Upload
buta-hejo
View
251
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PAHLAWAN REVOLUSI
Citation preview
Pahlawan revolusi adalah gelar yang diberikan kepada 7 pahlawan yang
gugur dalam tragedi G30S PKI tanggal 30 september 1965. Berikut ini
beberapa foto- foto lengkap 7 pahlawan revolusi beserta biografinya
1. Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir di Purworejo, jawa tengah pada tanggal 19 Juni 1922.
Beragama islam, pernah mengikuti pendidikan formal HIS (setingkat S D)
Bogor, tamat tahun 1935, MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor,
tamat tahun 1938, AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti
tahun 1940. Ia ditembak di ruang makan di rumahnya yang berada di daerah
menteng saat penculikan terjadi.
Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965
saat berumur 43 tahun. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta.
2. Letjen Anumerta M.T. Haryono
Lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 20 Januari 1924.
Beragama islam dengan pendidikan umum ELS (setingkat Sekolah Dasar),
HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum), dan melanjutkan di Ika Dai
Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang). Pernah menjadi
Sekretaris Delegasi Militer Indonesia ketika diselenggarakan Konferensi
Meja Bundar. Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober
1965 saat berumur 41 tahun. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, Jakarta.
3. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman
Lahir di Wonosobo jawa tengah pada tanggal 4 Agustus 1918.
Beragama islam, mengikuti pendidikan umum sekolah tingkat dasar,
melanjutkan ke sekolah menengah, dan Sekolah Tinggi Kedokteran. Pernah
mengikuti pendidikan militer Military Police School di Amerika Serikat.
Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965 saat
berumur 47 tahun. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta.
4. Kapten Peiere Andreas Tendean
Lahir di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1939. Beragama Protestan,
Seorang keturunan perancis dan minahasa yang mahir menggunakan bahasa
jawa. Dengan pendidikan SD di Magelang, SMP B, SMA B. Pernah
mengikuti pendidikan militer ATEKAD, kemudian bergabung dengan corps
Genie. Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965
saat umur 26 tahun. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta
5. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 20 Juni 1920.
Beragama islam, Mengikuti pendidikan formal MULO (setingkat SLTP)
dan meneruskan di AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang
selesai pada tahun 1941. Pernah mengikuti Koninklijke Militaire Akademie
di Bandung yang tidak sampai tamat karena Jepang telah menduduki
Indonesia. Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober
1965 saat umur 45 tahun. Dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
6. Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Lahir di Balige, Tapanuli pada tanggal 9 Juni 1925. Beragama
Kristen, pendidikan umum Sekolah dasar dan melanjutkan di Sekolah
menengah pertama, kemudian melanjutkan lagi di sekolah menngah keatas.
Pernah mengikuti latihan gyugun saat jepang menduduki indonesia.
Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965 saat umur
40 tahun. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
7. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1922.
Beragama islam, pendidikan umum HIS di Semarang, MULO B, dan AMS
B tahun 1942 di semarang. Pernah ikut pendidikan militer Kursus C
Seskoad dan Kursus Milat. Meninggal di lubang buaya Jakarta, pada
tanggal 1 Oktober 1965 saat umur 43 tahun. Dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Monumen Pahlawan Revolusi dibangun atas gagasan Presiden ke-2
Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektar. Monumen
ini dibangun dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi
yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia,
Pancasila dari ancaman ideologi komunis.
Keenam pahlawan revolusi tersebut adalah:
Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
Mayjen TNI R. Suprapto
Mayjen TNI M.T. Haryono
Mayjen TNI Siswondo Parman
Brigjen TNI DI Panjaitan
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang
target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya,
putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre
Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Monumen yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta
Timur ini, berisikan bermacam-macam hal dari masa pemberontakan G30S
- PKI, seperti pakaian asli para Pahlawan Revolusi.
Sejarah Dibangunnya Monumen Pahlawan Revolusi
Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa
Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para
Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara
Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.
Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara
Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim
Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan
sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.
Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan
tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai pusat pelatihan milik
Partai Komunis Indonesia. Kemudian, tempat itu dijadikan sebagai tempat
penyiksaan dan pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September
1965 (G30S/PKI).
Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua
sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban
G30S/PKI. Sumur tua itu berdiameter 75 Cm.
Kompleks Monumen
Monumen ini berdiri di atas lahan seluas 9 Hektar dan tediri dari
beberapa tempat yang bersejarah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis),
Sumur Tua tempat membuang jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah
Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan
Pahlawan Revolusi dan Museum Paseban.
Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)
Museum Pengkhianatan PKI menceritakan sejarah pemberontakan-
pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila
dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada
pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh
September atau G-30-S/PKI, diawal pintu masuk kita akan disambut
dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan PKI, Pengangkatan Jenazah 7
Pahlawan revolusi, dan beberapa diorama yang menceritakan tentang
Pemberontakan PKI diberbagai Daerah di Indonesia.
Sumur Tua
Sumur Tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi: -
Jend. Anumerta Ahmad Yani - Mayjen. Anumerta Donald Ifak Panjaitan -
Letjen. Anumerta M.T. Haryono - Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas
Tendean - Letjen. Anumerta Siswandono Parman - Letjen. Anumerta
Suprapto - Mayjen. Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua yang
sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah Lubang Buaya , dekat lapangan
terbang Halim Perdanakusumah, Jakarta. Sedangkan jenazah Brigjen
Katamso Dharmakusumo dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di
Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, gugur pula AIP II Brimob Karel
Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jend. A.H:
Nasution.
Rumah Penyiksaan
Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa
untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme di
Indonesia, mereka disiksa seblum akhirnya dibunuh, ditempat ini
ditampilkan diorama penyiksaan 7 pahlawan Revolusi beserta kisah
dimulainya Pemberontakan PKI, dahulu tempat ini merupakan sebuah
sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih fungsikan oleh
PKI sebagai tempat penyiksaan kejam para Pahlawan Revolusi.
Pos Komando
Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya
bernama Haji Sueb. Tampat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu
Letkol Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan
Revolusi, didalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu
kekejaman PKI seperti : 3 buah Petromaks, Mesin Jahit, dan Lemari Kaca.
Dapur Umum
Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI
sebagai dapur Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai
sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karaena itu Ibu
Amroh yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling meninggalkan rumah
dalam keadaan tidak terkunci dan diperintahkan oleh para anggota PKI
untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi saat kembali
ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan, hanpir semua benda di
rumah tersebut menghilang.
Museum Paseban
Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen Pahlawan
Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober
1981 bertepatan dengan Dwi Wndu Hari Kesaktian Pancasila, didalam
ruangan ini terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
Selain itu tempat ini juga terdapat Foto ke 7 Pahlawan Revolusi,
yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya. Dan adanya Ruang
Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama
pakaian yang mereka kenakan ketika mereka d culik, di siksa, sampai
akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu
terdapat pula Aqualungsebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk
mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.
Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman
bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke
Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini
kurang lebih 30 menit.
Dan terdapat Ruang pameran Foto yang menyaikan foto-foto
pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman
Makam Pahlawan Kalibata.
Lubang Sumur Maut di kompleks Monumen Pancasila Sakti itu. Sebuah prasasti disamping lubang
sumur, berbunyi (dalam ejaan lama): “Tjita2 perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian
Pantja Sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang
Buaja, 1 October 1965″
Replika Truk Dodge yang disimpan di Monumen Pancasila Sakti. Truk buatan Amerika tahun
1961 itu bernomor B.2982.L milik PN Arta Yasa yang dirampas PKI di Jl. Iskandarsyah,
Kebayoran Baru, untuk menculik dan mengangkut mayat Brigjen DI Pandjaitan dari rumahnya
Jl. Hasanudin 52, Keboyaran Baru ke Lubang Buaya
Diorama seukuran sebenarnya di Monumen Pancasila Sakti menggambarkan penyiksaan Mayjen
R Soeprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen Soetojo Siswomihardjo serta Lettu Czi Pierre A.
Tendean oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani, pada serambi rumah dimana peristiwa mengenaskan
itu terjadi. Sementara LetJen. A. Yani, BrigJen DI Panjaitan, serta MayJen M.T. Haryono telah
terlebih dahulu dibunuh.
Sebuah Panser bertipe PCMK-2 Saraceen buatan Inggris yang terletak tidak jauh dari Gedung
Museum Pengkhianatan PKI. Panser ini dipakai untuk mengangkut jenazah para korban G30S-PKI
dari Lubang Buaya ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta guna pemeriksaan visum et repertum. Panser
itu juga pernah dipakai untuk mendukung operasi militer di Timor Timur pada 1976, sebelum
akhirnya ditarik pada Juli 1985 dan dijadikan monumen.
Mobil dinas Jendral Ahmad Yani
Mobil dinas Mayjen Soeharto (Mantan Presiden RI ke 2)