Upload
vya-rasta-mania
View
13
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Case-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docxCase-Apendicitisfitri.docx
Citation preview
PRESENTASI KASUS
APPENDISITIS AKUT
Pembimbing:Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MHKes, Finacs
Disusun oleh:Fitria Sartika 110.2006.106Ita Liherty 110.2006.134Vellyana Gustika 110.2006.264
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD Arjawinangun Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Maret 2012
Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Arjawinangun
Tanggal masuk : 18 Maret 2012
Anamnesis
Dilakukan secara : Autoanamnesis
Tanggal : 20 Maret 2012
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
Keluhan Tambahan : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Maret 2012
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri tersebut dirasakan
tiba-tiba dan terus menerus. Nyeri tersebut akan berkurang bila pasien tidur miring
kekanan dan menekuk kaki kanan serta akan terasa sangat sakit bila pasien
beraktifitas seperti bergerak. Keluhan demam diakui 1 hari SMRS, demam timbul
terus menerus sepanjang hari.
Pasien tidak mengeluh mual, muntah, diare, kembung, BAB bercampur lendir
atau darah, dan penurunan berat badan. BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi hernia ± 10 tahun yang lalu
Riwayat DM dan Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga pasien disangkal.
2
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Gizi : cukup
Kepala
Mata : Konj. Anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+
Hidung : Epistaksis -/-, deviasi septum (-)
Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), massa (-)
Thoraks
Inspeksi : Hemitoraks simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak
Auskultasi : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen (Lihat status Lokalis)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema - / -, sianosis -/-
Status lokalis
a/r abdomen
Inspeksi : Tampak datar, simetris, kelainan kulit (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
3
Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri lepas (-), Rovsing sign (+), Psoas Sign (+),
Obturator sign (-), Defans Muskuler (+).
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Rectal Toucher:
Sfingter ani (+), NT (+) , feses (-), darah (-), lendir (-), massa (-)
Pemeriksaan penunjang:
- Pemeriksaan darah rutin:
Hb : 16,3 g/dl
Leukosit : 18500 mm/sel
Trombosit : 297000 mm/sel
- Saran : Apendicogram
BNO
Diagnosis
Appendicitis Akut
Diagnosis Banding
Gastroenteritis akut
Penatalaksanaan
Infus RL 20 gtt/menit untuk menjaga keseimbangan elektrolit
Medikamentosa:
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr (skin test)
Ranitidin 2 x 1 amp iv
Ketorolac 2 x 1 amp iv
Antrain 3x1 amp iv
Prognosa
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
4
APPENDISITIS AKUT
Definisi Apendiks
Apendiks disebut juga umbai cacing yaitu suatu organ yang terdapat pada
sekum yang terletak pada proximal colon, yang sampai sekarang fungsinya belum
diketahui.
Anatomi
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira
10 cm (kisaran 3-15 cm) dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen
sempit dibagian proximal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek
dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya
biasanya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada 65 %
kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks
bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungan.
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak peritoneal, yaitu belakang kolon asendens,
atau tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis diketahui oleh letak
apendiks. Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum
dan bisa berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi
apendiks terbanyak adalah Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%),
Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).
—
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian
bawah arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks memiliki lebih
dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaecal.
5
KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2, yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua. Appendisitis kronis merupakan
peradangan appendiks berulang. Didefinisikan sebagai berikut : (1) pasien
memiliki riwayat nyeri RLQ sekurang-kurangnya 3 minggu yang bukan
disebabkan oleh penyakit lain; (2) setelah 1-3 bulan nyeri hilang-timbul; (3)
secara histopatologi, gejala-gejala tersebut terbukti disebabkan oleh inflamasi
kronik aktif dari dinding apendiks atau fibrosis apendiks. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan gejala yang sama dengan appendisitis akut, sedangkan pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit normal-meningkat.
6
Anatomi lokasi appendiks
Fisiologis
Walaupun apendiks kurang memiliki fungsi, namun apendiks dapat berfungsi
seperti organ lainnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Jika terjadi
hambatan maka akan terjadi patogenesa apendisitis akut. GALT (Gut Assoiated
Lymphoid Tissue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. namun, jika
apendiks diangkat, tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya yang
sedikit sekali.
Apendisitis disebabkan oleh berbagai faktor.
Etiologi
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
7
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak adalah kombinasi antara Bacteriodes
fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes
splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob
sebesar 96% dan aerob <10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.
Patofisiologi
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke
seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan
mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus
dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin
bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen.
Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
8
tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar
umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan
mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran
arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan
terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Jika dinding
apendiks yang telah mengalami gangren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam
keadaan perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus
halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan
istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses
yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan
mengurai diri secara lambat. Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi
pembuluh darah dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan intra
lumen terus meningkat terjadi perforasi dengan disertai kenaikan suhu tubuh
meningkat dan menetap tinggi.
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih
panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih
kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi
mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi
akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan
dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan
keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami
peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.
9
3
Gambar . Lokasi nyeri
Gambaran Klinis
10
Gejala awal yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan
ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya
nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran
kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak
dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya
karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis.
Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,
sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa
keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.
11
Gambar . Rovsing sign
7
Titik McBurney
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : tidak tampak perubahan, bila massa apendiks cukup besar, mungkin
akan terlihat benjolan pada kanan bawah abdomen.
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda
Rovsing (Rovsing Sign).
Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri
pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis,
untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat
dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang
12
Gambar . Psoas sign
5
meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci
diagnosis pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan
rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif
sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang
meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri.
13
6
Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi
panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan
m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan
ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis
pelvika.
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit
antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%.
Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari
apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
—Berdasarkan keadaan klinis, harusnya diperlihatkan secara rutin yaitu :
1. Analisa urin. Test ini bertujuan untuk meniadakan batu ureter dan untuk
evaluasi kemungkinan dari infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri
perut bawah.
14
2. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase ini membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu dan pancreas jika nyeri dilukiskan pada
perut bagian tengah bahkan kuadrant kanan atas.
3. Serum B-HCG untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
Sistem skoring Alvarado
Skor alvarado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah,
sepat, dan kurang invasif. Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang
didasarkan pada 3 gejala, 3 tanda, dan 2 temuan laboratorium. Klasifikasi ini
berdasarkan pada temuan pra-operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis.
Dalam sistem skor Alvarado ini menggunakan faktor risiko meliputi perpindahan
nyeri, anoreksia, nausea dan atau vomitus, nyeri tekan di kuadran kanan bawah
abdomen, nyeri lepas tekan, temperatur > 37,2° C, leukositosis, dan netrofil > 75%.
Nyeri tekan kuadran kanan bawah abdomen dan leukositosis mempunyai nilai 2 dan
keenam sisanya masing-masing memiliki nilai 1, sehingga kedelapan faktor ini
memberikan jumlah skor 10.
Skor Alvarado untuk diagnosis apendisitis akut
No
.
Gejala dan tanda Skor
1. Nyeri berpindah 1
2. Anoreksia 1
3. Mual-muntah 1
4. Nyeri fossa iliaka kanan 2
5. Nyeri lepas 1
6. Peningkatan suhu > 37,2° C 1
7. Jumlah leukosit ≥ 10x10³ /L 2
8. Jumlah neutrofil ≥ 75% 1
Total 10
Komplikasi
Beberapa komplikasi dari apendisitis:
Massa periappendikulae
Appendisitis perforata
15
Differensial Diagnosis
* Limfedenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,
terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama
kanan.
*Gastroenteritis
Pada terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan
terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang
menonjol dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena
hitung normal.
* Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan, Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri
perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada gadis dapat dilakukan colok vagina jika perlu untuk
diagnosis banding. Rasa nyeri pada colok vagina jika uterus diayunkan.
* Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam
waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari, pada
anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.
* Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu
Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan timbul
nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan
penonjolan rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan
pada kuldosintesis.
* Divertikulosis Meckel
Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedahan sebelum
operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel dihubungkan
dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis akut dan diperlukan pengobatan
serta tindakan bedah yang sama.
16
* Batu Ureter
Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis retrocecal.
Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau demam atau
leukosotosis membantu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.
* kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam
rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rectal. Tidak
terdapat demam. Pemeriksaan USG dapat menetukan diagnosis.
—
PENCEGAHAN
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi dan
peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi
oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat. Perawatan dan
pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda appendisitis menurunkan resiko terjadinya
gangren,perforasi dan peritonitis.
PENATALAKSANAAN
1. Operasi sito: untuk apendisitis akut, abses dan perforasi
2. Operasi elektif : untuk apendisitis kronis
3. Konservatif: - Bed rest total posisi fowler
- Diet rendah serat
- Antibiotik spektrum luas
PROGNOSA
Dengan diagnosa yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbiditas sangat kecil. Keterlambatan diagnosa akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas. Serangan berulang dapat terjadi jika apendik tidak diangkat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, wim de dan Sjamsuhidajat, R. Apendiks Vermiformis dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah, edisi 2. Halaman 639-645. 2005. EGC
2. Reksoprodjo, Soelarto. Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi dalam
kumpulan kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Sraf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman 109-110. 1995. Binarupa Aksara
3. http://kudus.net78.net/2009/03/penyakit-radang-usus-buntu-appendicitis/
4. http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-
keperawatan-appendiksitis-askep.html
5. http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/apendiksitis.htm
18