15
PERENCANAAN KOTA MASA PASCA REVOLUSI INDUSTRI Revolusi industri adalah perubahan penggunaan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin, sehingga pekerjaan produksi didominasi oleh mesin. Secara tidak langsung revolusi industri mengubah cara kerja manusia dari menggunakan tangan menjadi mesin. Perubahan yang cepat sangat berdampak cepat khususnya di bidang ekonomi. Misalnya dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi industri dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap oleh bapak revolusi yakni James Watt pada tahun 1969. Hal inilah yang menjadi titik balik dari peradaban dunia di bidang ekonomi sekaligus menjadi jembatan untuk ke arah yang lebih modern. Pasca revolusi industri, sangat berpengaruh pada peradaban, teknologi, serta pendekatan perencanaan kota yang dilakukan tanpa terkecuali menimbulkan masalah yang kompleks. Pada masa pasca revolusi industri, dampak yang paling menonjol yakni pada peradaban dan teknologi. Dimana pada masa ini, peradabannya eko teknologi (penerapan kemajuan teknologi yang berwawasan lingkungan) sebagaimana kita tahu bahwa pada saat revolusi industri sangat mengedepankan teknologi dan mesin tanpa memandang penting akan dampak lingkungan. Selain dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan, pendekatan perencanaan juga sangat berpengaruh pada masa ini. Dimana, dalam bidang perencanaan berkembang yakni pemahaman mengefisiensikan ekonomi, perencanaan pembangunan yang menyeluruh dan sistem

88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

PERENCANAAN KOTA

MASA PASCA REVOLUSI INDUSTRI

Revolusi industri adalah perubahan penggunaan tenaga manusia dan hewan

menjadi tenaga mesin, sehingga pekerjaan produksi didominasi oleh mesin. Secara

tidak langsung revolusi industri mengubah cara kerja manusia dari menggunakan

tangan menjadi mesin. Perubahan yang cepat sangat berdampak cepat khususnya di

bidang ekonomi. Misalnya dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang

menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai.

Revolusi industri dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap oleh bapak

revolusi yakni James Watt pada tahun 1969. Hal inilah yang menjadi titik balik dari

peradaban dunia di bidang ekonomi sekaligus menjadi jembatan untuk ke arah yang

lebih modern.

Pasca revolusi industri, sangat berpengaruh pada peradaban, teknologi, serta

pendekatan perencanaan kota yang dilakukan tanpa terkecuali menimbulkan masalah

yang kompleks.

Pada masa pasca revolusi industri, dampak yang paling menonjol yakni pada

peradaban dan teknologi. Dimana pada masa ini, peradabannya eko teknologi

(penerapan kemajuan teknologi yang berwawasan lingkungan) sebagaimana kita tahu

bahwa pada saat revolusi industri sangat mengedepankan teknologi dan mesin tanpa

memandang penting akan dampak lingkungan.

Selain dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan, pendekatan perencanaan juga

sangat berpengaruh pada masa ini. Dimana, dalam bidang perencanaan berkembang

yakni pemahaman mengefisiensikan ekonomi, perencanaan pembangunan yang

menyeluruh dan sistem perwilayahan serta pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

Berbagai masalah yang kompleks juga mencul pada masa ini, yakni urbanisasi

yang tinggi, pergerakan cepat, terjadi sistem kapitalistik dan sosialistik dan eksploitasi

suberdaya secara besar-besaran.

Beberapa contoh kota baru pada masa pasca revolusi industri yakni kota baru

generasi pertama dan kota baru generasi kedua. Kota baru generasi pertama yakni

Garden City oleh Ebenezer Howard, sedangkan kota generasi kedua yakni

Contemporary City oleh Le Corbusier, dan Bradacre City oleh Frank Lloyd Wright.

Sedangkan konsep perencanaan kota pasca revolusi industri yakni Konsep Kota

Kompak (Compact City).

Page 2: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

1. Garden City

Kota taman merupakan jalan keluar untuk memecahkan masalah perencanaan

kota, yang dikemukan oleh Ebenezer Howard dalam bukunya yang berjudul Garden

Cities of Tomorrow pada tahun 1902. Howard ingin mengurangi kepadatan penduduk

di kota-kota industri, dengan membangun kota taman di luar daerah yang sudah

terlalu berkembang, sehingga orang bisa “kembali ke alam”. Jadi, dalam hal ini kota

taman merupakan jalan keluar atau solusi yang diberikan untuk menekan dampak

yang terjadi akibat revolusi industri, misalnya dampak berupa polusi udara yang

dihasilkan oleh asap-asap pabrik. Dengan perencanaan kota yang sistematis, kota

taman dibangun agar kota-kota besar seperti London, jangan menjadi sesak akibat

revolusi industri yang terjadi. Konsep Garden City berwawasan lingkungan.

Page 3: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

2. Compact City (Kota Kompak)

a. Pengertian Kota Kompak

Kota kompak diartikan sebagai sebuah strategi kebijakan kota yang sejalan

dengan usaha perwujudan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai sebuah

Page 4: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

sinergi antara kepadatan penduduk kota yang lebih tinggi pada sebuah ukuran ideal

sebuah kota, pengkonsetrasian semua kegiatan kota, intensifikasi transportasi publik,

perwujudan kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota menuju peningkatan taraf dan

kualitas hidup kota. Terdapat enam atribut yang tidak bisa dipisahkan dan semestinya

saling mendukung keberadaan kota kompak. Misalnya sebuah kota yang padat dan

mempunyai besaran (skala) ideal untuk mencapai semua penjuru kotanya, tetapi

memiliki ketimpangan sosial-ekonomi penduduk yang jelas dan masih sangat

tergantung pada kendaraan pribadi, belumlah cukup untuk digolongkan sebagai kota

kompak. Sebaliknya, kota dengan sistem transportasi yang maju, dengan ekonomi

warga yang tinggi pula, skala kotanya pun ideal, namun pusat kota itu sendiri akan

menjadi senyap di malam hari dan hari libur sebab warga kota lebih memilih tinggal di

wilayah luarnya, belum bisa digolongkan ke dalam kategori kota kompak pula. Usaha

kenaikan kepadatan penduduk dan lingkungan tentunya terkait dengan optimalisasi

lahan dan infrastruktur dalam kota.

Dengan demikian, usaha ini pun akan mempunyai efek positif untuk melindungi

lahan-lahan subur di luar kota. Kenaikan penduduk ini perlu disertai dengan usaha

penyatuan berbagai macam kegiatan dalam area yang sama (mixed use

development), sehingga penduduk yang tinggal di mana pun di dalam kota akan

mampu terlayani secara baik oleh sebuah sistem unit ini. Sistem transportasi umum

yang intensif akan membantu dalam menyelesaikan masalah kerusakan lingkungan

dalam kota akibat transportasi manusia ini, selain mendorong berbagai kegiatan kota

lebih aktif.

Atribut selanjutnya yaitu pertimbangan besaran dan akses kota mutlak

diperlukan. Atribut ini juga sebagai pengendali jarak maupun waktu tempuh kegiatan

kota sekaligus usaha untuk memudahkan pengkoordinasiannya (smart urban

management). Target kota kompak itu sendiri yaitu kesejahteraan sosial-ekonomi

setiap penduduk kota yang makin meningkat (better quality of life). Aspek sosial pada

atribut ini pun adalah interaksi sosial yang harmonis pada semua lapisan

masyarakat di tengah kota. Yang terakhir yakni proses menuju sebuah keadaan

yang lebih baik. Atribut ini didasari oleh kenyataan bahwa sebuah kota kompak adalah

sebuah target kondisi yang harus dilalui tahunan karena menyangkut perubahan

mendasar pada sebuah kota melalui proses panjang penerapan serangkaian

kebijakan kota.

Kota kompak, menurut Roychansyah (2006), didesain dengan tata guna lahan

yang heterogen dan menyatu. Idealnya, setiap bagian kota menyediakan aneka

Page 5: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

fasilitas seperti sarana pendidikan, kesehatan, serta pusat ekonomi yang mudah

diakses oleh penduduknya. Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi lebih efektif,

penggunaan energi fosil untuk mobilitas warga berkurang, dan kerekatan sosial dapat

terbangun. Langkah lain menuju kota berkelanjutan juga dapat dimulai dengan dengan

melibatkan masyarakat. Setiap kelompok masyarakat di tingkat terkecil, mulai

diperkenalkan dengan konsep reduce, reuse, dan recycle sampah. Di beberapa kota

seperti Yogyakarta dan Surabaya, usaha pemisahan sampah sudah dilakukan

masyarakat secara swadaya. Sanksinya, sampah tidak akan diambil oleh petugas

kebersihan jika warga melanggar kesepakatan. Selain itu, pembangunan kota

berkelanjutan dicirikan dengan penghematan energi. Di tengah krisis energi dan

kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 120 dolar AS per barrel, saat ini adalah

waktu yang tepat bagi Pemkot untuk mengevaluasi sistem transportasi kota. Bagi

kota-kota metropolitan, sarana transportasi massal seperti bus atau kereta merupakan

jawaban untuk mengurai kemacetan lalu lintas. Kota modern yang humanis juga

memberikan ruang yang nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.

b. Konsep Kota Kompak

Saat ini dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang

berkelanjutan, Kota Kompak (compact city) tampaknya telah menjadi isu paling

penting. Perhatian besar saat ini telah memfokuskan pada hubungan antara bentuk

kota dan keberlanjutan, bahwa bentuk dan kepadatan kota-kota dapat berimplikasi

pada masa depan. Keberlanjutan pembangunan secara langsung berintegrasi dengan

lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut menunjukkan bagaimana integrasi

dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social menghasilkan kehidupan yang

sejahtera bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, 3 elemen

tersebut harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila

perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain.

Perhatian besar saat ini telah berfokus pada hubungan antara bentuk kota dan

keberlanjutan (sustainability). Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan

bentuk kota yang berkelanjutan, satu isu yang diperkenalkan oleh Dantzig da Saaty

adalah kota yang kompak (compact city). Argumen-argumen yang kuat sedang

dimunculkan bahwa Kota Kompak adalah bentuk kota yang dianggap paling

berkelanjutan. Inilah yang diungkapkan oleh Mike Jenks, Elizabeth Burton dan Katie

Williams (1996) dalam buku yang berjudul Compact City: A Sustainable Urban Form?

Ciri kota kompak menurut Dantzig da Saaty (1978) paling tidak dapat dilihat dari 3

aspek yaitu bentuk ruang, karakteristik ruang, dan fungsinya.

Page 6: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

Bentuk Ruang 1. Permukiman Kepadatan Tinggi

2. Kurang tergantung pada mobil

3. Batas jelas dari lingkungan

Karakteristik Ruang 1. Guna lahan campuran

2. Keragaman kehidupan

3. Identitas jelas

Fungsi 1. Keadilan sosial

2. Kemandirian dalam kehidupan

3. Kemerdekaan pemerintah

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dekat

antara bentuk kota kompak dan keberlanjutan (sustainability), diantaranya :

Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor.

Penyediaan infrastruktur dan servis publik yang efisian.

Komunitas yang aktif melalui hunia berkepadatan tinggi.

Revitalisasi pusat kota.

Kota Kompak ini memang digagas tidak sekadar untuk menghemat konsumsi

energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan

datang. Jenks menyebutkan bahwa ada suatu hubungan yang sangat kuat antara

bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi sebenarnya tidaklah

sesederhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Ini seolah-olah telah

dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah ”Harus terdapat suatu ketepatan

dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal,

dan dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi sosial” (Elkin et.al., 1991, p.12).

Namun demikian, dalam Kota Kompak ini terdapat gagasan yang kuat pada

perencanaan ”urban containment”, yakni menyediakan suatu konsentrasi dari fungsi-

fungsi campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed uses),

mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan

perjalanan, hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi

penggunaan transportasi publik/masal, kenyamanan berlalu-lintas, berjalan kaki dan

bersepeda adalah sering dijadikan sebagai solusi (Elkin, et.al., 1991; Newman, 1994).

Lebih lanjut, melalui perencanaan efisiensi penggunaan lahan, yang dikombinasikan

dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat energi juga akan

dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. (Nijkamp and Perrels, 1994;

Owens, 1992). Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan amenities

Page 7: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

(fasilitas-fasilitas) dan yang secara ekonomis viable, serta mempertinggi keberlanjutan

sosial (Haughton and Hunter, 1994).

Di sisi lain, meskipun dalam konsep operasionalnya sangat beragam, dewasa ini

di dunia strategi “kota kompak” (compact city strategy) dipandang sebagai alternatif

utama ide pengimplementasian pembangunan berkelanjutan dalam sebuah kota

(Jenks, dkk., 1996, De Roo dan Miller, 2000, dan Kaidou, 2002). Sebagai akibatnya,

ide ini diadopsi oleh banyak kota di dunia, utamanya di negara-negara maju.

Kecenderungan pengadopsian ide ini, di samping membawa efek positif pada wacana

pembangunan berkelanjutan, tetapi banyak pula yang diterapkan apa adanya tanpa

mempertimbangkan permasalahan kota yang ada dan kekhasan sebuah kota. Ide kota

kompak ini pada awalnya adalah sebuah respon dari pembangunan kota acak (urban

sprawl development). Dan sangat mungkin ini adalah siklus berulang perkembangan

kota dan tarik menarik kepentingan pada fungsi kota sejak 2 abad terakhir ini, silih

berganti antara memusat dan menyebar (centrist dan de-centrist), seperti telah

disinyalir oleh Breheny (1992). Pilihan kompak atau tidak kompak dalam menjawab

masalah keberlanjutan dalam sebuah “organisme” kota sebenarnya sangat

bergantung pada kecenderungan, perilaku, kapasitas, fleksibiltas, dan tentunya

kebijakan dalam sebuah kota. Yang lebih penting adalah optimalisasi tingkat

kekompakan kota (city compactness level) dalam menjawab tantangan ini.

c. Dampak Penerapan Kota Kompak

Terdapat keuntungan dan kerugian dalam penerapan kota kompak. Keuntungan

penerapan kota kompak antara lain :

Penghematan energi.

Pengurangan emisi.

Peningkatan taraf hidup akibat kepadatan tinggi dan daerah peruntukan campuran

Seperti telah disinggung, meskipun ide dasar kota kompak ini telah menjadi

sebuah model terpopuler untuk mewujudkan sebuah kota berkelanjutan dewasa ini

dan berbagai upaya penerapan modelnya tengah banyak diujicobakan, di sini perlu

pula disebutkan kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Selain keuntungan yang telah

disinggung, penerapan sebuah kota kompak secara alami juga mampu

mengakibatkan beberapa kerugian, seperti :

Kejenuhan kota

Polusi

Page 8: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

Menurunnya keramahan penduduk

Pencegahan bencana

Bertambah mahalnya lahan di dalam kota.

Kekhawatiran kualitas hidup yang berkurang dengan adanya upaya menaikkan

kepadatan penduduk dalam kota

Kemungkinan tergusurnya penduduk yang mempunyai akses lemah, termasuk

orang berusia lanjut dan para miskin

Pemilihan bentuk kota kompak memiliki dampak tertentu. Keuntungan dan

kerugian dari bentuk kota kompak tergantung dari bagaimana merealisasikannya.

Beberapa kebijakan yang biasa digunakan untuk mencapai sebuah kota kompak,yaitu:

Meningkatkan biaya transportasi pribadi

Mengembangkan hunian berkepadatan tinggi dan pembauran sosial.

Menggabungkan fungsi-fungsi komersial.

d. Penerapan Kota Kompak di Negara Maju

Pada negara-negara maju, ide dasar kota kompak telah berhasil diusung ke

dalam tingkat aplikasi pada sebuah atau beberapa kebijakan kota. Hal ini karena sifat

responsif mereka terhadap isu-isu model pembangunan berkelanjutan (terutama

gagasan wawasan lingkungan dalam kota kompak) dan rintangan mereka pada aspek

kesejahteraan masyarakat kota relatif kecil. Selain itu memang beberapa perencana

meyakini secara tradisional kota-kota periode terdahulu, terutama di daratan Eropa,

adalah bertipe kompak.

Amerika Serikat, Eropa dengan Inggris dan Belanda sebagai pelopornya,

Australia dan Jepang adalah negara-negara yang saat ini secara intensif

mengaplikasikan kebijakan kota kompak dalam perencanaan ruang kotanya. Di

tataran negara berkembang sejak satu dasa warsa terakhir, diskusi kota kompak pun

telah berlangsung dan dicoba diaplikasikan ke dalam perencanaan kotanya. Dhaka,

Delhi, Bangkok, Teheran, Kairo, Cape Town, Hongkong, Taiwan, dan banyak kota di

Amerika Latin adalah banyak kota yang dilaporkan telah mengadopsi ide kota kompak

melalui gerakan kembali ke pusat kota. (Jenks dan Burges, 2000, De Roo dan Miller,

2000, dan Koide, 2001). Tidak dipungkiri bahwa gagasan Kota Kompak didominasi

oleh model dasar dari pembangunan yang padat dari banyak kota-kota bersejarah di

Eropa. Maka tidak mengherankan jika para penganjur paling kuat bagi Kota Kompak

adalah Komunitas Eropa (Commission of the European Communities, 1990).

Page 9: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

Penerapan “Urban Redevelopment” di Jepang

Di Jepang, program sejenis dengan label “Urban Redevelopment” mulai menjadi

patokan pembangunan berwawasan lingkungan, terutama dijalankan melalui

pembangunan kembali ke pusat kota. Secara prinsip tujuannya sama, yakni

mengoptimalkan pembangunan yang dikonsentrasikan di dalam kota. Bedanya di

Inggris karena bersifat nasional penerapannya hampir seragam pada semua tataran

lokal. Di Jepang, program ini bersifat “kuasi-nasional” dengan interpretasi model

penerapannya yang sangat beragam di berbagai kota di Jepang. Meskipun begitu, ide

yang sejalan dengan perujudan kota kompak masih menjadi ide inti dari program ini.

Ragam penerapan konsep kota kompak pada beberapa kota di Jepang (modifikasi

dan kompilasi dari Koide, 2001 dan Kaidou, 2002).

Tipe penerapan konsep kota kompak di Jepang sangatlah bervariasi. Kota

Aomori di utara Pulau Honshu yang sangat bersalju pada musim dingin,

menampakkan kemajuan cepat pada pengkonsentrasian kegiatan di sekitar stasiun di

pusat kota kurang dari 5 tahun belakang ini (Harian Nikkei, April 2006). Kota Fukui di

daerah Hokuriku di sebelah barat lebih menitikkan perwujudan kota kompak melalui

kebijakan TOD (Transit Oriented Development) yakni pembangunan hanya

diperkenankan pada jalur-jalur transportasi umum. Kota Kobe selepas gempa pada

tahun 1995 juga telah menyesuaikan tata ruangnya kembali terkonsentrasi di pusat

kota dan kompak serta diawali dengan konsep serupa mulai dari wilayah lokalnya.

Sedangkan Kota Sendai menjalankan pembangunan “kembali ke pusat kota” melalui

kebijakan TOD dan kebijakan pengoptimalan transportasi umum semacam “park and

ride” bagi penduduk yang datang dari wilayah peri-perinya.

Di kota-kota ukuran menengah dan besar lainnya, pembangunan apartemen dan

kondominium pun terlihat diprioritaskan di daerah-daerah CBD (central business

district) dan beberapa kawasan (lama) yang dioptimalkan kembali melalui program

revitalisasi (urban revitalization) atau pembangunan kembali (urban redevelopment).

Di tingkat lokal wilayah melalui sistem perencanaan berbasis komunitas (machi

zukuri), terminologi pengkonsentrasian kegiatan semacam kota kompak ini pun telah

pula menjadi pengetahuan umum sehari-hari. Ini pula yang menyebabkan kesadaran

untuk hidup lebih baik dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang

pada program ini pun terlihat positif.

Penerapan Kota Kompak di Negara Berkembang

Page 10: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

Berdasar analisis Jenks dan Burgess (2000), ide kota kompak masih jauh

penerapannya pada negara-negara berkembang, dikarenakan mereka masih

menghadapi masalah lebih serius pada pemenuhan kebutuhan dasar hidup dan

lapangan pekerjaan mereka dibanding prioritas perujudan pembangunan

berkelanjutan. Hampir semua masalah yang terjadi di banyak negara berkembang ini

berpangkal pada masalah ekonomi mereka yang lebih rendah dari pada negara maju

pada umumnya. Seperti di Kalkuta, India atau Dhaka, Bangladesh, dari segi

kepadatan penduduk dan penggunaan transportasi tak bermotor sehari-hari

sebenarnya telah memenuhi syarat pembangunan berkelanjutan. Tapi sayang, hal ini

bukan merupakan hasil penerapan sebuah kebijakan, tapi lebih diakibatkan masalah

ekonomi seperti rendahnya pendapatan per kapita mereka.

Pada kenyataannya mega-cities di Negara berkembang sudah sangat kompak

dalam arti sudah sangat padat. Tetapi kenyataan ini tidak berarti bahwa kota-kota

tersebut sustainaible. Hunian berkepadatan tinggi di negara berkembang sebenarnya

merupakan fenomena keluarga besar miskin yang hidup bersama minimnya

transportasi publik yang menghambat penduduk untuk berpindah ke pinggiran kota.

Sulit untuk menerapkan konsep kota kompak secara utuh ke dalam perencanaan kota

di Negara berkembang karena banyaknya permasalahan yang ada. Pada umumnya

permasalahan di kota-kota Negara berkembang adalah sebagai berikut :

Kurangnya infrastruktur social yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang

melebihi pertumbuhan ekonomi.

Meningkatnya hunian liar (squatter).

Spekulasi tanah.

Sulitnya urban redevelopment melalui demolisi permukiman kumuh.

Lemahnya sistem transportasi publik.

Meskipun demikian, beberapa inovasi pemerintah lokal seperti yang terjadi di

Bangkok dan Hongkong, serta banyak negara di Amerika Latin untuk membangun

kotanya sejalan dengan isu terhangat ini menjadi catatan tersendiri bahwa kebijakan

ini pun bisa secara positif memacu timbulnya peningkatan performa ekonomi di

wilayah-wilayah itu.

PERENCANAAN KOTA

PASCA REVOLUSI INDUSTRI

Page 11: 88462351 Perencanaan Kota Masa Pasca Revolusi Industri

OLEH :

WESTI SUSI AYSA

D521 10 280

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011