9
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk. Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan padaopium . Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia , rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk , dan meyebabkan konstipasi . Morfina menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan menderita insomnia danmimpi buruk. Kata "morfina" berasal dari Morpheus , dewa mimpi dalam mitologi Yunani . Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfina menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk. Kata "morfina" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

60676600-MORFIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 60676600-MORFIN

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang

ditemukan padaopium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk

menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah penurunan

kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa

lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfina menimbulkan ketergantungan

tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan

menderita insomnia danmimpi buruk.

Kata "morfina" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang

ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk

menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah penurunan kesadaran,

euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa lapar,

merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfina menimbulkan ketergantungan tinggi

dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan menderita

insomnia dan mimpi buruk. Kata "morfina" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi

Yunani.

Morfin (INN) (diucapkan / n mɔrfi ː / ) ( MS T'rusk , MSIR , Avinza , Kadian , Oramorph ,

Roxanol , Kapanol ) adalah potensial candu analgesik obat dan dianggap sebagai prototipikal

opioid . Hal ini ditemukan pada 1804 oleh Friedrich Sertürner , pertama didistribusikan oleh

Friedrich Sertürner pada tahun 1817, dan komersial pertama dijual oleh Merck pada tahun

1827, yang pada waktu itu sebuah toko kimia kecil. Itu lebih banyak digunakan setelah

penemuan jarum suntik pada tahun 1857. Ini mengambil nama dari Tuhan Yunani mimpi

Morpheus ( Yunani : Μορφέας ). Morfin adalah yang paling banyak alkaloid yang ditemukan

di opium , kering getah (lateks) yang berasal dari dangkal mengiris KANTONG BIJI mentah

dari opium, atau umum atau dimakan, poppy, Papaver somniferum . Morfin adalah yang

pertama prinsip aktif dimurnikan dari sumber tanaman dan merupakan salah satu dari

sedikitnya 50 alkaloid dari beberapa jenis hadir dalam opium, Poppy Straw Konsentrat , dan

turunan opium lainnya. Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering dari opium,

Page 2: 60676600-MORFIN

walaupun khusus-dibesarkan kultivar mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin sedikit

sekali, di bawah 1 persen, mungkin turun menjadi 0,04 persen. Varietas yang terakhir,

termasuk 'Przemko' dan Norman 'kultivar' dari opium poppy, digunakan untuk menghasilkan

dua alkaloid lain, tebain dan oripavine , yang digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi

sintetik opioid seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa jenis obat. ( P. bracteatum )

tidak mengandung morfin atau kodein, atau lainnya narkotika fenantrena tipe, alkaloid.

Spesies ini lebih merupakan sumber tebain . Terjadinya morfin di lain papaverales dan

Papaveraceae , serta pada beberapa jenis hop dan murbei pohon belum dikonfirmasi. Morfin

diproduksi paling dominan di awal siklus hidup tanaman. Melewati titik optimum untuk

ekstraksi, berbagai proses di pabrik memproduksi kodein , tebain , dan dalam beberapa

kasus jumlah diabaikan hidromorfon , dihydromorphine , dihydrocodeine , tetrahydrothebaine,

dan xanax (senyawa ini agak disintesis dari tebain dan oripavine). Tubuh manusia

memproduksi endorphines , yang neuropeptida , dengan efek yang sama. Dalam pengobatan

klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan, dari analgesik digunakan untuk

meringankan penderitaan berat atau sakit dan penderitaan . Seperti opioid lain, misalnya

oksikodon (OxyContin, Percocet, Percodan), hidromorfon (Dilaudid, Palladone), dan

diacetylmorphine ( heroin ), bertindak morfin langsung pada sistem saraf pusat (SSP) untuk

meringankan rasa sakit . Morfin memiliki potensi tinggi untuk kecanduan , toleransi dan

psikologis ketergantungan berkembang dengan cepat, meskipun Fisiologis ketergantungan

mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk berkembang.

SERBA-SERBI TENTANG MORFIN

Disusun Oleh :

1. Floriberta Yoaquin Intan    (068114033)

2. Heny Sulistyaningsih        (068114034)

Periode : Maret 2009

Morfin pertama kali diisolasi pada 1804 oleh ahli farmasi Jerman  Friedrich Wilhelm Adam Sertürner.

Tapi morfin belum digunakan hingga dikembangkan hypodermic needle (1853). Morfin digunakan untuk

mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan alkohol dan opium.

Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah dan menguntungkan,

yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan

golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting).(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk,

1995).

Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu

mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ;

bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.

Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang

nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di

korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin

memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.

Page 3: 60676600-MORFIN

Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-

opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical

dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid yang

terkait dengan analgesia spinal dan miosis

 

Gambar morfin(serbuk)          Gambar struktur morfin

Farmakodinamik 

Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin

pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu

analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,

miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief

dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995; Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).

Farmakokinetik 

Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat

menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh

lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang

sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama melalui

ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.

Indikasi

Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang

tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang

diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ;

(3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner ; (5)

Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar,

fraktur dan nyeri pasca bedah.

Dosis dan sediaan

Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur

dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2

mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg

diperlukan.

Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk :

1. Bubuk atau serbuk. Berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat disalahgunakan

dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur dalam minuman, adakalanya

ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas disilet sendiri oleh para korban.

2. Cairan Berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya hanya dilakukan

dengan jalan menyuntik.

3. Balokan. Dibuat dalam bentuk balok-balok kecil dengan ukuran dan warna yang berbeda-

beda

4. Tablet. Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih. Morfin diabsorbsi dengan baik setelah

pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra muskuler, tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di

saluran pencernaan. Oleh sebab itu morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum.

Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain merasa gembira, santai,

mengantuk, dan kadang diakhiri dengan mimpi yang menyenangkan. Pengguna morfin

umumnya terlihat apatis, daya konsentrasinya menurun, dan pikirannya sering terganggu pada

saat tidak menggunakan morfin. Efek tersebut yang selanjutnya menyebabkan penggunanya

merasa ketagihan. Disamping memberi manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek

Page 4: 60676600-MORFIN

samping yang cukup beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan, saluran

pencernaan, dan sistema urinarius. Efek pada sistema pernafasan berupa depresi pernafasan,

yang sering fatal dan menyebabkan kematian. Efek ini umumnya terjadi beberapa saat setelah

pemberian intravenosa atau sekitar satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini

meningkat pada penderita asma, karena morfin juga menyebabakan terjadinya penyempitan

saluran pernafasan. Efek pada sistema saluran pencernaan umumnya berupa konstipasi, yang

terjadi karena morfin mampu meningkatkan tonus otot saluran pencernaan dan menurunkan

motilitas usus. Pada sistema urinarius, morfin dapat menyebabkan kesulitan kencing. Efek ini

timbul karena morfin mampu menurunkan persepsi terhadap rangsang kencing serta

menyebabkan kontraksi ureter dan otot- otot kandung kencing. Tanda- tanda pemakaian obat

bervariasi menurut jenis obat, jumlah yang dipakai, dan kepribadian sipemakai serta

harapannya.

Gejala kelebihan dosis : 

Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga gejala klasik). Bila sangat

hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul

edema paru (paru-paru basah). Gejala–gejala lepas obat : Agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, nyeri

kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma,

keluar airmata (lakrimasi), keluar air dari hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey, pupil

dilatasi, tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh sangat meninggi),

gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang psikosis toksik.

Diagnosis Ketergantungan Narkotika 

Diagnosis ketergantungan penderita opiat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis (medik psikiatrik) dan

ditunjang dengan pemeriksaan urine. Pada penyalahgunaan narkotika jenis opiat, seringkali dijumpai

komplikasi medis, misalnya kelainan pada organ paru-paru dan lever. Penyalahgunaan narkotika

merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik paling sedikit satu bulan lamanya.

Opioida termasuk salah satu yang sering disalahgunakan manusia. Menurut ICD 10 (International

Classification Diseases), berbagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

dikelompokkan dalam berbagai keadaan klinis, seperti intoksikasi akut, sindroma ketergantungan,

sindroma putus zat, dan gangguan mental serta perilaku lainnya.

Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat menghentikan zat

atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan sebelumnya. Keadaan putus heroin tidak begitu

membahayakan. Di kalangan remaja disebut “sakau” dan untuk mengatasinya pecandu berusaha

mendapatkan heroin walaupun dengan cara merugikan orang lain seperti melakukan tindakan kriminal.

Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu mual/muntah, nyeri otot lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil,

diare, menguap/sneezing, demam, dan insomnia. Untuk mengatasinya, diberikan simptomatik.

Misalnya, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi analgetik, untuk menghilangkan muntah diberi

antiemetik, dan sebagainya. Pengobatan sindroma putus opioid harus diikuti dengan program terapi

detoksifikasi dan terapi rumatan. Kematian akibat overdosis disebabkan komplikasi medis berupa

gangguan pernapasan, yaitu oedema paru akut (Banks dan Waller). Sementara, Mc Donald (1984)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan erat dengan

kematian dan disabilitas yang diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.

Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam, tetapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang

memiliki tempat aksi utama di susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan gangguan- gangguan

persepsi, perasaan, pikiran, dan tingkah laku serta pergerakan otot- otot orang ynag menggunakannya.

Tujuan penyalahgunaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan perubahan mental sesaat yang

menyenangkan. Efek menenangkan sering dipergunakan untuk mengatasi kegelisahan, kekecewaan,

kecemasan, dorongan- dorongan yang terlalu berlebihan oleh orang yang lemah mentalnya atau belum

matang kepribadiannya. Sedangkan efek merangsang sering dipakai untuk melancarkan pergaulan,

atau untuk suatu tugas, menambah gairah sex, meningkatkan daya tahan jasmani. Penyalahgunaan

obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :

Page 5: 60676600-MORFIN

1. tanda- tanda pemakai obat

2. keadaan lepas obat

3. kelebihan dosis akut

4. komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )

5. komplikasi lainnya ( sosial, legal, dsb)

DAFTAR PUSTAKA

Andra, 2006, Analgesik untuk Nyeri Kanker, http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp,

diakses 10 Maret 2009

Anonim, 2008, Pemeriksaan Barang Bukti pada Kasus Pemakaian Narkoba,

http://medlinux.blogspot.com/2007/11/pemeriksaan-barang-bukti-hidup-pada.html, diakses tanggal 10

Maret 2009

Omorgui, s, Buku Saku Obat-obatan Anastesi, Edisi II, EGC, Jakarta, 1997, hal ; 203-207.

Latief. S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi II, Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Jakarta, Juni, 2001, hal ; 77-83, 161.

Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D, Farmakologi dan Terapi, bagian farmakologi FK-UI, Jakarta,

1995 ; hal ; 189-206.

Samekto wibowo dan Abdul gopur, Farmakoterapi dalam Neuorologi, penerbit salemba medika, 1995;

hal : 138-143.

Morfin

Deskripsi

- Nama & Struktur Kimia : Morfin. 7,8 Didehydro-4-5-epoxy-17-methylmorphinan-3,6 diol

- Sifat Fisikokimia:

Kristal halus atau serbuk kristal warna putih,kelarutan kira-kira 62.5 mg/ml dlm air dan 1.75 mg/ml dlm alkohol pada 25°C

- Keterangan : -

Golongan/Kelas Terapi

Analgesik Narkotik

Nama Dagang

- MST Continus - Morfin (Generik)

Indikasi

Page 6: 60676600-MORFIN

Nyeri akut yg berat, nyeri kronis sedang sampai berat, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi, sebagai obat pilihan untuk nyeri pada infark miokard, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricula

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Morfin harus diberikan dalam dosis efektif terkecil dan frekuensi minimal untuk mengurangi timbulnya toleran dan ketergantungan fisik. Dosis harus diturunkan pada pasien beresiko, gangguan hati, pasien yang menggunakan antidepresan saraf, gangguan ginjal, pasien sangat muda atau sangat tua. Pada pasien dengan nyeri yang parah & kronis, dosis harus disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri, respon dan toleransi pasien.

Dewasa :

Dosis lazim SK/IM 10 mg setiap 4 jam jika perlu, (5–20 mg setiap 4 jam jika perlu tergantung kebutuhan & respon pasien).

Dewasa IV 2.5–15 mg dilarutkan dlm 4-5 mL air steril, disuntik perlahan selama 4-5 menit.

Epidural :

Dosis awal 5 mg berselang.

Intratekal :

Kira-kira 1/10 dosis epidural.

Oral :

Tablet/larutan  10–30 mg setiap 4 jam, jika perlu.

Rektal :

10-20 mg setiap 4 jam, jika perlu.

Anak-anak :

SK/IM 0.1-0.2 mg/kg setiap 4 jam jika perlu (dosis tunggal maksimum 15 mg).

Anak-anak IV :

0.05-0.1 mg/kg disuntikkan perlahan

Farmakologi

Metabolisme terutama dalam hati. Ekskresi  melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid  yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.

Stabilitas Penyimpanan

Sediaan injeksi simpan pada 15-30°C, terlindung cahaya, tidak boleh dibekukan. Sediaan oral simpan dalam wadah tertutup, terlindung cahaya, 15-30°C, jangan dibekukan

Kontraindikasi

Oral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan hipersensitivitas, depresi pernapasan yg parah. Injeksi intratekal & epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yg kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada  tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.

Efek Samping

Depresi pernapasan

Sistem saraf  : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang

Pencernaan : mual, muntah, konstipasi

Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural

Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria

Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak

Page 7: 60676600-MORFIN

terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi

Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit

Interaksi

- Dengan Obat Lain :

Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan. Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.

Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.

Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.

Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung.

Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioid

- Dengan Makanan : -

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Kategori C : Dapat digunakan jika potensi manfaat lebih besar daripada resiko thd janin

- Terhadap Ibu Menyusui : Hati-hati pemakaiannya pada ibu menyusui

- Terhadap Anak-anak : Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui

- Terhadap Hasil Laboratorium : -

Parameter Monitoring

Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah

Bentuk Sediaan

Oral : tablet (10,15,30,100 mg). Injeksi : ampul 10 mg/ml. Rektal (5,10,20,30 mg)

Peringatan

Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama lama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, hati-hati pada psikosis toksik, infark miokard, alergi thd sulfit, depresi sistem saraf pusat yg parah, anoksia, hiperkapnia, depresi

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

-

Informasi Pasien

Hindari pemakaian alkohol. Menyebabkan ngantuk (hati-hati mengendarai mobil atau menjalankan mesin), gangguan koordinasi, pada penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologi

Mekanisme Aksi

Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon thd nyeri

Monitoring Penggunaan Obat

Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah

Daftar Pustaka

AHFS Drug Information 2005

Martindale, 34 th edition