Upload
krisna-herdiyanto
View
100
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 21 tahun
Alamat : Asrama YONIF 328 Cilodong Depok
Tanggal Masuk : 22 Januari 2012
Pangkat : Prada/31100585610590
Kesatuan : YONIF Linud 328
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri pada lengan bawah kanan
2. Keluhan Tambahan : Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kecelakaan kendaraan
bermotor. Pasien terjatuh karena ban sepeda motornya selip saat berbelok.
Pasien terjatuh dalam posisi telungkup dengan lengan bawah kanannya
menyentuh trotoar terlebih dahulu dalam posisi tertekuk. Setelah terjatuh
pasien masih bisa berdiri dan mengambil motornya. Pasien mengenakan helm
saat kejadian. Keluhan mual, muntah dan nyeri kepala disangkal oleh pasien.
Pasien sempat dibawa ke RS Fatmawati, tetapi pasien minta dipindahkan ke
RSPAD Gatot Subroto.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi disangkal, DM disangkal. Pasien tidak memiliki alergi terhadap
obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
A: Clear
B: Spontan, RR 22 x/menit
C: TD 130/70 mmHg, FN 88 x/menit
D: GCS 15 (E4M6V5), compos mentis
Muhammad Azis Zaelani Page 1
2. Status Generalis
a. Kepala : Normocephal
b. Mata :
Konjungtiva/Sklera : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,
Kornea : Jernih pada kedua mata kanan dan kiri
Pupil : Isokor +/+, refleks cahaya +/+
c. THT :
Telinga : Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)
Bibir : Vulnus(-), hematom (-)
Hidung : Deformitas (-/-), sekret (-/-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0 – T0
d. Leher : trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak ada
luka
e. Thoraks :
Bentuk : Tidak ada kelainan, jejas (-)
Pergerakan : Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris dalam
keadaan statis dan dinamis
f. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
- Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
- Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
- Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
- Batas kiri bawah : ICS VI LMC sinistra 2 cm lateral
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni reguler, murmur (-),
gallop (-)
g. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal : kanan = kiri
Perkusi : Perkusi sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Muhammad Azis Zaelani Page 2
Auskultasi : Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan
kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
h. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Perkusi : Tympani, Nyeri ketuk (-)
3. Status Lokalis (Regio Antebrachii Dekstra)
Look : Terpasang elastic verband
Feel : Nyeri tekan (+), CRT <2”, akral hangat, NVD:
Neuro :
- Motorik : N. radialis baik (dibuktikan dengan ekstensi jari I, II, III, IV
dan V, abduksi jari I), N. medianus baik (dibuktikan dengan
fleksi jari I, II, III, IV dan V, ekstensi jari II, III, IV dan V
abduksi jari I, oposisi jari I), N. ulnaris baik (dibuktikan
dengan fleksi, ekstensi dan abduksi jari II, III, IV dan V,
adduksi jari I, II, III, IV dan V)
- Sensorik : Nyeri (+), dibuktikan dengan menggunakan jarum. Taktil
(+), dibuktikan dengan sentuhan halus menggunakan kapas.
Membedakan dua titik (+), dibuktikan dengan
menggunakan clip yang dibentuk seperti huruf “V” dengan
jarak 0,5 cm.
Vaskular : a. radialis dan a. ulnaris teraba (irama teratur, isi adekuat)
Move : Range of movement terbatas pada wrist joint
- Pronasi : Nyeri dan terbatas
- Supinasi : Nyeri dan terbatas
- Fleksi : Nyeri dan terbatas
- Ekstensi : Nyeri dan terbatas
- Aktif : Nyeri dan terbatas
- Pasif : Nyeri dan terbatas
Muhammad Azis Zaelani Page 3
PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium
Tanggal 22 Januari 2012 di RS Fatmawati
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
15.9
47
16.3
348
5.64
g/dL
%
ribu/ul
ribu/ul
juta/ul
13.2-17.3
33-45
5.0-10.0
150-440
4.40-5.90
Elektrolit Darah
- Natrium
- Kalium
- Klorida
142
3.86
105
mmol/l
mmol/l
mmol/l
135-147
3.10-5.10
95-108
Muhammad Azis Zaelani Page 4
2. Radiologi
Foto antebrachii dekstra (AP, lateral)
Kesan : Fraktur komplit 1/3 distal radius dekstra
Garis patah oblik
Fraktur displaced, dislocatio ad latus
Dislokasi radioulnar joint
D. DIAGNOSIS
Fraktur komplit radius dekstra 1/3 distal garis patah oblik dislocatio ad latus
tertutup non komplikata + dislokasi radioulnar joint
E. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian analgesik.
2. Reduksi tertutup. Lengan bawah direposisi ke posisi anatomis, kemudian
dievaluasi dengan menggunakan X-ray.
Muhammad Azis Zaelani Page 5
3. Immobilisasi. Bila posisi tulang telah sejajar, lengan bawah dibebat dengan
menggunakan kassa dan elasctic verband mulai dari bawah wrist joint sampai
dengan di atas elbow joint, serta dipasang armsling.
4. Rehabilitasi. Rawat jalan dan edukasi pasien untuk meninggikan lengan
bawahnya bila tidur dengan diganjal menggunakan bantal, kontrol seminggu 2
kali untuk observasi neurovascular distal dan nyeri, rencana X-ray setelah 2
minggu pasca pembebatan.
F. KOMPLIKASI
Tidak ditemukan adanya komplikasi.
G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungtional : dubia ad bonam
Muhammad Azis Zaelani Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang
rawan sendi.
2. Klasifikasi
Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan tulang
dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka
memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang
terbuka dibagi menjadi tiga derajat (Gustilo-Anderson classification), yang
ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.
Derajat luka terbuka:
Tipe I
- Luka kurang dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak minimal
- Dasar luka bersih
- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan
kominusi minimal
Tipe II
- Luka lebih besar dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak moderat
- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan
kominusi minimal
Tipe III
Fraktur yang melibatkan kerusakan parah pada jaringan lunak, termasuk
struktur otot, kulit dan neurovaskular. Beberapa pola yang diklasifikasikan
sebagai tipe III:
- Fraktur terbuka segmental (terlepas dari ukuran luka)
- Luka tembak kecepatan tinggi dan luka tembak jarak dekat
- Fraktur terbuka dengan cedera neurovaskular
- Cedera pada orang yang bekerja di pertanian dengan kontaminasi tanah
pada luka (terlepas dari ukuran luka)
Muhammad Azis Zaelani Page 7
- Trauma amputasi
- Fraktur terbuka lebih dari 8 jam
- Korban bencana alam atau korban perang
Subtipe IIIA, jaringan lunak masih adekuat tanpa memandang luas luka.
Termasuk didalamnya fraktur segmental atau fraktur kominutif.
Subtipe IIIB, hilangnya jaringan lunak disertai pengikisan jaringan
periosteal dan tulang tampak dari luar.
Subtipe IIIC, fraktur dengan cedera arteri utama yang membutuhkan
perbaikan segera untuk mempertahankan bagian distal dari fraktur.
Gambar 2.1. Klasifikasi fraktur terbuka Gustilo dan Anderson
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/008/8211-0550x0475.jpg
Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit
(termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simple,
kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi).
Muhammad Azis Zaelani Page 8
Muhammad Azis Zaelani Page 9
Gambar 2.2. Fraktur komplit (kiri) dan inkomplit (kanan)
Diunduh dari: http://www.drtummy.com/images/stories/fractures/complete_fracture.jpg (kiri)
http://cal.vet.upenn.edu/projects/saortho/chapter_11/11F2.jpg (kanan)
Muhammad Azis Zaelani Page 10
Gambar 2.3. Klasifikasi fraktur berdasarkan garis fraktur
A. Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus-menerus yang cukup
lama
B. Patah tulang oblik
C. Patah tulang transversa
D. Patah tulang kominutif
E. Patah tulang segmental
F. Patah tulang kupu-kupu
G. Green stick fracture, periosteum tetap utuh
H. Patah tulang kompresi
I. Patah tulang impaksi
J. Patah tulang impresi
K. Patah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain
Sumber: De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC: Jakarta. 2011. Hal: 1041
Berdasarkan ada tidaknya pergeseran dari fragmen fraktur dibagi menjadi:
displaced dan undisplaced.
- Fraktur undisplaced (tidak bergeser). Garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
Muhammad Azis Zaelani Page 11
- Fraktur displaced. Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut dislokasi fragmen.
1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauhi).
Muhammad Azis Zaelani Page 12
Gambar 2.4. Pembagian berdasarkan pergeseran fraktur
Sumber: Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara: Tangerang.
2008. Hal: 459
3. Diagnosa Fraktur
Dalam menegakkan diagnose fraktur harus disebutkan jenis tulang atau bagian
tulang yang mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari
tulang (proksimal, tengah atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah,
bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup dan komplikasi bila ada.
Sebagai contoh:
- Fraktur femur dekstra 1/3 proksimal garis patah oblik dislocatio ad latus
terbuka derajat satu neurovascular distal baik.
- Fraktur humerus sinistra 1/3 distal garis patah oblik dislocatio ad axim
tertutup dengan paralisis nervus radialis.
Anamnesa
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, jenisnya, berat-ringannya trauma, arah trauma dan
posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan
lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari
kepala, muka, leher, dada dan perut.
Muhammad Azis Zaelani Page 13
Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multiple,
fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka
terinfeksi.
Pemeriksaan Status Lokalis
Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang:
a. Look, cari apakah terdapat:
- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal (misalnya pada
fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi dan shortening.
- Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur tibia tidak
dapat berjalan.
- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.
c. Move, untuk mencari:
- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya
tidak dilakukan karena menambah trauma.
- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif atau pasif.
- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak
mampu dilakukan, range of joint movement (derajat dari ruang lingkup
gerakan sendi) dan kekuatan.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan
fragmen fraktur. Foto Roentgen harus memenuhi beberapa syarat (rule of
two):
Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan
sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP &
Lateral/Oblique).
Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau
angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang
Muhammad Azis Zaelani Page 14
lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas
dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.
Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto
pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.
Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil
foto sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.
Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,
sebagai akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari
kemudian dapat memudahkan diagnosis.
4. Tatalaksana Fraktur
Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi yang
sedemikian rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta
dapat kembali ke pekerjaan dan aktivitasnya seawal mungkin.
Untuk mencapai tujuan ini, maka harus dilakukan prinsip penanggulangan
cedera musculoskeletal yang terdiri dari:
1. Recognition (mengenali). Agar penanganannya baik, perlu diketahui
kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun
tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui.
2. Reduction (mengembalikan). Berarti mengembalikan jaringan atau
fragmen ke posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula,
diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal.
3. Retaining (mempertahankan). Adalah tindakan mempertahankan hasil
reposisi dengan fiksasi (immobilisasi). Hal ini akan menghilangkan
spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan
sembuh lebih cepat.
4. Rehabilitation. Berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit
agar dapat berfungsi kembali.
Muhammad Azis Zaelani Page 15
Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan dapat
juga dengan cara terbuka atau operatif.
1. Terapi konservatif, terdiri dari:
a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum humeri dengan
kedudukan baik.
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada
fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi
kulit. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. untuk
traksi dewasa/traksi definitive harus traksi skeletal berupa balanced
traction.
2. Terapi operatif terdiri dari:
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna.
Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah:
1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit
2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan
kompartemen
3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur
4. Memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)
5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin
6. Komplikasi Fraktur
Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini
dan komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah
tulang atau segera setelahnya; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari
setelah kejadian; dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang.
Ketiganya dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi lokal dan umum.
a. Komplikasi segera
Lokal:
- Kulit dan otot; berbagai vulnus, kontusio, avulsi
Muhammad Azis Zaelani Page 16
- Vaskular; terputus, kontusio, perdarahan
- Organ dalam; jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta),
buli-buli (pada fraktur pelvis)
- Neurologis; otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer
Umum:
- Trauma multiple
- Syok
b. Komplikasi dini
Lokal:
- Nekrosis kulit-otot, sindroma kompartemen, thrombosis, infeksi
sendi, osteomyelitis
Umum:
- ARDS, tetanus
c. Komplikasi lama
Lokal:
- Tulang: malunion, nonunion, delayed union; osteomyelitis;
gangguan pertumbuhan; patah tulang rekuren
- Sendi: ankilosis, penyakit degeneratif sendi pasca trauma
- Miositis osifikan
- Distrofi reflex
Umum:
- Batu ginjal (akibat immobilisasi terlalu lama di tempat tidur)
- Neurosis pasca trauma
B. DISLOKASI
1. Definisi
Dislokasi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang
yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya.
2. Diagnosis Dislokasi
Dislokasi dapat berupa lepas komplit (cerai sendi) atau parsial (dislokasi
inkomplit), atau subluksasi. Bila ligament atau kapsul sendi tidak sembuh
Muhammad Azis Zaelani Page 17
dengan baik atau bila trauma minimal, luksasio mudah terulang kembali dan
disebut sebagai luksasio habitualis.
Anamnesis
a. Ada trauma. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang
yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament atau kapsul
sendi rusak. Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut
hemartrosis.
b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi
pada dislokasi anterior sendi bahu.
c. Ada rasa sendi keluar
Pemeriksaan Klinis
a. Deformitas
b. Nyeri
c. Functio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.
Pemeriksaan Radiologis
Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.
3. Tatalaksana Dislokasi
Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat
menimbulkan nekrosis avascular tulang persendian serta kekakuan sendi.
Dalam fase syok lokal (antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi
otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu, reposisi dapat
dilakukan tanpa narcosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi harus
dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan
gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot.
Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan
anestesi agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur.
Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi rupture simpai
sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi
fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Roentgen atau
Muhammad Azis Zaelani Page 18
pemeriksaan penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas
dan reposisi harus dilakukan secara bedah.
Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan jaringan lunak
selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu pasca cedera.
C. ANATOMI LENGAN BAWAH
1. Tulang
Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam posisi
anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.
Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah
telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah
yang berputar. Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan
untuk memutar lengan, serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.
Gambar 2.5.
Anatomi tulang
radius dan ulna
Diunduh dari:
Muhammad Azis Zaelani Page 19
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/036/36672-0550x0475.jpg
2. Saraf
Nervus ulnaris
Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini
menginervasi m. flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum
profundus dan otot-otot intrinsic tangan.
Muhammad Azis Zaelani Page 20
Gambar 2.6. Nervus ulnarisDiunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg
Nervus Medianus
Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan
radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus
interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum
profundus, m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus.
Gambar 2.7. Nervus medianus
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/51639-0550x0475.jpg
Nervus Radialis
Muhammad Azis Zaelani Page 21
Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial
(sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi
sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam
menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam
menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus posterior.
Gambar 2.8. Nervus radialis
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4452-0550x0475.jpg
3. Pembuluh Darah
Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a.
ulnaris.
Muhammad Azis Zaelani Page 22
Gambar 2.9. Pembuluh darah daerah antebrachii
Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg
Muhammad Azis Zaelani Page 23
D. FRAKTUR GALEAZZI
1. Definisi
Adalah cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan dislokasi dari
distal radoiulnar joint (DRJU), cedera ini menganggu aktivitas sendi
pergelangan tangan.
2. Epidemiologi
Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah.
Terdapat paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang
dilaporkan, fraktut ini diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan
bawah pada orang dewasa.
3. Etiologi
Penyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan beban tubuh saat
terjatuh sehingga menyebabkan hiperpronasi dari antebrachii.
4. Manifestasi Klinis
Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak pada lokasi fraktur sepertiga distal
radial dan di pergelangan tangan. Cedera ini dikonfirmasi dari evaluasi
radiografi.
5. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis fraktur Galeazzi dikonfirmasi pada pemeriksaan radiografi. Standar
anteroposterior (AP) dan lateral, yang harus mencakup pergelangan tangan
dan siku. Radiografi dari ekstremitas kontralateral dapat diambil untuk
perbandingan.
Muhammad Azis Zaelani Page 24
Gambar 2.6. Roentgen fraktur Galeazzi
Diunduh dari:
http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/orthopedic_surgery/1230552-1239331-2184.jpg
Muhammad Azis Zaelani Page 25
6. Tatalaksana Fraktur Galeazzi
Dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan immobilisasi
dengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan 4-6 minggu.
Biasanya reposisi tertutup hasilnya kurang baik, karena fraktur tidak stabil.
Dalam hal ini diperlukan tindakan operasi reposisi terbuka dengan internal
fiksasi.
Muhammad Azis Zaelani Page 26
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas
Superior: Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467.
2. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Fraktur. EGC: Jakarta. 2011. Hal: 1040.
3. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Dislokasi. EGC: Jakarta. 2011. Hal:
1046.
4. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fraktur dan Dislokasi. Binarupa
Aksara: Tangerang. 2008. Hal: 457.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Galeazzi Fraktur Dislokasi.
Binarupa Aksara: Tangerang. 2008. Hal: 471.
6. Greene WB. Netter`s Orthopaedic. 1st Edition. Elbow and Forearm. Elsevier:
Philadelphia. 2006.
7. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Overview. 2010. Diakses pada tanggal 9 Februari
2012. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-
overview#showall
8. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Workup. 2010. Diakses pada tanggal 9 Februari 2012.
Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-workup
9. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Surgical Therapy. 2010. Diakses pada tanggal 9
Februari 2012. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-
treatment
10. Fernandez JA, Valencia. Gustilo Open Fracture Classification. 2009. Diakses
pada tanggal 9 Februari 2012. Tersedia di:
http://www.orthopaedia.com/display/Main/Gustilo+Open+Fracture+Classification
11. Anonim. Adult Forearm Fracture. 2011. Diakses pada tanggal 9 Februari
2012. Tersedia di: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00584
Muhammad Azis Zaelani Page 27