TB ini bisa dikarenakan banyak hal seperti kurang
upaya puskesmas dalam menjaring suspek TB, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB,
kurangnya sumber daya untuk melakukan penyuluhan dan penjaringan kepada masyarakat.
Puskesmas sebagai sentra layanan kesehatan primer seharusnya menjadi lini pertama penjaringan
kasus suspek TB. Diharapkan kasus-kasus suspek yang ada dapat dijaring oleh puskesmas
sehingga dapat di periksa dengan pemeriksaan BTA sehingga dapat diobati. Selain memberikan
pelayanan TB berupa pemeriksaan dan pengobatan, puskesmas juga diharapkan mampu
melakukan pencegahan TB, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. kurangnya angka kunjungan penderita TB ke
puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga
tindak lanjut berupa penyuluhan pencegahan TB tidak sampai pada penderita dan keluarga.
Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga mengenai pencegahan TB dapat meningkatkan
risiko penularan ke keluarga dan bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan
penyuluhan ke masyarakat tidak berjalan. Atas alasan-alasan diatas, karena itulah masalah
tersebut diberikan nilai severity menengah.
Proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau
diobati menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan
menetapkan kriteria suspek. Angka dari proporsi pasien TB BTA positif masih sedikt dibawah
standar yang ditetapkan jadi oleh karena itu severitynya dimasukan kedalam derajat rendah.
Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka penemuan kasus pada tahun
2012 adalah 20% dari nilai idealnya sebesar 70%, berarti ada kesenjangan sebesar 50%. Akan
35
tetapi dari evaluasi pada tahun 2011, angka pencapaian hanya mencapai 14% dengan tolak ukur
yang sama sebesar 70%. Jika dikaitkan dengan evaluasi pada tahun 2011, menunjukan adanya
perbaikan dalam program penemuan kasus baru dan meningkat sebesar 6% sehingga Rate of
Increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang lebih rendah dari masalah yang lain. Masalah
rendahnya penjaringan suspek TB memiliki nilai pada tahun 2011 sebesar 713/100000 penduduk
menurun menjadi 696/100000 penduduk, ini dipikirkan akibat kecenderungan tidak ada
perbaikan masalah dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk Proporsi pasien TB BTA positif
diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati terjadi peningkatan yang signifikan
dari tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 25% menjadi 64%.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet need) untuk
masalah rendahnya angka penemuan kasus baru, penjaringan suspek TB, dan proporsi pasien TB
BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati. Kesembuhan
merupakan harapan utama dari seorang penderita, oleh karena itu dibutuhkan tidakan yang tepat
untuk kasus TB yang sesuai dengan standar, termasuk penjaringan suspek TB. Masyarakat juga
menginginkan penularan TB dapat diminimalisasi. Untuk mewujudkannya, tidak cukup dengan
pelayanan TB dalam puskesmas saja, tetapi juga dibutuhkan peran serta masyarakat baik dalam
berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan), dengan salah satu bentuk nyata seperti
pelayanan oleh kader.
Keuntungan sosial (social benefit) yang diperoleh jika masalah rendahnya angka
penemuan kasus baru dan penjaringan suspek TB dapat diselesaikan sampai mendapat nilai
terbesar. Adanya penyelesaian terhadap kedua masalah tersebut diharapkan dapat memutus
rantai penularan TB karena kasus-kasus TB yang ada dapat teridentifikasi dan mendapat
penanganan yang tepat dan tindak lanjut berupa penyuluhan tentang pencegahan penularan TB.
Perhatian masyarakat (public concern) terhadap permasalahan TB secara umum masih
kurang. Pasien masih banyak yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita TB dan berobat ke
puskesmas. Cakupan penjaringan dan penemuan kasus TB hal ini adalah keadaan yang
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan dan berobat ke puskesmas.
Pemerintah telah membentuk program pengobatan gratis untuk semua penderita TB, oleh
karena itu ketiga masalah mendapat nilai PC (political climate) yang sama, sebagai bagian dari
program pengobatan gratis untuk semua penderita TB.
36
Dari penilaian teknis (technical feasibility), tidak data mengenai angka kesalahan
laboratorium, karena hal ini memang tidak dilakukan pencatatan oleh puskesmas. Untuk
pencatatan dan pelaporan yang lain dicatat dan dilaporkan dengan baik.
Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), kurangnya penjaringan dan
penemuan kasus suspek TB, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader, namun karena tugas
promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara untuk penambahan kader khusus untuk TB
masih tidak ada.
4.1.6. Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 4.8 Alternatif Prioritas Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah Prioritas
1. Masukan
Menambah tenaga
pelaksana program
Tenaga :
- Jumlah
pelaksana program yang
tidak memadai
- Menambah tenaga pelaksana
program
- Mengadakan pelatihan bagi kader
- Pembagian tugas yang jelas
Metode:
- Frekuensi
penyuluhan yang kurang
Dana :
Alokasi dana yang
kurang untuk program
pencegahan dan
penanggulangan TB
- Pelatihan kader untuk melakukan
penyuluhan rutin
Penambahan alokasi dana untuk
program pencegahan dan
penanggulangan TB
Pelatihan para
kader untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok pada
masyarakat
Penambahan
alokasi dana untuk
program
pencegahan dan
penanggulangan
TB
2. Proses
37
Monitoring
Pencatatan dan
manajemen data yang
kurang lengkap
Melakukan pencatatan dan
pelaporan yang lengkap
Melakukan
pencatatan dan
pelaporan yang
lengkap
3. Lingkungan
- Tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat
yang masih rendah
- Tingkat
sosio-ekonomi
masyarakat yang rendah
Penyuluhan kelompok oleh kader
Memperbanyak kader kesehatan
sebagai perpanjangan tangan
Puskesmas
4. Umpan Balik
Pencatatan dan
pelaporan data yang
kurang lengkap
Indikator angka
kesalahan laboratorium
yang belum tersedia
- Melakukan pencatatan dan
pelaporan yang lengkap
- Penambahan indikator angka
kesalahan laboratorium untuk
menggambarkan kualitas
pembacaan slide secara
mikroskopis langsung
Melakukan
evaluasi program
pencegahan dan
penanggulangan
TB secara berkala
Tabel 4.9 Prioritas Penyelesaian Masalah
Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas Jalan Keluar:
P=(MxIxV)/C
Menambah tenaga pelaksana program 5 5 4 3 33,6
Pelatihan para kader untuk melakukan
penyuluhan kelompok pada masyarakat
4 3 3 3 12
Penambahan alokasi dana untuk program
pencegahan dan penanggulangan TB
4 4 3 3 16
Melakukan pencatatan dan pelaporan yang
lengkap
4 3 3 3 12
Melakukan evaluasi program pencegahan dan
penanggulangan TB secara berkala
4 3 2 2 12
38
Berdasarkan uraian diatas, terdapat 5 masalah utama yang menyebabkan masih
rendahnya angka penemuan kasus (Case Detection Rate = CDR) di Puskesmas Pahandut.
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut.
1. Menambah tenaga pelaksana program
2. Penambahan alokasi dana untuk program pencegahan dan penanggulangan TB
3. Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan kelompok pada masyarakat
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap
5. Melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan TB secara berkala
Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah menambah
tenaga pelaksana program pencegahan dan penanggulangan TB di Puskesmas Pahandut. Hal
tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut agar program ini dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Setelah menambah jumlah tenaga kerja untuk bertanggung jawab terhadap program
puskesmas, prioritas kedua adalah dengan penambahan alokasi dana. Dengan terpenuhinya dana
yang dibutuhkan, maka diharapkan berbagai program pencegahan dan penanggulangan TB
berjalan dengan baik. Prioritas yang selanjutnya adalah dengan dilakukannya pelatihan para
kader untuk melakukan penyuluhan kelompok pada masyarakat, diharapkan program
pencegahan dan penanggulangan dapat terlaksana sebagai tindakan preventif. Tindakan preventif
tersebut antara lain dapat dilakukannya penyuluhan berkala, kemudian dilakukannya pencatatan
dan pelaporan yang lengkap. Lalu langkah terakhir dalam pelaksanaan suatu program adalah
melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan TB. Dengan evaluasi, semua
kendala-kendala yang ada dapat diperbaiki sehingga pelaksanaan program ini pada periode
selanjutnya akan lebih baik.
4.1.7. Diagnosis Komunitas
1) Analisa Situasi
Kondisi Sosiodemografis
39
Tn. X merupakan pasien yang tinggal di daerah Rindang Binua RT 6 RW 26,
daerah ini merupakan daerah yang dibangun diatas perairan yang mengakibatkan daerah
ini merupakan daerah yang lembab, jadi jalan-jalan berada diatas perairan, sehingga
ketika melakukan aktivitas rumah tangga, limbah rumah tangga tergenang pada daerah
perairan tersebut, kondisi rumah pada daerah ini kebanyakan adalah Barak, meskipun
terdapat rumah pribadi, namun jarak antara rumah satu dan yang lain sangat dekat, untuk
rumah yang terdiri dari barak, vetilasi sangatlah minim, hal ini dapat menyebabkan
tingginya resiko penularan TB.
Masyarakat disekitar tempat tersebut rata-rata memiliki kebiasaan memancing
ikan pada air genangan yang terdapat disekitar daerah tersebut untuk dikonsumsi sehari-
hari. Pada umumnya masyarakat disekitar tempat Tn. X memiliki pengetahuan yang
rendah mengenai kesehatan.
2) Permasalahan –permasalahan yang ditemukan
Jarak rumah yang berdekatan
Pengetahuan yang rendah
Pembuangan limbah yang tidak terkontrol dan teratur
Kebiasaan yang buruk
Kelembaban yang tinggi
Ventilasi yang kurang
Pelayanan kesehatan
Kebersihan yang rendah
Sosioekonomi rendah
3) Landasan Teori
Teori Blum
40
Kejadian TBC Tn. X
GenetikSistem imun yang
rendah
Lingkungan 1. Jarak rumah yang terlalu berdekatan2. Rumah yang berventilasi kurang
dlam kasus ini pasien tinggal di dalam barak
3. Kelembaban yang tinggi 4. Kebersihan yang kurang5. Kualitas udara jelek
Perilaku1. Batuk sembarangan2. Pengetahuan tentang
membuang dahak yang baik masih kuang begitu diterapkan
3. Kerja sama yang rendah mengenai sakit yang diterima pasienkepada pelayan kesehatan
Pelayanan KesehatanPada kasus ini pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Pahandut sudah tergolong baik secara kualitatif
Gambar 4.2 Teori Blum
Tabel 4.10 Penetapan prioritas penyebab permasalah
No Masalah Risiko
penularan
Menghambat
kesembuhan
Jumlah
1 Jarak rumah yang berdekatan 5 3 8
2 Pengetahuan yang rendah 2 2 4
3 Pembuangan limbah yang tidak
terkontrol dan teratur
2 2 4
4 Kebiasaan yang buruk 3 3 6
5 Kelembaban yang tinggi 4 5 9
6 Ventilasi yang kurang 5 5 10
7 Pelayanan kesehatan 3 5 8
8 Kebersihan 4 4 8
9 Sosioekonomi rendah 1 1 2
41
Pada tabel diatas ditemukan bahwa masalah yang menjadi prioritas utama yang
memperburuk kondisi TB pada Tn.X dan masyarakat disekitarnya berdasarkan scoring yang
dibuat sendiri oleh pengamat adalah Ventilasi yang kurang, kelembaban yang tinggi, jarak rumah
yang berdekatan, pelayanan kesehatan dan kebersihan.
Tabel 4.11 Penetapan prioritas cara penyelesaian masalah
Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas Jalan Keluar:
P=(MxIxV)/C
Ventilasi rumah dimodifikasi dengan
menggunakan atap kaca
4 4 4 4 16
Peningkatan kesadaran PHBS masyarakat
melalui penyuluhan.
5 5 4 4 25
Sabtu beriman 4 3 2 2 12
Berdasarkan uraian di atas, terdapat 3 masalah utama yang menyebabkan semakin
memburuknya kondisi TB pada penderita dan masyarakat sekitar. Berdasarkan tabel diatas,
didapatkan urutan prioritas jalan keluar yang mampu dilakukan, sebagai berikut :
1. Peningkatan kesadaran PHBS masyarakat melalui penyuluhan.
2. Ventilasi rumah dimodifikasi dengan menggunakan atap kaca
3. Sabtu beriman
Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah meningkatkan
kesadaran PHBS masyarakat melalui penyuluhan. Peningkatan PHBS ini diharapkan dapat
memberikan pengaruh secara langsung untuk masing-masing individu dan lingkungan. Prioritas
yang kedua adalah dengan memodifikasi ventilasi rumah, hal ini diharapkan dapat mengurangi/
menghambat risiko penularan. Sedangkan prioritas yang terakhir adalah mengadakan kegiatan
Sabtu beriman, untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih.
42