Click here to load reader
Upload
thipo-ardini
View
190
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BLOK XI HEMOPOETIK DAN LIMFORETIKULAR
Tinjauan Pustaka Multiple Myeloma
Delfian Oktatugara Rayes
H1A 009 026
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011
Multiple Myeloma
A. Pendahuluan
Multiple myeloma (myeloma atau myeloma sel plasma) merupakan kanker sel plasma
yang ada di sumsum tulang, dimana sebuah klon dari sel plasma yang abnormal
berkembang biak membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah
antibodi yang abnormal yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.1, 2
Normalnya, sel
plasma hanya mencapai ≤5% dari kadar sel darah dalam sumsum tulang. Karena suatu
alasan yang belum jelas, sel plasma dapat tumbuh tidak terkontrol; ketika ini dilakukan,
sel plasma ini sudah disamakan sebagai myeloma cells. Myeloma ini dapat memadati
sumsum tulang dan merusak tulang. Hingga akhirnya, mereka berkumpul dan membentuk
tumor di sebuah multiple (kumpulan) daerah di tulang. Itulah mengapa kanker ini disebut
“multiple” myeloma.
Anatomi multipel mieloma dapat dicari pada lokasi predominan mencakup vertebrae,
tulang iga, pelvis, femur, dan tengkorak. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian
tengah tulang (diafisis). Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Setelah itu
tampak satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder.
Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan
sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat
membentuk masa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.(3)
Multipel mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal
membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru
membelah berulang-ulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel ini disebut
sel mieloma multiple. Pada waktunya, mereka berkumpul dalam sumsum tulang. Ketika
mereka berkumpul dalam beberapa tulang, penyakitnya disebut “multipel mieloma”. Sel –
sel mieloma membuat antibodi yang disebut protein M dan protein lainnya. Protein ini
dapat berkumpul dalam darah, urin dan organ lainnya.(5)
B. Etiologi
Penyebab multipel mieloma tidak diketahui. Tapi yang kita ketahui ada beberapa faktor
yang meningkatkan resiko seseorang terkena multipel mieloma, termasuk terlampau
banyak dengan pestisida dan radiasi. Ilmuan sedang meneliti tentang kaitannya dengan
gen pada multipel mieloma untuk menemukan penyebabnya.(4)
Selain itu ada beberapa faktor lain, yakni: usia di atas 65 tahun memberikan
kesempatan mengembangkan multipel mieloma; berdasarkan study epidemiologi orang-
orang Amerika-Afrika lebih rendah dibandingkan Amerika-Asia; jenis kelamin pria lebih
banyak dari wanita; riwayat seorang dari monoclonal gammophaty of undetermined
significance (MGUS). MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel
plasma abnormal membuat protein M. adakalanya orang-orang MGUS mengembangkan
kanker-kanker tertentu, seperti multipel mieloma. Untuk itu orang dengan MGUS perlu
dilakukan laborat tes rutin (tiap 1 atau 2 tahun) untuk menilai peningkatan lebih lanjut
protein M. Riwayat penyakit keluarga juga berpotensi untuk terjadinya multipel mieloma.
Banyak faktor resiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah
mempelajari apakah terpapar pada bakteri (terutama virus) atau bahan kimia, mempunyai
perubahan gen tertentu, serta makanan tertentu, atau menjadi gemuk (obesitas) dapat
meningkatkan resiko pengembangan multipel mieloma.(3)
C. Epidemiologi
Laporan tahunan insiden mieloma di Inggris diperkirakan 60-70 juta jiwa. Secara
keseluruhan prevalensinya sama seperti peningkatan berdasarkan data dari angka survival
lebih dari dekade terakhir. Rata-rata usianya sekitar 70 tahun. Hanya 15% pasien yang
berumur kurang dari 60 tahun. Mieloma memiliki insiden yang tinggi pada kelompok
etnik Afro-Carribean dibandingkan Kaukasian tapi itu hanya sedikit dari epidemiologi
khusus. Kasus terbanyak menunjukan de novo tapi baru-baru ini diketahui bahwa
mieloma didahului tanpa gejala di fase monoclonal gammophaty of undetermined
significance (MGUS) pada hampir semua pasien.(6)
Diestimasikan sekitar 19.920 kasus baru dari multipel mieloma akan terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2008. Terdiri dari 11.190 pria dan 8.730 wanita. Multipel
mieloma lebih sering pada pria dibandingkan wanita, dan hampir dua kali lebih sering
pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih. Rata-rata diagnosis umur 65 sampai 70
tahun. Sekitar 10.690 orang Amerika diramalkan akan meninggal karena multipel
mieloma pada tahun 2008. Selama tahun 2006, rentan lima tahun masa bertahan hidup
seorang multipel mieloma diperkirakan 34%. Kelangsungan hidup lebih tinggi pada kaum
muda dan lebih rendah pada orang tua, menurut Americam Cancer Society.(1)
D. Patogenesis
Secara normal sel plasma berkembang dari sel B di limfonodus akibat dari respons imun
terhadap infeksi atau penyakit. Transformasi dari sel B menjadi sel plasma ganas
melibatkan proses yang panjang termasuk abnormalitas genetik multipel, yang pada
akhirnya sel plasma menjadi ganas, dengan proliferasi yang tidak terkendali.
Limfosit B mulai disumsum tulang dan berpindah ke kelenjar getah bening. Saat
limfosit B dewasa, dia akan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan selnya.
Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
Multipel mieloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan kelenjar getah
bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat hubungannya
dengan sel mieloma yang umumnya dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan sel B
atau para pendahulu untuk sel plasma, plasmablast.
Sistem kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol
ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, sering kali melalui penataan ulang (repair
DNA), kontrol ini hilang. Seringkali bergerak gen promoter untuk kromosom yang
merangsang gen antibodi terhadap over produksi.
Perkembangan multipel mieloma pada pusat post-germinal limfosit B. Translokasi
kromosom antara gen immunoglobulin heavy chain pada kromosom 14, lokus 14q32 dan
okogen (seringnya pada 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23 dab 20q11) sering ditemui pada
pasien dengan multipel mieloma. Hasil mutasi berupa disregulasi dari okogen yang
berperan pada perkembangan awal pada pathogenesis dari mieloma.
Kromosom 14 yang abnormal ditemukan pada 50% kasus mieloma. Delesi dari
kromosom 13 juga ditemukan pada 50% kasus. Produksi sitokin oleh sel plasma terutama
IL-6, reseptor yang mengaktivasi NF-ĕB (RANK) ligand, dan tumor necrosis factor
(TNF) menstimulasi pertumbuhan sel mieloma dan menghambat apoptosis sehingga
terjadi proliferasi yang mengakibatkan kerusakan yang terlokalisir seperti osteoporosis,
lesi litik tulang.
Sel mieloma juga memproduksi faktor pertumbuhan untuk angiogenesis (vascular
endothelial growth factor/ VEGH), sehingga dapat membentuk pembuluh darah baru.
Pembuluh darah inilah yang memberikan oksigenasi dan nutrisi. Sel mieloma yang matur
mungkin gagal dalam mengaktivasi sistem imun dan memproduksi substansi yang dapat
menurunkan respons imun tubuh secara normal terhadap antigen. Sehingga sel
berkembang tidak terkendali. Pertumbuhan tumor yang tidak terkendali inilah yang
mengakibatkan manifestasi klinis.(3,7)
E. Diagnosis
Manifestasi klinis multipel mieloma sangat bervariasi. Keluhan dan gejalanya
berhubungan dengan masa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek fisikokimiai,
imunologik, dan humoral produk yang dibuat dan disekresi oleh sel plasma ini.(7) Gejala
tersebut meliputi :
1. Nyeri tulang, biasanya di tulang belakang, tulang pinggang dan kepala. Sesuai dengan
perjalanan multipel mieloma, hal ini dimulai dari pemakaian tulang terus-menerus.
Kerusakan ini bisa menyebabkan rasa nyeri, kelemahan dan patah tulang.
2. Anemia (jumlah darah merah menurun), selama sel mieloma terus bertambah banyak,
mereka menekan jumlah sel darah merah, menyebabkan kelemahan dan fatik.(4)
3. Merasa sangat haus, sering terkena infeksi dan demam, serta kehilangan berat
badan.(2)
4. Gangguan ginjal, akibat kerusakan dari kelebihan jumlah produksi protein oleh sel
mieloma dan tingginya kadar kalsium dalam darah yang menyebabkan rusaknya
tulang.(4)
5. Venous thromboembolism (VTE), pasien dengan multipel mieloma adalah yang paling
riskan terkena VTE. Resiko ini meningkat oleh karena beberapa penggunaan agen
terapi seperti thalidomide dan lenalidomide. Profilaksis mungkin bisa menjadi tepat
untuk menghindari VTE.
6. Hyperviscosity, paling jarang ditemukan dibandingkan karakteristik di atas. Jika kadar
immunoglobulin darah meningkat, viskositas darah juga bisa meningkat. Hal ini dapat
merubah mental status disebabkan sumbatan pembuluh darah dan menurunnya aliran
darah ke otak. Hemoragik retinal, perdarahan mukosa dan gejala kardiopulmonari,
seperti napas pendek dan nyeri dada, dapat terjadi. Jika bertambah parah,
hiperviskositas dapat menjadi kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan
cepat.
7. Gambaran lain adalah makroglosia, sindrom saluran karpal dan diare akibat penyakit
amiloid. Pada sekitar 2% kasus terdapat sindrom hiperviskositas disertai dengan
purpura, perdarahan, gangguan penglihatan, gejala sistem saraf pusat, neuropati serta
gagal jantung.(1,7)
Dokter terkadang menemukan diagnosis multipel mieloma setelah melakukan
pemeriksaan darah rutin. Paling sering, dokter menduga diagnosis multipel mieloma
setelah melakukan pemeriksaan rontgen (x-ray) untuk keadaan patah tulang. Biasanya
pasien datang ke dokter karena mereka memiliki gejala lain. Untuk menentukan apakah
itu multipel mieloma atau bukan, harus dilakukan anamnesis mengenai riwayat keluarga
dan dilakukan pemeriksaan fisik. Untuk lebih menegakkan diagnosis, perlu dilakukan tes
laboratorium, seperti :
1. Tes darah : diperiksa jumlah sel darah dan substansi lainnya. Mieloma menyebabkan
tingginya kadar plasma sel dan kalsium. Kebanyakan orang dengan mieloma terkena
anemia. Mieloma juga meningkatkan kadar protein : M protein, beta-2-microglobulin
dan protein lainnya.
2. Tes urin : laboratorium memeriksa Bence Jones protein, tipe dari protein M dalam
urin. Laboran menghitung jumlah protein Bence Jones dalam urin hingga 24 jam. Jika
ditemukan dalam jumlah yang banyak, perlu dilakukan monitoring ginjal. Bence
Jones dapat menyumbat dan merusak ginjal.
3. Radiologi, untuk memeriksa adanya tulang yang patah atau menjadi jarang.
4. Biopsi, adalah satu-satunya cara untuk mengetahui sel mieloma ada di sumsum
tulang. Dokter kemudian akan memindahkan beberapa dari sumsum tulang itu untuk
dijadikan sample menggunakan local anesthesia. Ada 2 cara untuk mengambil
sumsum tulang ; (a) bone marrow aspiration : menggunakan jarum yang tipis untuk
mengambil sample dan (b) bone marrow biopsy : menggunakan jarum yang
padat/rapat untuk mengambil potongan tulang dan sumsum tulang.(2,4,5,6)
Gambaran positif untuk menegakkan diagnosis mencakup hal berikut ini :
1. Lebih dari 10% sel plasma dalam sumsum tulang.
2. Ditemukannya sel mieloma dalam tulang atau bone marrow biopsy.
3. Adanya protein mieloma (komponen M) pada imunoelektroforesis urine atau plasma
4. Adanya lesi tulang litik “punched-out” radiogram rangka
5. Apusan perifer yang mengandung sel mieloma.(2,8)
Kriteria Diagnosis dan Klasifikasi dari Gangguan Sel Plasma :
MGUS : jika protein monoklonal telah ditemukan dan pasien memiliki <10% sel plasma
di sumsum tulang, tanpa gejala, dan tidak ada kerusakan organ dan jaringan, maka pasien
dapat dikatakan monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS). Pasien
seperti ini hanya membutuhkan monitoring berkala untuk melihat progresifitas kadar
proteinnya, setiap tahun secukupnya. Sekitar 1% tiap tahun pasien-pasien ini akan
berkembang menjadi multipel mieloma.
Multiple myeloma : pasien dengan mieloma multipel adalah klasifikasi pertama yang tidak
mengalami gejala (asimtomatik), yang disebut smoldering (menyala kecil) atau simtomatik
(aktif).
Sumber : Multiple Myeloma (treatment options for refractory or relapsed disease), 2011
Singkatan CRAB dapat digunakan untuk mengingat karakteristik dari gejala mieloma :
Calcium increased, Renal insufficiency, Anemia, Bone lesions.
Staging (tingkat kepara-
han) : pasien dengan
mieloma multipel aktif
memiliki tingkatan ke depan.
Dua sistem staging yang
digunakan. Durie-Salmon
staging sudah digunakan
lebih dari 30 tahun;
merupakan sistem staging
yang sederhana, sedangkan
International Staging System
(ISS), menunjukan lebih
sensitive tentang prognosis
dan panduan tatalaksana
penyakit multipel mieloma.(1,2)
F. Penatalaksanaan
Pasien dengan multipel mieloma tingkat I atau asimtomatik tidak diperlukan
penatalaksanaan segera. Mereka hanya perlu dimonitoring setiap 3 – 6 bulan secara
berurutan. Kelompok pasien ini dapat bertahan untuk waktu selama itu. Klinisi dapat
mencari kemungkinan uji klinis untuk manajemen penyakit awal; bagaimanapun,
tatalaksana diluar uji klinis tidak diindikasikan. Jika pasien berlanjut ke tingkat II atau
lebih, penatalaksanaan sistemik diindikasikan.(1,4)
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi beban tumor (sel plasma ganas dan
immunoglobulin), mencegah dan mengontrol komplikasi (misal, infeksi, anemia,
hierkalsemia, fraktur patologi), serta menangani nyeri. Tujuan pengobatan
mempertahankan mobilitas sebanyak mungkin.(8)
Terapi mieloma secara umum dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Terapi definitif, yang terdiri dari dua pilihan mayor, yakni ;
1. Kemoterapi, yang bertujuan untuk pencapaian respon stabil (plateu), namun tanpa
mengeradikasi penyakit. Obat tunggal; melphalan atau siklofosfamid (dengan atau
tanpa prednisolon). Kombinasi kemoterapi
2. Terapi alternatif, pada pasien yang lebih muda atau kondisi lebih fit. Mungkin
direncanakan kemoterapi yang lebih intensif dan transplantasi sumsum tulang. Pada
mieloma, transplantasi yang dilakukan adalah menggunakan stem sel dari pasien
sendiri yang disebut autologus transplantasi. Dihindari pemberian kemoterapi yang
merusak stem sel, pasien dengan transplantasi mendapat terapi inisial : kombinasi
terapi dan Dexametason dosis tinggi.(7)
Beberapa obat kanker yang digunakan untuk terapi multipel mieloma :
Thalidomide : Obat thalidomide (Thalomid) merupakan revolusioner dari pengobatan
multipel mieloma. Thalidomide termasuk kelas obat yang dinamakan obat
immunomodulatory. Thalidomide bekerja dengan sistem imun tubuh untuk melawan
kanker. Dia menghambat sel mieloma untuk berikatan dengan tulang dan membentuk
tumor. Dia juga memblok pertumbuhan dari pembuluh darah yang dibutuhkan tumor
untuk berkembang.
Thalidomide adalah yang pertama diperkenalkan untuk terapi pasien kanker
lanjutan. Dalam kombinasi obat dexametason, ini harus ditingkatkan untuk efektivitas
obat pertama untuk pasien multipel mieloma. (Dexametason termasuk kelas obat yang
disebut SAIDs). Beberapa efek samping thalidomide meliputi blood clots, bisa diatasi
dengan pemberian aspirin atau warfarin (Coumadin dan lainnya); konstipasi dan fatik.
Thalidomide juga mudah terkena neuropati periferal, yang menyebabkan sensasi
gatal, kelemahan dan mati rasa. Neuropati dapat diobati dengan gabapentin
(Neurontin), duloxetine (Cymbalta) dan pragabalin (Lyrica).
Lenalidomide : Merupakan obat terbaru, obat imunomodulatori yang paling kuat
untuk mengobati multipel mieloma yang disebut lenalidomide (Revlimid). Ini diakui
secara original, dalam kombinasi dengan dexametason, untuk orang yang mieloma
kembali setelah satu kali terapi. Dokter juga menemukan bahwa kombinasi ini
kelihatannya efektif digunakan pada terapi awal untuk kaum muda yang baru
didiagnosis multipel mieloma berpotensi dilakukan transplantasi stem sel. Seperti
talidomide, lenalidomide juga efektof ketika dikombinasikan dengan melphalan dan
prednison untuk orang tua yang baru didiagnosis multipel mieloma. Efek samping
lenalidomide mungkin termasuk berkurangnya jumlah sel darah, yang dapat diterapi
dengan menyesuaikan dosis lenalidomidenya dan juga bisa menyebabkan blood clots.
Bortezomib : Obat lain, bortezomib (Velcade), diakui oleh orang-orang yang baru
didiagnosis multipel mieloma. Kelas pertama yang terbaru dinamakan preteasom
inhibitor, bortezomib blocks, yang bekerja pada sebagian besar protein mieloma
disebut proteasomes. Bortezomib juga diakui dan khusus efektif untuk mengobati
multipel mieloma yang kambuh atau tidak ada respon dari medikasi lain. Untuk tumor
jenis ini, bortezomib bahkan lebih efektif ketika dikombinasikan dengan long-acting
dari doxorubicin (Doxil), obat yang digunakan pada kanker jenis lain. Penelitian
menunjukan bahwa kombinasi obat ini efektif untuk yang baru didiagnosis multipel
mieloma. Sebagai tambahan, kombinasi bortezomib dengan dexametason untuk
menjadi kemoterapi tradisional dalam mempersiapkan orang untuk transplantasi stem
sel.(4,7)
Terapi suportif
Bertujuan untuk memelihara kualitas hidup pasien multipel mieloma :
Fungsi ginjal : ditimbulkan karena paraprotein yang abnormal tertimbun dalam ginjal,
dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, hiperkalsemia, dan urea yang tinggi. Semua
pasien mieloma harus minum sedikitnya 3 liter cairan perhari.
Hiperkalsemia : konsekuensi dari destruksi tulang yang masuk dalam sirkulasi.
Menyebabkan rasa mual dan muntah, juga poliuria, konstipasi dan mulut kering.
Diberikan larutan salin intravena dan bisfosfonat.
Hiperviskositas : kondisi dimana plasma mengandung paraprotein yang banyak.
Kekentalan plasma akan menyebabkan aliran darah menurun (viscous) yang ditnadai
dengan nafas pendek, confusion, sakit kepala, dan penglihatan yang terganggu. Terapi
dengan transfusi tukar atau transfusi plasma tukar. Hiperviskositas juga dapat
menyebabkan gangguan koagulasi dan perdarahan, dapat diobati dengan plasma feresis
berulang.
Infeksi : pengobatan cepat terhadap semua infeksi sangat penting. Pada infeksi berulang
perlu diberikan konsentrat imunoglobulin profilaktik bersama dengan antibiotik spektrum
luas dan obat anti-jamur.
Anemia : lebih dari dua pertiga pasien mengalami anemia. Pada anemia berat diberikan
transfusi dengan melihat keadaan apakah pasien dalam keadaan hiperviskositas, dapat
pula diberikan eritropoetin jika ginjalnya sudah mengalami kerusakan.
Masalah psikologis : pasien mieloma biasanya mengalami depresi dan kecemasan,
sehingga butuh dukungan dari psikiatri atau tim psikologi klinik.(7)
G. Penutup
Multipel mieloma merupakan kanker sel plasma yang ada di sumsum tulang, sifatnya
yang multiple menandakan sel mieloma ini berkumpul di daerah tulang. Melalui cara
yang bervariasi, multipel mieloma dapat bermanifestasi klinis yang berbeda-beda, bahkan
sampai bisa merusak organ vital, seperti jantung, ginjal, dan saraf. Penyebab dari penyakit
ini masih belum diketahui, kemungkinan besar karena adanya paparan pestisida dan
radiasi yang berlebihan. Faktor resiko dari multipel mieloma berdasarkan studi
epidemiologi, lebih banyak pria dan berkulit hitam dibandingkan wanita dan kelompok
etnik Afro-Amerika. Pemeriksaaan penunjang yang paling penting adalah biopsy sumsum
tulang, tes urine untuk melihat Bence Jones protein, tes darah dan apusan darah tepi.
Penatalaksanaannya secara umum terdiri dari terapi definitif dan terapi suportif.
Daftar pustaka
1. Multiple Myeloma : treatment options for refractory or relapsed disease. PCE Oncology –
e-Rounds. (cited : 20 April 2011). Available from : URL :
http://www.nccn.org/professionals/physician_gls/PDF/myeloma.pdf
2. US Departement of Health and Human Services. What you need to know about multiple
myeloma. USA. National Care Institute. Sept 2004 : 3-9.
3. Dwitya KP. Makalah patologi sistem imun “multiple myeloma”. Jurusan ilmu kesehatan
masyarakat. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2011 : 1-3.
4. Anderson KC, Raje N; Peterson DE., et al. Advances in the treatment of multiple
myeloma. Cancer Care. New York. Elsevier Oncology; 2011 : 2-5.
5. Diagnosis mieloma multipel (multiple myeloma). (cited : 20 April 2011). Available from
: URL : http://www.spesialis.info
6. Jenny B, Roger O et al. Guidelines on the diagnosis and management of multiple
myeloma. British Committee for Standards in Haematology in conjunction with the UK
Myeloma Forum (UKMF). London. 2010 : 4-7.
7. Lestarini AL. Multipel mieloma. Bagian Patologi Klinik FK UNRAM/ RSU Propinsi
NTB. Jurnal kedokteran. Mataram. 2010 (6): 7-11.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis dasar proses – proses penyakit. Edisi
6. Jakarta: EGC; 2006. vol 1. p 286-288.