30
MODUL 05 PERENCANAAN FASILITAS 3R ATAU BANK SAMPAH KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAHAN AJAR DISEMINASI DAN SOSIALISASI KETEKNIKAN BIDANG PLP SEKTOR PERSAMPAHAN

7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

  • Upload
    anton

  • View
    290

  • Download
    24

Embed Size (px)

DESCRIPTION

3r

Citation preview

Page 1: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

MODUL 05 PERENCANAAN FASILITAS 3R

ATAU BANK SAMPAH

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAHAN AJAR

DISEMINASI DAN SOSIALISASI KETEKNIKAN

BIDANG PLP SEKTOR PERSAMPAHAN

Page 2: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah
Page 3: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... ii

1. PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH .............................................................. 273

2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DENGAN 3R ............................................ 275

2.1. Perencanaan Penerapan 3R Skala Rumah Tangga ................................................ 277

2.2. Perencanaan Penerapan 3R Skala Kawasan .......................................................... 281

2.3. Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R ................................................................ 283

3. BANK SAMPAH ......................................................................................................... 291 3.1. Sistem Pengelolaan Sampah dengan Bank Sampah .......................................... 291

3.2. Integrasi Bank Sampah dengan Gerakan 3R ..................................................... 295

3.3. Kondisi Eksisting Bank Sampah di Indonesia .................................................. 296

3.4. Peran Stakeholder .............................................................................................. 297

Page 4: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Paradigma lama pengelolaan sampah ................................................................... 274 Gambar 1. 2 Paradigma baru pengelolaan sampah ................................................................... 275 Gambar 2. 1 Penerapan 3R skala rumah tangga ........................................................................ 278 Gambar 2. 2 Kompos produksi skala rumah tangga ................................................................. 279 Gambar 2. 3 Gentong tempat pengomposan ............................................................................. 280 Gambar 2. 4 Keranjang takakura ............................................................................................... 280 Gambar 2. 5 Kompos yang diaplikasikan pada tanaman .......................................................... 281 Gambar 2. 6 Penerapan 3R skala kawasan ................................................................................ 282 Gambar 2. 7 Sistem pengolahan sampah 3R dengan sampah tercampur .................................. 285

Gambar 2. 8 Sistem pengolahan sampah 3R dengan sampah terpilah ...................................... 286

Gambar 3. 1 Sistem bank sampah ............................................................................................. 292 Gambar 3. 2 Mekanisme menabung sampah di bank sampah secara individual ..................... 293

Gambar 3. 3 Mekanisme menabung sampah di bank sampah secara komunal ........................ 293

Gambar 3. 4 Kerangka kerja integrasi bank sampah dengan gerakan 3R ................................. 296

Gambar 3. 5 Bank sampah keliling ........................................................................................... 297

DAFTAR TABEL Tabel 2. 2 Biaya investasi ......................................................................................................... 290

Tabel 2. 3 Perkiraan biaya operasi per tahun ........................................................................... 290

Page 5: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

273

PERENCANAAN FASILITAS 3R DAN BANK SAMPAH 1. PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH Sampai saat ini, sampah kerap kali menjadi masalah di Indonesia.Tak jarang ditemui adanya penumpukan sampah di beberapa daerah yang diakibatkan minimnya fasilitas pengelolaan sampah yang ada. Munculnya permasalahan mengenai persampahan tersebut dikarenakan hampir semua pemerintah daerah di Indonesia, masih menganut paradigma lama dalam pengelolaan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan sistem lahan urug saniter (sanitary landfill) yang ramah lingkungan, ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena membutuhkan biaya yang tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mau merubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan.Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah waktunya diterapkan, yaitu dengan meminimasi sampah serta maksimasi kegiatan daur-ulang dan pengomposan disertai dengan TPA yang ramah lingkungan.Paradigma baru yang diharapkan dapat mulai dilaksanakan adalah dari orientasi pembuangan sampah ke orientasi daur-ulang dan pengomposan. Melalui paradigma baru ini pengelolaan sampah tidak lagi merupakan satu rangkaian yang hanya berakhir di TPA (one-way street), tetapi lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur-ulang lainnya tidak hilang percuma. Berdasarkan perhitungan Direktorat Bintek-Dept. PU (1999), bila konsep pengelolaan sampah terpadu dengan strategi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dilaksanakan, maka sampah yang akan masuk ke

TPA berupa residu hanya sebesar 15%. Sampah yang dapat dikomposkan ± 40%, didaur-ulang (20%), dan dibakar dengan menggunakan insinerator 25%. Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan paradigma lama pengelolaan sampah.

Page 6: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

274

Gambar 1. 1 Paradigma lama pengelolaan sampah

Keberhasilan penerapan paradigma baru ini dapat tercapai tentu melalui koordinasi yang baik dengan instansi terkait seperti Dinas Pertamanan, Dinas Pasar, Bapedalda, Kelurahan, dsb. Masyarakat tentu saja harus terlibat aktif, misalnya dalam kegiatan pemilahan dan pengumpulan sampah di sumber.

Page 7: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

275

Gambar 1. 2 Paradigma baru pengelolaan sampah

2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DENGAN 3R Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. Prinsip pertama Reduce adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang

Pemrosesan Akhir

Page 8: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

276

layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recyle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain. Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang ke TPA (target 20% pada tahun 2014). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pengertian dari 3R, sebagai berikut: a. Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

b. Reuse (R2)

Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

c. Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.

Page 9: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

277

Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu dengan 3R di kawasan permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: • Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat

dikurangi dan dimanfaatkan. • Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk

mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat.

• Metode penanganan sampah 3R untuk mendapatkan formula teknis dan prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.

• Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional “ kumpul - angkut - buang ” menjadi 3R.

• Misalnya : penghijauan dulu → kebersihan → buang sampah ditempatnya → pemilahan → daur ulang.

• Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam melaksanakan berbagai metode 3R.

• Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan poses pengelola sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.

• Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, mambatasi konsumsi sesuai dengan kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah dsb.

• Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan mengunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya.

• Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur ulang (kertas, plastik, gelas/logam, dll) maupun sampah B3 rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterai, lampu neon, kaleng, sisa insektisida, dll) dan sampah bekas kemasan (bungkus mie instant, plastik kemasan minyak, dll)

• Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan mengurangi sampah pada tahap berikutnya.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perencanaan penerapan 3R skala rumah tangga dan kawasan. 2.1. Perencanaan Penerapan 3R Skala Rumah Tangga Pada perencanaan penerapan 3R skala rumah tangga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Page 10: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

278

• Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan sampah.

• Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan.

Gambar 2. 1 Penerapan 3R skala rumah tangga

Terdapat beberapa skenario yang perlu dilakukan agar 3R dapat diterapkan pada rumah tangga, di antaranya sebagai berikut: a. Skenario Pemilahan Sampah Non Organik.

Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan, yaitu dengan cara memilah sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misalnya mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.

Page 11: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

279

b. Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)

Pada skenario ini, dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah organik dari dapur (nasi, daging, dll). - Skenario pembuatan kompos secara individu di sumber harus dilakukan dengan cara

sederhana dan dapat mengacu pada best practice yang telah ada.

Gambar 2. 2 Kompos produksi skala rumah tangga

- Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya seperti di Banjarsari dan Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), gentong, bin takakura atau metode lain sebagai “composter”.

- Dengan “komposter gentong“ (alasnya di lubangi dan di isi kerikil serta sekam, merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan dalam gentong).

Page 12: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

280

Gambar 2. 3 Gentong tempat pengomposan

- Dengan bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton, sekam padi dan kompos

matang), memerlukan sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses pematangan kompos. Komposter takakura dapat ditempatkan didalam rumah (tidak menimbulkan bau).

Gambar 2. 4 Keranjang takakura

- Produk kompos dapat digunakanuntuk program penghijauan dan penanaman bibit.

Page 13: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

281

Gambar 2. 5 Kompos yang diaplikasikan pada tanaman

c. Skenario Daur Ulang

Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng, sampah B3 rumah tangga).

2.2. Perencanaan Penerapan 3R Skala Kawasan Pada perencanaan penerapan 3R skala rumah tangga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: • Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan teratur (cakupan

pelayanan 1000- 2000 unit rumah), kawasan perumahan semi teratur/non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai

• Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan volumedan pemilahan sampah.

• Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari sumber, pengangkutan/pengumpulan, pemilah sampah, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan residu ke TPA

• Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang disebut TPS3R (tempat pengolahan sampah terpadu), yaitu area pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, perajangan sampah, pengomposan, tempat/container sampah residu, penyimpanan barang lapak, dan pencucian.

Page 14: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

282

• Kegiatan pengelolaan sampah di TPS3R meliputi pemilahan sampah, pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll

• Pemisahan sampah di TPS3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos)

• Pembuatan kompos di TPS3R dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain Open Windrow.

• Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus.

• Sampah residu dilarang untuk dibakar di tempat, tetapi dibuang ke TPA.

Gambar 2. 6 Penerapan 3R skala kawasan

Usaha daur ulang dan pengomposan sampah merupakan salah satu penerapan 3R. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki untuk dapat menerapkan usaha daur ulang dan pengomposan adalah sebagai berikut: a. Perlengkapan kerja - Helm kerja - Sepatu kedap air (boot)

Page 15: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

283

- Kaus tangan plastik - Pakaian kerja - Masker kain - Perlengkapan P3K

b. Peralatan produksi - Cangkrang - Terowongan bambu - Alat tulis dan kantor - Termometer alkohol - Selang air - Sekop - Timbangan - Plastik sealer (untuk pengemasan) - Keranjang loak - Papan, cat, dan kuas untuk menandai tumpukan - Ayakan kawat dengan beberapa ukuran

c. Sarana produksi - Pompa air - Tempat pemilahan - Tempat residu - Ruang penumpukan kompos - Ruang pematangan kompos - Ruang penyaringan - Ruang pengemasan - Kantor - Kamar mandi - Drainase - Kebun uji coba

2.3. Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R Dalam melaksanakan penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman diperlukan perencanaan secara menyeluruh dari mulai persiapan sampai bagaimana mengembangkan dan mereplikasi program tersebut. Pengelolaan sampah dengan 3R untuk skala kawasan merupakan pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat di satu kawasan dengan tujuan mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.

Page 16: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

284

Jadwal pengumpulan sampah non organik yang sudah terpilah, seperti kertas, plastik, logam/kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan. Kriteria Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R a. Lokasi

• Luas Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS 3R dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R dengan luas 200 - 500 m2.

• Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber.

• Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R dengan luas < 500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.

• Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R dengan luas < 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %.

b. Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan dan areal composting serta dilengkapi juga dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, tangki air bersih, septic tank, listrik, barier (pagar tanaman hidup), gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos, ruang kantor dan toilet.

c. Daur Ulang • Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang memiliki

nilai ekonomi tinggi. Untuk mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.

• Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.

• Sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).

• Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan dan lain-lain) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain.

d. Pembuatan Kompos • Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur (terseleksi)

dan daun-daun potongan tanaman. • Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan

open windrow dan caspary.

Page 17: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

285

• Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. Dalam pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan laboratorium tanah yang ada di universitas atau milik instansi pemerintah setempat.

• Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas terkait (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dan lain-lain).

Pengolahan sampah dengan 3R dilakukan dengan 2 metode, yaitu: 1. Tanpa pemilihan dari rumah

Gambar 2. 7 Sistem pengolahan sampah 3R dengan sampah tercampur

Proses Kegiatan sistem ini adalah: - Sampah dari rumah dalam kondisi belum terpilah (tercampur), sampah selanjutnya

dibawa ke Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dengan gerobak sampah atau motor sampah.

- Di TPS sampah akan dipilah menurut jenisnya yaitu sampah organik, sampah non-organik dan sampah residu.

- Sampah non-organik akan selanjutnya dikumpulkan dan dijual.

Page 18: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

286

- Sampah organik yang telah dipilah selanjutnya dilakukan proses pengomposan. - Sampah residu ditampung dan diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

2. Dengan pemilahan dari rumah

Gambar 2. 8 Sistem pengolahan sampah 3R dengan sampah terpilah

Proses Kegiatan sistem ini adalah: - Sampah dari rumah dalam kondisi sudah terpilah antara sampah organik dan sampah

non-organik, sampah selanjutnya dibawa ke Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dengan gerobak sampah atau motor sampah yang sudah disekat.

- Di TPS sampah yang sudah dipilah akan langsung diproses berdasarkan jenisnya yaitu sampah organik, sampah non-organik dan sampah residu.

- Sampah non-organik akan selanjutnya dikumpulkan dan dijual

Page 19: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

287

- Sampah organik yang sudah terpilah selanjutnya dilakukan proses pengomposan. - Sampah residu ditampung dan diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Keberhasilan Penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat dapat tercapai jika: 1. Kriteria kabupaten/kota yang akan memperoleh bantuan program penyelenggaraan

Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat adalah sebagai berikut: • Kabupaten/Kota sudah mencantumkan usulan TPS 3R dalam Strategi Sanitasi Kota

(SSK) dan RPIJM. • Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi

penyelenggaraan pelaksanaan TPS 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Direktur PPLP, Kementerian Pekerjaan Umum dengan tembusan ke Kepala Satker PPLP Provinsi dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPS 3R minimal 200 m2 per lokasi dan kesediaan mengalokasikan dana untuk mendukung penyelenggaraan dan operasional TPS 3R.

• Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab.

• Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. • Pemerintah Daerah bersedia menerima TPS 3R berbasis masyarakat dan menyerahkan

kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pengelola. • Pemerintah Daerah bersedia melakukan pembinaan yang berkelanjutan terhadap TPS

3R berbasis masyarakat terbangun.

2. Kriteria Lokasi, untuk menentukan lokasi yang tepat digunakan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Utama :

• Batasan administrasi lahan TPS 3R dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan TPS 3R berbasis masyarakat

• Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya yang dibuktikan dengan Akte/Surat Pernyataan Hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis masyarakat.

• Ukuran minimal lahan yang harus disediakan 200 m2. • Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.

b. Kriteria Pendukung Utama • Berada didalam wilayah permukiman penduduk, bebas banjir, ada jalan masuk,

sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya. • Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolah sampah 3 m3/hari. • Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang

kuat.

Page 20: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

288

• Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan.

• Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah. • Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, kelompok/forumforum

kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah atau KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang sudah terbentuk.

3. Agar perencanaan 3R dapat dilaksanakan dengan baik maka diperlukan Fasilitator yang

akan mendampingi Satker PPLP provinsi dan dinas terkait dalam hal: • Seleksi Lokasi • Pembentukan KSM • Social Mapping • Survey Komposisi Sampah • Penentuan Teknologi • Penyusunan RKM • Pembuatan DED dan RAB • Pengoperasional TPS 3R Fasilitator terdiri dari fasilitator teknik dan fasilitator pemberdayaan. Kriteria umum fasilitator adalah : a. Pendidikan minimal D3/sederajat dalam bidang sosial untuk fasilitator

pemberdayaan dan dalam bidang teknik untuk fasilitator teknis pengoperasian b. Penduduk setempat atau mampu berkomunikasi dan menguasai bahasa serta adat

setempat c. Sehat jasmani dan rohani d. Pernah terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan atau dalam bidang

persampahan minimal 5 tahun pengalaman 2.3.1. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat memiliki peranan penting dalam keberhasilan penerapan 3R karena tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program tersebut. Hal ini antara lain meliputi (Damanhuri, 2008):

1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan teratur

2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat

Page 21: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

289

3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini Apabila partisipasi masyarakat sudah terbangun dengan baik dalam penerapan konsep 3R, maka timbulan sampah yang harus dibawa dan dikelola di TPA akan mengalami penurunan. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap individu untuk memahami peran mereka dalam pengelolaan sampah dan berkerjasama dengan pemerintah setempat. Adapun masalah-masalah yang terjadi terkait dengan partisipasi masyarakat antara lain (Damanhuri, 2008):

1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata 2. Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga lingkungan 3. Belum adanya pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman

pelaksanaan 4. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam

programnya 5. Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep

pengelolaan yang ada Sebagai pembanding, dalam pengelolaan sampah berbasis 3R di Jepang, masyarakat memiliki peranan utama untuk:

1. Memahami dampak akibat sampah yang dihasilkan 2. Mempertimbangkan ulang pola hidupnya 3. Memilih barang dan pelayanan yang berwawasan lingkungan 4. Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah, misalnya pemilahan sampah 5. Berpartisipasi dalam pengembangan pengelolaan sampah berbasis 3R

2.3.2. Pembiayaan dan Insentif Pembiayaan yang diperlukan dalam penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat, meliputi:

• Kebutuhan biaya investasi prasarana dan sarana. • Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dari sumber serta operasional

penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat dan pemeliharaan prasarana/sarananya.

• Kebutuhan biaya investasi dan operasi tersebut sebaiknya dapat dipenuhi dengan perhitungan iuran warga perbulan yang besarnya dimusyawarahkan.

• Insentif yang didapat berupa hasil penjualan material daur ulang dan produk kompos serta penjualan bibit tanaman yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

Page 22: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

290

Biaya pelaksanaan kegiatan pemilahan, pengomposan dan daur ulang disediakan oleh masyarakat bersama pengelola TPS. Penerimaan dari penjualan bahan daur ulang dan kompos dapat diperhitungkan dalam biaya pengelolaan kegiatan tersebut. Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi pemeliharaan sangat tergantung dari proses pengomposan dan kapasitas pengomposan. Dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk pengomposan skala kawasan skala satu Rukun Warga (200 KK) dibutuhkan setidaknya 5 orang pegawai yang diperlukan untuk pemilahan sampah, pembuatan tumpukan, pembalikan dan penyiraman serta pengayakan dan pengemasan.

Tabel 2. 1 Biaya investasi

Keterangan Unit Satuan Harga/Unit Harga (Rp) Total (Rp) Peralatan 20.500.000,00 Compos Screening 1 Unit 5.000.000,00 5.000.000,00 Gerobak Dorong 1 Unit 500.000,00 500.000,00 timbangan duduk 1 Unit 3.000.000,00 3.000.000,00 Alat bantu pembalikan heap 1 Unit 2.000.000,00 2.000.000,00 Pakaian lapangan 20 Unit 200.000,00 4.000.000,00 Pompa air dan instalasinya 1 Unit 5.000.000,00 5.000.000,00 Instalasi listrik 1 Unit 1.000.000,00 1.000.000,00 Ruangan beratap terbuka 248.000.000,00 Ruang sortasi 20 m2 1.000.000,00 20.000.000,00 Ruang pengomposan 132.00 m2 1.500.000,00 198.000.000,00 Ruang pendadaran 30 m2 1.000.000,00 30.000.000,00 Ruangan tertutup 60.000.000,00 Ruang gudang 20 m2 1.000.000,00 20.000.000,00 Ruang alat 20 m2 1.000.000,00 20.000.000,00 kantor 20 m2 1.000.000,00 20.000.000,00 Biaya Instalasi 328.500.000,00

Tabel 2. 2 Perkiraan biaya operasi per tahun

Keterangan Unit Satuan Harga/Unit Harga (Rp) Total (Rp) Biaya personil 53.400.000,00 Manajer instalasi 1 12 tahun 1.250.000,00 15.000.000,00 Pekerja lapangan 4 12 tahun 800.000,00 38.400.000,00 Biaya langsung 24.000.000,00 Listrik 1 12 tahun 1.000.000,00 12.000.000,00 Lain-lain 1 12 1.000.000,00 12.000.000,00 Biaya 77.400.000,00

Page 23: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

291

Keterangan Unit Satuan Harga/Unit Harga (Rp) Total (Rp) Operasional Biaya spesifik Rp/ton 282.739,73 *Perkiraan biaya diperhitungkan untuk tahun 2011 di wilayah Jakarta dan belum termasuk pajak-

pajak yang berlaku 3. BANK SAMPAH Menurut Prihtiyani dikutip Suwerda (2010), bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah. Kata bank berkonotasi positif dan identik dengan ruangan yang bersih dan pelayanan yang ramah, sementara kata sampah mempunyai konotasi negatif yang identik dengan segala hal yang harus segera dilenyapkan karena berbau, menjijikan, tidak sedap dipandang mata dan mencemari sehingga penyatuan kedua kata tersebut secara tidak langsung mengangkat harkat dan martabat sampah (Suwerda,2010). Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah, akhirnya ditemukan satu solusi inovatif untuk ‘memaksa’ masyarakat memilah sampah.Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah.Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, kapan pun dan dimana pun agar pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia. 3.1. Sistem Pengelolaan Sampah dengan Bank Sampah Menurut Suwerda (2010), terdapat tiga komponen yang ada dalam sistem tabungan sampah di bank sampah, yaitu penabung baik individual maupun komunal (kelompok masyarakat), petugas bank sampah / teller, dan pengepul. Dalam menjalankan organisasi di bank sampah terdapat struktur pengelola bank sampah yaitu direktur bank sampah, teller, sekretaris, dan bendahara yang semuanya berasal dari masyarakat (Suwerda, 2010). Dalam buku Panduan Bank Sampahku yang diterbitkan oleh Unilever (2012), sistem bank sampah didefinisikan sebagai manajemen / alur pengelolaan sampah, khususnya anorganik, sejak dari sumbernya (rumah tangga), dikelola secara kolektif dan sistematis, hingga manfaat kembali pada sumbernya dan bisa tercatat hasilnya (Kg dan Rp). Sistem bank sampah ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Page 24: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

292

Gambar 3. 1 Sistem bank sampah (sumber: Unilever, 2012)

Guna melaksanakan bank sampah dibutuhkan sarana dasar minimum berupa:

1. Bangunan khusus yang permanen atau semi permanen yang dilengkapi ruang tamu, ruang kerja, gudang, dan toilet;

2. Furnitur berupa kursi dan meja tamu, meja dan kursi teller serta pekerja lainnya; 3. Alat kerja berupa alat tulis, alat timbang, kalkulator, tali, dan karung; 4. Alat angkut

3.2. Mekanisme Tabungan di Bank Sampah Mekanisme dalam menabung sampah di bank sampah ada dua, yaitu menabung sampah secara komunal (Suwerda, 2010). Mekanisme menabung sampah secara individual dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan mekanisme menabung sampah secara komunal dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Page 25: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

293

Gambar 3. 2 Mekanisme menabung sampah di bank sampah secara individual (sumber:

Suwerda, 2010)

Gambar 3. 3 Mekanisme menabung sampah di bank sampah secara komunal (sumber:

Suwerda, 2010)

JAM KERJA. Jumlah hari kerja bank sampah dalam seminggu pun tergantung, bisa 2 hari, 3 hari, 5 hari, atau 7 hari. Sebagai contoh, Bank Sampah Rejeki di Surabaya buka Jumat dan Sabtu pukul 15.00-17.00 dan Ahad pukul 09.00-17.00.

Page 26: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

294

PELANGGAN. Semua orang dapat menabung sampah di bank sampah. Setiap sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya dapat langsung diambil pelanggan atau dicatat dalam buku rekening yang dipersiapkan oleh bank. NILAI. Setiap sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga pasaran sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap pelanggan. Dalam setiap buku rekening tercantum kolom kredit, debit, dan balans yang mencatat setiap transaksi yang pernah dilakukan. JENIS TABUNGAN. Dalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua jenis tabungan, tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan individu terdiri dari: tabungan biasa, tabungan pendidikan, tabungan lebaran, dan tabungan sosial. Tabungan kolektif biasanya ditujukan untuk keperluan kelompok seperti kegiatan arisan, pengajian, dan pengurus masjid/musholla. JENIS SAMPAH. Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi 3 besar: kertas, plastik, dan logam. Sampah kertas antara lain koran, majalah, kardus, dan dupleks. Plastik antara lain plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya. Sedangkan logam terdiri dari besi, aluminium, dan timah. Penggolongan jenis sampah tersebut tergantung sepenuhnya pada pengelolan bank sampah. STANDAR HARGA. Terdapat standar harga setiap jenis sampah yang merupakan kesepakatan pengurus bank sampah. Untuk orang secara perorangan yang menjual langsung sampah dan mengharapkan uang kas, harga fluktuatif sesuai harga pasar. Namun apabila pelanggan menjual secara kolektif dan sengaja untuk ditabung, harga yang diberikan adalah stabil tidak tergantung pasar dan biasanya di atas harga pasar. BAGI HASIL. Sistem bagi hasil dilaksanakan di hampir semua bank sampah yang besaran proporsinya tergantung hasil rapat pengurus bank sampah. Besaran bagi hasil yang umum digunakan saat ini adalah 85:15, 85 persen untuk pelanggan dan 15 persen untuk pengelola bank sampah. NILAI TAMBAH. Bank sampah dapat memperoleh nilai tambah dari penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik karena harga plastik dalam bentuk bijih 3 kali lebih tinggi dibanding dalam bentuk botol atau gelas utuh. Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan bank sampah, terdapat 3 indikator yang dapat digunakan, yaitu:

1. Meningkatnya kebersihan lingkungan;

Page 27: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

295

2. Meningkatnya kesehatan masyarakat; 3. Mendatangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat; 4. Menciptakan lapangan pekerjaan (pro job); 5. Mengentaskan kemiskinan (pro poor)

3.2. Integrasi Bank Sampah dengan Gerakan 3R Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), khususnya dalam pelaksanaan penghematan sumber daya (resource efficiency) dan penghematan energi (energy efficiency). Dengan menjalankan prinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi sumber daya karena sebagian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur-ulang dan sampah yang diguna-ulang. Penggunaan bahan baku daur ulang untuk menghasilkan suatu produk telah terbukti menggunakan lebih sedikit energi dibandingkan menggunakan bahan baku alami (virgin material) (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011). Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan menukarkan sampah dengan uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sehingga mereka mau memilah sampah (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011). Selain itu, pelaksanaan bank sampah juga memiliki potensi ekonomi kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011). Munculnya bank sampah dapat menjadi momentum awal dalam membina kesadaran masyarakat. Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.4. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011).

Page 28: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

296

Gambar 3. 4 Kerangka kerja integrasi bank sampah dengan gerakan 3R

3.3. Kondisi Eksisting Bank Sampah di Indonesia Jumlah bank sampah di Indonesia hingga April 2012 kurang lebih telah mencapai 495 bank sampah. Bank sampah ini terdapat disepuluh kota, yaitu Surabaya, Jakarta, DI Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Medan, Bandung, Balikpapan, Denpasar dan Manado. Salah satu contoh bank sampah yang berhasil di Indonesia adalah Bank Sampah Bina Mandiri (BSBM) yang berada di Kota Surabaya. Bank sampah ini telah memiliki omzet usaha sebesar Rp80 juta – 100 juta per bulan dan sudah bisa memberdayakan sebelas orang warga setempat sebagai pekerja. Hingga bulan Mei 2012, BSBM telah memiliki 417 nasabah individu dan 91 bank sampah binaan dari tingkat RT, RW, sekolah, dan perkantoran (Bank Sampah Bina Mandiri, 2012). Total sampah yang berhasil diolah adalah sebesar 399 ton dengan total transaksi Rp648.000.000 (kolektif-individu) (Bank Sampah Bina Mandiri, 2012). BSBM di Kota Surabaya ini berdiri pada tanggal 11 Oktober 2010 untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di Kota Surabaya. Adapun proses sosialisasi kepada masyarakat dilakukan dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di masyarakat agar dapat menyisipkan materi sosialisasi bank sampah. Dalam pelaksanaannya,proses penyetoran sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah diambil oleh petugas dari BSBM menggunakan Bankeling (bank sampah keliling) seperti pada gambar 3.5 dan sampah disetorkan sendiri oleh nasabah.

Page 29: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

Adapun faktor yang membuat bank sampah ini dapat berjalankonsistensi pengurus dan nasabah serta adanya programtertarik seperti pahlawan lingkungan. Pahlawanbertujuan untuk memberikan penghargaan bagi para fasilitatorbagi pengelolaan lingkungan teruta Contoh bank sampah lain yang jugayang mulai beroperasi pada 1 Oktober 2011. Dalam pelaksanaannya, BSM mengusung konsep sosial tetapi tetap menjalankansampah. Oleh karena itu, BSM pembagian porsi pekerjaan yang jelas menyediakan fasilitas penjemputan sampah untuk nasabah kelompoknya yang dibagi menjadi tiga grade sesuai dengan jumlah sampah yang dapat dikumpulkan. Saat ini, BSM masih terfokus untuk menangani sampah anorganik karena keterbatasan lahan dan sumber daya. Sampah yang sudah masuk ke BSM sampai bulan Februari 2012 adalah sebesar 73,157 ton dengan jumlah nasabahkelompok SD (Sekolah Dasar), satu kelompok SMP (Sekolah Menengah Pertama), satu kelompok SMA (Sekolah Menengah Atas), 114 kelompok RT/RW dan nasabah individu. Pengurus BSM menyadari bahwa sisi bisnis dan prokesejahteraan anggota meningkat dan dapat bertahan di dalam bisnis sampah yang sudah terlebih dahulu dikuasai oleh sektor informal. 3.4. Peran Stakeholder Dalam memaksimalkan potensi kinerja bank sampah diperlukan partisipaseperti pemerintah, masyarakat, pihak swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan sektor informal pengelola sampah

Gambar 3. 5 Bank sampah keliling

r yang membuat bank sampah ini dapat berjalan hingga sekarang adalahnasabah serta adanya program-program yang membuat masyarakat ngkungan. Pahlawan lingkungan merupakan salah satu program yang

bertujuan untuk memberikan penghargaan bagi para fasilitator lingkungan yang sudah berperan lingkungan terutama sampah di tempat tinggalnya.

Contoh bank sampah lain yang juga tergolong berhasil adalah Bank Sampah Malang (BSM) yang mulai beroperasi pada 1 Oktober 2011. Dalam pelaksanaannya, BSM mengusung konsep sosial tetapi tetap menjalankan sistemnya secara profesional untuk menjaga keberlanjutan bank

BSM memiliki jam kerja dan menyusun tim manajemen pembagian porsi pekerjaan yang jelas untuk setiap posisi jabatannya. Selain itu, menyediakan fasilitas penjemputan sampah untuk nasabah kelompoknya yang dibagi menjadi

dengan jumlah sampah yang dapat dikumpulkan.

Saat ini, BSM masih terfokus untuk menangani sampah anorganik karena keterbatasan lahan dan sumber daya. Sampah yang sudah masuk ke BSM sampai bulan Februari 2012 adalah sebesar 73,157 ton dengan jumlah nasabah mencapai 13.000 orang. Nasabah terdiri dari 141 kelompok SD (Sekolah Dasar), satu kelompok SMP (Sekolah Menengah Pertama), satu kelompok SMA (Sekolah Menengah Atas), 114 kelompok RT/RW dan nasabah individu. Pengurus BSM menyadari bahwa sisi bisnis dan profesionalisme perlu diperhatikan agar kesejahteraan anggota meningkat dan dapat bertahan di dalam bisnis sampah yang sudah terlebih dahulu dikuasai oleh sektor informal.

Dalam memaksimalkan potensi kinerja bank sampah diperlukan partisipasi berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, pihak swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan sektor informal pengelola sampah (pemulung, lapak dan bandar) (Permanasari, 2012).

297

hingga sekarang adalah program yang membuat masyarakat

rupakan salah satu program yang lingkungan yang sudah berperan

tergolong berhasil adalah Bank Sampah Malang (BSM) yang mulai beroperasi pada 1 Oktober 2011. Dalam pelaksanaannya, BSM mengusung konsep

secara profesional untuk menjaga keberlanjutan bank memiliki jam kerja dan menyusun tim manajemen dengan

untuk setiap posisi jabatannya. Selain itu, BSM juga menyediakan fasilitas penjemputan sampah untuk nasabah kelompoknya yang dibagi menjadi

Saat ini, BSM masih terfokus untuk menangani sampah anorganik karena keterbatasan lahan dan sumber daya. Sampah yang sudah masuk ke BSM sampai bulan Februari 2012 adalah

mencapai 13.000 orang. Nasabah terdiri dari 141 kelompok SD (Sekolah Dasar), satu kelompok SMP (Sekolah Menengah Pertama), satu kelompok SMA (Sekolah Menengah Atas), 114 kelompok RT/RW dan nasabah individu.

fesionalisme perlu diperhatikan agar kesejahteraan anggota meningkat dan dapat bertahan di dalam bisnis sampah yang sudah

si berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, pihak swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan

(pemulung, lapak dan bandar) (Permanasari, 2012).

Page 30: 7. Modul 05 Perencanaan Fasilitas 3R Atau Bank Sampah

298

Pemerintah memiliki peran yang cukup signifikan dalam perkembangan bank sampah terutama dalam membentuk pencitraan bank sampah di mata masyarakat dan juga kebijakan terkait pengelolaan sampah dengan bank sampah. Bank Sampah Malang adalah salah satu contoh pengelolaan sampah yang didukung oleh pemerintah kotanya secara langsung. Akibat adanya dukungan dari pemerintah, Bank Sampah Malang dapat memiliki nasabah sebanyak 13.000 orang dalam waktu kurang lebih lima bulan. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, Bank Sampah Malang dapat memiliki sarana dan prasarana dan juga pencitraan yang baik di mata masyarakat sehingga lebih mudah diterima di berbagai golongan masyarakat. Selain itu, keberlanjutan bank sampah juga dipengaruhi oleh sektor swasta. Pihak swasta dapat berperan sebagai sponsor untuk bank sampah dengan membantu pendanaan operasional sekaligus pengembangan bank sampah melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Hal ini sudah dilakukan oleh PT Unilever melalui program Green and Clean dan PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang menjadi sponsor Bank Sampah Malang dan Bank Sampah Bina Mandiri. Swasta juga dapat berperan sebagai rekan kerja bank sampah khususnya terkait program EPR.Perusahaan-perusahaan swasta khususnya perusahaan dengan produk yang menghasilkan sampah rumah tangga seperti produk makanan, elektronik, dan kebutuhan rumah tangga lainnya juga dapat dilibatkan untuk membeli sampah produk yang mereka hasilkan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap sampah produknya. Keberjalanan bank sampah juga tidak terlepas dari peran sektor informal pengelola sampah seperti lapak, bandar, dan pemulung.Sektor informal berpotensi untuk dijadikan sebagai rekan kerja yang dapat menerima sampah dari bank sampah ataupun sebagai nasabah bank sampah.Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terutama yang bergerak di bidang lingkungan juga memiliki peran dalam keberjalanan bank sampah.LSM dapat menjadi penghubung antara masyarakat dengan bank sampah, swasta, dan pemerintah. Faktor paling utama yang berperan dalam keberlanjutan bank sampah adalah masyarakat.Bank sampah sebagai salah satu metode pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat tentunya harus didukung oleh masyarakat.Masyarakat merupakan subjek dan objek utama pengelolaan sampah dengan bank sampah.Peran masyarakat yang paling penting adalah peran aktif sebagai nasabah baik itu sebagai nasabah individu maupun nasabah kelompok. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan atau kegagalan bank sampah dipengaruhi oleh banyak hal seperti sosialisasi,dukungan pemerintah, dan partisipasi berbagai pihak terutama masyarakat.Konsistensi serta inovasi dari pihak pengurus dalam menjalankan usaha ini juga sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat ketertarikan masyarakat dan jumlah nasabah yang ditangani.