69
i LAPORAN TUGAS AKHIR PENYAMBUNGAN STAINLESS STEEL AUSTENITIK SERI 316 DENGAN METODA FRICTION WELDING TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR MIKRO Disusun oleh: MUHAMMAD NOOR FITRIYANTO 11/313969/NT/14685 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

7._D3-2014-313969-complete

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bfkdf

Citation preview

  • i

    LAPORAN TUGAS AKHIR

    PENYAMBUNGAN STAINLESS STEEL AUSTENITIK

    SERI 316 DENGAN METODA FRICTION WELDING

    TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN

    STRUKTUR MIKRO

    Disusun oleh:

    MUHAMMAD NOOR FITRIYANTO

    11/313969/NT/14685

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    SEKOLAH VOKASI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    KATA PENGANTAR

    Pertama penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

    telah memberikan rahmat dan kuasa-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan

    dalam penyusunan serta menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

    Laporan tugas akhir dengan judul PENYAMBUNGAN STAINLESS

    STEEL AUSTENITIK SERI 316 DENGAN METODA FRICTION WELDING

    TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR

    MIKRO ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada

    Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta.

    Selesainya laporan tugas akhir ini, tidak lepas dari bantuan dan kerjasama

    beberapa pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

    kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan

    tugas akhir ini.

    Ucapkan terima kasih penulis sampaikan kepada :

    1. Bapak Lilik Dwi Setyana, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik

    Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.

    2. Bapak Widia Setiawan, S.T, MT, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

    3. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Teknik Mesin Sekolah

    Vokasi Universitas Gadjah Mada.

    4. Kepala Laboratorium Metalurgi Fisik Universitas Diponegoro Semarang,

    PT. Kubota Indonesia, dan Kepala Laboratorium Bahan Teknik Diploma

    Teknik Mesin UGM, terimasih atas ijin yang diberikan dalam hal

    peminjaman alat uji.

    5. Ibu dan Bapak terima kasih atas dukungan dan doanya, Kakak kakak saya,

    keluarga, dan teman-teman terima kasih atas dukungan selama ini.

    6. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan

    Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  • vi

    Dalam penyusunan Laporan ini penulis menyadari adanya keterbatasan

    dalam wawasan dan ilmu yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mohon maaf

    atas kekurangan dan membuka diri terhadap saran dan kritik yang bersifat

    membangun demi kebaikan selanjutnya, agar dalam penulisan laporan selanjutnya

    dapat lebih baik lagi. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini

    bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

    Yogyakarta, Mei 2014

    Muhammad Noor Fitriyanto

  • vii

    Abstract

    Nowadays, welding technique in industrialization has been used in many

    machines construction. It is because the machine which uses connection technique is simpler. Welding usually used to repair, make hard layer on the tool,

    thicken the thin part, joint two metal or shaft, and others. The welding

    construction have to consider the balance between the kind of material which will

    is used be welded and method which will be used in welding process, so the result

    of welding have good strength joint. In this point the base is efficient and cheap. It

    can also save power and energy. The aim of the study is to determine the tensile

    strength, the micro hardness value from base metal until connection part welding,

    and the microstructure photo by using friction welding.

    The method in this study is started from identifying the problem which occur

    in friction welding. The second is doing experiment use stainless steel series 316

    cylindrical solid, as much as 7 specimens, 1 specimen for raw materials with a

    length of 20 cm and 6 specimens for friction welding of length 10cm. The third is

    material testing by using tensile test, micro Vickers hardness test, and

    microstucture photos. The final method is analyzing the data which is got from the

    test.

    The results of the testing shows that the tensile strength of friction welding

    decrease if compared to initial material. The fracture of all stainless steel

    connections use friction welding method are dominated by fracture brittle. The

    hardness value from base metal until connection part is reduce. Finally,

    microstructure photo used magnification 100x shows that the weld area, the HAZ

    area, and the base metal area is dominated by austenitic structure.

    Keywords: stainless steel, friction welding, tensile testing, microhardness tester,

    and microstructure.

  • viii

    Intisari

    Pada dewasa ini teknik pengelasan telah banyak dipergunakan pada konstruksi

    mesin. Ini disebabkan karena mesin yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi

    lebih sederhana. Pengelasan biasanya dipergunakan untuk reparasi, membuat lapisan

    keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, menyambung dua

    material atau poros, dan lain-lain. Pengelasan harus mempertimbangkan kesesuaian

    antara jenis material yang akan disambung dan metode yang digunakan dalam proses

    pengelasan, sehingga hasil dari lasan mempunyai kekuasan sambungan yang baik.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kekuatan tarik, nilai kekerasan

    mulai dari logam induk hingga sambungan, dan struktur mikro dengan metode las gesek.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi

    masalah yang terjadi pada pengelasan gesek. Yang kedua melakukan penelitian

    menggunakan stainless steel seri 316 berbentuk silinder pejal sebanyak 7 spesimen, 1

    spesimen untuk raw material dengan panjang 20 cm dan 6 spesimen untuk di las gesek

    dengan panjang 10cm. Yang ketiga material hasil sambungan diuji dengan pengujian

    tarik, mikro Vickers hardness, dan pengamatan struktur mikro. Terakhir adalah

    menganalisa data yang telah didapat dari hasil pengujian.

    Hasil dari pengujian menunjukan bahwa kekuasan tarik dari hasil las gesek

    mengalami penurunan jika dibandingkan dengan raw material. Hasil penampang patah

    pada semua sambungan stainless steel didominasi perpatahannya bersifat getas. Nilai

    kekerasan dari logam induk hingga bagian sambungan mengalami penurunan. Terakhir, struktur mikro dengan perbesaran 100x memperlihatkan baik pada daerah lasan, daerah

    terkena panas, dan logam induk didominasi oleh struktur austenitik.

    Kata kunci: stainless steel, friction welding, pengujian tarik, mikro hardness tester, dan

    struktur mikro.

  • ix

    DAFTAR ISI

    SAMPUL DEPAN

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    LEMBAR NOMOR PERSOALAN ..................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

    ABSTRACT ........................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

    1.2 Maksud Dan Tujuan ..................................................................... 2

    1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2

    1.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 2

    1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4

    2.2 Landasan Teori ............................................................................ 4

    2.2.1 Stainless Steel ........................................................................ 5

    2.2.2 Teknologi Mekanik ............................................................ 6

    2.2.3 Pengelasan Gesek (Friction Welding) ................................ 7

    2.2.4 Pengujian Tarik .................................................................. 9

    2.2.5 Pengujian Kekerasan Mikro Vickers .................................. 12

    2.2.6 Pengamatan Struktur Mikro ............................................... 14

    BAB 3 METODOLOGI DAN HASIL DATA

    3.1 Jalan Penelitian ............................................................................ 17

  • x

    3.2 Alat Penelitian ............................................................................ 18

    3.3 Pengadaan Bahan Penelitian dan Persiapan Spesimen Uji ......... 18

    3.4 Data Hasil Pengujian ................................................................... 22

    3.4.1 Data Hasil Uji Tarik ........................................................... 22

    3.4.2 Data Hasil Uji Kekerasan .................................................... 24

    3.4.3 Data Hasil Foto Struktur Mikro ......................................... 26

    3.5 Hipotesis ...................................................................................... 28

    BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Tarik ................ 29

    4.1.1 Raw Material ...................................................................... 29

    4.1.2 Sambungan 1 - Sambungan 5 ............................................. 29

    4.2 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Kekerasan ........ 33

    4.3 Analisa dan Pembahasan Hasil Pengamatan Struktur Mikro ...... 34

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan .................................................................................. 36

    5.2 Saran ........................................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Waktu Lama Pengelasan ....................................................................... 21

    Tabel 3.2 Hasil Uji Tarik ....................................................................................... 23

    Tabel 3.3 Hasil Uji Kekerasan ............................................................................... 25

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Pengelasan Gesek (Friction Welding) ................................................ 7

    Gambar 2.2 Alat Uji Tarik ..................................................................................... 9

    Gambar 2.3 Skema Uji Tarik ................................................................................. 9

    Gambar 2.4 Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa ............................................... 11

    Gambar 2.5 Mikro Vickers Hardness Tester.......................................................... 12

    Gambar 2.6 Indentasi Vickers ................................................................................ 13

    Gambar 2.7 Mikroskop Struktur Mikro ................................................................. 14

    Gambar 3.1 Raw Material Stainless Steel .............................................................. 18

    Gambar 3.2 Material-material Yang Akan Diproses Friction Welding ................. 19

    Gambar 3.3 Pengelasan Gesek (friction welding) .................................................. 20

    Gambar 3.4 Material Stainless Steel Setelah Dilakukan Pengelasan ..................... 20

    Gambar 3.5 Bone Shape Standar ASTM ............................................................... 21

    Gambar 3.6 Persiapan Spesimen Material Sebelum Dilakukan Pengujian ........... 22

    Gambar 3.7 Skema uji tarik ................................................................................... 23

    Gambar 3.8 Jarak antar titik uji kekerasan ............................................................. 24

    Gambar 3.9 Struktur mikro logam induk material Stainless Steel 316 .................. 26

    Gambar 3.10 Struktur mikro daerah terkena panas (HAZ) .................................... 27

    Gambar 3.11 Struktur mikro sambungan las material Stainless Steel 316 ............ 27

    Gambar 4.1 Diagram tegangan-regangan dari raw material - las 5 ....................... 31

    Gambar 4.2 Grafik perbandingan nilai tegangan sambungan dan raw material .... 32

    Gambar 4.3 Grafik nilai kekerasan logam induk-haz-sambungan las ................... 33

    Gambar 4.4 Hasil pengujian struktur mikro Stainless Steel ................................... 34

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Ijin Pelaksanaan ....................................................................... 39

    Lampiran 2. Standar Pengujian .............................................................................. 40

    Lampiran 3. Data Grafik Hasil Uji Tarik .............................................................. 41

    Lampiran 4. Data Hasil Pengujian Kekerasan Mikro Vickers ............................... 53

    Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Struktur Mikro............................................. 54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada era industrialisasi saat ini teknik pengelasan telah banyak

    dipergunakan pada konstruksi mesin. Hal ini disebabkan karena mesin yang

    dibuat dengan teknik penyambungan menjadi lebih sederhana dalam proses

    pembuatannya. Pengelasan biasa dipergunakan untuk reparasi misalnya membuat

    lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus,

    menyambung dua plat atau poros dan lain-lain. Karena itu rancangan las harus

    memperhatikan kesesuaian antara jenis material yang akan dilas dan metode yang

    digunakan dalam proses pengelasan, sehingga hasil dari pengelasan memiliki

    kekuatan sambungan yang bagus dan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal

    ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga

    dan penghematan energi.

    Pengelasan di Indonesia sudah banyak dilakukan dengan berbagai macam

    jenis, tetapi ada juga yang jarang dilakukan yaitu pengelasan gesek atau dalam

    bahasa inggrisnya adalah friction welding. Dalam hal penelitian atau analisa,

    setelah proses pengelasan seorang ilmuwan biasanya akan melakukan berbagai

    macam jenis pengujian material fisik. Pada laporan penelitian ini, hasil pengelasan

    gesek akan dilakukan pengujian kekuatan tarik agar diketahui hasil kekuatan

    pengelasannya. Disamping itu juga dilakukan pengujian kekerasan mulai dari

    logam induk hingga bagian sambungan las, dan terakhir ialah pengamatan struktur

    mikronya. Sebelumnya, pengelasan gesek kali ini akan dilakukan dengan bantuan

    mesin bubut dan bahan uji terbuat dari stainless steel austenitic atau baja tahan

    karat seri 316. Rumusan permasalahan yang perlu dipecahkan kali ini adalah

    bagaimana agar dihasilkan kekuatan sambungan las antara dua stainless steel

    austenitic sehingga memiliki kekuatan sambungan yang baik dan kuat.

    Sehingga, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

    kekuatan sambungan material stainless steel austenitic saat dilas menggunakan

  • 2

    cara friction welding terhadap kekuatan tarik, nilai kekerasan atau hardness, dan

    struktur mikro.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan Tugas Akhir yang hendak dicapai dalam mengambil

    judul Tugas Akhir PENYAMBUNGAN STAINLESS STEEL AUSTENITIK SERI

    316 DENGAN METODA FRICTION WELDING TERHADAP KEKUATAN

    TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR MIKRO adalah :

    1. Mengetahui kekuatan tarik menggunakan metode friction welding.

    2. Mengetahui kekerasan sambungan las, daerah HAZ (Heat Affective Zone), dan

    logam induknya dengan jarak antar titik 500 mikrometer.

    3. Mengetahui struktur mikro dengan metode friction welding.

    1.3 Batasan Masalah

    Agar pembahasan masalah dalam Tugas Akhir ini lebih jelas, fokus dan

    terarah, maka permasalahan yang dibahas dibatasi hanya pada hasil pengelasan,

    kekuatan tarik, kekerasan, serta struktur mikronya.

    1.4 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengambilan data yang digunakan penulis untuk membuat laporan

    Tugas Akhir ini adalah:

    1. Metode Literatur

    Metode Literatur yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat

    atau menggunakan data baik seluruhnya maupun sebagian dari perpustakaan,

    berupa arsip-arsip.

    2. Metode Interview

    Metode Interview yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara

    kepada pihak-pihak lain yang lebih mengusai maupun mengerti banyak tentang

    perencanaan pengelasan suatu material, misalnya kepada dosen, teman-teman,

    dan lain-lain.

  • 3

    3. Metode Observasi

    Metode Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada

    objek sehingga memungkinkan untuk mengamati secara bertahap disertai

    pencatatan singkat dan jelas sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya.

    4. Metode Dokumentasi

    Metode Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara

    mendokumentasikan peralatan yang diamati berupa foto-foto.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab terdiri

    dari beberapa sub-bab. Sitematika laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

    1. Pendahuluan

    Pada bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan masalah, batasan

    masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

    2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

    Pada bab ini berisi tentang dasar friction welding, stainless steel, pengujian

    tarik, pengujian kekerasan, dan pengamatan struktur mikro.

    3. Metodologi dan Hasil

    Pada bab ini akan membahas tentang proses pengelasan friction welding

    dengan stainless steel pejal hingga pada hasil yang didapat.

    4. Analisa Pembahasan

    Pada bab ini akan membahas tentang hasil pengelasan dan juga analisis

    kekuatan, kekerasan, serta struktur mikronya.

    5. Penutup

    Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka

    Baja tahan karat austenitik adalah baja tahan karat yang mempunyai kadar

    karbon antara 0,08 - 0,25 %, kandungan krom mencapai 16 - 26 % sedangkan

    nikel mencapai 6 22 %. Ketahanan karat diperoleh karena adanya lapisan oksida

    krom dipermukaan logam. Nikel berfungsi sebagai pembentuk fasa austenite

    disuhu kamar, sehingga material ini mudah dibentuk karena bersifat ulet.

    Kandungan karbon yang rendah menyebabkan baja tahan karat austenite memiliki

    sifat mampu las yang baik (Greg. Sukartono, 1996).

    Pada suhu C baja tahan karat akan mengalami sensitisasi yaitu

    terbentuknya karbida krom diatas batas butir austenite. Krom yang terbentuk

    diatas batas butir akan menyebabkan kandungan krom disekitar batas butir

    menjadi berkurang. Apabila kandungan krom disekitar batas butir mencapai

    kurang dari 14% maka lapis oksida krom menjadi sulit terbentuk. Akibatnya

    ketahanan korosi baja tersebut menjadi berkurang. Secara mikro, karbida yang

    terbentuk diatas butir akan menyebabkan beda potensial dengan butir sekitarnya,

    hal ini juga akan menyebabkan timbulnya korosi antar butir. Selain itu, bentuk

    ukuran dan jenis karbida yang terbentuk akan berpengaruh pada sifat mekanik

    hasil lasan, seperti kekuatan tarik dan nilai kekerasannya (Greg. Sukartono, 1996).

    2.2 Landasan Teori

    Pengelasan adalah penyambungan dua logam (ferro atau nonferro) menjadi

    satu dengan cara mencairkan setempat dan mendingin bersama. Pada saat ini

    sekitar 40 jenis pengelasan yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

    pengelasan lebur dan padat. Adapun macam dari pengelasan lebur yaitu

    Pengelasan Busur (Arc Welding, AW), Pengelasan Resistansi Listrik (Resistance

    Welding, RW),Pengelasan Gas (Oxyfuel Gas Welding, OFW), dan macam dari

    pengelasan padat yaitu Pengelasan Difusi (Diffusion Welding, DFW), Pengelasan

    Gesek, (Friction Welding, FW), Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding, UW).

  • 5

    2.2.1 Stainless Steel

    Awalnya, beberapa besi tahan karat pertama berasal dari beberapa

    artefak yang dapat bertahan dari zaman purbakala. Pada artefak ini tidak

    ditemukan adanya kandungan krom. Namun diketahui bahwa yang membuat

    logam ini tahan karat adalah banyaknya zat fosfor yang dikandungnya yang

    mana bersama dengan kondisi cuaca lokal membentuk sebuah lapisan besi

    oksida dan fosfat. (Ibnu Satoto, 2002)

    Baja tahan karat atau stainless steel sendiri adalah paduan besi dengan

    minimal 12% kromium. Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan

    pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom

    yang terjadi secara spontan. Tentunya harus dibedakan mekanisme protective

    layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal seng dan

    cadmium) ataupun cat. (Ibnu Satoto, 2002)

    Pada dasarnya untuk membuat baja yang tahan terhadap karat, krom

    merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan

    baja yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan beberapa zat-zat

    berikut :

    1. Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan

    korosi pitting dan korosi celah.

    2. Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium

    atau niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang

    mengalami proses sensitasi.

    3. Penambahan kromium bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan

    membentuk lapisan oksida ( ) dan ketahanan terhadap oksidasi

    temperatur tinggi.

    4. Penambahan nikel bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam

    media pengkorosi netral dan juga meningkatkan keuletan dan mampu

    bentuk logam.

    Stainless steel ditinjau dari kadar kandungan kromnya dapat dibagi

    menjadi lima macam yaitu :

  • 6

    1. Austenitic Stainless Steel yang mengandung sedikitnya 16% Krom dan

    6% Nikel. Stainless steel jenis ini cocok juga untuk aplikasi temperatur

    rendah, disebabkan unsur Nikel membuat stainless steel tidak menjadi

    rapuh pada temperatur rendah.

    2. Ferritic Stainless Steel yang mempunyai kadar Krom bervariasi antara

    10,5 18 %.

    3. Martensitic Stainless Steel jenis ini memiliki unsur utama Krom 12 17

    % dan kadar karbon relatif tinggi yakni 0,1 1,0 %.

    4. Duplex Stainless Steel memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan

    temperatur relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress

    Corrosion Cracking. Memiliki 23-30 % Krom dan 2,5 -7 % nikel dengan

    penambahan unsure Titanium dan Molybdenum.

    5. Precipitation Hardening Steel adalah Stainless Steel yang keras dan kuat

    akibat dari dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro

    logam.

    2.2.2 Teknologi Mekanik

    Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Fungsi utama

    dari mesin bubut adalah untuk memegang dan memutar benda kerja dalam

    melakukan operasi pemesinan. Operasi pemesinan yang dimaksud termasuk

    bubut permukaan, pengeboran, reamer, membuat ulir, membubut lubang,

    bubut bertingkat, dan banyak lagi. Fungsi lain dari mesin bubut juga bisa

    digunakan untuk melakukan proses pengelasan, yaitu pengelasan friction

    welding atau las gesek.

    Di sini benda kerja 1 akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu

    bersamaan dengan benda kerja 2 yang dipasang pada tail stock yang

    terpasang simetris didepan benda kerja 1. Gerakan putar dari benda kerja atau

    biasa disebut gerak potong relatif dimanfaatkan untuk proses pengadukan

    logam saat las gesek dan gerakkan translasi dari tail stock bisa di alih fungsi

    sebagai pemegang benda kerja yang akan disambung.

  • 7

    2.2.3 Pengelasan Gesek (Friction Welding)

    Pengelasan gesek (Friction Welding) adalah suatu metode pengalasan

    yang dilakukan untuk memperoleh hasil lasan dengan cara melakukan

    penggesekan pada ujung dua bahan las dengan menggunakan alat bantu

    mesin bubut. Las gesek termasuk jenis penyambungan padat (forging).

    Ditemukan atau dipatenkan oleh The Welding Institute pada tahun 1991. Pada

    pengelasan gesek, penyambungan terjadi oleh adanya panas yang ditimbulkan

    oleh gesekan akibat perputaran satu dengan yang lain antara logam-logam

    induk dibawah pengaruh gaya aksial. Kemudian salah satu diputar sehingga

    pada permukaan kontak akan timbul panas, bahkan mendekati titik didih

    logamnya, sehingga permukaan logam didaerah tersebut menjadi plastis.

    Dalam kondisi panas tersebut, pergerakan atau gesekan yang terjadi antar

    kedua logam dihentikan, kemudian di aplikasikan gaya tekan arah aksial,

    sehingga terjadi sambungan las gesek. Friction Welding atau las gesek ini

    banyak diaplikasikan pada dinding pesawat atau bodi pesawat.

    Dalam gambar 2.1 ditunjukkan tahapan proses pengelasan gesek

    sebagai berikut :

    (1) salah satu poros diputar dan poros yang lain dicekam pada toolpost,

    (2) kedua poros digesekkan sehingga timbul panas,

    (3) putaran dihentikan dan poros diberi gaya tekan aksial,

    (4) sambungan las terbentuk.

    Gambar 2.1 Pengelasan gesek (friction welding)

    (Sumber: Ibnu Satoto, 2002)

  • 8

    Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan

    pengelasan daerah yang pertama yaitu:

    a. Daerah logam las

    Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

    mencair dan kemudian membeku.

    b. Daerah pengaruh panas atau Heat Affected Zone (HAZ)

    Daerah pengaruh panas atau heat affected zone (HAZ) adalah logam dasar

    yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan

    mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga

    daerah ini yang paling kritis dari sambungan las.

    c. Logam induk

    Logam induk adalah bagian logam dasar di mana panas dan suhu

    pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur

    dan sifat.

    Fungsi keberhasilan Friction Welding biasanya dipengaruhi oleh

    kecepatan putar mesin saat dilas (n), besarnya gaya penekanan (F), luas

    penampang bidang kontak benda kerja yang bergesekan (A), kondisi mesin

    yang digunakan, dan kelurusan (center) saat terjadi penyambungan.

  • 9

    2.2.4 Pengujian Tarik

    Gambar 2.2 Alat uji tarik

    Pengujian tarik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

    sifat-sifat mekanis suatu logam dan paduannya. Pengujian ini paling sering di

    lakukan karena merupakan dasar pengujian-pengujian dan studi mengenai

    kekuatan bahan.

    Gambar 2.3 Skema uji tarik

  • 10

    Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan

    bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai

    perpanjangan yang di alami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan grafik

    tegangan dan regangan.

    (1)

    Keterangan:

    = Tegangan tarik maksimal (MPa)

    = Beban tarik (N)

    = Luasan awal penampang (mm)

    Regangan yang dipergunakan pada kurva diperoleh dengan cara

    membagi perpanjangan panjang ukur dengan panjang awal, persamaanya

    yaitu:

    .(2)

    Keterangan:

    = Regangan (%)

    = Panjang awal (mm)

    = Panjang akhir (mm)

    Pembebanan tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik yang

    selama pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya

    tegangan ultimate, juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik benda

    uji, adapun panjang Lf akan diketahui setelah benda uji patah dengan

    mengunakan pengukuran secara normal. Tegangan ultimate adalah tegangan

    tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula. Diagram yang diperoleh

    dari uji tarik pada umumnya digambarkan sebagai diagram tegangan-

    regangan.

  • 11

    Gambar 2.4 Kurva tegangan-regangan rekayasa

    (Sumber: Dietser, 1996)

    Dari Gambar 2.4 ditunjukkan bahwa bentuk dan besaran pada kurva

    tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas,

    deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, suhu dan keadaan

    tegangan yang menentukan selama pengujian.

    Parameter-parameter yang digunakan untuk mengambarkan kurva

    tegangan-regangan logam yaitu:

    a. Kekuatan tarik

    b. Kekuatan Luluh

    c. Perpanjangan

  • 12

    2.2.5 Pengujian Kekerasan Mikro Vickers

    Gambar 2.5 Mikro Vickers Hardness Tester

    Pada umumnya, kekerasan suatu bahan menyatakan ketahanan bahan

    tersebut terhadap deformasi plastis atau deformasi permanen apabila pada

    bahan tersebut bekerja beban atau gaya luar.

    Salah satu cara untuk mengetahui kekerasannya adalah dengan

    menggunakan metode pengujian kekerasan Micro Vickers, cara ini

    menggunakan indentor intan berbentuk piramida dengan dasar persegi dan

    sudut puncak 136o ditekan dengan beban F terhadap material yang akan diuji.

    Nilai kekerasan Vickers (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas

    permukaan lekukan atau luas bekas injakan piramida. Variasi beban yang

    biasanya digunakan pada pengujian mikro Vickers adalah 25, 50, 100, 200,

    300, 500, dan 1000 gramforce, tergantung pada tingkat kekerasan material

    yang akan di uji. Untuk luasan permukaan lekukan bekas injakan penumbuk

    dihitung dari pengukuran mikroskopis panjang diagonalnya. Kekerasan

    dihitung dengan mengukur diagonal d1 dan d2 dari jejak yang ditinggalkan.

    Bilangan kekerasan Vickers (HV) dihitung :

  • 13

    VHN =

    =

    .(4)

    =

    (F = kgf, d= mm)

    =

    (F = gf, d= m)

    Keterangan :

    VHN : Vickers Hardness Number (HV)

    F : Beban yang diberikan (kgf atau gf)

    A : Luas area indentasi ( )

    : Sudut Indentor ( )

    d : Panjang diagonal bekas indentasi (mm atau m)

    Ketika menggunakan lensa perbesaran 40x (untuk mikro Vickers) maka

    menggunakan rumus:

    d =

    (d = m)

    a = Pembacaan diagonal menggunakan mikroskop (m)

    VHN = 1854 .

    (F = gf)

    Gambar 2.6 Indentasi Vickers

    (Sumber: Gordonengland, 2014)

  • 14

    Perbedaan dari mikro hardness dan makro hardness terletak pada beban

    yang digunakan. Mikro hardness menggunakan beban antara 1 sampai 1000

    gram force, sedangkan makro hardness lebih besar dari 1000 gram. Misal

    pengujian dengan metode Rockwell baik skala A,B,C,D akan membuat jejak

    indentasi yang besar, sehingga hanya dikhususkan untuk benda yang

    mempunyai ketebalan lebih besar dari 0,040 inci. Sedangkan uji Brinell

    dikhususkan untuk benda yang memiliki ketebalan tidak kurang dari 0,125

    inci. Skala Rockwell Buatan dengan beban tidak lebih dari 30 gram bisa

    digunakan pada material dengan ketebalan 0,025 inci dan beban 15 gram bisa

    digunakan pada benda dengan ketebalan 0,015 inci. Untuk menguji material

    yang lebih tipis dari ini harus digunakan metode micro Vickers.

    2.2.6 Pengamatan Struktur Mikro

    Gambar 2.7 Mikroskop Struktur Mikro

    Pengujian struktur mikro dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

    struktur yang terkandung didalam material serta sifat-sifat fisis dan mekanik

    dari material tersebut. Struktur mikro dalam logam (paduan) di tunjukkan

    dengan besar, bentuk dan orientasi butirannya, jumlah fasa, proporsi dan

  • 15

    kelakuan dimana mereka tersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari

    paduan tergantung dari beberapa faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi

    dan perlakuan panas yang diberikan. Pengujian struktur mikro atau

    mikrografi dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan koefisien

    pembesaran dan metode kerja yang bervariasi.

    Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum melakukan

    pengujian struktur mikro adalah:

    a. Pemotongan (Cutting)

    Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji dan material

    dicekam diragum penjepit. Proses ini bertujuan agar material yang diamati

    tidak terlalu besar, hanya sample atau bagian tertentu material yang

    diamati. Hal ini juga karena meja landasan di mikroskop yang kecil.

    b. Pengamplasan (Grinding)

    Proses penghalusan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas. Proses

    ini bertujuan untuk memperkecil kerusakan permukaan yang terjadi akibat

    proses pemotongan, milling, atau penggerindaan. Selain itu juga bertujuan

    agar cahaya nantinya memantul ke atas dengan baik. Selama proses ini

    dilakukan proses pendinginan secukupnya, dengan menggunakan fluida

    yang tidak merusak, fluida yang dipakai untuk prosesini adalah air. Kertas

    amplas yang digunakan dimulai dari urutan yang kasar hingga halus, yaitu

    kertas amplas dengan nomor 100, 180, 400, 600, dan 1000.

    c. Pemolesan (Polishing)

    Pemolesan bertujuan untuk mengkilapkan permukaan serta membersihkan

    kotoran-kotoran pada permukaaan, bahan yang dipakai bisa autosol, kit,

    atau braso.

    d. Etsa (Etching)

    Etsa adalah mengkorosi atau mengkikis (memburamkan) batas butir

    material sehingga nantinya struktur mikronya terlihat. Proses ini dilakukan

    dengan cara mencelupkan benda uji kedalam larutan etsa selama 3 detik.

    Pencelupan dilakukan dengan larutan kimia yang sesuai. Bahan etsa yang

    digunakan:

  • 16

    - Logam baja: 2,5 %

    - Logam besi cor: 5 %

    - Logam tembaga: 65 %

    - Logam kuningan: 65 %

    - Logam stainless steel: Aqua regia ( + HCl dengan perbandingan 1:3)

    - Logam aluminium: NaOh 50 %

    e. Pemotretan.

    Pemotretan dilakukan dengan menggunakan inverted metallurgical

    microscope.

    Struktur mikro logam las biasanya kombinasi dari struktur mikro

    dibawah ini:

    a) Batas butir ferit, terbentuk pertama kali pada transformasi austenite-ferit

    biasanya terbentuk sepanjang batas austenit pada suhu 650-1000 C.

    b) Ferit Widmanstatten atau ferrite with aligned second phase, struktur mikro

    ini terbentuk pada suhu 650-750 C di sepanjang batas butir austenit,

    ukurannya besar dan pertumbuhannya cepat sehingga memenuhi

    permukaan butirnya.

    c) Ferit acicular, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecil dan

    mempunyai orientasi arah yang acak. Biasanya ferit acicular ini terbentuk

    sekitar suhu 650C dan mempunyai ketangguhan paling tinggi

    dibandingkan struktur mikro yang lain.

    d) Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenite dan

    terbentuk pada suhu 400-500 C. Bainit mempunyai kekerasan yang lebih

    tinggi dibandingkan ferit, tetapi lebih rendah dibanding martensit.

    e) Martensit akan terbentuk, jika proses pengelasan dengan pendinginan

    sangat cepat, struktur ini mempunyai sifat sangat keras dan getas sehingga

    ketangguhannya rendah.

  • 17

    BAB III

    METODOLOGI DAN HASIL DATA

    3.1 Jalan Penelitian

    Pengadaan Bahan:

    Stainless steel silinder pejal 14 buah dengan

    diameter 12mm dan panjang 100mm

    Mesin Bubut

    Persiapan spesimen uji

    Pembuatan bentuk bone shape dengan

    menggunakan standar bentuk tabel ASTM

    Pembuatan pemegang dan landasan untuk dudukan

    uji kekerasan dan struktur mikro.

    Proses pengelasan

    Mesin bubut dengan kecepatan 1200 rpm

    Tekanan bertahap

    Proses Pengujian:

    Uji tarik

    Uji kekerasan mikro Vickers

    Struktur mikro perbesaran 100x

    Analisa dan Pengolahan Data

    Data ditampilkan dalam bentuk tabel, foto, dan grafik

    Mulai

    Identifikasi Masalah

    Perencanaan Percobaan

    Kesimpulan dan saran

    Selesai

  • 18

    3.2 Alat Penelitian

    Adapun peralatan-peralatan yang digunakan untuk percobaan ini

    diantaranya adalah :

    1. Mesin bubut, mesin bubut disini pada tahap pertama digunakan untuk

    pengelesan gesek, selanjutnya digunakan untuk membuat specimen uji tarik

    berbentuk bone shape, dan juga pembuatan ulir pada ujung specimen dengan

    maksud agar pencekaman saat uji tarik tidak licin.

    2. Mesin uji tarik (Tensile Testing Machine), proses pengujian tarik dilakukan

    dengan menggunakan mesin uji tarik yang ada di laboratorium Metalurgi Fisik

    Universitas Diponegoro Semarang.

    3. Mesin uji kekerasan dengan menggunakan mesin uji hardness micro Vickers

    yang ada di PT. Kubota Indonesia.

    4. Peralatan pengamatan struktur mikro di laboratorium bahan teknik Diploma

    Teknik Mesin Universitas Gadah Mada.

    3.3 Pengadaan Bahan Penelitian dan Persiapan Spesimen Uji

    Langkah pertama dari urutan proses ini adalah pengadaan material, material

    yang dipakai adalah stainless steel. Saat pengadaan material dicari spesimen uji

    yang berbentuk silinder pejal dengan panjang dan diameter masing masing

    spesimen akan ditampilkan diatas gambar benda spesimen uji berikut.

    Bahan Spesimen uji : Stainless Steel

    Bentuk Spesimen : Silinder Pejal

    Panjang Raw Material : 200 mm

    Diameter spesimen : 12 mm

    Gambar 3.1 Raw material Stainless Steel

  • 19

    Bahan Spesimen uji : Stainless Steel

    Bentuk Spesimen : Silinder Pejal

    Panjang Material 1 - 5 : Masing-masing 100 mm

    Diameter spesimen : 12 mm

    (a) (b)

    (c) (d)

    (e) (f)

    Gambar 3.2 Material material yang akan diproses Friction Welding

  • 20

    Gambar (a), (b), (c), (d), (e) , dan (f) merupakan keenam material yang akan

    disambung. Selanjutnya, setelah semua material sudah siap, langkah berikutnya

    adalah melakukan proses pengelasan. Proses pengelasan dilakukan dengan mesin

    bubut horizontal. Berikut adalah skema pengelasan gesek yang dilakukan dengan

    menggunakan kecepatan putaran spindle 1200 rpm dan dibawahnya adalah

    gambar hasil las gesek tiap material.

    Gambar 3.3 Pengelasan gesek (friction welding)

    (Sumber: Ibnu Satoto, 2002)

    Gambar 3.4 Material Stainless Steel Setelah Dilakukan Pengelasan

  • 21

    Setelah semua material tersambung, maka akan didapat nilai waktu dari tiap

    material saat dilakukan pengelasan gesek. Berikut adalah lama waktu tiap

    pengelasan dan nilai rata-rata waktu dari semua material yang dilas:

    Tabel 3.1 Waktu Lama Pengelasan

    Nomor Spesimen Waktu

    Benda 1 4 menit 2 detik

    Benda 2 4 menit 10 detik

    Benda 3 4 menit 18 detik

    Benda 4 4 menit 53 detik

    Benda 5 4 menit 14 detik

    Benda 6 4 menit 29 detik

    Rata-rata waktu pengelasan 4 menit 21 detik

    Proses selanjutnya adalah pengamatan dan pembentukan spesimen uji.

    Pembentukan spesimen uji didasarkan pada standard ASTM E8 M. Standar ini

    didapat pada buku handbook material standard ASTM (American Standard

    Testing of Material) E8 yang berarti bagian halaman sub bab dari standard metode

    uji untuk uji tarik dan M yang artinya satuan yang digunakan adalah millimeter.

    Untuk bentuk dari spesimen uji bisa dilihat pada gambar dibawah.

    Gambar 3.5 Bone Shape Standar ASTM

  • 22

    Dengan diameter D = 9mm, panjang G = 45mm, dan radius R = .

    Kemudian agar benda uji tidak licin saat dicekam pada alat uji tarik, bagian

    pemegang atau ujung benda uji dibuat ulir. Disamping itu, salah satu benda uji

    dimilling permukaannya hingga datar dengan tujuan persiapan specimen uji untuk

    uji kekerasan dan foto struktur mikro.

    Gambar 3.6 Persiapan Spesimen Material Sebelum Dilakukan Pengujian

    3.4 Data Hasil Pengujian

    3.4.1 Data hasil uji tarik

    Pada saat pengujian tarik, Jenis mesin uji tarik yang digunakan adalah

    mesin uji tarik universal testing machine dengan kapasitas mesin menarik

    beban maksimal adalah sebesar 100 kN atau 10 ton.

  • 23

    Gambar 3.7 Skema uji tarik

    Pada saat uji tarik ini, akan diperoleh data gaya maksimum yang

    diberikan dan pertambahan panjang dalam bentuk grafik yang dapat dilihat

    pada lembar lampiran. Disamping itu diperoleh hasil nilai tegangan dan

    regangan dengan cara menghitung, namun dalam hal ini didapat dengan cara

    otomatis melalui mesin yang dihubungan dengan komputer secara langsung.

    Dan dicatat juga waktu saat benda uji mulai menarik hingga saat patah.

    Berikut akan ditampilkan tabel perbandingan hasil uji tarik pada setiap

    kondisi untuk spesimen raw material, sambungan 1, sambungan 2,

    sambungan 3, sambungan 4, dan sambungan 5.

    Tabel 3.2 Hasil Uji Tarik

    No Material No. OutDia

    (mm)

    Panjang

    awal

    (mm)

    Force

    maksimum

    (N)

    Pertambahan

    Panjang

    (mm)

    Waktu

    (detik)

    Tegangan

    maksimum

    (N/ )

    Regangan

    (%)

    1 Raw Material 9 45 36877 18.831 14.4 580 42

    2 Sambungan 1 9 45 10248 1.411 1.14 161 3.2

    3 Sambunagn 2 9 45 12324 1.143 0.96 194 2.6

    4 Sambungan 3 9 45 12251 1.705 1.38 193 3.6

    5 Sambungan 4 9 45 12902 1.739 1.38 203 3.65

    6 Sambungan 5 9 45 20184 2.690 2.1 317 6

    7 Rata-rata

    samb.1-5 13582 1.7376 1.4 214 3.81

    Daerah Las

  • 24

    3.4.2 Data Hasil Uji kekerasan

    Pada saat melakukan pengujian kekerasan, metode yang digunakan

    adalah mikro Vickers hardness, dengan alasan jarak antar titik pembebanan

    lebih teliti dan presisi. Panjang jarak yang diuji adalah 26000 m atau 26

    mm dengan jarak antar titik 500 m atau 0,5 mm. sehingga didapat 52 titik

    sepanjang sumbu X atau mulai dari daerah logam induk, HAZ, hingga

    bagian sambungan las. Dengan pembebanan gaya yang diberikan sebesar

    200 gf.

    Gambar 3.8 Jarak Antar Titik Uji Kekerasan

    Untuk menghindari kesalahan dalam pengujian kekerasan, benda uji

    yang akan diuji harus benar-bear memenuhi persyaratan yaitu: permukaan

    benda uji harus rata, sejajar, dan bersih. Sisi-sisi benda uji harus mempunyai

    ketinggian yang sama, dan tidak diperbolehkan ada sisi yang miring, karena

    akan menyebabkan kesalahan pengukuran kekerasan benda uji tersebut.

    Setelah dilakukan pengujian, didapat hasil nilai uji kekerasan tiap

    titik yang kemudian dibuat dalam bentuk tabel seperti dibawah ini:

  • 25

    Tabel 3.3 Hasil Uji Kekerasan

    Jarak

    titik dari

    0 (m)

    Diagonal

    rata-rata

    bekas jejakan

    indentor (m)

    Kekerasan

    (VHN)

    Jarak

    titik dari

    0 (m)

    Diagonal rata-

    rata bekas

    jejakan

    indentor (m)

    Kekerasan

    (VHN)

    -13000 63,2 371 0 73,0 230

    -12500 63,2 371 500 80,4 223

    -12000 63,2 371 1000 81,6 223

    -11500 63,2 371 1500 81,6 231

    -11000 63,2 371 2000 80,2 231

    -10500 65,0 351 2500 80,2 231

    -10000 65,0 339 3000 80,2 231

    -9500 66,2 339 3500 80,2 243

    -9000 66,2 339 4000 78,2 243

    -8500 66,2 313 4500 78,2 265

    -8000 68,8 345 5000 74,8 265

    -7500 65,6 319 5500 74,8 265

    -7000 68,2 319 6000 74,8 280

    -6500 68,2 288 6500 72,8 280

    -6000 71,8 288 7000 72,8 296

    -5500 71,8 288 7500 70,8 296

    -5000 71,8 256 8000 70,8 317

    -4500 76,2 256 8500 68,4 317

    -4000 76,2 232 9000 68,4 331

    -3500 80,0 249 9500 67,0 345

    -3000 77,2 271 10000 65,6 345

    -2500 74,0 271 10500 65,6 345

    -2000 74,0 254 11000 65,6 345

    -1500 76,4 254 11500 69,0 312

    -1000 76,4 254 12000 66,0 341

    -500 76,4 248 12500 70,0 303

    0 73,0 230 13000 67,6 325

    *titik tengah sebagai titik acuan (titik 0)

  • 26

    3.4.3 Data Hasil Foto Struktur Mikro

    Pengamatan yang dilakukan disini adalah pengamatan struktur mikro

    yang dilakukan pada daerah logam induk, daerah terkena panas atau heat

    affective zone, dan daerah sambungan las. Pada pengamatan struktur mikro

    spesimen yang digunakan adalah spesimen 6 yang tidak dilakukan

    pengujian tarik. Foto perbesaran yang diambil disini adalah 100x. Dari

    pengamatan struktur mikro ini, dapat dilihat hasil struktur yang terkandung

    dari hasil pengelasan, adalah sebagai berikut.

    Gambar 3.9 Struktur mikro logam induk material stainless steel seri 316

  • 27

    (a) (b)

    Gambar 3.10 Struktur mikro daerah terkena panas (Heat Affective Zone)

    (a) Mengalami pengadukan (b) Terkena panas

    Gambar 3.11 Struktur mikro daerah sambungan material stainless steel seri 316

  • 28

    3.5 Hipotesis

    Proses pengelasan gesek baja tahan karat austenitik akan menyebabkan

    terjadinya perubahan struktur mikro di daerah sekitar lasan. Perubahan struktur

    mikro ini dapat menyebabkan penurunan sifat material yaitu ketahanan karat dan

    sifat mekanisnya. (Greg. Sukartono, 1996)

  • 29

    BAB IV

    ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap

    masing-masing benda uji, pada saat setelah pengelasan gesek dengan putaran

    mesin bubut putaran 1200 rpm. Didapatkan data-data seperti yang akan

    ditampilkan pada bab ini bersamaaan dengan analisa setiap pengujian dan

    pengamatan.

    4.1 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Tarik

    4.1.1 Raw material

    Hasil pengujian pada raw material didapat nilai tegangan maksimum dan

    regangan maksimum sebesar:

    a. Tegangan Maksimum: 579 N/ mm

    b. Regangan 42 %

    Pada grafik hasil uji tarik terlihat bentuk garis yang menunjukan bahwa nilai

    tegangannya besar (T >) dan nilai regangannya. Juga besar ( >), yang artinya

    sifat dari raw material adalah ulet. Disamping itu bentuk perpatahan disini adalah

    bentuk patah ulet, yang menandakan bahwa material ini tangguh atau saat diuji

    tarik raw material memberikan peringatan lebih dulu sebelum terjadinya

    kerusakan. Pada bahan tangguh, kekuatan putusnya umumnya lebih kecil daripada

    kekuatan maksimumnya.

    4.1.2 Sambungan 1 Sambungan 5

    Pada hasil lasan sambungan 1 sampai dengan sambungan 5 didapat nilai

    tegangan maksimum dan regangan maksimum sebesar:

    a. Sambungan las 1

    Nilai tegangan maksimum: 161 N/ mm

    Nilai regangan: 3.2 %.

    b. Sambungan las 2

    Nilai tegangan maksimum: 193 N/ mm

    Nilai regangan: 2.6 %.

  • 30

    c. Sambungan las 3

    Nilai tegangan maksimum: 193 N/ mm

    Nilai regangan: 3.6 %

    d. Sambungan las 4

    Nilai tegangan maksimum: 203 N/ mm

    Nilai regangan: 3.65 %

    e. Sambungan las 5

    Nilai tegangan maksimum: 317 N/ mm

    Nilai regangan: 6 %

    Jika dilihat dalam sebuah grafik dan dibandingkan dengan hasil tegangan

    regangan raw material, sambungan las 1-5 menunjukan bahwa nilai tegangannya

    kecil (T

  • 31

    Gambar 4.1 Diagram Tegangan-Regangan Dari Raw Material Sampai Las 5

    Terlihat bahwa dari semua hasil sambungan las rata-rata hanya memiliki

    tegangan tarik sebesar 214 N/ , dan rata-rata regangan yang dihasilkan

    adalah sebesar 3.81 %. Nilai tegangan dan regangan pada hasil lasan jika

    dibandingkan dengan nilai tegangan dan regangan raw material sangat berbeda

    jauh, yakni memiliki selisih nilai tegangan sekitar 366 N/ dan selisih

    regangan sebesar 38,19%. Selanjutnya, agar perbandingan selisih nilai

    tegangan tarik terlihat lebih jelas, dapat dilihat pada grafik berikut.

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43

    Sambungan 1

    Sambungan 2

    Sambungan 3

    Sambungan 4

    Sambungan 5

    Raw Material

    Regangan (%)

    Tega

    nga

    n (

    N/

    )

  • 32

    Gambar 4.2 Grafik Perbadingan Nilai Tegangan Sambungan dan Raw Material

    Adanya pebedaan tekanan saat dilakukan pengelasan gesek menyebabkan

    perbedaan kekuatan tarik pada hasil sambungan. Hal ini nantinya juga akan

    berpengaruh dengan luas daerah yang mengalami perubahan struktur mikro.

    Semakin besar gaya penekanannya dan semakin lama gesekan yang terjadi,

    daerah yang mengalami perubahan struktur mikro juga semakin besar. Hal

    mengenai perubahan struktur mikro akan kita bahas pada bahasan struktur

    mikro.

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    Sambungan 1-5 Raw Material

    Kekuatan Tarik Maksimum (N/mm2)

    Kekuatan Tarik Maksismum(N/mm2)

  • 33

    4.2 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Kekerasan

    Berikut adalah grafik tingkat kekerasan sambungan stainless steel seri 316.

    Grafik tersebut terbentuk dari nilai yang didapat pada hasil tabel uji kekerasan di

    bab 3.

    Gambar 4.3 Grafik nilai kekerasan logam induk - HAZ - sambungan las

    Dari grafik terlihat bahwa pada titik 0 atau pada bagian las-lasan memiliki

    nilai kekerasan yang rendah, sedangkan pada dearah HAZ hingga sampai daerah

    logam induk dengan jarak 13 mm dari titik 0 kekerasannya semakin meningkat.

    Dari gambar tersebut dapat dilihat perbedaan kekerasan yang menyolok secara

    kasar antara kekerasan daerah sambungan dengan kekerasan daerah logam induk

    atau stainless steel.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    -13

    -12

    -11

    -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    11

    12

    13

    Nilai Kekerasan

    Nilai Kekerasan

    (VHN)

    Jarak (mm)

  • 34

    4.3 Analisa dan Pembahasan Hasil Pengamatan struktur mikro

    Berikut ini adalah gambar hasil pengamatan struktur mikro perbesaran 100x :

    (a) (b)

    (c)

    Gambar 4.4 Hasil pengujian Struktur Mikro Stainless Steel

    (a) Logam induk (b) Daerah HAZ (c) Daerah Las

    Hasil pengujian foto struktur mikro menunjukan bahwa baik pada

    bagian logam induk, daerah terkena panas (Heat Affective Zone), maupun

    bagian sambungan las semuanya memiliki fasa austenitic (). Hal ini karena

    sifat dari fasa austenitic adalah non magnetik. Pada seri stainless steel 316 ini

    juga sudah jelas menunjukan bahwa fasa yang dimiliki adalah austenitic.

  • 35

    Untuk bagian yang berwarna hitam menunjukan bahwa itu adalah karbida

    krom yang memiliki sifat keras dan getas.

  • 36

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa dalam penelitian ini dapat

    disimpulkan antara lain:

    1. Untuk hasil kekuatan tarik maksimum rata-rata sambungan 1 sampai 5 adalah

    214 N/mm dan nilai rata-rata regangan adalah 3,81%, ini berarti bahwa nilai

    kekuatan tarik material sambungan mengalami penurunan jika dibandingkan

    nilai kekuatan tarik raw material yang mempunyai nilai kekuatan tarik

    maksimum sebesar 579 N/mm serta nilai regangan 42%.

    2. Hasil uji kekerasan dengan beban 200 gf memiliki nilai kekerasan pada logam

    induk sebesar 371 VHN, bagian HAZ 250 VHN, dan bagian sambungan 230

    VHN serta menghasilkan grafik yang berbentuk V, ini artinya bahwa pada

    bagian sambungan las mengalami penurunan kekerasan dibanding logam

    induk.

    3. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa untuk fasa stainless

    steel seri 316 adalah fasa austenitic, baik pada logam induk, daerah terkena

    panas, dan bagian sambungan.

    5.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian tentang

    pengelasan ini adalah peneliti menyarankan kepada kalangan akademis, praktisi

    bahwa :

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variasi putaran yang

    lebih besar sehingga dapat diperoleh analisa yang lebih lengkap.

    2. Perlu dilakukan pangukuran nilai tekan (F dorong) saat proses penyambungan

    agar mendapatkan hasil yang optimal.

    3. Pastikan material saat disambungan presisi atau senter karena akan

    mempengaruhi hasil lasan.

  • 37

    4. Perlu dilakukan pengukuran temperature pada saat dilakukan proses

    pengelasan.

    5. Pada metode pengelasan friction welding ini hanya dikhususkan untuk

    menyambung dua buah material yang berbentuk lingkaran dan dengan bentuk

    sambungan yang simetris.

  • 38

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] _________, 2011, Materi Pembelajaran Mata Kuliah Bahan Teknik 1.

    Tim Pengajar Bahan Teknik Program Diploma Teknik Mesin Sekolah

    Vokasi UGM: Yogyakarta.

    [2] _________, 2012, Panduan Praktikum Pengujian Bahan. Staf

    Laboratorium Bahan Teknik Program Diploma Teknik Mesin Sekolah

    Vokasi UGM, Yogyakarta.

    [3] Greg, Sukartono, 1996, Perubahan Struktur Mikro dan Sifat Mekanik

    Pada Pengelasan Baja Tahan Karat Austenitic, Laporan Penelitian

    Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    [4] Harsono, S., dan Toshie, O., 1991, Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya

    Paramita, Jakarta.

    [5] Hariandja Binsar., 1997, Mekanika Bahan dan Pengantar Teori

    Elastisitas, Erlangga, Jakarta.

    [6] Satoto, Ibnu, 2002, Kekuatan Tarik, Struktur Mikro, Dan Struktur Makro

    Lasan Stainless Steel Dengan Las Gesek (Friction Welding), Universitas

    Muhammadiyah, Yogyakarta.

    [7] Supardi, Rachmat., 1967, Pengetahuan Material. Tarsito, Bandung.

    [8] Surdia, Tata dan Saito Sinroku., 1991, Pengetahuan bahan teknik, Pradnya

    Paramita, Jakarta.

  • 39

    LAMPIRAN

  • 39

    Lampiran 1. Surat ijin pelaksaan pengujian

  • 40

    Lampiran 2. Standar Pengujian

  • 41

    Lampiran 3. Data grafik hasil uji tarik

    1. Raw material

  • 42

  • 43

    2. Sambungan 1

  • 44

  • 45

    3. Sambungan 2

  • 46

  • 47

    4. Sambungan 3

  • 48

  • 49

    5. Sambungan 4

  • 50

  • 51

    6. Sambungan 5

  • 52

  • 53

    Lampiran 4. Data Hasil Pengujian kekerasan mikro Vickers

    Jarak

    titik dari

    0 (m)

    Diagonal

    rata-rata

    bekas jejakan

    indentor (m)

    Kekerasan

    (VHN)

    Jarak

    titik dari

    0 (m)

    Diagonal rata-

    rata bekas

    jejakan

    indentor (m)

    Kekerasan

    (VHN)

    -13000 63,2 371 0 73,0 230

    -12500 63,2 371 500 80,4 223

    -12000 63,2 371 1000 81,6 223

    -11500 63,2 371 1500 81,6 231

    -11000 63,2 371 2000 80,2 231

    -10500 65,0 351 2500 80,2 231

    -10000 65,0 339 3000 80,2 231

    -9500 66,2 339 3500 80,2 243

    -9000 66,2 339 4000 78,2 243

    -8500 66,2 313 4500 78,2 265

    -8000 68,8 345 5000 74,8 265

    -7500 65,6 319 5500 74,8 265

    -7000 68,2 319 6000 74,8 280

    -6500 68,2 288 6500 72,8 280

    -6000 71,8 288 7000 72,8 296

    -5500 71,8 288 7500 70,8 296

    -5000 71,8 256 8000 70,8 317

    -4500 76,2 256 8500 68,4 317

    -4000 76,2 232 9000 68,4 331

    -3500 80,0 249 9500 67,0 345

    -3000 77,2 271 10000 65,6 345

    -2500 74,0 271 10500 65,6 345

    -2000 74,0 254 11000 65,6 345

    -1500 76,4 254 11500 69,0 312

    -1000 76,4 254 12000 66,0 341

    -500 76,4 248 12500 70,0 303

    0 73,0 230 13000 67,6 325

    *titik tengah sebagai titik acuan (titik 0)

  • 54

    Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Struktur Mikro

    Logam induk

  • 55

    HAZ (Heat Affective Zone)

    Sambungan las

    HALAMAN JUDULLEMBAR NOMOR PERSOALANLEMBAR PENGESAHANLEMBAR PERNYATAANKATA PENGANTARABSTRACTINTISARIDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Maksud dan Tujuan1.3 Batasan Masalah1.4 Metode Pengumpulan Data1.5 Sistematika Penulisan

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI2.1 Tinjauan Pustaka2.2 Landasan Teori2.2.1 Stainless Steel2.2.2 Teknologi Mekanik2.2.3 Pengelasan Gesek (Friction Welding)2.2.4 Pengujian Tarik2.2.5 Pengujian Kekerasan Mikro Vickers2.2.6 Pengamatan Struktur Mikro

    BAB III METODOLOGI DAN HASIL DATA3.1 Jalan Penelitian3.2 Alat Penelitian3.3 Pengadaan Bahan Penelitian dan Persiapan Spesimen Uji3.4 Data Hasil Pengujian3.4.1 Data hasil uji tarik3.4.2Data Hasil Uji kekerasan3.4.3 Data Hasil Foto Struktur Mikro

    3.5 Hipotesis

    BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN4.1 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Tarik4.1.1 Raw material4.1.2 Sambungan 1- Sambungan 5

    4.2 Analisa dan Pembahasan Data Hasil Pengujian Kekerasan4.3 Analisa dan Pembahasan Hasil Pengamatan struktur mikro

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan5.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN