9
LAPORAN PRAKTIKUM V BLOK I UNIVERSAL PRECAUTION in INFECTION CONTROL MODUL PRA KLINIK I LAPORAN PRAKTIKUM V SEMESTER VI Kelompok 8 WILLIAM SUSANTO 2012.07.0.0025 EUGENIUS BRAMIANTA W 2012.07.0.0026 MELINDA TANADI 2012.07.0.0027 ANNISA TALITA ISLAMEY 2012.07.0.0032 RAFIKA RUSYDIA D 2012.07.0.0035 WEES TOVE 2012.07.0.0044 DYAH LESTARINING RATRI 2012.07.0.0068 INDIRA ALITIA FATARANI 2012.07.0.0072 LILY ANDRIANI 2012.07.0.0077 FARAZIZA MAULANA 2012.07.0.0080 ARLITA GLADYS TRICIA 2012.07.0.0085 HANNA ASIMA TAMBUNAN 2012.07.0.0089

6 Pages - Laporan Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp

Citation preview

Page 1: 6 Pages - Laporan Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM V

BLOK I UNIVERSAL PRECAUTION in INFECTION CONTROL

MODUL PRA KLINIK I

LAPORAN PRAKTIKUM VSEMESTER VI

Kelompok 8

WILLIAM SUSANTO 2012.07.0.0025

EUGENIUS BRAMIANTA W 2012.07.0.0026

MELINDA TANADI 2012.07.0.0027

ANNISA TALITA ISLAMEY 2012.07.0.0032

RAFIKA RUSYDIA D 2012.07.0.0035

WEES TOVE 2012.07.0.0044

DYAH LESTARINING RATRI 2012.07.0.0068

INDIRA ALITIA FATARANI 2012.07.0.0072

LILY ANDRIANI 2012.07.0.0077

FARAZIZA MAULANA 2012.07.0.0080

ARLITA GLADYS TRICIA 2012.07.0.0085

HANNA ASIMA TAMBUNAN 2012.07.0.0089

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

Page 2: 6 Pages - Laporan Penelitian

20151. PENDAHULUAN

1.1 Universal Precaution (UP)

Universal precaution merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka

perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infection) antara petugas

pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi penyakit menular

(seperti HIV/AIDS dan kepatitis). Penerapan kewaspadaan universal precaution ini bertujuan

tidak hanya melindungi petugas dari risiko terpajan oleh infeksi namun juga melindungi klien

yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala macam infeksi yang mungkin

terbawa oleh petugas (Sholikhah, 2005).

1.2 Tujuan Universal Precaution

Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa Universal Precaution perlu

diterapkan dengan tujuan:

1. Mengendalikan infeksi secara konsisten. Universal Precaution merupakan upaya

pengendalian infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan pada semua

pasien, setiap waktu, untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui darah

2. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat

seperti berisiko agar mendapat perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan

melalui darah maupun cairan tubuh.

3. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien. Universal Precaution

melindungi petugas dari risiko terpajan infeksi HIV dan melindungi klien yang

mempunyai kecenderungan rentan terhadap infeksi.

4. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya. Universal Precaution dapat mencegah

infeksi lain yang bersifat nosocomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui

darah/ cairan tubuh.

1.3 Tiga Cara Mencuci Tangan

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan perawatan walaupun pemakaian sarung tangan atau alat

pelindung lain untuk menghilangkan/ mengurangi microorganism yang ada di tangan

sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan (Depkes, 2003).

2

Page 3: 6 Pages - Laporan Penelitian

Tiga cara mencuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhkan, yaitu

(Depkes, 2003):

1. Cuci tangan higienik atau rutin, untuk mengurangi kotorn dan flora yang ada di

tangan dengan menggunakan sabun atau detergen

2. Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum tindakan aseptic pada pasien dengan

menggunakan antiseptic

3. Cuci tangan bedah (surgical handscrub), yaitu sebelum melakukan tindakan bedah

cara aseptic dengan menggunakan antiseptic dan sikat steril (Sahara, 2012)

1.4 Indikasi Universal Precaution

Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi perpindahan

kuman melalui tangan. Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk

antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan yaitu:

1. Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak langsung dengan

klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat akan melakukan

injeksi dan pemasangan infus.

2. Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah memegang

alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa

(Gunawan, 2012).

1.5 Langkah Cuci Tangan

Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun atau handscrub yang berbasis

alcohol menggunakan 7 langkah (menurut WHO)

Gambar 1.5.1 Langkah pertama

cuci tangan. Basahi kedua telapak

anda dengan air mengalir, beri

sabun ke telapak usap dan gosok

dengan lembut pada kedua

telapak tangan

3

Page 4: 6 Pages - Laporan Penelitian

Gambar 1.5.2 Langkah kedua cuci tangan. Gosok masing-

masing pungung tangan secara bergantian.

Gambar 1.5.3 Langkah ketiga cuci tangan. Jari jemari saling

masuk untuk membersihkan sela-sela jari.

Gambar 1.5.4 Langkah keempat cuci tangan. Gosokan

ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan jari tangan

kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian

Gambar 1.5.5 Langkah kelima cuci tangan. Gosok dan

putar ibu jari secara bergantian

Gambar 1.5.6 Langkah keenam cuci tangan. Gosokkan

ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian

Gambar 1.5.7 Langkah ketujuh cuci tangan.

Menggosok kedua

pergelangan tangan

dengan cara diputar

dengan telapak tangan

bergantian setelah itu

bilas dengan menggunakan air bersih dan mengalir, lalu keringkan (Gunawan, 2012)

1.6 Efektivitas Mencuci Tangan Terhadap Jumlah Mikroorganisme Tangan

Cara Kerja

1. Lempeng agar darah steril dibagi menjadi dua area.

4

Page 5: 6 Pages - Laporan Penelitian

A B

2. Pada keadaan tangan belum dicuci tempelkan ibu jari tangan kanan pada area A

selama 15 detik.

3. Lakukan cuci tangan dengan sabun antiseptik, keringkan.

4. Tempelkan ibu jari tangan kanan pada area B selama 15 detik.

5. Inkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.

6. Hitung jumlah koloni yang tumbuh, bandingkan area A dengan area B.

Bahan

1. Natrium agar

2. Handuk

3. Sabun antiseptic

2. HASIL PENELITIAN

Waktu Jumlah BakteriSebelum Cuci Tangan 35Setelah Cuci Tangan 31

3. PEMBAHASAN

Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik yang

mengandung anti mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan

tangan dan mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya secara keseluruhan

5

Page 6: 6 Pages - Laporan Penelitian

dengan menggunakan handuk sekali pakai. Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa

terdapat perubahan pada jumlah mikroorganisme sesudah dan sebelum mencuci tangan

menggunakan antiseptik. Jumlah bakteri sebelum mencuci tangan sebanyak 35 bakteri

sedangkan jumlah bakteri sesudah mencuci tangan sebanyak 31 bakteri. Antiseptik

merupakan bahan kimia yang mencegah multiplikasi organisme pada permukaan tubuh,

dengan cara membunuh mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan

aktifitas metaboliknya. Mencuci tangan dengan air mengalir menyebabkan kuman ikut

terbawa oleh air yang mengalir. Air dan sabun adalah campuran inti untuk menyingkirkan

kotoran. Sebagian besar kotoran yang melekat pada pakaian atau kulit melekat sebagai

minyak yang tipis. Lapisan minyak ini akan terangkat saat dicuci.

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mencuci tangan dengan antiseptik dapat

mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada pada telapak tangan. Penurunan jumlah

mikroorganisme yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh teknik mencuci tangan yang

kurang benar, bahan antiseptik pada sabun cuci tangan kurang efektif dan/atau kontaminasi

saat penelitian atau penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Desiyanto F.A & Sitti. 2013. Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan

Pembersih Tangan Antiseptik (hand sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman.

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Available

from http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/1041/772. Accessed July

11, 2012.

2. Gunawan. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku

Universal Precautions pada Perawat Pelaksana di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.

Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Available from

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim-6663-3-

babii.pdf Accessed July 11, 2012.

3. Nursalam & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi

HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

4. Sahara. 2011. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawatan Dan

Bidan Dalam Penerapan Kewaspadaan Universal/Kewaspadaan Standar Di Rumah

6

Page 7: 6 Pages - Laporan Penelitian

Sakit Palang Merah Indonesia Bogor Tahun 2011. Universitas Indonesia. Available

from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20288831-S-Ayu%20Sahara.pdf. Accessed

July 11, 2012

5. Sholikhah & Arifin. 2005. Pelaksanaan Universal Precaution Oleh Perawat Dan Pekerja

Kesehatan (Studi Kasis di Rumah Sakit Islam Malang Unisma). Available from

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1830. Accessed July 11,

2012.

7